Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

HUKUM DASAR LOGIKA DAN KORELASI LOGIKA

Disusun oleh

Kelompok 1

Alvionita (22681007)

Dila Nabila (22681013)

Dela Jenia Ananda (22681010)

Dina Ardita (22681014)

Dosen pengampu:

Rani Eka Andatu, M.E

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


FAKULTAS SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) CURUP
TAHUN 2023/2023
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahiim

Alhamdulillahirabbal ‘alamin, puji syukur kehadirat Allah SWT yang


selalu melimpahkan rahmat dan karunianya, serta telah memberikan nikmat sehat
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Hukum Dasar
Logika dan Korelasi Logika” ini dengan baik. Kemudian shalawat beserta salam
semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad saw.

Penyusun menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam


pemenuhan tugas makalah ini, baik dari segi penulisan, isi dan lain sebagainya.
Maka dari itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
pendengar maupun dosen pengampu, yang bersifat membangun agar dapat lebih
baik lagi dalam menyusun makalah serta menyampaikan materi pada kesempatan-
kesempatan yang akan datang. Atas kritik dan saran yang diberikan kami ucapkan
terima kasih.

Semoga tulisan yang sangat sederhana ini bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.

Curup, Junit 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................1

DAFTAR ISI ...............................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................3

A. Latar Belakang ...............................................................................3


B. Rumusan Masalah...........................................................................4
C. Tujuan .............................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN ..............................................................................5

A. Hukum Dasar Logika .....................................................................5


B. Korelasi Logika ..............................................................................7

BAB III PENUTUP ....................................................................................12

A. Kesimpulan ...................................................................................12
B. Saran .............................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam studi ilmu mantiq, Hukum Dasar Logika dan Korelasi Logika
merupakan topik yang sangat penting. Ilmu mantiq merupakan ilmu yang
mempelajari cara berpikir rasional dan metode penggunaan bahasa yang benar
dan tepat. Yang dimana fokus utamanya adalah pada argumen, inferensi dan
metode berpikir yang logis.

Hukum dasar logika merupakan sekumpulan prinsip atau aturan yang


mmebentuk dasar logika formal yang digunakan dalam ilmu mantiq.
Hukumhukum ini melibatkan konsep-konsep seperti implikasi, identitas,
kontradiksi, dan penarikan kesimpulan yang logis. Mempelajari Hukum Dasar
Logika memungkinkan para mahasiswa untuk memahami struktur dan metode
berpikir yang benar dalam menghadapi argumen.

Korelasi Logika dalam hal ini mengacu pada hubungan dan


ketertarikan antara berbagai elemen logika. Melibatkan penelitian tengtang
cara pernyataan, premis, dan konklusi yang saling berhubungan dalam suatu
argumen, serta menganalisis apakah argumen tersebut valid atau tidak.

Melalui penelitian dan eksplorasi ini, diharapkan makalah ini dapat


memberikan pemahaman yang lebih baik tentang Hukum Dasar Logika dan
Korelasi Logika. Hal ini akan sangat membantu untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, analitis, logis dalam menyusum dan mengevaluasi
argumen-argumen yang muncul dalam konteks Ilmu Mantiq.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana Hukum Dasar Logika?


2. Bagaimana Korelasi Logika?

iv
C. TUJUAN

1. Memahami Hukum dasar Logika.


2. Memahami Korelasi Logika.

v
BAB II

PEMBAHASAN

A. HUKUM DASAR LOGIKA

Dalam pandangan sehari-hari logika merupakan istilah yang menunjukan,


bahwa sesuatu itu harus matang dipikirkan. Lain halnya dengan Aristoteles,
Logika menurut Aristoteles adalah ilmu untuk membuat penyimpulan yang tepat.
Menurutnya logika merupakan batu fondasi yang penting bagi semua jenis
pengetahuan.

Logika terus berkembang seiring kebutuhan manusia. Dengan demikian


logika tidak berhenti sampai dengan logika tradisionil yang digagas dan
dikembangkan oleh Aristoteles semata. Ia berkembang seiring dengan gagasan-
gagasan yang dikerjakan oleh Leibniz. Terdapat pula istilah logistik. Istilah
terakhir ini sering pula disebut logika matematik atau logika simbolik. Logika ini
lebih formal sifatnya dari pada logika Aristoteles. Perbedaannya dengan logika
klasik pada proses membuat konklusinya yang didasarkan atas premis yang
terbatas dan tertentu. Premisnya itu sendiri pun sudah melepaskan diri dari
kenyataan. Model logika seperti ini kadang tidak secara sepintas tidak dipahami,
atau hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja. Implementasi logika model
ini terdapat pada bahasa sandi atau bahasa pemograman komputer.

