Anda di halaman 1dari 94

HUKUM KELUARGA DAN

PERJANJIAN ISLAM

Kelas [...] [ nama dosen ]


Materi Perkuliahan

Hukum Perkawinan Islam


Ujian Tengah Semester

Hukum Kewarisan Islam


Hukum Perjanjian Islam
Ujian Akhir Semester
HUKUM PERKAWINAN
ISLAM
Materi Perkuliahan

1. Dasar-dasar Perkawinan Islam


2. Rukun & Syarat Perkawinan Islam
3. Pencegahan dan Pembatalan Perkawinan
4. Kawin Hamil
5. Beristri Lebih dari 1 orang
6. Harta Kekayaan dalam Perkawinan
7. Perjanjian Perkawinan
8. Hak & Kewajiban Suami & Istri
9. Putusnya Perkawinan
10.Status Anak dalam Perkawinan
Bahan Bacaan
Buku
1. Ahmad Azhar Basyir, 1995, Hukum Perkawinan Islam, Penerbit UII, Yogyakarta
2. Amir Syarifuddin, 2006, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat
dan Undang-undang Perkawinan, Kencana, Jakarta.
3. Mardani, 2016, Hukum Keluarga Islam di Indonesia, Kencana, Jakarta.
4. Abd. Shomad,, 2010, Hukum Islam : Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum
Indonesia, Kencana, Jakarta.
5. Mahkamah Agung, (2006, Revisi 2010 dan 2013), Buku II Pedoman Pelaksanaan Tugas
dan Administrasi Peradilan Agama, Mahkamah Agung, Jakarta.
6. D.Y. Witanto, 2012, Hukum Keluarga : Hak dan Kedudukan Anak Luar Kawin Pasca
Keluarnya Putusan MK tentang Uji Materiil UU Perkawinan, Prestasi Pustakarya, Jakarta.
7. Andi Syamsu Alam dan M. Fauzan, 2008, Hukum Pengangkatan Anak Perspektif Hukum
Islam, Kencana, Jakarta.
Bahan Bacaan

Peraturan Perundang-undangan dan Putusan MK


1) Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
2) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun 1975 tentang Peraturan Pelaksanaan
Undang-undang No. 1 tahun 1974 tentang Perkawinan
3) Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 1983 jo Peraturan Pemerintah No. 45
Tahun 1990 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
4) Kompilasi Hukum Islam
5) Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010
6) Putusan Mahkamah Konstitusi No. 69/PUU-XIII/2015
7) Fatwa MUI No. 11 Tahun 2012 tentang Kedudukan Anak Hasil Zina dan
Perlakuan Terhadapnya
Dasar-dasar Perkawinan
Sumber Hukum Perkawinan Islam
di Indonesia

Fiqih UU No. 1 Kompilasi Putusan


Munakahat tahun 1974 Hukum Islam Pengadilan
Bersumber dari Undang-undang Ketentuan Putusan
Al Qur’an, As tentang tentang Mahkamah
Sunnah , dan Perkawinan Perkawinan Konstitusi dan
Ijtihad secara umum yang berlaku Yurisprudensi
yang berlaku dan mengikat
dan mengikat secara khusus
secara nasional bagi umat Islam
di Indonesia
Pengertian & Tujuan Perkawinan

Pengertian Perkawinan, menurut...


Ps 1 UUP Ps 2 KHI Pasal 26 BW
Perkawinan adalah Perkawinan adalah Undang-undang
ikatan lahir batin pernikahan, yaitu memandang soal
antara seorang pria akad yang sangat kuat perkawinan hanya
dengan seorang (mitsaaqan ghalidhan) dalam hubungan-
wanita sebagai suami untuk mentaati hubungan perdata
isteri dengan tujuan perintah Allah dan
membentuk keluarga melaksanakannya
yang bahagia dan merupakan ibadah
kekal berdasarkan
Ketuhanan YME
Tujuan Perkawinan, menurut...

Ps 1 UUP Ps 3 KHI Pasal 26 BW


Membentuk Untuk Perkawinan adalah
suatu
keluarga yang mewujudkan persekutuan/perikatan
bahagia dan kekal kehidupan rumah antara seorang wanita
dan seorang pria yang
berdasarkan tangga yang diakui sah oleh UU/
Ketuhanan YME sakinah, peraturan negara yang
mawaddah, dan bertujuan untuk
menyelenggarakan
rahmah kesatuan hidup yang
abadi
Ketentuan tentang Perkawinan
Sah

Pasal 2 ayat (1):


Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
UUP menurut hukum masing-masing agamanya
dan kepercayaannya itu.

