Proposal
Oleh :
Nama : Satria Wahyudi
NPM : 16.1000.27.42.01.227
Program Studi : Ilmu Hukum
Program Kekhususan : Hukum Perdata
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA BARAT
BUKITTINGGI
2022
BAB I
PENDAHULUAN
dikarenakan itu adalah sebuah ibadah dan juga sunnah nabi yang
“Perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang
wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)
yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa” (Undang-
pemahaman suami dan istri tersebut mengenai kewajiban dan haknya masing-
yang menjadi syari‟at Allah serta menjadi jalan mencapai kebaikan di dunia
timbul kewajiban dan hak antara suami dan istri. Maka dari itu, di dalam
ikatan perkawinan perlu adanya komitmen dari kedua belah pihak termasuk
agamadan negara apabila terpenuhi segala rukun dan syarat yang ditentukan,
bukanlah hal yang main-main. Banyak hal yang harus dipenuhi oleh pihak
yang terkait untuk dapat melangsungkan sebuah perkawinan yang sah. Rukun
dan syarat yang harus dipenuhi tersebut diatur di dalam hukum agama dan
perkawinan tersebut menjadi tidak sah dan bisa dibatalkan. Perkawinan yang
dinyatakan batal demi hukum dianggap tidak sah atau tidak pernah ada.
pembatalan perkawinan.
terjadi apabila syarat atau rukun perkawinan tidak terpenuhi, atau adanya hal
kemudian hari bahwa seorang suami ternyata telah memiliki istri yang sah
dan melakukan perkawinan tanpa izin istri pertama tersebut, maka pasangan
tersebut wajib memfasakh atau difasakh akad nikahnya atas kemauan sendiri
tentunya tidak akan ada kerugian bagi mereka untuk berpoligami selama
dipoligami oleh suaminya karena kiranya hampir tidak terdapat hal yang
Peluang bagi seorang suami untuk dapat mempunyai istri lebih dari satu
dapat mengeluarkan surat izin kepada seorang suami untuk memiliki isteri
lebih dari satu orang apabila dikehendaki oleh pihak yang berwenang.”
Sedangkan syarat untuk memiliki istri lebih dari satu dalam Undang-Undang
Perkawinan diatur dalam Pasal 5 ayat (1), yang berbunyi: Untuk dapat
berikut:
c) Adanya jaminan bahwa suami akan dapat berlaku adil terhadap istri-
berpoligami yang mendapat izin dari isteri, terlebih lagi jika isteri tersebut
disembuhkan atau tak bisa mempunyai keturunan. Jika dilihat pada Undang-
Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka seorang suami yang
berpoligami dari isteri pertama. Apabila tidak ada, maka perkawinan tersebut
perkawinan yang tidak sah, baik sebelum atau sesudah persetubuhan, baik
bersifat nikah bathil ataupun fasid. Hal yang berkaitan dengan pembatalan
alasan dan landasan hukum yang kuat bagi seorang istri yang mengetahui
suaminya telah menikahi orang lain tanpa izin, hingga kemudian dapat
diajukan oleh Pemohon (ayah kandung dari istri kedua). Dimana dalam
sebagai istri sah Termohon I yang dinikahi pada bulan Oktober tahun 2010
serta telah dikaruniai satu orang anak. Sebelum pernikahan antara Termohon I
normal tanpa ada yang disembunyikan atau tipu muslihat dari pihak
tercatat secara sah adalah pasangan suami istri, dan sama sekali tidak ada
bukti perceraian serta tidak ada izin poligami, baik dari istri pertamanya
Panjang.
B. Rumusan Masalah