B. Identitas Mahasiswa :
Nama : Resmiana
Nim : 2005905040020
Angkatan : 2020
Kab.Simeulue
1
C. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Perkawinan bagi manusia bukan hanya sebuah peryataan yang berisi izin untuk
ini lah maka perkawinan dapat dinyatakan suatu yang sakral (suci).Dengan sebab
itu pula,perkawinan tidak boleh dilaksankan oleh sembarangan orang ,tetapi harus
perkawinan menurut hukum islam adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat
adalah suatu ikatan yang sah baik antara laki-laki dan perempuan dalam
Apabila syarat-syarat formiil telah terpenuhi dan tidak ada halangan hukum
tercatat secara resmi dan masing-masing pasangan suami isteri akan mendapat kan
1
Julir, N., Syariah, F., Bengkulu, I., Raden, J., Pagar, F., & Bengkulu, D. (2017).
Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Perspektif Ushul Fikih. In Ekonomi dan Keagamaan (Vol. 4,
Issue 1).
1
kutipan Akta Nikah atau Buku Nikah sebagai bukti autentik tentang terjadinya
perkawinan (Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1975 dan Pasal 7 ayat
Pemerintah atau negara harus ikut serta dalam peraturan mengenai suatu
(Wardhana, 2022)
Mengenai hal ini sudah jelas bahwa perkawinan merupakan sesuatu hal yang
baik dimana dari perkawinan ini akan membentuk suatu keluarga dari unit yang
terkecil dan merupakan bagian dari siklus kehidupan yang selain kelahiran dan
kematian .
bidang hukum kelurga dan perkawinan ,artinya dimana tingah laku ditentukan
perkawinan.(Taufiqurrohman, 2013)
Berkaitan dengan sahnya suatu perkawinan, terdapat pada Pasal 2 ayat (1) dan
2
Pasal 13 UU Perkawinan dan Pasal 7 Ayat (1) Kompilasi Hukum Islam
2
2. ”Tiap–tiap perkawinan dicatat menurut peraturan perundang–undangan yang
berlaku.”
Ketentuan mengenai sah atau tidaknya suatu perkawinan sesuai dengan agama
perkawinan. Oleh karena itu,setiap orang dalam ruang lingkup rumah tangga dan
menjalankan hak dan kewajibannya harus berlandaskan agama dan harus di catat
Perkawinan, yaitu :
tahun, harus mendapatkan izin kedua orang tuanya atau salah satu orang
tuanya, apabila salah satunya telah meninggal dunia atau walinya apabila
3. Perkawinan hanya diizinkan apabila pria dan wanita sudah mencapai umur19
tahun, jika terdapat penyimpangan harus ada izin dari pengadilan atau pejabat
yang ditunjuk oleh kedua orang tua pihak pria maupun wanita.(syarat batas
4. Antara calon mempelai tidak ada hubungan darah atau keluarga yang tidak
boleh kawin.
3
5. Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat
6. Tidak boleh kawin bagi suami dan istri yang telah cerai lalu kawin lagi satu
tunggu.3
sebagaimana mestinya dengan norma dan tatanan sosial yang benar.Rumah tangga
adalah tempat berkumpulnya dua orang yang berbeda jenis yaitu suami
yang terdiri atas kepala keluarga dan anggotanya bisa berupa istri anak dan
lainnya yang hidup dalam perkawinan satu tempat tinggal, mempunyai peraturan
Keluaraga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak adalah orang terpenting dalam
keharmonisan dan rumah tangga itu sendiri. Keluarga sebagai tongkat awal dalam
3
(Undang-Undang No 1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan, !974)
4
ada yang penting dalam pembentukan karakter, hubungan kekerabatan, soasial
keluarga dan terpenuhinya standar kebutuhan lahir dan batin serta nilai-nilai
Namun terkadang kehidupan rumah tangga tidak selamanya berjalan mulus seperti
yang di harapkan pasti ada saja masalah-masalah yang timbul. Dalam perkawinan
sering sekali terjadi ketidakpedulian suami istri anggota keluarga terpaksa hidup
Masyarakat dimana sering kali disuguhi berita perceraian, baik dalam lingkungan
Perceraian sendiri dalam bahasa arab adalah talak yang artinya melepaskan
4
Ulfiah. (2016). Psikologi keluarga: pemahaman hakikat keluarga dan penanganan
problematika rumah tangga (pp. 1–262).
