Anda di halaman 1dari 42

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AN. T DENGAN ATTENTION


DEFICIT HYPERACTIVE DISORDERS (ADHD)

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Ujian Tengah Semester “ Keperawatan Jiwa II”

Dosen Pengampu :

Elly Rahmawati S.Kep., Ns.,

Disusun Oleh :

Eka Firda Nur Oktavia 2019030002

Kukuh Hendra Setyoko 2019030006

Lutfiyah Riza Umami 2019030007

Winda Sri Lestari Subhan 2019030013

Embriani Ma’abuat 2019030074

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

NOVEMBER 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang “Makalah Asuhan Keperawatan Pada An. T
Dengan Attention Deficit Hyperactive Disorders (ADHD)”.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan


Jiwa. Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pemahaman bagi kami. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini
masih banyak kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, untuk itu kami
meminta kritik dan saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada Elly
Rahmawati, S.Kep., Ns., selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Jiwa
yang sudah menyampaikan ilmunya kepada kami, serta pihak yang telah bekerja
sama dalam membantu proses penyusunan makalah. Harapan penulis semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan
umumnya bagi semua pihak yang membacanya.

Jombang, 03 November 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
BAB I PEDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang 1

1.2 Rumusan Masalah 2

1.3 Tujuan 2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................4
2.1 Konsep Penyakit ADHD 4

2.1.1 Pengertian ADHD................................................................................4


2.1.2 Etiologi..................................................................................................5
2.1.3 Patofisiologi..........................................................................................5
2.1.4 Pathway.................................................................................................9
2.1.5 Manifestasi Klinis..............................................................................10
2.1.6 Komplikasi.........................................................................................12
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ADHD.......................................................13
2.1.8 Penatalaksanaan.................................................................................13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 17

2.2.1 Pengkajian..........................................................................................17
2.2.2 Diagnosa Keperawatan......................................................................19
2.2.3 Intervensi............................................................................................20
2.2.4 Implementasi......................................................................................21
2.2.5 Evaluasi...............................................................................................23
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................24
3.1 Kasus 24

3.2 Pengkajian 24

3.3 Riwayat Kesehatan Klien 25

3.4 Riwayat Anak 26

3.5 Pola Fungsi Kesehatan 27

3.6 Pemeriksaan Fisik 28

ii
3.7 Pemeriksaan Penunjang 29

3.8 Penatalaksanaan 29

3.9 Terapi 30

3.10Analisa Data 30

3.11Diagnosa Keperawatan 31

3.12Intervensi 32

3.13Implementasi 34

BAB IV PENUTUP...............................................................................................36
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................38

iii
BAB I

PEDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ADHD sering diterjemahkan dengan keadaan hiperaktifitas meskipun
sebenarnya hiperaktivitas merupakan gejala saja dari ADHD istilah
hiperaktivitas digunakan untuk anak dengan kelainan perilaku. Sebenarnya
anak normal pun dalam tahap perkembangan terntentu juga mengalami
semacam hiperaktivitas tetapi istilah yang dipakai untuk anak normal adalah
overaktivitas. Gangguan hiperaktivitas adalah gangguan pada anak yang
timbul padausia perkambangan dini dengan ciri utama tidak mampu
memusatkan perhatian, hiperaktivitas,dan impulsivitas. Ciriperilaku ini
mewarnai berbagai situasi dan dapat berlanjut sampai dewasa (Scghaefer,et
al, 1991 dalam Abdul Muhith, 2015)

Dalam jurnal Adiputras, (2018) disebutkan bahwa, pada penderita yang


dilakukan El-nerm, et.al (2015) mengungkapkan bahwa pravalensi penderita
anak dengan ADHD di Mesir mencapai 19,7 % dari 600 anak (286 laki – laki
dan 314 perempuan) dari usia antara 5 – 12 tahun. Asherson (2012)
mengungkapkan bahwa data statistic menunjukan pravalensi ADHDdi
wilayah Asia sebesar 10 % dari total keseluruhan anak.pravalensi ADHD di
Indonesia tidakdiketahui secara pasti tingkat kejadiannya. Penelitian yang
dilakukan secaraterbatas di Jakarta dilaporkan pravalensi ADHD sebesar 4,2
% paling banyak ditemukan pada anakusia sekolah dan pada anak laki – laki
(Galih, 2011). Sementara itu Padang pravalensi mencapai 8 % di Bantul dan
Yogyakarta mencapai 5,7 % (Putri, 2014). Kondisi anak dengan ADHD
nudah dikihat seperti, kurang mampu memperhatikan aktivitas permainan
maupun tugas. Perhatiannya mudah terpecah dan sering kehilangan barang.
Selain itu, penderita ADHD juga memiliki perilaku berubah –
ubah,impulsive, selalu aktif dan tidak bisa asikdalamkegiatan yang
menghabiskan waktu, seperti membaca atau menyusun puzzle. Dari data yang
terdapat pada anak ADHD, dapat ditegakkann beberapa diagnose seperti

1
kecemasan, perubahan pola belajar,kopingkeluarga tidak efektif, dan resiko
cedera.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 40-50% kasus ADHD menetap


pada masa remaja, bahkan sampai dewasa. Bila menetap sampai remaja,
dapat memunculkan masalah lain seperti kenakalan remaja, gangguan
kepribadian antisosial, dan cenderung terlibat penyalahgunaan narkotika,
psikotropika dan zat adiktif lainnya (NAPZA). Orang dewasa dengan ADHD
sering bertengkar dengan pimpinannya, sering pindah pekerjaan dan dalam
melaksanakan tugasnya seringkali terlihat tidak tekun (Plizska, 2007 dalam
Selekta, 2013).

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belakang diatas dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan ADHD ?
2. Apa sajakah penyebab atau etiologi dari ADHD ?
3. Bagaimana patofisiologi dari ADHD ?
4. Bagaimana pathway dari ADHD ?
5. Apa saja manifestasi klinis yang muncul pada klien ADHD ?
6. Komplikasi apa sajakah yang mungkin muncul dan terjadi pada klien
ADHD?
7. Pemeriksaan apa sajakah yang dapat digunakan untuk menegakkan
diagnose pada klien ADHD ?
8. Bagaimana penetalaksanaan yang diberikan pada klien ADHD ?
9. Bagaimanan proses asuhan keperawatan yang bisa diberikan pada klien
ADHD?

1.3 Tujuan
Dari rumusan masalah diatas memiliki tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian dari ADHD
2. Untuk mengetahui penyebab atau etiologi dari ADHD
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari ADHD
4. Untuk mengetahui bagaimana pathway dari ADHD

2
5. Untuk mengetahui apa sajakah manifestasi klinis yang mungkin
muncul pada klien ADHD
6. Untuk mengetahui apa sajakah komplikasi yang mungkin muncul dan
terjadi pada klien ADHD
7. Untuk mengetahui pemeriksaan apa sajakah yang dapat digunakan
untuk menegakkan diagnose pada klien ADHD
8. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan yang diberikan pada
klien ADHD
9. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan pada klien ADHD

3
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Konsep Penyakit ADHD
2.1.1 Pengertian ADHD
Sesuai dengan edisi keempat dari amerikan Psychiatric
Association’s Diagnostic and Statistical Manual (DMS – IV), ADHD
adalah suatu keadaan yang menetap dari inatensi dan/ atau
hiperaktivitas – impulsivitas yang lebih sering frekuensinya dan lebih
berat dibandingkan dengan individu lain yang secara tipikal diamati
pada tringkat perkembangan yang sebanding (Tayono, 2013).
Gambaran penting ADHD yaitu polapersisten tidak perhayian dan/
atau hiperaktivitas serta impulsivitas yang lebih sering dari pada anak
dengan usia yang sama (Ballard, Kennedy, & O’Brien, 2014).

