Anda di halaman 1dari 10

Sejarah dan manfaat logika

DOSEN PEMBIMBING

Larif Subandi,S.Pd.M.Pd

DISUSUN OLEH

Pitri Nopiliensih

PROGRAM STUDI : PSIKOLOGI ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM ACEH TAMIANG

TAHUN AJARAN 2023-2024

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT,Tuhan semesta alam atas segala nikmat dan
karunia sehingga kami dapat menyelesaikan masalah ini dengan sebaik-
baiknya,sebagai salah satu tugas untuk mengikuti perkuliahan logika.Tujuan
penyususunan makalah ini adalah untuk mengetahui tentang SEJARAH DAN
MANAFAAT LOGIKA.Penyusunan makalah ini diharapkan dapat bermanfaat
untuk kita semua.Saran dan masukan untuk perbaikan makalah ini kami terima
dengan senang hati dan sukses untuk kita semua.

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar belakang

B.Tujuan makalah

C.Manfaat

BAB II PEMBAHASAN

A.Apa Pengertian logika

B.Apa sejarah dan manfaat logika

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kata logika atau logis sangat akrab dengan kita. Kita sering berbicara tentang prosedur yang logis
sebagai lawan dari prosedur yang tidak logis, penjelasan yang logis sebagai lawan dari penjelasan
yang tidak logis, pikiran yang logis sebagai lawan dari pikiran yang tidak logis, tindakan yang logis
sebagai lawan dari tindakan yang tidak logis. Dalam contoh – contoh tersebut kata logis dipakai
dalam arti yang sama dengan masuk akal, dapat dimengerti. Untuk mengerti apa sesungguhnya
logika, kita harus mempelajarinya secara teratur dan sistematis. Mempelajari logika berarti
mempelajari metode – metode dan prinsip – prinsip yang dipakai untuk membedakan penalaran
yang tepat (valid) dari penalaran yang tidak tepat (valid). Itu tidak berarti bahwa mempelajari logika
merupakan satu – satunya cara yang membuat orang bernalar secara tepat. Akan tetapi, orang yang
telah mempelajari logika lebih mungkin bernalar secara tepat daripada kalau tidak mempelajari
logika.

2.RUMUSAN MASALAH

Dari uraian latar belakang di atas mengenai gambaran umum logika, maka pemakalah merumuskan
beberapa masalah dintaranya yaitu:

1. Apa definisi logika?

2. Apa sajakah objek dari logika?

3. Bagaimanakah sejarah perkembangan logika?

4. Apakah manfaat mempelajari logika?

BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Logika

Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang berarti “kata” atau “pikiran yang
benar” (Hasbullah Bakry : 1981, 15). Disisi lain mengatakan, Logika berasal dari bahasa Latin yakni
kata Logos yang berarti “perkataan” atau “sabda” (K. Prent C.M, J. Adisubrata, dan W.J.S
Poerwadarminta: 1969, hlm. 501). Menurut Poedjawijatana, logika adalah “filsafat berpikir”. Yang
berpikir itu manusia dan berpikir itu merupakan tindakan manusia. Tindakan ini mempunyai tujuan,
yaitu untuk tahu (Poedjawijatana, 1992: 9).

Sedangkan dalam bahasa Arab , Logika disebut Ilmu Mantiq dari kata dasar nataqa yang berarti
berbicara atau berucap (Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir: 1984, hlm. 1531, Al-Ma’luf,1986,
hlm. 816). Menurut Ibnu Khaldun, bahwa Ilmu Mantiq (logika) merupakan undang-undang yang
dapat dipergunakan untuk mengetahui pernyataan yang benar dari pernyataan yang salah (Ibnu
Khaldun: 2000, hlm. 474). Prof. Thaib Thohir A. Mu’in mendefinisikan Ilmu Mantiq sebagai ilmu yang
dipergunakan untuk menggerakkan pikiran kepada jalan yang lurus dalam memperoleh suatu
kebenaran (Thaib Thahir A. Mu’in: 1966, hlm. 16). Tidak ketinggalan Irving M. Copi juga
mendefinisikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang
digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah (Irving M. Copi: 1978,
hlm. 3).
Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan hakikat ketepatan, cara meyusun
pikiran yang dapat menggambarkan ketepatan pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan
kebenaran sesuatu yang dipikirkan tetapi membatasai diri pada ketetapan susunan berpikir
menyangkut pengetahuan. Jadi, Logika mempersyaratkan kebenaran, bukan wacana
kebenarannya. Dan bidang perhatian dan tugas logika adalah menyelidiki penalaran yang tepat,
lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat. Demikian bahwa
Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan pada berpikir atau bernalar dengan
teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh suatu kebenaran serta
membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang salah.

