Anda di halaman 1dari 3

PAPER

Hukum Perdata

Syarat sah perkawinan


Menurut
( KUH Perdata dan UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 )

Dosen Pengampu : Irma Istihara Zain, SH., MH.

DI SUSUN OLEH:
DINKA PAZIRO ADIPAMA
(022040006)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM AL – AZHAR MATARAM
2022/2023

1
Pembahasan
Dalam Pasal 26 KUHPerdata, perkawinan hanya dilihat sebagai keperdataan saja, yang
berarti perkawinan hanya sah jika memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam
KUHPerdata
Lebih khususnya lagi di atur dalam Undang undang perkawinan Nomer 1 tahun 1974
tentang perkawinan
Dalam pasal 1 (satu) dapat kita definisikan sebagai, Ikatan lahir batin antara sorang
peria dan seorang wanita, sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga atau
rumah tangga yang bahagia, dan kekal berdasarkan ketuhanan yang Maha Esa
Ada 5 (lima) Unsur Pokok dalam Kerperdata Perkawinan
a. Syarat syarat perkawinan
b. Sahnya suatu perkawinan
c. Nikah beda Agama
d. Putusan dan Alasan Perceraian
e. Hak-hak perempuan atau Istri jika Bercerai
Syarat syarat perkawinan
Di atur dalam pasal 6 (enam) dan 7 (tujuh) Undang undang Perkawinan
1. Perkawinan harus di dasarkan persetujuan 2 (dua) calon mempelai
2. Pihak laki-laki maupun pihak perempuan harus berumur 19 (semilan belas)
tahun, sesuai dengan Undang undang Nomer 16 tahun 2019 sebagai Perubahan
atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
3. Setiap orang yang belum mencapai 21 (duapuluh satu) tahun dapat
melansungkan perkawinan jika pengadilan telah memberikan izin, berdasarkan
permintaan orang yang telah bersangkutan,
Jika tidak dapat izin dari pengadilan, maka perkawinan itu harus mendapatkan
izin dari orang tua atau walinya
4. Bagi yang beragama islam, Calon istri, calon suami, wali nikah, 2 (dua) orang
saksi dan ijab kabul
Dalam pasal 2 (dua) Undang undang perkawinan di atur syarat sahnya suatu
perkawinan sebagai berikut :
1. Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaan
2. Tiap-tiap perkawinan di catat menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku
Dalam melansungkan perkawinan idealnya dilangsungkan secara agama terlebih
dahulu di hadiri oleh wali dari kedua mempelai dan para saksi, lalu di catatkan
bagi yang muslim di catatkan di KUA (kantor urusan agama), dan bagi yang
kafir di KCS (kantor catatan sipil)
Dalam ketentuan Pasal 28B Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, dicantumkan bahwa setiap orang berhak membentuk keluarga dan
melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang sah serta Negara menjamin hak
anak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan berkembang serta berhak atas
pelindungan dari kekerasan dan diskriminasi.

2
3

Anda mungkin juga menyukai