Pasal 4:
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan
menurut hukum Islam sesuai dengan pasal 2
KHI ayat (1) Undang-undang No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan.
Ketentuan Pencatatan
Perkawinan

Ketentuan Hukum
Pasal 2 ayat (1) UUP:
Tiap-tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Pasal 5 ayat (1) KHI:
Agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam
setiap perkawinan harus dicatat
Kegiatan Pasal 6 ayat (1) KHI:
Pencatatan Setiap perkawinan harus dilangsungkan
meliputi: dihadapan dan di bawah pengawasan
Pegawai Pencatat Nikah
Perkawinan yang dilakukan di luar
Akibat pengawasan Pegawai Pencatat Nikah tidak
Hukum mempunyai kekuatan Hukum
Alat-alat Bukti dalam Perkawinan
• Akta Nikah yang dibuat PPN
• Itsbat Nikah pada PA, terbatas pada:
a)Adanya perkawinan dalam rangka penyelesaian perceraian;
b)Hilangnya Akta Nikah;
c)Adanya keraguan tentang sah atau tidaknya salah satu syarat
Perkawinan perkawinan;
d)Adanya perkawinan yang terjadi sebelum berlakunya Undang-
undang No.1 Tahun 1974 dan;
e)Perkawinan yang dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai
halangan
Putusnya perkawinan selain cerai mati hanya dapat dibuktikan
Putusnya dengan surat cerai berupa putusan Pengadilan Agama.
Perkawinan
kutipan Buku Pendaftaran Rujuk yang dikeluarkan oleh Pegawai
Rujuk Pencatat Nikah
Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun Perkawinan

1.
Calon Mempelai
2. Wali Nikah
3. 2 orang saksi
4.
Ijab dan Kabul (akad nikah)
1. Calon Mempelai
Rukun & Syarat Perkawinan
Syarat Hukum

Batas umur minimal 19 (Pria) and 16 (Wanita)

...tidak memenuhi “ Dispensasi Kawin” dari PA


< 21 tahun & tidak ada
persetujuan Orang Tua “Izin Kawin”

Persetujuan Dari kedua mempelai

Tidak ada larangan di Tidak ada Larangan perkawinan di


antara keduanya antara keduanya
Bentuk Larangan Perkawinan

1. Larangan Mutlak / Selamanya


Larangan yang tidak pernah berubah dan tidak ada cara
atau syarat apapun yang dapat mengubah larangan
tersebut
2. Larangan Relatif / Sementara
Larangan yang bersifat sementara, apa bila syarat dan
keadaan tertentu telah dipenuhi, maka larangan tersebut
hilang dan keduanya dapat melangsungkan perkawinan
1. Larangan Mutlak/ Selamanya

Meliputi:
a.Larangan karena Hubungan Nasab
b.Larangan karena Hubungan Semenda
c.Larangan karena Hubungan Sesusuan
d.Putusnya perkawinan karena Li’an
a. Larangan karena Hubungan Nasab

 Ibu, Nenek, dst dalam garis lurus ke atas


 Anak, cucu, dst dalam garis lurus ke bawah
 Saudara, baik kandung, seayah, maupun seibu
 Saudara ayah, saudara ibu, dst dalam garis lurus ke
atas
 Anak saudara, baik kandung, seayah, seibu, dst
dalam garis lurus ke bawah
b. Larangan karena hubungan
Semenda

• Mertua
• Ibu Tiri
• Anak Tiri, bila bakda ad dukhul
• Menantu
c. Larangan karena hubungan
Sesusuan
 Dgn wanita yg menyusui dst mnrt grs lurus ke atas
 Dgn seorg wanita sesusuan dst mnrt grs lurus ke
bwh
 Dgn seorang wanita saudara sesusuan dan
kemenakan sesusuan ke bawah
 Dgn seorg wanita bibi dan nenek bibi sesusuan ke
atas
 Dgn anak yg disusui oleh istrinya dan keturunannya
2. Larangan Relatif/ Sementara
1. Dengan wanita yang masih terikat perkawinan
2. Dengan wanita yang masih berada masa idah
3. Dengan wanita yang tidak beragama Islam
4. Berpoligami dengan wanita yang memiliki hubungan
nasab dan sesusuan dengan istrinya (kandung, seayah,
dan seibu)
5. Berpoligami dengan Bibi atau kemenakan dari istrinya
6. Poligami di luar batas (lebih dari 4)
7. Menikahi wanita bekas istri yang ditalak 3
8. Larangan krn ihram
2. Wali nikah
Rukun & Syarat Perkawinan
Ketentuan Wali Nikah

