Anda di halaman 1dari 16

KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS DAN KRITIS

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA

DOSEN PENGAMPU: Prof.Dr. Sahat Saragih, M.Pd.

DISUSUN OLEH

KELOMPOK 5

NAMA : FITRA AGUNG FADILLAH (4183311058)

KRISTIN SINAMBELA (4183111084)

PESTA RUT CAHAYA SITANGGANG (4182111013)

KELAS : PENDIDIKAN MATEMATIKA B 2018

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang telah memberikan nikmat iman dan kesehatan
serta kesempatan, sehingga Kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan
judul “Berpikir logis dan kritis” tepat pada waktunya.

Proses pembelajaran haruslah berorientasi kepada peningkatan mutu belajar dan


siswa, yang untuk itu dapat dicapai dan ditingkatkan dengan cara menggunakan
berbagai macam alat peraga atau media pembelajaran. Seiring berkembangnya zaman,
cara berpikir semakin modern dan kritis.Semua hal tersebut pada akhirnya tetaplah
bertujuan untuk meningkatkan kualitas siswa yang nantinya dihasilkan menjadi lebih
baik dan siap bersaing secara global.

Akhirnya, ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang
membantu dan mendukung hingga terselesaikannya makalah ini. Disadari bahwa tulisan
ini masih jauh dari kata sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang bersifat
konstruktif sangat diperlukan dalam rangka perbaikan dimasa yang akan datang.

Medan, 3 Desember 2019

Kelompok 5
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................ i

Daftar Isi ...................................................................................................................... ii

1. Berpikir Logis ……………………………………………………………………. 1

2. Berpikir Kritis …………………………………………………………………….. 6

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 9


1. BERPIKIR LOGIS

A. Definisi

Terlebih dahulu akan dijelaskan pengertian berpikir. Berdasarkan buku “Rahasia


Membuat Anak Cerdas dan Manusia Unggul”, Menurut Plato, berpikir adalah berbicara
dalam hati.

Berpikir merupakan ciri utama bagi manusia untuk membedakan dengan makhluk
lain. Maka dengan dasar berpikir, manusia dapat mengubah keadaan alam sejauh akal
dapat memikirkannya. Berpikir merupakan proses bekerjanya akal, manusia dapat
berpikir karena manusia berakal. Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi.
Dalam arti yang luas, berpikir adalah bergaul dengan abstraksi-abstraksi, sedangkan
dalam arti sempit berpikir adalah mencari hubungan atau pertalian antara abstraksi-
abstraksi ( Puswanti, 1992 : 44).

Secara garis besar berpikir dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : berpikir alamiah
dan berpikir ilmiah. Dalam proses berpikir alamiah, pola penalaran didasarkan pada
kebiasaan sehari-hari dari pengaruh alam sekelilingnya. Di sisi lain, dalam proses
berpikir ilmiah, pola penalaran didasarkan pada sasaran tertentu secara teratur dan
sistematis.

Berpikir merupakan sebuah proses yang membuahkan pengetahuan. Proses ini


merupakan serangkaian gerak pemikiran dengan mengikuti jalan pemikiran tertentu
agar sampai pada sebuah kesimpulan yaitu berupa pengetahuan (Suriasumantri 1997: 1).
Oleh karena itu, proses berpikir memerlukan sarana tertentu yang disebut dengan sarana
berpikir ilmiah.

Sedangkan menurut buku “Logika Dan Penalaran Dalam Ilmu Hukum”, logis atau
logika berasal dari bahasa Latin dari kata “logos” yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dan dinyatakan lewat bahasa.

Logis adalah mengandung makna benar atau tepat berdasarkan aturan aturan
berpikir, kaidah kaidah atau patokan patokan umum berpikir yang digunakan untuk
berpikir tepat.

