Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

“ PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA“


Dosen Pengampu: Muhammad Junaedi, S.Sos., M.Si

Disusun Oleh:
1. M. Ali Amin Nasir (182010200297)
2. Fadilah Herdiana Wanti (182010200298)
3. Rosita Aprilliani (182010200315)
4. Rizki Oktaviano Pradana (182010200261)
5. Chilmiatus Zahro (182010200492)
6. Fahma Camelia (182010200324)
7. Eva Ayu Safitri (182010200250)
8. Rausyan Fikri (182010200337)

KELAS : B4
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SIDOARJO
2019
ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang
alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “ PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI
NEGARA“.
Makalah ini berisikan tentang informasi konsep dan urgensi pancasila sebagai
ideologi, sumber historis sosiologis dan politis pancasila sebagai ideologi negara, dinamika dan
tantangan pancasila sebagai ideologi negara, esensi dan urgensi pancasila sebagai ideologi
negara, serta studi kasus pancasila dalam cengkraman ideologi kapitalisme. Diharapkan
Makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang Pancasila sebagai Ideologi
Negara.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhai segala usaha kita. Aamin.

Sidoarjo, 29 Maret 2019

Penyusun.
iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................................................ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. iii

BAB I ........................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ........................................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1

1.3. Tujuan Pembahasan ................................................................................................. 2

BAB II .......................................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN .......................................................................................................................... 3

2.1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara ............................................................ 3

2.2. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila Sebagai Ideologi
Negara ................................................................................................................................... 3

2.3. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara ............................. 6

2.4. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara ........................................ 9

2.5. Studi Kasus Pancasila Dalam Cengkraman Ideologi Kapitalisme ..................... 12

BAB III ....................................................................................................................................... 13

PENUTUP .................................................................................................................................. 13

3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 13

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ 14


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pancasila merupakan ideologi Bangsa Indonesia. Pancasila merupakan ideologi
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ideologi berasal dari kata “idea” cita-cita, dan
“logos” ilmu. Jadi ideologi adalah cita-cita yang harus dicapai serta sebagai dasar,
pandangan, atau faham. Sebagai suatu ideologi bangsa Indonesia maka Pancasila pada
hakikatnya bukan hanya suatu hasil pemikiran seseorang atau kelompok orang
sebagaimana ideologi-ideologi lain di dunia, namun Pancasila diangkat dari nilai-nilai
adat istiadat, nilai-nilai kebudayaan, serta nilai religius yang terdapat dalam pandangan
hidup masyarakat Indonesia sebelum membentuk negara, dengan kata lain unsur-unsur
yang merupakan materi atau bahan Pancasila tidak lain diangkat dari pandangan hidup
masyarakat Indonesia sendiri.
Ideologi pancasila berkembang dari pemikiran masyarakat Indonesia, sehingga
ideologi pancasila adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila yang menjadi
norma atau aturan bagi kehidupan bangsa Indonesia. Pancasila sebagai ideologi negara
menjadi tujuan dari kehidupan berbangsa dan bernegara dengan mewujudkan pengakuan
terhadap adanya Tuhan, pengakuan terhadap HAM, menjunjung persatuan dan kesatuan
Negara Indonesia, menjunjung tinggi nilai demokrasi, menjungjung tinggi keadilan
dengan tidak membedakan suatu golongan atau kelompok berdasarkan perbedaan
SARA.
Warga Negara Indonesia harus mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam
Pancasila dan mengimplementasikan ke dalam kehidupan sehari-hari. Maka dari itu
pemahaman tentang Pancasila sebagai Ideologi Negara sangatlah penting untuk dipahami

1.2. Rumusan Masalah


1.2.1. Bagaimana konsep pancasila sebagai ideologi negara?
1.2.2. Bagaimana peran pancasila sebagai ideologi negara dikaji dari sumber historis,
sosiologis, politis?
1.2.3. Bagaimana dinamika dan tantangan pancasila sebagai sebagai ideologi negara?
1.2.4. Bagaimana esensi dan urgensi pancasila sebagai ideologi negara?
2

