Disusun oleh
Kelompok 1
Alvionita (22681007)
Dosen pengampu:
Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ...................................................................................12
B. Saran .............................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam studi ilmu mantiq, Hukum Dasar Logika dan Korelasi Logika
merupakan topik yang sangat penting. Ilmu mantiq merupakan ilmu yang
mempelajari cara berpikir rasional dan metode penggunaan bahasa yang benar
dan tepat. Yang dimana fokus utamanya adalah pada argumen, inferensi dan
metode berpikir yang logis.
B. RUMUSAN MASALAH
iv
C. TUJUAN
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
Pada sisi lain terdapat antitesis berupa ide yang berada di luar dirinya yakni ruang/
alam. Seperti halnya ide, alam pun terus menerus berkembang.1
Ada empat hukum dasar dalam logika yang oleh John Stuart Mill (1806-
1873) disebut sebagai postulatpostulat universal semua penalaran (universal
postulates of all reasonings) dan oleh Friedrich Uberweg (1826-1871) disebut
sebagai aksioma inferensi. Tiga dari keempat hukum dasar itu dirumuskan oleh
Aristoteles, sedangkan yang satu lagi ditambahkan kemudian oleh Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716). Keempat hukum dasar itu adalah:
1
R. G. Soekadijo, Logika Dasar; Tradisional; Simbolik; dan Indfuktif. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 1999, Hlm: 3-5.
vii
B. KORELASI LOGIKA
Logika mengacu pada hubungan logis antara dua atau lebih pernyataan
atau peristiwa. Ini melibatkan analisis hubungan antara pernyataan-pernyataan
tersebut untuk mencari pola, kesesuaian, atau ketergantungan. Korelasi logika
membantu dalam memahami keterkaitan antara peristiwa atau informasi yang
saling terkait.
Maka fungsi logika adalah untuk membahas proses yang berfikir dengan
kejiwaan manusia. Dalam psikolog membicarakan perkembangan pikiran tentang
pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikolog
memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai
cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana
seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita lebih dahulu harus
mengetahui tentang bagaimana manusia berfikir. Disinilah letak antara psikologi
dan logika.2
2
Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.
viii
2. Logika dan Bahasa
Bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk kita mengungkapkan pikiran kita
guna memperoleh pengetahuan yang benar. Sedangkan logika dalam bahasa
adalah alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan tepat, maka akan
dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat.
Ada pun fungsi bahasa sebagai berikut :
Ilmu bahasa menyajian kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar,
dan logika menyajikan tata cara kaidah berfikir secara lurus dan benar. Oleh karna
itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik
kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan
dasar semua orang untuk berfikir logis. Sebaliknya suatu kemampuan berfikir
logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat
menyampaikan isi pikiran itu pada orang lain. Oleh karna itu logika berhubungan
erat dengan bahasa.3
3
Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.
ix
3. Logika dan metafisika
Dalil dalil, hukum hukum dalam logika bagi metafisik bukan apa yang telah
dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang berada di balik
rumusan tersebut. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik
terhadap dalil dan hukum hukumnya. Semakin erat hubungan logika dan
metafisika, kebenaran logis makin dipertanggungjawabkan. oleh karna itu,
kebenaran logis mendekat pada kebenaran realitas. Semakin mampu berfikir logis,
orang tidak mudah tertipu dengan kebenaran yang tampak.4
Agama bukan dengan logika, agama mesti dibangun di atas dalil. Dalam
meyakini suatu akidah dalam Islam mesti dengan dalil. Dalam menetapkan suatu
amalan dan hukum pun dengan dalil. Kalau seandainya agama dengan logika,
maka tentu bagian bawah sepatu (khuf) lebih pantas diusap daripada bagian
atasnya. Namun ternyata praktek Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang
diusap adalah bagian atasnya. Kalau logika bertentangan dengan dalil, maka dalil
tetap harus dimenangkan atau didahulukan.
ََأفَاَل تَ ْعقِلُون
4
Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.
x
“Tidakkah kalian mau menggunakan akal kalian.” (QS. Al Baqarah: 44). Yang
menyelisihi tuntunan syari’at, itulah yang menyelisihi logika yang sehat. Makanya
sampai ‘Ali mengatakan, seandainya agama dibangun di atas logika, maka tentu
bagian bawah sepatu lebih pantas diusap. Namun agama tidak dibangun di atas
logika-logikaan. Oleh karenanya, siapa saja yang membangun agamanya di atas
logika piciknya pasti akan membuat kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.
Mereka belum tahu bahwa akhirnya hanya kerusakan yang timbul.” (Fathu Dzil
Jalali wal Ikram, 1: 370).
Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Syaikh hafizhohullah
berkata, “Hendaklah setiap muslim tunduk pada hadits yang diucapkan oleh Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah sampai seseorang mempertentangkan
dalil dengan logika. Jika logika saja yang dipakai, maka tidak bisa jadi dalil.
Ijtihad dengan logika adalah hasil kesimpulan dari memahami dalil Al Qur’an dan
hadits.” (Syarh Kitab Ath Thoharoh min Bulughil Marom, hal. 249).
xi
Premis Mayor : Semua yang memabukkan Itu Haram.
xii
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
xiii
B. SARAN
Diharapkan kepada pembaca agar mengoreksi makalah yang kami buat,
kami menerima kritik dan saran agar kedepannya kami dapat memperbaiki
dan semoga makalah yang kami buat ini dapat di pergunakan sebagaimana
mestinya.
xiv
DAFTAR PUSTAKA
xv