1.Muslim
2.Laki-laki
Syarat 3.Akil
4.Baligh
Golongan 1. Wali Nasab
Wali Nikah 2. Wali Hakim
Golongan Wali Nikah
Kerabat Laki-laki dari garis ayah dalam
1 garis lurus ke atas
Kerabat saudara laki-laki kandung atau
2 seayah, dan keturunannya
Wali
Paman, dari garis ayah dan keturunan laki-
Nasab 3 lakinya
Saudara kandung atau seayah dari Kakek
4 dan keturunan laki-lakinya
Wali nikah yang ditunjuk oleh menteri agama
Wali atau pejabat yang ditunjuk olehnya, yang diberi
Hakim hak dan kewenangan untuk bertindak sebagai
wali nikah
Penggolongan Wali Nikah
NASAB HAKIM
Seayah Kandung

2 1
Saudara Saudara Wali
Kakek 5 Kakek Hakim
Perpindahan:
•Tidak memenuhi 2 1 Alasan :
syarat
• Tuli
Paman 4 Paman •Wali Nasab tidak ada
•Wali Nasab tidak
• Bisu 2 1 mungkin dihadirkan
Saudara Saudara • Wali Nasab ghaib
• Pikun
Laki-laki 3 Laki-laki • Wali Nasab adlal

2 Kakek

1 Ayah
3. Saksi
Rukun & Syarat Perkawinan
Syarat Hukum

Syarat • Laki-laki
Hukum • Muslim,
• Adil
• Akil baligh
• Tidak terganggu ingatan dan tidak tuna
rungu

Kewajiban 1. Hadir dan menyaksikan langsung akad


nikah
2. Menandatangani akta nikah
4. Ijab dan kabul
Rukun & Syarat Perkawinan
...dikenal dengan Akad Nikah
Definisi rangkaian ijab yg diucapkan oleh wali dan kabul yg
diucapkan oleh mempelai pria atau wakilnya
disaksikan oleh dua orang saksi

Syarat jelas, beruntun dan tidak berselang waktu

Dilakukan oleh
Wali Nikah Mempelai Pria
(atau dan (atau
wakilnya) wakilnya)
Ketentuan Mahar
MAHAR

Definisi pemberian dari calon mempelai pria kepada calon


mempelai wanita, baik berbentuk barang, uang, atau
jasa yang tidak bertentangan dengan hukum Islam

Hukum Wajib bagi Mempelai Pria.

• Bukan merupakan rukun dalam perkawinan.


Kedudukan
• Kelalaian menyebut jenis dan jumlah mahar pada
waktu akad nikah tidak menyebabkan batalnya
perkawinan.
• Mahar yg masih terutang tidak mengurangi sahnya
perkawinan
Penyerahan •Tunai ataupun ditangguhkan apabila calon
mempelai wanita menyetujui
• Mahar diberikan langsung kepada calon
mempelai wanita dan sejak itu menjadi hak
pribadinya

Mahar yang Kewajiban membayar mahar didasarkan pada


ditangguhkan kondisi:
Cerai qobla ad -ukhul 1/2
bila
Suami meninggal ba’da ad-dukhul seluruh
perkawinan
Cerai ba’da ad-dukhul & jumlah mahar Mahar
putus.... belum ditentukan mitsil
Pencegahan & Pembatalan
Pencegahan Perkawinan
Tujuan Menghindari terjadinya perkawinan yang dilarang
oleh Hukum Islam dan perundang-undangan

Alasan Hukum 1.Calon mempelai tidak memenuhi syarat hukum


2.Tidak sekufu karena perbedaan agama

Yang dapat • Keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dan ke bawah
• Saudara
mencegah...
• Wali nikah,
• Wali pengampu,
• Pejabat yang mengawasi perkawinan (PPN atau Jaksa)
• Suami atau istri dr calon mempelai
Prosedur
PA Setempat
Permohonan
Putusan
Pencegahan

Salinan Salinan Putusan


Permohonan

KUA KUA
Pemberitahu
an pada PPN
setempat

Akibat Perkawinan tidak dapat dilangsungkan secara


hukum apabila pencegahan belum dicabut
Hukum
Pembatalan Perkawinan

Meliputi:
a.Batal demi Hukum
b.Dapat dibatalkan
1. Perkawinan Batal Demi Hukum

Perkawinan batal demi hukum bila:


a) Seorang suami melakukan poligami padahal dia sudah
mempunyai 4 orang isteri, sekalipun salah satu dari keempat
isteri tersebut sedang dalam iddah talak raj’i.
b) Menikahi kembali bekas isteri yang telah di-li’an.
c) Menikahi bekas isterinya yang telah ditalak tiga kali (dengan
pengecualian tertentu)
d) Perkawinan antara dua orang yang mempunyai hubungan
darah, semenda dan susuan.
e) Isteri adalah saudara kandung atau sebagai bibi atau
kemenakan dari isterinya.
2. Perkawinan Dapat Dibatalkan