5
Taufiqurrohman. (2016). Mencegah Perceraian. Pusat Ilmu.
5
sebagai amal baik, sedangkan perceraian di anggab sebagai pemutusan yang
sebaiknya di hindari.
salah satu penyebab putusnya perkawinan. Jadi jelas bahwa perceraian di akui
dalam peraturan perundang-undangan dan untuk tata cara perceraian di atur dalam
2. Untuk melakukan perceraian harus ada cukup alasan, bahwa antara suami
isteri itu tidak akan dapat hidup rukun sebagai suami istri
perundangan tersendiri.6
dilakukan oleh suami (cerai talak) juga dapat dilakukan oleh istri (cerai gugat).
Selain itu, gugat cerai juga terdapat dalam KHI Pasal 114, yang selengkapnya
talak atau berdasarkan gugatan perceraian”. Berdasarkan Pasal 144 KHI maka
jelas bahwa bukan hanya suami yang boleh mengajukan gugatan namun isti juga
memiliki hak untuk mengajukan gugatan apabila memenuhi syarat dan alasan
6
(Undang-Undang No 1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan, !974)
6
mengajukan gugatan ke Pengadilan Agama. Pengajuan gugatan ke pengadilan
agama yang di ajukan oleh istri inilah yang di sebut sebagai cerai gugat.7
Apabila suami istri sadar akan tugas (hak dan kewajiban) masing-masing, serta
dan keabadian rumah tangga akan terjadi. Konflik dalam rumah tangga dapat
disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya latar belakang pihak laki-laki dan
baik, salah satu pihak yang tidak memahami dan menghargai pihak lain dalam
bagi pasangan calon pengantin masih belum di pahami dengan baik oleh calon
sebelum menikah juga sangat berdampak pada kelangsungan rumah tangga yang
7
Kustini dan Rosidah Ida. (2016). Ketika Perempuan Bersikap: Tren Cerai Gugat
Masyarakat Muslim. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
8
Wardhana, A. (2022). Strategi Memasuki Pasar Global. Konsep Dan Implementasi
Manajemen Strategi, September, 152.
9
Nurfateha Agusiyah Siti. (2021). Kedudukan Hukum Sertifikat Pra-Nikah Untuk
Mencegah Tingginya Perceraian Dalam Perspektif UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Yang
Telah Diubah Dengan UU No. 16 Tahun 2019. 1, 6.
7
dimana hati menyangkut dengan masalah harga diri, martabat dan kehormatan
keluarga besar para pihak yang ingin bercerai. Telah menjadi budaya masyarakat
Indonesia dimana biasanya sebelum para pihak yang ingin bercerai menuju
masing-masing pihak atau di bantu oleh masyarakat sekitar. Artinya telah terjadi
Perkawinan merupakan suatu ikatan yang sacral dan kekal sesuai hal ini sesuai
“Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita
sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang
yang dilakukan penulis pada Desember 2023 dengan beberapa hakim yang
10
Miftah Dan Ritonga Husein. (2002). Mediasi Dalam Penyelesaian Perkara
Perceraian.
11
Siti Awan Putri. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini pada
Pernikahan dibawah umur di Desa Payung Sekaki Kec.Tambusai Utara Kab. Rokan Hulu Riau. 1.
