Anda di halaman 1dari 5

PERBEDAAN HUKUM ACARA PERDATA DAN HUKUM

ACARA PIDANA

Diajukan untuk melengkapi tugas mata kuliah

Hukum Acara Perdata

Oleh
FARHAN ANZILAN
NPM : 174301265
Program Studi : Ilmu Hukum

Dosen:

Rr. Meiti Asmorowati, S.H., M.H.

Disusun Oleh:

Farhan Anzilan 430117265

Sekolah Tinggi Hukum Bandung

2019
PERBEDAAN HUKUM ACARA PERDATA DAN HUKUM
ACARA PIDANA

Seperti yang sudah dijelaskan oleh dosen Hukum Acara Perdata dan dosen
Hukum Acara Pidana dapat disimpulkan bahwa perbedaan antara Hukum Acara
Perdata dengan Hukum Acara Pidana, yaitu:

1. Sumber Hukum
a. Hukum Acara Perdata:
1) Herziene Indoesiche Reglement (HIR)

2) Rechtsreglement Voor de Buitengewesten (RGB)


3) Reglement op de Burgelijke  Rechtsvordering (RV)
4) Undang-undang No. 48 tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman.
5) Undang-undang No. 20 tahun 1947 tentang Peradilan Ulangan.
6) Undang-undang No. 14 tahun 1985 tentang Mahkamah Agung.
7) Yurisprudensi atau putusan-putusan hakim yang berkembang di
lingkungan dan sudah pernah diputus di Pengadilan.
8) Adat Kebiasaan.
9) Doktrin.
10) Instruksi dan Surat Edaran Mahkamah Agung.

11) Undang-Undang No. 1 tahun 1975 tentang Perkawinan dan PP


No. 9 thn 1975. 
b. Hukum Acara Pidana:
1) UUD 1945
2) KUHAP (UU No. 8 Tahun 1981, LN 1981 Nomor 76).
3) UU Pokok Kekuasaan Kehakiman (UU No.14 Tahun 1970, LN 1970
Nomor 74)
4) Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 27 Tahun 1983 Tentang
Pelaksanaan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
5) UU No. 5 Tahun 1986 Tentang Mahkamah Agung.

2. Asas
a. Hukum Acara Perdata:
1) Asas Hakim Bersifat Pasif
2) Asas Sifat Terbukanya Persidangan.
3) Asas Mendengar Kedua Belah Pihak.
4) Asas Bebas Dari Campur Tangan Para Pihak Di Luar Pengadilan.
5) Asas Sederhana, Cepat Dan Biaya Ringan.
6) Asas Putusan Harus Disertai Alasan-Alasan.
7) Asas Putusan Harus Dilaksanakan Setelah 14 (Empat Belas) Hari
Lewat.
8) Asas Beracara Dikenakan Biaya
b. Hukum Acara Pidana:
1) Asas Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan.
2) Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence).
3) Asas Oportunitas.
4) Pemeriksaan Pengadilan Terbuka untuk Umum.
5) Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hukum.
6) Peradilan Dilakukan oleh Hakim Karena Jabatannnya dan Tetap.
7) Tersangka/Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum.
8) Asas Akusator
9) Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan
3. Kebenaran yang Ingin Dicapai

Kebenaran yang ingin dicapai dalam hukum acara perdata adalah kebenaran
formil, yaitu kebenaran yang hanya didasarkan pada formalitas-formalitas hukum,
sementara kebenaran kebenaran yang diautamakan dalam hukum acara pidana
adalah kebenaran materil, yaitu yang bukan hanya memerlukan formalitas hukum,
akan tetapi harus ditunjang pula dengan pengujian terhadap formallitas hukum itu
dimuka siding pengadilan, dan fakta-fakta yang ditemukan dalam siding
pengadilan menjadi bahan masukan bagi hakim dalam memutuskan perkara.

4. Gugatan
a. Hukum Acara Perdata:
1) Surat Gugatan:
a) Gugatan wanprestasi (ingkar janji)
b) Gugatan PMH
c) Penggabungan Gugatan (samenvoeging van vordering)
b. Hukum Acara Pidana:
1) Surat Dakwaan:
a) Dakwaan Tunggal
b) Dakwaan Alternatif
c) Dakwaan Subsidair
d) Dakwaan Kumulatif
e) Dakwaan Kombinasi.
5. Alat Bukti
a. Hukum Acara Perdata:
1) Pasal 1866 Burgerlijk Wetboek :
a) Bukti tulisan;
b) Bukti dengan Saksi-saksi;
c) Persangkaan-persangkaan;
d) Pengakuan;
e) Sumpah.
b. Hukum Acara Pidana:
1) Pasal 184 KUHAP, yaitu :
a) Keterangan saksi;
b) Keterangan ahli;
c) Surat;
d) Petunjuk;
e) Keterangan terdakwa.

6. Petitum

Petitum (tuntutan), menurut Pasal 8 Nomor 3 R. Bg. adalah apa yang diminta
atau yang diharapkan oleh penggugat agar diputuskan oleh hakim dalam
persidangan.

7. Kuasa Hukum
a. Hukum Acara Perdata: Tidak selalu didampingi oleh kuasa hukum
b. Hukum Acara Pidana: Wajib di dampingi kuasa hukum
8. Dalam Hukum Acara Pidana Terdapat Konkursus

Concursus merupakan istilah dalam ilmu hukum pidana yakni gabungan


tindak pidana dalam waktu tertentu seseorang telah melakukan beberapa tindak
pidana dimana tindak tersebut belum ada putusannya dan didakwakan sekaligus.
Concursus digunakan kepada seseorang yang melakukan beberapa peristiwa
tindak pidana.

Anda mungkin juga menyukai