Beberapa ahli juga berpendapat tentang logika antara lain:


1. George F. Kneller dalam bukunya “ Logic and Language of Education” mengartikan
logika sebagai suatu penyelidikan tentang dasar-dasar dan metode berpikir yang benar
(1966:13).

2. Thalib Thahir A.M, mengartikan logika sebagai ilmu untuk menggerakkan pikiran
manusia ke jalan yang lurus dalam memperoleh suatu kebenaran.

3. Irving M. Copi dalam buku “Introduction to Logics” mengartikan logika adalah ilmu
yang mempelajari metode yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dan
yang salah.

Jadi logika adalah ilmu yang mengkaji pemikiran. Karena pemikiran selalu
diekspresikan dalam kata-kata, maka logika juga berkaitan dengan “kata sebagai
ekspresi dari pemikiran”.

Adapun, Cara berpikir logis dibagi menjadi dua bagian, yaitu

1. Logika Induktif

Logika induktif dimana cara berpikir dilakukan dengan cara menarik suatu
kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individual. Untuk itu,
penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang
mempunyai ruang yang khas dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri
dengan pernyataan yang bersifat umum.Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai benyaknya kasus yang
harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.

Misalnya, jika kita ingin mengetahui berapa penghasilan rata-rata perbulan


petani kelapa sawit di Kabupaten Paser, lantas bagaimana caranya kita mengumpulkan
data sampai pada kesimpulan tersebut. Hal yang paling logis adalah melakukan
wawancara terhadap seluruh petani kelapa sawit yang ada di Kabupaten Paser.
Pengumpulan data seperti ini tak dapat diragukan lagi akan memberikan kesimpulan
mengenai penghasilan rata-rata perbulan petani kelapa sawit tersebut di Kabupaten
Paser, tetapi kegiatan ini tentu saja akan menghadapkan kita kepada kendala tenaga,
biaya, dan waktu.

Untuk berpikir induktif dalam bidang ilmiah yang bertitik tolak dari sejumlah hal
khusus untuk sampai pada suatu rumusan umum sebagai hukum ilmiah, menurut
Herbert L. Searles (Tim Dosen Filsafat Ilmu, 1996 : 91-92), diperlukan proses penalaran
sebagai berikut :

1. Langkah pertama adalah mengumpulkan fakta-fakta khusus.

Pada langkah ini, metode yang digunakan adalah observasi dan eksperimen.
Observasi harus dikerjakan seteliti mungkin, sedangkan eksperimen dilakukan untuk
membuat atau mengganti obyek yang harus dipelajari.

2. Langkah kedua adalah perumusan hipotesis.

Hipotesis merupakan dalil atau jawaban sementara yang diajukan berdasarkan


pengetahuan yang terkumpul sebagai petunjuk bagi penelitian lebih lanjut. Hipotesis
ilmiah harus memenuhi syarat, diantaranya dapat diuji kebenarannya, terbuka dan
sistematis sesuai dengan dalil-dalil yang dianggap benar serta dapat menjelaskan fakta
yang dijadikan fokus kajian.

3. Langkah ketiga adalah mengadakan verifikasi.

Hipotesis merupakan perumusan dalil atau jawaban sementara yang harus


dibuktikan atau diterapkan terhadap fakta-fakta atau juga diperbandingkan dengan
fakta-fakta lain untuk diambil kesimpulan umum. Proses verifikasi adalah satu langkah
atau cara untuk membuktikan bahwa hipotesis tersebut merupakan dalil yang
sebenarnya. Verifikasi juga mencakup generalisasi untuk menemukan dalil umum,
sehingga hipotesis tersebut dapat dijadikan satu teori.

