Anda di halaman 1dari 13

TUGAS

ETNOGRAFI PAPUA

Dosen Pengampu: Godefridus Samderubun

DI Susun oleh:

Kelompok VI

BAHASA DAN SISTEM PEMERINTAHAN

Ludgardis Dwi P. Lena 201688201072

Matias Kundiwa 201688201059

Maria A. Ngarbingan 201688201100

Yuliana S. Takanyuai 201688201085

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUSAMUS
MERAUKE
2017

1
PENGANTAR

Dalam bagian ini kami akan menjelaskan tentang Bahasa dan Sistem Pemerintahan
Suku Asmat. Mendengar suku Asmat, mungkin sekilas terpikir di benak kita mengenai
pengayauan kepala orang dan kanibalisme hal tersebut sempat mewarnai kehidupan sehari-
hari orang Asmat. Kehidupan suku Asmat pada zaman dahulu banyak dipenuhi dengan
peperangan antar clan atau antar desa. Pada umumnya, pangkal persengketaan adalah antara
lain karena adanya perzinahan, pelanggaran batas daerah sagu, pencurian ulat sagu, ataupun
hanya sekedar mencari gara-gara karena terjadinya salah paham atau tersinggung.

Perkembangan suku asmat dahulu hingga sekarang pun telah banyak mengalami
perubahan, Hal tersebut disebabkan adanya campur tangan pemerintah dan misi-misi
penyebaran agama yang dilakukan oleh para misionaris di daerah asmat. Sehingga mereka
akhirnya dapat mengenal dunia luar yang lebih maju.

Dengan begitu kami tertarik untuk memaparkan tentang suku asmat mengenai Bahasa
dan Sistem Pemerintahan suku Asmat.

2
A.Konsep Bahasa dan Sistem Pemerintahan

Suku Asmat dikenal dengan hasil ukiran kayunya yang unik. Suku ini mempunyai patung
Khas yaitu patung Asmat. Suku Asmat merupakan rumpun dari Polonesia dengan ciri- ciri
tubuhnya berkulit gelap serta rambutnya yang berikal hitam, kelopak yang hitam dan
berpawakan tegap. Suku Asmat memiliki kepala suku yang dipilih oleh masyarakat suku itu
sendiri. Populasi suku Asmat terbagi menjadi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai
dan yang tinggal di bagian pedalaman. Suku yang terdapat di pesisir kemudian terbagi
menjadi dua suku bisman yang berada di sungai Sinesty dan suku simai di sungai Nin.

.Dalam hal kepercayaan orang Asmat yakin bahwa mereka adalah keturunan dewa yang turun
dari dunia gaib yang berada di seberang laut di belakang ufuk, tempat matahari terbenam tiap
hari.Menururt keyakinan orang Asmat, dewa nenek-moyang itu dulu mendarat di bumi di
suatu tempat yang jauh di pegunungan.Dalam perjalanannya turun kehilir sampai ia tiba di
tempat yang kini didiami oleh orang Asmat hilir, ia mengalami banyak petualangan.
Dalam mitologi orang Asmat yang berdiam di Teluk Flaminggo misalnya, dewa itu namanya
Fumeripitsy.Ketika ia berjalan dari hulu sungai kearah laut, ia diserang oleh seekor buaya
raksasa.Perahu lesung yang ditumpanginya tenggelam.Dalam perkelahian sengit yang terjadi,
ia dapat membunuh si buaya, tetapi ia sendiri luka parah. Ia terbawa arus yang
mendamparkannya di tepi sungai Asewetsy, desa Syuru sekarang. Untung ada seekor burung
Flamingo yang merawatnya sampai ia sembuh kembali kemudian ia membangun rumah yew
dan mengukir dua patung yang sangat indah serta membuat sebuah genderangem, yang
sangat kuat bunyinya. Setelah ia selesai, ia mulai menari terus-menerus tanpa henti, dan
kekuatan sakti yang keluar dari gerakannya itu memberi hidup pada kedua patung yang
diukirnya. Tak lama kemudian mulailah patung-patung itu bergerak dan menari, dan mereka
kemudian menjadi pasangan manusia yang pertama, yaitu nenek-moyang orang Asmat.

