Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KODE ETIK MEDIATOR

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Profesi Hukum

Dosen Pengampu Bapak Akbar Aprillia Ardhiansyah, M.H.

Disusun Oleh Kel 5:

Ranika Agustin 126103211102


Miftakhur Rofiq 126103211099
Alfiyas Qoiriyah 126103212116
Wildan Maulana 126103211112
Arni Yunanda A. 126103212125
Deta Syani Oktavi 126103212128
Firmansyah Choirul A. 126103212136

PROGRAM STUDI HUKUM TATA NEGARA

FAKULTAS SYARIAH DAN ILMU HUKUM

UIN SAYYID ALI RAHMATULLAH TULUNGAGUNG

OKTOBER 2023

i
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puja Dan Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah Swt, Atas Segala KaruniaNya Sehingga
Penulis Makalah Ini Dapat Terselesaikan. Shalawat Dan Salam Semoga Senantiasa Abadi
Tercurahkan Kepada Nabi Muhammad Saw Dan Umatnya. Sehubungan Dengan Selesainya
Penulis Makalah Ini Maka Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Abd. Azis M.Pd.I. Selaku Rektor Uin Satu Tulungagung.

2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Uin Satu
Tulungagung.

3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika S.I.P., M.H. Selaku Kepala Jurusan Hukum Tata Negara
Uin Satu Tulungagung.

4. Akbar Aprillia Ardhiansyah, M.H. Selaku Dosen Mata Kuliah P Etika Profesi Hukum,
Yang Telah Memberikan Bimbingan Dan Arahannya Selama Proses Pembuatan Makalah.

5. Semua Pihak Yang Telah Membantu Menyelesaikan Penyusunan Makalah Ini.

Dengan Penuh Harap Semoga Jasa Kebaikan Mereka Diterima Oleh Allah Swt, Dan Tercatat
Sebagai Amal Salih. Akhirnya, Penulisan Makalah Ini Penulis Suguhkan Kepada
Segenappembaca, Dengan Harapan Adanya Kritik Dan Saran Yang Bersifat Konstruktif Demi
Perbaikan.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Tulungagung, 11 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................... ii

DAFTAR ISI................................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................................1

A. Latar Belakang .....................................................................................................................1

B. Rumusan Masalah ................................................................................................................1

C. Tujuan Penelitian .................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................................................3

A. Pengertian Mediator ...............................................................................................................3

B. Tugas dan Wewenang Mediator .............................................................................................3

C. Teknik dan Ketrampilan Mediator .........................................................................................5

D. Kode Etik Mediator ................................................................................................................7

BAB III PENUTUP ......................................................................................................................11

A. Kesimpulan...........................................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................12

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mediasi adalah suatu pendekatan yang efektif dalam menyelesaikan


sengketa tanpa melalui jalur hukum formal. Pada dasarnya, mediator adalah
figur kunci dalam menjembatani kesenjangan antara pihak-pihak yang
berselisih, memfasilitasi perundingan, dan membantu mencapai
kesepakatan yang adil.

emahaman mengenai tugas dan wewenang mediator menjadi


esensial karena mediator bertindak sebagai penengah netral yang
mengarahkan sengketa menuju penyelesaian yang dapat diterima oleh
semua pihak. Selain itu, keterampilan mediator seperti kemampuan
mengelola emosi dan berkomunikasi dengan baik sangat penting dalam
menciptakan lingkungan mediasi yang kondusif.

Selanjutnya, kode etik mediator memastikan bahwa proses mediasi


berjalan dengan integritas dan keadilan. Kode etik ini mengatur perilaku
mediator dan memberikan pedoman tentang bagaimana menghindari
konflik kepentingan, menjaga kerahasiaan, serta menjalankan tugas secara
profesional.

Dengan memahami latar belakang ini, kita dapat menilai pentingnya


peran mediator dalam mencapai penyelesaian yang adil dalam sengketa,
serta menjalankan mediasi dengan integritas dan keterampilan yang tepat.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan bahwa rumusan


masalah yang menjadi pembahasan dalam makalah adalah sebagai berikut.
1. Apa Pengertian Mediator?

1
2. Apa saja Tugas dan Wewenang Mediator?
3. Bagaimana Teknik dan Ketrampilan Mediator!
4. Bagimana Kode Etik Mediator!