4. Langkah keempat adalah perumusan teori dan hukum ilmiah berdasarkan hasil
verifikasi.

Hasil akhir yang diharapkan dalam induksi ilmiah adalah terbentuknya hukum
ilmiah. Persoalan yang dihadapi adalah oleh induksi ialah untuk sampai pada suatu
dasar yang logis bagi generalisasi dengan tidak mungkin semua hal diamati, atau
dengan kata lain untuk menentukan pembenaran yang logis bagi penyimpulan
berdasarkan beberapa hal untuk diterapkan bagi semua hal. Maka, untuk diterapkan bagi
semua hal harus merupakan suatu hukum ilmiah yang derajatnya dengan hipotesis
adalah lebih tinggi.
2. Logika Deduktif

Logika dedutif yaitu suatu cara berpikir di mana pernyataan yang bersifat umum
ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya
mempergunakan pola berpikir silogismus yang secara sederhana digambarkan sebagai
penyusunan dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan. Pernyataan yang mendukung
silogismus disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor dan
premis minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersebut

Dengan kata lain, penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang merupakan
kebalikan dari penalaran induktif. Contoh penarikan kesimpulan berdasarkan penalaran
deduktif adalah

· Semua makhluk hidup perlu makan untuk mempertahankan hidup (Premis )

· Joko adalah seorang makhluk hidup (Premis )

· Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahankan hidupnya (kesimpulan).

Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan
hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara
logis dari dua premis yang mendukungnya. Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar
harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila
kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan
yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun
kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikan kesimpulannya tidak sah. Ketepatan
kesimpulan bergantung pada tiga hal yaitu kebenaran premis mayor, kebenaran premis
minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan

Menurut buku “pengantar filsafat” oleh Jan Henrik Rapar, Berpikir logis adalah
menggapai pengertian-pengertian yang dapat diterima oleh akal sehat agar sanggup
menarik kesimpulan dan mengambil kesimpulan yang tepat dari premis premis yang
digunakan. Berpikir logis juga menuntut pemikiran yang sistematis. Pemikiran yang
sistematis adalah rangkaian yang berhubungaan satu sama lain atau berkaitan secara
logis.

Menurut buku “Seri Buku Ajar Padepokan Karakter Berpikir Logis, Kritis,
Kreatif, dan Inovatif” oleh Padepokan Karakter PKn FIS Unnes ,Berpikir secara logis
adalah suatu proses berpikir dengan menggunakan logika, rasional dan masuk akal.
Dengan berpikir logis, kita akan mampu membedakan dan mengkritisi kejadian-
kejadian yang terjadi pada kita saat ini apakah kejadian-kejadian itu masuk akal dan
sesuai dengan ilmu pengetahuan atau tidak. Tidak hanya itu, seorang peserta didik juga
harus mampu berpikir kritis sehingga ia mampu mengolah fenomena-fenomena yang
diterima oleh sistem indera hingga dapat memunculkan berbagai pertanyaan yang
berkaitan dan menggelitik untuk dicari jawabannya.

Keraf, (1982), Shurter and Pierce (Sumarmo, 1987) mendefinisikan istilah


penalaran dengan pengertian penalaran proposisional atau penalaran logis yaitu sebagai
proses berfikir yang memuat kegiatan menarik kesimpulan berdasarkan data dan
peristiwa yang ada.

Dari berbagai pandangan dan pendapat yang berbeda tentang berpikir dan logis
matematis namun maknanya tetap sama yaitu kemampuan berpikir dengan
menggunakan logika, rasional dan masuk akal dalam mengambil keputusan.

B. Manfaat Berpikir Secara Logis :

1. Melatih berfikir secara rasional, kritis, lurus, tertib, metodis dan koheren.
2. Mampu berfikir abstrak, cermat dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berfikir tajam dan
mandiri.
4. Meningkatkan kemampuan analisis terhadap suatu kejadian.
5. Meningkatkan rasa cinta akan kebenaran.
6. Menghindarkan diri dari kekeliruan karena informasi yang tidak benar.
7. Meningkatkan Citra diri.

