Anda di halaman 1dari 24

AIK IV

PARADIGMA ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN

Nama Kelompok:
1. Elma Melisa (17.3169.01.0005)
2. Moh. Alfian Aulia R. (17.3169.01.0015)
3. Safira Indah Yulinar (17.3169.01.0021)
4. Agustaf Rumandewai (17.3169.01.0028P)
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni(IPTEKS)

1. Hakikat IPTEK
IPTEK adalah singkatan dari ilmu pengetahuan, teknologi. Ilmu adalah
pengetahuan yang sudah diklasifikasi, diorganisasi, disistematisasi, dan
diinterpretasi, menghasilkan kebenaran obyektif, sudah diuji kebenarannya
dan dapat diuji ulang secara ilmiah (International Webster’s Dictionary dalam
Modul Acuan Proses Pembelajaran MPK, 2003)
Secara etimologis, kata ilmu berarti kejelasan, karena itu segala yang
terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan. Kata ilmu dengan
berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam Al-qur’an. Kata ini digunakan
dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan obyek pengetahuan (Quraish
Shihab, 1996). Setiap ilmu membatasi diri pada salah satu bidang kajian.
Oleh sebab itu seseorang yang memperdalam ilmu-ilmu tertentu disebut
sebagai spesialis. Dari sudut pandang filsafat, ilmu lebih khusus dibandingkan
dengan pengetahuan.
A. Hakikat Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni(IPTEKS)

• Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam


yang diperoleh melalui proses yang disebut metode ilmiah. Sedang
teknologi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan
penerapan ilmu pengetahuan dalam kehidupan manusia sehari-hari.

• Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan


manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar
atau dapat diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan
sebagai pengetahuan yang sudah sistematis (science is systematic
knowledge). Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karakteristik,
yaitu obyektif, netral dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran Islam,
sain tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal.
2. Hakikat SENI
• Seni berasal dari kata sani (Sanskerta) yang berarti pemujaan,
persembahan, dan pelayanan. Kata tersebut berkaitan erat dengan
upacara keagamaan yang disebut kesenian. Menurut Padmapusphita,
kata seni berasal dari bahasa Belanda genie dalam bahasa Latin
disebut genius, artinya kemampuan luar biasa yang dibawa sejak lahir.
• Dalam Ensiklopedia Indonesia, Seni diartikan sebagai penjelmaan rasa
indah yang terkandung dalam jiwa manusia, dilahirkan dengan
perantaraan alat komunikasi ke dalam bentuk yang dapat ditangkap
oleh indera pendengar (seni suara), penglihatan (seni lukis), atau
dilahirkan dengan perantaraan gerak (seni tari, drama).
• Berbicara mengenai seni, identik dengan istilah estetika yaitu cabang
filsafat yang berurusan dengan keindahan, entah menurut
realisasinya entah menurut pandangan subyektif.

• Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seni identik dengan rasa


yang timbulnya dari dalam jiwa, namun demikian gejala keindahan
yang ditimbulkan oleh seni bisa juga didekati dari sudut sains. Sebuah
lukisan misalnya dapat dianalisa menurut pembagian bidang, jadi
menurut matematika. Komposisi warna dapat dianalisa secara
eksperimental menurut efek psikologis.
B. Keutamaan Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an

• Ayat Al-Qur’an yang pertama diturunkan kepada Rasulullah SAW


menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu dengan
memerintahkannya membaca sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan
menyebut qalam sebagai alat tranformasi ilmu pengetahuan. Allah
SWT berfirman:

• “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia


telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan
Tuhanmulah yang Maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan
perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak
diketahuinya”. (QS. Al-‘Alaq ayat 1-5)
B. Keutamaan Ilmu Pengetahuan dalam Al-Qur’an

Karena ilmu pengetahuan itu bersumber pada Allah SWT dan pada ayat diatas telah
disebutkan bahwa Allah menciptakan langit dan bumi berikut segala isinya dalam
enam masa, maka berdasarkan penelitian/teori dalam sejarah asal mula alam
semesta dan kehidupan dapat dikategorikan keenam masa itu sebagai berikut:

