NIM : 2200874201173
NORMA
Sesuai dengan undang undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 tentang
perkawinan. Telah disebutkan dalam
Pasal 1
Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai
suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Mahaesa.
Pasal 2
(1) Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing- masing agamanya
dan kepercayaannya itu.
(2) Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.
SUBJEK HUKUM
Pihak yang terlibat di dalam peristiwa hukum ini terjadi sesuai persetujuan dari kedua calon
mempelai, Dimana pada saat peristiwa Pernikahan ini terjadi pada saya sendiri yang
bernama Imam Rofi’i dan istri saya yang bernama Hana Selfiana di tahun 2016. Pada saat
itu Saya sebagai mempelai laki-laki berusia 22 tahun dan istri saya sebagai mempelai
perempuan berusia 23 tahun. Merujuk Pada Pasal 6 pada ayat 1 dan 2 yang berbunyi :
(1) Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai.
(2) Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 (duapuluh
satu) tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Dan Merujuk Pada Pasal 7 pada ayat 1
yang berbunyi :
(1) Perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun.
PENCEGAHAN PERKAWINAN
Sesuai dengan pasal 13 Perkawinan dapat dicegah, apabila ada pihak yang tidak
memenuhi
syarat-syarat untuk melangsungkan perkawinan.
Dilanjutkan pada pasal 14 yang dapat mencegah perkawinan tersebut adalah
1) para keluarga dalam garis keturunan lurus keatas dan kebawah, saudara, wali nikah,
wali, pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak-pihak yang
berkepentingan.
2) Mereka yang tersebut pada ayat (1) pasal ini berhak juga mencegah berlangsungnya
Perkawinan apabila salah seorang dari calon mempelai berada di bawah
pengampuan, sehingga dengan perkawinan tersebut nyata-nyata mengakibatkan
kesengsaraan bagi calon mempelai yang lainnya, yang mempunyai hubungan dengan
orang-orang seperti tersebut dalam ayat (1) pasal ini.
1) Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup
berumah tangga sesuai dengan kemampuannya.
2) Isteri wajib mengatur urusan rumah-tangga sebaik-baiknya.
3) Jika suami atau isteri melalaikan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan
gugutan kepada Pengadilan.