C. Penerapan Berpikir Logis Dalam Matematika

Berpikir logis menggunakan bertindak aktif dalam mengamati, mengidentifikasi,


menganalisis, dan menarik kesimpulan dari objek yang dipelajari. Oleh karena itu,
dibutuhkanlah panduan untuk berpikir logis yaitu kalimat tanya mengapa, apa,
bagaimana, siapa, alat kata Tanya tersebut mengantarkan subjek untuk menggunakan
daya pikirnya hingga dapat benar benar dimengerti. Selain itu, juga ada penerapan
lainnya antara lain :
1. Seorang siswa atau peneliti melakukan metode ilmiah, maka pelaku ilmiah ini harus
melakukan kegiatan ilmiah ini dengan berpikir secara logis, mulai dari saat pelaku
ilmiah melakukan observasi/pengamatan, merumuskan masalah, menyusun hipotesis,
melaksanakan penelitian, mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, hingga
menarik kesimpulan. Seluruh proses kerja ilmiah tersebut harus dikerjakan berdasarkan
prinsip yang logis, rasional, dan masuk akal agar dapat dipertanggungjawabkan.

2. Pada anak kelas lima SD diberikan pertanyaan berapa hasil dari perkalian
8 x 9? Bagi anak yang telah terbiasa menghapal, tentu akan menjawab soal tersebut
secara cepat yaitu 72. Namun jika ditanya mengapa 8 x 9 = 72? anak akan kebingungan
karena dipikirannya hanya tergambar ingatan 8 x 9 memang 72 begitu saja. Sebenarnya
perlu diajarkan berpikir logis yaitu menjelaskan makna pengertian bentuk operasional
perkalian. Perkalian itu mengandung makna yaitu bentuk kelipatan bilangan yang
dikehendaki atau bentuk penjumlahan bilangan yang sama sebanyak yang dikehendaki.
Maka pada siswa tersebut, berarti kelipatan 8 sebanyak 9 kali yaitu 72 atau penjumlahan
8 sebanyak 9 kali yaitu 72 . Dengan demikian, kemampuan untuk menguraikan bentuk
operasional tersebut mennunjukkan anak telah memahami maknanya.

D. Indikator-Indikator Berpikir Logis Siswa dalam Pembelajaran


Matematika

Sumarmo (2005) merinci indikator penalaran matematik sebagai berikut:

a. Menarik kesimpulan analogi, generalisasi, dan menyusun konjektur,


b. Menarik kesimpulan logis berdasarkan aturan inferensi, memeriksa validitas
argumen, dan menyusun argumen yang valid,
c. Menyusun pembuktian langsung, tak langsung, dan dengan induksi matematik.
Berpikir logis memuat kegiatan penalaran logis dan kegiatan matematika lainnya
yaitu: pemahaman, koneksi, komunikasi, dan penyelesaian masalah secara logis.
Analisis tersebut melukiskan bahwa berpikir logis memiliki cakupan yang lebih
luas dari pada penalaran logis.
2. BERPIKIR KRITIS

A. Definisi

Menurut Halpen (1996), berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau


strategi kognitif dalam menentukan tujuan.

Menurut Ennis (1985: 54), berpikir kritis adalah cara berpikir reflektif yang
masuk akal atau berdasarkan nalar yang difokuskan untuk menentukan apa yang harus
diyakini dan dilakukan.

Menurut buku “pengantar filsafat” oleh Jan Henrik Rapar, Berpikir kritis adalah
membakar kemampuan untuk terus menerusmengevaluasi argument-argumen yang
mengklaim diri benar. Seorang yang berpikir kritis tidak akan mudah menggenggam
suatu kebenaran sebelum kebenaran itu dipersoalkan dan benar benar diuji terlebih
dahulu.

Menurut buku “Seri Buku Ajar Padepokan Karakter Berpikir Logis, Kritis,
Kreatif, dan Inovatif oleh Padepokan Karakter PKn FIS Unnes, Berpikir kritis (critical
thinking) adalah sinonim dari pengambilan keputusan (decision making), perencanaan
strategik (strategic planning), proses ilmiah (scientific process), dan pemecahan masalah
(problem solving).