Attention Deficit Hyperactivity Disorder secara istilah adalah


hambatan pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif. Secara
umum sudah banyak penelitian tentang faktor penyebab Attention
Deficit Hyperactivity Disorder. Meskipun demikian, belum bisa
dipastikan secara pasti fakor dominan atau utama penyebab adanya
gangguan tersebut. Para ahli menyimpulkan bahwa Attention Deficit
Hyperactivity Disorder disebabkan adanya masalah genetikal, bahan-
bahan kimia, virus, problem kehamilan dan persalinan serta kondisi
yang dapat mengintervensi penyebab rusaknya jaringan otak manusia
(Evita, 2018).

Perlu diketahui bahwa kemunculan gejala ADHD dimulai pada


umur kanak-kanak, bersifat menahun. Gejala utamanya berupa
hambatan konsentrasi, pengendalian diri, serta hiperaktif.Pada gejala
Inatensi anak sering terlihat mengalami kesulitan dalam memusatkan
perhatian (tidak bisa fokus). Adanya stimulus secara spontan dari
indera masing-masing sangat mempengaruhi konsentrasi mereka.
Daya tahan konsentrasi mereka sangatn terbatas, sehingga

4
menghambat proses information receiving dari luar (lingkungan).
Kemudian pada gejala Impulsifitas, anak mengalami kelainan sikap
atau ketidak harmonisan antara pikiran dengan tindakannya. (Disorder
among think and do). Faktor sense atau perasaan begitu mendominasi
sehingga mereka sangat cepat merespon. Anak juga mengalami
hambatan dalam menentukan skala prioritas ketika sedang beraktifitas,
kondisi demikian sangat mengganggu kepribadian dan lingkungannya.
Pada gejala Hiperaktifitas, anak mengalami aktifitas berupa gerakan
motorik yang berlebih di atas rata-rata aktifitas motorik anak normal
sesuai usianya. Mereka terlalu banyak bergerak serasa tanpa lelah dan
tujuan yang jelas bahkan sangat sulituntuk ditenangkan (Evita, 2018).

2.1.2 Etiologi
Menurut Adam (2008) penyebab pasti belum diketahui.
Namun papar Hardiono ada bukti bahwa faktor biologis dan genetis
berperan dalam ADHD. Faktor logis berpengaruh pada dua
neurotransmitter di otak, yaitu dopamine dan norepinefrin.
Dopamin merupakan zat yang bertanggung jawab pada tingkah laku
dan hubungan social, serta mengontrol aktifitas fisik. Norepinefrin
berkaitan dengan konsentrasi, memusatkan perhatian, dan
perasaan. Faktor lainnya yang berpengaruh adalah lingkungan.
Karakter dalam keluarga juga dapat berperan menimbulkan gejala
ADHD. Bahkan dari penelitian di beberapa rumah tahanan,
sebagian besar penghuninya ternyata pernah ADHD pada masa
kecilnya. Demikian juga terjadi pada pengguna narkoba.
Belum diketahui apa penyebab pasti anak - anak menjadi
hiperaktif. Namun menurut dunia kedokteran, itu terkait dengan
faktor biologis dan genetik, serta lingkungan

2.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar profesional sekarang percaya bahwa ADHD
terdiri dari tiga masalah pokok: kesulitan dalam perhatian
berkelanjutan, pengendalian atau penghambatan impuls, kegiatan
berlebihan. Beberapa periset, seperti Barkley, menambahkan

5
masalah-masalah lain seperti kesulitan metauhi peraturan dan
instruksi, adanya vairiabilitas berlebih dalam berespons situasi,
khusunya pekerjaan sekolah. Singkatnya ADHD merupakan suatu
gangguan perkembangan yang mengakibatkan ketidakmampuan
mengatus perilaku, khususnya untuk mengantisipasi tindakan dan
keputusan masa depan. Anak yang mengidap ADHD relative
tidak mampu menahan diri untuk merespons situasi pada saat tertentu.
Mereka benar - benar tidak bisa menunggu. Penyebabnya
diperkirakian karena mereka memiliki sumber biologis yang kuat
yang ditemukan pada anak - anak dengan predisposisi keturunan
(Martin, 1998).

Beberapa penelitian belum dapat menyimpulkan penyebab


pasti dari ADHD. Seperti halnya dengan gangguan perkembangan
lainnya (autisme), beberapa faktor yang berperan dalam timbulnya
ADHD adalah faktor genetik, perkembangan otak saat kehamilan,
perkembangan otak saat perinatal, Tingkat kecerdasan (IQ), terjadi
disfungsi metabolism, hormonal, lingkungan fisik dan sosial sekitar,
asupan gizi, dan orang - orang dilingkungan sekitar termasuk
keluarga. Beberapa teori yang sering dikemukakan adalah
hubungan antara neurotransmitter dopamine dan epinephrine.

Teori faktor genetik, beberapa penelitian dilakukan bahwa


pada keluarga penderita, selalu disertai dengan penyakit yang
sama setidaknya satu orang dalam keluarga dekat. Orang tua dan
saudara penderita ADHD memiliki resiko hingga 2 - 8 x terdapat
gangguan ADHD (Klik dokter, 2008).

Teori lain menyebutkan adanya gangguan disfungsi sirkuit


neuron di otak yang dipengaruhi oleh berbagai gangguan
neurotransmitter sebagai pengatur gerakan dan control aktifitas diri.
Beberapa faktor resiko yang meningkatkan terjadinya ADHD :
kurangnya deteksi dini, gangguan pada masa kehamilan (infeksi,
genetic, keracuanan obat dan alkohol, rokok dan stress

6
psikogenik), gangguan pada masa persalinan (premature,
postmatur, hambatan persalinan, induksi, kelainan persalinan)
(Klikdokter, 2008).

Menurut Isaac (2005) anak dengan ADHD atau attention Deficit


Hyperactivity Disorder mempunyai ciri - ciri anrtara lain:

1. Sulit memberikan perhatian pada hal - hal kecil.


2. Melakukan kesalahan yang ceroboh dalam pekerjaan sekolah.
3. Sulit berkonsentrasi pada satu aktivitas.
4. Berbicara terus, sekalipun pada saat yang tidak tepat.
5. Berlari - lari dengan cara yang disruptif ketika diminta untuk
duduk atau diam.
6. Terus gelisah atau menggeliat.
7. Sulit menunggu giliran.
8. Mudah terdistraksi oleh hal - hal yang terjadi di sekelilingnya.
9. Secara impulasif berkata tanpa berpikir dalam menjawab
pertanyaan.
10. Sering salah menempatkan tugas - tugas sekolah, buku atau
mainan.
11. Tampak tidak mendengar, sekalipu diajak berbicara secara
langsung.