8
Kecamatan Simelue Timur Kabupaten Simelue pada tanggal 15 Oktober 2020,
perkawinan kedua bela pihak tidak berjalan harmonis dan terjadi perselisihan
sehingga perkawinan kedua bela pihak hanya bertahan selama kurang lebih 6
tanggal 8 April 2021 oleh hakim Musad Al Haris Pulungan, S.H.I. selaku
tidak berjalan dengan harmonis dan hanya bertahan salama 6 bulan, kemudian
Sinabang dan pada tanggal 20 november 2023 di bacakan dan putus oleh
hakim Sardianto, S.H.I., M.H.I. selaku hakim ketua pada perkara ini.
terjadi pada tanggal 11 Juli 2023 di benarkan denagn Kutipan Akta Nikah
terjadi hingga perkawinan antara kedua bela pihak hanya 6 bulan saja.
9
Sinabang dan di putus pada tanggal 09 Oktober 2023 oleh hakim tunggal
Dari ketiga kausu di atas yang di putus oelh Mahkamah Syar’iyah Sinabang
menunjukkan ikatan perkwinan hanya di anggab sebagai tren atau bahkan hanya
memnuhi tuntutan umur dan keluarga untuk segera menikah dan hal tersebut
bertujuan untuk membentuk suatu keluarga yang bahagia dan kekal selama
Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul
Syar’iyah Sinabang”.
berupa observasi langsung di lapangan dan ikut serta dalam penyelesaian kasus
10
pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk
keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Mahaesa”
Pada kasus yang di teliti oleh penulis para pihak yang dalam perkara ini
menikah dan dalam kurun waktu lebih kurang sekitar 1 tahun usia pernikahan
dapat penulis lihat bahwa para pihak tidak memahami isidari Pasal 1 ayat (1) UU
No.1 tahun 1974 tentang perkawinan dan tidak melaksanakan maksud maupun
tujuan dari pasal ini ,diharapkan penelitian ini dapat memberikan pemahaman
3. Identifikasi Masalah
Sinabang ?
b. Kendala apa ajaa yang terjadi dalam implementasi dari Pasal 1 Ayat (1)
tepat, berikut adalah definisi operasional dari variabel utama yang akan diteliti :
11
a. Implemetasi
Impelemtasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah penerapan atau
kegiatan, tindakan, aksi atau mekanisme sistem yang mengarah pada adanya
bukan hanya suatu kegiatan, tetapi suatu kegiatan yang direncanakan dan
pertama dan utama yang akan menambah pembenaran bagi sebagian orang
b. Perkawinan
Pekawinan menciptakan suatu hubungan hukum suami dan istri ,jika dari
perkawinan tersebut melahirkan anak, maka akan menimbulkan hubungan hukum
antara orang tua dan anak,dan begitu juga hubungan hukum keluarga masing-
12
Siti Badriyah,Impletmentasi, www.gramedia.com/literasi/implementasi/,di akses
pada jam 10:59 tanggal 19 januari 2023
12
masing suami istri.Timbulnya hubungan hukum antara suami istri inilah yang
akan melahirkan adanya hak dan kewajiban yang harus di laksanakan baik itu
suami maupun istri yang telah di atur oleh undang-undang perkawinan.13
Tujuan dari di syariatkan nya suatu perkawinan untuk manusia adalah sebagai
berikut :
1) Untuk mendapatkan keturunan yang sah menurut hukum positif dan
hukum islam untuk melanjutkan generasi yang akan datang. Keinginan
untuk memiliki keturunan merupakan naluri umat manusia bahkan juga
bagi mahluk hidup lainnnya.
