Oleh:
Detty Tangkudung SH
Pengantar :
Sebelum membahas mengenai sebab-sebab perceraian dan akibat-akibat
hukumnya dalam praktek sejak berlakunya Un dang-Un dang Perkawinan No.1
tahun 1974, kita harus melihat latar belakang lalllr dan tujuannya Undang-
Un dang Perkawinan Nasional terse but.
Lahirnya Undang-Undang No.1 tahun 1974 bertitik tolak dari anggapan
bahwa Peraturan Perundang-undangan vane. menvangkut lembaga oerkawinan
sudah tidak coeok lagi dengan politik hukum nasional yang mengarah kepada
unifikasi hukum 1).
Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut perkawinan sebelum diun-
dangkannya Undang-Undang no.! tahun 1974 beraneka ragam sesuai dengan
politik penggolongan rakyat seperti diatur dalam pasal 131 IS serta pasal 163
[S2).
Salah satu tujuan dari Un dang-Un dang Perkawinan no.1 tahun 1974 adalah
untuk memenuhi suatu kebutuhan mutlak adanya Undang-Undang Perkawin-
an Nasional yang sesuai dengan falsafah Paneasila seperti dapat kita baea
dalam Penjeiasan Umum-nya 3 ).
Menurut Konsepsi Undang-Undang Perkawinan no. I tahun 1974,
yang dimaksud dengan Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk..
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa4 ).
Dati perumusan terse but jelaslah terlihat unsur-unsur perkawinan yaitu:
Perkawinan merupakan ikatan antara seorang pria dan seorang
wanita.
Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin.
Perkawipan bertujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang
kekal dan bahagia.
Perkawinan harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berpangkal tolak pada unsur-unsur tersebut diatas rnaka perkawinan bertu-
juan membentuk keluarga/rumah tangga yang kekal dan bahagia. Jadi pada
azasnya harus berlangsung seumur hidup dan hanya diputuskan oleh kema-
tian.
Meskipun demikian. bukan berarli perkawinan tersebut tidak dapa! diputus-
*) Tulisan ini -berdasarkan penelaahan singkat penuUs atas perkara-perkara percerai-
an yang diselesaikan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pada beberapa
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.
Iwktlm dan pembQlIgtllIQII
46
Ajaran Agama manapun menganggap perceraian terse but sesuatu yang harus
dihindarkan dan dari segi kehidupan akan membawa akibat buruk bagi anak
atau anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan.
Catatan kaki.
1) .8agi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya Undang-
undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan
memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan
telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita. Sebelum lahirnya
undang-undang perkawinail. bagi berbagai golongan berlaku :
a. bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hukum agama
yang telah diresiplir dalam Hukum Adat;
b. bagi orang-orang Indonesia asli lainoya berlaku Hukum Adat;
c. bagi orang-o.rang Indonesia asH yang beragama Kristen berlaku Huwelijksor-
donnantie Christen Indonesia (S. 1933 Nomer 74);
d. bagi orang Timur Asing Cina dan warganegara looonesia keturunan Cina
berlaku ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan
sedikit perubahan;
e. bagi orang-orang Timur Asing lainnya dan warganegara Indonesia keturunan
Timur Asing lainnya tersebut berlaku Hukum Adat mereka;
f. bagi orang-orang Eropa dan warganegara Indonesia keturunan Eropa dan di-
samakan dengan mereka berlaku K itab Undang-undang Hukum Perdata.
(Penjelasan Vmum Undang-undang Perkawinan No.1 tabun 1974, Himpunan
undang-undang dan peraturan-peraturan tentang Perkawinan, DilJen Hukum
dan per-undang-undangan Departemen Kehakiman 1977, h. 23)
2) Pend uduk Indonesia menurut pasal163 I.S ayat 1 dibagi dalam 3 golongan besar;
a. golongan Eropa;
b. golongan Indonesia;
c. golongan Timur Asing.
Pasal tersebut berbunyi :
sebab perceraian 51
(l) ApabiIa peraturan-peraturan dari undang-undang ini, dari peratu ran umum
dan peraturan-peraturan lain, reg:lemen-rcglemcn, peraturan-peraturan po-
lisi dan peraturan-peraturan administrasi membeda-bedakan antar~ go-
longan Eropa, Indonesia dan Timur Asing, untuk mereka berlaku peratuT-
an-pera turan yang berikut.
(2) Pada peraturan-peraturan untuk golongan Eropa tunduk;
I. semua orang Belanda;
2. semua orang, tak · termasuk dalam golongan No. 1 yang berasal dad
Eropa;
3. semoa orang Jepang dan selanjutnya semua orang, yang berasal dari
lain tempat tak tcrmasuk dalam galongan-go longa n No. I dan 2 untuk
siapa dinegerinya berlaku hukum keluarga, yang dalam pokoknya ber-
dasar pada alas-ilzas yang sarna dengan azas-azas Belanda;
4. anak-anak yang sah alau diakui secara sah menu rut undang-undang,
yang dilahirkan di Indonesia dan tLUunan-turunan lanjutan dad orang-
orang. yang dimaksudkan dibawah No.2 dan 3.
(3) Pada peratLUan-peraturan untuk golongan Indonesia tunduk kecuali ke-
dudukan hukum dari goiongan Indonesia Nasrani, yang ditetapkan dengan
Oldonansi - semua orang. yang tenllasuk dalam galongan Indonesia ash
di Indonesia dan tidak boleh mas uk dalam .suatu golongan penduduk lain
dari golongan Indonesia asli, begitu juga mereka, yang dahulu . termasuk
dalam suatu golongan penduduk lain dari goiongan Indonesia asli, dan
sekalang telah mempersat~kan diri dengan golongan Indonesia asli.
(4) Pada peraturan-peratulan untuk golongan Timur Asing tunduk-keeuali
koo.udukan hukum mcreka yang beragama Nasrani, yang akan ditetapkan
dengan ordonansi-semua orang. yang t3k. tcrmasuk glliongan yang di-
maksudkap oleh ayat 2 atau 3 dari pasal ini.
(5) Gubernur:.Jendcral (dahulu) berhak, selaras dengan "Raad van Indonesia"
untuk menyat aka n pcraturan-peraturan yang berlaku bagi golongan Eropa
juga bcrlaku bagi orang·orang. untuk siapa sebetulnya peraturan·peraturan
itu tidak berlaku. Pernyataan bcrlaku tersebut be~ l aku dengan sendirinya
untuk anak·anak sah atau yang diakui menurut undang-undang dan
yang dilahirkan setclah itu serta· turunan·turunan lanjutan dari yang
bcrsangku tan.
(6) Sctiap orang dapat minta ditetapkan olch Hakim menLUut peraturan-
pe:ratulan yang akan ditetapkan dengan ordonansi, dalam go lon!!an
penduduk mana ia termasuk.
3) Sesuai dengan laooasan falsafah Pancasila dan Undang·undang Dasar 1945.
maka undang·undang ini di satu fthak harus dapat mewujudkan prinsip-
prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang [}<lsar 1945.
sedangkan di lain fJhak harus dapal pu la menampung scgala kenyataan yang
hidup datam masyarakat dewasa inL Undang-undang Perkawinan ini leluh menam-
pung di dalamnya unsur-unsur dan kClcnluan-ketcntuan Hukulll Agamanya dan
Kepercayaannya itu dari yang bcrsangkutan. (Prof. Mr . Lie Ocn Hock - ('ata tan
Sipil di Indonesia. 1961 h. 3).