Anda di halaman 1dari 19

Kelompok 4 :

• Anggi Swintaro
• Rio Aditya
• Septia Salwa Anisa
• Syahrul Efendi Nst
Pernikahan
Secara Syari’ah :
Dalam Kamus
Secara Bahasa : Besar Bahasa
Indonesia : Nikah berarti akad
yang menghalalkan
Nikah berarti pergaulan antara
Nikah berarti laki-laki dan
mengumpulkan, perjanjian antara laki
– laki dan perempuan yang
menggabungkan, bukan mahramnya
atau menjodohkan perempuan untuk
bersuami istri yang menimbulkan
dengan resmi hak dan kewajiban
masing-masing.
HIKMAH PERNIKAHAN
 Terciptanya hubungan antara laki-laki dan perempuan yang
bukan mahram, dalam ikatan suci yang halal dan diridai
ALLAH Swt.
 Mendapatkan keturunan yang sah dari hasil pernikahan.
 Terpeliharanya kehormatan suami istri dari perbuatan zina.
 Terjadinya kerja sama antara suami istri dalam mendidik anak
menjaga kehidupannya
 Terjalinnya silahturahim anatara keluarga besar antara pihak
suami dan pihak istri
UNDANG-UNDANG NO 1 TAHUN 1974
TENTANG PERNIKAHAN
BAB I : DASAR
PERKAWINAN
Pasal 2 Pasal 3
Pasal 1
1.Pada azasnya dalam suatu
1.Perkawinan adalah
Perkawinan ialah ikatan perkawinan seorang pria
sah, apabila dilakukan
lahir batin antara hanya boleh mempunyai
menurut hukum
seorang pria dengan seorang istri. Seorang
masing-masing
seorang wanita sebagai wanita hanya boleh
agamanya dan
suami istri dengan mempunyai seorang suami.
kepercayaan itu.
tujuan membentuk 2.Pengadilan, dapat
2.Tiap-tiap perkawinan
keluarga(rumah tangga) memberi izin kepada
dicatat menurut
yang bahagia dan kekal seorang suami untuk beristri
peraturan perundann
berdasarkan ketuhanan lebih dari seorang apabila
undangan yang
yang Mahaesa dikehendaki oleh pihak-
berlaku
pihak yang bersangkutan.
Pasal 4 Pasal 5

1.Dalam hal seorang suami akan 1.Untuk dapat mengajukan permohonan


beristri lebih dari seorang, maka kepada pengadilan harus dipenuhi syarat
ia wajib mengajukan permohonan syarat sebagai berikut:
kepada pengadilan didaerah tempat a. Adanya persetujuan dari istri
tinggalnya b. Adanya kepastian bahwa suami
2.Pengadilan dimaksud diatas hanya mampu menjamin keperluan-keperluan
memberikan izin kepada seorang hidup istri-istri dan anak-anak mereka
suami beristri lebihdari seorang c. Adanya jaminan bahwa suami akan
apabila: berlaku adil terhadap istri-istri dan
a.istri tidak dapat menjalankan anak anak
kewajibannya sebagai istri 2.Persetujuan yang dimaksud pada ayat(1)
b.istri mendapat cacat badan atau huruf(a) pasal ini tidak diperlukan apabila
penyakit yang tidak dapat istri tidak mungkin dimintai persetujuan
disembuhkan dan tidak dapat menjadi pihak dalam
c.istri tidak dapat melahirkan perjanjian, atau apabila tidak ada kabar
keturunan sekurang-kurangnya 2 tahun
BAB II : SYARAT-SYARAT
PERNIKAHAN
Pasal 6
1.Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon mempelai
2.Untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai umur 21 tahun
harus mendapat izin kedua orang tua
3.Dalam hal salah seorang dari kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam
keadaan tidak mampu menyatakan kehendaknya, maka izin dimaksud diatas
cukup diperoleh dari orang tua yang masih hidup atau dari orang tua yang mampu
menyatakan kehendaknya
4.Dalam hal kedua orang tua telah meninggal dunia atau dalam keadaan tidak
mampu untuk menyatakan kehendaknya,maka izin diperoleh dari wali, orang
yang memelihara atau keluarga yang mempunyai hubungan darah dalam garis
keturunan lurus keatas selama mereka masih hidup dan dalam keadaan dapat
menyatakan kehendaknya
5.Dalam hal ada perbedaan pendapat antara orang-orang yang disebut dalam
ayat(2),(3),dan(4) pasal ini, atau salah seorang atau lebih diantara mereka tidak
menyatakan pendapatnya,maka pengadilan dalam daerah hukum tempat tinggal
orang yang akan melangsungkan perkawinan atas permintaan orang tersebut
dapat memberikan izin setelah lebih dahulu mendengar orang-orang tersebut
dalam ayat (2),(3),dan(4) pasal ini
6.Ketentuan tersebut ayat(1) sampai dengan ayat(5) pasal ini berlaku sepanjang
hukum masing-masing agamanya dan kepercayaannya itu dari yang bersangkutan
tidak menentukan lain
Pasal 7
1.Perkawinan hanya diizinkan Pasal 9
jika pria mencapai umur 19 Seseorang yang
tahun dan wanita 16 tahun. maasih terikat tali
2.Jika terjadi penyimpangan perkawinan dengan
maka dapat meminta orang lain tidak
dispensasi kepada dapat kawin lagi
pengadilan atau pejabat lain kecuali pada pasal3,
oleh kedua orang tua pria dan pasal 4
atau wanita

