Anda di halaman 1dari 8

45

SEBAB-SEBAB PERCERAIAN DAN AKIBAT -AKIBAT


HUKUMNY A DALAM PRAKTEK SEJAK UNDANG-
UNDANG PERKAWINAN 1974*)

Oleh:
Detty Tangkudung SH

Pengantar :
Sebelum membahas mengenai sebab-sebab perceraian dan akibat-akibat
hukumnya dalam praktek sejak berlakunya Un dang-Un dang Perkawinan No.1
tahun 1974, kita harus melihat latar belakang lalllr dan tujuannya Undang-
Un dang Perkawinan Nasional terse but.
Lahirnya Undang-Undang No.1 tahun 1974 bertitik tolak dari anggapan
bahwa Peraturan Perundang-undangan vane. menvangkut lembaga oerkawinan
sudah tidak coeok lagi dengan politik hukum nasional yang mengarah kepada
unifikasi hukum 1).
Peraturan Perundang-undangan yang menyangkut perkawinan sebelum diun-
dangkannya Undang-Undang no.! tahun 1974 beraneka ragam sesuai dengan
politik penggolongan rakyat seperti diatur dalam pasal 131 IS serta pasal 163
[S2).

Salah satu tujuan dari Un dang-Un dang Perkawinan no.1 tahun 1974 adalah
untuk memenuhi suatu kebutuhan mutlak adanya Undang-Undang Perkawin-
an Nasional yang sesuai dengan falsafah Paneasila seperti dapat kita baea
dalam Penjeiasan Umum-nya 3 ).
Menurut Konsepsi Undang-Undang Perkawinan no. I tahun 1974,
yang dimaksud dengan Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang
pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk..
keluarga/rumah tangga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa4 ).
Dati perumusan terse but jelaslah terlihat unsur-unsur perkawinan yaitu:
Perkawinan merupakan ikatan antara seorang pria dan seorang
wanita.
Perkawinan merupakan ikatan lahir bathin.
Perkawipan bertujuan membentuk keluarga/rumah tangga yang
kekal dan bahagia.
Perkawinan harus berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.
Berpangkal tolak pada unsur-unsur tersebut diatas rnaka perkawinan bertu-
juan membentuk keluarga/rumah tangga yang kekal dan bahagia. Jadi pada
azasnya harus berlangsung seumur hidup dan hanya diputuskan oleh kema-
tian.
Meskipun demikian. bukan berarli perkawinan tersebut tidak dapa! diputus-
*) Tulisan ini -berdasarkan penelaahan singkat penuUs atas perkara-perkara percerai-
an yang diselesaikan oleh Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta pada beberapa
Pengadilan Negeri dan Pengadilan Agama.
Iwktlm dan pembQlIgtllIQII
46