2. Objek Kajian Logika

Dalam pembahasan sebelumnya logika memperbicangkan hakikat dan menyelidiki penalaran yang
tepat, lurus, dan semestinya sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat. Logika
menyelidiki, menyaring dan menilai pemikiran dengan cara serius dan terpelajar serta bertujuan
mendapatkan kebenaram, terlepas dari segala kepentingan dan keinginan perorangan. Setiap ilmu
pengetahuan pasti mempunyai objek.

Objek adalah sesuatu yang merupakan bahan atau sasaran dari penelitian atau pembentukan
pengetahuan. Dilihat dari segi objeknya, objek logika ada dua yaitu objek material (Mantiq As-
Suwari) dan objek formal (Mantiq Al-Maddi). Objek material adalah suatu bahan yang menjadi
tinjauan penelitian atau pembentukan pengetahuan, yang diselidiki, dipandang, atau disorot oleh
suatu disiplin ilmu. Sedangkan objek formal adalah sudut pandang yang ditujukan pada bahan dari
penelitian atau pementukan pengetahuan itu, atau dari sudut pandang apa objek materia itu
disoroti (Surajiyo, 1005: 11).

Oleh karena yang berpikir itu manusia, maka yang menjadi objek atau lapangan penyelidikan logika
secara materia (sebagai sasaran umum) ialah manusia itu sendiri. Tetapi manusia ini disoroti dari
sudut tertentu (secara khusus) sebagai objek forma, ialah budinya (Poedjawijatana, 1992: 14). Cara
pemikiran dalam objek-objek logika secara radikal dibagi menjadi dua. Cara pertama disebut berpikir
deduktif (umum ke khusus) dipergunakan dalam Logika Forma yang mempelajari dasar-dasar
persesuaian (tidak adanya pertentangan) dalam pemikiran dengan mempergunakan hukum-hukum,
rumus-rumus dan patokan – patokan yang benar. Cara kedua, berpikir induktif (khusus ke umum)
dipergunakan dalam Logika Materia, yang mempelajari dasar-dasar persusaian pikiran dengan
kenyataan. Logika Materia menilai hasil pekerjaan Logika Forma dan menguji benar tidaknya dengan
kenyataan empiris.

Secara garis besar, objek bahasan - bahasan logika (mabahis ilm al-mantiq), dapat dikelompokkan
menjadi tiga aspek, yaitu bahasan ‘kata-kata’ (al-alfadh), bahasan proposisi (al-qadliyah) dan
bahasan pemikiran atau penalaran (al-istidlal). Sesuai dengan objek bahasan logika, pertama-tama
yang harus dipelajari adalah bahasan kata-kata, kemudian bahasan proposisi dan diakhiri bahasan
penalaran. Karena tidak mungkin seseorang dapat melakukan penalaran atau berpikir tanpa
mengetahui proposisi suatu kegiatan berpikir, begitu juga tidak mungkin mengetahui proposisi
berpikir tanpa mengetahui kata-kata yang sesuai. Tujuan yang paling utama dari pelajaran ilmu
mantiq (logika) adalah tentang al-istidlal (penalaran), tetapi sesungguhnya penalaran itu tersusun
dari beberapa kata-kata

3. Sejarah logika

Menurut sejarah, dasar – dasar ilmu mantik (logika) sudah dipelajari semenjak zaman Luqman Hakim
atau zaman Nabi Daud As. Dari Luqman hakim turun kepada filosof Benduples, kemudian turun
kepada filosof Sabqarates dan Baqrates, lalu turun kepada Aflathun, dan akhirnya sampai kepada
filosof Aristoteles yang dikenal sebagai bapak logika. Logika merupakan cabang dari llmu filsafat,
maka sejarah lahirnya logika tidak bisa lepas dari bagaimana filsafat itu muncul. Filsafat pertama kali
muncul di yunani, yaitu pada abad ke 6 SM. Pada waktu itu orang - orang Yunani mulai kritis
terhadap alam sekitar dan mulai memikirkan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Merekalah orang
– orang yang berusaha keras menganalisis dan menyusun kaidah – kaidah berpikir agar terhindar
dari kesalahan dalam membuat kesimpulan.