1. Masa pertama: Pada awalnya keadaan langit dan bumi dalam suatu kesatuan
yang padu, hal ini disebutkan oleh Allah dalam salah satu firman-Nya yaitu :
“Dan Apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah
mereka tiada juga beriman?”(QS. Al Anbiyaa ayat 30)
2. Masa kedua: Pada masa ini gravitasi mulai berperan dan mulai muncul
galaksi-galaksi yang terdir atas bintang-bintang. Juga mulai muncul
planetplanet termasuk planet bumi yang terdapat dalam tatasurya
matahari yang merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti.
3. Masa ketiga: Masa ini dikenal juga dengan masa Prekambrium
(Precambrian Era). Pada masa ini kondisi bumi masih cukup panas
sehingga belum ada makhluk yang hidup di bumi. Masa keempat: Masa
ini sering dikenal dengan zaman Paleozoikum (Paleozoic Era). Pada masa
ini di bumi mulai terdapat kehidupan sederhana yang ditandai dengan
munculnya tumbuhan-tumbuhan tingkat rendah atau tumbuhan perintis
hingga munculnya hewan-hewan sejenis serangga dan hewan-hewan
amphibia.
5. Masa Kelima: Masa ini dikenal pula dengan zaman Mesozoikum
(Mesozoic Era). Pada masa ini hewan-hewan sejenis reptil mulai muncul
seperti burung dan sejenisnya dan muncul pula hewan-hewan raksasa
seperti Dinosaurus dan sebagainya.
6. Masa Keenam: Masa ini juga disebut zaman Cenozoikum (Cenozoic
Era). Pada masa inilah mulai muncul hewan-hewan mamalia dan pada
akhir dari masa ini mulailah muncul sejarah manusia.
C. Teori-teori Ilmu Pengetahuan Teknologi dan
Seni (IPTEKS)

• Di awal era pertumbuhan Islam, dunia pengetahuan


mengalami zaman keemasan dengan bermunculan ilmuwan-
ilmuwan muslim yang sampai sekaarang penemuannya masih
menjadi rujukan sebagai dasar dari perkembangan
pengetahuan modern, tapi mungkin karena kurangnya
publisitas dan banyaknya peristiwa sejarah yang menjadikan
nama-nama mereka kurang dikenal bahkan di kalangan para
umat muslim itu sendiri.
Berikut 5 ilmuwan muslim yang sangat berjasa bagi dunia pengetahuan :

1. IBNU RUSHD (AVERROES)


Karya- karya Ibnu Rusyd :
• Bidayat Al Mutjahid (kitab ilmu fiqih)
• Kulliiyat fi At-tib (buku kedokteran)
• Fasl Al-Maqal fi Ma Bain Al-Hikmat Wa Asy-Syari’at (filsafat dalam Islam dan
menolak segala paham yang bertentangan dengan filsafat).
Abu Walid Muhammad bin Rusyd lahir di Kordoba (Spanyol) pada tahun 520
Hijriah. Ibnu Rusyd kecil sendiri adalah anak yang mempunyai banyak minat dan
talenta. Dia mendalami banyak ilmu, seperti kedokteran, hukum, matematika,
dan filsafat. Karya- karya Ibnu Rusyd hampir semua diterjemahkan ke dalam
bahasa Latin dan Ibrani (Yahudi) sehingga kemungkinan karya-karya aslinya
sudah tidak ada.
2. IBNU SINA / AVICENNA
Ibnu Sina dikenal juga sebagai Avicenna di Dunia. Ia adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan
dokter kelahiran Persia. Bagi banyak orang beliau adalah “Bapak Pengobatan Modern”.
Karyanya yang sangat terkenal adalah Qanun fi Thib yang merupakan rujukan di bidang
kedokteran selama berabad-abad. Dia adalah pengarang dari 450 buku pada beberapa
pokok bahasan besar. George Sarton menyebutnya sebagai “Imuwan Paling Terkenal dari
Islam dan Salah Satu yang Paling Terkenal pada Semua Bidang, Tempat, dan Waktu.”

3. AL BIRUNI
Merupakan matematikawan Persia, astronom, fisikawan, sarjana, penulis ensiklopedia,
pengembara, sejatawan, ahli farmasi dan guru. Ketika berusia 17 tahun, dia meneliti garis
lintang bagi Kath, Khwarazm, dengan menggunakan altitude maksimal matahari. Ketika
berusia 22 tahun, dia menulis beberapa hasil kerja ringkas, termasuk kajian proyeksi peta,
kartografi. Ketika berusia 27 tahun, dia telah menulis buku berjudul kronologi yang
merujuk kepada hasil kerja lain yang dihasilkan oleh beliau. Hasil karya Biruni melebihi 120
buku.
4. AL – KHAWARIZMI
Nama asli Al – Khawarizmi adalah Muhammad Ibn Musa al-khawarizmi, sumber
lain menyebutkan bahwa beliau hidup di Uzbekistan. Beliau adalah tokoh yang
berpengatahuan luas dalam bidang alsafah, logika, aritmatika, geometri, musik,
ilmu hitung, sejarah Islam, dan kimia. Algebra/aljabar merupakan nadi matematika.

