Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH FILSAFAT LOGIKA

“Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berpikir


Logis”

DISUSUN OLEH:
ZAHRA MUTHIYA FAJRINA
(PO714241201027)
SARJANA TERAPAN (D4) FT TK. II A

Politeknik Kesehatan Kemenkes Makassar


2022
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
kesempatan dan kesehatan sehingga makalah “Pengertian Dasar Logika
sebagai Sarana Berpikir Logis” ini dapat terselesaikan, meskipun dalam
bentuk yang sangat sederhana. Semoga dalam kesederhanan ini, dapat
dipetik manfaat sebagai tambahan referensi para pembaca yang budiman.
Penulis juga selalu mengharapkan saran dan koreksi yang bersifat
membangun.
Penulis menyadari tanpa bantuan dan partisipasi dari semua pihak
baik bentuk dorongan moral maupun material. Oleh karena itu, makalah
“Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berpikir Logis” ini tidak
mungkin terwujud seperti yang diharapkan. Penulis ingin menyampaikan
ucapan terima kasih dan pengharagaan setinggi-tingginya kepada yang
terhormat Dr.Yonathan Ramba, S.Pd. S.Ft. Physio sebagai dosen
penanggung jawab mata kuliah Filsafat Logika

Akhirnya dengan penuh kerendahan hati penulis persembahkan


makalah “Pengertian Dasar Logika sebagai Sarana Berpikir Logis” ini
kepada para pembaca, agar dapat bermanfaat, khususnya untuk penulis
sendiri di masa yang akan datang. Penulis mengucapkan terima kasih.

Makassar, 24 Maret 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman Sampul .................................................................................. i
Kata Pengantar .................................................................................... ii

Daftar Isi ............................................................................................... iii


BAB I: Pendahuluan
a. Latar Belakang ........................................................................... 1
b. Rumusan Masalah ...................................................................... 1
c. Tujuan Penulisan ........................................................................ 2
BAB II: Pembahasan

a. Kegunaan Logika ....................................................................... 3


b. Berbagai Corak Logika .............................................................. 3
c. Hukum Berpikir ......................................................................... 4
d. Logika Formal ............................................................................ 6
e. Definisi ....................................................................................... 7
f. Pengertian Term ......................................................................... 9
g. Proposal ...................................................................................... 13
BAB III: Penutup
a. Kesimpulan ................................................................................ 15
b. Saran .......................................................................................... 15
Daftar Pustaka ..................................................................................... 17

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam bahasa sehari-hari kita sering mendengar ungkapan seperti:
kontak tidak logistik, argumentasinya logis, kabar itu tidak
logistik Yang dimaksud dengan logis adalah masuk akal dan tidak logis
adalah sebaliknya.
Ilmu kita karena manfaat yang ingin kita ambil, lalu apakah manfaat
yang didapat dengan mempelajari logika? Bahwa keseluruhan informasi
merupakan suatu sistem yang bersifat logistik, karena itu sains tidak
mungkin melepaskannya terhadap logika.
Logika tidak belajar cara berpikir dari semua ragamnya, tetapi
pemikiran dalam bentuk yang paling sehat dan praktis. Logika,
menyaring dan menilai pemikiran dengan serius dan mempelajari serta
bertujuan untuk mengetahui kebenaran, terlepas dari segala kepentingan
dan keinginan perorangan. Logika merumuskan serta menerapkan
hukum-hukum dan patokan-patokan yang harus ditaati agar manusia
dapat berpikir benar, efisien dan teratur.
Dengan demikian kami menggangkat logika sebagai bahan bahasan
dalam makalah ini. Dengan harapan mampu menjadi bahan bacaan yang
menarik dan mengandung daya positif.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja kegunaan logika?
2. Apa saja corak logika?
3. Bagaimana hukum berpikir?
4. Apa yang dimaksud dengan logika formal?
5. Apa definisi dari logika?
6. Apa pengertian term dalam logika?
7. Bagaimana proposisi dalam logika?