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut dapat tujuan penulisan makalah ini


adalah sebagai berikut.

1. Untuk Mengetahui Pengertian Mediator.

2. Untuk Mengetahui Tugas dan Wewenang Mediator.

3. Untuk Mengetahui Teknik dan Ketrampilan Mediator.

4. Untuk Mengetahui Kode Etik Mediator.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian mediator
Mediator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediator adalah
perantara, penghubung, penengah bagi pihak-pihak yang bersengketa.1
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian
mengacu pada Pasal 1 angka 2 Perma 1/2016.2 Mediator adalah sesorang
atau tim ahli yang membantu dalsm menangani masalah melalui proses
perundingan yang dihadiri para pihak.3 Mediator merupakan orang yang
menjadi fasilitator yang menjadi penengah masalah sengketa. Mediator
merupakan orang atau tim ahli yang merupakan sebuah profesi yang berat
yang mana ia harus mampu bersikap bijak, netral dan tidak memihak dalam
satu pihak yang bersengketa.4 Dapat dikatakan mediator merupakan
seseorang atau pihak ketiga yang memiliki tugas untuk menjembatani
pertemuan para pihak melakukan dan mengontrol proses negoisasi dalam
mencapai penyelesaian yang diharapkan.

B. Tugas dan wewenang mediator


Tugas mediator termuat dalam Pasal 14 Perma 1/2016 telah merincikan
tahapan tugas mediator dalam menjalankan fungsinya sebagai berikut.
1. Memperkenalkan diri dan memberi kesempatan kepada para pihak
untuk saling memperkenalkan diri.

1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), edisi ketiga hlm 726
2
Peraturan Mahkamah Agung RI no 7 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan
3
Saifullah Muhammad,mediasi dalam injauan hukum islam dan hukum positif de Indonesia.
(Semarang: Walisongo Press, 2009), cet 1,h 76
4
Rachmadi usman, pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. (Bandung. Additia Bakti,
2003) h 34-35.

3
2. Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para pihak.
3. Menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak
mengambil keputusan.
4. Membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama para pihak.
5. Menjelaskan bahwa mediator dapat mengadakan pertemuan dengan
satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus).
6. Menyusun jadwal mediasi bersama para pihak.
7. Mengisi formulir jadwal mediasi.
8. Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan
permasalahan dan usulan perdamaian.
9. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala prioritas.
10. Memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk:
a) menelusuri dan menggali kepentingan para pihak;
b) mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak;
dan
c) bekerja sama mencapai penyelesaian.
11. Membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan kesepakatan
perdamaian.
12. Menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak
dapat dilaksanakannya mediasi kepada hakim pemeriksa perkara;
13. Menyatakan salah satu atau para pihak tidak beriktikad baik dan
menyampaikan kepada hakim pemeriksa perkara.

Dengan demikian, dapat diketahui bahwa tugas mediator adalah


membantu merumuskan kesepakatan damai antara para pihak yang
bersengketa dengan posisi netral dan tidak dengan cara memutus atau
memaksakan sebuah penyelesaian. Setelah mediasi berhasil mencapai
kesepakatan, dikeluarkan kesepakatan perdamaian, lalu mediator
mengajukannya kepada hakim pemeriksa perkara untuk dikuatkan dalam
Akta Perdamaian.5

5
Pasal 27 ayat (1) dan (4) Perma 1/2016

4
Wewenang mediator

1. Mengontrol proses dan menegaskan aturan dasar.


Dalam hal ini mediator berwenang mengontrol jalannya proses mediasi
sejak awal hingga akhir.
2. Mempertahankan struktur dan momentum dalam negosiasi.
Esensi mediasi terletak pada negosiasi, dimana para pihak diberikan
kesempatan melakukan pembicaraan dan tawar-menawar dalam
menyelesaikan sengketa.
3. Mengakhiri proses bilamana mediasi tidak produktif lagi.

