Dosen :
Disusun Oleh :
AGUSTINUS THEO JALANI
i
ii
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwa
makalah ini telah selesai dikerjakan untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan oleh dosen kami. Dalam proses pembuatan makalah ini kami
sebagai penyusun mengalami berbagai hambatan dan gangguan, akan
tetapi dengan kesabaran serta dukungan dari media yang memadai,
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Tak ketinggalan pula kami
sebagai penyusun makalah mengucapkan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
Semua pihak dan rekan-rekan yang membantu dalam pengumpulan
bahan, penyusunan dan pembuatan makalah ini. Tentunya sebagai manusia
yang tak sempurna, kami selaku penyusun tak lepas dari kesalahan. Untuk
itu kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan
evaluasi atas makalah yang kami buat. Harapannya agar kami menjadi
lebih baik lagi di kemudian hari.
Penulis
ii
iii
Daftar Isi
BAB I..............................................................................................................................4
PENDAHULUAN..........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah................................................................................................5
C. Tujuan Masalah....................................................................................................5
D. Manfaat Penulisan................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................6
1. Definis...............................................................................................................6
2. Faktor Penyebab...............................................................................................7
4. Penanganan.....................................................................................................11
B. Autisme..............................................................................................................13
A. Definisi...........................................................................................................13
5. Faktor Penyebab.............................................................................................14
7. Penanganan.....................................................................................................19
BAB III.........................................................................................................................22
Asuhan keperawatan.....................................................................................................22
A. BDHD.................................................................................................................22
1. Pengkajian.......................................................................................................22
2. Diagnosa Keperawatan...................................................................................31
iii
iv
3. Intervensi Keperawatan..................................................................................32
4. Evaluasi...........................................................................................................43
B. AUTISME..........................................................................................................45
1. Pengkajian.......................................................................................................45
2. Pemeriksaan fisik............................................................................................45
3. Diagnosa Keperawatan...................................................................................46
4. Intervensi........................................................................................................46
BAB IV.........................................................................................................................49
PENUTUP.....................................................................................................................49
A. Kesimpulan.........................................................................................................49
B. Saran...................................................................................................................50
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan beberapa
permasalahan pokok diantaranya :
1. apa yang dimaksud dengan anak Adhd dan autisme ?
2. apa yang menyebabkan Adhd dan autisme ?
3. bagaimana patofisiologi Adhd dan autisme ?
4. bagaimana pemeriksaan diagnostic Adhd dan autisme ?
5. apa saja penatalaksanaan Adhd dan autisme ?
6. bagaimana asuhan keperawatan pada klien anak berkebutuhan
khusus ?
C. Tujuan Masalah
D. Manfaat Penulisan
PEMBAHASAN
1. Definis
3
4
2. Faktor Penyebab
2. Hiperaktivitas-Impulsivitas.
Perilaku yang disebabkan oleh hiperkativitas-impulsivitas antara
lain:
Gelisah atau sering menggeliat di tempat duduk
Sering meninggalkan tempat duduk di kelas atau situasi lain
dimana seharusnya duduk tenang
Berlari berlebihan atau menanjat-manjat yang tidak tepat sutuasi
Kesulitan bermain atau terlibat dalam aktivitas yag menyangkan
Seolah selalu terburu-buru atau bergerak terus seperti mesin
Berbicara terlalu banyak
Sering menjawab pertanyaan sebelum selesai diberikan
(impulsivitas)
Terkadang gejala tersebut juga diikuti oleh agresifitas dalam
bentuk sering mendesak, mengancam, atau mengintimidasi
orang lain; sering memulai perkelahian; menggunakan senjata
tajam yang dapat melukai orang lain; berlaku kasar secara fisik
terhadap orang lain; menyiksa binatang; menyanggah jika
dikonfrontasi dengan korban dari perilakunya; memaksa orang
lain melakukan aktivitas seksual
Pedoman diagnostik:
a. Ciri-ciri utama ialah berkurangnya perhatian dan aktivitas berlebihan.
Kedua ciri ini menjadi syarat mutlak untuk diagnosis dan haruslah nyata
ada pada lebih dari satu situasi (misalnya di rumah, di kelas, di klinik)
b. Berkurangnya perhatian tampak jelas dari terlalu dini dihentikannya
tugas dan ditinggalkannya suatu kegiatan sebelum tuntas selesai. Anak-
anak ini sering kali beralih dari satu kegiatan ke kegiatan lain, rupanya
kehilangan minatnya terhadap tugas yang satu karena perhatiannya
tertarik pada hal lain. Berkurangnya ketekunan dan perhatian ini
seharunya hanya didiagnosis bila sifatnya berlebihan bagi anak dengan
usia atau IQ yang sama.
