1
Sudikno Mertokusumo, penemuan Hukum,Sebuah Pengantar, cet. Ke-4,(Yogyakarta : Liberty,
2007), hlm. 91.
2
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan Hukum : Upaya Mewujudkan Hukum yang pasti dan
Berkeadilan, (Yogyakarta : UII Press), hlm. 111.
3
Achmad Ali, Menguak Tabir Hukum: Suatu Kajian Filosofis dan. Sosiologis, (Jakarta :
Chandra Pratama),145.
dianggap mengetahui undang-undang.
Asas tersebut jika dipandang sebelah mata akan menimbulkan
pertanyaan, apakah mungkin setiap orang mengetahui semua ketentuan
hukum yang berlaku? Jawabannya tentu tidak mungkin. Pakar hukum pun
paling-paling hanya mengetahu ketentuan-ketentuan hukum dibidangnya
saja. Akan tetapi asas ini sangatlah penting dan dibutuhkan oleh hakim
dalam praktik hukum. Karena hukum tidak hanya diberlakukan kepada
yang mampu mengetahui hukum, akan tetapi juga kepada yang tidak
mampu mengetahui hukum, misalnya orang buta, tuli, dan lain sebagainya.
Metode fiksi hukum adalah sesuatu yang khayal yang digunakan di
dalam ilmu hukum dalam bentuk kata-kata, istilah-istilah yang berdiri
sendiri atau dalam bentuk kalimat yang bermaksud uantuk memberikan
suatu pengertian hukum.4
Esensi dari fiksi hukum adalah mengemukakan fakta-fakta baru kepada
kita, sehingga tampil suatu personifikasi baru di hadapan kita. 5 Sebagai
contoh menurut ajaran legisme, satu-satunya sumber hukum adalah
undang-undang, tetapi bagaimana agar hukum kebiasaan dapat
dipergunakan, maka kemudian di- fiksi-kan bahwa berlakunya hukum
kebiasaan itu atas dasar perintah dari undang- undang.
4
Bambang Sutiyoso, Metode Penemuan,112-115
5
Achmad Ali, Menguak Tabir146