Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH PANCASILA

“ Pancasila Sebagai Ideologi Nasional ”

Disusun oleh:

1 Imam Rofi’i ( 2200874201173 )

2 Andre Nugroho ( 2200874202286)

3 Nur Annisa ( 2200874201024 )

4 Novianti Aprilia ( 2200874201058 )

5 Ida Ayu Made Syakira Wijaya ( 2200874201133 )

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BATANGHARI
2022
KATA PENGANTAR

Puji Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah memberikan limpahan rahmat-Nya sehingga kami mampu menyelesaikan
Makalah Pendidikan Pancasila ini yang berjudul "Pancasila sebagai Ideologi Nasional " sesuai
dengan waktu yang kami rencanakan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada beberapa
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini.

Makalah tentang Pancasila sebagai ideologi nasional ini diajukan untuk memenuhi
salah satu tugas pada mata kuliah Pancasila. Penulisan makalah ini bertujuan untuk
memberikan informasi lebih jauh tentang Pancasila sebagai ideologi nasional. Dalam makalah
ini pun disajikan mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak H.M. Chairul Idrah, S.H, M.H,
M.M sebagai pengajar mata kuliah Pancasila yang telah membimbing kami. Penulis sangat
menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran baik secara tertulis ataupun secara lisan, khususnya kepada
Dosen mata kuliah Pancasila, Bapak H.M. Chairul Idrah, S.H, M.H, M.M, agar penulis bisa
mengembangkan ilmu pengetahuannya, khususnya ilmu Pancasila.

Jambi, 13 Oktober 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTARISI……………………………………………………………………………..........iii

BAB I..........................................................................................................................................1

PENDAHULUAN..............................................................................…………………………1

1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2

1.3 Tujuan...........................................................................................................................2

BAB II........................................................................................................................................3

PEMBAHASAN........................................................................................................................3

2.1 Istilah dan Sejarah Lahirnya Pancasila....................................................................3

2.2 Pengertian Idelogi.....................................................................................................11

2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.......................................................................12

2.4 Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila.....................................................16

BAB III.....................................................................................................................................21

PENUTUP................................................................................................................................20

3.1 KESIMPULAN..........................................................................................................20

3.2 SARAN........................................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................22

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Setiap bangsa dan negara yang ingin berdiri kokoh kuat, tidak mudah terombang-
ambing oleh kerasnya persoalan hidup berbangsa dan bernegara, sudah tentu perlu memiliki
dasar negara dan ideologi negara yang kokoh dan kuat pula. Tanpa itu, maka bangsa dan
negara akan rapuh, maka dari itu peran ideologi sangat penting untuk sebuah negara.
Semua Negara memiliki ideologi masing-masing sebagai dasar bangsa dan Negara
sebagai filsafat hidup Negara tersebut. Karena ideologi ini merupakan dasar atau ide atau cita-
cita negara tersebut untuk semakin berkembang dan maju. Ideologi digambarkan sebagai
seperangkat gagasan tentang kebaikan bersama, ideologi juga dirumuskan sebagai suatu
pandangan atau sistem nilai yang menyeluruh dan mendalami tentang tujuan-tujuan yang
hendak dicapai masyarakat, dan sebagai cara untuk mencapai tujuan oleh masyarakat.
Namun, dengan semakin berkembangnya zaman, ideologi negara tersebut tidak boleh
hilang dan tetap menjadi pedoman dan tetap tertanam pada setiap warganya. Selain itu,
semakin maju teknologi seolah-olah ideologi Pancasila hanya sebagai pelengkap negara agar
tampak bahwa Indonesia sebuah negara yang merdeka dan mandiri.
Mempelajari Pancasila lebih dalam menjadikan kita sadar sebagai bangsa Indonesia
yang memiliki jati diri dan harus diwujudkan dalam pergaulan hidup sehari-hari untuk
menunjukkan identitas bangsa yang lebih bermartabat dan berbudaya tinggi. Untuk itulah
diharapkan dapat menjelaskan Pancasila sebagai ideologi nasional, menguraikan pengertian
dari ideologi, menunjukkan sikap positif terhadap   Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara, serta menampilkan sikap positif terhadap   Pancasila dalam kehidupan
bermasyarakat. Pengetahuan yang diperoleh dalam makalah ini juga dapat dijadikan bekal
keterampilan menganalisis dan bersikap kritis terhadap sikap para penyelenggara negara yang
menyimpang dari cita-cita dan tujuan negara.
Banyak tingkah laku baik kalangan penjabat maupun rakyatnya bertindak tidak sesuai
dengan ideologi Pancasila. Ada beberapa faktor mengapa bangsa kita sedikit melenceng dari
ideologi Pancasila. Selain semakin berkembangnya ideologi-ideologi luar atau selain Pancasila
tetapi juga bangsa Indonesia kurang mengerti ideologinya dan bahkan tidak tahu sama sekali.
Oleh karena itu, penulis membuat makalah ini dengan judul Pancasila sebagai Ideologi
nasional agar kita dapat mengenal ideologi kita dan bertindak sesuai dengan ideologi kita.

1.2 Rumusan Masalah


Dengan memperhatikan latar belakang tersebut, agar dalam penulisan ini penulis
memperoleh hasil yang diinginkan, maka  penulis mengemukakan beberapa rumusan masalah.
Rumusan masalah itu adalah :
1. Apakah yang dimaksud Pancasila?
2. Apakah yang dimaksud Ideologi ?
3. Apakah yang dimaksud Pancasila Sebagai Ideologi Nasional
4. Bagaimana  mekanisme pengembangan Ideologi Pancasila.?