Berpikir kritis merupakan proses perumusan alasan dan pertimbangan mengenai


fakta, keadaan, konsep, metode dan kriteria. Berpikir kritis sebagai proses merumuskan
alasan yang tertib secara aktif dan terampil dari menyusun konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, mengintegrasikan (sintesis), atau mengevaluasi informasi yang
dikumpulkan melalui proses pengamatan, pengalaman, refleksi, pemberian alasan
(reasoning) atau komunikasi sebagai dasar dalam menentukan tindakan.

Berpikir kritis ini juga biasa disebut dengan directed thinking, sebab berpikir
langsung kepada fokus yang akan dituju. Hal terpenting yang perlu diperhatikan dalam
konsep berpikir kritis bahwa dalam proses berpikir kritis, seseorang dapat dikatakan
sedang mengevaluasi bahan atau topik yang sedang dibahas. Sebab dalam proses
berpikir kritis, seseorang akan mengalami berbagai pertimbangan dari berbagai aspek
untuk menentukan suatu tujuan yang menghasilkan jawaban yang disampaikan.

Sedangkan menurut buku “Revolusi Berpikir” oleh Edward De Bono,kata kritis


muncul dari Bahasa Yunani yang berarti hakim yang diserap dari Bahasa Latin .
Jadi, kesimpulan berpikir kritis adalah memberdayakan keterampilan atau strategi
kognitif dalam menentukan tujuan. Proses tersebut dilalui setelah menentukan tujuan,
mempertimbangkan, dan mengacu langsung kepada sasaran-merupakan bentuk berpikir
yang perlu dikembangkan dalam rangka memecahkan masalah, merumuskan
kesimpulan, mengumpulkan berbagai kemungkinan, dan membuat keputusan ketika
menggunakan semua keterampilan tersebut secara efektif dalam konteks dan tipe yang
tepat.

B. Manfaat Berpikir Kritis dalam Pembelajaran

Wilson (UPI, 2000) mengemukakan beberapa alasan tentang perlunya


keterampilan berpikir kritis, yaitu:
1. Pengetahuan yang didasarkan pada hafalan telah didiskreditkan; individu tidak akan
dapat menyimpan ilmu pengetahuan dalam ingatan mereka untuk penggunaan yang
akan datang.
2. Informasi menyebar luas begitu pesat sehingga tiap individu membutuhkan
kemampuan yang dapat disalurkan agar mereka dapat mengenali macam-macam
permasalahan dalam konteks yang berbeda pada waktu yang berbeda pula selama
hidup mereka.
3. Kompleksitas pekerjaan modern menuntut adanya staf pemikir yang mampu
menunjukkan pemahaman dan membuat keputusan dalam dunia kerja.
4. Masyarakat modern membutuhkan individu-individu untuk menggabungkan
informasi yang berasal dari berbagai sumber dan membuat keputusan.

Bayer (Hassoubah, 2004) mengemukakan bahwa berfikir kritis memuat


kemampuan menetapkan sumber yang dapat dipercaya, membedakan antara sesuatu
atau data yang relevan dan yang idak relevan, mengidentifikasi dan menganalisis
asumsi, mengidentifikasi bias dan pandangan, dan mengases bukti.
C. Penerapan Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran matematika dengan , guru memberikan masalah