C. Teknik dan keterampilan mediator

a. Melakukan pengorganisasian
1. Mediator merencanakan dan menjadwalkan pertemuan
2. Mediator harus tiba tepat waktu
3. Mediator menyambut kedatangan para pihak dalam ruang perundingan
4. Mediator menghindari berbincang-bincang dengan salah satu pihak
sebelum atau pada saat kedatangan pihak lainnya
5. Mediator megawasi para pihak ketika meninggalkan ruang perundingan,
terutama jika suasana yang masih emosional
6. Membiarkan para pihak mengambil tempat duduk sendiri atas dasar
petimbangan sendiri
7. Mediator mengambil tempat duduk dengan jarak sama antara para pihak
(netralitas)

b. Melakukan perundingan
1. Mediator memimpin dan mengarahkan pertemuan perundingan sesuai
agenda
2. Mediator mengingatkan para pihak untuk mencari penyelesaian
3. Mediator menentukan siapa – siapa saja yang berbicara lebih dahulu dan
siapa selanjutnya

5
4. Mediator kapan saja boleh melakukan kaukus dan skorsing
5. Mediator harus mempunyai kemampuan mentransfer ketrampilan
perundingan kepara para pihak melalui saran dan nasehat tentang
perundingan interest based
6. Mediator membantu para pihak untuk melakukan brainstorming/surah
pendapat yaitu mendorong masing-masing pihak untuk mengusulkan
bentuk penyelesaian masalah tanpa di interupsi oleh evaluasi pihak lain
setelah menyapaikan usulannya
7. Mediator membantu para pihak dalam mengevaluasi berbagai usulan
dengan mengacu pada desirability/keinginan, praticabilty/praktis dan
biaya setiap usulan.

c. Menjadi seorang fasilitator


1. Mediator harus mampu menahan emosi ketika menghadapi emosi
2. Mediator harus mampu mengatasi emosi yang moderat yaitu
didengarkan, perlahan dialihkan serta ingatkan permasalahan bisa
diatasi
3. Mediator harus mampu mengatasi emosi yang autoritatif yaitu
mengingatkan pada aturan perundinan dan komitmen penyelesaian
4. Mediator mengatasi emosi tinggi/kuat yaitu dengan korsing pertemuan
untuk dapat beristirahat sejenak, terdapat pertemuan terpisah (kaukus),
dan memutusan proses mediasi
5. Mediator bisa menghadapi kemungkinan jalan buntu(deadlock) seperti
dorongan untuk mengungkapan permintaan atau tuntunan yang tidak
boleh ada tersembunyi, mengusulkan para pihak untuk mendapatkan
nasehat profesional, meminta informasi tambahan kepada pihak,
mengusulkan penyerahan masalah kepada seorang ahli mengikat/tidak
mengikat dan pengganti seseorang/ tim perundingan yang lebih paham.

d. Melakukan komunikasi dengan baik

6
1. Mediator menggunakan komunikasi verbal yaitu berbicara dengan
tenang meyakinkan dengan menghindari istilah dan ungkapan teknis
yang mungkin tidak dimengerti oleh para pihak
2. Para pihak Mendengarkan secara efektif (memahami pesan yang
disampaikan oleh Mediator)
3. Mediator bisa menggunakan komunikasi non verbal yaitu mengangkap
dan mendiagnosa komunikasi bahasa tubuh seperti gerakan-gerakan
tubuh, gerakan tanggan
4. Mediator memiliki rasa empati yaitu memperlihatkan rasa pengertian
tanpa memperlihatkan keterpihakan
5. Mediator perlu adanya humor untuk merelkaskan suasana namun jangan
digunakan sering takutnya ada yang tersinggun

D. Kode Etik Mediator


Mediasi sebagai salah satu profesi hukum mempunyai seperangkat
pedoman dalam melakukan tugasnya sebagai mediator atau yang disebut
juga sebagai kode etik. Tujuan dari adanya kode etik ini berfungsi sebagai
pedoman bagi mediator untuk menjalankan profesinya dengan penuh
kejujuran, integritas, ketidakberpihakan, dan kecakapan dalam rangka
mewujudkan sistem peradilan yang bersih dan murah. Keberadaan kode etik
ini menjadi suatu tolak ukur yang dapat dipergunakan untuk mengukur
kinerja mediator dalam menjalankan profesinya. Kode etik ini diatur di
dalam Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia No
108/KMA/SK/VI/2016 di dalam Lampiran 5 yang dikeluarkan pada tanggal
17 Juni 20166. Adapun pedoman perilaku mediator terdiri dari 4 Bab yang
dimulai dari ketentuan umum, kewajiban mediator, pengawasan dan sanksi,

6
Ginting, Y. P., Arundati, A., Budianto, A. C., Londe, E. N., Jursito, T. A., & Tang, V. G. (2023).
KOMPETENSI MEDIATOR DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA SEBELUM
MELAKSANAKAN PROSES PERSIDANGAN. Jurnal Pengabdian West Science, 2(07), 541-557.