Rasio anak laki - laki berbanding perempuan adalah antara 4:1


dalam jenis dan tipe hiperaktif impulsif dan untuk kurang
perhatian rasio anak laki -laki dan perempuan adalah 1:1. Gejala -
gejala ini kurang jelas daripada tipe hiperaktiv impulsif yang lebih
demonstratif. Gejala seperti ini diabaikan dan di diagnosis dengan
keliru pada banyak anak. Menurut penelitian Breton yang
dilakukan pada 1999, ADHD lebih banyak dialami oleh anak laki -
laki dari pada perempuan, dengan estimasi 204% untuk anak
perempuan dan 6 - 9% untuk anak laki - laki usia 6 - 12 tahun. Anak
laki - laki ADHD lebih banyak terjadi karena mereka lebih

7
menunjukkan perilaku menantang dan agresif dibandingkan dengan
anak perempuan (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Bisa jadi anak perempuan dengan ADHD tidak teridentifikasi


atau tidak tertangkap gejalanya karena guru - guru gagal dalam
mengenali dan mencatat perilaku kurang perhatian anak perempuan
ADHD, kecuali dengan cara membandingkan dengan symptom -
imptom yang digunakan untuk mendiagnosis ADHD dapat pula
memberi sumbangan terhadap perbedaan jenis kelamin pada
umumnya (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006). Anak ADHD
perempuan cenderung lebih memperlihatkan karakteristik
symptom - symptom kurang perhatian/tidak teratur dengan respons
kognitif yang lambat, misalnya pelupa, lesu darah, mengantuk,
cenderung daycream, semas, depresi dan cenderung berperilaku
hiperverbal dibandingkan hiperaktif (Baihaqi dan Sugiarmin, 2006).

Gangguan ADHD dapat merusak hidup anak, menghabiskan


banyak energi, menimbulkan rasa sakit secara emosional,
menurunkan harga diri dan secara serius merusak hubungan
kekerabatan atau pertemaan. Banyak anak ADHD cenderung untuk
mengembangkan masalah emosional sekunder, namun ADHD itu
sendiri dapat berkaitan dengan faktor – faktor biologis dans
ecara primer bukan gangguan emosional. Meskipun semikian,
masalah emosional dan perilaku kerap kali dapat terlihat pada anak
ADHD karena adanya masalah yang dihadapi anak - anak di sekolah,
di rumah dan di dalam lingkungan sosial mereka (Baihaqi dan
Sugiarmin, 2006).

8
2.1.4 Pathway

Gangguan irama otak Faktor Perinatal Lingkunga Genetik


Dinamika Keluarga
n

ADHD (Attention Hyperactivity Disonder) Keusakan


BBLR
Mencari
Keracunan
Gangguan
danperhatian
disfungsi
zat-zat
Sistem Saraf
Penghantaran
keluarga
kimia
system
pencemaran
dan
saraf
orang
Input
Tidak bisa diam
Gangguan
Impulsive, overaktif/hiperaktivitas dan inatensi
proses berfikir
Aktivitas
Ketidakmampuan
Ketidakmampuan keluarga
atensi terhadap
mengendalikan perilaku
lingkungan

Tidak mampu
mendeteksi bahaya
Gangguan interaksi
sosial
Risiko Cedera

Menghindari anak dari


Mengendalikan lingkungan sosial
seacra paksa

Malu dan menolak kondisi Harga diri


Penganiyaan
anak rendah

Ketidak efekifan
koping 2.1.5 Manifestasi Klinis
Menurut Townsend (1998) ada beberapa tanda dan gejala
yang dapat dapat ditemukan pada anak dengan ADHD antara lain :
1. Sering kali tangan atau kaki tidak dapat diam atau duduknya
mengeliat - geliat.

9
2. Mengalami kesulitan untuk tetap duduk apabila diperlukan.
3. Mudah bingung oleh dorongan - dorongan asing.
4. Mempunyai kesulitan untuk menunggu giliran dalam suatau
permainan atau keadaan di dalam suatu kelompok.
5. Seringkali menjawab dengan kata - kata yang tidak
dipikirkanter hadap pertanyaan - pertanyaan yang belum selesai
disampaikan.
6. Mengalami kesulitan untuk mengikuti instruksi - instruksi dari
orang lain.
7. Mengalami kesulitan untuk tetap bertahan memperhatikan
tugas - tugas atau aktivitas - aktivitas bermain.
8. Sering berpindah - pindah dari satu kegiatan yang belum
selesai ke kegiatan lainnya.
9. Mengalami kesulitan untuk bermain dengan tenang.
10. Sering berbicara secara berlebihan.
11. Sering menyela atau mengganggu orang lain
12. Sering tampaknya tidak mendengarkan terhadap apa yang
sedang dikatakan kepadanya. Sering kehilangan barang - barang
yang diperlukan untuk tugas - tugas atau kegiatan - kegiatan
yang berbahaya secara fisik tanpa mempertimbangkan
kemungkinan - kemungkinan akibatnya (misalnya berlari - lari
di jalan raya tanpa melihat -lihat).

Menurut DSM _ IV dalam Susanto & Fengkey, (2016) tipe dan


manifestasi klinis ADHD yaitu :
a. Gangguan pemusatan perhatian (inatensi): Terdapat lebih dari 6
gejala berikut telah menetap selama sekurang – kurangnya 6 bulan
bahkan sampai tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan.
1) Sering gagal dalam memberikan perhatian pada hal yang
detail dan tidak teliti dalam mengerjakan tugas atau aktivitas
lainnya

10
2) Sering mengalami kesulitan dalam mempertahankan
perhatian terhadap tugas atau aktivitas bermain
3) Sering tampak tidak mendengarkan apabila berbicara
langsung
4) Sering tidak mengikuti instruksi dan gagal menyelesaikan
tugas sekolah, pekerjaan sehari-hari,atau tugas ditempat kerja
(bukan karena perilaku menentang atau tidak dapat mengikuti
instruksi)
5) Sering mengalami kesulitan dama menyusun tugas dan
aktivitas
6) Sering menghindari, membenci, atau enggan untuk terlibat
dalam tugas yang memiliki usaha mental yang lama (seperti
tugas di sekolah dan perkerjaan rumah).
7) Sering menghilangkan atau ketinggalan hal-hal yang perlu
untuk tugas atau aktivitas (misalnya tugas sekolah, pensil,
buku ataupun peralatan)
8) Sering mudah dialihkan perhatiannya oleh stimulasi dari luar
9) Sering lupa dalam sktivitas sehari –hari
b. Hiperaktivitas – impulsivitas
Terdapat lebih dari 6 gejala hiperaktivitas – impulsivitas
berikut ini telah menetap selama sekurang – kurangnya enam
bulan sampai tingkat yang maladaptive dan tidak konsisten
dengan tingkat perkembangan. Gejala hiperaktivitas ialah sebagai
berikut :
1) Sering gelisah dengan tangan dan kaki atau sering menggeliat
– geliat ditempat duduk
2) Sering meninggalkan tempat duduk dikelas atau di dalam
situasi yang diharapkan anak tetap duduk
3) Sering mengalami kesulitan bermain datau terlibat
dalamaktivitas waktu luang secara tenang
4) Sering dalam keadaan “ Siap bergerak/ pergi “ (atau
bertindak seperti digerkkan oleh mesin)

11
Gejala impulsivitas ialah sebagai berikut :
1) Tidak sabar, sering menjawab pertanyaan tanpa berpikir lebih
dahulu sebelum pertanyaan selesai
2) Sering sulit menunggu giliran
3) Sering menyela atau mengganggu oranglain sehingga
menyebabkan hembatan dalam lingkungan social,
pendidikan, dan pekerjaan.
c. Tipe campuran
Gejalanya campuran dari gangguan pemusatan perhatian
(inatensi), hiperaktivitas, dan impulsivitas (Tanoyo, 2013).
Menurut Pieter, H. Z. dkk (2011),kondisi inimudah dilihat
sehubungan dengan mereka kurang mampu memperhatikan
aktivitas permainan maupun tugas.perhatiannya mudah terpecah
dan sering kehilangan barang. Factor penyebabkan bermuara dari
kelemahan daya ingatan. Selain itu, penderita ADHD juga
memiliki perilaku yang berubah – ubah, impulsive, selalu aktif
dan tidakbisa asik dalam kegiatan yang menghabiskan waktu,
seperti membaca atau menyusun puzzle.