3
B. Ruang Lingkup Bahasa dan Sistem Pemerintahan

Saat ini masyarakat Asmat memiliki sistem pemerintahan yang sudah maju. Ada dua
sistem pemerintahan yang berkembang di masyarakat Asmat yaitu sistem pemerintahan adat
maupun sistem pemerintahan yang baru (Nasional). Sistem pemerintahan adat masyarakat
asmat adalah struktur paroh masyarakat. Bahasa baik lisan, tulisan, maupun isyarat
merupakan komponen kebudayaan. Dengan bahasa manusia dapat memberikan arti secara
aktif pada satu obyek material sehingga bahasa dapat merupakan dasar kebudayaan.
Manusia dapat berkomonikasi karena ada bahasa-bahasa yang digunakan sebagai alat
penghubung.

Bahasa-bahasa tersebut dibedakan pula antara orang Asmat pantai atau hilir sungai dan
Asmat hulu sungai. Lebih khusus lagi, oleh para ahli bahasa dibagi menjadi bahasa Asmat
hilir sungai dibagi menjadi sub kelompok Pantai Barat Laut atau pantai Flamingo, seperti
misalnya bahasa Kaniak, Bisman, Simay, dan Becembub dan sub kelompok Pantai Baratdaya
atau Kasuarina, seperti misalnya bahasa Batia dan Sapan.Sedangkan Asmat hulu sungai
dibagi menjadi sub kelompok Keenok dan Kaimok.

C.Bahasa dan Sistem Pemerintahan

1. Bahasa
Bahasa-bahasa yang digunakan orang Asmat termasuk kelompok bahasa yang oleh para ahli
linguistik disebut sebagai Language of the Southern Division, bahasa-bahasa bagian selatan
Irian Jaya. Bahasa ini pernah dipelajari dan digolongkan oleh C.L Voorhoeve (1965) menjadi
filum bahasa-bahasa Irian (Papua) Non-Melanesia

Orang-orang Asmat juga memiliki beberapa istilah khusus yang digunakan dalam kehidupan
sehari-hari. Berikut ini adalah beberapa istilah khusus yang ada di wilayah Asmat :
1.Aipmu ep = rumah bujang yang terbagi atas dua bagian utama yang menghadap ke udik
2. Aipmu sene = rumah bujang yang terbagi atas dua bagian utama yang menghadap ke hilir
3. Aipmu = bagian utama yang ada di tiap rumah bujang dan memiliki seorang kepala
4. Asmat-ow = manusia sejati

4
5. Bis = patung leluhur
6. Bivak = rumah di hutan yang berfungsi sebagai tempat tinggal sementara
7. Cemen = bagian terpenting pada patung bis
8. Cicemen = ukiran pada ujung perahu lesung panjang melambangkan anggota
keluarga yang telah meninggal
9. Fumiripits = Sang pencipta
10. Iguana = sejenis kapal
11. Je = rumah panjang yang berfungsi sebagai rumah bujang
12. Je-ti = rumah bujang utama
13. Mbeter = membawa lari
14. Papis = saling tukar menukar istri
15. Persem = perkawinan yang terjadi akibat adanya hubungan rahasia antara seorang
pemuda dan pemudi yang kemudian diakui sah oleh kedua orang tua masing-masing
16. Pomerem = emas kawin
17. Ti = kayu kuning
18. Tinis = perkawinan yang direncanakan
19. Wow-ipits = pemahat Asmat
20. Yerak = sejenis kayu

Kosakata umum

Berikut ini adalah beberapa kosakata yang digunakan oleh orang Asmat :
a)Kata sifat

1. Saya= dor

2. Kamu= or

3. Dia= or

b) Kata benda
1. Gurita = mutir
2. Kaki = kamter
3. Jangkrik = oset
4. Tang = jokmen

5
5. burung = Warat
6. Katak = eco
7. Tombak = ocen
8. Pisang = usawic
9. Laut = jicemup
10. Suami = mo

b) Kata sifat
1. Besar = awut nucur
2. lebar = par
3. Panjang = Juruw
4. Basah = moco
5. Tua = akmat
6. Lembut = jico
7. Lama (waktu) = tari
8. Keras = fek
9. Kurus = foco cakamkaj
10. Sangat baik = akat cowak

c) Kata kerja
1. Memanjat (pohon) = ap temet
2. Berpikir = minaf
3. Menangis = moc
4. Meninggal = namir
5. Mencari = nimir
6. Tersesat (hutan) = nimus
7. Menari = niomitum
8. Berkelahi = owen
9. Menikah = ower
10. menyelam = niompuw
11. Makan sagu= amos memen
12. Minum air= bi ban

