Anda di halaman 1dari 45

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT

PEDESAAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP


KARIES GIGI DI DUKUH. SIGEMPLONG, KEC. BAWANG, KAB.
BATANG

Usulan Karya Tulis Ilmiah

Maksud Usulan Karya Tulis Ilmiah ialah untuk memenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan program Diploma III Kesehatan Gigi Jurusan Kesehatan
Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang

Disusun oleh:
YUNI KHIKMAWATI
P1337425119087

KEMENTERIAN KESEHATAN RI JURUSAN KESEHATAN


GIGI POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG
2021

1
LEMBAR PERSETUJUAN

Usulan Karya Tulis Ilmiah oleh Yuni Khikmawati NIM P1337425119087.


Dengan judul “Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Pedesaan
Tentang Kesehatan Gigi Terhadap Karies Gigi di Dukuh Sigemplong Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang” telah diperiksa dan disetujui untuk diuji.

Pembimbing I

Sulur Joyo Sukendro, S.Si.T,M.Kes


NIP. 197403301994031002

Pembimbing II

Yodong, S.Si.T. M.Kes


NIP. 196512091985032003

2
LEMBAR PENGESAHAN
Usulan Karya Tulis Ilmiah oleh Yuni Khikmawati NIM P1337425119087.
Dengan judul “Pengaruh Tingkat Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Pedesaan
Tentang Kesehatan Gigi Terhadap Karies di Dukuh Sigemplong Kecamatan
Bawang Kabupaten Batang”, telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada
tanggal 10 Januari 2021.

Tim Penguji

drg. Irma H Y.Siregar, MH.Kes Evaluator


NIP. 196510061992032003

Sulur Joyo Sukendro, S.Si.T. M.Kes Penguji I


NIP. 197403301994031002

Yodong, S.Si.T. M.Kes Penguji II


NIP. 196512091985032003

Mengetahui
Ketua Jurusan Kesehatan Gigi

Tri Wiyatini, SKM, M.Kes (Epid)


NIP.197001051991012001

3
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL i
LEMBAR PERSETUJUAN ii
LEMBAR PENGESAHAN iii
DAFTAR ISI iv
BAB I PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penelitian 3
D. Manfaat Penelitian 3
E. Keaslian Penelitian 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6
A. Telaah pustaka 6
B. Kerangka Konsep 21
C. Pertanyaan Penelitian 21
BAB III METODE PENELITIAN 22
A. Jenis Penelitian 22
B. Subjek Penelitian 22
C. Identifikasi Variabel 23
D. Definisi Operasional Variabel 23
E. Instrumen /Alat Ukur Penelitian 25
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian 26
G. Analisis Data 27
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian 27
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 32

4
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Permenkes nomor 89 tahun 2015, bahwa kesehatan gigi dan
mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan,
sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut penting dilakukan. Kesehatan
secara keseluruhan, kesejahteraan, pendidikan dan pengembangan anak, keluarga
dan masyarakat dapat dipengaruhi oleh kesehatan mulut. Masalah kesehatan gigi
dan mulut yang paling sering terjadi adalah karies gigi, angka karies gigi
(kerusakan gigi) masih tetap menjadi salah satu masalah kesehatan mulut yang
paling sering terjadi pada anak seluruh dunia. (Ramadhan. dkk, 2016).
Hampir setengah populasi penduduk di dunia (3,58 milyar jiwa),
mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi (Pusdatin,
2019). Secara nasional, menurut data Riskesdas (2018). Sebanyak 57,6%
penduduk Indonesia bermasalah gigi dan mulut, tetapi hanya 10,2% yang
mendapat perawatan oleh tenaga medis (Kemenkes, 2018). Besarnya persentase
angka karies di Indonesia dapat disebabkan oleh rendahnya kesadaran masyarakat
akan pemeliharaan kesehatan giginya. Sedangkan, pengetahuan yang kurang akan
membentuk perilaku dan sikap yang keliru terhadap pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut (Marimbun. dkk, 2016).
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut adalah perilaku yang erat dengan
pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu
seseorang terhadap suatu objek dari indera yang dimilikinya. Dengan sendirinya,
pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat
dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar
pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran dan indera
penglihatan menurut Notoatmodjo dalam (Zulmiyetri. dkk,2020). Pengetahuan
akan memberikan efek atau pengaruh terhadap seseorang, semakin
berpengetahuan seseorang maka akan semakin terpengaruh oleh ilmu yang
diketahui terhadap suatu perilaku. Makna perilaku kesehatan itu sendiri adalah
respon individu yang berkaitan erat dengan isu kesehatan termasuk

