Anda di halaman 1dari 2

1.

Metode Rechtsvervijning (pengkongkritan hukum)


Penyempitan hukum adalah terjemahan dari kata dalam bahasa
Belanda Rechtsvervijning dan kata Fijn berarti halus.1 Metode
Rechtsvervijning (pengkongkritan hukum) adalah menyempitkan suatu
aturan hukum yang terlalu abstrak, luas dan umum supaya dapat
diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu. Mengabstraksi prinsip suatu
ketentuan untuk kemudian prinsip itu diterapkan dengan seolah-olah
mempersempit keberlakuannya pada suatu peristiwa konkrit yang belum
ada pengaturannya. Biasanya, jika diterapkan sepenuhnya akan
memunculkan ketidakadilan.2 Sebagai contoh: pasal 1365 BW yang
berbunyi: tiap perbuatan melawan hukum yang membawa kerugian pada
pihak lain mewajibkan si pelaku yang karena salahnya menimbulkan
kerugian itu, untuk mengganti kerugian itu.
Istilah perbuatan melawan hukum disana masih sangat abstrak.
Bagaimana kriteria salahnya? Apakah hanya terbatas melanggar undang-
undang atau lebih luas? Undang-undang jelas tidak memberikan jawaban.
Adapun yang dimaksud dengan melawan hukum disana adalah:3
a) Melanggar hak subyek hukum lain;
b) Bertentangan dengan kewajiban hukum dari si pelaku;
c) Bertentangan dengan kepatutan yang seyogyanya diindahkan dalam
kehidupan bersama terhadap integritas subyek-hukum maupun
harta bendanya.
2. Fiksi Hukum
Metode fiksi hukum sebagai metode penemuan hukum sebenarnya
berlandaskan asas in dubio pro reo, yaitu asas bahwa setiap orang

1
Sudikno Mertokusumo, penemuan Hukum,Sebuah Pengantar, cet. Ke-4,(Yogyakarta : Liberty,
2007), hlm. 91.
2
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum : Upaya Mewujudkan Hukum yang pasti dan
Berkeadilan, (Yogyakarta : UII Press), hlm. 111.
3
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan. Sosiologis, (Jakarta :
Chandra Pratama),145.
dianggap mengetahui undang-undang.
Asas tersebut jika dipandang sebelah mata akan menimbulkan
pertanyaan, apakah mungkin setiap orang mengetahui semua ketentuan
hukum yang berlaku? Jawabannya tentu tidak mungkin. Pakar hukum pun
paling-paling hanya mengetahu ketentuan-ketentuan hukum dibidangnya
saja. Akan tetapi asas ini sangatlah penting dan dibutuhkan oleh hakim
dalam praktik hukum. Karena hukum tidak hanya diberlakukan kepada
yang mampu mengetahui hukum, akan tetapi juga kepada yang tidak
mampu mengetahui hukum, misalnya orang buta, tuli, dan lain sebagainya.
Metode fiksi hukum adalah sesuatu yang khayal yang digunakan di
dalam ilmu hukum dalam bentuk kata-kata, istilah-istilah yang berdiri
sendiri atau dalam bentuk kalimat yang bermaksud uantuk memberikan
suatu pengertian hukum.4
Esensi dari fiksi hukum adalah mengemukakan fakta-fakta baru kepada
kita, sehingga tampil suatu personifikasi baru di hadapan kita. 5 Sebagai
contoh menurut ajaran legisme, satu-satunya sumber hukum adalah
undang-undang, tetapi bagaimana agar hukum kebiasaan dapat
dipergunakan, maka kemudian di- fiksi-kan bahwa berlakunya hukum
kebiasaan itu atas dasar perintah dari undang- undang.

4
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan,112-115
5
Achmad Ali, Menguak Tabir146

Anda mungkin juga menyukai