1
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kegunaan logika
2. Untuk mengetahui berbagai corak logika
3. Untuk mengetahui hukum berpikir
4. Untuk mengetahui logika formal
5. Untuk mengetahui definisi logika
6. Untuk mengetahui pengertian term dalam logika
7. Untuk mengetahui proposisi dalam logika

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kegunaan Logika
Ilmu Mantik yang bertujuan membimbing manusia ke arah berfikir
benar, logis, dan sistematis mempunyai manfaat yang banyak. Di
antaranya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1. Membuat daya fikir menjadi lebih tajam dan berkembang melalui
latihan-latihan berfikir. Oleh karenanya akan mampu menganalisis
serta mengungkap permasalahan secara runtut dan ilmiah.
2. Membuat seseorang berfikir tepat sehingga mampu meletakkan
sesuatu pada tempatnya dan mengerjakan sesuatu tepat pada
waktunya (berfikir efektif dan efisien).
3. Membuat seseorang mampu membedakan alur pikir yang benar dan
alur pikir yang keliru, sehingga dapat menghasilkan kesimpulan
yang benar dan terhindar dari menarik kesimpulan yang keliru.
4. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir
secara rasional, kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
5. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan
objektif.
6. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir
secara tajam dan mandiri.
7. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan
menggunakan asas-asas sistematis
8. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-
kesalahan berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
9. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.

B. Berbagai Corak Logika


Logika modern yang juga dikenal dengan nama logika simbolik
atau logika matematik merupakan corak-corak baru logika seperti yang
terdapat pada:
• Logika modalitas (modal logic)
3
• Logika mempunyai nilai banyak (many-valued logic)
• Sistem implikasi nonstandar (nonstandard system of
implication)
• Sistem kuantifikasi nonstandar (nonstandard systems of
quantification)
Logika modern tetap berpegang kepada prinsip-prinsip yang
dikenalkan oleh logika tradisional, namun tidak sama dengan logika
tradisional, logika modern hanya mempergunakan tanda-tanda atau
simbol-simbol matematik yang membahas hubungan antar tanda-tanda
itu.
Logika tradisional/klasik adalah sistem ciptaan Aristoteles yang
berfungsi untuk menganalisa bahasa. Sedangkan logika modern
berusaha menerapkan prinsip-prinsip matematik terhadap logika
tradisional dengan menggunakan lambang-lambang non-bahasa.
Dengan demikian keduanya berkaitan erat satu dengan yang lain,

C. Hukum Berpikir
Logika merupakan ilmu yang mengajarkan aktivitas akal atau
berpikir sebagai objek material, sedangkan bentuk dan hukum berpikir
merupakan objek formal dari logika.

Dalam mengembangkan aturan-aturan, metode-metode, dan teknik-


teknik tentang cara berpikir yang tepat mengacu atau bertolak dari
sejumlah asas yang sering disebut hukum berpikir (the laws of
Thought).
Ada tiga hukum dasar logika formal. Kapasitas asas ini bagi
kelurusan berpikir adalah mutlak, dan salah benarnya suatu pemikiran
tergantung terlaksana tidaknya asas-asas ini. Ia adalah dasar daripada
pengetahuan dan ilmu. Asas pemikiran ini dapat dibedakan menjadi:
1. Asas Identitas (principium identatis = qanuun zatiyah)
Asas identitas merupakan dasar dari semua pemikiran dan
bahkan pemikiran yang lain. Prinsip ini mengatakan bahwa
sesuatu itu adalah dia sendiri bukan lainya. Jika kita mengakui
4
bahwa sesuatu itu Z maka ia adalah Z dan bukan A, B atau
C. Bila dijadikan rumus maka akan berbunyi “Bila proposisi
itu benar maka benarlah ia”.

2. Asas kontradiksi (principum contradictoris = qanun tanaqud)


Prinsip ini mengatakan bahwa pengingkaran sesuatu tidak
mungkin sama dengan pengakuanya. Jika kita mengakui bahwa
sesuatu itu bukan A maka tidak mungkin pada saat itu ia adalah
A, sebab realitas hanya satu sebagaimana disebut oleh asas
identitas. Dua kenyataan yang kontradiktoris tidak mungkin
bersama-sama secara simultan. Jika dirumuskan maka akan
berbunyi “Tidak ada proposisi yang sekaligus benar dan salah”.