2) Untuk mendapatkan keluarga yang bahgia dengan penuh ketenangan dan
rasa kasih sayang di dalam hidupnnya.penyaluran saja dimiliki melalui
jalan di luar perkawinan ,namun mendapatkan ketenangan antara seorang
laki-laki dan seorang perempuan yang hidup bersama tidak akan mungkin
di dapatkan melalui jalur perkawinan.14
Perkawinan yang bahagia dan kekal merupakan impian semua pasangan, namun
tidak bisa di pungkiri perselisihan bahkan pertengkaran hebat yang berujung
dengan perceraian acap kali terjadi antara suami istri yang bahkan baru saja
melangsungkan perkawinan.
c. Perceraian
Dalam perkawinan terdapat tujuan yaitu membentuk keluarga yang bahagia
dan kekal dan undang-undang perkawinan menganut prinsip persulit terjadinya
suatu perceraian .Untuk bercerai harus ada alasan-alasan terntetu dan juga harus di
lakukan sesuai dengan yang di atur dalam undang-undang. Menurut undang-
undang perceraian dapat terjadi karena kematian dan putusnya perkawinan.
Perceraian akan terjadi apabila sudah tidak ada jalan lain untuk mendamaikan
13
Dr. Sudirman, M. A. i. (2018). Pisah Demi Sakinah.
14
Amir, S. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Prenadamedia Group.
13
pasangan suami istri,atau dengan kata lain perceraian merupakan cara terkahir
apabila sebuah rumah tangga tidak akan dapat lagi dipertahankan kerukunannya.
Untuk itu, Undang-Undang perkawinan menetapkan suatu perceraian hanya
akan dapat dilakukan di muka pengadilan (agama), setelah pengadilan berusaha
mendamaikan dan tidak berhasil mendamaikan kedua bela pihak tersebut. Prinsip
mempersulit suatu perceraian dengan peran serta dari pengadilan ini,apabila
dibandingan dengan hukum islam mengenai suatu perceraian, maka terdapat
kesamaan antara hukum islam dan undang-undang. Dalam islam meskipun
perceraiaan di bolehkan akan tetapi hal ini merupakan hal yag tidak di sukai oleh
Allah SWT.15
Perceraian bukan hanya terjadi pada pernikahan yang sudah lama di
jalankan,tetapi perceraian juga dapat terjadi pada pasangan suami isti yang baru
saja melangsungkan pernikahan,walaupun usia pernikahan yang mereka jalankan
masih sangat singkat atau kurang dari 1 tahun usia pernikahan.
Studi ini akan berfokus tepatnya di Desa Suak Buluh, Kec.Simeulue Timur
tidak menerapan isi dari Pasal 1 ayat (1) tahun 1974 tentang perkawinan dalam
Syar’iyah Sinabang
15
Taufiqurrohman Syahuri. (2013). Legislasi Hukum Perkawinan Di Indonesia.
Prenada Media Group.
14
b. Untuk mengetahui kendala apa saja dalam implementasi UU No. Tahun
6. Kegunaan Penelitian
lain:
a. Manfaat teoritis:
c. Manfaat Praktis:
tersebut.
15
7. Keaslian Penelitian
penelitian dengan judul yang sama dengan topik penelitian ini, namun penulis
untuk memperkaya bahan kajian pada penelitian ini. Berikut ini beberapa
Penelitian yang telah di lakukan oleh Lis Mardiana tahun 2005 mengenai Usia
Mardiana meneliti tentang beberpa kasus perkawinan di luar nikah yang tidak di
kasus perceraian yang telah memiliki kekuatan hukum tetap di Pengadilan Agama
pasangangan hamil di luar nikah atau bila di prenetasekan menjadi 41,77% usia
Adapun persamaan dalam penelitian yang telah dilakukan oleh Lis Mardiani
adalah kesamaan metode dan pendekatan, yakni metode penelitian hukum empiris
16
Mardiana, L. (2004). Usia Pernikahan Bagi Pasangan Perkawinan Hamil di Luar
Nikah (Studi Kasus di Pengadilan Agama Yogyakarta Tahun 2004).
16
alasan perceraian pada usia pernikahan yang terbilang masih singkat. Sementara
dan korelasi dengan usia pernikahan di Pengadilan Agama Yogyakarta pada tahun
2004.
