• Rumah
• Pakaian
• Badan
Penggeledahan Rumah
Pasal 1 angka 17
Pasal 1 angka 18
Penggeledahan badan adalah tindakan
penyidik untuk mengadakan pemeriksaan
badan dan atau pakaian tersangka untuk
mencari benda yang didup keras ada pada
badannya atau dibawanya serta, untuk
disita.
Prosedur Penggeledahan
Pasal 33
• Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat
penyidik dalam melakukan penyidikan dapat mengadakan
penggeledahan yang diperlukan.
• Dalam hal yang diperlukan atas perintah tertulis dari
penyidik, petugas kepolisian negara Republik Indonesia
dapat memasuki rumah.
• Setiap kali memasuki rumah harus disaksikan oleh dua
orang saksi dalam hal tersangka atau penghuni
menyetujuinya.
• Setiap kali memasuki rumnah harus disaksikan oleh kepala
desa atau ketua lingkungan dengan dua orang saksi, dalam
hal tersangka atau penghuni menolak atau tidak hadir.
• Dalam waktu dua hari setelah memasuki dan atau
-menggeledah rumah, harus dibuat suatu berita acara dan
turunannya disampaikan kepada pemilik atau penghuni
rumah yang bersangkutan.
Penggeledahan tanpa surat izin
Pasal 34
• Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana
penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
mendapatkan surat izin terlebih dahulu, dengan tidak mengurangi
ketentuan Pasal 33 ayat (5) penyidik dapat melakukan
penggeledahan :
• pada halaman rumah tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada dan
yang ada di atasnya;
• pada setiap tempat lain tersangka bertempat tinggal, berdiam atau ada;
• di tempat tindak pidana dilakukan atau terdapat bekasnya;
• di tempat penginapan dan tempat umum lainnya.
Tempat yang tidak boleh dilakukan
penggeledahan
Pasal 35
• Kecuali dalam hal tertangkap tangan, penyidik tidak diperkenankan
memasuki :
• ruang di mana sedang berlangsung sidang Majelis Permusyawaratan Rakyat ,
Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan Perwakilan Rakyat Daerah;
• tempat di mana sedang berlangsung ibadah dan atau upacara keagamaan;
• ruang dimana sedang berlangsung sidang pengadilan.
Penyitaan
• Pasal 1 angka 16
• Penyitaan adalah serangkaian tindakan
penyidik untuk mengambil alih dan atau
menyimpan di bawah penguasaannya
benda bergerak atau tidak bergerak,
berwujud atau tidak berwujud untuk
kepentingan pembuktian dalam
penyidikan, penuntutan dan peradilan.
Prosedur Penyitaan
Pasal 38
• Dengan surat izin ketua pengadilan negeri setempat.
• Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana
penyidik harus segera bertindak dan tidak mungkin untuk
mendapatkan surat izin terlebih dahulu, dapat melakukan
penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib
segera melaporkan kepada ketua pengadilan negeri setempat
guna memperoleh persetujuannya.
Yang dapat dilakukan penyitaan
• Pasal 39
• tersangka,
• keluarga atau
• kuasanya
Pasal 80
• penyidik atau
• penuntut umum atau
• pihak ketiga yang berkepentingan
Pasal 81
4) Penyidikan dianggap telah selesai apabila dalam waktu empat belas hari
penuntut umum tidak mengembalikan hasil penyidikan atau apabila
sebelum batas waktu tersebut berakhir telah ada pemberitahuan tentang
hal itu dari penuntut umum kepada penyidik.
1 7 Hari (138 ayat 1) Mempelajari /Meneliti
Penyidik PU
14 Hari (138 ayat 2) 3
Pasal 15
• Penuntut umum menuntut perkara tindak pidana yang terjadi dalam daerah
hukumnya menurut ketentuan undang-undang
Pasal 137
• Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun yang
didakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya dengan
melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang mengadili.
Artinya .....
• Wewenang penuntutan dipegang oleh Penuntut
Umum sebagai monopoli, artinya tiada badan lain
yang boleh melakukan wewenang tersebut.
• Ini disebut dominus litis di tangan Penuntut Umum
atau Jaksa. Dominus berasal dari bahasa latin, yang
artinya pemilik.
• Hakim tidak dapat meminta supaya delik (tindak
pidana) diajukan kepadanya, hakim hanya menunggu
saja penuntutan dari Penuntut Umum
Ada 2 (dua) macam keputusan tidak
menuntut yang dibenarkan KUHAP
• Kesatu
• Pertama
atau
• Kedua
• Kedua
• Primair
• Subsidair
KEJAKSAAN REPUBLIK
INDONESIA
Istilah
• APP Biasa
• APP Singkat
• APP Cepat
APP Tindak Pidana Ringan
APP Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
APP
Pelanggaran Lalu Lintas Jalan
Pasal 211 KUHAP
perkara pelanggaran tertentu terhadap peraturan perundang-undangan
lalu lintas jalan.