3. Asas penolakan kemungkinan ketiga (principium exclusi tertii =


qanun imtina’)
Asas ini mengatakan bahwa antara pengakuan dan
pengingkaran kebenaranya terletak pada salah satunya.
Pengakuan dan pengingkaran merupakan pertentangan mutlak,
karena itu tidak mungkin keduanya benar dan juga tidak mungkin
keduanya salah. Jika kita rumuskan akan berbunyi “Suatu
proposisi selalu dalam keadaan benar atau salah”.

Selanjutnya obyek formal logika adalah hukum, prinsip dan asas.


Pada pokoknya asas logika ada tiga yaitu asas identitas, asas
pengingkaran dan asas menolak kemungkinan ketiga. Dalam
perkembangannya ketiga asas ini mengalami perkembangan.
Selanjutnya produk berfikir dapat berupa konsep, proposisi yang
diekspresikan dalam bentuk ungkapan lisan atau tulisan.
Hukum-hukum logika formal berisikan unsur-unsur kebenaran
yang sangat penting dan tak bisa ditolak. Semua hukum tersebut
bukanlah merupakan generalisasi pikiran- pikiran yang random dan
hasil khayalan yang tak berarti.

5
Teknik-teknik berpikir yang dipelajari dalam logika tentu dilandasi
oleh bentuk-bentuk dan hukum-hukum berpikir yang diselidiki dan
dirumuskan oleh logika. Taraf kebenaran yang akan dihasilkan oleh
logika adalah pada taraf kebenaran formal atau kebenaran bentuk.
Hukum-hukum tersebut keluar lewat sebuh proses dunia nyata
yang, selama ribuan tahun, oleh Aristoteles dan para pengikutnya,
digunakan oleh peradaban manusia. Jutaan orang yang belum pernah
mendengar tentang Aristoteles dan pikiran- pikirannya, sampai
sekarang, berpikir untuk mengabaikan hukum-hukum awal yang
pertama kali dirumuskannya. Mereka, yang seperti itu, tak akan bisa
sampai mengerti tentang hukum-hukum gerak Newton—walaupun
mereka dapat melihat kerangka fisik setiap hasil pemikiran Newton,
namun mereka gagal memahami teori Hukum Newton tersebut secara
lengkap. Dalam dunia obyektif, mengapa orang berfikir dan
melakukan pensejajaran antara hukum-hukum Newton dengan
hukum- hukum Aristoteles. Karena, kenyatannya, hukum berpikir
Aristotles memiliki isi yang material, sama halnya juga dalam
dunia objektif, sama halnya juga dalam hukum gerak mekanika
Newton. “…metode berpikir kita, apakah itu logika formal atau logika
dialektik, bukan lah sebuah susunan serampangan akal sehat kita tapi
lebih sebagai sebuah ekspresi interelasi-aktual dalam alam kita
sendiri.”

D. Logika Formal
Dalam banyak literatur filsafat ilmu pengetahuan, ‘logika formal’
sering hanya disebut ‘logika’. Jadi, ketika pembaca hanya menemukan
istilah ‘logika’ dalam beberapa literatur filsafat ilmu pengetahuan, maka
hal itu yang dimaksud adalah ‘logika deduktif’ atau ‘logika formal’.
Berdasarkan banyak definisi yang dikemukakan para ahli, dapat
disimpulkan bahwa pengertian logika formal atau logika deduktif adalah
sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah
berdasarkan bentuknya (form) serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai
kemestian yang diturunkan dari pangkal pikiran yang jernih atau sehat’.

6
Atau logika formal adalah ‘suatu ilmu yang mempelajari asas-asas atau
hukum-hukum dalam berpikir, hukum-hukum tersebut harus ditaati
supaya pola berpikirnya benar dan mencapai kebenaran’ (Sudiarja, dkk.,
2006; Copi, I.M. 1978)
Menurut Poedjawijatna, obyek formal logika ialah mencari
jawaban: bagaimana manusia dapat berpikir dengan semestinya.
Mencari jawaban atas sesuatu pada dasarnya merupakan suatu proses.
Berpikir pada dasarnya merupakan suatu proses dari adanya suatu
input melalui proses akan melahirkan output. Selanjutnya oleh Alex
Lanur dikatakan bahwa dalam logika berpikir dipandang dari sudut
kelurusan, ketepatannya. Karena itu berpikir lurus, tepat, merupakan
obyek formal logika. Kapan suatu pemikiran disebut lurus? Suatu
pemikiran disebut lurus, tepat, apabila pemikiran itu sesuai dengan
hukum-hukum serta aturan-aturan yang sudah ditetapkan dalam
logikal. Kalau peraturan-peraturan itu ditepati, dapatlah berbagai
kesalahan atau kesesatan dihindarkan. Dengan demikian kebenaran
juga dapat diperoleh dengan lebih mudah dan lebih aman. Semua ini
menunjukkan bahwa logika merupakan suatu pegangan atau pedoman
untuk pemikiran.

