Anda di halaman 1dari 11

BAB I

DASAR PERKAWINAN

PASAL 1
perkawinan bertujuan mengikat lahir dan batin antara pria dan wanita sebagai suami istri
dan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia berdasaran ketuhanan yang
maha esa(sila pertama pancasila)
PASAL 2
kepercayaan setiap manusia. Dan setiap perkawinan dicatat menurut undang-undang yang
berlaku.
PASAL 3
pada asasnya, seorang laki-laki ataupun perempuan hanya diperbolehkan mempunyai satu
pasangan, apabila seorang lelaki ingin mempunyai lebih dari satu istri pengadilan dapat
memberi izin dengan syarat dikehendaki oleh pihak yang bersangkutan.
PASAL 4
apabila seorang suami akan beristri lebih dari satu orang maka ia wajib mengajukan
permohonan ke pengadilan dan pengadilan hanya akan memberi izin dengan syarat istri
tidak dapat menjalankan kewajiban, cacat badan atau penyakit, dan tidak dapat melahirkan
keturunan.
PASAL 5
untuk mengajukan permohonan ke pengadilan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi
yaitu adanya persetujuan dari isteri, adanya kepastian bahwa suami mampu menjamin
hidup istri dan anak-anaknya, adanya jaminan bahwa suami akan berlaku adil. Persetujuan
dari istri tidak diperlukan bagi seorang suami apabila istri nya tidak mungkin dimintai
persetujuan nya.
BAB II
SYARAT-SYARAT PERKAWINAN

PASAL 6
Perkawinan didasarkan persetujuan kedua calon mempelai. Apabila belum mencapai umur
21 tahun harus mendapat izin kedua orang tua. Apabila salah seorang atau kedua orangtua
nua meninggal dunia atau dalam keadaan tidak mampu maka izin diperoleh dari orangtua
yang masih hidup atau wali. Ketentuan-ketenuan tersebut berlaku sepanjang hukum
masing-masing agamanya itu tidak menentukan lain.
PASAL 7
Usia minimal pria untuk menikah adalah 19 tahun dan wanita adalah 16 tahun, apabila
terdapat penyimpangan maka akan mendapatkan dispensasi kepada pengadilan yang
diminta oleh kedua orangtua atau wali dari pihak pria/wanita.
PASAL 8
Perkawinan dilarang apabila dua orang mempunyai hubungan darah, hubungan semenda
(mertua, anak tiri, menantu dan ibu/bapak tiri), hubungan susuan, berhubungan saudara
dengan istri, dan mempunyai hubungan yang oleh agamanya atau peraturan lain yang
berlaku dilarang kawin.
PASAL 9
Seseorang yang telah terikat perkawinan tidak dapat kawin lagi, kecuali dikehendaki oleh
pihak-pihak tertentu dengan syarat seperti pada pasal 4

PASAL 10
Apabila suami dan istri yang telah cerai 2 kali, maka diantara mereka tidak boleh
dilangsungkan perkawinan lagi, sepanjang hukum masing-masing agama dari yang
bersangkutan tidak menentukan lain
PASAL 11
Bagi seorang yang putus perkawinan nya berlaku jangka waktu tunggu yang akan diatur
dalam peraturan lebih lanjut
PASAl 12
Tata cara perkawinan diatur dalam peraturan perundang-undangan nya sendiri
BAB III
PENCEGAHAN PERKAWINAN

Pasal13
Perkawinan dapat dicegah apabila ada orang yang tidak memenuhi syarar-syarat untuk
melangsungkan perkawinan
Pasal 14
Yang dapat mencegah perkawinan adalah keluarga dalam garis keturunan lurus, saudara,
wali nikah, wali pengampu dari salah seorang calon mempelai, dan pihak yang
berkepentingan. Mereka juga dapat mencegah perkawinan apabila perkawinan itu akan
mengakibatkan kesengsaraan bagi calon mempelai
Pasal 15
Istri dapat mencegah suami nya untuk menikah lagi walaupun cacat/tidak dapat memiliki
keturunan seperti pada pasal 3.
Pasal 16
Pejabat yang ditunjuk berkewajiban mencegah perkawinan apabila ketentuan-ketentuan
dalam pasal 7,pasal 8,pasal 9, pasar 10,dan pasal 12 undang-undang tidak dipenuhi.
Pasal 17
Pencegahan perkawinan diajukan kepada pengadilan dalam daerah hukum dimana
perkawinan akan dilangsungkan, kepada calon mempelai diberitahukan mengenai
permohonan pencegahan perkawinan oleh pegawai pencatat perkawinan.
Pasal 18
Pencegahan perkawinan dapat dicabut dengan putusan pengadilan atau dengan menarik
kembali permohonan pencegahan.