1.2.5. Bagaimana contoh penerapan studi kasus pancasila dalam cengkraman ideologi
kapitalisme?

1.3. Tujuan Pembahasan


1.3.1. Agar dapat memahami konsep pancasila sebagai ideologi negara
1.3.2. Agar dapat memahami peran pancasila sebagai ideologi negara dikaji dari sumber
historis, sosiologis, politis
1.3.3. Agar dapat memahami dinamika dan tantangan pancasila sebagai sebagai
ideologi negara
1.3.4. Agar dapat memahami esensi dan urgensi pancasila sebagai ideologi negara
1.3.5. Agar dapat memahami contoh penerapan studi kasus pancasila dalam
cengkraman ideologi kapitalisme
3

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Pancasila Sebagai Ideologi Negara


Pancasila sebagai Ideologi Negara mengandung nilai-nilai luhur yang harus
dihayati dan dijadikan pedoman bagi seluruh warga negara Indonesia. Unsur-unsur
Pancasila diangkat dan dirumuskan oleh para pendiri bangsa, sehingga Pancasila
berkedudukan sebagai dasar negara dan ideologi bangsa Indonesia. Selain itu, Pancasila
juga bukan hanya merupakan ide-ide atau perenungan diri seseorang saja, yang hanya
memperjuangkan sutau kelompok atau golongan tertentu, melainkan Pancasila pada
hakikatnya untuk seluruh lapisan serta unsur-unsur bangsa secara konprehensif karena
ciri khas Pancasila itu memiliki kesesuain dengan Bangsa Indonesia.
Pancasila juga digunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari yaitu sebagai arah
semua kegiatan atau aktivitas hidup dalam berbagai bidang. Hal ini berarti bahwa semua
tingkah laku masyarakat Indonesia harus dijiwai dan merupakan cerminan dari semua
sila Pancasila.
Pancasila sebagai Ideologi Negara terkandung konsep dasar kehidupan yang dicita-
citakan untuk mewujudkan kehidupan yang dianggap baik. Dengan demikian Pancasila
juga merupakan cita-cita moral bangsa yang memberikan pedoman dan kekuatan
rohaniah bagi tingkah laku hidup sehari-hari dalam menjalankan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dengan Pancasila sebagai cita-cita dan tujuan
negara maka segala daya upaya Bangsa Indonesia dalam membangun dirinya akan
terarah sesuai garis pedoman pandangan hidup Bangsa Indonesia.

2.2. Sumber Historis, Sosiologis, dan Politis Tentang Pancasila Sebagai Ideologi Negara
2.2.1. Sumber Historis

Proses perumusan Pancasila diawali ketika dalam sidang BPUPKI pertama


dr. Radjiman Widyodiningrat, mengajukan suatu masalah, khususnya akan dibahas
pada sidang tersebut. Masalah tersebut adalah tentang suatu calon rumusan dasar
negara Indonesia yang akan dibentuk. Kemudian tampilah pada sidang tersebut tiga
orang pembicara yaitu Mohammad Yamin, Soepomo dan Soekarno.
4

Pada tanggal 1 Juni 1945 di dalam siding tersebut Ir. Soekarno berpidato
secara lisan (tanpa teks) mengenai calon rumusan dasar negara Indonesia.
Kemudian untuk memberikan nama “Pancasila” yang artinya lima dasar, hal ini
menurut Soekarno atas saran dari salah seorang temannya yaitu seorang ahli bahasa
yang tidak disebutkan namanya.

Pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia memproklamirkan


kemerdekaannya, kemudian keesokan harinya tanggal 18 Agustus 1945
disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 termasuk Pembukaan UUD 1945 di
mana didalamnya termuat isi rumusan lima prinsip atau lima prinsip sebagai satu
dasar negara yang diberi nama Pancasila.

Sejak saat itulah perkataan Pancasila menjadi bahasa Indonesia dan


merupakan istilah umum. Walaupun dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945 tidak
termuat istilah “Pancasila”, namun yang dimaksudkan Dasar Negara Republik
Indonesia adalah disebut dengan istilah “Pancasila”. Hal ini didasarkan atas
interpretasi historis terutama dalam rangka pembentukan calon rumusan dasar
negara, yang secara spontan diterima oleh peserta sidang secara bulat.