1
2

permasalahannya, pemanfaatan pelayanan kesehatan, gaya hidup dan juga


pengaruh lingkungan terhadap individu tersebut (Hulu. dkk, 2020).
Lingkungan individu sangat berpengaruh terhadap perilaku, kecenderungan
seseorang untuk memiliki motivasi perilaku yang baik dipengaruhi oleh tingkat
pengetahuan, sikap, dan keterampilan nya. Hal ini juga didukung oleh insentif
yang diperoleh dari masyarakat/lingkungan (socio environment) agar perilaku
tersebut berlanjut atau hilang (Emilia. dkk, 2018). Menurut Fankari dalam
(Gayatri, 2017) juga mengatakan bahwa penyebab timbulnya masalah kesehatan
gigi dan mulut pada masyarakat salah satunya adalah faktor perilaku atau sikap
mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. Hal tersebut dilandasi oleh kurangnya
pengetahuan, pengetahuan sendiri sangat erat hubungannya dengan pendidikan,
dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut
akan semakin luas pula pengetahuan (Ramadhan. dkk, 2016)
Tingkat pendidikan mempunyai peran penting terhadap pengetahuan dan
perilaku kesehatan, khususnya dalam bidang kesehatan gigi dan mulut. Hal ini
terbukti menurut Riskesdas tahun 2018. Proporsi masalah kesehatan gigi dan
mulut dan perawatan oleh tenaga medis gigi, berdasarkan pendidikan dan tempat
tinggal di Indonesia. Berdasarkan tingkat pendidikan, masalah kesehatan gigi dan
mulut yang diderita oleh masyarakat yang tidak menempuh pendidikan apapun
sebesar 60.8% dengan jumlah menerima perawatan dari tenaga medis gigi 8.7%,
kemudian masyarakat yang tidak tamat SD sebesar 63.1% dan menerima
perawatan 10.2%, lalu masyarakat yang tamat SD sebesar 58.4% dengan
persentase penerimaan perawatan 7.5%, tamat SMP 56.7% dengan perawatan 9%,
tamat SMA 55.9% dengan perawatan 12.5%, dan yang terakhir tamatan
DI/DII/DIII/PT masalah Kesehatan gigi dan mulut 53.5% dengan perawatan
sebanyak 20%. Sedangkan masalah kesehatan gigi dan mulut berdasarkan tempat
tinggal, menunjukan bahwa kondisi tempat tinggal juga menunjukan perbedaan
yang berarti. Penduduk perkotaan proporsi memiliki masalah kesehatan gigi dan
mulut sebesar 57.2% dengan perawatan 12.9%, dibanding dengan penduduk
pedesaan yaitu 58.2% dengan perawatan 6.9% (Kemenkes, 2018). Berdasarkan
data diatas, bisa dilihat bahwa tempat tinggal dan tingkat pendidikan sangat
3

mempengaruhi pengetahuan serta kepedulian suatu penduduk akan status


kesehatan gigi dan mulutnya.
Dari data tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tingkat pengetahuan dan
sikap masyarakat pedesaan tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi
di Dukuh. Sigemplong , Kecamatan Bawang, Kabupaten Batang. Dengan kriteria
sampel berlatar belakang jenjang pendidikan tamatan sekolah dasar.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat disusun rumusan masalah
sebagai berikut: “Bagaimana tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat
pedesaan tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi di Dukuh
Sigemplong Kecamatan Bawang Kabupaten Batang?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana “tingkat pengetahuan dan sikap masyarakat
pedesaan tentang kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi di Dukuh
Sigemplong Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.”
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat pedesaan tentang
kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi di Dukuh Sigemplong
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
b. Untuk mengetahui sikap masyarakat pedesaan tentang kesehatan gigi dan
mulut terhadap karies gigi di Dukuh Sigemplong Kecamatan Bawang
Kabupaten Batang.
c. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap
karies gigi di Dukuh Sigemplong Kecamatan Bawang Kabupaten Batang.
d. Untuk mengetahui rata-rata karies gigi pada masyarakat Dukuh
Sigemplong
4

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menambah
wawasan ilmu pengetahuan kesehatan gigi bagi masyarakat setempat,
sehingga kedepannya masalah kesehatan gigi dan mulut menurun serta
penerimaan perawatan kesehatan gigi dan mulut meningkat.

2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis dalam
mengembangkan ilmunya di bidang kesehatan gigi dan mulut.
b. Bagi akademik
Menambah data dan riset khususnya pada perpustakaan Politeknik
Kesehatan Semarang tentang tingkat pengetahuan dan sikap tentang
kesehatan gigi dan mulut terhadap karies gigi.
c. Bagi masyarakat Dukuh Sigemplong
Menambah informasi dan ilmu pengetahuan tentang kesehatan gigi dan
mulut bagi penduduk setempat.

