Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH FILSAFAT LOGIKA

“Ilmu, Kebenaran dan Penarikan Kesimpulan (Prinsip Logika)”

Dosen Pengampu : Dr. Yonathan Ramba, S.Pd. S.Ft. Physio. Msi


Disusun Oleh :
Khairunizah - PO.71.4.241.22.1.021

POLTEKKES KEMENKES MAKASSAR


JURUSAN FISIOTERAPI
DIPLOMA IV
2024
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Logika dengan
judul “Ilmu, Kebenaran dan Penarikan Kesimpulan (Prinsip Logika)”
Makalah ini telah disusun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak
terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya
menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.
Akhir kata semoga makalah ilmiah tentang Ilmu, Kebenaran dan Penarikan Kesimpulan
(Prinsip Logika)ini dapat memberikan manfaat maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, 29 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Contents
DAFTAR ISI.............................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................................2
A. Apa Itu Silogisme...........................................................................................................................2
B. Apa Itu Premis Major, Premis Minor, dan Konklusi?................................................................8
C. Kesalahan Berfikir.......................................................................................................................10
BAB III PENUTUP.................................................................................................................................11
A. Kesimpulan..................................................................................................................................11
B. Saran.............................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................................12

iii
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pada abad ke-21 ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa
dampak signifikan terhadap cara kita memahami dunia di sekitar kita. Namun, semakin
kompleksnya informasi yang tersedia juga membawa tantangan baru dalam memilah
fakta dari opini, dan memahami batasan-batasan kebenaran dalam konteks ilmiah. Oleh
karena itu, penting bagi kita untuk merenung lebih dalam tentang keterkaitan antara ilmu,
kebenaran, dan proses penarikan kesimpulan yang terkandung dalam prinsip logika.
Ilmu pengetahuan sebagai upaya manusia untuk memahami alam semesta telah
berkembang dengan pesat, namun pertanyaan filosofis mendasar tentang sifat kebenaran
tetap relevan. Apakah ilmu pengetahuan selalu mencerminkan kebenaran mutlak, ataukah
itu hanya representasi relatif dari realitas yang dapat berubah seiring waktu? Pertanyaan
ini mengajak kita untuk merenung tentang dasar-dasar epistemologi dalam ilmu
pengetahuan dan bagaimana kita memahami kebenaran dalam konteks yang terus
berubah.
Sementara itu, prinsip logika menjadi alat kritis dalam menyusun argumen dan
menarik kesimpulan. Dalam era di mana informasi dapat dengan mudah disebarkan
melalui berbagai media, penting bagi kita untuk memahami bagaimana logika dapat
digunakan untuk memastikan argumentasi yang kuat dan menghindari penarikan
kesimpulan yang keliru. Logika tidak hanya menjadi dasar bagi pemikiran ilmiah, tetapi
juga memiliki implikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari, seperti dalam proses
pengambilan keputusan dan penyelesaian masalah.
Makalah ini akan membahas secara mendalam tentang konsep ilmu, kebenaran,
dan prinsip logika sebagai fondasi epistemologis dalam memahami dunia. Melalui
penelusuran ini, diharapkan kita dapat menggali makna lebih dalam dari ilmu
pengetahuan, mengenali batasan-batasan dalam mencari kebenaran, dan memahami
betapa pentingnya penerapan prinsip logika dalam merumuskan argumen yang sahih dan
penarikan kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan demikian, makalah
ini bertujuan untuk memberikan kontribusi pada refleksi filsafat ilmu pengetahuan di era
modern ini serta merangsang pertimbangan kritis terhadap sifat dan batasan ilmu,
kebenaran, dan proses penarikan kesimpulan.

B. Rumusan Masalah
 Apa itu Silogisme?
 Apa itu Premis Major?
 Apa itu Premis Minor?
 Apa itu Konklusi?
 Apa itu Kesalahan Berfikir?