kontekstual sesuai dengan materi yang diajarkan. Kemuadian siswa disuruh
memahami masalah kontekstual tersebut, maka disarankan membuat strategi yang
akan digunakan untuk menyelesaikan masalah itu. Siswa dibimbing agar mengetahui
kapan dan mengapa menerapkan strategi tersebut untuk menyelesaikan masalah
kontekstual. Pada tahap ini siswa diharapkan mampu menerapkan ketrampilan
memprediksi, ketrampilan perencanaan, dan ketrampilan monitoring. Dengan
melakukan kegiatan ini kemampuan berpikir kritis siswa terbentuk. Langkah
berikutnya, siswa secara individu disuruh menyelesaikan masalah kontekstual dengan
caranya sendiri. Diharapkan siswa secara sadar dapat menerapkan pengetahuan
matematika yang dimilikinya, siswa tahu bagaimana menerapkan suatu strategi
tertentu dan kapan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah kontekstual.
Dengan demikian siswa diharapkan untuk menerapkan pengetahuan yang dimiliki
misalnya pengetahuan prosedural, konseptual, kondisional, maupun korelasional.
Selanjutnya guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan diskusi dengan
temannya, kemudian guru mengarahkan siswa untuk mengambil kesimpulan dari
hasildiskusi tersebut. Sehingga diperoleh suatu rumusan konsep, prinsip atau prosedur
matematika yang digunakan untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Dengan
melakukan langkah-langkah ini, maka kemampuan berpikit kritis siswa dapat
meningkat karena sesuai dengan indikator kemampuan berpikir kritis yaitu :
(1) mengajukan pertanyaan,
(2) mengidentifikasi masalah, dan
(3) menguji fakta-fakta.
D. Indikator-Indikator Berpikir Kritis Siswa dalam Pembelajaran
Matematika
Menurut buku Penelitian Pendidikan Matematika, adapun Indikator kemampuan
berpikir kritis matematis yaitu :

1. Memberikan penjelasan sederhana

2. Membangun keterampilan dasar

3. Membuat kesimpulan

4. Membuat penjelasan lebih lanjut

5. Menetukan strategi dan taktik untuk menyelesaikan masalah

Selain itu, juga terdapat Indikator dan aspek kemampuan berpikir kritis yang
diadaptasi dari Ennis (1985) yaitu :

a. Merumuskan masalah : Memformulasikan bentuk pertanyaan yang memberi


arah untuk memperoleh jawaban
b. Memberi argumen : Argumentasi atau alasan yang sesuai konteks,
menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan argumentasi komprehensif
c. Melakukan deduksi : Mendeduksi secara logis, kondisi logis deduktif,
melakukan interpretasi terhadap pertanyaan.
d. Melakukan induksi : Melakukan investigasi/pengumpulan data, membuat
generalisasi dari data, membuat tabel dan grafik, membuat kesimpulan terkait
dengan hipotesis
e. Melakukan evaluasi : Evaluasi diberikan berdasarkan fakta dan berdasar
prinsip atau pedoman, memberikan alternatif penyelesaian masalah
f. Memutuskan dan melaksanakan : Memilih kemungkinan solusi, menentukan
kemungkinan tindakan yang akan dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Bono, De Edward. 2007. Revolusi Berpikir. Bandung: Kaifa

Kharisma,thabil.2012. Kemampuan Berpikir Analitis dan Kritis. Cirebon: Pustaka


Pelajar
Lestari, karunia eka dan Yudhanegara, Mokhammad. 2018.Peneltian Pendidikan
Matematika. Bandung: Refika Aditama.

Rapar, Jan Henrik. 1996. Pengantar Filsafat.Yogyakarta: Kanisius

Sumarmo, U. Hidayat, W. Zukarnaen, R. Hamidah. Sariningsih, W. 2012.


Kemampuan Dan Disposisi Berpikir Logis, Kritis, Dan Kreatif Matematik. Jurnal
Pengajaran MIPA. 17(1)

Surya, Hendra. 2010. Rahasia Membuat Aanak Cerdas dan Manusia Unggul.
Jakarta: Elek Media Komputindo

Surya, Hendra. 2011. Strategi Jitu Mencapai Kesuksesan Belajar. Jakarta: Elek
Media Komputindo

Tosepu, Ahmad. 2006. Pengelola Padepokan Karakter. Semarang: Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai