PERJANJIAN ISLAM
Pasal 4:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2
KHI ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.
Ketentuan Pencatatan
Perkawinan
Ketentuan Hukum
Pasal 2 ayat (1) UUP:
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 5 ayat (1) KHI:
Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat
Kegiatan Pasal 6 ayat (1) KHI:
Pencatatan Setiap perkawinan harus dilangsungkan
meliputi: dihadapan dan di bawah pengawasan
Pegawai Pencatat Nikah
Perkawinan yang dilakukan di luar
Akibat pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak
Hukum mempunyai kekuatan Hukum
Alat-alat Bukti dalam Perkawinan
• Akta Nikah yang dibuat PPN
• Itsbat Nikah pada PA, terbatas pada:
a)Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b)Hilangnya Akta Nikah;
c)Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat
Perkawinan perkawinan;
d)Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-
undang No.1 Tahun 1974 dan;
e)Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai
halangan
Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan
Putusnya dengan surat cerai berupa putusan Pengadilan Agama.
Perkawinan
kutipan Buku Pendaftaran Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai
Rujuk Pencatat Nikah
Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun Perkawinan
1.
Calon Mempelai
2. Wali Nikah
3. 2 orang saksi
4.
Ijab dan Kabul (akad nikah)
1. Calon Mempelai
Rukun & Syarat Perkawinan
Syarat Hukum
Meliputi:
a.Larangan karena Hubungan Nasab
b.Larangan karena Hubungan Semenda
c.Larangan karena Hubungan Sesusuan
d.Putusnya perkawinan karena Li’an
a. Larangan karena Hubungan Nasab
• Mertua
• Ibu Tiri
• Anak Tiri, bila bakda ad dukhul
• Menantu
c. Larangan karena hubungan
Sesusuan
Dgn wanita yg menyusui dst mnrt grs lurus ke atas
Dgn seorg wanita sesusuan dst mnrt grs lurus ke
bwh
Dgn seorang wanita saudara sesusuan dan
kemenakan sesusuan ke bawah
Dgn seorg wanita bibi dan nenek bibi sesusuan ke
atas
Dgn anak yg disusui oleh istrinya dan keturunannya
2. Larangan Relatif/ Sementara
1. Dengan wanita yang masih terikat perkawinan
2. Dengan wanita yang masih berada masa idah
3. Dengan wanita yang tidak beragama Islam
4. Berpoligami dengan wanita yang memiliki hubungan
nasab dan sesusuan dengan istrinya (kandung, seayah,
dan seibu)
5. Berpoligami dengan Bibi atau kemenakan dari istrinya
6. Poligami di luar batas (lebih dari 4)
7. Menikahi wanita bekas istri yang ditalak 3
8. Larangan krn ihram
2. Wali nikah
Rukun & Syarat Perkawinan
Ketentuan Wali Nikah
1.Muslim
2.Laki-laki
Syarat 3.Akil
4.Baligh
Golongan 1. Wali Nasab
Wali Nikah 2. Wali Hakim
Golongan Wali Nikah
Kerabat Laki-laki dari garis ayah dalam
1 garis lurus ke atas
Kerabat saudara laki-laki kandung atau
2 seayah, dan keturunannya
Wali
Paman, dari garis ayah dan keturunan laki-
Nasab 3 lakinya
Saudara kandung atau seayah dari Kakek
4 dan keturunan laki-lakinya
Wali nikah yang ditunjuk oleh menteri agama
Wali atau pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi
Hakim hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai
wali nikah
Penggolongan Wali Nikah
NASAB HAKIM
Seayah Kandung
2 1
Saudara Saudara Wali
Kakek 5 Kakek Hakim
Perpindahan:
•Tidak memenuhi 2 1 Alasan :
syarat
• Tuli
Paman 4 Paman •Wali Nasab tidak ada
•Wali Nasab tidak
• Bisu 2 1 mungkin dihadirkan
Saudara Saudara • Wali Nasab ghaib
• Pikun
Laki-laki 3 Laki-laki • Wali Nasab adlal
2 Kakek
1 Ayah
3. Saksi
Rukun & Syarat Perkawinan
Syarat Hukum
Syarat • Laki-laki
Hukum • Muslim,
• Adil
• Akil baligh
• Tidak terganggu ingatan dan tidak tuna
rungu
Dilakukan oleh
Wali Nikah Mempelai Pria
(atau dan (atau
wakilnya) wakilnya)
Ketentuan Mahar
MAHAR
Yang dapat • Keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
• Saudara
mencegah...