E. Keaslian Penelitian
Sejauh ini menurut sepengetahuan peneliti, penelitian sejenis yang pernah
dilakukan adalah sebagai berikut:

No Nama/Tahun Judul Hasil


1. Hardika, (2018). Hubungan Berdasarkan hasil uji chi
Pengetahuan dan square didapatkan ada
Sikap Anak kelas v hubungan antara pengetahuan
terhadap Terjadinya anak dengan terjadinya karies
Karies Gigi di SD gigi dengan p value 0,036; ada
Negeri 131 hubungan antara sikap anak
Palembang dengan terjadinya karies gigi
dengan p value 0,000.
2. Simamora, Tingkat Pengetahuan karies berpengetahuan baik
(2018) dan Sikap anak 68,75%, sedang 29,67%,
tentang Kesehatan buruk 1,58%. Bersikap baik
5

Gigi dan Mulut 27,33%, sedang 52,33%,


terhadap Karies pada buruk 20,34%. Status Karies
Siswa-siswi kelas v Gigi yang memiliki karies
di SDN 060788 70,83% dan tidak memiliki
Medan Maimun karies 29,17%.
3. Gambaran 1.Sikap terhadap karies gigi
Wahyudin, Sikap dan Perilaku pada siswa SD Inpres Pattiro
(2018) terhadap Karies Gigi Kec.Manuju Kab. Gowa
pada Siswa mayoritas berada pada
SD Inpres Pattiro kategori buruk (64,7%)
kec. Manuju kab. 2.Perilaku terhadap karies
Gowa
gigi pada siswa SD Inpres
Pattiro Kec.Manuju Kab.
Gowa mayoritas berada
pada kategori buruk
(67,6%).
3.Indeks karies gigi pada
siswa SD Inpres Pattiro
Kec.Manuju Kab. Gowa
tergolong sangat tinggi
ditunjukkan degan nilai
rerata def-t 7,56.
4.Semakin buruk sikap dan
perilaku siswa maka
semakin tinggi pula
tingkat keparahan kariesnya.

Sedangkan peneliti sendiri tertarik untuk mengambil judul Tingkat


Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Pedesaan tentang Kesehatan Gigi dan
Mulut terhadap Karies di Dukuh Sigemplong, Kecamatan Bawang, Kabupaten
Batang. Adapun perbedaan penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian
sebelumnya terletak pada:
1. Perbedaan lokasi
2. Perbedaan waktu
3. Perbedaan sampel penelitian.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka
1. Profil Desa
Desa pranten terdiri dari Dukuh Sigemplong, Dukuh Pranten, Dukuh
Rejosari dan Dukuh Bintoro Mulyo, merupakan desa plosok di wilayah
selatan kabupaten batang. Sekretaris Desa Pranten Ella Nurlaila
mengatakan, wilayahnya terletak di utara Gunung Prau dan Gunung
Sipandu, yang berbatasan langsung dengan dataran tinggi Dieng,
Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo (Diskominfo Batang,
2020). Hampir mayoritas penduduknya tamatan sekolah dasar yakni
sebesar 77,9% (Dispermadesdukcapil Prov. Jateng, 2020).

2. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan hal ini terjadi setelah
seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera
penglihatan, pendengaran, penghidu, perasa, dan peraba. Tetapi Sebagian
besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga, Notoatmodjo dalam
(Pakpahan. dkk,2021).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo
dalam (Batbual, 2021) antara lain:
1) Faktor internal
a) Tingkat Pendidikan
Pendidikan diperlukan untuk mendapatkan informasi,
misalnya berbagai hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup. Pendidikan dapat
mempengaruhi perilaku seseorang akan pola hidup terutama
dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam
pembangunan Menurut Nursalam dalam (Batbual, 2021).
Berdasarkan berbagai hasil penelitian didapatkan bahwa

6
7

semakin tinggi Pendidikan seseorang, semakin mudah


menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih
banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan,
berulang dan banyak tantangan. Sedangkan bekerja umumnya
merupakan kegiatan yang menyita waktu Nursalam dalam
(Batbual, 2021).
c) Umur
Menurut Nursalam dalam (Batbual, 2021), usia adalah
umur individu yang terhitung mulai saat ia dilahirkan sampai
berulang tahun. Sedangkan menurut Hurlock dalam (Batbual,
2021) semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan
seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari
segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa
dipercayai dari orang yang belum tinggi kedewasaannya
2) Faktor eksternal
a)Lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada di
sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi
perkembangan dan perilaku orang atau kelompok.
b)Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat
mempengaruhi sikap dan penerimaan informasi.