1.3 Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini antara lain:


1. Untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Kwarganegaraan
2. Untuk mengetahui apa itu Pancasila.
3. Untuk mengetahui apa itu Ideologi
4. Untuk mengetahui apa itu Pancasila Sebagai Ideologi Nasional.
5.  Mengetahui mekanisme pengembangan Ideologi Pancasila.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Istilah dan Sejarah Lahirnya Pancasila

Pancasila berasal dari bahasa sanskerta Panca dan Sila yang berarti lima nilai.


Pancasila merupakan salah satu filsafat yang merupakan hasil dari pencerminan nilai-nilai
luhur dan budaya bangsa indonesia yang terkandung 5 isi di dalamnya, yaitu satu, ketuhanan
yang maha esa, dua, kemanusiaan yang adil dan beradab, tiga, persatuan indonesia, keempat,
kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebikjasanaan dan permusayawaratan, perwakilan,
kelima, keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia

2.1.1 Asal Usul Lahirnya Pancasila


Pancasila sebagai dasar filsafat serta ideologi bangsa dan negara Indonesia bukan
terbentuk secara mendadak, namun melalui proses yang cukup panjang dalam sejarah bangsa
Indonesia. Secara kausalitas Pancasila sebelum disyahkan menjadi dasar filsafat negara dan
berasal dari bangsa Indonesia sendiri, yang berupa adat istiadat, religius dan kebudayaan.
Kemudian para pendiri negara secara musyawarah, antara lain sidang BPUPKI pertama,
Piagam Jakarta. Kemudian BPUPKI kedua, setelah kemerdekaan sebelum sidang PPKI
sebagai dasar filsafat negara RI. Asal mula Pancasila dibedakan menjadi 2 macam, yaitu asal
mula yang langsung dan tidak langsung.

a) Asal Mula Langsung


Asal mula yang langsung terjadinya Pancasila sebagai dasar filsafat negara, yaitu asal
mula yang sesudah dan menjelang Proklamasi kemerdekaan. Rincian asal mula
langsung Pancasila menurut notonagoro, yaitu :
1. Asal Mula Bahan (Kausa Materialis)
Nilai-nilai yang merupakan unsur-unsur Pancasila digali dari Bangsa Indonesia
yang berupa adat-istiadat, religius. Dengan demikian pada bangsa Indonesia
sendiri yang terdapat dalam kepribadiandan pandangan hidup.

3
2. Asal Mula Bentuk (Kausa Formalis)
Bentuk Pancasila dirumuskan dalam Pembukaan UUD 1945. Asal mulanya
adalah Ir. Soekarno, Drs. Moh. Hatta serta anggota BPUPKI.
3. Asal Mula Karya (Kausa Efisien)
Asal mula dengan menjadikan Pancasila dari calon dasar negara menjadi dasar
negara yang sah.
4. Asal Mula Tujuan (Kausa Finalis)
Tujuannya : untuk dijadikan sebagai dasar negara. Para anggota BPUPKI dan
Soekarno – Hatta yang menentukan tujuan dirumuskannya Pancasila sebelum
ditetapkan oleh PPKI.

b) Asal Mula Tidak Langsung


Adalah asal mula yang terdapat pada kepribadian serta dalam pandangan sehari-hari
bangsa Indonesia perincian asal mula tidak langsung :
1. Unsur-unsur Pancasila tersebut sebelum secara langsung dirumuskan menjadi
dasar filsafat negara. Nilai-nilainya yaitu Ketuhanan, Kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan dan keadilan.
2. Nilai-nilai tersebut terkandung dalam pandangan hidup masyarakat Indonesia
sebelum membentuk negara. Nilai-nilainya yaitu adat istiadat, kebudayaan dan
religius. Nilai-nilai tersebut menjadi pedoman memecahkan problema.
3. Asal mula tidak langsung Pancasila pada hakikatnya bangsa Indonesia sendiri
(Kausa Materealis).

2.1.2 Filsafat Pancasila

1. Pengertian Filsafat
Bangsa Indonesia mengenal kata filsafat dari bahasa Arab falsafah.
Secara Etimologis  kata filsafat berasal dari bahasa yunani Philosophia dan philoso-
Phos. Philos/Philein  (shabat/cinta) dan Sophia/sophos (pengetahuan yang bijaksana /
hikmah-kebijaksanaan.) Bertens, 2006. Menurut Burhanudin Salam (1983), filsafat

4
adalah sistem kebenaran tentang segala sesuatu yang dipersoalkan sebagai hasil dari
pada berfikir secara radikal, sistematis, dan universal.

2. Landasan Filsafat Pancasila


Kekokohan suatu bangsa tergantung dari keyakinan bangsa tersebut terhadap nilai-nilai
luhur bangsanya. Bagi bangsa Indonesia nilai-nilai luhur tersebut terkristalisasi dan
terakumulasi dalam filsafat Pancasila yang merupakan karya Bapak Bangsa (Founding
Fathers) yang tak ternilai. Filsafat Pancasila merupakan renungan jiwa yang dalam,
berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan pengalaman yang luas yang harmonis sebagai
satu kesatuan yang bulat dan utuh.
a) Landasan Etimologis
Secara etimologis Pancasila berasal dari bahasa Sansakerta yang ditulis dalam
huruf Dewa Nagari . Makna dari Pancasila ada 2(dua). Pertama panca artinya lima
dan Syila (huruf I pendek) artinya baru sendi, Jadi Pancasyila berarti berbatu sendi
yang bersendi lima. Kedua Panca artinya lima Syiila (huruf I panjang) artinya
perbuatan yang senonoh/ normatif Pancasyiila berarti lima perbuatan yang
senonoh/normatif, perilaku yang sesuai dengan norma kesusilaan. (Saidus Syahar
1975)
b) Landasan historis
Secara historis Pancasila dikenal secara tertulis oleh bangsa Indonesia sejak abad
ke XIV pada zaman Majapahit yang tertulis pada 2 (dua) buku yaitu Sutasoma dan
Nagara Kertagama. Buku Sutasoma yang ditulis oleh Mpu Tantular tercantum
dalam Panca Syiila Krama yang merupakan 5 (lima) pedoman yaitu:
1. Tidak boleh melakukan kekerasan
2. Tidak boleh mencuri
3. Tidak boleh dengki
4. Tidak boleh berbohong
5. Tidak boleh mabuk

Buku Negara Kertagama ditulis oleh Mpu Prapanca tercantum pada sarga 53 bait 2
(dua) sebagai berikut : Yatnag gegwani Pancasyiila kertasangkara bhiseka karma.

5
Selama berabad-abad bangsa Indonesia tidak mendengar lagi kata Pancasila, baru
pada tanggal 1 Juni 1945 pada rapat Badan Penyelidik Usaha Persiapan
Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) I, yang berlangsung mulai 29 Mei – 1 Juni
1945 kata Pancasila digemakan kembali oleh Bung Karno untuk memenuhi
permintaan ketua BPUPKI dr. Rajiman Wedyodiningrat dasar Negara Indonesia
merdeka. Pancasila yang disampaikan Bung Karno sebagai Berikut:

1. Kebangsaan Indonesia atau nasionalisme,


2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan,
3. Mufakat atau Demokrasi,
4. Kesejahteraan Sosial, dan
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan.

Pancasila menurut Bung Karno dapat diperas menjadi TRISILA, yaitu: Sila
Pertama dan kedua menjadi Sosio Nasionalisme. Sila ke tiga dan keempat menjadi
Sosio Demokrasi dan Ketuhanan. Trisila masih bisa diperas menjadi EKASILA
yaitu GOTONG ROYONG (Wedyodiningrat, 1947)

Pancasila rumusan Bung Karnodikaji anggota panitia lainnya dan dirumuskan


kembali pada tanggal 22 Juni 1945 yang dikenal sebagai PIAGAM JAKARTA,
oleh Muhammad Yamin disebut JAKARTA CHARTER.

Sila-sila Pancasila dalam Piagam Jakarta:

1. Ketuhanan dengan kewajiban menjalankan syare’at Islam bagi pemeluk-


pemeluknya.
2. Perikemanusiaan yang adil dan beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam
permusyawaratan / perwakilan.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

6
Piagam Jakarta ini dirumuskan dan ditanda tangani oleh 9 orang yaitu :

1. Ir. Soekarno (Bung Karno)


2. Drs. Mohamad Hatta (Bung Hatta)
3. Mr. A.A Maramis
4. Abikoesno tjokrosoejoso
5. Abdoel Kahar Moezakir
6. H. Agoes Salim
7. Mr. Achmad Soebarjo
8. Wachid Hasyim
9. Mr. Mohamad Yamin. (Ismaun, 1978; Kansil, 1968)

Pada waktu diundangkan UUD’45 tanggal 18 Agustus 1945 rumusan Pancasila


Berbeda dengan yang tercantum pada Piagam Jakarta. Rumusan tersebut menjadi
berikut:

1. Yang Maha Esa


2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
3. Ketuhanan Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Perumus Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD’45 menurut


Prof. Dr. Sri Soemantri S.H. LLM. Dalam ceramahnya pada Pelatihan Nasional
Dosen Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pendidikan Pancasila di
Yogyakarta (2002) adalah :

1. Drs. Mohammad Hatta


2. Abikoesno Tjokrosoejoso
3. Kasman Singomedjo
4. Wahid Hasjim
5. Mr. Mochamad Hasan
7
Dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia, pada bulan Desember 1949 NKRI
menjadi Republik Indonesia Serikat (RIS), sebagai hasil dari persetujuan
pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Belanda yang dikenal dengan
Konperensi Meja Bundar (KMB), RIS terdiri atas 16 negara bagian. Usia RIS
berakhir pada bulan Mei 1950 NKRI terbentuk kembali.

Mulai tahun 1950 sampai tahun 1959 Indonesia menggunakan Undang-Undang


dasar Sementara Th. 1950 (UUDS ’50) dimana sifat pemerintahannya Parlementer
dan menganut demokrasi Liberal.

Perubahan pemerintahan maupun bentuk Negara. Sifat Konsistensi


mempertahankan Pancasila sebagai Dasar Negara. Sifat kesadaran dari bangsa
Indonesia akan pentingya Pancasila sebagai norma dasar/fundamental norm/grund
norm  bagi kokohnya NKRI.

c) Landasan Yuridis
Secara yudridis butir-butir Pancasila tercantum pada pembukaan UUD’45 alinea
ke IV, yang diejawantahkan dalam pasal-pasal UUD’45. Dalam TAP MPR RI No.
XVIII/MPR/’98 dikukuhkan Pancasila sebagai dasar Negara harus konsisten
dalam kehidupan bernegara. Dalam TAP MPR RI No. IV/MPR/’99 diamanatkan
agar visi bangsa Indonesia tetap berlandaskan pada Pancasila.

d) Landasan Kultural
Pancasila yang bersumber dari nilai agama dan nilai budaya bangsa Indonesia
tercermin dari keyakinan akan Kemahakuasaan Tuhan YME dan kehidupan
budaya berbagai suku bangsa Indonesia yang saat kini masih terpelihara, seperti :
Tiap upacara selalu memohon perlindungan Tuhan YME, gotong royong , asas
Musyawarah mufakat.
Pada masyarakat Padang dalam perilaku kehidupan bermasyarakat erat terkait
dengan nilai agama yang tercermin pada konsep: “ Adat basandi syara dan syara
basandi kitabbullah.” Yang berarti hokum adat bersendikan syara dan syara
bersendikan Al-Quran.