• Wali nikah,
• Wali pengampu,
• Pejabat yang mengawasi perkawinan (PPN atau Jaksa)
• Suami atau istri dr calon mempelai
Prosedur
PA Setempat
Permohonan
Putusan
Pencegahan
KUA KUA
Pemberitahu
an pada PPN
setempat
Meliputi:
a.Batal demi Hukum
b.Dapat dibatalkan
1. Perkawinan Batal Demi Hukum
1. Perkawinan putus
2. Untuk suami & istri, kembali ke status semula karena
perkawinan dianggap tidak pernah ada dan para pihak
tidak memiliki hubungan hukum, kecuali untuk status
hukum anak yang lahir dalam perkawinan dan pihak
ketiga yang beriktikad baik.
Pasal 53 KHI :
a. Wanita hamil dapat dikawinkan dengan laki-laki yang
menghamilinya
b. Tidak harus menunggu kelahiran anak
c. Tidak perlu perkawinan ulang
Beristri lebih dari 1 orang
(Poligami)
Ketentuan Poligami
1. Merupakan pengecualian Asas Monogami
Pasal 3 ayat (2) UUP:
Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk
beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.
2. Beristri lebih dari 1 orang bersifat terbatas
Seorang laki-laki hanya dapat menikahi paling banyak 4 (empat)
orang istri dalam 1 waktu
3. Poligami harus dengan Izin Pengadilan Agama
Izin PA akan diberikan bila suami telah memenuhi Alasan dan
Syarat hukum yang ditentukan
Alasan Poligami
ALTERNATIF
Syarat
KUMULATIF
Pengecualian Persetujuan Istri
Bentuk Perbuatan :
Judi, Mabuk, Pemborosan, dst
Membahayakan/
Merugikan Selama Masa Sita
Jaminan:
HARTA
BERSAMA Pengalihan hak atas harta
bersama untuk
kepentingan keluarga
TINDAKAN HUKUM hanya dengan izin PA
SITA JAMINAN
•Permohonan Sita Jaminan ke PA
•Tanpa permohonan/ gugatan
cerai
Pembagian Harta bila Perkawinan Putus
Pasal 45 KHI
sewaktu-waktu saya
(1)Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut,
(2)Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan
lamanya,
(3)Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya,
(4)Atau saya membiarkan (tidak mempedulikan) isteri saya enam
bulan lamanya,
kemudian isteri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada
Pengadilan Agama dan pengaduannya dibenarkan dan diterima
Pengadilan tersebut, dan isteri saya membayar uang sebesar
Rp. ............. sebagai iwadh kepada saya, maka jatuhlah talak saya
satu kepadanya
2. Perjanjian Lain
Perjanjian Lain:
Semua Perjanjian yang tidak bertentangan dengan hukum Islam
Ada 3 bentuk :
1. Perjanjian Percampuran Harta Pribadi
PENETAPAN
ASAL USUL ANAK
Pengertian:
Kegiatan mengasuh, memelihara, dan mendidik anak
hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri
GUGATAN PA
Adalah:
Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan
atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, atau
orang tua yang masih hidup tidak cakap melakukan perbuatan
hukum.
3. Badan Hukum
Berakhirnya Perwalian
Perkawinan Perceraian
Putus
Gugatan Istri
Putusan
Pengadilan
Alasan Hukum Perceraian
Berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi
1.
Sulit disembuhkan
2. Meninggalkan selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin/alasan sah
4. Melakukan kekejaman/penganiayaan
a. Talak Raj’i : yaitu talak ke -1 dan k-2 Dapat rujuk selama masa iddah
b. Talak Ba’in : Terbagi menjadi:
-Talak Ba’in Sugro :
•Qobla Ad Dukhul
•Khuluk Tidak dapat rujuk, tapi harus menikah
•Putusan PA (Fasakh dan ulang
Putusan Gugat Cerai)
- Talak Ba’in Kubra (talak yang Tidak dapat rujuk maupun menikah
terkadi untuk ketiga kalinya) ulang kecuali...
Akibat Talak
SUAMI ISTRI
Kewajiban 1. Memberikan mut’ah kepada bekas menjaga dirinya, tidak
isterinya kecuali qobla ad-dukhul: menerima pinangan dan
2. Memberi nafkah, maskan, dan kiswah tidak menikah dengan
kpd bekas isteri selama iddah, pria lain selama iddah
kecuali bekas istri dijatuhi talak
ba’in, Nusyuz, dan dalam keadaan
tidak hamil (istri gugat cerai, namun
hamil, mk berhak atas nafkah iddah)
3. Melunasi mahar yang terutang
4. Memberi biaya hadhanah utk anaknya
yang berusia di bawah 21 th
Adalah:
masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari
suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi
dengan laki-laki lain
Jangka Waktu Iddah
Perhitungan Masa Iddah:
1. Kematian : sejak tanggal kematian suami
2. Cerai : sejak tanggal putusan PA memiliki kekuatan hukum tetap
1. Iddah karena Kematian:
1. Istri Hamil : Sampai Melahirkan
: 4 bln 10 hr (130 hr), baik Ba’da maupun qobla ad dukhul
2. Istri Tidak Hamil