2.1.6 Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul yaitu sebagai berikut :
- Diagnosis sekunder - gangguan konduksi, depresi, dan penyakit
ansietas
- Pencapaian akademik kurang,gagal disekolah, sulit membaca dan
mengerjakan aritmatika ( seringkali akibat abnormalitas
konsentrasi).
- Hubungan dengan teman sebaya buruk ( sering kali akibat perilaku
agresif dan kata-kata yang diungkapkan ).

Menurut Ballard, kennedy, & O’Brien (2014), komplikasi yang dapat


terjadi pada anak ADHD adalah :

a. Integrasi dan kemampuan anak tidak sesuai dengan performa


akademik

12
b. Dapat memiliki perilaku ingkar atau membangkang atau memiliki
gangguan perilaku/ psikiatrik lain (gangguan ansietas, gangguan
alam perasaan seperti depresi dan bipolar, gangguan belajar,
gangguan komunikasi)
c. Komplikasi sekunder ADHD, seperti harga diri rendah dan
penolakan oleh teman sebaya, terus menimbulkan masalah yang
serius bagi remaja. Diperkirakan bahwa sedikitnya pada sepertiga
anak,gejala akan berlangsung hingga usia dewasa (Gold, 1997
dalam Videbeek, 2008)

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang ADHD


Menurut Tanoyo (2013), pemeriksaan penunjang yang dilakukan
pada anak ADHD, yaitu sebagai berikut :

a. Pemeriksaan laboratorium
1) Liver function test
2) Complete blood cell counts
b. Pemeriksaan imaging
1) MRI
2) PET (Positron Emission Tomography)

2.1.8 Penatalaksanaan
Menurut Belleza (2017), penatalaksanaan medis ADHD sebagi
berikut:

a. Stimulun
Obat stimulant seperti methylphenidate (Ritalin, Concerta) dan
dextroamphetamine (Dexedrine), telah sering digunakan, ketika
diberikan dalam jumlah besar, obat –obatan ini dapat menekan
nafsu makan dan memperngaruhi pertumbuhan anak.
b. Atomoxetine
Atomoxetine (Strattera) telah menjadi lini kedua dan,dalam
beberapa kasus, pengobatan lini pertama pada anak –anak dan
orang dewasa dengan ADHD karena kemanjuran danklasifikasi
sebagai nonstimulan.

13
c. Antidepresan trisiklik
Antidepresan trisiklik (imipramine, desipramine, nortriptyline)
telah ditemukan efektif dalam berbagi penelitian pada anak – anak
dengan ADHD. Namun, karena efek samping potensial,mereka
jarang digunakan untuk tujuan ini.
d. Modafinil
Modafinil (provigil) memiliki data terkontrol placebo yang
mendukung kemanjurannya pada anak – anak dengan ADHD,
obat ini dapat digunakan sebagi pengobatan lini ketiga atau
keempat.

Perawatan Menurut Baihaqi dan Sugiarmin (2006)


perawatan yang dapat dilakukan orang tua terhadap anak yang
menderita ADHD antara lain:

1. Terapi medis
Mengendalikan symptom - simptom ADHD di sekolah dan
rumah
2. Pelatihan manajemen orang tua
Mengendalikan perilaku anak yang merusak di rumah,
mengurangi konflik antara orangtua dan anak serta meningkatkan
pro-sosial dan perilaku regulasi diri
3. Intervensi pendidikan
Mengendalikan perilaku yang merusak di kelas, meningkatkan
kemampuan akademik serta mengajarkan perilaku pro sosial dan
regulasi diri
4. Merencanakan program - program bulanan
Melakukan penyesuaian di rumah dan keberhasilan ke depan di
sekolah dengan mengombinasikan perlakukan tambahan dan
pokok dalam program terapi
5. Melakukan konseling keluarga
Coping terhadap stres keluarga dan individu yang berkaitan
dengan ADHD, termasuk kekacauan hati dan permasalahan
suami istri

14
6. Mencari kelompok pendukung
Menghubungkan anak dewasa dengan orang tua anak ADHD
lainnya, berbagi informasi dan pengalaman mengenai
permasalahan umum dan memberi dukungan moral
7. Melakukan konseling individu : Memberi dukungan di mana
anak dapat membahas permasalahan dan curahan hati pribadinya.

Menurut Videbeck (2008) intervensi keperawatan yang


dapat dilakukan pada anak dengan Attention Deficyt
Hyperactivity Disorder (ADHD) antara lain :

1. Memastikan keamanan anak dan keamanan orang lain dengan :


2. Hentikan perilaku yang tidak aman.
3. Berikan petunjuk yang jelas tentang perilaku yang dapat
diterima dan yang tidak dapat diterima.
4. Berikan pengawasan yang ketat
5. Meningkatkan performa peran dengan cara :
6. Berikan umpan balik positif saat memenuhi harapan.
7. Manajemen lingkungan (misalnya tempat yang tenang dan
bebas dari distraksi untuk menyelesaikan tugas)
8. Menyederhanakan instruksi/perintah untuk :
9. Dapatkan perhatian penuh anak.
10. Bagi tugas yang kompleks menjadi tugas - tugas kecil
11. Mengatur rutinitas sehari – hari :
12. Tetapkan jadwal sehari - hari.
13. Minimalkan perubahan.
14. Penyuluhan dan dukungan kepada klien/keluarga dengan
mendengarkan perasaan dan frustasi orang tua.

Menurut Verayanti (2008) pengaturan nutrisi ini bermanfaat


sebagai salah satu cara yang digunakan untuk mengendalikan gejala -
gejala pada anak ADHD. Selain tidak berbahaya, pengaturan nutrisi
ini aman digunakan dalam jangka panjang. Bagaimana nutrisi yang
dianggap tepat untuk anak ADHD :

15
1. Rendah karbohidrat dan tinggi protein. Untuk makan pagi
60% - 70% protein dan 30% - 40% karbohidrat, makan siang
dan makan malam 50% protein dan 50% karbohidrat.
Karbohidrat yang dikonsumsi juga yang merupakan
karbohidrat kompleks sehingga tidak mudah diubah menjadi
gula, seperti whole wheat, kacang - kacangan, dll.
2. Menghindari bahan - bahan yang membuat alergi pada anak
ADHD karena anak ADHD sangat sensitif sehingga mudah
terjadi alergi yang bermanifestasi dalam bentuk batuk,
influenza karena alergi, dll. Bahan -bahan yang harus
dihindari seperti MSG, pewarna, pengawet, juga susu, tepung,
kedelai, jagung, telur, kacang, dll.
3. Rendah gula. Hindari makanan - makanan yang banyak
mengandung gula seperti donat, permen, soft drinks, es krim, dan
cokelat. Setiap sendok gula yang berkurang sangat berguna.
Gula menyebabkan usus halus menjadi permeabel terhadap
alergen. Tingginya kadar gula dalam tubuh juga akan
mengakibatkan kadar insulin tinggi. Kadar insulin yang
tinggi akan mengakibatkan emosi yang labil sehingga dapat
memperparah keadaan anak ADHD.
4. Makan banyak sayuran dan buah.
5. Minum banyak air. 80% otak terdiri dari air
sehingga dengan meningkatkan konsumsi air menjadi 7 - 8
gelas perhari akan baik untuk otak. Teh, susu, juice tidak
termasuk air, jadi hanya air yang dianggap air.
6. Menghindari makanan yang mengandung salisilat seperti : kacang
almond, plum, prune, apel dan cuka apel, raspberrie, apricot,
anggur dan cuka dari anggur, strawberry, blackberry, teh, ceri,
nectarine, tomat, jeruk, timun dan acar, peach, wine dan cuka
dari wine. Salisilat dapat menghambat kerja enzim dalam
otak yang berfungsi untuk mengurangi kesensitifan otak
terhadap reaksi alergi.