BAB II PEMBAHASAN

A. Apa Itu Silogisme


Silogisme adalah suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme
disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan). Sebagian para
ahli logika menyebut silogisme sebagai penyimpulan tidak langsung (immediate
inference), karena dalam silogisme menyimpulkan pengetahuan baru yang kebenarannya
diambil secara sintesis. Silogisme berasal dari bahasa Yunani, yang berarti kesimpulan.
Kesimpulan tersebut bisa dibangun dan ditemukan melalui dua permasalahan yang terdiri
dari premis khusus dan premis umum. Silogisme menjadikan cara berpikir sistematis dan
jelas, hal ini dikarenakan silogisme memberikan ruang untuk berpikir kritis agar bisa
membedakan argumen yang valid atau tidak.
Filsuf Aristoteles memberikan gambaran silogisme pada pemikiran logika
tradisional beliau di mana silogisme diartikan sebagai cara menarik kesimpulan secara
deduktif dengan menarik premis umum dan khusus. Secara umum silogisme juga dibagi
ke dalam beberapa bagian seperti Silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme
disjungtif.Logika dalam Islam dikenal sebagai ilmu mantiq sebagai kaidah berpikir oleh
Aristoteles kemudian mulai berkembang dalam dunia Islam. Sejak kedatangan logika ini
menimbulkan banyak tanggapan dari para ulama dan pemikir Islam pada masa
itu.Manusia pada hakikatnya berkomunikasi dengan orang lain pastilah muncul kata-kata
yang kemudian dirangkai menjadi kalimat. Kalimat tersebut ada yang merupakan kalimat
tanya, berita, aktif ataupun pasif dan sebagainya. Semua kalimat tersebut muncul secara
sadar disampaikan oleh orang dalam berkomunikasi untuk memperlancar interaksi
dengan orang lain.
Penalaran deduktif silogisme mengandung tiga proposisi. Diantara tiga proposisi
itu adalah premis, minor dan kesimpulan. Premis mayor biasanya mengandung
generalisasi sedangkan premis minor memuat pernyataan peristiwa kemudian kesimpulan
sebagai bentuk pernyataan keseluruhan yang berlaku. Dalam silogisme terdapat berbagai
bentuk penyimpulan tidak langsung dua proposisi atau premis dengan mengambil
proposisi baru. Silogisme ini terstruktur dalam penilaian atau yang disebut premis dari
deduksi produk antara dua premis atau kesimpulan. Aspek-aspek yang berkaitan dengan
tempat dan konsekuensinya. Jenis-jenis silogisme yang akan kita bahas disini adalah
silogisme kategorik, silogisme hipotetik, dan silogisme disjungtif.
1. Silogisme kategorik
adalah silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang
mendukung silogisme disebut dengan premis. Predikat dalam konklusi dinamakan
term mayor dan premis yang memuat term ini dinamakan premis mayor. Subjek
pada konklusi dinamakan term minor dan premis yang memuat term ini
2
dinamakan premis minor. Selain itu ada term yang terkandung dalam premis
namun tidak muncul dalam konklusi. Term ini dinamakan term tengah (middle
term).
Contohnya :
Premis mayor : Semua manusia adalah fana
Premis minor : Socrates adalah manusia
Konklusi : Jadi, Socrates adalah fana

Pada contoh di atas, term mayornya adalah "fana", term minornya adalah
"Socrates", dan term tengahnya adalah "manusia". Silogisme kategorik selalu
dirumuskan dengan premis mayor ditulis paling awal, sebelum premis minor dan
konklusi. Kita bisa merumuskan 4 susunan silogisme kategorik. Bila kita misalkan S
sebagai term minor, P sebagai term mayor, dan M sebagai term tengah, maka kita peroleh
susunan sebagai berikut:
Bila kita lihat dari segi susunannya, maka contoh di atas termasuk susunan 1. Aturan
tentang term pada validitas silogisme kategorik:
1) Term tengah harus muncul paling sedikit satu kali. Kita ambil contoh di atas, term
tengah "manusia" muncul dua kali yaitu pada premis mayor dan premis minor.
2) Suatu term yang muncul dalam konklusi harus muncul juga pada premis-premis. Dari
contoh di atas, "Socrates " dan "fana" yang muncul pada konklusi, juga muncul pada
premis-premis.
3) Jika kedua premisnya negatif, maka tak ada konklusi yang dapat ditarik.
Contoh:
Premis mayor : Mawar bukan hewan
Premis minor : Melati bukan hewan
Konklusi : Tidak ada (belum tentu mawar adalah melati)
4)Jika sebuah premis merupakan negatif, maka konklusinya juga merupakan negatif.
Premis mayor : semua bilangan prima adalah bilangan asli
Premis minor : bilangan negatif adalah bukan bilangan prima
Konklusi : jadi, bilangan negatif bukan bilangan asli
5) Jika kedua premis merupakan affirmatif, maka konklusinya harus affirmatif juga.