7
dan penutup dan dari keempat bab tersebut terpecah menjadi 14 Pasal.
Berdasarkan isi dari pedoman perilaku atau kode etik mediator meliputi:

1. Bab II Kewajiban Mediator


 Bahwa seorang Mediator wajib menyelenggarakan proses mediasi
sesuai dengan prinsip penentuan diri sendiri oleh para pihak.
 Bahwa Mediator wajib memberitahu para pihak pada pertemuan
lengkap pertama bahwa semua bentuk penyelesaian atau keputusan
yang diambil sesuai dengan persetujuan para pihak. Serta menjelaskan
kepada para pihak pada pertemuan pertama mengenai prosedur mediasi
serta peran mediator.
 Bahwa Mediator wajib menghormati hak para pihak, antara lain, hak
untuk konsultasi dengan penasehat hukumnya atau para ahli dan hak
untuk keluar dari proses mediasi. Mediator juga menghindari
penggunaan ancaman, tekanan, atau intimidasi dan paksaan terhadap
salah satu atau kedua belah pihak untuk membuat keputusan.
 Bahwa Mediator wajib menjaga kerahasiaan informasi yang terungkap
di dalam proses mediasi, dengan memusnahkan catatan-catatan dalam
proses mediasi, setelah berakhirnya proses mediasi (Peraturan
Mahkamah Agung, 2016).
 Bahwa apabila Mediator mengetahui adanya benturan kepentingan atau
potensi benturan kepentingan, Mediator harus mundur sebagai
mediator dalam sengketa yang akan atau sedang dalam proses mediasi
(Peraturan Mahkamah Agung, 2016).
a. Pasal 7 Kinerja Proses Mediasi:
1. Mediator wajib menyelenggarakan proses mediasi sesuai dengan
jadwal yang telah disepakati para pihak.
2. Mediator wajib menyelenggarakan proses mediasi secara berimbang
terhadap para pihak.
3. Mediator wajib menunda atau segera mengakhiri proses mediasi bila
perilaku salah satu atau para pihak telah menyalahgunakan proses
mediasi atau tidak beritikad baik dalam proses mediasi (Peraturan
Mahkamah Agung, 2016).

8
b. Pasal 8 Kemampuan dan Keterampilan:
Mediator diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan atau
keterampilan tentang mediasi melalui pendidikan, pelatihan, seminar dan
konferensi.
c. Pasal 9 Honorarium:
1. Mediator yang berhak memperoleh honorarium mediasi dari para pihak
sebagaimana disebut dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008, wajib untuk
lebih dahulu membuat kesepakatan tertulis dengan para pihak tentang
honorarium dimaksud sebelum menjalankan fungsi nya.
2. Mediator dilarang menerima honorarium berdasarkan hasil akhir proses
mediasi.
3. Mediator dilarang menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk
apapun dari salah satu atau para pihak selama proses mediasi
berlangsung selain honorarium yang telah disepakati.

2. Bab III Pengawasan dan Sanksi


(b) Pasal 10 Pengawasan: Ketua Pengadilan tingkat pertama berwenang
untuk melakukan pengawasan dan evaluasi terhadap kinerja mediator.
 (c) Pasal 11
a. Ketua pengadilan Tingkat Pertama menerima laporan dari salah
satu pihak atau para pihak yang bersengketa atas pihak lainnya
tentang adanya pelanggaran pedoman perilaku.
b. Ketua Pengadilan Tingkat Pertama setelah menerima laporan
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kemudian memanggil
mediator yang bersangkutan dan memberi kesempatan kepadanya
menyampaikan klarifikasi atau pembelaan diri.
c. Ketua Pengadilan Tingkat Pertama berwenang untuk menjatuhkan
sanksi apabila terbukti adanya pelanggaran Pedoman Perilaku
Mediator.
d. Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dapat
berupa teguran lisan, atau teguran tertulis atau pencoretan nama