Pemikiran menarik tentang logika disampaikan oleh filsuf spektakuler


dijamannya, yakni Hegel. Ia mendefinisikan logika sebagai Ilmu tentang ide dari
struktur logis. Untuk memahami latar belakang batasan tersebut kita harus
kembali kepada pikiran sentral dari Hegel yakni ide, alam, dan roh. Bagi Hegel
sejarah sesungguhnya perkembangan roh dalam waktu. Hal ini dibedakan dari
alam yang merupakan perkembangan ide dalam ruang. Tesis awal bermula dari
ide yang menurut Hegel akan senantiasa berdinamika/ berkembang dalam dirinya.

vi
Pada sisi lain terdapat antitesis berupa ide yang berada di luar dirinya yakni ruang/
alam. Seperti halnya ide, alam pun terus menerus berkembang.1

Ada empat hukum dasar dalam logika yang oleh John Stuart Mill (1806-
1873) disebut sebagai postulatpostulat universal semua penalaran (universal
postulates of all reasonings) dan oleh Friedrich Uberweg (1826-1871) disebut
sebagai aksioma inferensi. Tiga dari keempat hukum dasar itu dirumuskan oleh
Aristoteles, sedangkan yang satu lagi ditambahkan kemudian oleh Gottfried
Wilhelm Leibniz (1646-1716). Keempat hukum dasar itu adalah:

1. Hukum Identitas (Law of Identify)


Hukum Identitas menegaskan bahwa sesuatu itu adalah sama
dengan dirinya sendiri (P = P).

2. Hukum Kontradiksi (Law of Contradiction)


Law of Contradiction menyatakan bahwa sesuatu pada waktu yang
sama tidak dapat sekaligus memiliki sifat tertentu dan juga tidak memiliki
sifat tertentu itu (tidak mungkin P = Q dan sekaligus P ≠ Q).

3. Hukum Tiada Jalan Tengah (Law of Excluded Middle)


Law of Exluded Middle mengungkapkan bahwa sesuatu itu pasti
memiliki suatu sifat tertentu atau tidak memiliki sifat tertentu itu dan tidak
ada kemungkinan lain (P = Q atau P ≠ Q).

4. Hukum Cukup Alasan (Law of Sufficient Reason)


Law of Sufficient reason menjelaskan bahwa jika terjadi perubahan
pada sesuatu, perubahan itu haruslah berdasarkan alasan yang cukup. Itu
berarti tidak ada perubahan yang terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang
dapat dipertanggungjawabkan. Hukum ini ialah pelengkap hukum
identitas.

1
R. G. Soekadijo, Logika Dasar; Tradisional; Simbolik; dan Indfuktif. PT. Gramedia Pustaka Utama:
Jakarta, 1999, Hlm: 3-5.

vii
B. KORELASI LOGIKA

Logika mengacu pada hubungan logis antara dua atau lebih pernyataan
atau peristiwa. Ini melibatkan analisis hubungan antara pernyataan-pernyataan
tersebut untuk mencari pola, kesesuaian, atau ketergantungan. Korelasi logika
membantu dalam memahami keterkaitan antara peristiwa atau informasi yang
saling terkait.

Korelasi logika dapat membantu dalam membuat prediksi, membuat


asumsi, atau mengidentifikasi pola dalam data atau informasi. Namun, penting
untuk diingat bahwa korelasi logika tidak selalu menunjukkan hubungan sebab-
akibat yang pasti. Dalam beberapa kasus, hubungan yang tampaknya terkait
secara logis dapat disebabkan oleh faktor lain yang tidak terlihat atau tidak
teridentifikasi. Oleh karena itu, diperlukan analisis yang lebih mendalam dan
metode statistik yang tepat untuk mengkonfirmasi hubungan tersebut.

1. Logika dan Psikologi

Hubungan logika dengan Psikologi berfungsi memikirkan segala sesuatu


tentang jiwa manusia.

Maka fungsi logika adalah untuk membahas proses yang berfikir dengan
kejiwaan manusia. Dalam psikolog membicarakan perkembangan pikiran tentang
pengalaman melalui proses subjektif di dalam jiwa. Dengan demikian, psikolog
memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan berfikir. Logika sebagai
cabang filsafat bertujuan membimbing akal untuk berfikir (bagaimana
seharusnya). Untuk dapat berpikir bagaimana seharusnya, kita lebih dahulu harus
mengetahui tentang bagaimana manusia berfikir. Disinilah letak antara psikologi
dan logika.2

 Hubungan antara logika dan ilmu psikologi ini mempelajari tentang :

a. Psikologi memberikan keterangan mengenai sejarah perkembangan


berpikir.

b. Psikologi memberikan gambaran bagaimana manusia berpikir.

c. Sementara logika adalah cabang filsafat yang bertujuan membimbing akal


untuk berpikir (bagaimana seharusnya).