E. Definisi
Secara etimologi Logika berasal dari Bahasa Yunani Logos yang
berarti “kata” atau “pikiran yang benar” (Hasbullah Bakry : 1981, 15).
Disisi lain mengatakan, Logika berasal dari bahasa Latin yakni
kata Logos yang berarti “perkataan” atau “sabda” (K. Prent C.M, J.
Adisubrata, dan W.J.S Poerwadarminta: 1969, hlm. 501). Menurut
Poedjawijatana, logika adalah “filsafat berpikir”. Yang berpikir itu
manusia dan berpikir itu merupakan tindakan manusia. Tindakan ini
mempunyai tujuan, yaitu untuk tahu (Poedjawijatana, 1992: 9). Menurut
K. Bertens dalam Suraijaya mengatakan bahwa Logika adalah ilmu
yang menyelidiki lurus tidaknya pemikiran kita (Suraijaya, 2005:
23). Dalam buku Logic and Language of Education, Logika disebut

7
sebagai penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode-metode berpikir
(GeorgeF. Kneller: 1996, hlm. 13).

Sedangkan dalam bahasa Arab , Logika disebut Ilmu Mantiq dari


kata dasar Nataqa yang berarti berbicara atau berucap (Ahmad Warson
Munawwir, Al-Munawwir: 1984, hlm. 1531, Al-Ma’luf,1986, hlm.
816). Menurut Ibnu Khaldun, bahwa Ilmu Mantiq (logika) merupakan
undang-undang yang dapat dipergunakan untuk mengetahui pernyataan
yang benar dari pernyataan yang salah (Ibnu Khaldun: 2000, hlm. 474).

Prof. Thaib Thohir A. Mu’in mendefinisikan Ilmu Mantiq


sebagai ilmu yang dipergunakan untuk menggerakkan pikiran kepada
jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran (Thaib Thahir A.
Mu’in: 1966, hlm. 16). Tidak ketinggalan Irving M. Copi juga
mendefinisikan bahwa logika adalah ilmu yang mempelajari metode dan
hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang
betul dari penalaran yang salah (Irving M. Copi: 1978, hlm. 3).
Logika merupakan bagian dari filsafat yang memperbicangkan
hakikat ketepatan, cara meyusun pikiran yang dapat menggambarkan
ketepatan pengetahuan. Logika tidak mempersoalkan kebenaran sesuatu
yang dipikirkan tetapi membatasai diri pada ketetapan susunan berpikir
menyangkut pengetahuan. Jadi, Logika mempersyaratkan kebenaran,
bukan wacana kebenarannya. Dan bidang perhatian dan tugas logika
adalah menyelidiki penalaran yang tepat, lurus, dan semestinya
sehingga dapat dibedakan dari penalaran yang tidak tepat.
Demikian bahwa Logika merupakan salah satu disipilin ilmu
yang menitikberatkan pada berpikir atau bernalar dengan teliti dan
teratur dengan tujuan untuk mengetahui dan memperoleh suatu
kebenaran serta membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang
salah. Bisa juga Logika adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari
aturan-aturan dan cara berpikir serta mengatur penelitian hukum-hukum
akal manusia yang mana hasilnya dapat menyampaikan pikiran atau
pikiran mencapai kebenaran serta mengetahui mana yang salah.