6
2.Sistem Pemerintahan

a)Pemerintahansecara tradisional (struktur paroh masyarakat)

Di setiap kampung yang didirikan di wilayah masyarakat Asmat, terdapat satu rumah
panjang yang merupakan semacam balai desa dimana para warga kampung berkumpul
membicarakan masalah-masalah yang menyangkut kepentingan seluruh warga. Rumah
panjang ini merupakan cerminan kehidupan mereka di masa lampau. Rumah panjang
dauhulunya berfungsi sebagai rumah bujang, atau Je dalam bahasa Asmat, dimana kaum pria
membicarakan dan merembukan penyerangan serta pengayauan kepala.

Rumah bujang terdiri 2 bagian utama yang tiap bagian dinamakan aipmu, yang dimana
masing-masingnya dipimpin oleh kepala aipmu. Sedangkan kepemimpinan Je secara
keseluruhan dipimpin oleh kepala Je. Kepala Je adalah orang yang diakui kekuasaannya
berdasarkan kemampuan-kemampuan yang menonjol. Kedudukan kepala Je, tidak harus
diberikan kepada orang yang paling tua, sehingga mungkin ada kekosongan pimpinan
sebelum kepala baru terpilih.

Seringkali kepala Aipmu adalah kepala perang juga. Dia adalah orang yang mampu
mengatur dan merencanakan strategi-strategi penyerangan secara besar-besaran dan meliputi
satu kampung. Untuk dapat menggerakkan rakyatnya maka kekerasan merupakan sifat utama
dan sifat itulah yang membantu dalam mempertahankan kekuasaannya. Kepala Aipmu dipilih
berdasarkan kepribadian dan keberhasilannya. Umur juga merupakan faktor penting. Pada
umumnya, orang-orang muda belum mempunyai bobot bila mereka belum berkeluarga dan
membuktikan keberaniannya dalam berperang. Dalam hal-hal tertentu , peranan pimpinan
adat dapat dijalankan orang-orang yang ahli dalam berbagai lapangan. Misalnya, ahli bidang
keagamaan memimpin upacara keagamaan, ahli menyanyi dan menabuh tifa berperan dalam
upacara adat, bahkan ahli kebatinan adakalanya memimpin suatu upacara. Ada ahli lain yang
sering dianggap lebih terhormat dibandingkan para pemimpin lainnya oleh masyarakat
Asmat,yaitu senimn pahat patung (wow-ipits)

7
b. Pemerintahan baru (non tradisional)

Berbeda degan pola tradisional, pola kepemimpinan dan kekuasaan saat ini tidak berada pada
satu orang secara pribadi saja. Kepala desa, di dalam penyelenggaraan ketertiban hukum
dibantu oleh beberapa orang pembantu. Kepala desa dan pembantu-pembantunya juga
bertanggungjawab atas pemeliharaan kebersihan kampung, pemeliharaan jalan-jalan dan juga
menjaga agar warga desa memelihara rumahnya dengan sebaik-baiknya.

Umumnya, jabatan kepala desa ini diserahkan kepada orang muda yang telah mendapat
sedikit pendidikan dari misi agama pada akhir lima puluhan. Di dalam tuganya, ia dibantu
oleh seorang asisten kepala desa yang biasanya adalah seorang yang sudah berumur dan
dihormati oleh warga desa.

Di samping itu, terdapat seorang kepala distrik yang membawahi para ”polisi” desa yang
mengatur hansip setempat. Kepala distrik inilah yang memutuskan hukuman apabila terjadi
pelanggaran yang cukup serius. Tampak adanya suatu pembagian kekuasaan dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Di satu pihak, terdapat kepala desa beserta pembantu-
pembantunya dan di pihak lain terdapat kepala distrik yang menangani pelangaran-
pelanggaran khusus.