c. Tingkat pengetahuan menurut Notoatmodjo dalam (Batbual, 2021)


antara lain:
1) Tahu (know)
Diartikan akan suatu materi yang pernah dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah
memngingat kembali (recall) suatu yang spesifik dari seluruh
8

bahan yang dipelajari atau rangsangan yang pernah diterima. Oleh


sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan paling rendah.
2) Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat
menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang
paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat
menjelaskan.
3) Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan
materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi
masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu
sama lain.
5) Sintesis (synthetic)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk
meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain, sintetis adalah
suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-
formulasi yang telah ada.
6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.
Penilaian-penilain tersebut didasarkan oleh suatu kriteria yang
ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
d. Cara memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo dalam
(Batbual, 2021) ada 2 cara memperoleh pengetahuan, yaitu:
1) Cara tradisional atau non ilmiah
9

a) Cara coba-salah (trial and error), memperoleh pengetahuan


dari cara coba atau dengan kata yang lebih dikenal “trial and
error”.
b) Cara kekuasaan atau otoritas. Kebiasaan ini bisa diwariskan
turun temurun dari generasi ke generasi berikutnya.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi. Pengalaman adalah guru
terbaik, mengandung maksud bahwa pengalaman itu
merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman merupakan
suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
2) Cara modern
cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan
pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah cara ini disebut
metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi
penelitian, cara ini lebih praktis dan mudah dipahami dengan
mengambil dari beberapa sumber kajian-kajian ilmiah.
e. Cara pengukuran pengetahuan
Ada beberapa cara mengukur pengetahuan menurut
Notoatmodjo dalam (Zulmiyetri, dkk. 2020) pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket atau kuesioner yang
menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek
penelitian atau responden kedalam pengetahuan yang ingin kita
ketahui atau kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat-tingkatan di
atas.
Indikator-indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat
dikelompokkan menjadi: pengetahuan tentang sakit dan penyakit,
pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup
sehat, dan pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.
1. Sikap
a. Pengertian sikap
Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap suatu stimulus
atau objek, baik yang bersifat intern maupun ekstern sehingga
10

manifestasinya tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat


ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku tertutup tersebut. Sikap secara
realitas menunjukkan adanya kesesuaian respons terhadap stimulus
tertentu (Sunaryo, 2004).
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi yang bersifat
emosional terhadap stimulus sosial. Sikap belum merupakan suatu
tindakan atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan
suatu perilaku. Sikap itu masih reaksi tertutup, bukan merupakan
reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan
kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai
suatu penghayatan terhadap objek (Efendi dan Mahkfudli, 2009).
b. Menurut (Ratnayanti, 2021) Sikap terdiri dari tiga komponen yang
saling menunjang
1) Komponen kognisi
Komponen kognisi adalah pengetahuan konsep atau penilaian
sehingga seseorang tersebut percaya terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif
Komponen afektif merupakan emosi atau perasaan seseorang
terhadap objek sikap dengan mencerminkan rasa suka, tidak suka
dan senang, tidak senang.
3) Komponen konatif
Komponen konatif merupakan tindakan, tingkah laku, perilaku
seseorang terhadap orang lain atau objek sikap.
c. Tingkatan sikap individu menurut (Efendi dan Makhfudli, 2009).
1) Menerima (receiving)
Dapat diartikan bahwa seseorang (subjek) mau memperhatikan
stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon (responding)
Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan
menyelesaikan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu
11

benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide


tersebut.
3) Menghargai (valuing)
Mengajak orang lain untuk belajar atau mendiskusikan suatu
masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)


Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya
dengan segala risiko merupakan tingkat sikap paling tinggi.
d. Menurut Wawan dan Dewi dalam (Sari, 2020) fungsi sikap meliputi:
1) Fungsi instrumental
Dalam hal ini sikap dapat membantu sejauh mana manfaat
objek sikap dalam pencapaian tujuan. Melalui sikap yang diambil,
maka individu tersebut dapat menyesuaikan diri dengan baik
terhadap lingkungan sekitar, dimana sikap berfungsi untuk
menyesuaian.
2) Fungsi pertahanan ego
Sikap tetentu diambil seseorang Ketika keadaan dirinya
atau egonya merasa terancam. Seseorang mengambil sikap tertentu
untuk mempertahankan egonya.
3) Fungsi ekspresi nilai
Pengambilan sikap tertentu terhadap nilai tertentu akan
menunjukan sistem nilai yang ada pada diri individu tersebut.
4) Fungsi pengetahuan
Jika seseorang mempunyai sikap tertentu terhadap suatu
objek, ini berarti menunjukkan orang tersebut mempunyai
pengetahuan terhadap objek sikap yang bersangkutan.
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya sikap menurut
(Waluyo, 2019).
1) Pengalaman pribadi
12

