Anda di halaman 1dari 6

Adat Perkawinan Larantuka Flores Timur

Disusun Oleh:

Pierre Oreodoxa Waka Wora Tola: 2016 -050-133

Florencia: 2016-050-

Hukum Perkawinan

Seksi C
Latar Belakang

Perkawinan atau pernikahan diartikan sebagai perjanjian antara laki-laki dan perempuan
bersuami isteri.1 Suatu perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum islam bagi yang
beragama islam, artinya perkawinan itu dilakukan harus memenuhi rukun dan syarat perkawinan
sebagaimana diatur dalam kompilasi hukum islam. Selain itu syarat-syarat perkawinan juga
diatur dalam Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata. Oleh karena perkawinan yang dilangsungkan tidak menurut syarat
sahnya ataupun rukun perkawinan sebagaimana diatur didalam undang-undang tersebut, maka
perkawinannya dapat dibatalkan. Perkawinan bertujuan bukan saja untuk hidup dalam pergaulan
yang sempurna dalam mengatur rumah tangga yang diliputi oleh rasa kasih sayang dan saling
cinta-mencintai, tetapi terutama sebagai suatu tali yang amat teguh dalam memperkokoh tali
persaudaraan antara kaum kerabat si suami dan kaum kerabat si isteri. 2 Menurut Pasal 1 Undang-
undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa pengertian perkawinan sebagai ikatan
lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri yang bertujuan untuk
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.

Menurut Sidi Gazalba bahwa tidak merupakan perkawinan jika ikatan lahir batin tidak
bahagia atau perkawinan itu tidak kekal dan tidak berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. 3
Perkawinan merupakan akad atau perjanjian, tetapi bukan berarti bahwa perjanjian ini sama
artinya dengan perjanjian biasa yang diatur dalam Buku III Kitab Undang-undang Hukum
Perdata. Perbedaannya bahwa pada perjanjian biasa, para pihak yang berjanji bebas untuk
menentukan isi dan bentuk perjanjiannya, sebaliknya dalam perkawinan, para pihak tidak bisa
menentukan isi dan bentuk perjanjiannya selain yang sudah ditetapkan oleh hukum yang berlaku.
Perkawinan tidak mengenal batasan waktu, perkawinan harus kekal, kecuali karena suatu hal
diluar kehendak para pihak, barulah perkawinan dapat diputuskan, misalnya dengan perceraian
atau pembatalan perkawinan. Pemutusan perkawinan tidaklah sesederhana seperti dalam

1
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 2004, hlm 453.
2
Amiur Nuruddin, dan Azhari Akmal Taringan, Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Kencana, 2004, Jakarta, hlm.12.
3
Mohd Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan, Hukum Kewarisan, Hukum Acara Peradilan Agama dan Zakat menurut
Hukum Islam, Sinar Grafika, Jakarta, 2005, hlm. 44.
pemutusan perjanjian biasa, dimana telah ditetapkan lebih awal dalam isi perjanjiannya, seperti
sebab putusnya ikatan perkawinan, prosedurnya maupun akibat pemutusannya. Lain halnya
dengan perkawinan,hal ini tidak ditetapkan oleh para pihak, melainkan hukumlah yang
menentukannya. Perjanjian dalam perkawinan mempunyai karakter khusus, antara lain bahwa
kedua belah pihak (laki-laki dan perempuan) yang mengikat persetujuan perkawinan itu saling
mempunyai hak untuk memutuskan perjanjian berdasarkan ketentuan yang sudah ada hukum-
hukumnya.4