2.2.2. Sumber Sosiologis

Bangsa Indonesia yang penuh kebhinekaan terdiri atas lebih dari 300 suku
bangsa yang tersebar di lebih dari 17.000 pulau, secara sosiologis telah
mempraktikan Pancasila karena nilai-nilai yang terkandung di dalamnya
merupakan kenyataan-kenyataan (materil, formal, dan fungsional) yang ada dalam
masyarakat Indonesia. Kenyataan objektif ini menjadikan Pancasila sebagai dasar
yang mengikat setiap warga bangsa untuk taat pada nilai-nilai instrumental yang
berupa norma atau hukum tertulis (peraturan perundang-undangan, yurisprudensi,
dan traktat) maupun yang tidak tertulis seperti adat istiadat, kesepakatan atau
kesepahaman, dan konvensi.

Kebhinekaan atau pluralitas masyarakat bangsa Indonesia yang tinggi,


dimana agama, ras, etnik, bahasa, tradisi-budaya penuh perbedaan, menyebabkan
ideologi Pancasila bisa diterima sebagai ideologi pemersatu. Data sejarah
5

menunjukan bahwa setiap kali ada upaya perpecahan atau pemberontakan oleh
beberapa kelompok masyarakat, maka nilai-nilai Pancasilalah yang dikedepankan
sebagai solusi untuk menyatukan kembali. Begitu kuat dan ‘ajaibnya’ kedudukan
Pancasila sebagai kekuatan pemersatu, maka kegagalan upaya pemberontakan
yang terakhir (G30S/PKI) pada 1 Oktober 1965 untuk seterusnya hari tersebut
dijadikan sebagai Hari Kesaktian Pancasila.

Bangsa Indonesia yang plural secara sosiologis membutuhkan ideologi


pemersatu Pancasila. Oleh karena itu nilai-nilai Pancasila perlu dilestarikan dari
generasi ke generasi untuk menjaga keutuhan masyarakat bangsa. Pelestarian nilai-
nilai Pancasila dilakukan khususnya lewat proses pendidikan formal, karena lewat
pendidikan berbagai butir nilai Pancasila tersebut dapat disemaikan dan
dikembangkan secara terencana dan terpadu.

2.2.3. Sumber Politis

Sila pertama menandakan bahwa kegiatan politik di Indonesia harus


menjunjung tinggi moral. Seperti yang kita tahu, nilai moral tertinggi berdasar pada
nilai – nilai ketuhanan. Sedangkan moral keagamaan sendiri bersumber pada
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Akan tetapi, sebagai negara, dengan
berdasar pada ketuhanan tidak membuat Indonesia menjadi sebuah negara agama.
Indonesia adalah negara yang memberi kebebasan pada rakyatnya untuk memeluk
beberapa agama yang diakui Indonesia.
Karena Indonesia mengakui beberapa agama, maka kebijakan politik di
Indonesia juga tidak boleh memihak atau memberi keuntungan pada satu agama
saja. Kebijakan politik di indonesia tetaplah berdasar pada legitimasi hukum yang
sesuai dengan nilai-nilai ketuhanan. Selain itu, penerapan nilai pancasila dalam
bidang politik juga bisa diwujudkan dari perilaku para pelaku di bidang politik
yang harus menjauhi sikap – sikap yang tidak benar.
Berdasarkan sila kedua dan ketiga, kebijakan politik di Indonesia harus
berdasar nilai kemanusiaan dan persatuan. Manusia, dalam hal ini warga negara
adalah komponen terpenting dalam sebuah negara. Oleh karena itu, sudah
seharusnya apabila nilai kemanusiaan dijunjung tinggi dalam semua aspek
kehidupan, termasuk dalam bidang politik. Negara Kesatuan republik Indonesia
6

adalah negara yang dibentuk berdasar pada persatuan. Banyak perbedaan yang
harus disatukan untuk menjadi Indonesia. Seperti yang kita tahu, Indonesia
mempunyai beragam agama, suku, dan ras di dalamnya. Oleh kerana itu, tanpa
adanya persatuan dari setiap elemen, beberapa elemen kehidupan tidak akan
berjalan baik.
Sila keempat dalam Pancasila menjadi dasar Indonesia untuk menjadi negara
demokrasi. Hal itu menjadi perwujudan dalam penerapan asas-asas demokrasi
pancasila. Dalam hal ini, Indonesia memberi kebebasan kepada rakyat untuk
mengemukakan pendapat. Selain itu, Indonesia juga sangat menghargai suara
rakyat dalam pengambilan keputusan atau kebijakan politik. Sila kelima yang
berbunyi “Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia” mempunyai arti yang
sangat luas. Beberapa hal yang berkaitan contoh penerapan nilai–nilai pancasila
dalam bidang politik yang erat dengan konsep sila kelima ini antara lain adalah
gotong royong, tolong menolong, dan kasih sayang terhadap sesama. Dalam ranah
politik, keadilan sosial juga harus diterapkan.

