“KONEKSITAS”
Di susun oleh:
Pais Dakio
Syarif Hidayatullah
Faisal Mela
Safna Popana
Mifta Tegela
Raditya Fajar a. Nusuri
A. Latar Belakang
Di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) itu dijelaskan secara rinci
dijelaskan pula apa hukuman yang pantas diberikan atas perbuatan yang dilakukan dan
berapa lama hukuman itu harus dijalankan. Kemudian disempurnakan lagi dengan Kitab
Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Didalam kitab itu dijelaskan pula secara
rinci mengenai perkara dan proses perkara itu diselesaikan. Salah satunya adalah proses
pemeriksaan yang dinamakan Koneksitas. Salah satu jenis pemeriksaan ini sangat berbeda
dengan acara pemeriksaan tindak pidana lainnya. Bahkan bisa dibilang unik karena jenis
B. Rumusan Masalah
a. Pengertian Koneksitas
A. Pengertian Koneksitas
Perkara koneksitas disertakan sebagai salah satu bagian dari acara pemeriksaan karena
perkara koneksitas merupakan acara pemeriksaan yang unik. Unik karena melibatkan dua
lingkungan peradilan, yaitu peradilan umum dan peradilan militer. Perkara koneksitas terjadi
karena adanya tindak pidana yang mengandung unsur penyertaan, yaitu pelakunya adalah
warga sipil dan militer sehingga berlaku dua yurisdiksi, yaitu yurisdiksi peradilan umum dan
peradilan militer.
Koneksitas diatur secara terbatas baik didalam KUHAP, undang-undang kekuasaan
kehakiman maupun didalam Undang-undang Nomor 31 Tahun 1997 tentang peradilan
militer. Di dalam KUHAP, koneksitas diatur dalam Bab XI pasal 89 – pasal 94.
Perkara koneksitas oleh Andi Hamzah disebut dengan peradilan koneksitas yang
memiliki arti, sistem peradilan pidana peradilan terhadap tersangka pembuat delik penyertaan
antara orang sipil dan orang militer, dapat juga dikatakan peradilan antara mereka yang
tunduk kepada yurisdiksi peradilan umum dan peradilan militer. Istilah yang digunakan oleh
Andi Hamzah tersebut memberikan kesan bahwa terdapat lingkungan peradilan baru yang
bersifat antara, yaitu antara peradilan umum dan peradilan militer yang disebut dengan
Peradilan Koneksitas. Koneksitas pada prinsipnya bukanlah sebuah lingkungan peradilan
karena secara sifat, koneksitas pada intinya adalah sebuah kondisi, kondisi dimana dalam
suatu tindak pidana terdapat penyertaan yang dilakukan antara seseorang yang berkualifikasi
sebagai sipil dan militer. Dalam pengertian lain, Koneksitas adalah suatu sistem peradilan
yang diterapkan atas suatu tindak pidana dimana diantara Tersangka atau Terdakwanya
terjadi penyertaan (deelneming) atau secara bersama-sama (mede dader) antara orang sipil
dengan orang yang berstatus militer
Pasal 89 ayat (1) KUHAP menyebutkan bahwa perkara koneksitas yaitu, “Tindak
pidana yang dilakukan bersama-sama oleh mereka yang termasuk lingkungan peradilan
umum dan lingkungan peradilan militer, diperiksa dan diadili oleh pengadilan dalam
lingkungan peradilan umum kecuali menurut Keputusan Menteri Pertahanan dan Keamanan
dengan persetujuan Menteri Kehakiman perkara itu harus diperiksa dan diadili oleh
pengadilan dalam lingkungan peradilan militer. Pendapat Menteri Pertahanan dan
Keamanan tersebut didasarkan atas kondisi kerugian tindak pidana yang ditimbulkan,
apabila kerugian yang ditimbulkan tindak pidana tersebut lebih merugikan kepentingan
militer, maka pemeriksaan dilakukan di peradilan militer.” Selama kerugian tindak pidana
yang ditimbulkan tidak menimbulkan kerugian bagi kepentingan militer, maka perkara
diperiksa di peradilan umum.
B. Penyidikan
Penyidikan perkara koneksitas diatur oleh Pasal 89 ayat (2) dan ayat (3) sebagai
berikut.
“Penyidikan perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan oleh
suatu tim tetap yang terdiri dari penyidik sebagaimana dimaksud Pasal 6 dan Polisi Militer
Angkatan Bersenjata Republik Indonesia dan Oditur Militer atau Oditur Militer Tinggi yang
sesuai dengan wewenang masing-masing menurut hukum yang berlaku untuk penyidikan
perkara pidana.”
Selanjutnya, ayat (3) mengatur sebagai berikut:
“Tim sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dibentuk dengan Surat Keputusan bersama
Menteri Pertahanan dan Keamanan dan Menteri Kehakiman.”
C. Penentuan Peradilan
Setelah tim selesai melakukan pemeriksaan penyidikan, maka dilakukan “penelitian
bersama” oleh oditur/Oditur Militer Tinggi dengan Jaksa/Jaksa Tinggi. Hasil “penelitian
bersama” tersebut, terdiri:
a. Hasil penelitian bersesuaian (pendapat yang sama)
b. Hasil penelitian berbeda (berselisih)
Hasil “penelitian bersama” ini dirumuskan dalam bentuk “Berita Acara” serta
ditandatangani oleh masing-masing pihak peneliti.
- Jika peradilan militer yang mengadili maka pengangkatan hakim ketua adalah hakim
anggota di angkat MENHANKAM setelah ada usul dari mentri kehakiman.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari penjelasan di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa, Koneksitas ialah
proses pemeriksaan terhadap suatu tindak pidana yang dilakukan bersama-sama oleh warga
sipil dan warga militer dan keduanya diadili oleh dua lembaga Peradilan sekaligus, yaitu
Peradilan Umum dan Peradilan Militer. Namun, ada beberapa hal yang harus diperhatikan
untuk bagaimana kita bisa mengetahui lembaga apa yang berwenang atau yang berhak
mengadili tindak pidana tersebut. Apakah Peradilan Umum atau Peradilan Militer.
Dan telah dijelaskan di atas bahwa yang berhak memeriksa dan mengadili tindak
pidana tersebut adalah Pengadilan dalam lingkungan Peradilan Umum, kecuali dalam
keadaan tertentu menurut keputusan Ketua Mahkamah Agung, perkara itu harus diperiksa
dan diadili oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Militer. (Pasal 24 UU No. 4 tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman). Jika titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak
pidana tersebut terletak pada kepentingan umum, maka perkara pidana itu harus diadili di
Lingkungan Peradilan Umum. Jika titik berat kerugian yang ditimbulkan oleh tindak pidana
tersebut terletak pada kepentingan Militer, maka perkara pidana itu harus diadili di
Lingkungan Peradilan Militer.
Daftar Pustaka
Dr. Leden Marpaung, S.H. “Proses penanganan perkara pidana” Edisi 2. Jakarta: Sinar
Grafika. 2014
Prof. Dr. Andi Muhammad Sofyan, S.H., M.H dan Dr. Abd. Asis, S.H., M.H. “Hukum Acara
Pidana Suatu Pengantar” Edisi 2. Jakarta: PT Balebat Dedikasi Prima. 2014
Tolib Effendi, SH., MH. “Dasar-dasar Hukum Acara Pidana” Malang, Jatim: Setara Press.
2014
R. Soenarto Soerodibroto, S.H. “KUHP dan KUHAP” Edisi 2, Cet. 17. Jakarta: Rajawali
Pers, 2014.