2
 Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.

viii
2. Logika dan Bahasa

Bahasa adalah sebagai alat komunikasi untuk kita mengungkapkan pikiran kita
guna memperoleh pengetahuan yang benar. Sedangkan logika dalam bahasa
adalah alat berpikir yang apabila dikuasai dan digunakan dengan tepat, maka akan
dapat membantu kita memperoleh kecakapan berpikir, berlogika dengan tepat.
Ada pun fungsi bahasa sebagai berikut :

a. Untuk menyatakan ekpresi diri maksudnya : agar menarik perhatian orang


lain terhadap kita, keinginan untuk membebaskan diri kita dan semua
tekanan emosi.

b. Untuk alat komunikasi maksudnya: komunikasi tidak akan diterima bila


ekpresi diri kita tidak diterima / dipahami orang lain sempurna.

c. Sebagai alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi social maksudnya :


bahasa memungkinkan integrasi/pembauran yang sempurna bagi individu
dengan masyarakat dan bila ingin hidup tenteram dan harmonis dengan
masyarakat harus menyesuaikan diri dengan masyarakat.

d. Sebagai alat untuk mengadakan kontrol sosial maksudnya : usaha untuk


mempengaruhi tingkah laku dan tindak tanduk orang lain yang sifatnya
over/terbuka dan covert/tertutup = tidak dapat diobservasi.

Ilmu bahasa menyajian kaidah penyusunan bahasa yang baik dan benar,
dan logika menyajikan tata cara kaidah berfikir secara lurus dan benar. Oleh karna
itu, keduanya saling mengisi. Bahasa yang baik dan benar dalam praktik
kehidupan sehari-hari hanya dapat tercipta apabila ada kebiasaan atau kemampuan
dasar semua orang untuk berfikir logis. Sebaliknya suatu kemampuan berfikir
logis tanpa memiliki pengetahuan bahasa yang baik maka ia tidak akan dapat
menyampaikan isi pikiran itu pada orang lain. Oleh karna itu logika berhubungan
erat dengan bahasa.3

3
 Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.

ix
3. Logika dan metafisika

Hubungan logika dengan metafisika adalah logika berfungsi untuk


menyelidiki hal-hal ada dan mungkin ada dengan metafisika. Maka logika
mempunyai fungsi untuk menyelidiki tentang pengertian kebenaran yang ada
dibalik alam semesta. Metafisika adalah cabang filsafat yang mempelajari hakikat
realitas. Hakikat realitas dapat dicari dan ditemukan dibalik sesuatu yang tampak
atau nyata. Oleh sebab itu, metafisika selalu mencari kebenaran/hakikat realitas
dibalik yang tampak dan nyata. Sikap seperti itu adalah kritis, yaitu suatu sikap
yang ingin tahu dan membuktikan tentang sesuatu yang sudah atau dianggap
benar.

Teori dalam metafisika bahwa kenyataan kebenaran/hakikat realitas adalah


bukan yang nampak, tetapi apa yang berada di balik yang tampak.

Dalil dalil, hukum hukum dalam logika bagi metafisik bukan apa yang telah
dirumuskan yang menjadi hakikat kebenaran, tetapi apa yang berada di balik
rumusan tersebut. Dengan demikian bagi logika, metafisika merupakan kritik
terhadap dalil dan hukum hukumnya. Semakin erat hubungan logika dan
metafisika, kebenaran logis makin dipertanggungjawabkan. oleh karna itu,
kebenaran logis mendekat pada kebenaran realitas. Semakin mampu berfikir logis,
orang tidak mudah tertipu dengan kebenaran yang tampak.4

4. Logika, Agama dan Ilmu Agama

Agama bukan dengan logika, agama mesti dibangun di atas dalil. Dalam
meyakini suatu akidah dalam Islam mesti dengan dalil. Dalam menetapkan suatu
amalan dan hukum pun dengan dalil. Kalau seandainya agama dengan logika,
maka tentu bagian bawah sepatu (khuf) lebih pantas diusap daripada bagian
atasnya. Namun ternyata praktek Rasul –shallallahu ‘alaihi wa sallam– yang
diusap adalah bagian atasnya. Kalau logika bertentangan dengan dalil, maka dalil
tetap harus dimenangkan atau didahulukan.