Perkawinan dapat dibatalkan bila:


a) Suami melakukan poligami tanpa ijin dari Pengadilan Agama.
b) Perempuan yang dinikahi ternyata masih menjadi isteri pria
lain yang mafqud.
c) Perempuan yang dinikai ternyata masih dalam masa iddah
dari suami lain.
d) Perkawinan yang melanggar batas umur perkawinan.
e) Perkawinan yang dilangsungkan dilaksanakan oleh wali yang
tidak berhak.
f) Perkawinan yang dilaksanakan dengan paksaan
Proses Pembatalan Perkawinan

Yang dapat a. Keluarga dlm garis keturunan lurus ke atas


mengajukan dan ke bawah
Pembatalan
b.Suami atau isteri
c. Pejabat yg mengawasi perkawinan (PPN)
d.Jaksa
e.Para pihak yg berkepentingan

Tempat Di PA tempat tinggal Suami atau Istri atau


Mengajukan tempat perkawinan dilangsungkan
Akibat Hukum Pembatalan
Perkawinan

1. Perkawinan putus
2. Untuk suami & istri, kembali ke status semula karena
perkawinan dianggap tidak pernah ada dan para pihak
tidak memiliki hubungan hukum, kecuali untuk status
hukum anak yang lahir dalam perkawinan dan pihak
ketiga yang beriktikad baik.

Berlaku sejak Putusan Pembatalan


memiliki kekuatan hukum tetap
Kawin Hamil
Pengertian

Kawin Hamil adalah:


Perkawinan antara seorang laki-laki dengan perempuan
yang sedang hamil, baik hamil akibat perbuatannya
maupun hamil akibat perbuatan laki-laki lain

Pasal 53 KHI :
a. Wanita hamil dapat dikawinkan dengan laki-laki yang
menghamilinya
b. Tidak harus menunggu kelahiran anak
c. Tidak perlu perkawinan ulang
Beristri lebih dari 1 orang
(Poligami)
Ketentuan Poligami
1. Merupakan pengecualian Asas Monogami
Pasal 3 ayat (2) UUP:
Pengadilan dapat memberi izin kepada seorang suami untuk
beristeri lebih dari seorang apabila dikehendaki oleh pihak-
pihak yang bersangkutan.
2. Beristri lebih dari 1 orang bersifat terbatas
Seorang laki-laki hanya dapat menikahi paling banyak 4 (empat)
orang istri dalam 1 waktu
3. Poligami harus dengan Izin Pengadilan Agama
Izin PA akan diberikan bila suami telah memenuhi Alasan dan
Syarat hukum yang ditentukan
Alasan Poligami

1.Istri tidak dapat menjalankan kewajiban


sebagai istri
2.Istri mendapat cacat badan atau
penyakit yang tidak dapat disembuhkan
3.Istri tidak dapat melahirkan keturunan

ALTERNATIF
Syarat

1. Harus mampu berlaku adil

2. Harus ada persetujuan Istri atau istri-istri


Lisan atau tertulis dan harus dikuatkan secara lisan di
PA

3. Suami harus mampu menjamin keperluan hidup istri


dan anak-anak mereka

KUMULATIF
Pengecualian Persetujuan Istri

Dapat dikecualikan dalam keadaan tertentu:


a. Istri tidak mungkin dimintai persetujuannya
b. Istri tidak cakap hukum sehingga tidak bisa menjadi
pihak dalam perjanjian
c. Istri meninggalkan tempat kediaman bersama 2 tahun
berturut-turut tanpa kabar berita & penjelasan
d. Alasan lain yang ditetapkan PA
Harta Kekayaan dalam
Perkawinan
Bentuk Harta Kekayaan dalam
Perkawinan
Bentuk Jenis Penguasaan
Harta Harta Harta
1) Harta Bawaan masing-masing dibawah
2) Warisan, Hibah, Wasiat yang penguasaan
HARTA didapatkan sebelum dan selama masing-masing,
PRIBADI perkawinan kecuali
diperjanjikan lain
Harta yang diperoleh, baik sendiri-
sendiri ataupun bersama-sama Hanya dpt
suami dan istri, selama dalam ikatan dialihkan atas
HARTA
perkawinan berlangsung, tanpa persetujuan kedua
BERSAMA mempersoalkan terdaftar atas nama pihak
siapa
Pertanggung Jawaban Hutang

