OKTOBER 2023
i
KATA PENGANTAR
Puja Dan Puji Syukur Penulis Panjatkan Kehadirat Allah Swt, Atas Segala KaruniaNya Sehingga
Penulis Makalah Ini Dapat Terselesaikan. Shalawat Dan Salam Semoga Senantiasa Abadi
Tercurahkan Kepada Nabi Muhammad Saw Dan Umatnya. Sehubungan Dengan Selesainya
Penulis Makalah Ini Maka Kami Mengucapkan Terimakasih Kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abd. Azis M.Pd.I. Selaku Rektor Uin Satu Tulungagung.
2. Bapak Dr. Nur Efendi, M.Ag. Selaku Dekan Fakultas Syariah Dan Ilmu Hukum Uin Satu
Tulungagung.
3. Bapak Ahmad Gelora Mahardika S.I.P., M.H. Selaku Kepala Jurusan Hukum Tata Negara
Uin Satu Tulungagung.
4. Akbar Aprillia Ardhiansyah, M.H. Selaku Dosen Mata Kuliah P Etika Profesi Hukum,
Yang Telah Memberikan Bimbingan Dan Arahannya Selama Proses Pembuatan Makalah.
Dengan Penuh Harap Semoga Jasa Kebaikan Mereka Diterima Oleh Allah Swt, Dan Tercatat
Sebagai Amal Salih. Akhirnya, Penulisan Makalah Ini Penulis Suguhkan Kepada
Segenappembaca, Dengan Harapan Adanya Kritik Dan Saran Yang Bersifat Konstruktif Demi
Perbaikan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan...........................................................................................................................11
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
1
2. Apa saja Tugas dan Wewenang Mediator?
3. Bagaimana Teknik dan Ketrampilan Mediator!
4. Bagimana Kode Etik Mediator!
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian mediator
Mediator menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, mediator adalah
perantara, penghubung, penengah bagi pihak-pihak yang bersengketa.1
Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses
perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa
tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian
mengacu pada Pasal 1 angka 2 Perma 1/2016.2 Mediator adalah sesorang
atau tim ahli yang membantu dalsm menangani masalah melalui proses
perundingan yang dihadiri para pihak.3 Mediator merupakan orang yang
menjadi fasilitator yang menjadi penengah masalah sengketa. Mediator
merupakan orang atau tim ahli yang merupakan sebuah profesi yang berat
yang mana ia harus mampu bersikap bijak, netral dan tidak memihak dalam
satu pihak yang bersengketa.4 Dapat dikatakan mediator merupakan
seseorang atau pihak ketiga yang memiliki tugas untuk menjembatani
pertemuan para pihak melakukan dan mengontrol proses negoisasi dalam
mencapai penyelesaian yang diharapkan.
1
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2007), edisi ketiga hlm 726
2
Peraturan Mahkamah Agung RI no 7 tahun 2016 tentang prosedur mediasi di pengadilan
3
Saifullah Muhammad,mediasi dalam injauan hukum islam dan hukum positif de Indonesia.
(Semarang: Walisongo Press, 2009), cet 1,h 76
4
Rachmadi usman, pilihan penyelesaian sengketa di luar pengadilan. (Bandung. Additia Bakti,
2003) h 34-35.
3
2. Menjelaskan maksud, tujuan, dan sifat mediasi kepada para pihak.
3. Menjelaskan kedudukan dan peran mediator yang netral dan tidak
mengambil keputusan.
4. Membuat aturan pelaksanaan mediasi bersama para pihak.
5. Menjelaskan bahwa mediator dapat mengadakan pertemuan dengan
satu pihak tanpa kehadiran pihak lainnya (kaukus).
6. Menyusun jadwal mediasi bersama para pihak.
7. Mengisi formulir jadwal mediasi.
8. Memberikan kesempatan kepada para pihak untuk menyampaikan
permasalahan dan usulan perdamaian.
9. Menginventarisasi permasalahan dan mengagendakan pembahasan
berdasarkan skala prioritas.
10. Memfasilitasi dan mendorong para pihak untuk:
a) menelusuri dan menggali kepentingan para pihak;
b) mencari berbagai pilihan penyelesaian yang terbaik bagi para pihak;
dan
c) bekerja sama mencapai penyelesaian.
11. Membantu para pihak dalam membuat dan merumuskan kesepakatan
perdamaian.
12. Menyampaikan laporan keberhasilan, ketidakberhasilan dan/atau tidak
dapat dilaksanakannya mediasi kepada hakim pemeriksa perkara;
13. Menyatakan salah satu atau para pihak tidak beriktikad baik dan
menyampaikan kepada hakim pemeriksa perkara.