8
Pada masyarakat Sunda kegiatan kehidupan sudah seyogyanya berpedoman pada
tiga aspek yang tidak terpisahkan yaitu:
- Elmu tungtut, dunya siar, ibadah tetep lakonan (carilah ilmu, carilah rizki/
harta dan tetaplah beribadah pada Tuhan YME). Dalam azas musyawarah
mufakat/ demokrasi terungkap pada nilai tetap dikemukan dengan cara yang
santun tanpa orang kehilangan kehormatan dirinya (Win-win solution)
- Hade ku omong goring ku omong (baik atau buruk katakanlah). Namun
harus Caina herang laukna beunang (airnya bersih ikannya tertangkap/win-
win solution)

2.1.3 Kedudukan dan Fungsi Pancasila

Pancasila adalah nilai-nilai dasar yang sudah ada dan berkembang bersama dengan
bangsa Indonesia, kenapa dikatakan bahwa pancasila itu itu sudah ada karena dalam proses
lahirnya atau asal-usul pancasila itu terjadi yang pertama secara langsung telah dikatakan
bahwa nilai-nilai pancasila itu sudah ada dalam keagamaan dan adat istiadat. Kedudukan dan
fungsi pancasila secara umum ada dua yakni sebagagai dasar negara Indonesia dan sebagai
pandangan hidup bangsa Indonesia. Ada orang yang menyatakan bahwa fungsi dari pancasila
itu adalah sebagai alat pemersatu bangsa, itu sangat salah dan mereka keliru mengartikan
fungsi dari pancasila itu sendiri, sebab pancasila dikatakan sebagai alat berarti pancasila itu
digunakan disaat-saat tertentu dan untuk kepentingan-kepentingan tertentu saja sama hal
dengan alat. Adapun kedudukan dan fungsi dari pancasila sebagai dasar negara adalah sebagai
berikut :

a. Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa


Manusia yang dalam kehidupannya sehari-hari yang merupakan makhluk ciptaan
Tuhan Yang Maha Esa, dalam memperjuangkan hidup dan mencapai tujuan hidup pasti
harus memiliki suautu pandangan atau nilai-nilai yang baik. Pandangan atau nilai-nilai
yang baik itu untuk dijadikan sebagai patokan dalam menyusun cerita kehidupan.
Dalam kaitannya dengan pancasila sebagai pandangan hidup bangsa memberikan suatu
pedoman atau kekuatan rohania bagi diri bangsa Indonesia untuk berperilaku luhur
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Sehingga pandangan hidup
9
pancasila itu dijabarkan dalam pembukaan UUD 1945 yang merupakan cita-cita mulia
bangsa Indonesia yang harus tercapai dan sekarang dalam proses menuju financial dan
perwujudan dari pancasila sebagai dasar negera Indonesia.

b. Pancasila sebagai dasar negara republik Indonesia


Dasar merupakan sesuatu yang sangat berarti dan sangat berperan penting dalam
penentuan arah dan cita-cita yang diinginkan. Dalam kaitannya dengan pancasila
sebagai dasar negara republic Indonesia memberikan arti bahwa segala sesuatu yang
berhubungan dengan kehidupan ketatanegaraan republic Indonesia harus berdasarkan
pada pancasila.
Menurut Kaelan kedudukan pancasila sebagai dasar negara dapat dirincikan sebagai
berikut :
1. Pancasila sebagai dasar negara adalah merupakan sumber dari segala sumber
hukum bangsa Indonesia, sehingga pancasila merupakan asas kerokhanian tertib
hukum Indonesia
2. Meliputi suasana kebatinan dari Undang-Undang Dasar 1945
3. Mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum dasar tertulis maupun tidak tertulis.
4. Mengandung norma yang mengharuskan Undang-Undang Dasar mengandung isi
yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggaraan negara memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur.
5. Pancasila sebagai sumber semangat bagi Undang-Undang Dasar 1945, bagi
penyelenggara negara, dan para pelaksana pemerintah.
6. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan Negara

Sebagai suatu ideologi bangsa dan negara pancasila itu bukan merupakan perwujudan
dari perenungan atau pemikiran seorang atau kelompok sebagaimana ideologi-ideologi yang
dimiliki oleh negara lain, tetapi pancasila itu diangkat dari nilai-nilai budaya, adat istiadat juga
nilai religious serta pandangan hidup yang dimiliki bangsa Indonesia sebelum membentuk
negara Indonesia.

10
2.2 Pengertian Idelogi
Ideologi berasal dari kata idea dan logos. Idea berarti gagasan, konsep, pengertian
dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari bahasa Yunani, eidos yang berarti bentuk
atau idein yang berarti melihat. Idea dapat diartikan sebagai cita-cita, yaitu cita-cita yang
bersifat tetap dan akan dicapai dalam kehidupan nyata. Dengan demikian, cita-cita ini pada
hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau faham yang diyakini kebenarannya.
Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideologi berarti ilmu pengetahuan tentang ide-
ide (the sciene of ideas), atau ajaran tentang pengertian-pengertian dasar.