Perkawinan dapat berakhir karena beberapa hal yaitu karena perceraian atas tuntutan atau
permohonan dari salah satu pihak terhadap pihak lainnya dan juga karena pembatalan
perkawinan. Setiap perkawinan yang telah dilangsungkan dapat dibatalkan secara hukum dan
juga dapat dimohonkan pembatalannya apabila dalam pelaksanaan perkawinan itu ternyata tidak
memenuhi salah satu dari keseluruhan syarat-syarat sahnya perkawinan. Pekawinan yang batal
secara hukum adalah apabila perkawinan telah dilaksanakan tidak sesuai dengan syarat-syarat
dan rukun perkawinan, sedangkan suatu perkawinan dapat dimohonkan pembatalannya ke
Pengadilan Agama jika pelaksanaan perkawinan itu telah melanggar salah satu syarat-syarat dan
rukun perkawinan.5 Pelaksanaan gugatan pembatalan perkawinan dapat dilaksanakan dengan
cara mengajukan tuntutan atau gugatan kepada Pengadilan Agama dengan tata cara dan syarat-
syarat yang telah ditentukan ketentuan hukum dan peraturan hukum dan perundang-undangan
yang berlaku. Prakteknya sering terdengar kasus bahwa perkawinan telah berlangsung sesuai
dengan kehendak yang melangsungkan perkawinan, tetapi bertentangan dengan kehendak
pihaklain, misalnya dari pihak keluarga, baik dari keluarga pria atau dari keluarga wanita.
Konsekuensi dari keadaan yang demikian ini menyebabkan tidak adanya kebahagiaan dalam
rumah tangga dan akhirnya dengan terpaksa ikatan perkawinan tersebut diputuskan. Adapula
perkawinan yang diputus batal oleh hakim karena pihak yang bersangkutan tidak melengkapi
syarat atau rukun sah dari suatu perkawinan, dengan kata lain yang bersangkutan tidak
memenuhinya. Sehingga dengan tidak terlengkapinya persyaratan atau syarah sah perkawinan
tersebut dapat dinyatakan batal demi hukum sesuai dengan ketentuan yang ada. Pasal 22
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan secara tegas menyebutkan bahwa
suatu perkawinan hanya dapat dibatakan apabila para pihak tidak memenuhi syarat-syarat

4
Soemiyati, Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan, Liberty, Yogyakarta, 2002, hlm.10
5
Ibid, hlm.16
melangsungkan perkawinan. Melanggar syarat-syarat perkawinan adalah jika suami isteri yang
telah melangsungkan perkawinan melanggar salah satu syarat-syarat sahnya perkawinan yang
telah ditetapkan undang-undang ataupun salah satu pihak telah melanggar syarat sahnya
perkawinan yang ditetapkan oleh hukum agama dan kepercayaan yang dianutnya.

Berikut adalah hasil wawancara kami dengan pasangan suami istri yang berasal dari Larantuka:

Suami: Gregorius Alfa Steveson Reke.

Istri: Agustina More Balu.

Hasil Wawancara

Ini adalah proses pernikahan di Larantuka yang biasa dilakukan orang adat/ orang yang masih
tinggal di pedesaan. Berikut rangkaian pernikahan yang harus dilalui oleh pasangan suami istri
sebelum menikah hingga ditetapkan menjadi suami istri :

1. Maso minta/Tonka Tanya

Proses ini mengawali proses menuju perkawinan. Dalam proses ini keluarga dari pihak
laki-laki akan mendatangi kediaman perempuan. Orang tua dari laki-laki beserta keluarga
besarnya setelah menanyakan keseriusan anaknya bermaksud untuk memperkenalkan diri
kepada kepada keluarga permpuan. Juru bicara dari phak laki-laki akan menjelaskan
maksud kedatangan keluarga besar mereka dan meminta ijin kirannya pihak perempuan
berkenan merestui anaknya untuk menjalin hubungan dengan pihak mereka.
Biasanya dalam proses ini belum dibicarakan secara serius tentang kelanjutan hubungan
kedua pasangan, hanya sekedar silaturahmi dan berkenalan.

2. Pertunangan/Tuka Cince

Ketika dilihat bahwa hubungan anak mereka dengan gadis pujan hatinya sudah memasuki
tahap serius maka keluarga bersiap untuk melanjutkan ke tahap selanjutnya. Orang tua
laki-laki akan kembali mengumpulkan keluarga besarnya dan bersama-sama mendatangi
pihak perempuan. Sebelum kedatangan, umunya keluarga wanita diberitahukan dahulu
sehingga telah ada persiapan. Ketika memasuki proses ini maka pasangan sudah terikat.
Cincin dipersiapkan sebagai lambang mengikatkan cinta kedua anak mereka dan keluarga
besar. 