2.3. Dinamika dan Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara


2.3.1. Dinamika Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Masa kependudukan Jepang. Jepang menjajah Indonesia kurang lebih 3,5


tahun, yang awalnnya Jepang membuat kebijakan politik yang dimaksudkan agar
Bangsa Indonesia termasuk salah satu kekuatan Jepang. Akan tetapi hal ini
merupakan peluang bagi Indonesia untuk merdeka. Untuk lebih meyakinkan
bangsa Indonesia Jepang membuat BPUPKI pada tanggal 1 Maret
1945. mempersiapkan hal-hal yang penting yang berhubungan dengan
kemerdekaan bangsa dalam hal politik, ekonomi, tata pemerintahan dll. Melalui
badan bentukan Jepang inilah para pemimpin Indonesia merancangkan sebuah
dasar negara. Dan di dalam badan ini pula pemikiran tentang Pancasila sebagai
dasar negara Indonesia muncul. Akan tetapi pada masa ini Pancasila masih belum
menjadi dasar Negara Indonesia karena Indonesia belum menjadi Negara Indonesia
yang merdeka.
Masa Berlakunya UUD 1945 yang Pertama. Tanggal 17 agustus 1945
Bangsa Indonesia resmi merdeka. Lalu tanggal 18 agustus 1945 PPKI meresmikan
pancasila sebagai dasar Negara Indonesia. Dalam periode ini pemikiran mengenai
Pancasila sebagian besar bersifat ideologis. Selain itu praktik kehidupan politik dan
7

kenegaraan yang terjadi pada waktu itu turut serta membentuk perkembangan
pemikiran mengenai Pancasila pada masa itu.
Periode Berlakunya Konstitusi RIS. Pada masa Republik Indonesia Serikat,
kedudukan pancasila tidak dapat ditangguhkan sebagai dasar negara yang tunggal,
meskipun beberapa kali para nasionalis islam menggugat dasar negara Indonesia
di beberapa sidang konstituante. Meskipun nama Pancasila tidak terdapat di dalam
Pembukaan Konstitusi RIS, status Pancasila sebagai ideologi, dasar negara dan
sumber hukum tetap tertahan di dalam periode ini.
Bahkan perkembangan akan pemikiran mengenai Pancasila menunjukkan
suatu kemajuan di kalangan masyarakat akademis.
Masa Berlakunya UUDS 1950. Pemikiran tentang lima dasar megara ada
terdapat dalam mukaddimah Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) 1950,
namun seperti halnya dengan UUD 1945 maupun Konstitusi RIS, nama Pancasila
dalam UUDS 1950 juga tidak tercantum. Meskipun demikian, pendapat bahwa
lima dasar negara itu adalah Pancasila dalam periode ini sudah semakin
berkembang. Perumusan mengenai dasar negara tetap mencerminkan pemikiran
Ideologi Kebangsaan. Dengan demikian status Pancasila sebagai dasar negara dan
ideologi nasional tetap berkelanjutan.
Masa Orde Lama dalam menghadapi krisis dan permasalahan yang terjadi di
dalam Majelis Konstituante, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan Dekrit
pada tanggal 5 Juli 1959 yang isinya adalah: Membubarkan
konstituante, Menyatakan berlakunya UUD 1945 dan tidak berlakukanya UUDS
1950, Membentuk MPRS.Dengan keluarnya dekrit Presiden merupakan sebuah
pengembalian eksistensi pancasila sebagai dasar Negara. Soekarno menetapkan
sistem demokrasi terpimpin dalam memimpin negara Indonesia yang secara prinsip
bertolak belakang dengan sila keempat Pancasila mengenai pengambilan
keputusan berdasarkan permusyawaratan perwakilan. Soekarno juga
menyampaikan sebuah konsep politik integrasi antara tiga paham dominan saat itu
yaitu nasionalis, agama, dan komunis (NASAKOM) yang kemunculannya lebih
sering dibandingkan dengan dasar negara Indonesia itu sendiri.
Masa Orde Baru. Pada masa ini pelaksanaan Pancasila dilakukan secara
murni dan konsekuen tanpa adanya penanaman ideology-ideologi lain dalam
menafsirkan Pancasila. Pada masa ini,pandangan umum mengenai Pancasila
8