HUTANG Pertanggung jawaban dilakukan


PRIBADI : dengan Harta Pribadi

Hutang yang dilakukan untuk keperluan


Rumah Tangga, pertanggung jawaban
dilakukan dengan Harta Bersama.
HUTANG Pengecualian:
BERSAMA : Bila Harta Bersama tidak mencukupi, dilakukan
dengan Harta Suami, dan bila masih tidak
mencukupi, dengan Harta Istri
Harta Perkawinan dalam Perkawinan
Poligami

Ketentuan Pemilikan Harta Bersama yang diperoleh Suami


Waktu Perolehan
Harta
Pemilikan Harta
Selama ikatan
Harta Bersama Suami + Istri 1
perkawinan 1
Selama ikatan Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2
perkawinan 2
Selama ikatan Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2 + Istri 3
perkawinan 3
Selama ikatan Harta Bersama Suami + Istri 1 + Istri 2 + Istri 3 +
perkawinan 4 Istri 4
Pembagian Harta bila Perkawinan Putus
(Poligami)

Bila Perkawinan Putus karena Kematian atau Perceraian

Bag. Bag. Bag. Bag. Bag.


Harta Bersama yang diperoleh...
Suami Istri 1 Istri 2 Istri 3 Istri 4

Selama Perkawinan 1 1/2 1/2

Selama Perkawinan 2 1/3 1/3 1/3

Selama Perkawinan 3 1/4 1/4 1/4 1/4

Selama Perkawinan 4 1/5 1/5 1/5 1/5 1/5


Perbuatan yang Membahayakan/Merugikan
Harta Bersama

Bentuk Perbuatan :
Judi, Mabuk, Pemborosan, dst
Membahayakan/
Merugikan Selama Masa Sita
Jaminan:
HARTA
BERSAMA Pengalihan hak atas harta
bersama untuk
kepentingan keluarga
TINDAKAN HUKUM hanya dengan izin PA
SITA JAMINAN
•Permohonan Sita Jaminan ke PA
•Tanpa permohonan/ gugatan
cerai
Pembagian Harta bila Perkawinan Putus

Cerai ½ harta bersama menjadi hak pasangan yang


Mati hidup lebih lama

Cerai masing-masing berhak atas ½ harta bersama,


Talak kecuali diperjanjikan lain
Perjanjian Perkawinan
Bentuk Perjanjian Perkawinan

Pasal 45 KHI

Kedua calon mempelai dapat mengadakan perjanjian


perkawinan dalam bentuk :
1. Taklik talak dan
2. Perjanjian lain yang tidak bertentangan dengan hukum Islam.
1. Taklik Talak

Pasal 1 huruf e KHI :


Taklik-talak ialah perjanjian yang diucapkan calon mempelai
pria setelah akad nikah yang dicantumkan dalam Akta Nikah
berupa Janji talak yang digantungkan kepada suatu keadaan
tertentu yang mungkin terjadi dimasa yang akan datang

• Dinyatakan tepat setelah Akad Nikah


• Bukan kewajiban
Ketentuan : • Sekali diucapkan, tidak dapat dibatalkan
• Talak hanya bisa dilakukan setelah pemeriksaan
persidangan
Sighat Taklik Talak

sewaktu-waktu saya
(1)Meninggalkan isteri saya dua tahun berturut-turut,
(2)Atau saya tidak memberi nafkah wajib kepadanya tiga bulan
lamanya,
(3)Atau saya menyakiti badan/jasmani isteri saya,
(4)Atau saya membiarkan (tidak mempedulikan) isteri saya enam
bulan lamanya,
kemudian isteri saya tidak ridha dan mengadukan halnya kepada
Pengadilan Agama dan pengaduannya dibenarkan dan diterima
Pengadilan tersebut, dan isteri saya membayar uang sebesar
Rp. ............. sebagai iwadh kepada saya, maka jatuhlah talak saya
satu kepadanya
2. Perjanjian Lain