3
Premis mayor : semua bilangan genap adalah bilangan asli
Premis minor : 2 adalah bilangan genap
Konklusi : jadi, 2 adalah bilangan asli
Teorema tentang proposisi pada validitas silogisme kategorik:
1) Jika kedua premis merupakan partikular, maka tidak ada konklusi yang dapat ditarik.
Contoh :
Premis mayor : beberapa siswa belajar biologi
Premis minor : Sinta adalah siswa
Konklusi : - (meskipun Sinta adalah siswa, belum tentu dia belajar biologi, bisa
saja kan dia anak jurusan sosial)
2) Jika sebuah premis merupakan partikular dan yang lainnya merupakan universal, maka
konklusinya harus merupakan partikular.
Contoh :
Premis mayor : Semua ibu rumah tangga adalah wanita
Premis minor : beberapa guru adalah wanita
Konklusi : beberapa guru adalah ibu rumah tangga

2. Silogisme Hipotetik
Silogisme hipotetik adalah argumen yang premis mayornya berupa proposisi
hipotetik (pernyataan bersyarat) sedangkan premis minornya adalah proposisi
kategorik. Pernyataan bersyarat ini terdiri dari antecedent dan konsekuen. Ada empat
tipe silogisme hipotetik, yaitu:
1. Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui antecedent.
Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini hujan
Konklusi : jadi saya membaca buku di rumah

2) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekuen. Contoh:


Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
4
Premis minor : Saya membaca buku di rumah.
Konklusi : jadi hari ini hujan

3) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.


Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini tidak hujan
Konklusi : jadi saya tidak membaca buku di rumah
4) Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuen.
Contoh:
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : saya tidak membaca buku di rumah
Konklusi : jadi hari ini tidak hujan

Aturan pada validitas silogisme hipotetik dimana kita dapat menarik konklusi
pada silogisme hipotetik dan memnentukan kebenarannya bila premis-premisnya
merupakan pernyataan yang benar juga. Misalkan A sebagai antecedent dan B sebagai
konsekuen, maka:
a) Bila A terlaksana maka B terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini hujan
Konklusi : jadi, saya membaca buku di rumah
Penarikan konklusi di atas sah.

b) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana


Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : hari ini tidak hujan
Konklusi : jadi saya tidak membaca buku di rumah

5
Penarikan konklusi di atas tidak sah, karena meskipun hari ini tidak hujan, bisa
saja saya malas untuk keluar rumah dan memutuskan untuk membaca buku.

c) Bila B terlaksana maka A terlaksana


Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.

Premis minor : Saya membaca buku di rumah.


Konklusi : jadi hari ini hujan
Penarikan konklusi di atas tidak sah, karena meskipun saya membaca buku di
rumah, belum tentu hari ini hujan.
d) Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana
Premis mayor : jika hari ini hujan maka saya membaca buku di rumah.
Premis minor : saya tidak membaca buku di rumah
Konklusi : jadi hari ini tidak hujan
Penarikan kesimpulan di atas sah.

3. Silogisme Disjungtif
Silogisme disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan
keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang
mengakui atau mengingkari salah satu alternatif (kemungkinan) yang disebut oleh
premis mayor. Silogisme disjungtif ada dua macam, yaitu:
1) Silogisme disjungtif dalam arti sempit (ekslusif), hanya mengandung dua
kemungkinan, tidak lebih dan tidak kurang serta kedua kemungkinan tersebut
tidak bisa bersama-sama benar.
Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau Bandung
Premis minor : Amdi tidak berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi berada di Bandung
Catatan: tidak mungkin kan dalam satu waktu Amdi berada di dua kota.

6
2) Silogisme disjungtif dalam arti luas (inklusif), mengemukakan pilihan antara
dua kemungkinan, tetapi ada kemungkinan ketiga yaitu keduanya sama-sama
benar. Perhatikan pernyataan di bawah ini !
Kamu atau saya lulus seleksi masuk ptn

Pada pernyataan di atas ada dua kemungkinan yaitu, kamu lulus seleksi masuk
ptn, aku lulus seleksi masuk ptn, dan ada kemungkinan ketiga, yaitu : aku dan kamu sama
sama lulus seleksi masuk ptn.

