Disusun Oleh:
2019
Kata Pengantar
Dengan mengucapkan puji syukur alhamdulillah kepada Allah SWT karena atas
pemberian rahmat dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Peranan
Logika Dalam Ilmu Hukum”, makalah ini di buat dalam rangka nilai dan sebagai bahan
informasi untuk para pembaca.
Dalam penyusunan makalah ini saya menyadari bahwa dalam pembahasan masih
banyak terdapat kekurangan baik dalam bidang ilmu pengetahuan maupun dalam penulisan
kalimat. Walaupun demikian saya telah berusaha semaksimal mungkin supaya dapat
mencapai sasaran penulisan makalah.
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan para
pembaca umumnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Aktivitas berpikir sebagai penalaran manusia mempunyai ciri utama sebagai suatu
pola berpikir yang secara luas disebut logika. Dalam mempelajari pola berpikir yang
luas dalam logika itulah dibutuhkan terlebih dahulu tentang apa itu logika dan ruang
lingkupnya karena hal ini akan membantu dasar pemikiran yang berdasarkan penalaran
yang logis dan kritis. selain berguna bagi sarana ilmu, penalaran yang logis dan kritis
ini juga yang nantinya akan mambantu pemahaman bagi semua ilmu, karena penalaran
yang logis, kritis, dan sistematis inilah yang menjadi salah satu syarat sifat ilmiah.
Salah satu tujuan dari adanya hukum adalah untuk menciptakan kepastian hukum
bagi masyarakat. Kepastian hukum tersebut akan menimbulkan penggunaan hukum
yang jelas, pasti dan konsisten.
Dari uraian di atas nampaknya terdapat hubungan yang berkaitan antara logika
hukum dan kepastian hukum. Untuk itu penyusun ingin membahas bagaimanakah
hubungan logika hukum dengan kepastian hukum.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang menjadi pembahasan dalam masalah ini yaitu:
Menurut John C Cooley, The Liang Gie membagi logika dalam arti yang
luas dan dalam arti yang sempit. Dalam arti yang sempit, istilah dimaksud
dipakai sepe rti dengan logika deduktif atau logika formal, sedangkan arti
yang lebih luas, pemakaiannya mencakup kesimpulan dari berbagai bukti
dan bagaimana sistem -sistem penjelasan disusun dalam ilmu alam serta
meliputi pula pembahasan mengenai logika itu sendiri.
Dalam arti luas, logika juga dapat dipakai untuk menyebut tiga cabang
filsafat sekaligus, seperti yang pernah dilakukan oleh piper dan ward berikut
ini.
Menurut Munir Fuadi logika berfungsi sebagai suatu metode untuk meneliti
kebenaran atau ketepatan dari suatu penalaran, sedangkan penalaran adalah
suatu bentuk pemikiran. Kelsen memandang ilmu hukum adalah pengalaman
logical suatu bahan di dalamnya sendiri adalah logikal . Ilmu hukum adalah
semata-mata hanya ilmu logikal. Ilmu hukum adalah bersifat logikal
sistematikal dan historikal dan juga sosiologikal .
Logika hukum (legal reasoning) mempunyai dua arti, yakni arti luas dan arti
sempit. Dalam arti luas, logika hukum berhubungan dengan aspek psikologis
yang dialami hakim dalam membuat suatu penalaran dan putusan hukum.
Logika hukum dalam arti sempit, berhubungan dengan kajian logika terhadap
suatu putusan hukum, yakni dengan melakukan penelaahan terhadap model
argumentasi, ketepatan dan kesahihan alasan pendukung putusan.
Munir Fuady menjelaskan bahwa logika dari ilmu hukum yang disusun oleh
hukum mencakup beberapa prinsip diantaranya; pertama, prinsip eksklusi,
adalah suatu teori yang memberikan pra anggapan bahwa sejumlah putusan
independen dari badan legislatif merupakan sumber bagi setiap orang,
karenanya mereka dapat mengidentifikasi sistem. Kedua, prinsip subsumption,
adalah prinsip di mana berdasarkan prisip tersebut ilmu hukum membuat suatu
hubungan hierarkhis antara aturan hukum yang bersumber dari legislatif
superior dengan yang inferior. Ketiga, prinsip derogasi, adalah prinsip-prinsip
yang merupakan dasar penolakan dari teori terhadap aturan-aturan yang
bertentangan dengan aturan yang lain dengan sumber yang lebih superior.
Keempat, prinsip kontradiksi, adalah adalah prinsip-prinsip yang merupakan
dasar berpijak bagi teori hukum untuk menolak kemungkinan adanya
kontradiksi di antara peraturan yang ada.3
Logika hukum dikatakan sebagai suatu kegiatan untuk mencari dasar hukum
yang terdapat di dalam suatu peristiwa hukum, baik yang merupakan perbuatan
hukum (perjanjian, transaksi perdagangan, dll) ataupun yang merupakan kasus
pelanggaran hukum (pidana, perdata, ataupun administratif) dan
memasukkannya ke dalam peraturan hukum yang ada.
Apakah kekhususan argumentasi hukum? Ada dua hal yang mendasar yang
pertama adalah setiap pengacara atau hakim tidaklah berargumentasi dari
keadaann yan hampa pastilah dimulai dari hukum positif,dari suatu hukum
positifpara yuridis akan menemukan suatu norma-norma yang baru yang
nantinya dari asas-asas tersebut dapat mengambil keputusan-keputusan yang
baru. Kekhusussan yang kedua adalah bahwa argumentasi hukum berkaitan
dengan kerangka procedural yang didalamnya berlangsung argumentasi rasional
dan diskusi rasioanal.
Tentang legal reasoning digunakan dalam dua arti yakni luas dan sempit.
Dalam arti yang luas adalah proses psikologi yang dilakukan oleh hakim sampai
pada keputusan atas kasus yang dihadapinya, jadi studinya adalah aspek
psikologi dan biographi. Sedangkan dalam arti yang sempit adalah argumentasi
yang melandasi suatu keputusan, jadi studinya adalah kajian logika suatu
keputusan.
Tipe argumentasi sendiri dibedakan menurut bentuk atau struktur dan dari
jenis-jenis alasan yang digunakan. Sedangkan jenis - jenis logika dibedakan atas
argumentasi deduksi dan non deduksi.
Namun ada kalanya saat ini para yuris yang ahli berargumen membawa
argumentasi kearah yang membigungkan untuk tujannya pribadi ataupun
kepentingan kelompoknya. Ini bisa dilihat dari debat - debat hukum yang
ditayangkan dimedia massa kebanyakan dari mereka berargumen demi
kepentingan kelompoknya bahkan buka suatu solusi yang didapatkan malah
melemparkan kembali masalah yang baru.
Inilah yang seharusnya kembali direnungkan oleh para yuris dalam
berargumen karena mereka haruslah ingat akan etika dan tanggung jawab
profesi yang mereka pegang. Selain itu diharapkan pula bagaimana para yuris
dinegeri ini mampu memberikan suatu contoh yang baik dalam tata cara
berargumen. Sehingga nantinya argument yang baik akan menjadi cerminan
bagaimana pendidikan, tingkat intelektual dan kecerdasan suatu bangsa dalam
menghadapi masalah yang ada.4
4
Ariwibowo Adityo, Logika Hukum, (Yogyakarta: Rineka Cipta 2014), hlm.77.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
1. Logika terbagi menjadi beberapa bagian, diantaranya:
a. logika makna luas dan makna sempit
Dalam arti sempit, istilah yang dimaksud dipakai seperti dengan logika
deduktif dan logika formal, sedangkan dalam arti yang lebih luas pemakaiannya
mencakup kesimpulan dari berbagai bukti dan bagaimana sistem - sistem
penjelasan disusun dalam ilmu alam serta meliputi pula pembahasan mengenai
logika itu sendiri.
Logika dedkuktif yaitu logika yang mempelajari asas - asas penalaran yang
bersifat deduktif, sedangkan logika induktif merupakan ragam logika yang
mempelajari asas penalaran yang betul dari sejumlah sesuatu yang khusus
sampai pada suatu kesimpulan umum.
Logika formal bisa dikatakan sebagai suatu bagian dari logika deduktif
yakni sebagian yang bertalian dengan perbincangan - perbincangan yang sah
menurut bentuknya bukan menurut isinya, sedangkan logika material
mempelajari sumber - sumber dan asalnya pengetahuan, alat - alat pengetahuan,
proses terjadinya pengetahuan, dan akhirnya merumuskan metodei ilmu
pengetahuan itu
Logika filsafati dapat digolongkan sebagai suatu ragam atau bagian logika
yang masih berhubungan erat dengan pembahasan dalam bidang filsafat,
sedangkan logika matematik merupakan suatu ragam logika yang menelaah
penalaran yang benar dengan menggunakan metode matematik.
Jaudi, La. Argumentasi Tentang Penerapan Tiga Nilai dasar Hukum Dalam
Masyarakat. Yogyakarta, Pustaka Pelajar 2013.