c. Hiperaktivitas dinyatakan dalam kegelisahan yang berlebihan,
khususnya dalam situasi yang menuntut keadaan relatif tenang. Hal ini
tergantung pada situasinya, mencakup anak itu berlari-lari atau
melompat-lompat sekeliling ruangan, ataupun bangun dari duduk/kursi
dalam situasi yang menghendaki anak itu tetap duduk, terlalu banyak
bicara dan ribut, atau kegugupan/kegelisahan dan berputar-putar atau
berbelit-belit. Tolok ukur untuk penilaiannya ialah bahwa suatu aktivitas
disebut berlebihan dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi
dalam konteks apa yang diharapkan pada suatu situasi dan dibandingkan
dengan anak-anak-anak yang sama umur dan nilai IQ-nya. Ciri khas
perilaku ini paling nyata di dalam suatu situasi yang berstruktur dan
diatur yang menuntun suatu tingkat sikap pengendalian diri yang tinggi.
d. Gambaran penyerta tidaklah cukup bahkan tidak diperlukan bagi suatu
diagnosis, namun demikian ia ia dapat mendukung. Kecerobohan dalam
hubungan-hubungan sosial, kesembronoan dalam situasi yang berbahaya
dan sikap yang secara impulsif melanggar tata tertib sosial (yang
diperlihatkan dengan mencampuri urusan atau mengganggu kegiatan
orang lain, terlampau cepat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
belum lengkap diucapkan orang, atau tidak sabar menunggu gilirannya),
kesemuanya merupakan ciri khas dari anak-anak dengan gangguan ini.
8
4. Penanganan
E. Autisme
1. Definisi
Autism berasal dari kata Auto yang berarti sendiri. Penyandang autisme
seakan-akan hidup di dunianya sendiri. Istilah autism baru diperkenalkan
sejak tahun 1943 (Handojo, 2006). Autis atau autism adalah salah satu dari
lima tipe gangguan perkembangan pervasif (PDD), yang ditandai tampilnya
abnormalitas pada domain interaksi sosial. Autism merupakan tipe yang
paling populer dari PDD. Autism mengacu pada problem dengan interaksi
sosial, komunikasi, dan bermain imajinatif yang mulai muncul sejak anak
berusia di bawah 3 tahun. Anak penyandang autism mempunyai
keterbatasan pada level aktivitas dan interest. Hampir 75% dari anak autis
pun mengalami beberapa derajat retardasi mental (Priyatna, 2010).
Autism merupakan sebuah sindrom patologis yang jarang namun serius,
menimpa individu di masa kanak-kanak, dicirikan kondisi penarikan diri
total, kurangnya kemampuan meresponse secara sesuai atau kurangnya
minat kepada orang lain, gangguan komunikasi dan linguistik serius, dan
kegagalan untuk mengembangkan attachment normal (Reber & Reber,
2010)
Perilaku autism digolongkan dalam dua jenis, yaitu perilaku yang
eksesif (berlebihan) dan perilaku yang defisit (berkekurangan). Yang
termasuk perilaku eksesif adalah hiperaktif dan tantrum (mengamuk)
berupa menjerit, menendang, menggigit, mencakar, memukul, dsb. Sering
juga terjadi anak menyakiti diri sendiri (self abuse). Perilaku defisit
ditandai dengan gangguan bicara, perilaku sosial kurang sesuai (naik ke
pangkuan ibu bukan untuk kasih sayang tapi untuk meraih kue), defisit
sensoris sehingga dikira tuli, bermain tidak benar, dan emosi yang tidak
tepat, misalnya tertawa tanpa sebab, menangis tanpa sebab, dan melamun
(Handojo, 2006).
11
2. Faktor Penyebab
Sampai saat ini, para ilmuwan belum yakin pada apa yang menjadi
penyebab autism, tetapi kemungkinan besar berhubungan erat dengan faktor
genetika dan pengaruh lingkungan. Penelitian pada individu dengan autism
menemukan adanya penyimpangan di beberapa area pada otak. Penelitian
lain menunjukkan bahwa individu dengan autism mempunyai level
abnormal dari serotonin atau neurotransmitter lain di otak (Priyatna, 2010).
Hal ini menunjukkan bahwa kelainan autism dapat saja timbul akibat
terjadi disrupsi perkembangan otak normal pada masa awal pekembangan
janin yang disebabkan karena adanya cacat pada gen yang mengatur
pertumbuhan otak dan gen yang mengatur bagaimana neuron saling
berkomunikasi satu sama lain (Priyatna, 2010).
Beberapa ahli menyebutkan autism disebabkan karena multifaktorial.