Dasar pembentukan sikap: pengalaman pribadi harus


meninggalkan kesan yang kuat, sikap mudah terbentuk jika
melibatkan faktor emosional (guru terbaik adalah pengalaman
pribadi).
2) Kebudayaan
Pembentukan sikap tergantung pada kebudayaan tempat
individu tersebut dibesarkan. Contoh pada sikap orang kota dan
orang desa terhadap kebebasan dalam pergaulan.
3) Orang lain yang di anggap penting
Yaitu, orang-orang yang kita harapkan persetujuannya bagi
setiap gerak tingkah laku dan opini kita, orang yang tidak ingin
dikecewakan dan yang berarti khusus.
4) Media massa
Media massa merupakan media cetak elektronik. Dalam
penyampaian pesan, media massa membawa pesan-pesan sugestif
yang dapat mempengaruhi opini kita. Jika pesan sugestif yang
disampaikan cukup kuat maka akan memberi dasar afektif dalam
menilai sesuatu hal hingga membentuk sikap tertentu.
5) Institusi / lembaga Pendidikan atau agama
Institusi yang berfungsi meletakkan dasar pengertian dan
konsep moral dalam individu. Pemahaman baik dan buruk, salah
atau benar yang menentukan system kepercayaan seseorang.
6) Faktor emosional
Suatu sikap dilandasi oleh emosi yang fungsinya sebagai
semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme
pertahanan ego. Dapat bersifat sementara maupun menetap.
f. Cara pengukuran sikap
Sikap dalam penerapannya dapat diukur dalam beberapa cara.
Secara garis besar pengukuran sikap dibedakan menjadi 2 cara
menurut Sunaryo dalam (Purba, 2021), yaitu:
1) Pengukuran secara langsung
13

Pengukuran secara langsung dilakukan dengan cara subjek


langsung diamati tentang bagaimana sikapnya terhadap sesuatu
masalah atau hal yang dihadapkan padanya. Jenis-jenis pengukuran
sikap secara langsung meliputi:
a) Cara pengukuran langsung berstruktur
Cara pengukuran langsung berstruktur dilakukan dengan mengukur
sikap melalui pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa
dalam suatu instrument yang telah ditentukan, dan langsung
diberikan kepada subjek yang diteliti. Instrument pengukuran sikap
dapat dilakukan dengan menggunakan skala Bogardus, Thurston,
dan Likert.
b) Cara pengukuran langsung tidak berstruktur
Cara pengukuran langsung tidak berstruktur merupakan
pengukuran sikap yang sederhana dan tidak memerlukan persiapan
yang cukup mendalam, seperti mengukur sikap dengan wawancara
bebas atau free interview dan pengamatan langsung atau survey.
2) Pengukuran secara tidak langsung
Pengukuran secara tidak langsung adalah pengukuran sikap
dengan menggunakan tes. Cara pengukuran sikap yang banyak
digunakan adalah skala yang dikembangkan oleh Charles E.
Osgood.
Berbagai skala yang bisa digunakan untuk penelitian sikap menurut
Sugiyono dalam (Zulmiyetri, dkk.2020), antara lain:
1) Skala Likert (Method of summated ratings)
Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap , pendapat,
dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena
sosial. Dalam penelitian ini fenomena sosial ini telah ditetapkan
secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai
variabel penelitian. Dengan skala likert, maka variabel yang akan
diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator
tersebut dijadikan titik tolak untuk menyusun item-item instrumen
yang dapat berupa pernyataan dan pertanyaan. Jawaban setiap item
14

instrumen menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari


sangat positif sampai sangat negatif, antara lain:
a) Pernyataan positif , yaitu adanya respons setuju dengan
pertanyaan yang diberikan dengan perincian skor sebagai
berikut:
Apabila skor yang diperoleh mean:
Sangat Setuju (SS) :5
Setuju (S) :4
Ragu-ragu (RG) :3
Tidak Setuju (TS) :2
Sangat Tidak Setuju (STS) :1
b) Pertanyaan negative, yaitu adanya responden tidak setuju
dengan pertanyaan yang diberikan dengan rincian skor mean
secara berikut:
Sangat Setuju (SS) :1
Setuju (S) :2
Ragu-ragu (RG) :3
Tidak Setuju (TS) :4
Sangat Tidak Setuju (STS) :5
2) Skala Guttman
skala pengukuran dengan tipe ini akan didapat jawaban yang
tegas, yaitu: ya– tidak; benar - salah; pernah – tidak; positif –
negatif; dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data
interval atau rasio dikotomi dua alternatif.
3) Skala Diferensial
Skala pengukuran yang berbentuk semantik diferensial
dikembangkan oleh Osgood. Skala ini juga digunakan untuk
mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun
ceklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabnya “
sangat positif” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban “sangat
negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
15

