Anda di halaman 1dari 1

SEJARAH PERJALANAN 7 GANDONG “SILATUPATIH (SIRATU YAMA WALLU)”

Hena masawaiya Lete Huni Mu A O (dari tempat yang tinggi di Mu Nunusaku). Yuri tasi Bea_Salane kotika o (Bila ditelaah tiada
salah ketika itu). A ole Ruma O, Roma sinngi sopao opuane ite kiri ratuhi roruli o (kita semua turun dari tempat yang tinggi
seperti raja). Hasa-hasa pulu pantai = jangan pisah satu dengan yang lain. Hasa-hasa soki tengo tanjung….e (Hasa-hasa tengah
tanjung).

Dari puncak Nunusaku mereka semua turun ke settee yang terletak di pertengahan seram utara dan seram selatan. Kakak
beradik ini jumlahnya 7 orang, 6 laki-laki dan 1 perempuan adik bungsu. Di tempat ini mereka mengadakan perundingan,
perjanjian untuk melepaskan 3 saudara yaitu UPU SEI LESI MATAWARU ( TULEHU), UPU LATASIA (ASSILULU), dan UPU
HATALAOI (TIAL) menuju ke Nusa Yapono, pulau Ambon. Mereka bersumpah untuk senantiasa berhubungan, saling membantu
dalam suka maupun duka, saling merangkul dan bersatu. Janji dan sumpah dilakukan dengan makan Papeda dari suatu tempat
yang dinamakan Garuru (Terbuat dari Pelepah dahan Sagu). UPU SEI LESI MATAWARU serta keluarganya beserta
rombongannya meninggalkan Settee menuju ke Nusa Yapono, tiba di suatu pelabuhan yang tenang yang dinamakan “Toirehu”
yang kini dikenal dengan nama TULEHU. Rombongan UPU HATALAOI lebih sedikit menuju “Tiare” yaitu TIAL dan berdiam disitu
dengan maksud agar tidak berjauhan dengan saudara mereka di Toirehu/TULEHU. UPU LATASIA berpisah dari kedua
saudaranya dan mengambil arah ke barat 7 tiba di ASSILULU. ASSILULU berasal dari 3 kata yaitu ASA = Satu, ILI = Kuasa Allah,
dan ULU = Manusia. Jadi, ASSILULU diartikan Satu Kuasa ALLAH dalam Manusia. Teonnya adalah PESIA HATU AMALATU
NUSATELU.

Kemudian menyusul 4 saudara yang lain meninggalkan Settee menuju ke Dihil, terus ke Kuala Air Kaba. Dari sana perjalanan
diteruskan ketempat Ala Limu yang diartikan sejahtera Allah menyertai engkau. Kini tempat tersebut disebut LAIMU dimana
adik perempuan bungsu Mara Sina, atas permintaannya dibiarkan tinggal menetap. Kemudian ketiga saudaranya melanjutkan
perjalanan menyusuri pantai ke Barat dan tiba di Tumahelu. Namun mereka tidak berhenti disitu, UPU HITIRISA (PAPERU)
bersama kedua saudaranya UPU SAWARA PATTY (HULALIU) dan UPU HATA LEPU PUWAE (SILA) serta rombongan melanjutkan
perjalanan dimana UPU HATA LEPU PUWAE singgah di Sila, sementara kedua saudaranya yaitu UPU HITIRISA dan UPU SAWARA
PATTY meneruskan perjalanan memasuki pelabuhan Kamba Lima Patty yang kemudian bernama “Sampan Rua” atau Saparua
dan singgah di Siono.

Dikala mereka membuka perbekalan untuk makan, hanya tinggal 2 bungkus papeda, olehnya mereka memutuskan untuk
tinggal disitu. Mereka diterima oleh Latu Salisa Latu dengan anak buahnya di gunung (Negeri Lama) dan diijinkan menempati
wilayah yang rata (Bagian Pantai).Untuk mengenang nasibnya, maka tempat yang mereka tinggal diberi nama “Papeo” atau
PAPERUO yang artinya Papeda. Setelah beberapa lama tinggal di PAPERU, UPU SAWARA PATTY melanjutkan perjalanannya ke
Haturessy Rakanyawa (HULALIU) karena tempat disekitar Totu/Totue tidak subur untuk Pertanian. Mereka semua berbaur
dengan orang-orang yang telah lebih dulu di tempat yang di diami, tetapi selalu berhubungan.

SILATUPATIH (SIRATU YAMA WALLU):

 SILA (HATALALEPUPEWAE)
 LAIMU (LOUPIKA AMALATU)
 ASSILULU (PESIA HATU NUSA TELU)
 TULEHU (HATURESSY)
 PAPERU (TONUSSA AMALATU)
 TIAL (SOLEMATA)
 HULALIU (HATURESSY RAKANYAWA)

Anda mungkin juga menyukai