Istilah “ideologi” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Perancis, Antoine


Destutt de Tracy pada tahun 1796 sewaktu Revolusi Perancis tengah
menggelora. Tracy menggunakan istilah ideologi guna menyebut suatu studi tentang asal
mula, hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah dikenal sebagai “Science
of Ideas”. Gagasan ini diharapkan dapat membawa perubahan institusional dalam masyarakat
Perancis. Namun, Napoleon mencemoohnya sebagai suatu khayalan yang tidak memiliki nilai
praktis. Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan impian Leibnitz yang disebut one great
system truth.

Pokok-pokok pikiran yang perlu dikemukakan mengenai ideologi adalah sebagai berikut:

1. Bahwa ideologi merupakan sistem pemikiran yang erat kaitannya dengan perilaku
manusia. Kecuali itu, ideologi merupakan serangkaian pemikiran yang berkaitan
dengan tertib sosial dan politik yang ada dan berupaya untuk merubah atau
mempertahankan tertib sosial dan politik yang bersangkutan.
2. Bahwa ideologi, disamping mengemukakan program juga menyertakan strategi
guna merealisasikannya.
3. Bahwa ideologi dapat dipandang sebagai serangkaian pemikiran yang dapat
mempersatukan manusia, kelompok, atau masyarakat, yang selanjutnya diarahkan
pada terwujudnya partisipasi secara efektif dalam kehidupan sosial politik.
4. Bahwa yang bisa merubah suatu pemikiran menjadi ideologi adalah fungsi
pemikiran itu dalam berbagai lembaga politik dan kemasya-rakatan.

11
2.2.1 Macam- macam ideologi:
1. Ideology terbuka dan ideology tertutup
Ideology sebagai suautu sistem pemikiran, maka ideology terbuka itu merupakan
suatu sistem pemikiran yang terbuka sedangkan ideology tertutup itu merupakan
suatu sistem pemikiran yang tertutup. Ideology itu bukan cita-cita yang  sudah
hidup dalam masyarakat, melainkan merupakan cita-cita suatu kelompok orang
yang mendasari suatu program untuk mengubah dan mempengaruhi masyarakat.
2. Ideology particular dan komprehensif
Pengetahuan mengenai ideology dilihat bukan hanya dari segi dasar hokum tetapi
semua segi, dari segi sosiologi ideology dibedakan menjadi dua macam yakni
ideology yang bersifat particular dan ideology yang bersifat komprehensif.
Ideology yang bersifat particular artinya suatu keyakinan yang tersusun secara
sistematis yang terkait erat dengan suatu kelas sosial dengan masyarakat,
sedangkan idelogi komprehensif adalah suatu pemikiran menyeluruh mengenai
semua aspek kehidupan sosial dalam kategori kedua ini bercita-cita melakukan
transformasi sosial secara besar-besaran.
3. Hubungan antara filsafat dengan ideology
Filsafat adalah pandangan hidup dan hakikatnya merupakan sistem yang secara
epistemology kebenarannya telah diyakini sehingga dijadikan dasar atau pedoman
hidup manusia dalam memandang realitas kehidupan manusia. Ideology sebagai
suatu rangkaian kesatuan cita-cita yang mendasar dan menyeluruh yang saling
menjalin menjadi satu sistem pemikiran yang logis dan bersumber kepada filsafat.

2.3 Pancasila Sebagai Ideologi Nasional


Kita semua mengetahuI bahwa pancasila merupakan pedoman hidup rakyat Indonesia.
Tapi, tidak sedikit dari kita mengetahui darimanakah ide Pancasila itu muncul di permukaan
bumi indonesia. Lalu apa arti dari Pancasila sebagai ideologi nasional?
Kumpulan nilai-nilai dari kehidupan lingkungan sendiri dan yang diyakini
kebenarannya kemudian digunakan untuk mengatur masyarakat, inilah yang disebut dengan
ideologi.

12
Seperti yang dikatakan oleh Jorge Larrain bahwa ideology as a set of beliefs yang berarti
setiap individu atau kelompok masyarakat memiliki suatu sIstem kepercayaan mengenai
sesuatu yang dipandang bernilai dan yang menjadi kekuatan motivasional bagi perilaku
individu atau kelompok. Nilai-nilai itu dipandang sebagai cita-cita dan menjadi landasan bagi
cara pandang, cara berpikir dan cara bertindak seseorang atau suatu bangsa dalam
memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya.
Begitu pula dengan pancasila sebagai ideologi nasional yang artinya Pancasila
merupakan kumpulan atau seperangkat nilai yang diyakini kebenaranya oleh pemerintah dan
rakyat Indonesia dan digunakan oleh bangsa Indonesia untuk menata/mengatur masyarakat
Indonesia atau berwujud Ideologi yang dianut oleh negara (pemerintah dan rakyat) indonesia
secara keseluruhan, bukan milik perseorangan atau golongan tertentu atau masyarakat tertentu
saja, namun milik bangsa Indonesia secara keseluruhan.