2. Hubungan pengetahuan dan sikap


Pengetahuan dan sikap yang positif merupakan faktor penting
yang mempengaruhi dan membentuk perilaku seseorang, Notoatmodjo
dalam (Rockha, dkk. 2019). Pengetahuan dan sikap merupakan 2 variabel
yang dapat saling berinteraksi mempengaruhi perilaku individu dan
kemudian berinteraksi dengan faktor-faktor lain seperti latar belakang
pendidikan, pendapatan, dan pengalaman (Muslimah, dkk. 2021).

3. Karies
a. Definisi karies gigi
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu
email, dentin dan sementum, yang disebabkan oleh aktivitas suatu
jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Effendy,
dkk. 2016). Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi
yang kemudian diikuti oleh kerusakan bahan organiknya. Akibatnya,
terjadi invasi bakteri dan kematian pulpa serta penyebaran infeksinya
ke jaringan periapeks yang dapat menyebabkan nyeri (kidd dan
Bechal, 1991)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya karies gigi menurut
(Effendy, dkk. 2016).
1) Faktor Host
Ada beberapa faktor yang dihubungkan gigi sebagai tuan
rumah terhadap karies, yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk
gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur
pada gigi posterior sangat rentan terhadap karies karena sisa-sisa
makanan mudah menumpuk di daerah tersebut terutama pit dan fisur
yang dalam. Selain itu, permukaan gigi yang kasar juga dapat
menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan
karies gigi.
2) Faktor agen atau mikroorganisme
Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan
terjadinya karies. Plak adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas
16

kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak di atas suatu


matriks yang terbentuk dan melekat erat pada gigi yang tidak
dibersihkan.
3) Faktor substrat atau diet
Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi pembentukan
plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi
mikroorganisme yang ada pada permukaan enamel. Selain itu,
dapat mempengaruhi metabolisme bakteri dalam plak dengan
menyediakan bahan-bahan yang diperlukan untuk memproduksi
asam serta bahan lain yang aktif menyebabkan timbulnya karies.
4) Faktor waktu
Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis
pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau
tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang
menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.
Waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi tergantung pada
umur. Pada anak-anak dengan kisaran 6 bulan ke atas dan ke
bawah jangka waktu terjadinya bercak putih menjadi kavitasi
selama 1,5 tahun. Pada anak umur 15 tahun memiliki jangka
waktu dua tahun. Sedangkan pada umur 21-24 tahun, jangka
waktunya hampir tiga tahun. Tentu saja terdapat perbedaan secara
individual. Kavitasi akan berjalan lebih lambat dari pada dahulu
karena banyak pemakaian fluorida pada masa kini.
c. Macam-macam karies gigi menurut (Kidd dan Bechal, 1991).
Karies digolongkan berdasarkan keparahan atau kecepatan
berkembangannya
1) Karies ringan
Disebut karies ringan, jika yang terkena karies adalah daerah
yang sangat rentan terhadap karies misalnya permukaan oklusal
gigi molar permanen.
2) Karies moderat
17

Dikatakan moderat jika karies meliputi permukaan oklusal dan


proksimal gigi posterior.
3) Karies parah
Dikatakan parah jika karies telah menyerang gigi anterior, suatu
daerah yang biasanya bebas karies.
d. Proses terjadinya karies gigi
Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plaque
di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri
berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi
asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5)
dan akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi
karies gigi. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan
ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi
(pembentukan lubang). Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat
dalam proses tersebut. Namun kadang-kadang begitu banyak
mineral yang hilang dari inti lesi sehingga permukaan lebih mudah
rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang dapat
dilihat secara mikroskopis. Pada karies dentin yang baru mulai
terlihat hanya lapisan keempat (lapisan transparan, terdiri dari
tulang dentin dentin sklerotik, kemungkinan membentuk rintangan
terhadap mikroorganisme dan enzimnya) dan lapisan kelima
(lapisan opak atau tidak tembus penglihatan, didalam tubuli
terdapat lemak yang mungkin merupakan gejala degenerasi
cabang-cabang odontoblast). Setelah terjadi kavitasi, bakteri akan
menembus tulang gigi. Pada proses yang amat dalam, tidak
terdapat lapisan tiga (lapisan demineralisasi, suatu daerah sempit,
dimana dentin peritubular diserang), lapisan empat dan lapisan
lima (Effendy, dkk.2016).
e. Cara pengukuran karies gigi menurut WHO dalam (Amalia, dkk.
2021).
Adanya indeks karies diperlukan untuk mengukur kejadian
karies secara akurat dan memungkinkan perbandingan global.
18