16
7. Mengkonsumsi suplemen seperti vitamin B, zinc, chromium,
tembaga, besi, magnesium, kalsium, amino acid chelates dan
flavenoids. Pada anak ADHD sering terdapat defisiensi zat - zat
tersebut karena pengeluaran zat tersebut dari urine secara
berlebihan.
8. Menghindari paparan logam berat seperti tambalan gigi dari
amalgam, kawat gigi dari nikel, dll.
9. Kafein dapat digunakan sebagai stimulant susunan saraf
pusat yang mempunyai efek vasodilator yang dibutuhkan oleh
otak karena pada anak ADHD terjadi kekurangan aliran darah ke
bagian - bagian otak.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian
Menurut Tanoyo, (2013) tahap pengkajianpada anak ADHD,yaitu
sebagai berikut :

1. Identitas
Melakukan pengkajian pada klien mengenai nama, tempat tanggal
lahir, umur, pendidikan, alamat, suku/ bangsa, agama.
2. Riwayat Penyakit
a. Riwayat Penyakit Sekarang
- Apakah anak sering tampak tidak mendengarkan apabilan
berbicara langsung ?
- Apakah anak sering tidak mengikuti instruksi dan gagal
menyelesaikan tugas ? sekolah, pekerjaan sehari – hari,atau
tugas di tempat kerja (bukan karena perilaku menentang
atau tidak dapat mengikuti instruksi )
- Apakah anak sering mengalami kesulitan dalam menyurun
tugas dan aktivitas ?
- Dst
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Ditemukan adanya riwayat pemakaian obat–obatan yang
memiliki interaksi negative dengan ADHD atau

17
pengobatannya seperti, antikonvulasi, antihipertensi,obat
yang mengandung kafein, pseudoefedrin,monomain oxidase
inhibitors (MAOIs). Didapatkan pula adanya penyakit
interaksi negative dengan ADHD atau pengobatan seperti,
penyakit arterial (mayor), glaukoma sudut sempit, trauma
kepala,penyakit jantung, palpitasi, penyakit hati,hipertensi,
kehamilan, danpenyakit ginjal. Temukan pula adanya
kleainan psikiatrik karena 30 – 50 % penderita ADHD
disertai dengan kelainan spikiatri. Adpun kelainan psikiatri
yang dimaksud antara lain, gangguan cemas, gangguan
bipolar,gangguan perilaku,depresi, gangguan mood,
gangguan obsesif – kompulsif,gangguan panic atau tanpa
agoraphobia,gangguan perkembangan perfasif, posttraumatic
stress disosder (PTSD), psikotik, fobis social, gangguan tidur,
penyalah gunaan zat, sindrom trorette’s atau gangguan
Tic,dan komorbiditas somatic.
c. Riwayat Keluarga
Temukan adanya anggita keluarga lain yang menderita
ADHD
d. Riwayat Sosial
Meliputi interaksi antar anggota keluarga,masalah dengan
hukum, keadaan di sekolah, dan disfungsi keluarga.

3. Pemeriksaan Fisik
Menurut Tonoyo, (2013) pemeriksaan yang dilakukan pada anak
ADHD, yaitu sebagai berikut :
a. Pemeriksaan Seluruh Sistem Tubuh
Perlu observasi yang baik terhadap perilaku penderita ADHD
karena pada panderita ADHD menunjukan gelaja yang
sedikit pada pemeriksaan fisik. Pemeriksaan disik yang
dilakukan meliputi, tanda vital (TTV), tinggi badan, berat

18
badan, suhu. Pemeriksaan umum termasuk penglihatan,
pendengaran, neurologi dll. Tidak ada pemeriksaan fisik dan
laboratorium yang spesifik untuk ADHD. Pemeriksaan fisik
yang dilakukan secara seksama, mungkin dapat membantu
dalam menegakkan diagnose, dan menyingkirkan
kemungkinan penyakit lain.
b. Pemeriksaan Psikologi (Mental)
Terdiri dari pemeriksaan terhadap kesan umum berupa
refleksi menghisap, control implus,dan state of arousal.
Pemeriksaan mental seperti, tes intelegensi, tes visuomototik,
tes kemampuan bahasa, dll.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnose keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik yang berlangsung actual maupun potensial. Diagnose
keperawatan bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu,
keluarga dan komunitas terhadap situasi yang berkaitan dengan
kesehatan (PPNI, 2016)

Diagnose yang mungkin muncul pada masalah ADHD yaitu sebagai


berikut :

a. Risiko cedera d.d perubahan fungsi kognitif (hiperaktivitas),


perubahan fungsi psikomotor, perubahan orientasi afektif
(D.0136)
b. Gangguan interaksi sosial b.d perilaku menentang, perilaku
agresif d.d tidak kooperatif dalam bermain dan berteman dengan
sebaya (D.0118)
c. Gangguan tumbuh kembang b.d defisiensi stimulant, pengabaian,
inkonsistensi respon d.d tidak dapat melakukan keterampilan atau
perilaku khas sesuai usia (fisik, bahasa, motoric, psikososial),
respon social terlambat, konntak mata terbatas, mudah marah,
regresi (D.0106)

19
d. Risiko gangguan perkembangan d.d ketidakmampuan belajar,
kelainan genetic/ kongenital, gangguan pendengaran, gangguan
penglihatan (D.0107)

2.2.3 Intervensi
Intervensi keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh
perawat yang disarakan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk
mencapai luaran (outcome) yang diharapkan (PPNI, 2018)

No Diagnosa Tujuan Kriteria hasil


Risiko cedera d.d Setelah dilakukan intervensi
perubahan fungsi keperawatan selama 1x24 jam maka
kognitif tingkat cidera (L.14136) menurun
(hiperaktivitas), dengan kriteria hasil :
1 perubahan fungsi 1. Kejadian cidera (menurun)
psikomotor, 2. Gangguan kognitif (menurun)
perubahan 3. Agitasi (menurun)
orientasi afektif 4. Iritabilitas (menurun)
(D.0136) 5. Pola istirahat dan tidur (membaik)
Gangguan interaksi Setelah dilakukan intervensi
sosial b.d perilaku keperawatan selama 1x24jam maka
menentang, interaksi sosial (L.13115) meningkat
perilaku agresif d.d dengan kriteria hasil :
tidak kooperatif 1. Perasaan nyaman dengan situasi
dalam bermain dan sosial (meningkat)
2
berteman dengan 2. Responsif pada orang lain
sebaya (D.0118) (meningkat)
3. Ekspresi wajah responsif (meningkat)
4. Kooperatif dengan teman sebaya
(meningkat)
5. Perilaku sesuai usia (meningkat)
3 Gangguan tumbuh Setelah dilakukan intervensi
kembang b.d keperawatan selama 1x24jam maka
defisiensi status perkembangan membaik
stimulant, (L.10101) dengan kriteria hasil :

20
pengabaian, 1. Keterampilan/perilaku sesuai usia
inkonsistensi (meningkat)
respon d.d tidak 2. Kemampuan melakukan perawatan
dapat melakukan diri (menigkat)
keterampilan atau 3. Respon social (meningkat)
perilaku khas 4. Kontak mata (meningkat)
sesuai usia (fisik, 5. Kemarahan (menurun)
bahasa, motoric, 6. Regresi (menurun)
psikososial),
respon social
terlambat, konntak
mata terbatas,
mudah marah,
regresi (D.0106)

2.2.4 Implementasi
Implementasi merupakan langkah keempat dalam proses asuhan
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi kesehatan
(tindakan keperawatan) yang telah direncanakan dalam rencana
tindakan keperawatan yang proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat kepada kebutuhan pasien, faktor-faktor lain yang
mempengaruhi kebutuhan keperawatan, strategi implementasi
keperawatan dan kegiatan komunikasi. Tindakan keperawatan dalah
perilaku atau aktivitas spesifik yang dikerjakan oleh perawat untuk
mengimplementasi intervensi keperawatan.
Ada 4 tahap operasional yang harus diperhatikan dalam melakukan
implementasi keperawatan, yaitu sebagai berikut :
1) Tahap Prainteraksi
Membaca rekam medis pasien, mengeksplorasi perasaan, analisis
kekuatan dan keterbatasan professional pada diri sendiri,
memahami rencana keperawatan yang baik, menguasai
keterampilan teknis keperawatan, memahami rasional ilmiah dan

21
tindakan yang akan dilakukan, mengetahui sumber daya yang
diperlukan, memahami kode etik dan aspek hukum yang berlaku
dalam pelayanan keperawatan, memahami standar praktik klinik
keperawatan untuk mengukur keberhasilan dan penampilan
perawat harus meyakinkan
2) Tahap Perkenalan
Mengucapkan salam, memperkenalkan nama, menanyakan nama,
umur, alamat pasien, menginformasikan kepada pasien tujuan dan
tindakan yang akan dilakukan oleh perawat, memberitahu kontrak
waktu, dan memberi kesempatan pada pasien untuk bertanya
tentang tindakan yang akan dilakukan
3) Tahap Kerja
Menjaga privasi pasien, melakukan tindakan yang sudah
direncanakan, hal-hal yang perlu diperhatikan pada saat
pelaksanaan tindakan adalah energy pasien, pencegahan
kecelakaan dan komplikasi, rasa aman, kondisi pasien, respon
pasien terhadap tindakan yang telah diberikan.
4) Tahap terminasi
Beri kesempatan pasien untuk mengekspresikan perasaannya
setelah dilakukan tindakan oleh perawat, berikan feedback yang
baik kepada pasien dan puji atas kerjasama pasien, kontrak waktu
selanjutnya, rapikan peralatan dan lingkungan pasein dan lakukan
terminasi, berikan salam sebelum menginggalkan pasien, lakukan
pendokumentasian
2.2.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan pada pasien. Evaluasi dilakukan terus-
menerus terhadap respon pasien pada tindakan keperawatan yang telah
dilakukan. Evaluasi proses atau promotif dilakukan setiap selesai
tindakan. Evaluasi dapat dilakukan menggunakan SOAP sebagai pola
pikirnya.

22
(S) : Respon subjektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang
telah dilaksanakan.
(O) : Respon objektif pasien terhadap tindakan keperawatan yang telah
dilaksanakan.
(A) : Analisa ulang data subjektif dan objektif untuk menyimpulkan
apakah masalah teratasi, masalah teratasi sebagian, masalah tidak
teratasi atau muncul masalah baru.
(P) : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada
respon pasien.

23
BAB III

TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
An.T usia 7 tahun siswa kelas 1 sekolah dasar datang ke rumah sakit
bersama ibunya dengan keluhan tidak bisa duduk tenang. Energy An.T
seperti tiada habisnya. Ia sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif, suka
mendominasi pergaulan, berlarian kesana kemari, dan sering mengganggu
teman-temannya. Ibunya mengatakan kalau An.T sering terjatuh karena
sering berlarian tanpa tujuan. An.T lebih banyak berdiri dan tidak focus pada
pekerjaan sekolahnya . ibunya mengakui bahwa An.T lebih berganti-ganti
aktifitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya bermain bongkar pasang
dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada permainan yang
lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasi disekolahnya. An.T
juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan PR yang susah dan dia
bilang tidak pernah mendapat nilai bagus dan selalu mendapat nilai merah.
An.T seringkali susah dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang ibunya
perintahkan. Dari pemeriksaan ditemukan banyak luka atau parut bekas
terjatuh, konsentrasi buruk.
3.2 Pengkajian
A. Identitas Anak
Nama : An. T
Umur : 7 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
BB : 18 kg
TB : 110 cm
Pendidikan : Sekolah dasar
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : karang pucung
Tanggal MRS : 1 Januari 2021
Tanggal Pengkajian : 1 Januari 2021

24
Nomor Register : 12.25.95
Diagnosa Medis : ADHD (Attention Deficit Hyperactive Disorder)
B. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Ny. W
Umur : 30 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Suku / Bangsa : Jawa / Indonesia
Alamat : karang pucung
Hubungan dengan klien : Ibu klien
3.3 Riwayat Kesehatan Klien
A. Keluhan Utama
Ibu klien mengatakan bahwa An.T tidak bisa duduk tenang
B. Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu klien mengatakan An.T sangat bawel, sulit berkonsentrasi, agresif,
suka mendominasi pergaulan, berlarian kesana kemari, dan sering
mengganggu teman-temannya. An.T sering terjatuh karena sering
berlarian tanpa tujuan. Anak T lebih banyak berdiri dan tidak fokus pada
pekerjaan sekolahnya. Ibunya mengakui bahwa Anak T berganti-ganti
aktivitas dan tidak pernah sampai selesai. Misalnya, bermain bongkar
pasang dan selang beberapa menit kemudian sudah beralih pada
permainan yang lain. Kondisi seperti ini bisa mempengaruhi prestasinya
di sekolah. An. T juga mengungkapkan bahwa dia malas mengerjakan
PR yang susah dan dia bilang tidak pernah mendapatkan nilai bagus.
Anak T seringkali sulit dikontrol. Dia sering mengabaikan apa yang
ibunya perintahkan

C. Riwayat Kesehatan Dahulu


Sebelumnya klien tidak pernah mengalami penyakit sama.

D. Riwayat Kesehatan Keluarga

25
Ibu klien mengatakan bahwa tidak ada riwayat penyakit seperti diderita
klien dan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai riwayat penyakit
menurun seperti hipertensi, DM dan tidak mempunyai riwayat penyakit
menular seperti HIV, Hepatitis, dan TBC.

Genogram :

Keterangan

= Laki- Laki = Perempuan

= Laki-Laki Meninggal = Perempuan Meninggal

= Klien

3.4 Riwayat Anak


A. Masa Pre – Natal
Selama kehamilan ibu 4 kali memeriksakan kandungannya ke
Puskesmas dan Dokter, mendapat imunisasi TT sebanyak 2 kali. Selama
kehamilan ibu tidak pernah mengalami penyakit yang menular atau
penyakit lainnya. Ibu juga berkata saat kehamilannya suka makan
makanan laut seperti udang, kerang.

B. Masa Intra – Natal


Proses persalinan klien secara normal (spontan) dengan bantuan bidan,
dengan umur kehamilan 37 minggu.