2.3.1 Klasifikasi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Pancasila sebagai ideologi nasional dapat diklasifikasikan melalui :


1. Dilihat dari kandungan muatan suatu ideologi, setiap ideologi mengandung di
dalamnya sistem nilai yang diyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar. Nilai-
nilai itu akan merupakan cita-cita yang memberi arah terhadap perjuangan bangsa
dan negara.
2. Sistem nilai kepercayaan itu tumbuh dan dibentuk oleh interaksinya dengan
berbagai pandangan dan aliran yang berlingkup mondial dan menjadi kesepakatan
bersama dari suatu bangsa.
3. Sistem nilai itu teruji melalui perkembangan sejarah secara terus-menerus dan
menumbuhkan konsensus dasar yang tercermin dalam kesepakatan para pendiri
negara (the fouding father).
4. Sistem nilai itu memiliki elemen psikologis yang tumbuh dan dibentuk melalui
pengalaman bersama dalam suatu perjalanan sejarah bersama, sehingga memberi
kekuatan motivasional untuk tunduk pada cita-cita bersama.
5. Sistem nilai itu telah memperoleh kekuatan konstitusional sebagai dasar negara
dan sekaligus menjadi cita-cita luhur bangsa dan negara.

13
Sehingga dapat disimpulkan bahwa pancasila ideologi nasional dipahami dalam perspektif
kebudayaan bangsa dan bukan dalam perpektif kekuasaan, sehingga bukan sebagai alat
kekuasaan.

2.3.2 Dimensi Pancasila Sebagai Ideologi Nasional

Selaku Ideologi Nasional, Pancasila Memiliki Beberapa Dimensi :

1. Dimensi Idealitas
Dimensi Idealitas artinya ideologi Pancasila mengandung harapan-harapan dan
cita-cita di berbagai bidang kehidupan yang ingin dicapai masyarakat.
2. Dimensi Realitas
Dimensi Realitas artinya nilai-nilai dasar yang terkandung di dalamnya bersumber
dari nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat penganutnya, yang menjadi milik
mereka bersama dan yang tak asing bagi mereka.
3. Dimensi normalitas
Dimensi normalitas artinya Pancasila mengandung nilai-nilai yang bersifat
mengikat masyarakatnya yang berupa norma-norma atauran-aturan yang harus
dipatuhi atau ditaati yang sifatnya positif.
4. Dimensi Fleksilibelitas
Dimensi Fleksilibelitas artinya ideologi Pancasila itu mengikuti perkembangan
jaman, dapat berinteraksi dengan perkembangan jaman, dapat mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi, bersifat terbuka dan demokratis.

2.3.3 Nilai-nilai Pancasila sebagai Ideologi

Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,


Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai dasar
bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan. Nilai-nilai Pancasila tergolong
nilai kerokhanian yang didalamnya terkandung nilai-nilai lainnya secara lengkap dan
harmonis, baik nilai material, nilai vital, nilai kebenaran (kenyataan), nilai estetis, nilai etis
maupun nilai religius. Nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi  bersifat objektif dan subjektif,

14
artinya hakikat nilai-nilai Pancasila adalah bersifat universal (berlaku dimanapun), sehingga
dimungkinkan dapat diterapkan pada negara lain. Jadi kalau ada suatu negara lain
menggunakan prinsip falsafah, bahwa negara berKetuhanan, berKemanusiaan, berPersatuan,
berKerakyatan, dan berKeadilan, maka Negara tersebut pada hakikatnya menggunakan dasar
filsafat dari nilai-nilai Pancasila.

Nilai-nilai Pancasila bersifat objektif, maksudnya adalah:

1. Rumusan dari sila-sila Pancasila itu sendiri memiliki makna yang terdalam
menunjukkan adanya sifat-sifat yang umum universal dan abstrak karena
merupakan suatu nilai;
2. Inti dari nilai Pancasila akan tetap ada sepanjang masa dalam kehidupan bangsa
Indonesia baik dalam adat kebiasaan, kebudayaan, kenegaraan maupun dalam
kehidupan keagamaan;
3. Pancasila yang terkandung dalam Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah
negara yang mendasar, sehingga merupakan sumber dari segala sumber hukum di
Indonesia.

Sedangkan nilai-nilai Pancasila bersifat subjektif, terkandung maksud bahwa keberadaan


nilai-nilai Pancasila itu bergantung atau terlekat pada bangsa Indonesia sendiri. Hal ini dapat
dijelaskan, karena:

1. Nilai-nilai Pancasila timbul dari bangsa Indonesia, sehingga bangsa Indonesia


sebagai penyebab adanya nilai-nilai tersebut;
2. Nilai-nilai Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa Indonesia, sehingga
merupakan jati diri bangsa yang diyakini sebagai sumber nilai atas kebenaran,
kebaikan, keadilan dan kebijaksanaan dalam hidup bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara;
3. Nilai-nilai Pancasila di dalamnya terkandung nilai-nilai kerokhanian, yaitu nilai
kebenaran, keadilan, kebaikan, kebijaksanaan, etis, estetis, dan nilai religius yang
sesuai dengan hati nurani bangsa Indonesia dikarenakan bersumber pada
kepribadian bangsa. Oleh karena nilai-nilai Pancasila yang bersifat objektif dan