• Dalam hal perkara pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1) diadili oleh
pengadilan dalam lingkungan peradilan umum atau lingkungan peradilan militer, yang
mengadili perkara tersebut adalah majelis hakim yang terdiri dari sekurang-kurangnya
tiga orang hakim.
• Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan umum yang mengadili perkara
pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 89 ayat (1), majelis hakim terdiri dari hakim
ketua dari lingkungan peradilan umum dan hakim anggota masing-masing ditetapkan
dari peradilan umum dan peradilan militer secara berimbang.
• Dalam hal pengadilan dalam lingkungan peradilan militer yang mengadili perkara
pidana tersebut pada Pasal 89 ayat (1), majelis hakim terdiri dari, hakim ketua dari
lingkungan peradilan militer dan hakim anggota secara berimbang dari masing-masing
lingkungan peradilan militer dan dari peradilan umum yang diberi pangkat militer
tituler.
• Ketentuan tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) berlaku juga bagi pengadilan tingkat
banding.
• Menteri Kehakiman dan Menteri Pertahanan dan Keamanan secara timbal balik
mengusulkan pengangkatan hakim anggota sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), ayat
(3) dan ayat (4) dan hakim perwira sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) dan ayat (4).
SENGKETA KEWENANGAN MENGADILI
Sengketa kewenangan
mengadili absolut
Keberatan
Pengadilan Tinggi
Pemutus Sengketa
PN SUMEDANG
PT
BANDUNG
PN SUBANG
MAHKAMAH AGUNG
• Pemidanaan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti dalam uu, karena aliran ini
didasarkan semata-mata atas keyakinan hakim belaka dan tidak terikat kepada
aturan-aturan tentang pembuktian dan menyerahkan segala sesuatu kepada
kebijaksanaan sehingga ada anggapan hakim bersifat subjektif.
• Dalam sistem ini pula hakim dapat menurut keyakinan hakim yang menentukan
wujud kebenaran dalam sistem pembuktian ini perasaan belaka dalam
menentukan apakah keadaan harus dianggap telah terbukti.
• keyakinan hakim yang menentukan wujud kebenaran sejati dalam sistem
pembuktian ini
Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
atas alasan yang logis
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa.
Notoir feit
Saksi dan Keterangan Saksi
• Unus = satu
• Tesitis = keterangan saksi
• Nullus = tidak ada (0)
tidak dapat didengar keterangannya dan dapat mengundurkan diri
sebagai saksi
Pasal 168 ayat (1)
a. keluarga sedarah atau semanda dalam garis lurus ke atas atau ke bawah
sampai derajat ketiga dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai
terdakwa;
b. saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa, saudara
ibu atau saudara bapak, juga mereka yang mempunyai hubungan karena
parkawinan dan anak-anak saudara terdakwa sampai derajat ketiga;
c. suami atau isteri terdakwa maupun sudah bercerai atau yang bersama-sama
sebagai terdakwa.
Memberi keterangan tanpa sumpah
Pasal 171
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat oleh pejabat umum yang
berwenang atau yang dibuat di hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya sendiri, disertai dengan alasan
yang jelas dan tegas tentang keterangannya itu;
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-undangan atau surat yang
dibuat oleh pejabat mengenai hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi pembuktian sesuatu hal atau sesuatu
keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat berdasarkan keahliannya
mengenai sesuatu hal atau sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya dengan isi dari alat pembuktian
yang lain.
Petunjuk : Pasal 188
Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik antara
yang satu dengan yang lain, maupun dengan
tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah
terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya
Petunjuk hanya dapat diperoleh dari :
• keterangan saksi;
• surat;
• keterangan terdakwa.
Pasal 189
(1) Keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 ayat (1) huruf e
sebagai alat bukti adalah segala hal yang dinyatakan oleh saksi di sidang
pengadilan.
(2) Dalam hal saksi tidak dapat dihadirkan dalam pemeriksaan di sidang
pengadilan, keterangan saksi dapat diberikan secara jarak jauh melalui alat
komunikasi audio visual dengan dihadiri oleh penasihat hukum dan penuntut
umum.
(3) Keterangan 1 (satu) orang saksi tidak cukup untuk membuktikan bahwa
terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak berlaku apabila
keterangan seorang saksi diperkuat dengan alat bukti lain.
Lanjutan ....
(5) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu kejadian atau
keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.
(6) Keterangan beberapa saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus saling
berhubungan satu sama lain sehingga dapat membenarkan adanya suatu kejadian atau
keadaan tertentu.