C. Masa Post – Natal

26
Klien lahir dalam keadaan normal, dengan BB ± 3200 gram dalam
keadaan sehat waktu lahir klien langsung menangis
3.5 Pola Fungsi Kesehatan
A. Pola istirahat dan tidur
Di rumah : klien tidur selama 7 jam
MRS : klien tidur selama 6 jam

B. Pola nutrisi-metabolik
Di rumah : Klien makan 3x sehari dengan menu sayur sop dan klien
suka minum air putih dan susu.
Di RS : Klien mendapatkan bubur ayam 3x sehari dan tidak bisa
menghabiskannya, klien minum hanya ½ gelas dari 1 gelas.

C. Pola eliminasi
 Kebiasaan BAB :
2) Sebelum MRS : 1 x/hari dengan konsistensi lembek dan baunya
khas.
3) Setelah MRS : 1 x/hari dengan konsistensi lembek dan baunya
khas.
 Kebiasaan BAK :
1) Sebelum MRS : klien mengatakan BAK 3-4x dengan konsistensi
warna kuning jernih dengan bau khas
2) Setelah MRS : BAK sebanyak 3-4 kali perhari, dengan volume
urine ±120cc, warna kuning pekat. Tidak terdapat keluhan nyeri

D. Personal hygiene
Di rumah : klien mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali sehari, dan keramas
seminggu 3 kali
MRS : klien mandi 1 kali sehari, gosok gigi 1 kali sehari.

E. Aktivitas
Di rumah sakit klien berbaring ditempat tidur dan sesekali berpindah
posisi agar klien merasa nyaman.

27
3.6 Pemeriksaan Fisik
A. Keadaan Umum
1. Kesadaran : Composmentis
2. Vital Sign :
1) TD : 110/80mmHg
2) RR : 25 kali / menit
3) Suhu : 37,4 º C
4) Nadi : 90 kali / menit
3. BB : 18 kg
4. TB : 110 cm

B. Kepala dan Leher


Keadaan kepala tampak bersih, dan tidak ada luka atau lecet. Klien dapat
menggerakkan kepalanya kekiri dan kekanan. Tidak ada pembengkakan
kelenjar tyroid dan limfe.

C. Mata (Penglihatan)
Bentuk simetris, tidak ada kotoran mata, konjungtiva tidak anemis,
fungsi penglihatan baik karena klien tidak menggunakan alat bantu,
tidak ada peradangan dan pendarahan.

D. Telinga (Pendengaran)
Tidak terdapat serumen, fungsi pendengaran baik karena klien jika
dipanggil langsung memberi respon. Tidak ada peradangan dan
pendarahan.

E. Hidung (Penciuman)
Bentuk simetris, kebersihan hidung baik tidak terdapat kotoran pada
hidung, tidak terdapat polip.

F. Mulut (Pengecapan)
Tidak terlihat peradangan dan pendarahan pada mulut, fungsi
pengecapan baik, mukosa bibir kering.

28
G. Dada (Pernafasan)
Bentuk dada simetris, tidak ada gangguan dalam bernafas, tidak ada
bunyi tambahan dalam bernafas, dengan frekuensi nafas 25 x/menit.

H. Kulit
Terlihat sedikit kusam, tidak terdapat lesi maupun luka, turgor kulit baik
(dapat kembali dalam 2 detik), kulit klien teraba panas dengan
temperatur 37,4º C.

I. Abdomen
Bentuk simetris, tidak ada luka dan peradangan, tidak ada kotoran yang
melekat pada kulit.

J. Ekstremitas Atas dan Bawah


Bentuk simetris, tidak ada luka maupun fraktur pada ekstremitas atas dan
bawah, terdapat keterbatasan gerak pada ekstremitas atas bagian dekstra
karena terpasang infuse RL 20 tetes/menit.

K. Genetalia : Klien berjenis kelamin laki-laki dan tidak terpasang kateter.

3.7 Pemeriksaan Penunjang


a. Pemeriksaan Laboratorium
1. Liver Function Test
2. Complete blood cell counts
b. Pemerikaan Imaging
1. MRI
2. PET (Positron Emission Tomography)

3.8 Penatalaksanaan
a. Stimuan. Obat stimulant, seperti methylphenidate (Ritalin, Concerta) dan
dextroamphetamine (Dexedrine), telah sering digunakan; ketika
diberikan dalam jumlah besar, obat-obatan ini dapat menekan nafsu
makan dan mempengaruhi pertumbuhan anak.
b. Atomoxetine. Atomoxetin (Strattera) telah menjadi lini kedua dan, dalam
beberapa kasus, pengobatan lini pertama pada anak-anak dan orang

29
dewasa dengan ADHD karena kemanjuran dan klasifikasi sebagai non
stimulant.
c. Antidepresan trisiklik. Antidepresan trisiklik (imipramine, desipramine,
nortriptyline) telah ditemukan efektif dalam berbagai penelitian pada
anak-anak dengan ADHD. Namun, karena efek samping potensial,
mereka jarang digunakan untuk tujuan ini.
d. Modafinil. Modafinil (Provigil) memiliki data terkontrol placebo yang
mendukung kemanjurannya pada anak-anak dengan ADHD; obat ini
dapat digunakan sebagai pengobatan lini ketiga atau keempat.

3.9 Terapi
1. Terapi obat Psikotimulan
2. Terapi obat Non Stimulan ( Anti depresi, Anti psikotik )

3.10 Analisa Data


ANALISA DATA

NO TANGGAL SIMPTOMA ETIOLOGI PROBLEM

1. 1 januari 2021 DS : Ibu An.T mengatakan Hiperaktif Resiko Cidera


bahwa An.T sering (D.0136)
terjatuh karena berlarian Perubahan fungsi
tanpa tujuan, An.T kognitif
agresif, dan sering
berganti-ganti aktifitas.
DO: An.T sering kali terlihat
berlarian, tidak bisa
duduk dengan tenang,
lebih banyak berdiri dan
ditemukan banyak luka
atau parut bekas terjatuh.
2. 1 januari 2021 DS: ibu klien mengatakan Perilaku Gangguan
bahwa An.T selalu menentang interaksi sosial
mengabaikan apa yang (D.0118)

30
ibunya perintahkan, Perilaku agresif
sering menganggu
teman-temannya
DO: An.T terlihat sangat
agresif dan mendominasi

3.11 Diagnosa Keperawatan


1. Resiko cedera d.d perubahan fungsi kognitif, hiperaktifitas (D.0136)
2. Gangguan interaksi sosial b.d perilaku menentang, perilaku agresif
d.d tidak kooperatif dalam bermain dan berteman dengan sebaya
(D.0118)

31
3.12 Intervensi
NURSING CARE PLANNING

DIAGNOSA
NO TANGGAL SLKI SIKI
KEPERAWATAN
1. 1 januari 2021 Resiko cedera d.d Setelah dilakukan intervensi Manajemen Keselamatan dan lingkungan (I.14513)
perubahan fungsi keperawatan selama 1x24jam maka :
kognitif, hiperaktifitas tingkat cidera (L.14136) menurun Observasi :
(D.0136) dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi kebutuhan keselamatan (kondisi
6. Kejadian cidera (menurun) fisik, fungsi kognitif, riwayat perilaku)
7. Gangguan kognitif (menurun) 2. Monitor perubahan status keselamatan
8. Agitasi (menurun) lingkungan
9. Iritabilitas (menurun) Terapeutik :
10. Pola istirahat dan tidur 1. Hilangkan bahaya keselamatan lingkungan
(membaik) 2. Modifikasi lingungan untuk meminimalkan
bahaya dan risiko
3. Fasilitasi relokasi ke lingkungan yang aman
Edukasi :
4. Ajarkan individu, keluarga dan kelompok risiko
tinggi bahaya lingkungan

