Anda di halaman 1dari 3

Fiqih Munakahat

M. Ilham Mardiansyah 1212020163


PAI 4E

Gugatan Perceraian
Perceraian merupakan hal yang diperbolehkan dalam islam, namun allah tetap saja tidak menyukainya. Adapun
perceraian terpaksa dilakukan apabila dengan dilakukannya perceraian tersebut akan menimbulkan dampak yang
lebih positif bagi kedua pasangan suami istri tersebut. Pada artikel ini, penuis mencoba mengambil kisah dan kasus
perceraian yang ada dimasyarakat sebagai bahan pembelajaran bagi kita semua para pembaca.
Beberapa waktu lalu, media sosial dihangatkan dengan kasus perceraian salah satu pasangan artis, yaitu Virgoun
(Penyanyi) dengan istrinya Inara Rusli. Kabar tersebut diakui oleh pihak kuasa hukum Virgoun untuk mengurus
perkaranya. Dan juga kabar tersebut diketahui publik lantaran sang istri mengunggah kabar tersebut melalui
instagram pribadi.
Dikabarkan perceraian tersebut diakibatkan karena sang suami (Virgoun) melakukan perselingkuhan. Kabar
tersebut kemudian langsung diakui oleh Virgoun melalui akun youtube nya. Tak lama kemudian, Virgoun resmi
mendaftarkan gugatan cerai talak terhadap istrinya, Inara Rusli, ke Pengadilan Agama Jakarta Barat pada Kamis
(4/5), setelah pentolan Last Child itu mengakui berselingkuh. Virgoun mendaftarkan gugatan tersebut melalui
pengacaranya, Wijayono Hadisukrisno. Perbedaan antara dua hal itu ada pada siapa yang mengajukan perkara.
Cerai talak diajukan oleh pihak suami, sementara cerai gugat diajukan oleh pihak istri. Perceraian melalui proses
persidangan di peradilan agama di Indonesia bisa dicapai melalui cerai talak maupun cerai gugat.
Dari kisah tersebut penulis ingin menyimpulkan mengenai pergugatan cerai secara hukum di Indonesia maupun
secara agama
1. Perceraian Secara Hukum diIndonesia

Pasal 20 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 Tentang Pelaksanaan UU No. 1 Tahun 1974
tentang Perkawinan (UU Perkawinan), gugatan cerai boleh diajukan baik oleh suami maupun istri, atau
kuasa hukumnya kepada Pengadilan setempat. Adapun pasal tersebut berbunyi:

"Gugatan perceraian diajukan suami atau isteri atau kuasanya kepada pengadilan yang daerah hukumnya
meliputi tempat kediaman tergugat"
Dengan kata lain, istri juga boleh menggugat cerai suami dan tidaklah dipersyaratkan untuk meminta izin
kepada suami terlebih dahulu atau malah mengurus cara mengurus surat cerai tanpa sidang.

Gugat talak dan gugat cerai adalah dua proses hukum yang berbeda dalam konteks perceraian di Indonesia.
Gugat talak adalah istilah dalam hukum Islam yang mengacu pada proses perceraian di mana suami atau
istri mengajukan permohonan cerai ke pengadilan agama dengan dasar alasan-alasan yang diakui oleh
syariat Islam. Gugat talak biasanya terjadi dalam konteks perkawinan yang dilangsungkan menurut hukum
Islam atau perkawinan yang dilangsungkan secara agama.

Sementara itu, gugat cerai adalah istilah dalam hukum perdata yang mengacu pada proses perceraian di
mana suami atau istri mengajukan permohonan cerai ke pengadilan dengan dasar alasan-alasan yang
diakui oleh hukum perdata. Gugat cerai dapat terjadi dalam konteks perkawinan yang dilangsungkan
menurut hukum perdata atau perkawinan yang dilangsungkan secara agama, selama perkawinan tersebut
diakui oleh negara.

Meskipun keduanya terkait dengan proses hukum yang sama, yaitu perceraian, namun terdapat perbedaan
dalam hal dasar hukum dan prosedur yang harus diikuti. Dalam proses gugat talak, pengadilan agama akan
mengacu pada hukum Islam sebagai dasar putusan, sementara dalam gugat cerai, pengadilan akan
mengacu pada hukum perdata sebagai dasar putusan.

Undang-undang di Indonesia yang mengatur mengenai gugatan talak adalah Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pasal 39 UU Perkawinan menyebutkan bahwa gugatan talak dapat
diajukan ke pengadilan agama dengan alasan-alasan tertentu. Alasan-alasan yang dapat menjadi dasar
gugatan talak antara lain:
 Suami atau istri melakukan perzinaan atau perselingkuhan.
 Suami atau istri melakukan kekerasan fisik atau mental yang berat terhadap pasangan atau anak-
anak.
 Suami atau istri meninggalkan pasangan selama 2 tahun berturut-turut tanpa alasan yang jelas atau
tanpa persetujuan pasangan.
 Suami atau istri menderita sakit atau cacat yang mengakibatkan tidak mampu memenuhi
kewajiban sebagai pasangan hidup.
 Suami atau istri melakukan perbuatan tercela yang menyebabkan pasangan merasa tidak nyaman
atau terganggu.
Namun, sebelum mengajukan gugatan talak, pasangan diharapkan untuk mencoba menyelesaikan masalah
yang ada melalui jalur damai atau dengan bantuan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. Hal ini
dimaksudkan untuk meminimalkan dampak negatif dari perceraian terhadap pasangan dan anak-anak.
Islam juga menekankan bahwa perceraian harus dihindari sebisa mungkin dan bahwa suami dan istri
harus berusaha untuk memperbaiki hubungan mereka sebelum mengambil langkah yang drastis seperti
mengajukan gugatan talak. Karena itu, gugatan talak sebaiknya dijadikan sebagai jalan terakhir setelah
upaya-upaya rekonsiliasi yang serius telah dilakukan.
Bisakah proses gugatan perceraian dibatalkan?
Proses perceraian berasal dari masalah mendasar dalam kehidupan rumah tangga pasangan itu. Tapi
hakim tidak bisa menerima semua alasan. Permohonan cerai tidak dikabulkan karena tidak ada bukti yang
kuat untuk mendukung alasan penggugat. Artinya, alasan perceraian tidak sah atau tidak ada bukti yang
sah untuk mendukungnya, sehingga alasan perceraian tidak diterima. Hakim sendiri bersandar pada
landasan hukum dalam Pasal 22 (2) (9) PP (1975) yang mendasari alasan mengapa tuntutan cerai tidak
diperbolehkan. Selain itu, perceraian di luar hukum dianggap tidak sah atau tidak ada alasan untuk
bercerai.
2. Gugatan Perceraian Dalam Hukum Islam

Dalam hukum Islam, perceraian atau gugat talak adalah hal yang dihindari dan hanya diperbolehkan dalam
keadaan-keadaan tertentu yang diakui oleh syariat Islam. Dalam Islam, perkawinan dianggap sebagai
institusi yang suci, dan perceraian dianggap sebagai hal yang paling tidak disukai oleh Allah SWT.

Perceraian bisa juga diartikan sebagai suatu cara yang sah untuk mengakhiri suatu perkawinan. Dalam
Kompilasi Hukum Islam pengertian talak terdapat dalam Pasal 117 yang menyatakan: “Talak adalah ikrar
suami di hadapan sidang Pengadilan Agama yang menjadi salah satu sebab terjadinya perceraian”.
Sedangkan menurut KUH Perdata perceraian adalah pengakhiran suatu perkawinan karena suatu sebab
dengan keputusan hakim atas tuntutan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak dalam perkawinan.

Berdasarkan beberapa pengertian dan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud
dengan perceraian adalah pelepasan ikatan perkawinan antara suami dan istri dengan menggunakan kata
talak dan semacamnya yang menghilangkan kehalalan hubungan suami istri.

 Dalil Thalaq
‫ان هّٰللا ُ َواسِ عًا َح ِك ْيمًا‬ ‫هّٰللا‬
َ ‫َو ِانْ َّي َت َفرَّ َقا ي ُْغ ِن ُ ُكاًّل مِّنْ َس َعت ۗ ِٖه َو َك‬
Terjemahan:
Dan jika keduanya bercerai, maka Allah akan memberi kecukupan kepada masing-masing dari
karunia-Nya. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya), Mahabijaksana.

Thalaq merupakan jalan penyelesaian terakhir dalam menghadapi kesulitan dan problem yang
menimpa suami-istri. Ketentuan thalaq adalah bukti dari keadilan syari’at Islam. Dengan thalaq ini
dapat dicegahnya kezaliman yang menimpa suami maupun istri dalam kehidupan berumah tangga.

Dalam kitab-kitab fiqh, ada empat kemungkinan yang dapat memicu perceraian yang dapat terjadi
dalam kehidupan rumah tangga yaitu:
1. Apabila terjadinya nusyuz yang dilakukan istri
2. Nusyuz istri terhadap suami
3. Terjadinya syiqaq
4. Salah satu pihak melakukan perbuatan zina (fakhisyah), yang menimbulkan saling tuduh-
menuduh diantara keduanya
Ketentuan ini dipertegas lagi dalam penjelasan pasal 39 ayat (2) tersebut dan pasal 19 Peraturan
Pemerintah
Nomor 9 tahun 1975 yang mana disebutkan bahwa alasan yang dapat
dipergunakan untuk melaksanakan perceraian adalah:
 Salah satu pihak berbuat zina atau pemabuk, pemadat dan lain sebagainya yang sukar
disembuhkan.
 Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain dan tanpa alasan yang sah atau karena hal lain
diluar kemauannya.
 Salah satu pihak mendapat hukuman penjara 5 tahun atau hukuman yang lebih berat setelah
perkawinan berlangsung.
 Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiyaan berat yang
 membahayakan pihak lain.
Dalam Islam, perceraian bukanlah solusi yang diharapkan dan dihindari jika memungkinkan. Sebelum
mengambil keputusan untuk bercerai, pasangan suami istri sebaiknya mencoba menyelesaikan masalah
yang ada dengan cara yang baik dan damai. Meskipun dalam situasi tertentu, perceraian dapat dianggap
sebagai jalan terakhir untuk mengatasi masalah yang ada, namun tetap diharapkan untuk menjaga
hubungan baik antara suami dan istri, dan menghindari tindakan yang dapat merugikan diri sendiri,
pasangan, dan lingkungan sekitar.

Anda mungkin juga menyukai