Penelitian yang di lakukan oleh Hardi Fitra yang dilakukan pada tahun 2017
peningkatan pernikahan usia dini dari tahun ke tahun dan pengaruh pernikahan di
bawah umur terhadap perceraian di Kabupaten Aceh Tengah .Hasil penelitian ini
menunjukkan banyaknya pasangan muda yang menikah pada usia yang belum
perkawinan yang masih sangat singkat. Perbedaan dalam penelitian Hardi Fitra
bertitik fokus pada tempat penelitian, dalam hal ini Hardi Fitra melaksanakan
Skripsi yang buat oleh Siti Awan Putri pada tahun 2022 dengan judul Tinjauan
Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini Pada Pernikahan Di Bawah Umur Studi
Kasus Desa Payung Sekaki Kecamatan Tambusai Utara Kabupaten Rohan Hulu
17
Fitra, H. (2017). Pengaruh perkawinan dibawah umur terhadap tingkat perceraian
di kabupaten aceh tengah. 12/10/2020 Jam 16.15.
17
Riau.Penelitian ini memiliki rumusan masalah bagaimana cerai dini pada
penelitian yang mencoba mengungkap alasan percerain dini atau perceraian pada
usia pernikahan kurang dari 1 tahun. Adapun perbedaannya terletak pada hasil
yang di teliti dan tempat penelitian yang di lakukan yaitu berada di Desa Paying
D. Kerangka Pemikiran
1. Teori Implemetasi
sosial dan hukum suatu masyarakat. Implementasi hukum dalam hal ini
individu yang terlibat. Dalam esai ini, kita akan membahas beberapa aspek
18
Siti Awan Putri. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini pada
Pernikahan dibawah umur di Desa Payung Sekaki Kec.Tambusai Utara Kab. Rokan Hulu Riau. 1.
18
kunci dalam implementasi hukum terkait penceraian dan perkawinan, serta
Hukum harus memberikan panduan yang jelas mengenai hak dan kewajiban
seperti hak asuh, nafkah anak, dan peran aktif kedua orang tua dalam
lebih banyak kendali atas keputusan mereka, dan menciptakan solusi yang
lebih berkelanjutan.
19
Finch, E., & Mason, M. (1993). Negotiation in divorce. Family Law Quarterly,
27(3), 351-367.
19
Hukum harus memberikan perlindungan maksimal terhadap korban
yang ketat, dan akses yang lebih baik terhadap bantuan hukum dapat
stabil.20
2) Ketidaksetaraan Gender
memastikan perlakuan yang adil dan setara terhadap suami dan istri, serta
20
Goldstein, J., Freud, A., & Solnit, A. J. (1973). Beyond the best interests of the
20
Implementasi hukum dalam penceraian dan perkawinan memainkan peran
sentral dalam membentuk masyarakat yang adil dan berkeadilan. Dengan fokus
pada keadilan, perlindungan hak anak, mediasi, dan penyelesaian sengketa yang
efektif, hukum dapat menjadi instrumen yang efektif untuk mencapai tujuan
mengikuti peraturan dan norma hukum yang telah ditetapkan oleh suatu sistem
hak individu, dan stabilitas sosial. Dalam esai ini, kita akan membahas
hukum yang terlibat, dapat memengaruhi sejauh mana mereka patuh terhadap
21
Merry, S. E. (1988). Legal pluralism. Law & Society Review, 22(5), 869-896.
21
aturan hukum. Pendidikan masyarakat tentang aspek-aspek hukum dalam
menciptakan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak, meningkatkan
adil. Jika masyarakat percaya bahwa sistem hukum tidak memastikan keadilan
putusan hukum dapat menurun. Oleh karena itu, peradilan harus dilaksanakan
22
Sampson, R. J., & Laub, J. H. (1990). Crime and deviance in the life course.
Annual Review of Sociology, 16, 273-295.
23
Tyler, T. R. (2006). Why people obey the law. Princeton University
Press.