9
seseorang mediator dari Daftar Mediator sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008

 (d) Pasal 12:


a. Terhadap laporan sebagaimana tersebut dalam pasal 11 ayat (1),
Ketua Pengadilan Tingkat Pertama dapat membentuk sebuah tim
untuk memeriksa kebenaran laporan pelanggaran pedoman
perilaku mediator.
b. Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri atas 3 (tiga)
orang mediator yang berasal dari lingkungan Pengadilan Tingkat
Pertama penerima laporan pelanggaran Pedoman Perilaku
Mediator tersebut.

 (e) Pasal 13 Sanksi:


a. Penjatuhan hukuman sanksi berupa teguran lisan dijatuhkan
apabila seorang mediator terbukti melanggar Pedoman Perilaku
Mediator.
b. Penjatuhan sanksi berupa teguran tertulis dijatuhkan apabila
seorang mediator telah 2 (dua) kali menerima penjatuhan sanksi
lisan.
c. Penjatuhan sanksi berupa pencoretan nama seseorang mediator
dari Daftar Mediator dijatuhkan apabila seorang mediator telah
2 (kali) menerima penjatuhan sanksi tertulis.
d. Setiap penjatuhan sanksi kepada seorang mediator yang terbukti
melanggar Pedoman Perilaku Mediator, dicatat dalam register
mediator pada Pengadilan Tingkat Pertama di tempat mediator
tersebut terdaftar.
e. Seorang mediator yang telah di coret namanya dari Daftar
Mediator, tidak lagi memenuhi kualifikasi untuk menjadi
mediator yang terintegrasi di pengadilan di seluruh Indonesia.

10
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang mediator
memiliki peran yang sangat penting. Mediator adalah seorang perantara
yang netral, bertugas sebagai penghubung antara pihak-pihak yang tengah
bersengketa. Tugas mediator mencakup berbagai aspek, mulai dari
memperkenalkan diri dan menjelaskan proses mediasi, hingga membantu
pihak-pihak mengeksplorasi kepentingan dan mencari solusi terbaik.
Mediator juga memiliki wewenang untuk mengontrol jalannya proses
mediasi, mempertahankan struktur perundingan, dan bahkan mengakhiri
proses jika dianggap tidak produktif.
Selain tugas dan wewenang, mediator harus menguasai beragam
teknik dan keterampilan. Ini mencakup kemampuan mengorganisir
pertemuan, memimpin perundingan, mengatasi emosi, berkomunikasi
dengan baik, dan menghadapi situasi-situasi buntu. Penting bagi mediator
untuk tetap netral dan menjaga kerahasiaan selama proses mediasi.
Kode etik mediator juga menjadi landasan dalam menjalankan tugas
ini. Kode etik mengatur kewajiban mediator, pengawasan, dan sanksi jika
ada pelanggaran. Dengan mematuhi kode etik, mediator dapat menjalankan
tugasnya dengan integritas, ketidakberpihakan, dan kecakapan, sehingga
proses mediasi dapat berjalan efektif dan menghasilkan penyelesaian yang
adil. Kesimpulannya, mediator memainkan peran sentral dalam
memfasilitasi proses perundingan dan mencapai penyelesaian sengketa
yang memadai dan sesuai dengan prinsip-prinsip mediasi.

11
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,


(Jakarta: Balai Pustaka, 2007), edisi ketiga

Peraturan Mahkamah Agung RI no 7 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di


pengadilan

Saifullah Muhammad,mediasi dalam injauan hukum islam dan hukum positif de


Indonesia. (Semarang: Walisongo Press, 2009)

Rachmadi usman, pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. (Bandung.


Additia Bakti, 2003)

Pasal 27 ayat (1) dan (4) Perma 1/2016

Ginting, Y. P., Arundati, A., Budianto, A. C., Londe, E. N., Jursito, T. A., & Tang,
V. G. (2023). KOMPETENSI MEDIATOR DALAM MENYELESAIKAN
SENGKETA SEBELUM MELAKSANAKAN PROSES
PERSIDANGAN. Jurnal Pengabdian West Science, 2(07),

12

Anda mungkin juga menyukai