Nim : 6311211105
Kelas : C
Matkul : Hukum Perdata
Dosen : R. Ardini Rakhmania Ardan, S.H., M.Kn
1. Pengertian 1) Pengertian
Undang-Undang memandang soal perkawinan hanya dalam Perkawinan ialah suatu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
hubungan-hubungan perdata. (Pasal 26) Hubungan-hubungan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah
perdata ialah hubungan yang hanya melibatkan antara orang tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ke-Tuhanan Yang Maha Esa.
yang satu dengan orang yang lainnya atau disebut hubungan (Pasal 1) pengertian perkawinan menurut UU No 1 tahun 1974 memiliki tiga
per-orangan. Dan pengertian perkawinan dalam BW hanya unsur, yaitu ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita,
menjelaskan pengertian yuridis saja. bertujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal, dan berdasarkan
KeTuhanan YME.
2. Asas 2) Asas
Pada BW, azas yang digunakan dalam perkawinan adalah, Pada UU No 1 Tahun 1974, azas yang digunakan dalam perkawinan adalah,
a. Sepakat (Pasal 28) a. Sepakat (Pasal 3 ayat (2))
b. Monogami Mutlak (Pasal 27) b. Monagami tidak Mutlak (Pasal 3 ayat (1))
c. Konsensual (pasal 28) c. Konsensual (pasal 6)
d. Asas persatuan bulat (pasal 119) d. Asas proporsional (pasal 31)
e. Asas tidak bisa dibagi-bagi (pasal 331)
3. Sahnya Perkawinan 3) Sahnya Perkawinan
Perkawinan sah menurut BW, apabila: Perkawinan Sah menurut UU Perkawinan, apabila:
a. Secara Yuridis, Hubungan-hubungan keperdataannya a. Dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan
terpenuhi. (Pasal 26) kepercayaannya. (Pasal 2 ayat (1))
b. Yang hendak kawin memberitahukan kepada Pegawai b. Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-undangan
Catatan Sipil ditempat salah satu pihak. (Pasal 50) yang berlaku. (Pasal 2 ayat (2))
4. Syarat Perkawinan 4) Syarat Perkawinan
a. Persetujuan kedua belah pihak. (Pasal 28) a. Persetujuan kedua belah pihak. (Pasal 6 ayat (1))
b. Batas usia untuk pria yaitu 18 tahun, dan wanita yaitu 15 b. Batas usia untuk pria yaitu 19 tahun, dan wanita yaitu 16 tahun. (Pasal 7
tahun. (Pasal 29) ayat (1))
c. Apabila akan kawin, tapi belum mencapai usia 30 tahun c. Untuk melangsungkan perkawinan, apabila belum mencapai usia 21
maka harus meminta izin dari ibu atau bapak mereka tahun, maka harus mendapat izin dari kedua orangtua (Pasal 6 ayat (2))
(Pasal 42), dan apabila tidak memperoleh izin maka boleh dan apabila telah meninggal kedua orangtuanya maka minta izin kepada
meminta izin kepada Pengadilan Negeri tempat mereka salah satu orangtua yang masih hidup (Pasal 6 ayat (3), jika tidak ada
tinggal. maka kepada wali (Pasal 6 ayat (4)), dan jika tidak ada juga dapat
d. Perkawinan dilarang, antara: meminta izin kepada Pengadilan (Pasal 6 ayat (5))
• Yang satu dengan yang lainnya bertalian keluarga d. Perkawinan dilarang, antara:
dalam garis keturunan keatas maupun kebawah, baik • Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah atau keatas
karena perkawinan yang sah, maupun taksah atau • Berhubungan darah dalam garis keturunan menyamping
karena perkawinan dan dalam garis menyimpang • Berhubungan semenda
antara saudara laki-laki dan saudara perempuan sah • Berhubungan sepersusuan
atau taksah. (Pasal 30) • Berhubungan saudara dengan isteri atau sebagai bibi atau kemenakan
• Antara ipar laki-laki dan ipar perempuan. (Pasal 31) dari isteri
• Antara paman atau paman orangtua dan anak • Mempunyai hubungan yang agamanya atau peraturan lain yang
perempuan saudara atau cucu perempuan saudara, berlaku, dilarang kawin
seperti antara bibi atau bibi orangtua dan anak laki-laki • Apabila antara suami-istri telah bercerai sebanyak 2 kali, maka tidak
saudara atau cucu laki-laki saudara. (Pasal 31) boleh dilangsungkan perkawinan lagi sepanjang hukum masing-
• Perkawinan untuk kedua kalianya dengan orang yang masing agamanya dan kepercayaannya dari keduanya tidak
sama adalah terlarang (Pasal 33) menentukan lain. (Pasal 10)
• Seorang wanita tidak diperbolehkan kawin lagi • Bagi seorang wanita yang perkawinannya putus berlaku jangka waktu
sebelum lewat 300 hari semenjak perkawinan terakhir tunggu sesuai dengan Peraturan Pemerintah lebih lanjut. (Pasal 11)
dibubarkan (Pasal 34)