24
Emery, R. E. (1994). Renegotiating family relationships: Divorce, child custody,
and mediation. Guilford Press.
25
Thibaut, J. W., & Walker, L. (1975). Procedural justice: A psychological analysis.
Erlbaum.
22
E. Metode Penelitian
1. Lokasi Penelitian
2. Populasi Penelitian
Syar’iyah Sinabang
d) Para pihak yang bercerai di usia pernikahan yang masih sangat singkat
rupa, sehingga sampel yang dihasilkan dapat digunakan sebagai contoh atau
ciri-ciri atau sifat tertentu yang dipandang bersangkut paut yang erat dengan ciri-
23
ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya yang dianggap
dapat memberikan informasi yang jelas tentang apa masalah yang dibahas dan
adalah:
secara baik tentang apa yang sedang diteliti. Informan dalam penelitian ini
adalah:
Jenis Penelitian ini adalah penelitian hukum yang bersifat empiris (Yuridis
dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Fokus penelitian ini adalah
peraturan hukum yang berlaku dan hubungannya dengan teori teori hukum dan
praktik pelaksanaan hukum positif yang berkaitan dengan masalah yang ada di
lapangan.
24
5. Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber data merupakan semua informasi baik yang berbentuk benda nyata,
sesuatu yang abstrak atau peristiwa/gejala yang akan dianalisis secara kualitatif.
Adapun sumber data yang diperlukan dalam penelitian adalah sebagai berikut :
a. Sumber Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari sumber utama
Sya’iyah Sinabang
dalam penelitian yang digunakan, yang meliputi bahan hukum primer, bahan
1) Bahan hukum primer, adalah bahan hukum yang mengikat, yang mencakup
Bahan hukum sekunder dalam penelitian ini antara lain buku-buku teks,
25
3) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang dapat memberikan
6. Analisis Data
Analisis adalah proses mengoordinasikan kata menjadi bentuk yang lebih
mudah dibaca dan juga mudah di interpretasikan. Dalam penelitian ini, analisis
data yang digunakan oleh penulis adalah deskriptif kualitatif yaitu analisis yang
menggambarkan keadaan atau fenomena dengan kata-kata atau kalimat, kemudian
dipisahkan menurut kategorinya guna mendapatkan kesimpulan. Proses analisis
data dalam penelitian ini dimulai dengan transkripsi wawancara dan pencatatan
hasil observasi. Setelah itu, data akan dikodekan dan dikelompokkan ke dalam
tema-tema utama. Setelah data diolah secara maksimal, maka selanjutnya
disajikan dalam bentuk narasi dan dalam bentuk tabel dan kemudian selanjutnya
dianalisis secara kualitatif. Analisis data kualitatif adalah suatu teknik yang
menggambarkan dan menginterpretasikan data data yang telah terkumpul
sehingga memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh tentang keadaan
yang sebenarnya.
26
F. Jadwal Penelitian
teliti terkait dengan estimasi waktu yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan
a. Penyusunan Dan
Pengajuan Judul
b. Revisi proposal
c. Pengajuan proposal
d. Seminar Proposal
2. Tahap Pelaksanaan Penelitian
a. Pengumpulan data
b. Analisis data
c. Seminar Hasil
3. Penyusunan Skripsi
4. Sidang Skripsi
G. Kerangka Penulisan
penulis menyusun sistematika penulisan yang terdiri dari empat bab yang masing-
masing berbeda pembahasannya namun masih dalam satu kesatuan yang saling
melengkapi.
27
Bab I: Latar belakang masalah, hipotesis penelitian, identifikasi masalah, defnisi
Bab II: Kerangka pemikiran yang menjadi landasan teoritis dan konseptual
28
DAFTAR PUSTAKA
1. Buku
Amir, S. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Prenadamedia Group.
Finch, E., & Mason, M. (1993). Negotiation in divorce. Family Law Quarterly,
27(3), 351-367.