Tipe silogisme disjungtif:


a) Premis minor mengakui salah satu kemungkinan pada premis mayor, konklusinya
adalah mengingkari kemungkinan yang lain.
Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau Bandung
Premis minor : Amdi berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi tidak berada di Bandung

atau

Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau Bandung


Premis minor : Amdi berada di Bandung
Konklusi : Amdi tidak berada di Yogyakarta

b) Premis minor mengingkari salah satu kemungkinan pada premis mayor, konklusinya
adalah mengakui kemungkinan yang lain.
Contoh:
Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau Bandung
Premis minor : Amdi tidak berada di Yogyakarta
Konklusi : Amdi berada di Bandung

7
atau

Premis mayor : Amdi berada di Yogyakarta atau Bandung


Premis minor : Amdi tidak berada di Bandung
Konklusi : Amdi berada di Yogyakarta

Aturan pada validitas silogisme disjungtif:


1) Pada silogisme disjungtif arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar
apabila prosedur penyimpulannya benar.
2) Pada silogisme disjungtif arti luas, kebenaran konklusinya adalah :

 Bila premis minor mengakui salah satu kemungkinan maka konklusinya


sah
 Bila premis minor mengingkari salah satu kemungkinan maka konklusinya
tidak sah.

B. Apa Itu Premis Major, Premis Minor, dan Konklusi?

Premis berasal dari kata premissus atau praemittere yang artinya


sebelum mengirim. Premis atau antesedens adalah proposisi yang dijadikan
sebagai dasar penarikan kesimpulan. Premis dinamai sesuai dengan term yang
dikandungnya. Premis terdiri dari premis mayor, premis minor dan premis
ketiga yang disebut konklusi dengan kandungan sebagai berikut :

 Premis mayor mengandung term predikat (P) dan berupa kelas (M) atau disingkat
M-P.
 Premis minor mengandung term subyek (S) dan berupa anggota kelas (M) atau
disingkat S-M
 Konklusi atau premis ketiga diturunkan dari premis mayor dengan bantuan premis
minor. Premis mayor mengandung term P-M sedangkan premis minor
mengandung term S-M sehingga seharusnya konklusinya adalah P-M S-M atau S-
M P-M. M adalah term tengah (terminus medius) atau atau term yang tidak
muncul dalam kesimpulan sehingga konklusinya bukan P-M S-M atau S-M P-M
tetapi menjadi P-S atau S-P.

8
Contoh premis mayor, premis minor dan konklusi dalam berbagai bentuk
pernyataan :

 Premis mayor : Semua mahasiswa (M) adalah makhluk hidup (P).


 Premis minor : Juwita (S) adalah mahasiswa (M)
 Konklusi : Juwita (S) adalah makhluk hidup (P)

Atau :

 Premis mayor : Semua mahasiswa (M) adalah makhluk hidup (P).


 Premis minor : Salah satu mahasiswa (M) adalah Amir (S)
 Konklusi : Amir (S) adalah makhluk hidup (P)

Atau :

 Premis mayor : Belajar (P) adalah kewajiban semua mahasiswa (M).


 Premis minor : Sintia (S) adalah mahasiswa (M)
 Konklusi : Sintia (S) mempunyai kewajiban untuk belajar (P)

Atau :

 Premis mayor : Belajar (P) adalah kewajiban semua mahasiswa (M).


 Premis minor : Salah satu mahasiswa (M) adalah Budi (S)
 Konklusi : Budi (S) mempunyai kewajiban untuk belajar (P)

Premis adalah proposisi yang dijadikan sebagai dasar untuk menarik


kesimpulan. Proposisi, proposition atau statement adalah pernyataan yang
merupakan rangkaian pengertian. Kuantitas proposisi digunakan untuk
menyusun syarat-syarat logika. Kuantitas proposisi ditentukan oleh kuantitas
subyek yang bersifat universal dan particular. Proposisi yang mempunyai
kuantitas subyek universal disebut proposisi universal sedangkan yang
mempunyai kuantitas subyek bersifat particular disebut proposisi particular
sehingga terdapat 2 proposisi sebagai berikut :

 Proposisi universal atau pernyataan yang bersifat umum

9
Contoh :

Semua mahasiswa adalah makhluk hidup

 Proposisi particular atau pernyataan yang bersifat khusus

Contoh :

Juwita adalah mahasiswa.