Pasal 19
Perkawinan tidak dapat dilangsungkan apabila pencegahan belum dicabut
Pasal 20
Pegawai pencatat perkawinan tidak boleh melangsungkan/membantu perkawinan apabila ia
mengetahui adanya pelanggaran dari ketentuan dalam pasal 7 ayat (1), pasal 8, pasal 9,
pasal 10, dan pasal 12 undang-undang ini
Pasal 21
Pegawai pencatat perkawinan dapat menolak melangsungkan perkawinan apabila ia
berpendapat bahwa perkawinan tersebut ada larangan menurut undang-undang ini. Paea
pihak yang perkawinan nya ditolak berhak mengajukan permohonan kepada pengadilan.
Pengadilan akan memeriksa perkaranya dengan acara singkat dan akan memberikan
ketetapan, ketetapan ini hilang kekuatan nya jika rintangan-rintangan yang mengakibatkan
penolakan tersebut hilang.

BAB IV
BATALNYA PERKAWINAN

Pasal 22
Pasal ini berisi batalnya perkawinan jika kedua pihak tidak memenuhi persyaratan
perkawinan.
Pasal 23
Pasal ini berisi siapa saja yang dapat mengajukan pembatalan perkawinan.
Pasal 24
Pasal ini berisi pembatalan perkawinan yang baru jika seorang masih terikat perkawinan
dengan pihak lain.
Pasal 25
Pasal ini berisi daerah hukum yang bisa di jadikan tempat pengajuan pembatalan
perkawinan.
Pasal 26
Pasal ini berisi dua hal, yaitu hal hal yang menyebabkan pembatalan perkawinan yang dapat
diminta oleh keluarga dalam keturunan lurus ke atas dari suami atau istri, jaksa dan suami
atau istri. kedua hak pembatalan oleh suami atau istri gugur apabila setelah hidup bersama
dapat memperlihatkan akte perkawinan yang tidak berwenang dan perkawinan harus
diperbarui.
Pasal 27
Pasal ini berisi tiga hal, suami atau istri dapat mengajukan permohonan pembatalan
perkawinan jika pernikahan dibawah ancaman. Kedua, suami atau istri dapat mengajukan
permohonan pembatalan perkawinan jika terjadi salah sangka di antara suami atau istri.
Tiga, hak permohonan pembatalan perkawinan gugur jika ancaman telah berhenti dan salah
sangka usai.
Pasal 28
Pasal ini berisi kekuatan hukum pengadilan dalam pembatalan perkawinan dan pembatalan
perkawinan tidak berlaku walaupun lahirnya anak dan adanya itikad baik.

BAB V
PERJANJIAN

Pasal 29
Pasal ini berisi empat hal, yaitu perjanjian tertulis dapat diajukan sebelum perkawinan dan
disahkan pegawai pencatat perkawinan. Kedua, perkawinan tidak dapat disahkan jika
melanggar batas hukum. Ketiga, perjanjian tertulis tersebut berlaku sejak perkawinan
dilangsungkan. Keempat, perjanjian tidak dapat diubah selama perkawinan, jika kedua pihak
setuju dan tidak merugikan pihak ketiga.

BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI
Pasal 30
Pasal ini berisi kewajiban suami istri menegakkan rumah tangga.

Pasal 31
Pasal ini berisi tiga hal, hak dam kedudukan istri seimbang dengan suami. Kedua, hak suami
istri melakukan perbuatan hukum. Ketiga, posisi suami istri dalam rumah tangga.
Pasal 32
Pasal ini berisi dua hal,hak suami istri untuk memiliki tempat tinggal tetap. Kedua, tempat
tinggal ditentukan suami tersebut.
Pasal 33
Pasal ini berisi hak kewajiban suami kepada istri dan istri kepada suami.
Pasal 34
Pasal ini berisi tiga hal, kewajiban suami kepada istri untuk melindungi dan menafkahinya.
Kedua, kewajiban istri mengurus rumah tangga. Ketiga, jika suami atau istri melalaikan
kewajiban salah satunya bisa mengajukan gugatan ke peradilan.