5. Jabir Ibnu Hayyan / Ibnu Geber


Lahir di kota peradaban Islam Klasik, Kuffah (Irak). Jabir dijuluki Bapak Kimia
Modern. Jabir banyak menemukan teori-teori tentang ilmu kimia. Karya lainnya
yang telah diterbitkan adalah kitab Al Rahmah, Kitab Al Tajmi, Al Zilaq al Sharqi,
Book of The Kingdom, Book of Eastern Mercury, dan Book of Balance. Risetnya
banyak diapresiasi oleh ilmuwan dunia. Dengan prestasinya itu, dunia ilmu
pengetahuan modern pantas “berterima kasih” padanya.
D. Ayat Al-Qur’an dan Hadist yang relevan

Dalam Al-Qur’an, salah satu etika dalam mencari ilmu seperti yang telah
diterangkan dalam al-qur’an adalah tidak boleh puas setelah sampai pada
batas tertentu jenjang ilmu pengetahuan. Karena ilmu pengetahuan ibarat
lautan yang tidak bertepi dan tidak pula berbatas, sejauh manapun manusia
meraih ilmu pengetahuan, ia harus terus menambahnya dan ia tidak akan
munkin sampai pada batas kepuasan.

Dalam hal ini Allah telah mengajar Rasulullah SAW dengan firman-Nya,
“Maka Maha Tinggi Allah raja yang sebenar-benarnya, dan janganlah kamu
tergesa-gesa membaca Al qur'an sebelum disempurnakan mewahyukannya
kepadamu, dan Katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu
pengetahuan."
ilmu harus dicari dari sumbernya yang asli. Ia harus didatangi walaupun jauh
tempatnya dan susah ditempuh. Dalam Al-Qur’an telah dikisahkan tentang
seseorang yang bersusah payah menempuh jarak yang sangat jauh hanya
untuk menemui orang lain yang memiliki ilmu yang tidak dimilikinya, dia
adalah Nabi Musa as. Nabi Musa telah menempuh perjalanan yang sangat
jauh tanpa kendaraan, di tengah luasnya gurun pasir.

Salah satu imbauan Al-Qur’an dalam dunia ilmu pengetahuan adalah


manusia diwajibkan belajar kepada siapa saja yang mempunyai ilmu, dan
bermafaat bagi hidupnya di dunia maupun di akhiratj kelak. Sekalipun ia
lebih muda umurnya dan lebih rendah derajatnya, bahkan kita bisa belajar
dari binatang sekalipun. Misalnya kisah dalam Al-Qur’an tentang seseorang
yang belajar kepada burung gagak.
PARADIGMA ISLAM TENTANG ILMU PENGETAHUAN
A. Pengertian paradigma
• Istilah paradigma pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Kuhn (1962).
Paradigma dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual atau model yang
dengannya seorang ilmuwan bekerja (a conceptual framework or model within
which a scientist works). Ia adalah seperangkat asumsi-asumsi dasar yang
menggariskan semesta partikular dari penemuan ilmiah, menspesifikasi beragam
konsep-konsep yang dapat dianggap absah maupun metode-metode yang
dipergunakan untuk mengumpulkan dan menginterpretasikan data. Tegasnya
setiap keputusan tentang apa yang menyusun data atau observasi ilmiah dibuat
dalam bangun suatu paradigma.
• Norman K.Denzin membagi paradigma kepada tiga elemen yang meliputi;
epistimologi, ontologi, dan metodologi. Epistimologi mempertanyakan tentang
bagaimana cara kita mengetahui sesuatu, dan apa hubungan anatara peneliti
dengan pengetahuan. Ontologi berkaitan dengan pertanyaan mendasar tentang
hakikat realitas. Metodologi memfokuskan pada bagaimana cara kita
memperoleh pengetahuan.
• Dari definisi dan muatan paradigma ini, Zamroni mengungkapkan tentang posisi
paradigma sebagai alat bantu bagi ilmuwan untuk merumuskan berbagai hal yang
berkaitan dengan:
1. Apa yang harus dipelajari
2. Persoalan-persoalan apa yang harus dijawab
3. Bagaimana metode untuk menjawabnya.
4. Aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikan informasi
yang diperoleh.
Berangkat dari hal tersebut di atas maka, Zaim Elmubarok menyimpulkan bahwa
paradigma adalah cara masing-masing orang memandang dunia, yang belum tentu
cocok dengan kenyataan. Paradigma adalah petanya, bukan wilayahnya. Paradigma
adalah lensa kita, lewat mana kita lihat segalanya, yang terbentuk oleh cara kita
dibesarkan, pengalaman, serta pilihan-pilihan.
B. Paradigma Ilmu Pendidikan Islam