kan oleh sebab-sebab yang lain daripada kernaHan. Undang·Undang perka-


winan mengakui juga kemungkinan putusnya perkawinan karen a perceraian
dalam hal-hal tertentu seperti yang tertera pada pasal 39 Undang-Undan g
Perkawinan no.l tahun 1974 jo pasal 19 Peraturan Pemerintah no.9 tahun
19755) , yang akan penulis uraikan kemudian dengan melihat prakteknya
melalui Keputusan-Keputusan Pengadilan Nege ri dan Pengadilan Agama di
Jakarta.
ALASAN-ALASAN PERCERAIAN.
Sebelum lahirnya Undang-Undang Perkawinan no.l tallun 1974, sebab-
sebab perceraian diatur dalam berbagai Ketentuan Hukum seperti dalam Ki-
tab Undang-Undang Hukum Perdata (BW), Ilukum Islam dan Hukum Adal.
Pasal 209 Kitab Un dang-Un dang Hukum Perdata (BW) mencantumkan
sebab-sebab perceraian sebagai berikut6 ),
Zinah,
Meninggalkan tempat kediaman bersama dengan sengaja selama
lima tallun,
Penghukuman penjara lima tahun lamanya atau dengan hukuman
yang Iebm berat, yang diucapkan setelah perkawinan ,
Meiukai berat atau menganiaya dilakukan oleh suami atau isteri
terhadap isteri at au suaminya yang dem ikian, sehingga membaha-
yakan jiwa pihak yang dilukai atau dianiaya atau mengakibatkan
luka-luka yang membahayakan.
Hukum islam pada prinsipnya melarang adanya perceraian dan perce-
raian atas inisiatif isteri hukumnya adaiah haram.7)
Menurut ajaran agama Islam perceraian itu merupakan perbuatan yang diben-
ci Tuhan, sehagaimana Rasulullah SAW bersabda
"Sebenci-benci barang yang halal disisi Allah ialah Thalak" (Riwayat
Abu Daud dan Ibnu Majah)8)
Walaupun demi~an dalam Hukum Islam ada bentuk perceraian yang lebih
dikenal dengan istilah Talaq.
Talaq ialah suahl bentuk perceraian yang umum dan banyak dikenal atau
terjadi di Indonesia. Lembaga ini merupakan taraf terakhir dalam menyele-
saikan perseiisihan atau ketidak serasian dalarn rurnah tangga seorang mus-
lim 9).
Mengenai perceraian dengan cara Taiaq ini ada berbagai-bagai bentuk antara
lain: Talaq ta'liq artinya talaq yang digantungkan jatul'lnya kepada terjadi-
nya suatu hal yang rnernang rnungkin terjadi yang telah disebutkan lebih
dahulu dalam suatu perjanjian.
Dalam hukumnya Q IV: 128 a. yang bcrbunyi :
Kalau seorang isteri kuatir, bahwa suaminya pada suatu waktu nan-
tinya akan bertindak nusyuz atau berpaiing, maka bolehlah mereka
mengadakan perjanjian dan perjanjian itu adalah baik.
sebab perceraian 47

Talaq ta 1iq mungkin terjadi berdasarkan hal-hal sbb:


Kalau suami me!1inggalkan isteri selama tiga bulan atau Iebih
jalan darat dan tidak memberi nafkah.
Kalau suami meninggalkan isteri selama enam bulan atau lebih
jalan laut dan tidak memberi nafkah.
Kalau suami menggantung isteri dengan tidak bertali, artinya
suami tidak memperlakukan isteri sebagai isterinya, tetapi tidak
mencerainya.
Kalau suami memukul isteri sampai berbekas
Memperlakukan isteri secara kurang baik to).
Seperti kita ketahui bahwa hak menjaluhkan talaq benda dalam tangan
suami. Dengan adanya lembaga Talaq Ta 1iq irii maka berarti diberikan pe-
limpahan wewenang kepada isteri tetapi terbalas pada hal-hal tertenlu saja.
Semuanya ini ditujukan untuk mengurangi kesewenangan suami dan mem·
beri kesempatan kepada keduabelah pihak untuk menentukan pilihan atau
meneruskan hubungan perkawinan at au terpaksa menghentikan hubungan
tersebut 11).
Hukum Aqat mengenal juga alasan·alasan untuk putusnya suatu perka·
winan. Tampaknya bagi golongan masyarakat yang menganut agama Islam,
hukum adat-nya banyak dipengaruhi oleh ketentuan-ketentuan Hukum
Islam. I 2).
Menurut Hukum Adat yang merupakan sebab .. ebab teriadinya perceman
dari suatu perkawinan selain kematian adalah sebagai berikut:
Perzinahan.
Tidak mem beri nafkah.
Penganiayaan.
Cacat Tubuh/Kesehatan.
PeTSelisihan 13).
Un dang-Un dang Perkawinan nO.l tahun 1974 mengatur alasan-alasan
perceraian ini dalam Pasal 39 jo paaal 19 Peraturan Pemerintah no.9 tahun
1975. Undang-Undang Perkawinan menyebut sebagai alasan perceraian ialah
terdapatnya keadaan antara suami isteri yang tidak memungkinkan suami
isteri terse but untuk berdamai lagi. Alasan yang dirumuskan secara unium
itu dipeTinci lebih lanjut dalam pasal 19 Peraturan PemeTintah no.9 tahun
1975, yang menentukan alasan-alasan perceraian sebagai berikut:
salah satu pihak berbuat zinah atau menjadi pemabok, penj~di,
pemadat dan lain sebagainya yang sukar disemb1lhkan.
Salah satu pihak meninggalkan pihak yang lain selama dua tahun
berturut-lurut tanpa ijin pihak lain teTSebut dan tanpa alasan yang
sah atau karena hal diluar kemampuannya.
Salah satu pihak mendapat hukuman penjara lima tahun atau
hukuman yang lebih berat setelah p"'rkawinan berlangsung.
48 huktlm dan pembangunan