15
subjektif tersebut, maka nilai-nilai Pancasila bagi bangsa Indonesia menjadi
landasan, menjadi dasar serta semangat bagi segala tindakan atau perbuatan dalam
kehidupan bermasyarakat maupun kehidupan bernegara. Nilai-nilai Pancasila 
sebagai sumber nilai bagi manusia Indonesia dalam menjalankan kehidupan
berbangsa dan bernegara, maksudnya sumber acuan dalam bertingkah laku dan
bertindak dalam menentukan dan menyusun tata aturan hidup berbangsa
dan bernegara.Nilai-nilai Pancasila merupakan nilai-nilai yang digali, tumbuh dan
berkembang dari budaya bangsa Indonesia yang telah berakar dari keyakinan hidup
bangsa Indonesia. Dengan demikian nilai-nilai Pancasila menjadi ideology yang
tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dari harta kekayaan rohani, moral dan
budaya masyarakat Indonesia sendiri. Sebagai nilai-nilai yang digali dari kekayaan
rohani, moral dan budaya masyarakat Indonesia sendiri, maka nilai-nilai Pancasila
akan selalu berkembang mengikuti perkembangan masyarakat Indonesia.Sebagai
ideologi yang tidak diciptakan oleh negara, menjadikan Pancasila sebagai ideologi
juga merupakan sumber nilai, sehingga Pancasila merupakan asas kerokhanian bagi
tertib hukum Indonesia, dan meliputi suasana kebatinan (Geistlichenhintergrund)
dari Undang-Undang Dasar 1945 serta mewujudkan cita-cita hukum bagi hukum
dasar negara.Pancasila sebagai sumber nilai mengharuskan Undang-Undang Dasar
mengandung isi yang mewajibkan
4. Pemerintah, penyelenggara negara termasuk pengurus partai dan golongan
fungsional untuk memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang
cita-cita moral rakyat yang luhur.

2.4 Mekanisme Pengembangan Ideologi Pancasila

Pengembangan atas nilai-nilai  dasar Pancasila menjadi nilai-nilai instrument atau


operasional dalam garis-garis besar haluan negara bukan sesuatu yang baru. Formalnya dapat
dikatakan sejak bangsa Indonesia berhasil mencanangkan pembangunan nasional di segala
bidang meliputi bidang-bidang Ideologi, Politik, Ekonomi,Sosial, Budaya dan Pertahanan
Kemanan Nasional ( IPOLEKSOSBUD-HANKAMNAS) sebagaimana tertuang dalam
Ketetapan-ketetapan Majlis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI) dianggap
sebagai salah satu wujud pengembangan daripada nilai-nilai dasar Pancasila.

16
Pembangunan yang merupakan implementasi ideologi Pancasila sebagai ideologi
terbuka, dalam pemikiran kenegaraan dapat diawali pada 3 (tiga) sumber materi penyusunan
pembangunan, yaitu :

1. Dilingkungan praktisi, terutama pada instansi lingkungan penyelenggara negara.


2. Dilingkungan ilmuwan dan pengamat.
3. Dilingkungan organisasi kemasyarakata.

Sehubungan dengan pentingnya aktualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai ideologi


terbuka. Moerdiono memaparkan perbedaan ketiga macam nilai diatas sebagai berikut :

1. Nilai Dasar
Ialah nilai yang bersifat abstrak, umum, tidak terikat dengan waktu dan tempat,
dengan kandungan kebenarannya bagaikan satu aksiom. Dari segi kandungan
nilainya, maka nilai dasar berkenaan dengan eksistensi sesuatu, yang mncakup cita-
cita, tujuan, tatanan dasar dan ciri khasnya.
Nilai dasar ditetapkan oleh para pendiri negara, dan pada dasarnya nilai ini
tidak akan berubah sepanjang zaman. Hal itu bias tercapai justru oleh karena sifatnya
yang amat abstrak, yangterlepas dari pengaruh perubahan waktu atau tempat.
Pada dasarnya nilai dasar yang dianut bangsa Indonesia adalah : Kebersamaan,
persatuan dan kesatuan, baik dalam bidang IPOLSEK-SOS maupun HANKAM.
Yang disebut dengan istilah lebih halus sebagai kekeluargaan, yang menolak faham
individualism dan egoisme, baik egoisme perorangan maupun egoisme kelompok.
Dari nilai dasar ini pulalah bersumbernya wawasan nasional kita tentang kerakyatan,
keadilan sosial, bahkan wawasan nusantara.
Dihubungkan dengan system ketatanegaraan Indonesia, nilai dasar tercantum
dalam hokum dasar tertulis, ysng meliputi : Pembukaan, Batang Tubuh dan
Penjelasan UUD 1945. Di dalam dokumen tersebut terkandung kaidah-kaidah paling
hakiki, cita-cita dan tujuannya, tatanan dasar dan juga ciri-ciri khasnya.

17
2. Nilai Instumental
Ialah penjabaran dari nilai dasar, yang merupakan arahan kinerjanya untuk
waktu dan kondisi  tertentu. Sifat ini sudah lebih kontekstual, dapat dan bahkan harus
dseisuaikan dengan tuntunan zaman.
Dari segi nilai kandungan nilainya, maka nilai instrumental merupakan
kebijakan, strategi, organisasi, sistem,rencana, program, bahkan juga proyek-proyek
yang menindaklanjuti nilai dasar.
Nilai instrumental terpengaruh oleh  perubahan  waktu, keadaan , atau
tempat , sehingga secara berkala memerlukan penyesuaian. Nilai Instrumental
merupakan kontekstual dar nilai dasar yang menjamin agar nilai dasar tersebut tetap
relevan dengan masalah-masalah utama yang dihadapi masyarakat dalam zaman
tersebut. Nilai ini dikembangkan oleh lembaga-lembaga penyelenggara negara yang
dibentuk kemudian.
Nilai instrumental tercantum dalam selurh dokumen kenegaraan yang
menindaklanjuti UUD dan belum termasuk kepada nilai praktis, seperti GBHN, UU
dan peraturan pelaksanaannya.
Jika ditinjau dari segi lembaga yang berwenang menyusun nilai instrumental ini ada 3
(tiga) lembaga yang bertanggung jawab utuk itu, yakni MPR, Presiden dan DPR.
Ke dalam nilai instrumental juga dapat dimasukkan hukum dasar tidak tertulis, yang
tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara.