Salah satu indeks global yang telah digunakan secara bertahun-


tahun adalah indeks DMF T – D (Decay), M (Missing), F (filling).
Pada tahun 2013, WHO mengeluarkan guideline terkait
perhitungan DMF T berbasis survei populasi disebut DMFT
modified di mana ada perubahan pada cara penilaian status
pengalaman karies, bukan lagi pada status perawatan melainkan
pada kondisi gigi secara apa adanya. Pemeriksaan klinis
menggunakan indeks DMF T modified merupakan cara yang
sederhana dan diharapkan dapat dilakukan dimanapun bahkan di
daerah yang kekurangan sumber daya. Instrumen yang digunakan
hanyalah kaca mulut dan probe WHO. Penggunaan radiografi dan
fiber optics tidak dianjurkan tetapi lebih mengandalkan secara
visual. Hal utama yang harus diperhatikan saat dilakukan penilaian
DMFT modified adalah bahwa area pandang operator pemeriksa
harus terlihat jelas dan gigi yang dinilai harus erupsi sempurna.
Apabila terdapat gigi permanen dan desidui menempati ruang gigi
yang sama (persistensi gigi desidui), hanya gigi permanen yang
dinilai. Pemeriksaan harus dilakukan dengan sangat teliti karena
tumpatan modern (nilai F) saat ini warna dan restorasi sangat
mirip dengan kondisi asli dan bisa berpotensi menandai gigi sehat.
Pada penulisan notasi, kode DMFT (huruf kapital)
digunakan untuk kelompok gigi permanen sedang kode dmft
(huruf kecil) digunakan untuk kelompok gigi desidui. Gigi
dinyatakan sehat bebas karies (sound) apabila tidak ada tanda
karies sama sekali. Ditemukannya kondisi berikut juga masih
termasuk sound:
1) Spot berwarna putih (white or chalky spot)
2) Adanya perubahan warna atau bintik-bintik kasar pada
permukaan email yang tidak lunak (keras) Ketika disentuh
dengan probe
3) Adanya stein pada enamel pit atau fissur yang tidak lunak
(keras) Ketika dideteksi dengan probe
19

4) Gigi fluorosis
5) Lesi abrasi

Cara penilaian DMFT pada gigi permanen dilakukan dengan


menambahkan masing-masing komponen D+M+F. probabilitas
DMF T adalah 0 – 32 (sejumlah gigi permanen). Apabila dihitung
sebagai rerata kelompok maka perhitungannya adalah total nilai
DMF T dibagi jumlah individu yang diperiksa. Cara penilaian dmft
pada gigi desidui sama dengan penilaian DMFT gigi permanen
dengan probabilitas adalah 0 – 20 (sejumlah gigi desidui). Kategori
DMF T untuk anak usia 12 tahun adalah:

(1) Sangat rendah <1.2


(2) Rendah 1.2 – 2.6
(3) Sedang 2.7 – 4.4
(4) Tinggi 4.5 – 6.5
(5) Sangat tinggi >6.5

Kategori untuk usia 35-44 tahun adalah:

(1) Sangat rendah <5.0


(2) Rendah 5.0 – 8.9
(3) Sedang 9.0 – 13.9
(4) Tinggi >13.9

NOTASI KRITERIA

D/d (1) Terdapat lesi dan pada pit atau fissure,


pada permukaan gigi, adanya kavitas,
terdapat email yang lunak.
(2) Gigi dengan tumpatan sementara atau
sudah ditumpat tetapi terdapat daerah
karies yang juga dimasukan dalam
kategori ini
(3) Pada kasus dimana terdapat mahkota
20

yang hancur karena karies dan hanya


akar yang tersisa
(4) Mahkota yang sudah ditumpat tetapi
tetapi terdapat karies
(5) Tumpatan pada akar. Dengan karies

M/m Gigi hilang atau telah dicabut karena karies.


Untuk gigi desidui yang hilang, skor ini
digunakan hanya jika gigi hilang pada saat
belum waktunya untuk tanggal.
Aturan baru WHO menyatakan bahwa notasi
M pada subjek dibawah usia 30 tahun hanya
ditujukan untuk gigi hilang (telah dicabut)
karena karies, sedang pada subjek dengan usia
>30 tahun ditujukan untuk gigi hilang karena
karies atau untuk alasan lain missal dicabut
untuk alasan ortodontik atau karena penyakit
periodontal, trauma, dll.