5
Pasal 27 ayat (1) dan (4) Perma 1/2016
4
Wewenang mediator
a. Melakukan pengorganisasian
1. Mediator merencanakan dan menjadwalkan pertemuan
2. Mediator harus tiba tepat waktu
3. Mediator menyambut kedatangan para pihak dalam ruang perundingan
4. Mediator menghindari berbincang-bincang dengan salah satu pihak
sebelum atau pada saat kedatangan pihak lainnya
5. Mediator megawasi para pihak ketika meninggalkan ruang perundingan,
terutama jika suasana yang masih emosional
6. Membiarkan para pihak mengambil tempat duduk sendiri atas dasar
petimbangan sendiri
7. Mediator mengambil tempat duduk dengan jarak sama antara para pihak
(netralitas)
b. Melakukan perundingan
1. Mediator memimpin dan mengarahkan pertemuan perundingan sesuai
agenda
2. Mediator mengingatkan para pihak untuk mencari penyelesaian
3. Mediator menentukan siapa – siapa saja yang berbicara lebih dahulu dan
siapa selanjutnya
5
4. Mediator kapan saja boleh melakukan kaukus dan skorsing
5. Mediator harus mempunyai kemampuan mentransfer ketrampilan
perundingan kepara para pihak melalui saran dan nasehat tentang
perundingan interest based
6. Mediator membantu para pihak untuk melakukan brainstorming/surah
pendapat yaitu mendorong masing-masing pihak untuk mengusulkan
bentuk penyelesaian masalah tanpa di interupsi oleh evaluasi pihak lain
setelah menyapaikan usulannya
7. Mediator membantu para pihak dalam mengevaluasi berbagai usulan
dengan mengacu pada desirability/keinginan, praticabilty/praktis dan
biaya setiap usulan.
6
1. Mediator menggunakan komunikasi verbal yaitu berbicara dengan
tenang meyakinkan dengan menghindari istilah dan ungkapan teknis
yang mungkin tidak dimengerti oleh para pihak
2. Para pihak Mendengarkan secara efektif (memahami pesan yang
disampaikan oleh Mediator)
3. Mediator bisa menggunakan komunikasi non verbal yaitu mengangkap
dan mendiagnosa komunikasi bahasa tubuh seperti gerakan-gerakan
tubuh, gerakan tanggan
4. Mediator memiliki rasa empati yaitu memperlihatkan rasa pengertian
tanpa memperlihatkan keterpihakan
5. Mediator perlu adanya humor untuk merelkaskan suasana namun jangan
digunakan sering takutnya ada yang tersinggun
6
Ginting, Y. P., Arundati, A., Budianto, A. C., Londe, E. N., Jursito, T. A., & Tang, V. G. (2023).
KOMPETENSI MEDIATOR DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA SEBELUM
MELAKSANAKAN PROSES PERSIDANGAN. Jurnal Pengabdian West Science, 2(07), 541-557.
7
dan penutup dan dari keempat bab tersebut terpecah menjadi 14 Pasal.
Berdasarkan isi dari pedoman perilaku atau kode etik mediator meliputi:
8
b. Pasal 8 Kemampuan dan Keterampilan:
Mediator diharapkan untuk senantiasa meningkatkan kemampuan atau
keterampilan tentang mediasi melalui pendidikan, pelatihan, seminar dan
konferensi.
c. Pasal 9 Honorarium:
1. Mediator yang berhak memperoleh honorarium mediasi dari para pihak
sebagaimana disebut dalam pasal 10 ayat (1) dan ayat (2) Peraturan
Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 1 Tahun 2008, wajib untuk
lebih dahulu membuat kesepakatan tertulis dengan para pihak tentang
honorarium dimaksud sebelum menjalankan fungsi nya.
2. Mediator dilarang menerima honorarium berdasarkan hasil akhir proses
mediasi.
3. Mediator dilarang menerima hadiah atau pemberian dalam bentuk
apapun dari salah satu atau para pihak selama proses mediasi
berlangsung selain honorarium yang telah disepakati.
9
seseorang mediator dari Daftar Mediator sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2008
10
BAB III
PENUTUP
A. kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang mediator
memiliki peran yang sangat penting. Mediator adalah seorang perantara
yang netral, bertugas sebagai penghubung antara pihak-pihak yang tengah
bersengketa. Tugas mediator mencakup berbagai aspek, mulai dari
memperkenalkan diri dan menjelaskan proses mediasi, hingga membantu
pihak-pihak mengeksplorasi kepentingan dan mencari solusi terbaik.
Mediator juga memiliki wewenang untuk mengontrol jalannya proses
mediasi, mempertahankan struktur perundingan, dan bahkan mengakhiri
proses jika dianggap tidak produktif.
Selain tugas dan wewenang, mediator harus menguasai beragam
teknik dan keterampilan. Ini mencakup kemampuan mengorganisir
pertemuan, memimpin perundingan, mengatasi emosi, berkomunikasi
dengan baik, dan menghadapi situasi-situasi buntu. Penting bagi mediator
untuk tetap netral dan menjaga kerahasiaan selama proses mediasi.
Kode etik mediator juga menjadi landasan dalam menjalankan tugas
ini. Kode etik mengatur kewajiban mediator, pengawasan, dan sanksi jika
ada pelanggaran. Dengan mematuhi kode etik, mediator dapat menjalankan
tugasnya dengan integritas, ketidakberpihakan, dan kecakapan, sehingga
proses mediasi dapat berjalan efektif dan menghasilkan penyelesaian yang
adil. Kesimpulannya, mediator memainkan peran sentral dalam
memfasilitasi proses perundingan dan mencapai penyelesaian sengketa
yang memadai dan sesuai dengan prinsip-prinsip mediasi.
11
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, Y. P., Arundati, A., Budianto, A. C., Londe, E. N., Jursito, T. A., & Tang,
V. G. (2023). KOMPETENSI MEDIATOR DALAM MENYELESAIKAN
SENGKETA SEBELUM MELAKSANAKAN PROSES
PERSIDANGAN. Jurnal Pengabdian West Science, 2(07),
12