Pasal 8
Perkawinan dilarang antara dua orang yang :
1.Berhubungan darah dalam garis keturunan lurus kebawah ataupunke atas
2.Bibik atau paman dari ayah maupun ibu.Adik atau pun kakak dari nenek atau
pun kakek.
3.Dengan orang yang sepersusuan ataupun orang yang menyusui
4.Ibu tiri,adik tiri, kakak tiri,ayah tiri
Pasal 10
Apabila seorang suami istri yang
telah cerai kawin lagi satu
dengan lain dan bercerai lagi
untuk kedua kalinya,maka
mereka tidak boleh
dilangsungkan pernikahan lagi

Pasal 11
Bagi seorang wanita
yang bercerai berlaku
jangka waktu
Massa Iddah
Iddah(waktu menunggu) didalam agama Islam adalah sebuah
masa dimana seorang perempuan yang telah diceraikan oleh
suaminya,baik diceraikan hidup atau mati,untuk menunggu
dan menahan diri dari menikah .Orang yang sedang
menjalani massa iddah disebut sebagai mu’taddah.
Hukum

Iddah itu wajib hukumnya bagi seorang perempuan


yang dicerai oleh suaminya.Sebagaiman yang telah
dijelaskan bahwa seorang perempuan sedang
mengandung atau tidak

Hikmah
1.Memberikan kesempatan kepada suaami istri untuk kempali kepada
kehidupan rumah tangga,apabila keduanya masih melihat adanya kebaikan di
dalam hal itu
2.Untuk mengetahui adanya kehamilan atau tidak pada istri yang diceraikan.
Untuk selanjutnya memelihara jika terdapat beyi di dalam kandungannya,
agar menjadi jelas siapa ayah dari bayi itu.
3.Penghargaan terhadap hubungan suami istri, sehingga dia tidak langsung
berpindah kecuali sudah menunggu dan diakhirkan
Hak-Hak

1.Istri yang menjalani masa iddah karna ditalak raji’ (dapat dirujuk
kembali) atau istrinya terkena talak ba’in (tidak dapat dirujuk
kembali) yang sedang hamil, apabila terjadi salah satu hal
tersebut maka ia berhak mendapatkan tempat tinggal, pakaian,
dan nafkah dari suami yang menceraikan selama masa iddahnya
2.Istri yang dalam masa iddah dikarenakan suaminya wafat, maka
ia hanya dapat hak warisan, walaupun sedang hamil
3.Wanita yang dicerai dengan talak ba’in (tidak dapat dirujuk
kembali) atau talak tebus (khulu’), maka baginya hanya
mempunyai hak tempat tinggal saja dan tidak yang lainnya
Variasi
1.Jika perempuan yang ditinggalkan mati suaminya tidak hamil, maka masa
iddahnya 4 bulan 10 hari.
2.Jika perempuan itu dalam keadaan tidak hamil dan masih memiliki siklus haid
maka masa iddahnya sampai ia telah menstruasi sebanyak 3 kali
3.Jika perempuen itu sudah lansia atau sudah tidak memiliki siklus haid, maka
masa iddahnya 3 bulan
4.Adapun untuk perempuan yang belum disetubuhi, ia tidak memiliki masa iddah
5.Iddah bagi nperempuan yang sedang hamil adalah sampai ia melahirkan
6.Adapun apabila ia menyetubuhi perempuan budak, maka budak tersebut tidak
memiliki masa iddah. Apabila ia hamil maka massa iddahnya sama dengan
perempuan yang merdeka yaitru sampai ia melahirkan. Tetapi apabila ia tidak
hamil maka masa iddahnya adalah sampai 2 kali masa menstruasi

Anda mungkin juga menyukai