8
F. Pengertian Term
Term adalah bunyi yang diartikulasikan dan berfungsi sebagai tanda
gagasan, yang dinyatakan dalam wujud kata-kata. Walupun begitu,
tidak semua kata dapat disebuat term sebab ada kata-kata yang tidak
memiliki referent (hal yang menjadi objeknya) misalnya kata-kata:
jika, dalam, oleh, dan, akan dan lain-lain.
1. Konotasi dan Denotasi
Sebuah term memberikan konotasi tentang sesuatu sejauh term
itu dimaksudkan untuk menyebutkan sesuatu tersebut. Term dapat juga
menandai sesuatu jika term itu memberikan gambaran tentang suatu
hal. Dengan demikian, sebuah term di samping bermakna, sekaligus
juga mempunyai objek.
Dari keterangan di atas, maka term dapat didefinisikan sebagai
unsur hakiki atau sejumlah unsur hakiki dari pemikiran yang diperlukan
untuk membentuk sebuah term. Konotasi adalah sejumlah kualitas
yang dapat membentuk sebuah gagasan atau ide. Sehingga konotasi
bersangkutan 9egative9a pengertian. Contoh, ciri yang membentuk
gagasan ibu adalah seorang 9egati dengan seorang anak kandungnya
sendiri.
Sedangkan denotasi adalah semua hal yang dapat diwujudkan
dalam sebuah term. Sehingga denotasi terkait dengan luar pengertian.
Contoh, individu, yang secara umum memiliki ciri hakiki yang
membentuk konotasi term ibu, yang juga membentuk denotasi term.
Misalnya bu Tut, bu lan, bu Tir. Bagaimana hubungan antara keduanya?
Konotasi dan denotasi berhubungan secara berbanding terbalik.
Artinya, semakin padat isi pengertian (konotasi), maka semakin sempit
denotasinya dan sebaliknya. Dengan kata lain, semakin abstrak atau
universal suatu hal, maka semakin tidak konkret dan sulit diterangkan
atau dicara contoh objeknya. Sebaliknya semakin konkret sesuatu, maka
semakin dangkal isi pengertiannya. Contoh: kita akan mudah
membayangkan “petir” karena kita dengar bunyi dan lihat cahayanya.
Kebenarannnya pun dapat diukur dengan jelas dan tegas melalui
9
kemampuan pancaidera. Akan tetapi, akan sulit untuk membayangkan
atau mengkonsep Tuhan Y.M.E, karena tidak mungkin dimengerti
hanya via pancaindera. Akibatnya konkretisasi konsep ketuhanan pun
berbeda-beda sesuai dengan abstraksi masing-masing individu yang
menyakini.

Jenis-Jenis Term
Term dapat diklasifikasikan menurut kuantitas objeknya, asas
perlawanan gagasan dasarnya, ketetapan maknanya dan kodrat
referent-nya (objek pendukungnya).
a. Jenis Term menurut kuantitas objeknya
1. Term singular: term yang hnaya menyebut satu objek
individu. Contoh: Mahasiswa itu, pak Budi dan sebagainya.
2. Term Partikular: term yang menyebut 10egative dari sejumlah
atau sekelompok objek. Contoh: beberapa karyawan STAIN, tim
sepakbola STAIN.
3. Term Universal: term yang menyebut kelompok objek tertentu
sebagai sebuah konsep keseluruhan yang mencakup masing-
masing individu objek sebagai anggota atau bagiannya. Contoh:
Manusia, Dosen, Mahasiswa.
4. Term Kolektif: term yang menggambarkan sekelompok objek
atau koleksi objek sebagai sebuah unit. Contoh: Himpunan
Mahasiswa Jurusan, Keluarga, Angkatan Bersenjata. Term
Kolektif data bersifat singular (misalnya ABRI). Partikular
(beberapa Anggota ABRI) Universal (10egative bersenjata).
b. Jenis Term menurut asas perlawanan gagasan dasarnya
1. Term Kontradiktoris: pasangan term yang term yang satu
mempertegas makna term yang lain melalui pengingkarannya.
Disini term yang satu mengingkari konotasi term yang lainnya
Contoh: Hidup – Mati, Benar-Salah
2. Term Kontraris: Pasangan term yang menunjukkan sudut-sudut
ekstrem diantara objek-objek yang tersusun dalam satu kelas
tertentu. Contoh: Panas-dingin (suhu), hitam-putih (warna)
10
3. Term realitf: Pasangan term dimana yang satu tidak mungkin
dimengerti tanpa adanya yang lain sebagai lawannya. Konotasi
term yang satu mengandaikan konotasi term yang lain sebagai
lawannya. Contoh: ibu- anak, guru-murid, suami-istri.
c. Jenis term menurut ketepatan maknanya
1. Term univok: term yang hnya menerangkan satu objek tertentu
atau dalam arti yang persis sama. Contoh: rokok, pohon, rumah.
2. Term ekuivok: term yang memungkinkan terbentuknya makna
ganda, atau term-term yang mempunyai bunyi yang persis
smaa, tetapi arti yang terkandung di dalam masing-masing term
berbeda satu sama lain.
Contoh: halaman dapat berarti:
- tanah kosong disekitar rumah
- lembar-lembar sebuah buku
3. Term Analog: term yang dapat menerangkan dua 11egativ lebih
dalam arti yang berbeda satu sama lain, namun kadang-kadang
ada kesamaannya juga.
Contoh: kaki dapat berarti:
- bagian tubuh (arti sebenarnya)
- bagian benda yang berfungsi seperti kaki (analogi). Demikian
juga dengan kata sehat, daun, sayap dan sebagainya