Perjanjian Lain:
Semua Perjanjian yang tidak bertentangan dengan hukum Islam

Ketentuan : • Tidak bertentangan dengan ketentuan agama


• Diperjanjikan sebelum, pada saat, maupun selama
perkawinan perkawinan berlangsung (Khusus perjanjian
selama perkawinan berlangsung mendasarkan pada putusan
MK No. 69/PUU-XIII/2015)
• Disahkan oleh PPN atau Notaris (khusus perjanjian yang
dibuat selama perkawinan)
• Mengikat para pihak sejak tanggal pencatatan perkawinan
oleh PPN, kecuali ditentukan lain dalam Perjanjian
Perkawinan
• Tidak dapat diubah atau dicabut, kecuali bila dari kedua
belah pihak ada persetujuan untuk mengubah atau
mencabut, dan perubahan atau pencabutan itu tidak
merugikan pihak ketiga
Bentuk Perjanjian Lain

Ada 3 bentuk :
1. Perjanjian Percampuran Harta Pribadi

2. Perjanjian Pemisahan Harta Bersama

3. Perjanjian tentang Kewenangan Mengadakan


pengikatan hipotik (Saat ini : hak tanggungan dan
hipotik).
1. Perjanjian Percampuran Harta
Pribadi
Adalah:
Percampuran Harta Pribadi / Harta Bawaan masing-masing Suami
dan Istri

Bentuk : 1. Menyeluruh, yaitu percampuran seluruh harta


sebelum dan sesudah perkawinan
2. Terbatas, memisahkan :
a. Percampuran Harta Pribadi Sebelum
Perkawinan
b. Percampuran Harta Pribadi Selama
Perkawinan
2. Perjanjian Pemisahan Harta Bersama

 Harta yang didapatkan oleh masing-masing suami


dan istri selama perkawinan berlangsung
dipisahkan
 Tidak menghilangkan kewajiban suami untuk
memberi nafkah atau mencukupi kebutuhan
rumah tangga
3. Perjanjian Kewenangan Mengadakan
Pengikatan Jaminan

 Isi : menetapkan kewenangan masing-masing


untuk dapat mengadakan hipotek atas harta
pribadi dan harta bersama
 UU No. 4 tahun 1996 ttg Hak Tanggungan atas

Tanah Beserta Benda-benda yang Berkaitan


dengan Tanah
 Hipotek hanya berlaku terhadap Benda Tetap

Bukan Tanah dan Bangunan


Pelanggaran Perjanjian

Memberikan hak pada istri / suami untuk:


1. Meminta Pembatalan Perkawinan, atau
2. Mengajukannya sebagai alasan gugatan
perceraian ke PA
Pencabutan Perjanjian

a. Atas persetujuan suami dan istri


b. Wajib didaftarkan ke Kantor PPN tempat
perkawinan dilangsungkan
c. Mengikatnya pencabutan:
- Bagi suami istri : sejak didaftarkan
- Bagi pihak ketiga : sejak tanggak pendaftaran tsb
diumumkan dalam surat kabar setempat
Hak dan Kewajiban Suami &
Istri
SUAMI SUAMI & ISTRI ISTRI
a. Membimbing isteri a. menegakkan rumah a. berbakti lahir batin kpd
b. melindungi isteri tangga suami
c. Memberi pendidikan b. saling mencintai,
agama b. menyelenggarakan
menghormati, setia,
d. menanggung: dan mengatur
memberi bantuan
lahir batin keperluan rumah
-nafkah, kiswah,tempat tangga
kediaman c. mengasuh dan
-biaya RT, perawatan & memelihara anak
pengobatan d. memelihara
kehormatan
-biaya pendidikan anak e. mempunyai tempat
kediaman yg tetap
Nusyuz : jika tidak
Berlaku : setelah tamkin melaksanakan,
sempurna kecuali ada alasan yg
Gugur : sah
a. Istri Nusyuz Akibat : kehilangan hak nafkah
b. Istri membebaskan
Status Anak dalam
Perkawinan
Status Anak dalam Perkawinan
Pasal 99 dan Pasal Putusan MK Nomor
Pasal 43 (1) UUP
100 KHI 46/PUU-VIII/2010
Pasal 99: Anak yang dilahirkan di luar Anak yang dilahirkan di luar
Anak yang sah adalah: perkawinan hanya perkawinan mempunyai
a.dilahirkan dalam atau mempunyai hubungan hubungan perdata dengan
akibat perkawinan yg sah perdata dengan ibunya dan ibunya dan keluarga ibunya
b.hasil pembuahan suami keluarga ibunya serta dengan laki-laki
isteri yg sah di luar rahim
sebagai ayahnya yang dapat
dan dilahirkan oleh isteri tsb
dibuktikan berdasarkan ilmu
Pasal 100: pengetahuan dan teknologi
Anak yang lahir di luar dan/atau alat bukti lain
perkawinan hanya menurut hukum
mempunyai hubungan mempunyai hubungan
nasab dengan ibunya dan darah, termasuk hubungan
keluarga ibunya perdata dengan keluarga
ayahnya
Anak Sah pasca Putusan MK
STATUS ANAK