kembali dikuatkan dengan penempatannya sebagai dasar negara dalam satu


rangkaian integratif dengan UUD 1945
Masa Reformasi tahun 1998 muncullah gerakan reformasi yang
mengakibatkan Presiden Soeharto harus lengser dari jabatannya sebagai presiden.
Namun sampai saat ini, gerakan reformasi tersebut belum membawa perubahan
yang signifikan mengenai pengamalan pancasila di masyarakat Indonesia.
Hal itu dapat dilihat dari perilaku atau sifat yang muncul di masyarakat atau
bahkan dalam pemerintahan sendiri. Masih banyak penyelewengan-
penyelewengan yang terjadi di dunia politik, atau bahkan masih ada orang yang
dengan sengaja memaksakan kehendaknya demi kepentingan dirinya sendiri.
Dampak positif lainnya adalah semakin meningkatnya partisipasi rakyat
terhadap politik, sehingga rakyat tidak lagi bersikap apatis terhadap masalah yang
timbul di bidang pemerintahan. Hal itu terjadi karena kebebasan berpendapat yang
dijunjung tinggi, sehingga mereka bebas mengeluarkan ide atau gagasan-gagasan
yang menurut mereka bisa membantu mengatasi masalah dalam bidang politik.

2.3.2. Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Sejalan dengan berjalannya sebuah negara Indonesia, ideologi Pancasila


yang terbentuk mengalami ujian dan dinamika dari sebuah sistem politik. Dimulai
dengan sistem demokrasi liberal yang dianut pada masa setelah indonesia merdeka,
pembentukan indonesia serikat, sistem liberal pada UUDS 1945, dan peristiwa G
30 S PKI. Menurut Prof. Dr. B.J. Habibie bahwa sejak jaman demokrasi
parlementer, terpimpin, orde baru dan demokrasi multipartai pancasila harus
melewati alur dialektika peradaban yang menguji ketangguhannya sebagai dasar
filosofis bangsa Indonesia yang terus berkembang dan tak pernah berhenti di satu
titik terminal sejarah. Dengan sejarah perjuangan pancasila dari awal dibentuknya
seperti disebutkan di atas, pancasila membuktikan diri sebagai cara pandang dan
metode ampuh bagi seluruh bangsa Indonesia untuk membendung trend negatif
perusak asas berkehidupan bangsa.
Tantangan yang dahulu dihadapi oleh Pancasila sebagai dasar negara, jenis
dan bentuk-nya sekarang dipastikan akan semakin kompleks dikarenakan efek
globalisasi. Globalisasi menurut Ahmad, M. (2006) adalah perkembangan di segala
jenis kehidupan dimana batasan-batasan antar negara menjadi pudar dikarenakan
9

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK). Berkembangnya arus


informasi menjadi sebuah ciri spesifik dari terminologi globalisasi. Setiap warga
negara akan semakin mudah dan bebas untuk mengakses berbagai jenis informasi
dari berbagai belahan dunia manapun dalam waktu yang sangat singkat.
Dengan perkembangan Informasi yang begitu cepat, tantangan yang diterima
oleh ideologi pada saat ini juga menjadi sangat luas dan beragam. Sebagai contoh,
beragamnya banyak agama di Indonesia yang terkadang menjadi alasan pemicu
konflik horizontal antar umat beragama, ekonomi yang mulai berpindah dari sistim
kekeluargaan (contoh: pasar tradisional) menjadi sistem kapitalisme dimana
keuntungan merupakan tujuan utama, paham komunisme, liberalisme, terorisme,
chauvinisme, dsb. Masih banyak lagi hal dalam kehidupan warga negara indonesia
yang dipengaruhi oleh informasi yang begitu mudah dan cepat tersebut, tanpa bisa
di sebutkan satu-persatu. Masalah-masalah yang disebutkan diatas bertentangan
dengan semua nilai yang terkandung dalam pancasila sebagai dasar negara.