Goldstein, J., Freud, A., & Solnit, A. J. (1973). Beyond the best interests of the
child. Simon and Schuster.
Julir, N., Syariah, F., Bengkulu, I., Raden, J., Pagar, F., & Bengkulu, D. (2017).
Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Perspektif Ushul Fikih. In Ekonomi dan
Keagamaan (Vol. 4, Issue 1).
Kustini dan Rosidah Ida. (2016). Ketika Perempuan Bersikap: Tren Cerai Gugat
Masyarakat Muslim. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Merry, S. E. (1988). Legal pluralism. Law & Society Review, 22(5), 869-896.
29
Sampson, R. J., & Laub, J. H. (1990). Crime and deviance in the life course.
Siti Awan Putri. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini pada
Pernikahan dibawah umur di Desa Payung Sekaki Kec.Tambusai Utara Kab.
Rokan Hulu Riau. 1.
Tyler, T. R. (2006). Why people obey the law. Princeton University Press.
2. Karya Tulis
Amir, S. (2006). Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Prenadamedia Group.
Finch, E., & Mason, M. (1993). Negotiation in divorce. Family Law Quarterly,
27(3), 351-367.
30
Fitra, H. (2017). Pengaruh perkawinan dibawah umur terhadap tingkat
perceraian di kabupaten aceh tengah. 12/10/2020 Jam 16.15.
Goldstein, J., Freud, A., & Solnit, A. J. (1973). Beyond the best interests of the
child. Simon and Schuster.
Julir, N., Syariah, F., Bengkulu, I., Raden, J., Pagar, F., & Bengkulu, D. (2017).
Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Perspektif Ushul Fikih. In Ekonomi dan
Keagamaan (Vol. 4, Issue 1).
Kustini dan Rosidah Ida. (2016). Ketika Perempuan Bersikap: Tren Cerai Gugat
Masyarakat Muslim. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
Sampson, R. J., & Laub, J. H. (1990). Crime and deviance in the life course.
Siti Awan Putri. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini pada
Pernikahan dibawah umur di Desa Payung Sekaki Kec.Tambusai Utara Kab.
Rokan Hulu Riau. 1.
31
Thibaut, J. W., & Walker, L. (1975). Procedural justice: A psychological
analysis. Erlbaum.
Tyler, T. R. (2006). Why people obey the law. Princeton University Press.
3. Artikel / Jurnal
Finch, E., & Mason, M. (1993). Negotiation in divorce. Family Law Quarterly,
27(3), 351-367.
Goldstein, J., Freud, A., & Solnit, A. J. (1973). Beyond the best interests of the
child. Simon and Schuster.
Julir, N., Syariah, F., Bengkulu, I., Raden, J., Pagar, F., & Bengkulu, D. (2017).
Pencatatan Perkawinan Di Indonesia Perspektif Ushul Fikih. In Ekonomi dan
Keagamaan (Vol. 4, Issue 1).
Kustini dan Rosidah Ida. (2016). Ketika Perempuan Bersikap: Tren Cerai Gugat
Masyarakat Muslim. Puslitbang Kehidupan Keagamaan.
32
Miftah Dan Ritonga Husein. (2002). Mediasi Dalam Penyelesaian Perkara
Perceraian.
Sampson, R. J., & Laub, J. H. (1990). Crime and deviance in the life course.
Siti Awan Putri. (2022). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Perceraian Dini pada
Pernikahan dibawah umur di Desa Payung Sekaki Kec.Tambusai Utara Kab.
Rokan Hulu Riau. 1.
Tyler, T. R. (2006). Why people obey the law. Princeton University Press.
33
4. Bahan Internet
Siti Badriyah,Impletmentasi, www.gramedia.com/literasi/implementasi/di akses
pada jam 10:59 tanggal 19 januari 2023
5.Undang-Undang
(Undang-Undang No 1 Tahun 1947 Tentang Perkawinan, 1974) Kompilasi
Hukum Islam (KHI)
34