Salah satu pihak melakukan kekejaman atau penganiayaan yang


berat yang membahayakan pihak lain.
Salah satu pihak ffitmdapat caead hadan atau penyakit dengan
akibat tidak dapat menjalankan kewajiban sebagai suami atau
isteri.
An tara suami isteri terus menerus terjadi perselisihan dan per-
tengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lag; dalam
rumah tangga .I4 ).
Tampaknya alasan-alasan perceraian yang tercantum dalam Undang-Undang
Perkawinan no.l Tahun 1974 boleh dikatakan mencakup alasan-alasan
perceraian yang diatur dalam BW. Hukum Islam maupun Hukum Adat.
Apabila kita melihat dari azas kekalnya perkawinan sebagai titik tolak, maka
alasan-alasan perceraian dalam pasal 19 terse but harus dianggap sebagai yang
bersifat limitatip artinya hanya alasan-alasan yang terse but diatas yang dapat
dipakai untuk rnenuntut perceraian I S).
Dalam penerapannya untuk dapat memutuskan perkawinan melalui lembaga
perceraian harus benar-benaI terbukti adanya salah satu dari alasan~a1asan
terse but diatas.
Sebaliknya bila terbukti adanya salah satu pihak berbuat lina, maka jika pi-
hak lain ·sudi memaafkan, maka perkawinan terse but tidak dapat diputus-
kan 16)
DapatJah dikatakan bahwa Undang-Undang Perkawinan membolehkan
adanya perceraian, tetapi juga menyempitkannya atau berusaha sejauh mung-
kin menghindarkan terjadinya perceraian dengan mencantumkan secara
limitatip alasan-alasan terse but diatas.
Perceraian sesuatu yang harus dihindarkan. Seperti yang penulis sebut-
kan terdahulu, Hukum Islam melarang perceraian. Doktrin Agama Katholik
tidak membolehkan putusnya perkawinan karena perceraian. Doktrin ini
oleh beberapa negara dimasukkan dalam hukum positif (Negara Amerika
Latih, Spanyol) tetapi ada negara-negara walaupun mayoritas penduduknya
beragama Katholik tetapi tidak memasukkannya adalah Katholik tetapi hu-
kum positif mereka sehingga perceraian masih dimungkinkan (Perancis)
Perundang-undangan berbagai negara disamping memb.o1ehkan putusannya
perkawinan ini disatu pihak, tetapi dipihak lainnya juga mencantumkan ke-
tentuan yang berusaha agar perceraian dihindarkan.
Para Hakim kita dalam menangani perkara perceraian selalu bersikap sebijak-
sana mungkin dan berusaha agar perceraian tidaK terjadi dengan begitu mu-
dah.
Hakim memanggil keduabelah pihak ..uami dan isteri untuk didengar ke-
terangannya. Pada. persidangan pert~a hakim wajib berusaha mendamaikan
keduabelah pihak yan; berperkara. Untuk ini hakim kalau perlu dapat me-
nunda sidang dalam jangko waktu tertentu 17) Hal ini untuk memberikan
kesempatan kepada para pihak untuk merenungkan kern bali tuntutan mereka
dan berusaha untuk rukun kern bali.
sebOb perceraian 49

Ajaran Agama manapun menganggap perceraian terse but sesuatu yang harus
dihindarkan dan dari segi kehidupan akan membawa akibat buruk bagi anak
atau anak-anak yang dilahirkan dari perkawinan.