3. Nilai Praksis
Ialah interaksi antara nilai instrumental dengan situasi konkrit pada tempat
tertentu dan situasi tertentu. Sifat daripada nilai ini amat dinamis, karena yang
diinginkan adalah tegaknya nilai instrumental itu dalam kenyataan. Dari segi
kandungan nilanya, nilai praksis merupakan gelanggang pertarungan antara idealisme
dan realitas.
Nilai praksis terdapat banyak wujud penerapan nilai-nilai pancasila baik
secara tertulis maupun secara tidak tertulis, baik oleh cabang eksekutif, cabang
legislatif, cabang yudikatif, oleh organisasi kekuatan sosial-politik, oleh organisasi

18
kemasyarakatan, oleh badan-badan ekonomi oleh pemimpin kemasyarakatan, maupun
oleh warga negara secara perseorangan.
Nilai praksis terkandung dalam kenyataan sehari-hari yaitu dalam cara
bagaimana kita melaksanakan nilai-nilai Pancasila.
Kritik yang sering terjadi tidak diarahkan pada nilai dasar maupun nilai
instrumentalnya, melainkan kepada nilai praksisnya, terutama jika dalam keadaan
normal terjadi pelanggaran nilai-nilai yang justru seharusnya ditegakkan. Misalnya
korupsi, kolusi, penyikasaan terhadap tahanan, perselingkuhan guru dengan murid,
perjudian yang justru dilindungi, dan sebagainya.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Dalam arti kata luas, istilah ideologi dipergunakan untuk segala kelompok cita-cita,
nilai-nilai dasar, dan keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman
normatif. Dalam artian ini, ideologi disebut terbuka. Dalam arti sempit, ideologi adalah
gagasan atau teori yang menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang menentukan
dengan mutlak bagaimanan manusia harus hidup dan bertindak.
Karakteristik ideologi Pancasila merupakan ciri khas yang membedakannya dengan
ideologi yang lain. Karakteristik tersebut yang pertama adalah Tuhan Yang Maha Esa yang
berarti pengakuan bangsa Indonesia akan eksistensi Tuhan sebagai pencipta dunia dengan
segala isinya. Kedua adalah penghargaan kepada sesama umat manusia apapun suku bangsa
dan bahasanya sesuai dengan Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, ketiga adalah bangsa
Indonesia menjunjung tinggi persatuan bangsa, keempat adalah bahwa kehidupan kita dalam
kemasyarakatan dan bernegara berdasarkan atas sistem demokrasi Pancasila sesuai dengan sila
ke empat yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan. Kelima adalah Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Nilai-nilai Pancasila yang terkandung di dalamnya merupakan nilai-nilai Ketuhanan,
Kemanusiaan, Persatuan, Kerakyatan, dan Keadilan. Nilai-nilai ini yang merupakan nilai dasar
bagi kehidupan kenegaraan, kebangsaan dan kemasyarakatan.
Kesimpulan yang bisa ditarik adalah sekalipun pengertian ideologi bervariasi, tetapi
jika dicermati sesungguhnya terkandung inti-inti kesamaan. Kesamaan-kesamaannya, yakni
ideologi adalah prinsip, dasar, arah, dan tujuan dalam kehidupan. Selain mengetahui
pengertian ideologi, kita juga harus mengetahui fungsi ideologi. Ideologi berfungsi mendasari
kehidupan masyarakat sehingga mampu menjadi landasan, pedoman, dan bekal serta jalan
bagi suatu kelompok, masyarakat, bangsa, dan Negara

20
3.2 SARAN

Adapun saran penulis kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui bahwa
pancasila sangat penting  sebagai ideologi nasional dan bagi kehidupan kita, dan agar pembaca
dapat melaksanakan atau bisa menerapkan di kehidupan.
Perlu adanya pembelajaran lebih dalam tentang materi-materi ideologi pada mata
kuliah pancasila pada kampus-kampus di Indonesia.
Perlu adanya penelitian atau study banding kedepannya agar memperlengkap
pengetahuan tentang pancasila sebagai ideologi nasional.
Selain dari pada itu, penulis memohon maaf apabila terdapat kesalahan karena kami
masih dalam proses pembelajaran. Dan yang kami harapkan dengan adanya makalah ini,dapat
menjadi wacana yang membuka pola pikir pembaca dan memberi saran yang sifatnya tersirat
maupun tersurat.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. Al-Marsudi, Subandi. 2003. Pancasila dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi.


Jakarta: PT Raja Garindo Persada
2. Darmadi, Hamid. 2013. Urgensi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan di
peruguruan Tinggi. Bandung: Alfabeta.
3. Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to Facebook
4. http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/pendidikan_pancasila/bab4-
pancasila_sebagai_ideologi.pdf
5. http://id.Wikipedia.org/wiki/pancasila
6. http://pikiran-rakyat/cakrawala/sekitarkita.htm
7. http://pknburahmaayue.blogspot.co.id/2012/12/pancasila-sebagai-ideologi-
terbuka_16.html
8. http://ruaikadiniati.blogspot.com/2015/10/makalah-pancasila-sebagai-ideologi.html
9. http://www.g-excess.com/id/sejarah-lahirnya-pancasila-sebagai-ideologi-nasional.
10. http://www.gudangmateri.com/2010/10/pancasila-sebagai-ideologi-negara.html
11. https://ahmadjurnaidi.wordpress.com/2014/01/02/makalah-pancasila-sebagai-ideologi-
nasional/
12. Makalah Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

22

Anda mungkin juga menyukai