BAB VII
HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI-ISTRI
PASAL 35
Apabila perkawinan putus, maka harta bersama tersebut diatur menurut hukumnya masing-
masing
PASAL 36
Jika ingin membeli kebutuhan keluarga, maka kedua belah pihak bisa membelinya dan tidak
lupa meminta persetujuan ke suami/istrinya
PASAL 37
Jika ada yang bercerai pembagian harta tidak sembarangan ada hukum yang berlaku untuk
pembagian harta dan harus adil

BAB VIII
PUTUSNYA PERKAWINAN SERTA AKIBATNYA
PASAL 38
Perceraian dapat terjadi jika suami/istri ada yang meninggal, ada yang meminta bercerai
atau sudah disahkan oleh pengadilan
PASAL 39
Perceraian hanya bisa dilakukan di depan sidang pengadilan setelah mediasi oleh
pengadilan tidak berhasil mendamaikan dua pihak, alasan bahwa suami istri tidak akan
dapat rukun kembali sehingga terjadilah perceraian
PASAL 40
Tata cara pengajuan gugatan perceraian diatur dalam perundangan tersendiri yang diajukan
kepada pengadilan
PASAL 41
Bapak ibu berkewajiban memelihara dan medidik terutama bapak bertanggung jawab atas
biaya pemeliharaan dan pendidikan yang dibutuhkan anak serta biaya penghidupan bekas
istri , kecuali bapak tidak dapat memberi kewajiban tersebut pengadilan dapat menentukan
biaya tersebut dan atau menentukan suatu kewajiban bagi bekas istri

BAB IX
KEDUDUKAN ANAK
PASAL 42
Anak yang lahir sebagai akibat perkawinan yang sah dianggap anak yang sah
PASAL 43
anak yang lahir diluar perkawinan mempunyai hubungan perdata dengan ibu dan keluarga
ibunya, kedudukan anak tersebut selanjutnya akan diatur dalam peraturan pemerintah
PASAL 44
Anak yang dilahirkan dari istri yang berzinah, suaminya dapat menyangkal sah nya anak
tersebut setelah pengadilan memberikan keputusan tentang sah tidak nya anak tersebut atas
permintaan yang berkepentingan

BAB X
HAK DAN KEWAJIBAN ANTARA ANAK DAN ORANGTUA
PASAL 45
Harus merawat,menjaga,mendidik sang anak hingga anak tersebut tumbuh dewasa hingga
ia menikah
PASAL 46
Seorang Anak Harus Taat dan Patuh kepada kedua Orang Tuanya

PASAL 47
Anak yang usianya masih dibawah 17 tahun masih dibawah naungan orang tua, belum boleh
menikah. Dan dihadapan hukum, anak yang masih dibawah 17tahun masih menjadi
tanggung jawab dan diwakili orangtua
PASAL 48
Orangtua tidak boleh merampas hak anak yang masih dibawah 17tahun dan tidak boleh
menggadaikan barang mereka kecuali sudah mendapat izin
PASAL 49
Orangtua wajib membiayai sang anak meskipun kedua orangtua sudah berpisah

BAB XI
Perwalian
PASAL 50
Jika seorang anak diatas 17tahun ingin menikah dan tidak ada orangtua, bisa diwakilkan
oleh seoarng wali
PASAL 51
Wali dapat ditunjuk oleh orangtua si anak apabila orang tua sudah hampir wafat,seperti
membuat surat wasiat dengan saksi 2 orang. Seorang wali harus dewasa,sehat,adil,jujur,dan
berkelakuan baik
PASAL 52
Terhadap wali berlaku juga Pasal 48 Undang-undang ini.
PASAL 53
Wali dapat dicabut apabila ia melalaikan kewajibannya dan berkelakuan buruk
PASAL 54
Wali yang membuat kerugian kepada si anak, harus mengganti rugi atas seluruh kerugian
tersebut