C. Kesalahan Berfikir

Ada banyak jenis kesalahan berpikir atau bias kognitif yang dapat terjadi dalam proses berpikir
manusia. Berikut adalah beberapa contoh kesalahan berpikir yang umum terjadi:

1. Pemikiran Hitam-Putih (Polarisasi), kesalahan ini terjadi ketika seseorang melihat dunia
dalam kategori biner, tanpa mempertimbangkan nuansa atau tingkatan kompleksitas.
2. Kesalahan Penolakan Fakta (Denial), Ini terjadi ketika seseorang menolak menerima fakta
atau bukti yang tidak sesuai dengan keyakinan atau pandangan mereka.
3. Efek Pembenaran Sendiri (Confirmation Bias), Orang cenderung mencari dan memilih
informasi yang mengkonfirmasi keyakinan atau pandangan mereka sendiri, mengabaikan
atau mengabaikan informasi yang bertentangan.
4. Kesalahan Korrelasi dan Kausalitas (Post Hoc Fallacy), kesalahan ini terjadi ketika seseorang
menganggap bahwa karena suatu peristiwa terjadi setelah peristiwa lain, maka peristiwa yang
pertama menyebabkan peristiwa yang kedua.
5. Pemikiran Grup (Groupthink), Ini terjadi ketika anggota kelompok cenderung menyelaraskan
pandangan mereka dengan pandangan mayoritas untuk mempertahankan kohesi kelompok,
bahkan jika itu berarti mengabaikan informasi yang mungkin benar.
6. Kesalahan Pengaruh Media (Media Bias), terjadi ketika persepsi seseorang tentang suatu isu
atau peristiwa dipengaruhi secara signifikan oleh cara media menyajikannya.
7. Kesalahan Komitmen (Sunk Cost Fallacy), pesalahan ini terjadi ketika seseorang
mempertahankan keputusan atau investasi karena telah menghabiskan banyak waktu, uang,
atau sumber daya, bahkan jika itu tidak rasional untuk melanjutkannya.
8. Kesalahan Representatif (Representativeness Heuristic), Ini terjadi ketika seseorang
membuat penilaian atau kesimpulan berdasarkan kesamaan dengan prototipe atau gambaran
umum, tanpa mempertimbangkan informasi khusus.
9. Efek Pemilih (Selective Perception), orang cenderung melihat dan mengingat informasi
yang sesuai dengan keyakinan atau nilai-nilai mereka sendiri, dan mengabaikan informasi
yang bertentangan.
10. Kesalahan Berdasarkan Kecurigaan (Paranoia), terjadi ketika seseorang selalu merasa
dicurigai atau dikejar tanpa dasar yang jelas.

Kesalahan-kesalahan berpikir ini dapat memengaruhi pemikiran rasional,


pengambilan keputusan, dan evaluasi informasi. Penting untuk mengenali kesalahan-kesalahan
tersebut agar dapat mengembangkan pemikiran yang lebih kritis dan objektif.

10
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
silogisme merupakan bentuk penyimpulan tidak langsung yang digunakan
dalam logika untuk mengambil kesimpulan baru dari dua pernyataan yang
dihubungkan dengan cara tertentu. Silogisme terdiri dari empat bagian, yaitu
premis mayor, premis minor, term penengah, dan kesimpulan. Ada empat macam
silogisme, yaitu silogisme kategorik, silogisme hipotetik, silogisme disjungtif, dan
dilema. Untuk memahami silogisme, perlu memahami struktur dan bentuknya
serta menghindari kesalahan dalam penyimpulan. Saran untuk makalah silogisme
adalah untuk memberikan contoh-contoh yang lebih banyak dan lebih jelas untuk
memudahkan pemahaman pembaca.
B. Saran
Saran pada makalah Silogisme sebagai sarana berfikir logis dapat
mencakup pentingnya memahami konsep-konsep dasar sulogisme, seperti deduksi
dan induksi, serta penerapannya dalam menganalisis argumen-argumen. Selain
itu, juga dapat disarankan untuk mempertimbangkan peran logika dalam
memahami struktur penalaran dan kebenaran proposisi. Hal ini dapat membantu
dalam mengembangkan kemampuan berfikir secara kritis dan logis.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://id.wikipedia.org/wiki/Silogisme
https://www.detik.com/bali/berita/d-6461141/premis-adalah-pengertian-jenis-dan-contoh-
penerapannya
https://lmsparalel.esaunggul.ac.id/pluginfile.php?file=%2F84724%2Fmod_resource
%2Fcontent%2F1%2F8_7750_esa160_112018_doc%20deduksi.doc
http://safaat.lecture.ub.ac.id/files/2018/09/DEDUKSI.pptx
https://lulusnegeri.com/blog/materi-utbk/si-logis-me
https://www.hukumonline.com/klinik/a/silogisme-dalam-penalaran-hukum-lt631f2b748d789
http://diansrimulyani.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/63389/
PENALARAN+DEDUKTIF.pdf
https://jurnal.uisu.ac.id/index.php/Bahastra/article/download/3680/2576
.

12

Anda mungkin juga menyukai