32
2. 1 januari 2021 Gangguan interaksi Setelah dilakukan intervensi Modifikasi Perilaku Keterampilan Sosial
sosial b.d perilaku keperawatan selama 1x24jam maka (I.13484) :
menentang, perilaku interaksi sosial (L.13115) Observasi :
agresif d.d tidak meningkat dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi penyebab kurangnya keterampilan
kooperatif dalam 1. Perasaan nyaman dengan situasi sosial
bermain dan berteman sosial (meningkat) 2. Identifikasi fokus pelatihan keterampilan sosial
dengan sebaya 2. Responsif pada orang lain Terapeutik :
(meningkat) 1. Motivasi untuk berlatih keterampilan sosial
3. Ekspresi wajah responsif 2. Beri umpan balik posistif terhadap kemampuan
(meningkat) sosialisasi
4. Kooperatif dengan teman sebaya 3. Libatkan keluaga selama latihan keterampilan
(meningkat) sosial, jika perlu
5. Perilaku sesuai usia (meningkat) Edukasi :
1. Jelaskan tujuan melatih keterampilan sosial
2. Anjurkan mengungkapkan perasaan akibat
masalah yang dialami
3. Latih keterampilan sosial secara bertahap

33
3.13 Implementasi
Diagnosa
No Tanggal/Jam Tindakan Keperawatan
Keperawatan
1. 2 januari 2021 Resiko cedera d.d 1. Mengidentifikasi kebutuhan
perubahan fungsi keselamatan (kondisi fisik,
kognitif, hiperaktifitas fungsi kognitif, riwayat
(D.0136) perilaku)
2. Memonitor perubahan status
keselamatan lingkungan
3. Mengilangkan bahaya
keselamatan lingkungan
4. Memodifikasi lingungan untuk
meminimalkan bahaya dan
risiko
5. Memfasilitasi relokasi ke
lingkungan yang aman
6. Mengajarkan individu, keluarga
dan kelompok risiko tinggi
bahaya lingkungan
2. 2 januari 2021 Gangguan interaksi 1. Mengidentifikasi penyebab
sosial b.d perilaku kurangnya keterampilan sosial
menentang, perilaku 2. Mengidentifikasi fokus
agresif d.d tidak pelatihan keterampilan sosial
kooperatif dalam 3. Memotivasi untuk berlatih
bermain dan berteman keterampilan sosial
dengan sebaya 4. Memberi umpan balik positif
terhadap kemampuan
sosialisasi
5. Melibatkan keluaga selama
latihan keterampilan sosial, jika
perlu
6. Menjelaskan tujuan melatih
keterampilan sosial

34
7. Menganjurkan mengungkapkan
perasaan akibat masalah yang
dialami
8. Melatih keterampilan sosial
secara bertahap

3.14 Evaluasi
Diagnosa
No Tanggal/Jam Catatan Perkembangan
Keperawatan
1. 3 januari 2021 Resiko cedera d.d S : Orang tua mengatakan sudah
perubahan fungsi mengerti akan pemahaman
kognitif, hiperaktifitas keamanan terhadap anaknya agar
(D.0136) tidak cedera.
O : Hiperaktivitas klien sedikit
berkurang.
A : Resiko cidera
P : masalah teratasi
2. 3 januari 2021 Gangguan interaksi S : ibu klien mengatakan bahwa
sosial b.d perilaku klien masih menentang apa yang
menentang, perilaku diperintahkan ibunya
agresif d.d tidak O : An.T terlihat agresif dan masih
kooperatif dalam tidak kooperatif
bermain dan berteman A : gangguan interaksi
dengan sebaya P : lanjutkan intervensi (3,5,7,8)

35
BAB IV

PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Attention Deficit Hyperactivity Disorder secara istilah adalah hambatan
pemusatan perhatian disertai kondisi hiperaktif. Para ahli menyimpulkan
bahwa Attention Deficit Hyperactivity Disorder disebabkan adanya masalah
genetikal, bahan-bahan kimia, virus, problem kehamilan dan persalinan serta
kondisi yang dapat mengintervensi penyebab rusaknya jaringan otak manusia
(Evita, 2018).

Asuhan keperawatan yang diberikan pada An. M disesuaikan dengan


factor serta tanda gejala yang mendukung untuk ditegakkan diagnose seperti
risiko cidera d.d perubahan fungsi kognitif, hiperaktifitas dan gaangguan
interaksi sosial b.d perilaku menentang, perilaku agresif d.d tidak kooperatif
dalam bermain dan berteman dengan sebaya. Setelah ditegakkan diagnose,
intervensi yang diberikan untuk menunjang keberhasilan proses implementasi
untuk mencapai outcome dari klien, gangguan cidera dengan harapan tingkat
cedera menurun dan gangguan interaksi social dengan harapan interaksi
sosial meningkat. Tindakan keperwatan yang diberikan untuk mencapai
intervensi yang diharapkan untuk gangguan risiko cidera manajemen
keselamatan lingkungan dan untuk gangguan interaksi social modifikasi
perilaku keterampilan social. Evaluasi dari proses asuhan keperawatan pada
kasus An. M dari hasil pemeriksaan bahwa risiko cedera dapat teratasi dan
gangguan interaksi sosial melanjutkan tindakan keperawatan. Namun
padadasarnay segala tindakan keperawatan diberikan sesuai dengan keadan
klien serta persetujuan keluarga klien.

4.2 Saran
Setelah mengetahui banyak hal mengenai ADHD yang telah dipaparkan
diatas, sudah sepantasnya sebagai mahasiswa calon tenaga kesehatan
mengaplikasikan ilmu tersebut untuk melakukan asuhan keperawatan pada
anak berkebutuhan khusus seperti anak ADHD. Bukanlah hal yang mudah
untuk melakukan asuhan keperawatan pada anak ADHD mengingat mereka

36
kurang konsentrasi dan memiliki perilaku maladaptif. Maka dari itu
diperlukan pengetahuan yang lebih luas dan ketrampilan yang mendukung
agar dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik. Kami menyadari
bahwa dalam penyusunan malakah ini masih banyak kekurangan baik dalam
pola penyusunan maupun isi dari makalah. Kami mohon maaf, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada khusunya dan pembaca pada
umumnya. Diharapkan kriti dan saran yang membangun demi kesempurnaan
makalah ini.

37
DAFTAR PUSTAKA

Adiputra, Trisnadewi, & Parlin.2018.Gambaran Tingkat Pengathuan Keluarga


Tentang ADHD Di Paud Kecamatan Denpasar Utara.Bali Medikal
Jurnal, 5 (1), 9 – 22 (diakses pada 3 November 2021)
Arnis & Yuliastanti.2016.Keperawatan Anak.Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia
Ballard, Kennedy, & O’Breient.2014.keperawatan Kesehatan Jiwa Psikiatrik :
Teori dan Praktek.Jakarta : ECG
PPNI. 2016. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Indicator
Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan tindakan
keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Kriteria
Hasil Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI.
Toyono.2013.Attetion – Deficit/ Hyperactivity Disosder Diagnosa And
Treatment.E – Jurnal Medikal Udayana, 1179 – 1197. (diakses
pada 3 November 2021)
Videbeek.(2008).Buku Ajar Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC, 2010 – 2011.

38

Anda mungkin juga menyukai