2.4. Esensi dan Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara


2.4.1. Esensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”Negara menjamin kemerdekaan


tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya asal tidak menyimpang dari
sila ketuhanan yang maha esa itu sendiri. Sebagai manusia juga wajib
menjalankan perintah Tuhan dan menjauhi larangan-Nya.
Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” setiap manusia memiliki
hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati
nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai
pribadi dihadapan hukum. Setiap orang berhak bebas atas perlakuan yang bersifat
diskriminatif atas dasar apa pun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap
perlakuan yang bersifat diskriminatif itu.
Identitas budaya dan hak masyarakat tradisional dihormati selaras dengan
perkembangan zaman dan peradaban. Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan
pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara, terutama
pemerintah, untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan
10

prinsip negara hukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia
dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan
Sila ketiga “Persatuan Indonesia”Rakyat Indonesia adalah suatu kesatuan
dan bukan merupakan bangsa yang terpecah belah. Tentu saja persatuan rakyat
Indonesia yang bersifat positif yang harus dijunjung tinggi. Beberapa kejadian
yang mencerminkan persatuan Indonesia ialah penggalangan dana bagi bencana
alam di Indonesia ini menunjukan rakyat Indonesia saling bersatu untuk saling
membantu.

Sila keempat “Kerakyatan yag Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan”Adanya demokrasi (kebebasan), adanya
kebersamaan dalam mengambil keputusan yaitu melalui musyawarah untuk
mufakat. Pada dasarnya negara Indonesia adalah negara hukum yang menganut
sistem dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat dalam sistem pemerintahan
presidensial. Ini berarti negara Indonesia dipimpin oleh seorang presiden.
Pemilihan seorang presiden dipilih langsung oleh seluruh rakyat Indonesia
melalui pemilu. Ini bukti pencerminan dari sila keempat yaitu suatu negara
dengan yang dipimpin oleh suatu kepala negara yang dipilih agar mendapat
pemimpin yang bijaksana yang dapat memimpin Indonesia.

Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” Adanya


kemakmuran yang merata bagi seluruh rakyat, seluruh kekayaan alam digunakan
untuk kebahagiaan bersama, dan melindungi yang lemah. Sila ini menunjukan
agar keadilan harus dijunjung tinggi bagi seluruh rakyat Indonesia tanpa
terkecuali. Dalam masyarakat sila ini dapat tercermin dengan dibuatnya peraturan
peraturan atau norma norma di masyarakat agar tercipta keadilan di masyarakat
dan ditetapkannya hukuman bagi pelanggaran sebuah keadilan.

Karena pada dasarnya Indonesia adalah negara hukum jadi segala


pelanggaran bagi seluruh isi pancasila akan mendapatkan sanksi hukum yang
berlaku di Indonesia.

2.4.2. Urgensi Pancasila Sebagai Ideologi Negara

Sila pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa” memiliki nilai sebagai segala hal
yang berkaitan dengan pelaksanaan dan penyelenggaraan negara bahkan moral
negara, moral penyelenggaraan negara, politik negara, pemerintah negara, hukum
11

dan peraturan perundang-undangan negara, kebebasan dan hak asasi warga


negara dijiwai oleh nilai-nilai Ketuhanan YME.

Sila kedua “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab” mimiliki nilai-nilai bahwa
negara harus menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai makhluk
yang beradab. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab mengandung nilai suatu
kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia yang didasarkan pada budi
nurani manusia dalam hubungan dengan norma-norma dan kebudayaan. Nilai
Kemanusiaan yang Adil mengandung suatu makna bahwa hakikat manusia
sebagai mahkluk yang berbudaya dan beradab harus adil.

Sila ketiga “Persatuan Indonesia” memiliki nilai bahwa negara merupakan


suatu persukutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk
negara berupa, suku, ras, kelompok, golongan, maupun golongan agama. Oleh
karena itu, perbedaan adalah ciri khas elemen-elemen yang membentuk negara.

Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan


melainkan diarahkan pada sutu hubungan yang saling menguntungkan yaitu
persatuan dalam kehidupan bersama untuk mewujudkan tujuan bersama sebagai
bangsa.