Syaikh Muhammad bin Sholih Al ‘Utsaimin rahimahullah berkata, “Agama


bukanlah dengan logika. Agama bukan didasari pertama kali dengan logika.
Bahkan sebenarnya dalil yang mantap dibangun di atas otak yang cemerlang. Jika
tidak, maka perlu dipahami bahwa dalil shahih sama sekali tidak bertentangan
dengan logika yang smart (cemerlang). Karena dalam Al Qur’an pun disebutkan,

َ‫َأفَاَل تَ ْعقِلُون‬

4
Surajiyo dkk, Dasar-Dasar Logika, (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2016) hlm, 16.

x
“Tidakkah kalian mau menggunakan akal kalian.” (QS. Al Baqarah: 44). Yang
menyelisihi tuntunan syari’at, itulah yang menyelisihi logika yang sehat. Makanya
sampai ‘Ali mengatakan, seandainya agama dibangun di atas logika, maka tentu
bagian bawah sepatu lebih pantas diusap. Namun agama tidak dibangun di atas
logika-logikaan. Oleh karenanya, siapa saja yang membangun agamanya di atas
logika piciknya pasti akan membuat kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.
Mereka belum tahu bahwa akhirnya hanya kerusakan yang timbul.” (Fathu Dzil
Jalali wal Ikram, 1: 370).

Guru kami, Syaikh Sholeh bin Fauzan bin ‘Abdillah Al Fauzan


hafizhohullah berkata, “Hadits ‘Ali dapat diambil kesimpulan bahwa agama
bukanlah berdasarkan logika. Namun agama itu berdasarkan dalil. Sungguh Allah
sangat bijak dalam menetapkan hukum dan tidaklah Dia mensyari’atkan kecuali
ada hikmah di dalamnya.” (Tashilul Ilmam, 1: 170).

Syaikh Sholeh bin ‘Abdul ‘Aziz bin Muhammad Alu Syaikh hafizhohullah
berkata, “Hendaklah setiap muslim tunduk pada hadits yang diucapkan oleh Rasul
shallallahu ‘alaihi wa sallam. Janganlah sampai seseorang mempertentangkan
dalil dengan logika. Jika logika saja yang dipakai, maka tidak bisa jadi dalil.
Ijtihad dengan logika adalah hasil kesimpulan dari memahami dalil Al Qur’an dan
hadits.”  (Syarh Kitab Ath Thoharoh min Bulughil Marom, hal. 249).

Dalam makalahnya “an introduction to logic” Ir. Husain Heriyanto,


M.Hum mencontohkan hubungan logika dengan ilmu agama “logika dapat
berperan dalam proses pembentukan hukum ini berkaitan dengan ilmu ushul fiqh.
Sebagaimana yang kita ketahui logika adalah alat analisis dalam proses berpikir,
lantas pertanyannya adalah apa kegunaan logika dalam ilmu agama? Logika
memiliki peran yang penting dalam penarikan kesimpulan yang dilaku oleh para
ahli agama dari premis-premis atau kesimpulan yang ada dalam al-qur’an yang
merupakan sumber dasar dari ahli agama, contohnya; dalam al-qur’an terdapat
keterangan bahwa “khamer dan anggur itu haram”. Kata “kamer dan anggur itu
haram” kata ini dalam logika ini namanya kesimpulan, kalau kata “khamer dan
anggur itu haram” adalah kesimpulan, lalu premis mayor dan premis minornya
kata apa? Ya tetunya kita buat premis mayor dan premis minornya. Karena alasan
atau asbab al-nuzul di haramkan khamer dan anggur itu memabukkan, jadi premis
mayornya adalah “semua yang memabukkan itu haram” dan premis minornya
adalah “khamer dan anggur itu memabukkan”.

xi
Premis Mayor : Semua yang memabukkan Itu Haram.

Premis Minornya : Khamer dan anggur Itu memabukkan.

Kesimpulanya : Khamer dan anggur Itu haram.

xii
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

xiii
B. SARAN
Diharapkan kepada pembaca agar mengoreksi makalah yang kami buat,
kami menerima kritik dan saran agar kedepannya kami dapat memperbaiki
dan semoga makalah yang kami buat ini dapat di pergunakan sebagaimana
mestinya.

xiv
DAFTAR PUSTAKA

Jan Hendrik Rapar. Pengantar Logika: Asas-asas Penalaran Sistematis. Kanisius:


Yogyakarta1996.

R. G. Soekadijo. Logika Dasar: Tradisional, Simbolik, & Induktif. PT. Gramedia


Pustaka Utama: Jakarta, 1999.

Surajiyo, dkk. 2016. Dasar-Dasar Logika, (Jakarta: PT Bumi Aksara).

xv

Anda mungkin juga menyukai