Beberapa peneliti mengungkapkan terdapat gangguan biokimia, ahli lain
berpendapat bahwa autism disebabkan oleh psikiatri / jiwa. Ahli lainnya
berpendapat bahwa disebabkan oleh kombinasi makanan yang salah atau
lingkungan yang terkontaminasi zat-zat yang beracun yang mengakibatkan
kerusakan pada usus besar yang mengakibatkan masalah pada tingkah laku
dan fisik termasuk autism (Handojo, 2006).
Banyak pakar telah sepakat bahwa pada otak anak autism dijumpai suatu
kelainan pada otaknya. Ada tiga lokasi di otak yang ternyata mengalami
kelainan neuro-anatomis. Sebab timbulnya kelainan tersebut belum dapat
dipastikan. Banyak teori yang diajukan oleh para pakar, mulai dengan
penyebab genetika, infeksi virus dan jamur, kekurangan nutrisi dan
oksigenasi, serta akibat polusi udara, air dan makanan. Diyakini bahwa
gangguan tersebut terjadi pada fase pembentukan organ-organ
(organogenesis) yaitu pada usia kehamilan antara 0-4 bulan. Organ otak
sendiri baru terbentuk pada usia kehamilan setelah 15 minggu (Handojo,
2006).
Dari penelitian yang dilakukan oleh para pakar ditemukan beberapa fakta
yaitu adanya kelainan anatomis pada lobus parietalis, cerebellum dan sistem
12
spontan ini seringkali ditemukan pada anak yang megidap autism klasik.
Anak-anak yang sedang tumbuh hanya berpeluang sekitar 1% untuk
mempunyai mutasi spotan. Anak-anak autism mempunyai mutasi, tetapi
tidak semua dari mereka berbagi mutasi yang sama. Dalam hal ini ada
banyak mutasi berbeda yang terjadi di kalangan anak dengan autism.
c. Genetika dan autism versus hereditas dan autism
Hanya sebagian kecil anak mengidap autism karena keturunan, sementara
yang lainnya berhubungan erat dengan faktor genetika.
d. Bobot bayi lahir rendah (BBLR) dan lahir prematur
Temuan hasil penelitian untuk risiko BBLR dan lahir prematur dengan
autism adalah:
1) BBLR dengan bobot kurang dari 5,5 pound mempunyai resiko 2,3 kali
lebih besar untuk mengidap autism dibandingkan dengan bayi lahir
normal.
2) Bayi perempuan dengan BBLR mempunyai resiko tiga kali atau
bahkan lebih tinggi untuk mengembangkan autism, dibandingkan bayi
laki-laki BBLR.
3) Risiko dari BBLR dan lahir prematur tidak Cuma autism, tetapi dapat
pula autism yang disertai dengan gangguan perkembangan lainnya.
Bayi dengan bobot lahir kurang dari 2.500 g dan kelahiran prematur
pada kehamilan kurang dari 33 minggu berhubungan dengan resiko
peningkatan sekitar dua kali lipat untuk mengidap autism.
6. Penanganan
Asuhan keperawatan
A. BDHD
1. Pengkajian
19
20
Masa Toddler
Masa adolensence
1. Secara umum tidak ada gangguan pada area ini meskipun sulit untuk
mengkaji anak berdasarkan tingkat aktivitas anak dan usia atau tahap
perkembangan Sensorium dan proses intelektual.
2. Anak waspada dan terorientasi, dan tidak ada perubahan sensori atau
persepsi seperti halusinasi.
3. Kemampuan anak untuk memberikan perhatian atau berkonsentrasi
tergangguan secara nyata.
4. Rentang perhatian anak adalah 2 atau 3 detik pada ADHD yang berat
2 atau 3 menit pada bentuk gangguan yang lebih ringan.
5. Mungkin sulit untik mengkaji memori anak, ia sering kali menjawab,
saya tidak tahu, karena ia tidak dapat memberi perhatian pada
pertanyaan atau tidak dapat berhenti memikirkan sesuati.
6. Anak yang mengalami ADHD sangat mudah terdistraksi dan jarang
yang mampu menyelesaikan tugas
Konsep diri
1. Hal ini mungkin sulit dikaji pada anak yang masih kecil, tetapis
ecara umum harga diri anak yang mengalami ADHD adalah rendah.
2. Karena mereka tidak berhasil di sekolah, tidak dapat mempunyai
banyak teman, dan mengalami masalah dalam mengerjakan tugas di
rumah, mereka biasanya merasa terkucil sana merasa diri mereka
buruk.
3. Reaksi negatif orang lain yangmuncul karena perilaku mereka
sendiri sebagai orang yang buruk dan bodoh
6. Guru serungkali merasa frustasi yang sama seperti orang tua dan
pengasuh atau babysister mungkin menolak untuk mengasuh anak
yang mengalami ADHD yang meningkatkan penolakan anak.