Sila keempat “Kerakyatan yag Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam


Permusyawaratan/Perwakilan” memiliki nilai bahwa hakikat rakyat adalah
mewujudkan harkat dan mastabat manusia dalam suatu wilayah negara. Rakyat
merupakan pendukung negara. Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat. Oleh
karena itu rakyat merupakan asal mula kekuasaan negara.

Sehingga dalam sila keempat terkandung nilai demokrasi yaitu kebebasan


berpendapat, mengkiritk, berasosiasi dan lain sebagainya.

Sila kelima “Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia” memiliki nilai
keadilan distributif yaitu suatu hubungan keadilan antara negara terhadap
warganya, dalam arti negara yang wajib memenuhi keadilan dalam bentuk
kesejahteraan, bantuan, subsidi, serta kesempatan dalam hidup bersama yang
didasarkan atas hak dan kewajiban. Keadilan legal yaitu suatu hubungan keadilan
antara warga terhadap negara dan dalam masalah ini warga yang wajib memenuhi
keadilan untuk menaati peraturan perundang-undangan yang berlaku. Keadilan
12

komutatif yaitu suatu hubungan keadilan antara warga satu dengan yang lainnya
secara timbal balik.

2.5. Studi Kasus Pancasila Dalam Cengkraman Ideologi Kapitalisme


Nilai-nilai kapitalisme mengajarkan untuk merebut, merampas, berkompetisi,
bebas dan tak ada aturan yang tegas menentukan harga dan jumlah barang disuatu pasar:
negara seperti “anak bawang” dalam pertarungan elit-elit usaha bermodal sebagai
wayang yang selalu diputar-putar kesana dan kemari oleh dalang dibelakang pangkung
pemilik modal. Nilai-nilai liberal mendoktrin kita untuk bersikap “individual”, anti
dengan subsidi dan mematikan bantuan sosial untuk orang “miskin”, kapitalisme selalu
memandang kemiskinan sebagai akibat dari rasa malas, kelemahan fisik umat manusia
sebagai “nasib” seseorang. Pertarungan kapitalisme berwajah “fair” dalam cuaca politik,
tapi menutup “bau busuk” itu dengan menyatakan bahwa semua manusia memilliki
kesempatan.

Praktik kita berbangsa dan bernegara memiliki tendensi yang memaksakan


kapitalisme sehingga kekuatan politik yang ada di negeri ini berbasis“kapitalisme”.
Negeri ini memang memposiskan seseorang yang akan masuk dalam dunia parlemen atau
jabatan politik adalah kapitalisme diri: perempuan yang kerjanya sebagai ibu rumah
tangga, tukang becak atau preman: bisa menjadi calon legislatif atau pemimpin negeri
ini: syaratnya ia memiliki modal.

Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, jika kita memahami politik ketimuran,
pancasila memberikan kita fondasi dalam memandang sistem politik, keadilan sosial
yang diajarkan pancasila, tak bisa menayamakan “perspektif kita” bahwa nilai-nilai
pancasila memiliki perbedaan dengan gagasan-gagasan “liberal”, individual sebagai
pemilik kuasa
13

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Pancasila adalah ideologi dari Negara Indonesia. Sebagai ideologi, Pancasila
memiliki nilai-nilai yang mencerminkan sikap dan perilaku rakyat Indonesia. Ideologi
terbentuk melalui proses panjang karena ideologi melibatkan berbagai sumber dari
kebudayaan (sistem religi dan upacara keagamaan), sistem dan organisasi
kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, sistem mata pencaharian, sistem
teknologi dan peralatan. Ketika suatu ideologi bertitik tolak dari komponen-komponen
budaya yang berasal dari sifat dasar bangsa itu sendiri , maka pelaku ideologi lebih
mudah melaksanakan karena pelaku ideologi merasa sudah akrab, tidak asing lagi dengan
nilai-nilai yang terdapat dalam ideologi yang diperkenalkan dan diajukan kepada mereka.
14

DAFTAR PUSTAKA

http://yulitaip.wordpress.com/2018/05/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html

https://www.kompasiana.com/arifki/551fc3088133112e0d9df5aa/pertempuran-nilai-
kapitalisme-dan-pancasila

Anda mungkin juga menyukai