Perceraian dalam praktek.


Sepanjang be berapa kasus perceraian yang penulis telaah : sebagian
besar perceraian dituntut oleh salah satu pihak dengan alasan adanya percek-
cokan yang sukar didarnaikan lagi. Percecokan yang tak dapat didamaikan
lag; ini bisa terjadi pada keluarga yang telah membina rumah tangga lebih
dari lima tahun dan telah pula mempunyai anak lebih dari dua orang 18).
Sebab.,;ebab percecokan berpangkal kepada tidak terdapatnya pengertian
isteri terhadap pekerjaan suami dan kecurigaan isteri terhadap kejujuran sua-
minya.
Misalnya dalam Keputusan Pengadilan Negeri lakarta Pusat no. 99/l975G
antara HS (penggugat) melawan OSL (tergugat) menyebutkan, bahwa Peng-
gugat suka pulang malarn sebagal pengusaha. Kenyataan ini tidak dapat di-
terima oleh Tergugat, yang mengakibatkan pertengkaran teTUs menerus
dan akhirnya slisteri kern bali kerumah orangtuanya. Sebab yang sarna dapat
dilihat pula dalam Penetapan Pengadilan Agama 1akarta no.!3 2/197 8:
Pemohon KDM telah tuduh menuduh dengan termohon SA isterinya Tuduh
menuduh terse but disebabkan pemohon selalu pulang terlambat yang menim-
bulkan kecurigaan isteri (termohon).
Sebab musabab perceraiatl karen a rasa curiga terse but pada umumny~ menim-
hulkan ·percekcokan yang teTUs menerus, sehingga salah satu pihak menderita
takanan bathin
Alasan untuk bercerai juga dapat disebabkan karena pihak suami berzina
dengan wanita lain dan hal ini diakui oleh sang suamL Pennintaan cerai
dari isteri pemah terjadi, karena suami telah pindah agama.
Percecokan juga timbul, karena sejak semula perkawinan tersebut. telah di-
paksakan oleh salah satu pihak . Akan tetapi dalarn mengajukan perceraiail
alasan-alasan lainnya dimasukkan.
Tidak semua Gugatan perceraian dikabulkan hanya dengan alasan percecok-
an yang tidak dapat didamaikan Iagi ,. karena temyata hal terse but iidak
terbukti.
Misalnya Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Barat/Selatan no. 422/1977 G
antara Penggugat JT melawan Tergugat TB (isteri). Dalarn perkara ini Hakim
berpendapat bahwa percecokan yang tidak dapat didamaikan lag; tidak
terbukti. Yang ada hanyalah kesalah pahaman yang tidak berarti.
Dari pengamatan penulis tentang sebab-sebab percecokan tersebut,
sebenarnya haruslah terjadi saling pengertian antara suami isteri dalam rumah
tangga. Tiadanya saling pengertian dan percaya mempercayai antara suami
isteri adalah permulaan dari percekcokan yang berkepanjangan dan akhirnya
mendatangkan tekanan bathin.
50 hukum dan pembangunan
I I
Akibat perceraian bagi anak-anak.
Diantara kasus-kasus yang penulis telaah teroyata tidak semua perce-
cokan yang tak dapat didamaikan tersebut berakhir dengan perceraian.
Dengan segala pengorbanan karena berdasarkan einta kepada anak-anak atau
demi anak. anak, mereka tidak menempuh jalan perceraian, tetapi memahon
untuk berpisah meja dan temp at tidur untuk memherikan kesempatan kep ada
suami untuk suatu waktu akan insar dan menyesali segala perbuatannya,
Tetapi apabila terjadi perceraian, pihak isteri selaiu berusaha supaya anak-
anaknya dengan pertimbangan bahwa anak-anak memerlukan bimhingan yang
balk. Dalam hal ini pihak wanita berpendapat bah wa ayah sianak tidak dapat
menjadi wali yang baik karen. dianggap tidak berhasil dalam rumah tangga
yang berantakkan tersebut. Hakim dalam memutus gugatan perceraian
selalu mempertimbangkan hal tersebut." 5\. Dengan demikian tidak pula
menutup kemungkinan untuk mempertimbangkan ayah sianak dapat juga
menjadi waii, dikarenakan beberapa raktor, misalnya: Ibu tidak sanggup
untuk mendidik sianalC atau si Ibu tidak bertindak baik dalam kehidupan
sehari.lJ.ari.
Demikianlah beberapa catatan yang dapat penulis peroleh dari be be-
rapa kasus perceraian baik yang diselesaikan di Pengadilan Negeri atau di
Pengadilan Agama Jakarta.