(7) Pendapat atau rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran belaka bukan merupakan
keterangan saksi.
(8) Dalam menilai kebenaran keterangan saksi, hakim wajib memperhatikan :
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi keterangan tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dipercayanya keterangan tersebut; dan/atau
e. keterangan saksi sebelum dan pada waktu sidang.
Lanjutan ....
(9) Keterangan saksi yang tidak disumpah yang sesuai satu dengan
yang lain, walaupun tidak merupakan alat bukti, dapat
dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah apabila
keterangan tersebut sesuai dengan keterangan dari saksi yang
disumpah.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan syarat
pemberian kesaksian secara jarak jauh sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 181 RKUHAP
(1) Keterangan terdakwa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 177 ayat (1)
huruf f adalah segala hal yang dinyatakan oleh terdakwa di dalam sidang
pengadilan tentang perbuatan yang dilakukan atau diketahui sendiri atau
dialami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang pengadilan dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang pengadilan,
dengan ketentuan bahwa keterangan tersebut didukung oleh suatu alat
bukti yang sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
Lanjutan ps.181
(1) Alat bukti yang diberikan oleh pemerintah, orang, atau perusahaan negara
lain dipertimbangkan sebagai bukti yang sah apabila diperoleh secara sah
berdasarkan peraturan perundang-undangan negara lain tersebut.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga
dipertimbangkan jika terdapat perbedaan prosedur untuk mendapatkan alat
bukti tersebut antara peraturan perundangundangan yang berlaku di
Indonesia dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
tempat alat bukti tersebut diperoleh, sepanjang tidak melanggar peraturan
perundang-undangan atau perjanjian internasional.
Beban Pembuktian (ps.4):
• Acara pidana yang diatur dalam Undang-Undang ini
dilaksanakan secara wajar dan perpaduan antara sistem hakim
aktif dan para pihak berlawanan secara berimbang.
Pasal 173
(1) Sesudah kesaksian dan bukti disampaikan oleh kedua belah
pihak, Penuntut Umum dan penasihat hukum diberi
kesempatan untuk menyampaikan keterangan lisan yang
menjelaskan tentang bukti yang diajukan di persidangan
mendukung pendapat mereka mengenai perkara tersebut.
RKUHAP:negatief wettelijk stelsel
(1) Salah seorang tersangka atau terdakwa yang peranannya paling ringan dapat
dijadikan Saksi dalam perkara yang sama dan dapat dibebaskan dari
penuntutan pidana, apabilaSaksi membantu mengungkapkan keterlibatan
tersangka lain yang patut dipidana dalam tindak pidana tersebut.
(2) Apabila tidak ada tersangka atau terdakwa yang peranannya ringan dalam
tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka tersangka atau
terdakwa yang mengaku bersalah berdasarkan Pasal 197 dan membantu
secara substantif mengungkap tindak pidana dan peran tersangka lain dapat
dikurangi pidananya dengan kebijaksanaan hakim pengadilan negeri.
(3) Penuntut Umum menentukan tersangka atau terdakwa sebagai saksi
mahkota.
PEMBUKTIAN
dalam
Hukum Acara Pidana
PENDAHULUAN
Pasal 35 :
“Terdakwa wajib membuktikan bahwa harta
kekayaan bukan merupakan hasil tindak pidana”
BARANG BUKTI
Pengertian: Merujuk kepada Pendapat para sarjana dan KUHAP
• Syarat Sahnya:
• 1. Syarat Formil (160 , 171)
• 2. Syarat Materil (ps.1 bt.26- 27)
• Pengecualian:
• 1. Absolut (ps.171)
• 2. Relatif (ps. 168 dan 170)
Pengecualian Relatif:
• A_____________B
• C_________D E________F
• G H
• Derajat kekeluargaan:
• A dan B dengan C atau E adalah derajat kesatu (hubungan
darah).
• A dan B dengan D atau F adalah derajat kesatu (hubungan
semenda).
• A dan B dengan G atau H adalah derajat kedua.
• C dengan E atau F adalah derajat kedua (hubungan semenda).
• C dengan H adalah derajat ketiga.
• G dengan H adalah derajat keempat.
AB KETERANGAN SAKSI (2)
Macam2 Saksi
1.Saksi A Charge
2.Saksi Ade Charge
3.Saksi Korban
4.Saksi Pelapor
5.Saksi Mahkota
6.Saksi Berantai
7.Saksi T. Auditu
AB KETERANGAN AHLI
- Pengertian: Pasal 1 butir 28, pasal 120, Ps. 133,
Pasal 179 KUHAP.
Kekuatan Pembuktian?
ALAT BUKTI PETUNJUK