d. Jenis Term menurut kodrat referent-nya


1. Term Konkret: term yang memiliki objek yang mudah
diamati, contoh: kacamata, ballpoint.
2. Term Abstrak: term yang memiliki objek yang baru dapat
dimengerti setelah melalui proses abstraksi. Contoh: keadilan,
kebenaran.
3. Term Nihil: term yang tidak memiliki referent sama sekali,
sebab objek-objek term ini bersifat imajinatif, fiktif dan
sebagainya. Contoh: mobil bersayap, manusia bersayap.
4. Suposisi Term
11
Suposisi term adalah ketepatan makna yang dimiliki oleh
sebuah term dalam sebuah proposisi atau pernyataan.
Ketepatan makna berarti sebuah term memberikan makna yang
tepat pada satu objek saja dari objek-objek yang dapat
diwakilinya.
Dalam penalaran kita mencoba mencapai suatu konklusi
yang setepat mungkin, namun sering dirasakan sulit sekali,
terutama jika masing-masing term tidak memiliki arti atau
makna yang tepat secara absolut. Untuk itu diperlukan
pengalisaan terhadap jenis-jenis suposisi term dan terhadap
perbedaan-perbedaan yang muncul.

• Suposisi Material
Suposisi material adalah penggunaan term dengan makna
sebagaimana term itu diucapkan atau ditulis. Suposisi ini
semata-mata hanya menerangkan sebuah term apa adanya,
terlepas dari makna yang terkandung di dalamnya contoh: cinta
adalah kata yang tersusun dari lima huruf c-i-n-t-a
Suposisi Formal
Suposisi formal ialah penggunaan term sesuai negative
yang dimaksudkan atau ditandinya. Jadi term menunjuk pada
bentuk atau forma objek yang dimaksud. Contoh: manusia
adalah animal rationale. Ballpoint adalah alat tulis yang ujung
runcingnya terbuat dari besi.
• Suposisi Logis
Suposisi logis adalah penggunaan term dalam sebuah
konsep dengan maksud untuk meneuntun akal budi atau
pikiran kepada konsep yang bersifat abstrak dan selalu berisfat
rasional. Contoh: kemanusiaan adalah sebuah konsep
universal. Keadailan berarti “memberikan kepada orang lain
apa yang menjadi haknya. Hokum adalah sarana penataan
hidup negative
• Suposisi Riil
12
Suposisi riil adalah penggunaan term untuk
menyebutkan hal atau sesuatu yang di dalam realitasnya
memang benanr-benar ada. Contoh: manusia dalah makhluk
moral.
• Suposisi Semestinya
Suposisi semestinya adalah penggunaan term untuk
menyebutkan hal-hal yang sesuai dengan tempat yang benar
atau selayaknya. Contoh: manusia mempunyai mulut, anjing
mempunyai moncong.
• Suposisi metaforis
Suposisi metaforis adalah penggunaan term dalam
konotasi logis. Contoh: Ombak di Pantai bergulung dan
berkejar-kejaran, nyiur melambai, warna bajunya mencolok
mata.

