Anda di halaman 1dari 11

PERKAWINAN

KELOMPOK 2
PUTRI NURUL AINI 1111220126
NURUL AZKIYAH 1111220259
RUKUN PERKAWINAN
Rukun nikah merupakan bagian dari hakekat perkawinan, artinya
bila salah satu rukun tidak terpenuhi maka tidak terjadi suatu
perkawinan. Berikut ini rukun perkawinan dalam Islam:

1. Pengantin
Terdapat calon mempelai pria dan mempelai wanita yang tidak
terhalang secara syar’i. Penghalang di sini adalah kedua mempelai
tidak ada masih ada hubungan mahram.
2. Wali
Terdapat wali dari calon mempelai perempuan.
Saksi
Terdapat dua orang saksi laki-laki yang menyaksikan sah tidaknya akad

3. Ijab Qabul
Fungsinya agar kedua belah pihak sepakat menerima akad perkawinan
ini dengan segala akibatnya.

Persaksian akad nikah tersebut berdasarkan dalil hadits secara marfu:


“Tidak ada nikah kecuali dengan adanya wali dan dua saksi yang adil.”
(HR. Al-Khamsah kecuali An-Nasa`i).
SYARAT PERKAWINAN
Selain harus memenuhi rukun nikah yang
sudah dijelaskan di atas, ada syarat
pernikahan dalam Islam yang harus dipenuhi
oleh kedua calon mempelai. Berikut ini syarat
pernikahan dalam Islam:
1. Beragama Islam
Syarat pertama yang harus dipenuhi dalam
pernikahan menurut Islam adalah calon suami
maupun calon istri adalah beragama Islam
disertai dengan nama dan orangnya. Tidaklah
sah jika seorang muslim menikahi seorang
non-muslim dengan tata cara Islam (ijab
kabul).
2. Bukan Mahram
Hal ini menandakan tidak terdapat unsur penghalang
perkawinan. Oleh karena itu, sebelum menikah perlu
menelusuri nasab pasangan yang akan dinikahi.

3. Adanya wali bagi calon pengantin perempuan


Sebuah pernikahan secara Islam dikatakan sah apabila
terdapat atau dihadiri oleh wali nikah bagi calon pengantin
perempuan.
Jika mempelai perempuan masih memiliki ayah kandung,
maka dialah pihak paling utama untuk menjadi wali nikah.
Namun, jika ayah perempuan sudah meninggal atau memiliki
uzur tertentu bisa diwakilkan.
4. Dihadiri 2 orang saksi
Selain dihadiri oleh wali nikah untuk calon mempelai perempuan, nikah
juga harus dihadiri oleh 2 orang saksi. Kedua orang saksi ini satu berasal
dari pihak calon mempelai laki-laki, satu dari calon mempelai
perempuan. Seorang saksi pernikahan disyaratkan harus beragama
Islam, baligh, dan mengerti maksud akad.

6. Tidak ada paksaan


Terakhir, syarat nikah yang tidak kalah penting adalah tidak adanya
paksaan dari salah satu pihak kepada pihak lain. Kedua belah pihak
saling ridha, saling menyukai dan mencintai dan sepakat untuk menikah.
Pembatalan Perkawinan
 Pembatalan perkawinan yakni menganggap bahwa
perkawinan yang sudah dilakukan sebagai peristiwa yang
tidak sah dan juga dianggap tidak pernah ada. Menurut Pasal
22 UU No. 1 tahun 1974 menyatakan bahwa pembatalan
perkawinan dapat dilakukan apabila pihak tidak memenuhi
syarat untuk melangsungkan perkawinan. Peraturan
mengenai pembatalan perkawinan tertuang dalam Pasal 70-
76 KHI
 Dalam literature Hukum Islam, terdapat dua keadaan
mengenai pembatalan perkawinan. Yaitu talak atau cerai
kemudian pembatalan perkawinan akibat pasakh.
Pihak Yang Dapat Membatalkan
Perkawinan
o Para Keluarga dalam garis keturunan lurus ke atas dank e bawah dari
suami/istri
o Suami/istri
o Pejabat yang berwenang mengawasi pelaksanaan perkawinan
menurut UU
o Yang terikat perkawinan dengan salah satu keduabelah pihak
o Para pihak yang berkepentingan mengetahui adanya cacat dalam
rukun dan syarat menurut Hukum Islam dan UUP
Permohonan Pembatalan Kawin
Permohonan pembatalan perkawinan dapat diajukan Kepada Pengadilan
Agama yang mewilayah tempat tinggal suami dan istri atau perkawinan
dilangsungkan. Dan batalnya suatu perkawinan dimulai setelah putusan
Pengadilan Agama mempunyai kekuatan yang tetap dan berlaku sejak saat
berlangsungnya perkawinan, seperti yang dijelaskan dalam kompilasi
hukum islam Pasal 74 KHI ditentukan bahwa Permohonan pembatalan
perkawinan dapat diajukan kepada Pengadilan Agama yang mewilayahi
tempat tinggal suami dan istri atau tempat perkawinan danBatalnya suatu
perkawinan dimulai setelah putusan Pengadilan Agama mempunyai
kekuatan hukum yang tetap dan berlaku sejak saat berlangsungnya
perkawinan.
Pencegahan Perkawinan

Pencegahan perkawinan merupakan upaya agar suatu


perkawinan yang hendak dilaksanakan tidak akan terjadi yang
disebabkan oleh tidak terpenuhinya syarat-syarat perkawinan.
Pencegahan ini bertujuan untuk menghindari perkawinan
yang dilarang dalam Islam dan Peraturan Perundang-
Undangan. Mengenai pencegahan perkawinan terdapat
dalam Pasal 60-69 KHI.
Pihak yang dapat mencegah perkawinan
o Para keluarga dalam garis lurus keturunan ke atas dan ke bawah, saudara, wali
nikah, wali pengampu dari salah seorang calon mempelai dan pihak yang
bersangkutan. (Pasal 62)
o Suami atau istri yang masih terikat dalam perkawinan dengan salah seorang calon
istri atau calon suami yang akan melangsungkan pernikahan (Pasal 63)
o Pejabat yang ditunjuk untuk mengawasi perkawinan (Pasal 64).

Anda mungkin juga menyukai