Catatan kaki.
1) .8agi suatu negara dan bangsa seperti Indonesia adalah mutlak adanya Undang-
undang Perkawinan Nasional yang sekaligus menampung prinsip-prinsip dan
memberikan landasan hukum perkawinan yang selama ini menjadi pegangan dan
telah berlaku bagi berbagai golongan dalam masyarakat kita. Sebelum lahirnya
undang-undang perkawinail. bagi berbagai golongan berlaku :
a. bagi orang-orang Indonesia asli yang beragama Islam berlaku hukum agama
yang telah diresiplir dalam Hukum Adat;
b. bagi orang-orang Indonesia asli lainoya berlaku Hukum Adat;
c. bagi orang-o.rang Indonesia asH yang beragama Kristen berlaku Huwelijksor-
donnantie Christen Indonesia (S. 1933 Nomer 74);
d. bagi orang Timur Asing Cina dan warganegara looonesia keturunan Cina
berlaku ketentuan-ketentuan Kitab Undang-undang Hukum Perdata dengan
sedikit perubahan;
e. bagi orang-orang Timur Asing lainnya dan warganegara Indonesia keturunan
Timur Asing lainnya tersebut berlaku Hukum Adat mereka;
f. bagi orang-orang Eropa dan warganegara Indonesia keturunan Eropa dan di-
samakan dengan mereka berlaku K itab Undang-undang Hukum Perdata.
(Penjelasan Vmum Undang-undang Perkawinan No.1 tabun 1974, Himpunan
undang-undang dan peraturan-peraturan tentang Perkawinan, DilJen Hukum
dan per-undang-undangan Departemen Kehakiman 1977, h. 23)
2) Pend uduk Indonesia menurut pasal163 I.S ayat 1 dibagi dalam 3 golongan besar;
a. golongan Eropa;
b. golongan Indonesia;
c. golongan Timur Asing.
Pasal tersebut berbunyi :
sebab perceraian 51