Dalam proses ini,bila sebelum terjadi pemberkatan nikah salah satu pasangan melanggar
maka aka akan dikenakan denda. Denda dikenakan sesuai tuntutan keluarga yang
dikhianati. Sering disebut sebagai tanda tuto Malu atau menjadi pelajaran agar tidak
menyepelehkan/melanggar kesepakatan.

3. Tuli Nama

Tuli nama atau tulis nama merupakan kegiatan pencatatan nama di gereja untuk
mengikuti pemberkatan nikah. Peraturan gereja katolik mewajibkan pasangan untuk
mengikuti kursus perkawinan sebelum menikah. Setelah itu pasangan yang akan menikah
diumumkan namanya dalam tiga minggu berturut-turut di gereja asal pasangan.

4. Anta siri pinang

setelah pengumuman minggu ke tiga di gereja dan dipastikan pernikahan sesuai jadwal
yang ditentukan, sehari sebelum pemberkatan pernikahan (biasanya malamnya
dilanjutkan dengan resepsi pernikahan) digelar proses siri pinang. Proses ini di banyak
daerah sering disebut dengan "antar seserahan" Dalam proses ini keluarga lelaki akan
mengantarkan belis/mahar juga segala perlengkapan pernikahan dan pesta pernikahan
kepada keluarga wanita. Setelah wakil keluarga calon wanita menenggak arak yang
diberikan wakil keluarga pria akan memberikan belis(uang atau gading sesuai
kesepakatan kedua keluarga) dan diterima oleh wakil keluarga wanita. Wakil keluarga
wanita umumnya akan membalas dengan memberikan sarung (tenun ikat Flores Timur)
satu atau dua kain atau cindera mata lain (tergantung kesepakatan pihak wanita). Setelah
upacara serah - serahan hantaran selesai dilanjutkan dengan santap malam hidangan yang
disediakan calon pengantin wanita.
5. Kumpo Kao

Bukan termasuk tahapan pernikahan tetapi proses yang meengikutinya. Beberapa jam
sebelumnya di tenda pesta keluarga dari calon pengantin pria dan wanita akan menerima
tamu dari keluarga yang mengantar pemberian berupa uang atau binatang (anta bagian)
yang di kumpulkan (urung rembuk) memberikan bantuan/partisipasi (kumpo kao). 

6. Bua tenda 

Bukan termasuk proses pernikahan tetapi proses yang mengikutinya. Dua atau tiga hari
sebelum anta siri pinang dan pesta pernikahan calon mempelai pria dan wanita akan
mengundang kaum laki-laki sedesa dan keluarga dekat untuk berpartisipasi dalam proses
mendirikan tenda yang akan dipakai untuk pesta.

7. Lepa bujang

Proses pernikahan terakhir yang dijalani tapi sekarang bukan merupakan sebuah
kewajiban keluarga mau dirayakan atau tidak. Proses ini merupakan proses perpisahan
atau pernyataan bahwa kedua mempelai telah memasuki kehidupan berumah tangga,
bukan sendiri lagi atau bujang. Kesempatan ini juga dipergunakan sebagai ajang ucapan
terimakasih dari keluarga dan kedua mempelai kepada saudara,teman, tetangga dan
semua orang yang membantu sehingga acara pernikahan terlaksana.

Begitulah adat yang harus dilalui orang Larantuka Flores Timur ketika mereka mau
menikah biasanya adat ini dilakukan turun menurun, memang kata bapak Gregorius
bahwa “adat disana masih kuat tapi tidak sekuat dulu” dan Beliau mengatakan bahwa
mereka akan terus mengembangkan adatnya sekalipun mereka berada diluar Larantuka
karena ini adalah warisan nenek moyang kita kata Beliau.

Anda mungkin juga menyukai