8
Hasil Wawancara:

Menurut bapak Andreas Puer, bahasa yang digunakan suku asmat sehari- hari adalah bahasa
Asmat sendiri yang sudah ada sejak awal dan diwariskan secara turun-temurun oleh nenek
moyang suku asmat. Jadi suku asmat menggunakan bahasa daerah dalam lingkungan hidup
sesama mereka, sedangkan keluar dari lingkungan tersebut mereka menyesuaikan diri dengan
menggunakan bahasa Indonesia.

Sedangkan sistem pemerintahan didalam suku asmat sendiri, di pegang oleh kepala perang.
Kepala perang diartikan sebagai orang yang pada saat berperang lebih banyak membunuh
orang dan berhasil mengumpulkan banyak kepala manusia yang nantinya sebagai simbol
Keperkasaan bahwa dia kuat dan berani dengana begitu dia akan ditunjuk sebagai pemimpin
suku Asmat. Pada zaman sekarang sistem pemerintahan suku Asmat dipegang oleh seorang
yang muda dan tentunya berpendidikan, dan diwakili oleh seseorang yang dituakan dan
dihargai warga.

9
PENUTUP

Suku Asmat adalah salah satu suku dari kurang lebih 600 suku bangsa yang berada di
Indonesia. Suku Asmat adalah sebuah suku di Papua, yang sangat dikenal dengan hasil karya
kayunya yang unik. Dalam segi kebudayaan, kesenian,kepercayaan,bahasa,dan pemerintahan
suku Asmat termasuk suku yang masih orisinil dan terjaga keaslian tradisinya dari zaman
nenek moyang mereka, dibandingkan dengan suku-suku lainnya di Indonesia yang telah
banyak terpengaruh budaya-budaya luar.

Kepercayaan yang dianut masyarakat Asmat juga sangat unik, mereka menganut
pahamanimisme yang menganggap bahwa alam sekeliling tempat tinggal manusia dihuni
oleh berbagai macam roh, dan mereka memuja roh-roh tersebut. Banyak adat istiadat yang
dilakukan yang merupakan unsur-unsur dari sistim kepercayaan mereka. Jadi sebenarnya
kebudayaan, kesenian dan system kekerabatan yang ada dimasyarak atini berawal dari system
kepercayaan yang mereka anu, Karena semuanya merupakan penerapan dari system
kepercayaan suku Asmat sendiri.

10
11
DAFTAR PUSTAKA

http://laporannurainisolihat.blogspot.co.id/2014/08/ips-budaya-suku-asmat.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_Asmat
https://perpustakaancyber.blogspot.co.id/2013/02/suku-asmat-kebudayaan-sistem-
kepercayaan-bangsa-kekerabatan.html
Koentjaraningrat (1980) Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI Press
Sudarman, Dea (1993) Menyingkap Budaya Suku Pedalaman Irian Jaya. Jakarta: Delata
Pamungkas
http;//www.scribd.com/Suku_Asmat/5-11-2011
http;//www.ksupointer.com/Suku_Asmat_Sosok_Budaya_Indonesia_diPapua/5-11-2011

Bpk. Andreas Puer(ketuasukuasmat ) bahasadansystempemerintahan

12
Hasil Wawancara:

Menurut bapak Andreas Puer, bahasa yang digunakan suku asmat sehari- hari adalah bahasa
Asmat sendiri yang sudah ada sejak awal dan diwariskan secara turun-temurun oleh nenek
moyang suku asmat. Jadi suku asmat menggunakan bahasa daerah dalam lingkungan hidup
sesama mereka, sedangkan keluar dari lingkungan tersebut mereka menyesuaikan diri dengan
menggunakan bahasa Indonesia.

Sedangkan sistem pemerintahan didalam suku asmat sendiri, di pegang oleh kepala perang.
Kepala perang diartikan sebagai orang yang pada saat berperang lebih banyak membunuh
orang dan berhasil mengumpulkan banyak kepala manusia yang nantinya sebagai simbol
Keperkasaan bahwa dia kuat dan berani dengana begitu dia akan ditunjuk sebagai pemimpin
suku Asmat. Pada zaman sekarang sistem pemerintahan suku Asmat dipegang oleh seorang
yang muda dan tentunya berpendidikan, dan diwakili oleh seseorang yang dituakan dan
dihargai warga.

13

Anda mungkin juga menyukai