(l) ApabiIa peraturan-peraturan dari undang-undang ini, dari peratu ran umum
dan peraturan-peraturan lain, reg:lemen-rcglemcn, peraturan-peraturan po-
lisi dan peraturan-peraturan administrasi membeda-bedakan antar~ go-
longan Eropa, Indonesia dan Timur Asing, untuk mereka berlaku peratuT-
an-pera turan yang berikut.
(2) Pada peraturan-peraturan untuk golongan Eropa tunduk;
I. semua orang Belanda;
2. semua orang, tak · termasuk dalam golongan No. 1 yang berasal dad
Eropa;
3. semoa orang Jepang dan selanjutnya semua orang, yang berasal dari
lain tempat tak tcrmasuk dalam galongan-go longa n No. I dan 2 untuk
siapa dinegerinya berlaku hukum keluarga, yang dalam pokoknya ber-
dasar pada alas-ilzas yang sarna dengan azas-azas Belanda;
4. anak-anak yang sah alau diakui secara sah menu rut undang-undang,
yang dilahirkan di Indonesia dan tLUunan-turunan lanjutan dad orang-
orang. yang dimaksudkan dibawah No.2 dan 3.
(3) Pada peratLUan-peraturan untuk golongan Indonesia tunduk kecuali ke-
dudukan hukum dari goiongan Indonesia Nasrani, yang ditetapkan dengan
Oldonansi - semua orang. yang tenllasuk dalam galongan Indonesia ash
di Indonesia dan tidak boleh mas uk dalam .suatu golongan penduduk lain
dari golongan Indonesia asli, begitu juga mereka, yang dahulu . termasuk
dalam suatu golongan penduduk lain dari goiongan Indonesia asli, dan
sekalang telah mempersat~kan diri dengan golongan Indonesia asli.
(4) Pada peraturan-peratulan untuk golongan Timur Asing tunduk-keeuali
koo.udukan hukum mcreka yang beragama Nasrani, yang akan ditetapkan
dengan ordonansi-semua orang. yang t3k. tcrmasuk glliongan yang di-
maksudkap oleh ayat 2 atau 3 dari pasal ini.
(5) Gubernur:.Jendcral (dahulu) berhak, selaras dengan "Raad van Indonesia"
untuk menyat aka n pcraturan-peraturan yang berlaku bagi golongan Eropa
juga bcrlaku bagi orang·orang. untuk siapa sebetulnya peraturan·peraturan
itu tidak berlaku. Pernyataan bcrlaku tersebut be~ l aku dengan sendirinya
untuk anak·anak sah atau yang diakui menurut undang-undang dan
yang dilahirkan setclah itu serta· turunan·turunan lanjutan dari yang
bcrsangku tan.
(6) Sctiap orang dapat minta ditetapkan olch Hakim menLUut peraturan-
pe:ratulan yang akan ditetapkan dengan ordonansi, dalam go lon!!an
penduduk mana ia termasuk.
3) Sesuai dengan laooasan falsafah Pancasila dan Undang·undang Dasar 1945.
maka undang·undang ini di satu fthak harus dapat mewujudkan prinsip-
prinsip yang terkandung dalam Pancasila dan Undang-undang [}<lsar 1945.
sedangkan di lain fJhak harus dapal pu la menampung scgala kenyataan yang
hidup datam masyarakat dewasa inL Undang-undang Perkawinan ini leluh menam-
pung di dalamnya unsur-unsur dan kClcnluan-ketcntuan Hukulll Agamanya dan
Kepercayaannya itu dari yang bcrsangkutan. (Prof. Mr . Lie Ocn Hock - ('ata tan
Sipil di Indonesia. 1961 h. 3).

4) Pasal 1 Undang-undang Perkawinan No.1 tahun 1974.


5) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.9 Tahun 1975 Lembaran Negara
lU. No. 12 tahun 1975.
6) Mr. R. Subekti dan R. Tjitrosudibio Kilab Undang-undang Hukum Peroala..
52 lIukum dan pembangunall

7) Sajuti Thalib, SH - Hukum kekeluargaan Indonesia h. Ill.


8) Hilman Hadikusuma. SH - Hukum Pcrkawinan Adat h. 171.
9) Saju ti Thalib, SH - Hukum Perkawinan Adat h. 171
10) Sajuti Thalib, SH - Opcrt h. 112
11) Abdullah Siddik, SH - Hukum Perkawinan Islam h. 86
12) HUman Hadikusuma, SH Opcit h. 175
13) Hilman Hadikusuma, SH Ibid h. 176
14) Lembaran Negara R.t. No . 12 tahun 1975
15) Prof. R. Sardjono SH - Kedudukan Wanita menurut Uridan}~·undang
Perkawinan, Majalah "Hukum dan •. Pemba·
ngunan" Fakultas Hukum U. L No. 4/thn
Vll Juli 1977 h. 230
16) Wawancara penulis dcngan beberapa advocat di Jakarta.
17) Keputusan Pengadilan Ncgeri Jakarta No. 719/1976. C;
18) Keputusan Pen!!adilan Negeri Jakarta No. 373/1978 G.

Anda mungkin juga menyukai