BAB XII
KETENTUAN-KETENTUAN LAIN
Bagian Pertama
Pembuktian asal-usul anak
PASAL 55
Asal Usul seorang anak hanya dapat dibuktikan atas Akte Kelahirannya

Bagian Kedua
Perkawinan diluar Indonesia
PASAL 56
Apabila melangsungkan pernikahan diluar indonesia dan tetap mengikuti hukum maka
pernikahan tersebut sah. Dan harus segera melapor ke Kantor Pencatatan Perkawinan

Bagian Ketiga
Perkawinan Campuran
PASAL 57
perkawinan antara dua orang yang di Indonesia tunduk pada hukum yang berlainan, karena
perbedaan kewarganegaraan dan salah satu pihak berkewarganegaraan Indonesia.
PASAL 58
dapat memperoleh kewarganegaraan dari suami/isterinya dan dapat pula kehilangan
kewarganegaraannya, menurut cara-cara yang telah ditentukan dalam Undang-undang
kewarganegaraan Republik Indonesia yang berlaku.
PASAL 59
Perkawinan campuran yang dilangsungkan di Indonesia dilakukan menurut Undang-undang
Perkawinan ini.
PASAL 60
Perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat-syarat
perkawinan yang ditentukan oleh hukum yang berlaku bagi pihak masing-masing telah
dipenuhi
PASAL 61
Barang siapa melangsungkan perkawinan campuran tanpa memperlihatkan lebih dahulu
kepada pegawai pencatat yang berwenang surat keterangan atau keputusan pengganti
keterangan, dihukum dengan hukuman kurungan selama-lamanya 1 (satu) bulan.
Pegawai pencatat perkawinan yang mencatat perkawinan sedangkan ia mengetahui
bahwa keterangan atau keputusan pengganti keterangan tidak ada, dihukum dengan
hukuman kurungan selama-lamanya 3 (tiga) bulan dan dihukum jabatan
PASAL 62
Kewarganegaraan yang diperoleh sebagai akibat perkawinan atau putusnya perkawinan
menentukan hukum yang berlaku, baik mengenai hukum publik maupun mengenai
hukum perdata.
Bagian Keempat
Pengadilan
PASAL 63
Setiap Keputusan Pengadilan Agama dikukuhkan oleh Pengadilan Umum

Bab XIII
Ketentuan Peralihan
Pasal 64
Jika perkawinan terjadi sebelum adanya undang maka hukumnya sah menurut peraturan
lama
Pasal 65
Jika pengadilan memberi izin untuk suami mempunyai istri lebih dari satu maka suami wajib
memberi jaminan hidup yang sama kepada setiap istri. Istri kedua dan seterusnya tidak
berhak atas harta yang telah ada sebelum perkawinan mereka. Semua istri punya hak sama
atas harta sejak perkawinan masing masing.

Bab XIV
Ketentuan Penutup
Pasal 66
Kitab Undang-undang Hukum Perdata (burgelijk Wetboek), Ordinansi Perkawinan Indonesia
Kristen (Huwelijk Ordanantie Christen Indonesia 1933 No.74, Peraturan Perkawinan
Campuran (Regeling op gemeng de Huwelijken S.1898 No. 158), dan Peraturan-peraturan
lain yang mengatur tentang perkawinan sejauh telah diatur dalam Undang-undang ini,
dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 67
Undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkannya
dalam Undang-undang ini yang memerlukan pengaturan pelaksanaan, diatur lebuh lanjut
oleh Peraturan Pemerintah.
Agar supaya setiap orang mengetahuinya, Undang-undang ini ditempatkan dalam Lembaran
Negara Republik Indonesia.
Tugas Agama
Undang-Undang Tentang Perkawinan

KELOMPOK Ar-Rasyid:
1. Indira Machfud
2. Sekar Wilujeng
3. Tarissa Indah
4. Tiara Armynisa Prihadi
5. Waston Kurnia Alza

SMA NEGERI 1 KALIANDA


JALAN KOLONEL MAKMUN RASYID NO.149
TELP.(0727)322152
e-mail:smansakld@gmail.com
website : smansakld.sch.co.id
2017/2018

Anda mungkin juga menyukai