• Dalam Filsafat Pendidikan Islam, Prof.Tafsir menjelaskan bahwa tujuan pendidikan


adalah “Memanusiakan manusia”. Manusia perlu dibantu agar ia berhasil menjadi
manusia. Seseorang dapat dikatakan telah menjadi manusia apabila ia telah
memiliki sifat kemanusiaan. Itu meunjukkan bahwa tidak mudah untuk menjadi
manusia. Maka di sini perlunya pendidikan sebagai sarana “Pemanusiaan” tadi.
Karena proyek pemanusiaan ini sangat sulit, maka tidak bisa instan, dan asal-
asalan.
• Maka Bertolak dari asumsi bahwa life is education and education is life, dalam
arti pendidikan merupakan persoalan hidup dan kehidupan, dan seluruh proses
hidup dan kehidupan manusia adalah proses pendidikan (Long life education),
atau konsep Islamnya pendidikan sepanjang hayat, -Minal mahdi ila lahdi- maka
pendidikan Islam pada dasarnya hendak mngembangkan pandangan hidup Islami,
yang diharapkan tercermin dalam sikap hidup dan keterampilan hidup orang
Islam. Dan hal ini sejalan dengan Tujuan Pendidikan Nasional.
• Ketika Islam dijadikan Paradigma Ilmu Pendidikan paling tidak berpijak pada tiga
alasan:
1. Ilmu Pendidikan sebagai ilmu humaniora tergolong ilmu normatif, karena ia
terkait oleh norma-norma tertentu. Pada taraf ini, nilai-nilai Islam sangat
berkompeten untuk dijadikan norma dalam Ilmu Pendidikan.
2. Alasan kedua adalah, dalam menganalisis masalah pendidikan, para ahli selama
ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah Pendidikan Barat. Falsafah
Pendidikan Barat lebih bercorak sekuler yang memisahkan berbagai dimensi
kehidupan. Sedangkan masyarakat Indonesia lebih bersifat religius. Atas dasar itu,
nilai-nilai ideal Islam sangat memungkinkan untuk dijadikan acuan dalam mengkaji
fenomena kependidikan.
3. Alasan ketiga adalah dengan menjadikan Islam sebagai Paradigma , maka
keberadaan Ilmu Pendidikan memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan
spiritual dan kehidupan yang hakiki. Tanpa ruh ini berarti pendidikan telah
kehilangan ideologinya.
Fungsi paradigma ini pada dasarnya untuk membangun perspektif
Islam dalam rangka memahami realitas Ilmu Pendidikan. Tentunya hal
ini harus ditopang oleh konstruksi pengetahuan yang menempatkan
wahyu sebagai sumber utamanya, yang pada gilirannya terbentuk
struktur transendental sebagai referensi untuk menafsirkan realitas
pendidikan.
• Islam sebagai Paradigma Ilmu pendidikan juga memiliki arti konstruksi sistem
pendidikan yang didasarkan atas nilai-nilai universal Islam. Bangunan sistem ini
tentunya berpijak pada prinsip-prinisp hakiki, yaitu prinsip at-tauhid, prinsip
kesatuan makna kebenaran dan prinsip kesatuan sumber sistem. Dari prinsip-prinsip
tersebut selanjutnya diturunkan elemen-elemen pendidikan sebagai World of view,
terhadap pendidikan.
• Paradigma Islam, yaitu paradigma yang memandang bahwa agama adalah dasar dan
pengatur kehidupan. Aqidah Islam menjadi basis dari segala ilmu pengetahuan.
Aqidah Islam –yang terwujud dalam apa-apa yang ada dalam al-Qur`an dan al-
Hadits– menjadi qa’idah fikriyah (landasan pemikiran), yaitu suatu asas yang di
atasnya dibangun seluruh bangunan pemikiran dan ilmu pengetahuan manusia (An-
Nabhani, 2001).
• Paradigma ini memerintahkan manusia untuk membangun segala pemikirannya
berdasarkan Aqidah Islam, bukan lepas dari aqidah itu. Ini bisa kita pahami dari ayat
yang pertama kali turun:

• “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan.” (Qs. al-‘Alaq : 1).
• Pendidikan Islam merupakan salah satu disiplin ilmu keislaman yang membahas
objek-objek di seputar kependidikan. Pemahaman hakikat pendidikan Islam
sebenarnya tercermin di dalam sejarah dan falsafah Islam sendiri, sebab setiap
proses pendidikan tidak terlepas dari objek-objek keislaman. Pendidikan Islam
semula mengambil bentuk sebagai:
1. asas-asas kependidikan. Asas-asas kependidikan yang dimaksud terakumulasi
di dalam Al-Quran dan As-Sunnah. Tak satupun persoalan, termasuk persoalan
pendidikan, yang luput dari jangkauan ajaran Islam, sekalipun cakupannya tidak
menyentuh pada aspek-aspek teknik oprasional.
2. konsep-konsep kependidikan. Konsep-konsep kependidikan yang dimaksud
merupakan hasil pemikiran, perenumgan dan interpretasi para ahli yang
diinspirasikan dari Al-Quran dan As-Sunnah,
3. teori-teori kependidikan. Teori-teori kependidikan yang dimaksud merupakan
hasil kerja ilmiah dalam melihat pendidikan.
Berikut ini beberapa ayat alquran tentang ilmu yang
menjelaskan tentang pentingnya ilmu serta kedudukan mulia
orang-orang berilmu di sisi Allah.
َْ‫ّل ت َ ْعلَ ُمون‬ ْْ ‫الذ ْك ِْر ِإ‬
َْ ‫ن ُك ْنت ُْْم‬ ِ ‫ل‬ َْ ‫وحي ِإلَ ْي ِه ْْم فَا ْسأَلُوا أ َ ْه‬ َْ ‫ك ِإ‬
ً ‫ّل ِر َج‬
ِ ُ‫اّلْ ن‬ ْْ ‫س ْلنَا ِم‬
َْ ‫ن قَ ْب ِل‬ َ ‫َو َما أ َ ْر‬
• Dan Kami tidak mengutus sebelum engkau (Muhammad), melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka. Maka bertanyalah kepada
orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. – (Q.S
An-Nahl: 43)

‫ب ِز ْدنِي ِع ْل ًْما‬ ْْ ُ‫ْك َو ْحيُ ْهُ َوق‬


ِْ ‫ل َر‬ َْ ‫ضى ِإلَي‬ ْْ َ ‫ل أ‬
َ ‫ن يُ ْق‬ ِْ ‫ن قَ ْب‬ ِْ ‫ل ِب ْالقُ ْر‬
ْْ ‫آن ِم‬ َْ ‫ك ْال َحقْ َو‬
ْْ ‫ّل ت َ ْع َج‬ ُْ ‫ّللاُ ْال َم ِل‬
َْ ‫فَتَعَالَى‬
• Maka Mahatinggi Allah, sebenar-benarnya Raja. Dan janganlah engkau
(Muhammad) tergesa-gesa (membaca) Al-Qur’an sebelum selesai
diwahyukan kepadamu, dan katakanlah, “Ya Tuhanku, tambahkanlah ilmu
kepadaku. ” – (Q.S Thaha: 114)
‫ت ُر ْشدًا‬
َْ ‫ع ِل ْم‬
ُ ‫ن ِم َما‬ ْْ َ ‫علَى أ‬
ِْ ‫ن تُعَ ِل َم‬ َْ ُ‫ل أَت َ ِبع‬
َ ‫ك‬ َ ‫ل لَ ْهُ ُمو‬
ْْ ‫سى َه‬ َْ ‫قَا‬
• Musa berkata kepadanya, “Bolehkah aku mengikutimu supaya
engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah
diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?” – (Q.S Al-Kahfi: 66)

َ ‫ّل ْال ْعَا ِل ُم‬


ْ‫ون‬ َْ ‫اسْ َو َما يَ ْع ِقلُ َها ِإ‬ َْ ‫َو ِت ْل‬
ُْ ‫ك ْاْل َ ْمثَا‬
ِ َ‫ل نَض ِْربُ َها ِللن‬
• Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk manusia.
Dan tidak ada yang bisa memahaminya kecuali mereka yang
berilmu. – (Q.S Al-Ankabut: 43)
SEKIAN DAN TERIMAKASIH
WASSALAMUALAIKUM WR. WB.

Anda mungkin juga menyukai