Sejarah singkat logika dari masa pertumbuhannya hingga kurun perkembangannya.

a. Dunia Yunani Tua

Menurut sebagian kisah sejarah Zeno dari Citium (±340-265) disebutkan bahwa yang pertama kali
menggunakan istilah logika adalah tokoh Stoa. Meskipun demikian, akar logika sudah terdapat
dalam pikiran dialektis para filsuf mazhab Elea. Mereka telah melihat masalah identitas dan
perlawanan asas dalam realitas. Tetapi kaum Sofis-lah yang menjadikan pikiran manusia sebagai titik
pemikiran secara eksplisit.

Sokrates (470-399) dengan metodenya ironi dan maieutika, de facto mengembangkan metode
induktif. Dalam metode ini dikumpulkan contoh dan peristiwa konkret untuk kemudian dicari ciri
umumnnya. Plato mengumumkan metode Sokrates tersebut menjadi teori ide, yaitu teori Dinge an
sich. Menurut Plato, ide adalah bentuk mulyajadi atau model yang bersifat umum dan sempurna
yang disebut prototypa, sedangkan benda individual duniawi hanya merupakan bentuk tiruan yang
tidak sempurna, yang disebut ectypa. Gagasan plato ini banyak memberikan dasar pada logika,
terutama pada masalah ideogenesis dan masalah penggunaan bahasa dalam pemikiran. Akan tetapi
logika yang ilmiah sesungguhnya baru terwujud berkat karya Aristoteles (384-322). Ia-lah Ahli pikir
yang mempelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya. Ia menghimpun dasar – dasar ilmu
mantiq agar tidak punah sebab sulitnya ilmu ini. Maka dari itu ia dipandang sebagai peletak ilmu
mantiq (logika) dalam sejarah.

Karya Aristoteles tentang logika, kemudian diberi nama To Organon oleh muridnya yang bernama
Andronikos dan Rhodos. Karya Aristoteles mencakup: Kategoria (mengenai logika istilah dan
predikasi), Peri Hermeneis (tentang logika proposisi), Analytica Protera ( tentang silogisme dan
pemikiran), Analytica Hystera (tentang pembuktian), Topica ( tentang metode berdebat), Peri
Sophistkoon Elechoon ( tentang kesalahan berpikir). Pola ini hingga kini masih digunakan oleh
kebanyakan penulis jika berbicara tentang logika.
Setelah masa Aristoteles, logika diteruskan oleh muridnya, yaitu Theopratus dan Porphyrius.
Keduanya berperan penting dalam kemajuan logika. Theopratus memimpin aliran peripatetic
(warisan gurunya). Ia menyumbangkan pemikiran tentang pengertian yang mungkin dan sifat asasi
dari setiap kesimpulan (harus mengikuti pangkal terlemah dalam berpikir). Maksud dari pengertian
yang mungkin adalah pengertian yang tidak mengandung kontradiksi atau pertentangan dalam
dirinya. Sedangkan Porphyrtius adalah ahli pikir dari Iskandariyah yang amat terkenal dalam bidang
logika. Ia telah menambahkan satu bagian baru dalam pelajaran baru dalam logika, yaitu eisagogy.
Eisagogy membahas tentang lingkungan zat dan sifat di dalam alam yang sering disebut klasifikasi.

b. Dunia Abad Pertengahan

Pada mulanya, yaitu pada tahun 1141, pembahasan logika hanya berkisar pada karya Aristoteles
yang berjudul Kategoria dan Peri Hermeneias. Karya Aristoteles tersebut bersama Eisagogen karya
Porphyrius biasa disebut logika lama. Baru sesudah tahun 1141, keempat karya Aritoteles lainnya
dikenal lebih luas oleh masyarakat. Keempat karya tersebut disebut dengan logika baru. Logika lama
dan logika baru kemudian disebut sebagai logika antik. Di dalam logika ini ditunjuk pentingnya
pendalaman tentang suposis, untuk menerangkan kesesatan logis, dan tekanan terletak pada ciri –
ciri term sebagai simbol tata bahasa dari konsep – konsep.

Pada abad XIII – XV berkembanglah logika modern. Tokohnya adalah Petrus Hispanus, Roger Bacon,
W. Ockham, dan Raymond Lullus yang menemukan metode logika baru yang disebut Ars
Magna, yakni semacam aljabar pengertian dengan tujuan untuk membuktikan kebenaran –
kebenaran tertinggi.

