DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5
JURUSAN MATEMATIKA
2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan
serta kesempatan, sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Berpikir logis dan kritis” tepat pada waktunya.
Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
membantu dan mendukung hingga terselesaikannya makalah ini. Disadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat diperlukan dalam rangka perbaikan dimasa yang akan datang.
Kelompok 5
DAFTAR ISI
A. Definisi
Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk
lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal
dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat
berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi.
Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi, sedangkan
dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-
abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44).
Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : berpikir alamiah
dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi lain, dalam proses
berpikir ilmiah, pola penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan
sistematis.
Sedangkan menurut buku “Logika Dan Penalaran Dalam Ilmu Hukum”, logis atau
logika berasal dari bahasa Latin dari kata “logos” yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dan dinyatakan lewat bahasa.
Logis adalah mengandung makna benar atau tepat berdasarkan aturan aturan
berpikir, kaidah kaidah atau patokan patokan umum berpikir yang digunakan untuk
berpikir tepat.
2. Thalib Thahir A.M, mengartikan logika sebagai ilmu untuk menggerakkan pikiran
manusia ke jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran.
3. Irving M. Copi dalam buku “Introduction to Logics” mengartikan logika adalah ilmu
yang mempelajari metode yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan
yang salah.
Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu
diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai
ekspresi dari pemikiran”.
1. Logika Induktif
Logika induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu,
penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum.Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai benyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal
khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut
Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran
sebagai berikut :
Pada langkah ini, metode yang digunakan adalah observasi dan eksperimen.
Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan eksperimen dilakukan untuk
membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.
4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil
verifikasi.
Hasil akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum
ilmiah. Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu
dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau
dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan
berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagi
semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis
adalah lebih tinggi.
2. Logika Deduktif
Logika dedutif yaitu suatu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir silogismus yang secara sederhana digambarkan sebagai
penyusunan dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut
Dengan kata lain, penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang merupakan
kebalikan dari penalaran induktif. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran
deduktif adalah
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan
hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara
logis dari dua premis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar
harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila
kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun
kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Ketepatan
kesimpulan bergantung pada tiga hal yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran premis
minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan
Menurut buku “pengantar filsafat” oleh Jan Henrik Rapar, Berpikir logis adalah
menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat agar sanggup
menarik kesimpulan dan mengambil kesimpulan yang tepat dari premis premis yang
digunakan. Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang
sistematis adalah rangkaian yang berhubungaan satu sama lain atau berkaitan secara
logis.
Menurut buku “Seri Buku Ajar Padepokan Karakter Berpikir Logis, Kritis,
Kreatif, dan Inovatif” oleh Padepokan Karakter PKn FIS Unnes ,Berpikir secara logis
adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal.
Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-
kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga
harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang
diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang
berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.
Dari berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda tentang berpikir dan logis
matematis namun maknanya tetap sama yaitu kemampuan berpikir dengan
menggunakan logika, rasional dan masuk akal dalam mengambil keputusan.
1. Melatih berfikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis dan koheren.
2. Mampu berfikir abstrak, cermat dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir tajam dan
mandiri.
4. Meningkatkan kemampuan analisis terhadap suatu kejadian.
5. Meningkatkan rasa cinta akan kebenaran.
6. Menghindarkan diri dari kekeliruan karena informasi yang tidak benar.
7. Meningkatkan Citra diri.
2. Pada anak kelas lima SD diberikan pertanyaan berapa hasil dari perkalian
8 x 9? Bagi anak yang telah terbiasa menghapal, tentu akan menjawab soal tersebut
secara cepat yaitu 72. Namun jika ditanya mengapa 8 x 9 = 72? anak akan kebingungan
karena dipikirannya hanya tergambar ingatan 8 x 9 memang 72 begitu saja. Sebenarnya
perlu diajarkan berpikir logis yaitu menjelaskan makna pengertian bentuk operasional
perkalian. Perkalian itu mengandung makna yaitu bentuk kelipatan bilangan yang
dikehendaki atau bentuk penjumlahan bilangan yang sama sebanyak yang dikehendaki.
Maka pada siswa tersebut, berarti kelipatan 8 sebanyak 9 kali yaitu 72 atau penjumlahan
8 sebanyak 9 kali yaitu 72 . Dengan demikian, kemampuan untuk menguraikan bentuk
operasional tersebut mennunjukkan anak telah memahami maknanya.
A. Definisi
Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang
masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan.
Menurut buku “pengantar filsafat” oleh Jan Henrik Rapar, Berpikir kritis adalah
membakar kemampuan untuk terus menerusmengevaluasi argument-argumen yang
mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam
suatu kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar benar diuji terlebih
dahulu.
Menurut buku “Seri Buku Ajar Padepokan Karakter Berpikir Logis, Kritis,
Kreatif, dan Inovatif oleh Padepokan Karakter PKn FIS Unnes, Berpikir kritis (critical
thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan
strategik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah
(problem solving).
Berpikir kritis ini juga biasa disebut dengan directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada fokus yang akan dituju. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
konsep berpikir kritis bahwa dalam proses berpikir kritis, seseorang dapat dikatakan
sedang mengevaluasi bahan atau topik yang sedang dibahas. Sebab dalam proses
berpikir kritis, seseorang akan mengalami berbagai pertimbangan dari berbagai aspek
untuk menentukan suatu tujuan yang menghasilkan jawaban yang disampaikan.
3. Membuat kesimpulan
Selain itu, juga terdapat Indikator dan aspek kemampuan berpikir kritis yang
diadaptasi dari Ennis (1985) yaitu :
Surya, Hendra. 2010. Rahasia Membuat Aanak Cerdas dan Manusia Unggul.
Jakarta: Elek Media Komputindo
Surya, Hendra. 2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: Elek
Media Komputindo