7. Diagnosa Keperawatan
8. Intervensi Keperawatan
Tujuan :
Intervensi:
Tujuan :
Intervensi :
Tujuan :
Anak tidak akan melukai diri sendiri atau orang lain dengen kriteria
hasil:
Intervensi :
Tujuan :
Intervensi:
Tujuan :
Intervensi :
9. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan
ADHD antara lain :
B. AUTISME
1. Pengkajian
12. Intervensi
Intervensi :
1) Pelihara hubungan saling percaya untuk memahami komunikasi
anak.
2) Gunakan kalimat sederhana dan lambang/maping sebagai media.
3) Anjurkan kepada orang tua/pengasuh untuk melakukan tugas
secara konsisten.
4) Pantau pemenuhan kebutuhan komunikasi anaksampai anak
menguasai.
5) Kurangi kecemasan anak saat belajar komunikasi.
6) Validasi tingkat pemahaman anak tentang pelajaran yang telah
diberikan.
7) Pertahankan kontak mata dalam menyampaikan ungkapan non
verbal.
8) Berikan reward pada keberhasilan anak.
9) Bicara secara jelas dan dengan kalimat sederhana.
10) Hindari kebisingan saat berkomunikasi.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan yang berupa kurangnya perhatian dan kiperaktivitas atau yang lebih
dikenal dengan Attention Deficits Hiperactivity Disorder (ADHD) dapat kita
temui dalam banyak bentuk dan perilaku yang tampak. Sampai saat ini ADHD
masih merupakan persoalan yang kontroversial dan banyak dipersoalkan di
dunia pendidikan. Beberapa bentuk perilaku yang mungkin pernah kita lihat
seperti: seorang anak yang tidak pernah bisa duduk di dalam kelas, dia selalu
bergerak; atau anak yang melamun saja di kelas, tidak dapat memusatkan
perhatian kepada proses belajar dan cenderung tidak bertahan lama untuk
menyelesaikan tugas; atau seorang anak yang selalu bosan dengan tugas yang
dihadapi dan selalu bergerak ke hal lain. Anak-anak dengan ADHD biasanya
menampakkan perilaku yang dapat dikelompokkan dalam 2 kategori utama,
yaitu: kurangnya kemampuan memusatkan perhatian dan hiperaktivitas-
impulsivitas. Penyebab ADHD yang tepat belum diketahui dengan jelas,
sering dianggap 'disfungsi otak minimal', karena percaya ada kerusakan ringan
pada otak. Mereka menemukan bahwa struktur yang menghubungkan kedua
belahan otak dan daerah yang mengendalikan ingatan (memori) serta emosi
berukuran lebih kecil pada penderita ADHD.
46
47
diketahui, tetapi beberapa hal yang dapat memicu adanya perubahan genetika
dan kromosom, dianggap sebagai faktor yang berhubungan dengan kejadian
autis pada anak, perkembangan otak yang tidak normal atau tidak seperti
biasanya dapat menyebabkan terjadinya perubahan pada neurotransmitter,
dan akhirnya dapat menyebabkan adanya perubahan perilaku pada penderita.
Dalam kemampuan intelektual anak autis tidak mengalami keterbelakangan,
tetapi pada hubungan sosial dan respon anak terhadap dunia luar, anak sangat
kurang. Anak cenderung asik dengan dunianya sendiri. Dan cenderung suka
mengamati hal – hal kecil yang bagi orang lain tidak menarik, tapi bagi anak
autis menjadi sesuatu yang menarik.
Terapi perilaku sangat dibutuhkan untuk melatih anak bisa hidup dengan
normal seperti anak pada umumnya, dan melatih anak untuk bisa
bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
F. Saran
Bagi perawat, Diharapkan lebih memberikan motivasi kepada keluarga agar
keluarga mengetahui dan mencari informasi tentang perawatan anak pada
cerebral palsy. Hal tersebut sangat diharapkan untuk terciptanya pelayanan
yang maksimal. 2. Bagi keluarga, Diharapkan keluarga untuk mencari
informasi tentang perawatan anak dengan cerebral palsy serta dapat
memaksimalkan keadaan pasien yang ada dengan cara mengajak anak ke ahli
terapi wicara, ke klinik fisioterapi untuk mencegah terjadinya kontraktur
(kekakuan otot), dan memberikan pendidikan anak yang layak (SLB)
48
Dapus:
Davidson, G. C., Neale, J. M., & Kring, A. M. (2010). Psikologi abnormal (ed.
9.). Terjemahan oleh Noermalasari Fajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Handojo, Y. (2006). Autisma. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer
Kosasih, E. (2012). Cara bijak memahami anak berkebutuhan khusus.
Bandung: Yrama Widya
Priyatna, A. (2010). Amazing autism!. Jakarta: Kompas Gramedia.