Anak yang Lahir di Anak yang Lahir di Luar


Anak yang Lahir di Dalam
Dalam dan atau Perkawinan (anak zina,
Perkawinan yang Tidak
Akibat Perkawinan anak yg lahir dalam
Tercatat (Sirri)
yang Sah perkawinan tdk sah)

PENETAPAN
ASAL USUL ANAK

• Hubungan Nasab • Mencukupi kebutuhan


• Nafkah hidup anak
• Ahli Waris • Wasiat Wajibah
Pemeliharaan Anak

Pengertian:
Kegiatan mengasuh, memelihara, dan mendidik anak
hingga dewasa atau mampu berdiri sendiri

21 tahun Telah Menikah


(sepanjang anak tidak
cacat fisik dan mental)
Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak

 Mengasuh, memelihara, mendidik


 Mewakili perbuatan hukum
 Merawat dan mengembangkan harta anak
Pengingkaran Anak

GUGATAN PA

• 180 hari, sejak hari lahir


• 360 hari, setelah perkawinan putus atau
setelah suami mengetahui istri melahirkan

Jika Lampau Waktu = tidak diterima


Pemeliharaan Anak dalam Perceraian

Pemegang Hak Penanggung Biaya


Hadhanah Hadhanah
Anak Belum
Mumayyiz
(belum berumur Hak Ibu Biaya
12 tahun) pemeliharaan
tetap ditanggung
Diserahkan ayah
Anak Sudah
pada anak
Mumayyiz
untuk memilih
Perwalian

Adalah:
Kewenangan yang diberikan kepada seseorang untuk melakukan
suatu perbuatan hukum sebagai wakil untuk kepentingan dan
atas nama anak yang tidak mempunyai kedua orang tua, atau
orang tua yang masih hidup tidak cakap melakukan perbuatan
hukum.

Anak dalam Perwalian: Anak dibawah usia 21 tahun dan atau


belum pernah melangsungkan
perkawinan (KHI)
UU Perlindungan Anak, yg disebut anak
adl di bawah usia 18 Tahun, dmk
halnya dgn UUJN.
Ketentuan Perwalian

Ruang Lingkup Perwalian:


Meliputi diri dan Harta Kekayaan Anak
Pihak yang dapat menjadi Wali:
1. Keluarga anak Memenuhi Syarat:
1.sudah dewasa,
2. Orang Lain 2.berpikiran sehat,
(selain keluarga) 3.adil,
4.jujur dan berkelakuan baik

3. Badan Hukum
Berakhirnya Perwalian

1.Anak sudah berusia 21 tahun atau telah kawin

2.PA dapat mencabut hak perwalian seseorang


atau Badan Hukum atas permohonan kerabat
dengan alasan-alasan tertentu.
Putusnya Perkawinan
Kematian
inisiatif
Talak Suami

Perkawinan Perceraian
Putus
Gugatan Istri

Putusan
Pengadilan
Alasan Hukum Perceraian
Berbuat zina, pemabuk, pemadat, penjudi
1.
 Sulit disembuhkan
2. Meninggalkan selama 2 tahun berturut-turut tanpa izin/alasan sah

3. Mendapat hukuman 5 tahun/lebih

4. Melakukan kekejaman/penganiayaan

5. Mendapat cacat badan/penyakit

6. Perselisihan Terus Menerus atau Syiqaq

7. Pelanggaran taklik talak

8. Murtad yang menyebabkan ketidakrukunan


Talak
Definisi ikrar suami di hadapan sidang PA yang menjadi salah
satu sebab putusnya perkawinan yang dilakukan
dengan cara tertentu

Hukum Asal Mubah yang dibenci Allah SWT

Hikmah mencegah terjadinya kemudharatan yang lebih jauh


Macam Talak
1. Dari segi keadaaan istri waktu talak dijatuhkan

a. Talak Sunny : Dijatuhkan saat istri dalam keadaan suci dan


tidak dicampuri dlm wkt suci tsb BOLEH

b. Talak Bid’i : Dijatuhkan saat istri dalam keadaan haidl,


atau istri dalam keadaan suci tapi sudah
dicampuri pada saat suci tsb. DILARANG

2. Dari segi kemungkinan suami untuk kembali pada mantan istri

a. Talak Raj’i : yaitu talak ke -1 dan k-2 Dapat rujuk selama masa iddah
b. Talak Ba’in : Terbagi menjadi:
-Talak Ba’in Sugro :
•Qobla Ad Dukhul
•Khuluk Tidak dapat rujuk, tapi harus menikah
•Putusan PA (Fasakh dan ulang
Putusan Gugat Cerai)

- Talak Ba’in Kubra (talak yang Tidak dapat rujuk maupun menikah
terkadi untuk ketiga kalinya) ulang kecuali...
Akibat Talak
SUAMI ISTRI
Kewajiban 1. Memberikan mut’ah kepada bekas menjaga dirinya, tidak
isterinya kecuali qobla ad-dukhul: menerima pinangan dan
2. Memberi nafkah, maskan, dan kiswah tidak menikah dengan
kpd bekas isteri selama iddah, pria lain selama iddah
kecuali bekas istri dijatuhi talak
ba’in, Nusyuz, dan dalam keadaan
tidak hamil (istri gugat cerai, namun
hamil, mk berhak atas nafkah iddah)
3. Melunasi mahar yang terutang
4. Memberi biaya hadhanah utk anaknya
yang berusia di bawah 21 th

Hak Rujuk selama masa iddah Mendapat nafkah idah,


kecuali bila ia nusyuz
Akibat Perceraian

Terhadap 1.anak belum mumayyiz berhak mendapat hadhanah dari


Anak ibunya, kecuali ibunya telah meninggal
2.anak sudah mumayyiz berhak memilih utk mendapat
hadhanah dari ayah/ibunya
3.biaya hadhanah menjadi tanggungan ayah, sampai anak
dewasa

Terhadap Suami/isteri masing-masing berhak separoh, kecuali


Harta ditentukan lain dalam perj. perkawinan
Bersama
Waktu Tunggu /Iddah

Adalah:
masa tunggu bagi wanita yang ditinggal mati atau bercerai dari
suaminya untuk memungkinkan melakukan perkawinan lagi
dengan laki-laki lain
Jangka Waktu Iddah
Perhitungan Masa Iddah:
1. Kematian : sejak tanggal kematian suami
2. Cerai : sejak tanggal putusan PA memiliki kekuatan hukum tetap
1. Iddah karena Kematian:
1. Istri Hamil : Sampai Melahirkan
: 4 bln 10 hr (130 hr), baik Ba’da maupun qobla ad dukhul
2. Istri Tidak Hamil

2. Iddah karena Perceraian:


1. Istri Hamil : Sampai Melahirkan

2. Istri Masih Haidh : 3 x suci (min. 90 hari)

3. Istri tidak haidh : 90 hari

4. Qobla Ad-Dukhul : Tidak ada iddah


Rujuk
Adalah:
Bersatunya kembali pasangan suami istri dalam perkawinan
yang sebelumnya telah putus karena cerai talak raj’i, selama
masa iddah.

Syarat : 1. Bekas isteri sudah pernah dicampuri (ba’da al-dukhul)


2. Talak yg dijatuhkan suami merupakan talak raj’i,
3. Masih dalam masa iddah
4. Ada persetujuan isteri yang akan dirujuk.
Penolakan 1. Dinyatakan di hadapan PPN
Istri atas 2. Saksi 2 orang
Rujuk 3. Rujuk tanpa persetujuan bekas istri dapat dinyatakan
tidak sah dengan Putusan PA
Li’an
Sebab & Akibat Li’an

1. Suami menuduh istri telah berzina


namun tidak dapat mengajukan bukti (4
orang saksi) Istri
2. Suami mengingkari anak anak dalam Menolak
kandungan atau yang sudah lahir dari
istrinya
LI’AN
1. Perkawinan putus selama-lamanya
2. Anak yg dikandung hanya dinasabkan
kepada ibunya
3. Suami terbebas dari kewajiban memberi
nafkah
Tata Cara Li’an

SUAMI • Satu kesatuan ISTRI

• Bila tidak segera


• Suami bersumpah 4 X diikuti, maka dianggap • menolak tuduhan/
dengan kata tuduhan zina Li’an tidak pernah pengingkaran tsb dengan
dan atau pengingkaran anak terjadi sumpah 4 X dg kata
• Harus diikuti sumpah ke-5 “tuduhan/pengingkaran tsb
tidak benar”
" laknat Allah atas diriku
apabila • Harus diikuti sumpah ke-5
tuduhan/pengingkaran tsb.
" laknat Allah atas diriku
dusta "
apabila
tuduhan/pengingkaran tsb.
benar "
TERIMA KASIH

Hukum Keluarga dan Perjanjian Islam

Anda mungkin juga menyukai