Abad pertengahan mencatat bebagai pemikiran yang sangat penting bagi perkembangan logika.
Karya Boethius yang orisinil di bidang silogisme hipotesis berpengaruh bagi perkembangan teori
konsekuensi yang merupakan salah satu hasil terpenting dari logika. Munculnya teori suposisi,
adanya diskusi tentang universalia, munculnya logika hubungan, penyempurnaan teori silogisme,
penggarapan logika modal, dan yang lainnya penyempurnaan teknis.

c. Dunia Modern

Logika Aristoteles, selain mengalami perkembangan yang murni, juga dilanjutkan oleh sebagian
pemikir, tetapi dengan penekanan – penekanan yang berbeda. Meskipun mengikuti tradisi
Aristoteles, Thomas Hobbes (1588 – 1679) dan John Locke (1632 – 1704) doktrin – doktrinnya dalam
logika sangat dikuasai oleh paham nominalisme. Pemikiran dipandang sebagai suatu proses
manipulasi tanda – tanda verbal dan mirip operasi – operasi dalam matematika. Kedua tokoh ini
memberikan interpretasi tentang kedudukan bahasa di dalam pengalaman.

Diantara tokoh lain yang berperan dalam perkembangan logika pada era ini adalah Francis Bacon
(London, 1620) dengan karyanya Novum Organum yang membahas tentang logika fisika induktif
murni, Rene Decartes (1637) dengan karyanya Discours de la Methode yang membahas tentang
logika matematika deduktif murni, Gottfried Wilhelm Leibniz (1646 – 1716) dengan rencana calculus
universalnya yang mendasari munculnya logika simbolis, John Stuart Mill (1806 – 1873) dengan
karyanya System of Logic yang membahas tentang logika induktif dan Henry Newman (1870) dengan
karyanya Essay i Aid of a Grammar of Assent yang meganalisis fenomenologis yang tajam tentang
pikiran manusia.
Selama abad ke-20, banyak karya dalam bidang logika memfokuskan perhatian pada formalitas
sistem logika dan pada pertanyaan tentang kekomplitan dan konsistensi sistem – sistem tersebut.
Suatu teori yang terkenal, yang dikemukakan oleh Kurt Goedel (1906-1978), menyatakan bahwa
dalam sistem formal apa pun yang memadai bagi sejumlah teori terdapat suuatu formula yang tidak
dapat ditentukan, yaitu semacam formula, bukan formula itu bukan juga negasinya yang dapat di
asalkan dari aksioma – aksioma dari sistem itu. Perkembangan – perkembangan lain mencakup
logika multi nilai dan formalisasi logika modal. Yang paling mutakhir, logika berandil besar bagi
teknologi dengan menyediakan fondasi konseptual bagi sirkuit elektronik komputer – komputer
digital.

d. Perkembangan Logika dalam Islam

Logika mulai berkembang dalam dunia islam sejak adanya kegiatan penerjemahan buku – buku oleh
para ilmuan Islam. Pada saat itu upaya untuk mengembangkan logika terlihat dari upaya beberapa
penerjemah yang menyalin buku – buku karya Aristoteles kedalam bahasa arab. Diantara tokoh yang
berperan adalah Johana bin Pafk yang menyalin buku Aristoteles menjadi Manqulatul Assyarat li
Aristu, Ibn Sikkit Jakub Al-Nahwi yang memberi komentar dan tambahan dalam bukunya Ishlah Fil
Mantiq, Jakub bin Ishaq Al-Kindi menyalin bagian – bagian logika Aristoteles dan memberi komentar
satu persatu.

Al-Farabi juga telah melakukan penerjemahan secara menyeluruh karya Aristoteles. Ia menguasai
bahasa Yunani tua (Greek), sehingga mampu mengulas dan mengomentari karya Aristoteles. Oleh
karena itu ia disebut sebagai guru kedua Aristoteles.

Ahli pikir muslim yang juga ikut mengembangkan logika adalah Abu Abdillah al-Khawarizmi, yang
telah menciptakan aljabar serta buku Mafaatihul Ulum fil Mantiqi yang berisi komentar tentang
logika.

Ibnu Sina juga membahas tentang logika sebagaimana terdapat pada salah satu bagian bukunya
yaitu As-Syifa. Ia juga membahas secara spesifik tentang logika pada bukunya yang berjudul Isyarat
Wal Tanbibat fil-Mantiqi.

Pada abad ke-14 muncul reaksi terhadap ilmu logika orang yang belajar logika dianggap terlalu
memuja akal dalam mencari kebenaran. Ahmad Ibnu Taimiah menentang logika melalui karyanya
yang berjudul Fasbibtu ahlil-Iman fil-roddi ‘ala Mantiqi Yunani (ketangkasan pendukung keimanan
menangkis logika Yunani). Adapun Sa’aduddin Al-Taftazani (1322-1389M) mengharamkan bagi orang
yang mempelajari logika.

Setelah runtuhnya kejayaan Islam di Andalusia pada pertengahan abad ke-15, perkembangan logika
semakin meredup. Hingga abad ke-20 hanya beberapa tokoh saja yang mahir dalam logika,seperti
Ibnu Khaldun, Al-Duwani, dan Al-Akhdari. Diantara karya logika yang banyak dipakai sebagai
pelajaran dasar logika di dunia Islam, termasuk Indonesia adalah karya Al-Akhdari, yaitu Sullam Al-
Munauraqi fil Mantiqi. Namun demikian jiwa semangat untuk mempelajari logika mulai bangkit lagi
pada abad ke-20 dengan munculnya gerakan pembaharuan Islam di Mesir yang dipelopori oleh
Jamaluddin Al-Afgani dan Muhammad Abduh.
4. Manfaat mempelajari logika

Banyak sekali kegunaan dan kentungan yang kita peroleh jika kita mempelajari logika, diantara
manfaat itu ialah:

1. Membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran
dan menghindari kekeliruan. Logika sebagai ilmu yang banyak menyajikan dalil – dalil dan hukum
berpikir logis. Logika adalah ilmu normatif, karena logika membicarakan tentang berpikir
sebagaimana seharusnya bukan sebagaimana adanya dalam ilmu – ilmu positif, seperti fisika,
psikologi, dan sebagainya. Dengan berpikir sebagaimana seharusnya, ini berarti logika memberikan
syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam berpikir untuk mencapai gagasan tentang kebenaran.

2. Mendidik manusia bersikap objektif, tegas, dan berani; suatu sikap yang dibutuhkan dalam
segala suasana dan tempat. Itu karena logika menyampaikan kepada berpikir benar, lepas dari
pelbagai prasangka, emosi, dan keyakinan seseorang.

3. Melatih kekuatan akal pikiran dan perkembangannya dengan latihan dan selalu membahas
dengan metode – metode berpikir.

4. Akal menjadi semakin tajam dan tinggi kemampuannya dalam hal imajinasi logis. Imajinasi logis
adalah kemampuan akal untuk menggambarkan kemungkinan terjadinya sesuatu sebagai keputusan
akal yang benar dan runtut

5. Dapat meletakkan sesuatu tepat pada tempatnya dan melaksanakan pekerjaan tepat pada
waktunya.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan pada berpikir atau bernalar dengan
teliti dan teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh suatu kebenaran serta
membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang salah. Pemikiran manusia adalah objek materia
logika dan patokan – patokan atau hukum – hukum berpikir benar adalah objek formal logika.
Aristoteles adalah ahli pikir yang mempelopori perkembangan logika sejak awal lahirnya. Ia
menghimpun dasar – dasar ilmu mantiq agar tidak punah sebab sulitnya ilmu ini. Maka dari itu ia
dipandang sebagai peletak ilmu mantiq (logika) dalam sejarah. Diantara kegunaan dari logika adalah
membantu manusia berpikir lurus, efisien, tepat, dan teratur untuk mendapatkan kebenaran dan
menghindari kekeliruan.

2. Saran

Demi terciptanya pemahaman dan penerapan yang baik terhadap logika dalam kehidupan sehari –
hari, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaanya yaitu:

1. Pahami pengertian atau definisi dari logika secara baik dan benar, jangan sampai keliru
menafsirkan apa itu logika.

2. Jangan belajar teori logika saja, tetapi kita harus bisa membuat contohnya yang dihubungkan
dengan penerapan dikehidupan sehari – hari.

3. Berpikir bukan mengharuskan pemikir memiliki inisiatif, tetapi berpikir adalah membiarkan
sesuatu menjadi tampak sebagaimana adanya, tanpa memaksakan kategori – kategori kita sendiri
pada sesuatu tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 1995. Filsafat Umum. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Maran, Rafael Raga. 2007. Pengantar Logika. Jakarta: Grasindo.

Masdi. 2009. Daros Logika. Kudus: STAIN PRESS.

Mundiri. 2000. Logika. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Poespoprodjo, W. 1999. Logika Scientifica. Bandung: Pustaka Grafika.

Surajiya, dkk. 2006. Dasar – Dasar Logika. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai