Anda di halaman 1dari 14

LOGIKA HUKUM

“ Peranan Logika Dalam Ilmu Hukum”

Disusun Oleh:

Farhan Anzilan 17. 4301. 265

Mega Mutiara 17. 4301. 257

Nurrahmi Catur 17. 4301. 228

Widy Anisa 17. 4301. 256

Lidia Amalina 17. 4301. 264

Sekolah Tinggi Hukum Bandung

2019
Kata Pengantar

Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas
pemberian rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peranan
Logika Dalam Ilmu Hukum”, makalah ini di buat dalam rangka nilai dan sebagai bahan
informasi untuk para pembaca.

Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa dalam pembahasan masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam bidang ilmu pengetahuan  maupun dalam penulisan
kalimat. Walaupun demikian saya telah berusaha semaksimal mungkin supaya dapat
mencapai sasaran penulisan makalah.

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan para
pembaca umumnya.

Bandung, 7 November 2019

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatu
pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang
luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang
lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran
yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis
ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran
yang logis, kritis, dan sistematis inilah yang menjadi salah satu syarat sifat ilmiah.

Salah satu tujuan dari adanya hukum adalah untuk menciptakan kepastian hukum
bagi masyarakat. Kepastian hukum tersebut akan menimbulkan penggunaan hukum
yang jelas, pasti dan konsisten.

Logika khususnya logika silogisme juga memiliki suatu kepastian. Premis-premis


akan berimplikasi terhadap kesimpulan yang dihasilkan. Selain itu, logika juga
mengajarkan bagaimana berpikir benar. Sehingga diharapkan setiap orang dapat
melakukan penalaran yang benar sesuai dengan aturan dan metodologi.

Dari uraian di atas nampaknya terdapat hubungan yang berkaitan antara logika
hukum dan kepastian hukum. Untuk itu penyusun ingin membahas bagaimanakah
hubungan logika hukum dengan kepastian hukum.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam masalah ini yaitu:

1. Bagaimana pembagian logika?


2. Apa peranan logika dalam ilmu hukum?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pembagian Logika
1) Logika makna luas dan logika makna sempit

Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang
luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud
dipakai sepe rti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti
yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti
dan bagaimana sistem -sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta
meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.

Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang
filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut
ini.

a. Asas paling umum mengenai pembentukan pengertian, inferensi, dan


tatanan (logika formal atau logika simbolis)
b. Sifat dasar dan syarat pengetahuan, terutama hubungan antara budi
dengan objek yang diketahui, ukuran kebenaran, dan kaidah-kaidah
pembuktian (epistemology).
c. Metode-metode untuk mendapatkan pengetahuan dalam
penyelidikan ilmiah (metodologi)
2) Logika deduktif dan logika induktif

Logika deduktif adalah ragam logika yang mempelajari asas-asas


penalaran yang bersifat deduktif, yakni suatu penalaran yang menurunkan
kesimpulan sebagai keharusan dari pangkal pikirnya sehiingga bersifat betul
menurut bentuknya saja. Dari logika jenis ini yang terutama ditelaah yaitu
bentuk dari bekerjanya akal, keruntutannya, serta kesesuaiannya dengan
langkah-langkah san aturan yang berlaku sehingga penalaran yang terjadi
adalah tepat dan sah.
Logika induktif merpakan ragam logika yang mempelajari asas
penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus sampai pada suatu
kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi penalaran yang demikian ini
digolongkan sebagai induksi. Induksi adalah bentuk penalaran atau
enyimpulan yang berdasarkan pengamatan terhadap sejumlah hal kecil, atau
anggota suatu himpunan, untuk tiba pada suatu kesimpulan yang diharapkan
berlaku umum untuk semua hal, atau seluruh anggota himpunan itu, tetapi
yang kesimpulan sesungguhnya hanya bersifat boleh jadi saja.

3) Logika formal dan logika material

Mellone menyatakan bahwa logika deduktif disebut juga logika formal,


sedangkan logika induktif kadang-kadang disebut logika material.
Pernyataan ini tidak sepenuhnya tepat karena menurut Fisk, logika formal
hanyalah suatu bagian dari logika deduktif, yakni bagian yang bertalian
dengan perbincangan-perbincangan yang sah menurut bentuknya bukan
menurut isinya. (The Liang Gie, 1980).

Logika formal mempelajari asas, aturan atau huum - hukum yang


berpikir yang harus ditaati, agar orang dapat berpikir dengan benar dan
mencapai kebenaran. Logika material mempelajari langsung pekerjaan akal,
serta menilai hasil-hasil logika formal dan mengujinya dengan kenyataan
praktis yang sesungguhnya. Logika material mempelajari sumber-sumber
dan asalnya pengetahuan, alat-alat pengetahuan, proses terjadinya
pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metode ilmu pengetahuan itu.

Logika formal dinamakan orang dengan logika minor, sedangkan logika


material dinamakan orang logika mayor. Apa yang sekarang disebut logika
formal adalah ilmu yang mengandung kumpulan kaidah-kaidah cara berpikir
untuk mencapai kebenaran.

4) Logika murni dan logika terapan


Menurut Leonard, logika murni (pure logic) adalah ilmu tentang efek
terhadap arti dari pernyataan dan sebagai akibatnya terhadap kesahan dari
pembuktian tentang semua bagian dan segi dari pernyataan dan pembuktian
kecuali arti-arti tertentu dari istilah yang termuat di dalamnya. (The Liang
Gie,1980)

Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan


logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan
tanpa mempersoalkan arti khusus dalam sesuatu cabang ilmu dari istilah
yang dipakai dalam pernyataan dimaksud.

Logika terapan adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap


cabang ilmu, bidang filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang
mempergunakan bahasa sehari-hari. Apabila sesuatu ilmu menggunakan
asas dan aturan logika bagi istilahdan ungkapannya yang mempunyai
pengertian khusus dalam bidangnaya sendiri, ilmu tersebut sebenarnya telah
mempergunakan sesuatu logika terapan dan ilmu yang bersangkutan, seperti
logika ilmu hayat bagi biologi, dan logika sosiologi bagi sosiologi.1

5) Logika filsafati dan logika matematik

Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian


logika yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang
filsafat, misalnya logika kewajiban dengan etika atau logika arti dengan
metafisika. Adapun logika matematik merupakan suatu ragam logika yang
menelaah penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik
serta bentuk lambing yang khusus dan cermat untuk menghindarkan makna
ganda atau kekaburan yang terdapat dalam bahasa biasa. (The Liang Gie dan
Suhartoyo Hardjosatoto, dan Endang Daruni Asdi, 1980, hlm. 35-46).2

B. Peranan Logika Dalam Ilmu Hukum


1
La Jaudi, Argumentasi Tentang Penerapan Tiga Nilai dasar Hukum Dalam Masyarakat,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar), hlm. 143.
2
Ahmad Mujahiddin, Logika Hukum, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar 2007), hlm. 186.
Logika adalah bahasa Latin berasal dari Logos yang berarti perkataan atau
sabda. Istilah lain yang digunakan sebagai gantinya adalah Mantiq, kata Arab
yang diambil dari kata kerja nataqa yang berarti berkata atau berucap Dalam
kehidupan sehari-hari kita sering mendengar ungkapan serupa : alasannya tidak
logis, argumentasinya logis, kabar itu tidak logis. Yang dimaksud dengan logis
adalah masuk akal, dan tidak logis adalah sebaliknya.

Logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang


digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.
Kata logika pertama kali dipergunakan oleh Zeno dari Citium.Logika
mempelajari hukum-hukum, patokan-patokan dan rumus-rumus berpikir.
Logika menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan
terpelajar serta bertujuan mendapatkan kebenaran, terlepas dari segala
kepentingan dan keinginan perorangan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, logika merupakan

1) pengetahuan tentang kaidah berpikir,


2) jalan pikiran yang masuk akal.

Menurut Munir Fuadi logika berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti
kebenaran atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah
suatu bentuk pemikiran. Kelsen memandang ilmu hukum adalah pengalaman
logical suatu bahan di dalamnya sendiri adalah logikal . Ilmu hukum adalah
semata-mata hanya ilmu logikal. Ilmu hukum adalah bersifat logikal
sistematikal dan historikal dan juga sosiologikal .

Logika hukum (legal reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti
sempit. Dalam arti luas, logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis
yang dialami hakim dalam membuat suatu penalaran dan putusan hukum.
Logika hukum dalam arti sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap
suatu putusan hukum, yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model
argumentasi, ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan.
Munir Fuady menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh
hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya; pertama, prinsip eksklusi,
adalah suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah putusan
independen dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang,
karenanya mereka dapat mengidentifikasi sistem. Kedua, prinsip subsumption,
adalah prinsip di mana berdasarkan prisip tersebut ilmu hukum membuat suatu
hubungan hierarkhis antara aturan hukum yang bersumber dari legislatif
superior dengan yang inferior. Ketiga, prinsip derogasi, adalah prinsip-prinsip
yang merupakan dasar penolakan dari teori terhadap aturan-aturan yang
bertentangan dengan aturan yang lain dengan sumber yang lebih superior.
Keempat, prinsip kontradiksi, adalah adalah prinsip-prinsip yang merupakan
dasar berpijak bagi teori hukum untuk menolak kemungkinan adanya
kontradiksi di antara peraturan yang ada.3

Dapat dikatakan bahwa pengertian dari logika hukum (legal reasoning)


adalah penalaran tentang hukum yaitu pencarian “reason” tentang hukum atau
pencarian dasar tentang bagaimana seorang hakim memutuskan perkara/ kasus
hukum, seorang pengacara mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang
ahli hukum menalar hukum.

Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum
yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan
hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus
pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan
memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.

Logika hukum berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti kebenaran


atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah suatu bentuk
dari pemikiran. Penalan tersebut bergerak dari suatu proses yang dimulai dari
penciptaan konsep (conceptus), diikuti oleh pembuatan pernyataan
(propositio),kemudian diikuti oleh penalaran (ratio cinium, reasoning)
3
Munir Fuady, Dinamika Teori Hukum, (Bogor: Ghalia Indonesia 2010).
Bagi para hakim logika hukum ini berguna dalam mengambil pertimbangan
untuk memutuskan suatu kasus. Sedangkan bagi para praktisi hukum logika
hukum ini berguna untuk mencari dasar bagi suatu peristiwa atau perbuatan
hukum dengan tujuan untuk menghindari terjadinya pelanggaran hukum di
kemudian hari dan untuk menjadi bahan argumentasi apabila terjadi sengketa
mengenai peristiwa ataupun perbuatan hukum tersebut. Bagi para penyusun
undang-undang dan peraturan, logika hukum ini berguna untuk mencari dasar
mengapa suatu undang-undang disusun dan mengapa suatu peraturan perlu
dikeluarkan. Sedangkan bagi pelaksanan, logika hukum ini berguna untuk
mencari pengertian yang mendalam tentang suatu undang-undang atau peraturan
agar tidak hanya menjalankan tanpa mengerti maksud dan tujuannya.

Arti penting logika juga dipaparka oleh A. Soeteman dan P.W


Brouwer,diman satu dalil yang kuat adalah suatu argumentasi yang dibangun
atas dasar logika engan kata lain agar suatu keputusan dapat diterima adalah
berdasarkan proses nalar yang sesuai dengan sisitem logika formal yang
merupakan syarat muntlak.

Apakah kekhususan argumentasi hukum? Ada dua hal yang mendasar yang
pertama adalah setiap pengacara atau hakim tidaklah berargumentasi dari
keadaann yan hampa pastilah dimulai dari hukum positif,dari suatu hukum
positifpara yuridis akan menemukan suatu norma-norma yang baru yang
nantinya dari asas-asas tersebut dapat mengambil keputusan-keputusan yang
baru. Kekhusussan yang kedua adalah bahwa argumentasi hukum berkaitan
dengan kerangka procedural yang didalamnya berlangsung argumentasi rasional
dan diskusi rasioanal.

Hukum sendiri mempunyai lapisannya yang dikemukakan oleh E.T Feteris


yakni:
a. Lapisan logika,lapisan ini merupakan bagian dari logika tardisional. Isu
yang muncul adalah berkaitan dengan premis-premis yang digunakan
untuk menarik suatu kesimpulan misalnya deduksi dan induksi.
b. Lapisan dialektik, lapisan ini membandingakan argumentasi baik yang
pro dan kontra yang berdebat dan hingga pada akhirnya tidak
menemukan jawaban karena sama-sama kuat.Lapisan procedural, lapisan
ini menetukan bagaimana procedural yang ada bilaman seseoarang
berdebat dengan orang lainnya yang ditetapkan dengan syarat-syrat
procedural yang rasioanal dan syrat sengketa yang jelas.

Tentang legal reasoning digunakan dalam dua arti yakni luas dan sempit.
Dalam arti yang luas adalah proses psikologi yang dilakukan oleh hakim sampai
pada keputusan atas kasus yang dihadapinya, jadi studinya adalah aspek
psikologi dan biographi. Sedangkan dalam arti yang sempit adalah argumentasi
yang melandasi suatu keputusan, jadi studinya adalah kajian logika suatu
keputusan.

Tipe argumentasi sendiri dibedakan menurut bentuk atau struktur dan dari
jenis-jenis alasan yang digunakan. Sedangkan jenis - jenis logika dibedakan atas
argumentasi deduksi dan non deduksi.

Argumentasi hukum merupakan pencerminan seseorang yuris sampai mana


ia mengetahui atau menguasai hukum itu sendiri. Jadi para yuris haruslah
memilki suatu argumentasi hukum yang masuk akal atau sesuai dengan aturan
dan rasional.

Namun ada kalanya saat ini para yuris yang ahli berargumen membawa
argumentasi kearah yang membigungkan untuk tujannya pribadi ataupun
kepentingan kelompoknya. Ini bisa dilihat dari debat - debat hukum yang
ditayangkan dimedia massa kebanyakan dari mereka berargumen demi
kepentingan kelompoknya bahkan buka suatu solusi yang didapatkan malah
melemparkan kembali masalah yang baru.
Inilah yang seharusnya kembali direnungkan oleh para yuris dalam
berargumen karena mereka haruslah ingat akan etika dan tanggung jawab
profesi yang mereka pegang. Selain itu diharapkan pula bagaimana para yuris
dinegeri ini mampu memberikan suatu contoh yang baik dalam tata cara
berargumen. Sehingga nantinya argument yang baik akan menjadi cerminan
bagaimana pendidikan, tingkat intelektual dan kecerdasan suatu bangsa dalam
menghadapi masalah yang ada.4

4
Ariwibowo Adityo, Logika Hukum, (Yogyakarta: Rineka Cipta 2014), hlm.77.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
1. Logika terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. logika makna luas dan makna sempit

Dalam arti sempit, istilah yang dimaksud dipakai seperti dengan logika
deduktif dan logika formal, sedangkan dalam arti yang lebih luas pemakaiannya
mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana sistem - sistem
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai
logika itu sendiri.

b. logika deduktif dan logika induktif

Logika dedkuktif yaitu logika yang mempelajari asas - asas penalaran yang
bersifat deduktif, sedangkan logika induktif merupakan ragam logika yang
mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus
sampai pada suatu kesimpulan umum.

c. logika formal dan logika material

Logika formal bisa dikatakan sebagai suatu bagian dari logika deduktif
yakni sebagian yang bertalian dengan perbincangan - perbincangan yang sah
menurut bentuknya bukan menurut isinya, sedangkan logika material
mempelajari sumber - sumber dan asalnya pengetahuan, alat - alat pengetahuan,
proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metodei ilmu
pengetahuan itu

d. logika murni dan logika terapan

Logika murni merupakan suatu pengetahuan mengenai asas dan aturan


logika yang berlaku umum pada semua segi dan bagian dari pernyataan tanpa
mempersoalkan arti khusus dalam suatu cabang ilmu, sedangkan logika terapan
adalah pengetahuan logika yang diterpkan dalam setiap cabang ilmu, bidang
filsafat, dan juga dalam pembicaraan yang mempergunakan bahasa sehari-hari

e. Logika filsafati dan logika matematik

Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika
yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,
sedangkan logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah
penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik.

2. Logika hukum (legal reasoning) adalah penalaran tentang hukum yaitu


pencarian “reason” tentang hukum atau pencarian dasar tentang bagaimana
seorang hakim memutuskan perkara/ kasus hukum, seorang pengacara
mengargumentasikan hukum dan bagaimana seorang ahli hukum menalar
hukum. kepastian dapat mengandung beberapa arti, yakni adanya kejelasan,
tidak menimbulkan multitafsir, tidak menimbulkan kontradiktif, dan dapat
dilaksanakan. Adanya logika hukum dapat memberikan keselarasan para yuris
dalam menafsirkan hukum dan melakukan penalaran terhadap suatu persoalan
hukum. Hal ini secara tidak langsung juga akan membantu mewujudkan adanya
kepastian hukum.
DAFTAR PUSTAKA

Mujahiddin, Ahmad. Logika Hukum. Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2007.

Fuady, Munir. Dinamika Teori Hukum. Bogor, Ghalia Indonesia 2010.

Jaudi, La. Argumentasi Tentang Penerapan Tiga Nilai dasar Hukum Dalam
Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2013.

Ariwibowo, Adityo. Logika Hukum. Yogyakarta, Rineka Cipta 2014.

Anda mungkin juga menyukai