G. Proposisi
Ketika memverbalisasikan kegiatan mental (proses membentuk
konsep) melalui kata-kata, maka pada dasarnya kita telah menetapkan
suatu proposisi. Jadi dapat dirumuskan, bahwa prosposisi adalah
pernyataan atau ekspresi verbal sebuah keputusan dengan mengakui
atau mengingkari suatu hal. Proposisi dengan demikian bias bersifat
mengakui atau meneguhkan hubungan antar gagasan (afirmatif) dan
bias pula mengingkari atau menolak hubungan antar gagasan
(negative).
Proposisi disebut bersifat afirmatif apabila di dalam proposisi itu
terdapat sebuah term yang mengakui atau meneguhkan term yang lain.
Term predikat mengakui atau meneguhkan term subjek. Contoh: Aula
STAIN itu indah sekali. Dalam proposisi ini term indah sekali disebut
term predikat dan term Aula STAIN disebut term subjek. Afirmatif
karena predikat memberikan peneguhan atau pengakuan pada subjek.
Beda dengan Mr. Bean itu tidak membosankan. Dalam proposisi
tersebut term memobosankan dipisahkan dari term Mr. Bean sebab

13
term tersebut tidak sesuai dengan ralitas pribadi Mr. Bean. Jaid kata
tidak memisahkan gagasan tentang Mr. Bean dari gagasan tentang sifat
membosankan. Predikat mengingkari subjek, sehingga proposisi
tersebut bersifat negative.
Semua proposisi dapat disebut kalimat, tetapi tidak semua kalimat
disebut proposisi. Jika sebuah kalimat menyatakan pengakuan atau
pengingkaran tentang sesuatu hal, maka kaliamat itu disebut
proposisi. Contoh dari kalimat tersebut merupakan proposisi
afirmatif, karena term cinta sebagai subjek diteguhkan atau diakui
oleh term buta sebagai term predikat. Jadi antara term subjek dan term
predikat ada hubungan diantara kedua gagasan tersebut. Kebahagiaan
itu tidak berisfat objektif. Kalimat ini pun merupakan proposisi, yaitu
proposisi negasi atau negative, karena term predikat (bersifat objektif)
dipisahkan dengan kata tidak dari term subjek (kebahagiaan), predikat
mengingkari subjek.

14
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Logika merupakan salah satu disipilin ilmu yang menitikberatkan
pada berpikir atau bernalar dengan teliti dan teratur dengan tujuan
untuk mengetahui dan memperoleh suatu kebenaran serta
membedakan pernyatan benar dan pernyataan yang salah.
Pemikiran manusia adalah objek materia logika. Patokan-patokan
atau hukum-hukum berpikir benar adalah objek formal logika. Logika
dari jenisnya terbagi menjadi dua, yaitu logika formal dan logika
material. Bila dilihat dari metodenya logika pula terbagi menjadi dua,
yaitu logika tradisional dan logika modern. Serta dilihat dari
kualitasnya logika terbagi menjadi dua pula, yaitu logika naturalis dan
logika artifisialis atau logika ilmiah.

Obyek formal logika adalah hukum, prinsip dan asas. Pada


pokoknya asas logika ada tiga yaitu asas identitas, asas pengingkaran
dan asas menolak kemungkinan ketiga. Dalam perkembangannya
ketiga asas ini mengalami perkembangan. Selanjutnya produk
berfikir dapat berupa konsep, proposisi yang diekspresikan dalam
bentuk ungkapan lisan atau tulisan.

b. Saran
Demi terciptanya pemahaman dan penerapan yang baik terhadap
logika dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa hal yang harus
diperhatikan, diantaanya yaitu:
1. Pahami pengertian atau definisi dari logika secara baik dan benar,
jangan sampai keliru menafsirkan apa itu logika.
2. Jangan belajar teori logika saja, tetapi kita harus bisa membuat
contohnya yang dihubungkan dengan penerapan dikehidupan
sehari-hari.
3. Berpikir bukan mengharuskan pemikir memiliki inisiatif, tetapi
berpikir adalah membiarkan sesuatu menjadi tampak sebagaimana
15
adanya, tanpa memaksakan kategori-kategori kita sendiri pada
sesuatu tersebut

16
DAFTAR PUSTAKA
http://cekdancek.blogspot.com/2016/02/makalah-logika-dan-
filsafat.html?m=1

Buton, K. (2021). Pengertian logika.


Hidayat, A. R. (2018). Filsafat Berpikir Teknik-Teknik Berpikir Logis
Kontra Kesesatan Berpikir (Vol. 153). Duta Media Publishing.

17
18

Anda mungkin juga menyukai