F/f Gigi ditumpat karena karies dan tidak terdapat


karies pada daerah tumpatan tersebut atau di
permukaan lain (pada gigi yang sama).
21

B. Kerangka Konsep

Variabel pengaruh Variabel terpengaruh


Tingkat Pengetahuan Karies Gigi
dan Sikap

1. Pola makan
Pendidikan 2. Morfologi gigi
Lingkungan
Variabel terkendali 3. Plak gigi1
Variabel tak
terkendali

Keterangan
Yang dilakukan penelitian
Yang tidak dilakukan penelitian

C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan landasan teori dan kerangka konsep diatas, maka
pertanyaan peneliti adalah berikut: apakah tingkat pengetahuan dan sikap
22

berpengaruh terhadap karies gigi pada masyarakat pedesaan di Dukuh


Sigemplong Kecamatan Bawang Kabupaten batang?
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif kuantitatif yang
merupakan penelitian dengan metode mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya mengenai tingkat pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
gigi terhadap karies gigi pada masyarakat pedesaan di Dukuh Sigemplong
Kecamatan Bawang Kabupaten Batang, kemudian menganalisis
menggunakan tabulasi silang. Menggunakan rancangan pendekatan cross
sectional survey di mana peneliti melakukan pemeriksaan data yang
dikumpulkan pada waktu tertentu/singkat yang sebelumnya dilakukan
pengisian data langsung oleh responden.
B. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh subjek dari penelitian. Berdasarkan data yang
diperoleh dari Kepala Dusun setempat, terdapat 630 jiwa di Dukuh
Sigemplong.
2. Sampel
Sampel penelitian ini diambil menggunakan rumus slovin yaitu:
N
n= 2
1+ N (a)
n = ukuran sampel
N = ukuran populasi
a² = batas toleransi kesalahan (error tolerance) (10%)
Hasil perhitungan sebagai berikut:
630
n=
1+ 630(0,1)²
630
n=
1+630(0.01)
630
n=
1+ 6,3

22
23

n = 86,30
Sampel yang didapatkan 86,30 dibulatkan menjadi 86 responden.
Jumlah sampel yang diperoleh dibagi menjadi 2, masing-masing
berjumlah 43 laki-laki dan 43 perempuan.
Cara pengambilan sampel menggunakan purposive sampling
yaitu Teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Kriteria
yang digunakan untuk penelitian ini:
a. Dalam kondisi sehat
b. Bisa membaca dan menulis
c. Bersedia menjadi responden
d. Jenjang pendidikan terakhir sekolah dasar
e. Mudah dikondisikan
Peneliti akan memilih perwakilan masyarakat dari RT 01 sampai RT
04 di Dukuh Sigemplong yang berjumlah 86 responden dengan syarat
memenuhi kriteria di atas.
C. Identifikasi Variabel
1. Variabel Pengaruh
Variabel pengaruh dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan dan
sikap tentang kesehatan gigi
2. Variabel Terpengaruh
Variabel terpengaruh pada penelitian ini adalah karies gigi
3. Variabel terkendali
Variabel terkendali pada penelitian ini adalah pendidikan dan
lingkungan.
4. Variabel tak terkendali
Variabel tak terkendali pada penelitian ini adalah pola makan,
morfologi gigi, plak gigi.
D. Definisi Operasional Variabel
1. variabel pengaruh

a) Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari tahu. Untuk mengukur pengetahuan
akan akan diberikan check list sejumlah 15 yang mengenai
24

pertanyaan tentang kesehatan gigi. Tentang kesehatan gigi dan


mulut dengan model jawaban benar dan salah. Soal yang “benar”
nilai 1 dan yang “salah” nilai 0. Rekapitulasi nilai yang diperoleh
dari responden mengacu pada skor yang benar. Data hasil
pengukuran pengetahuan dikategorikan menjadi baik, cukup, dan
kurang. Ketentuan tersebut menggunakan aturan normatif rata-rata
(mean) dan simpangan baku (standard deviation).
Kategori tersebut dikelompokkan dalam skala pengukuran sebagai
berikut :
a. Baik : (x)> Mean + SD
b. Cukup : Mean – SD < x< Mean + SD
c. Kurang : x<Mean – SD
Keterangan :
x = skor yang diperoleh
Mean = Rata- rata
SD = Standar Deviasi
Adapun indikator checklist pengetahuan sebagai berikut :
(tabel)
No Materi Indikator soal soal
Bentuk Jumlah Nomor
1 Pengetahuan Responden Checklist 8 soal 1,2,6,7,8,9,
tentang mengerti arti 15
kesehatan menggosok
gigi gigi dan teknik
menggosok
gigi/gerakan
menyikat gigi,
waktu
menyikat gigi,
dan manfaat
menggosok
gigi.
Responden Checklist 2 soal 3, 5, 13
mengerti
makanan yang
baik untuk
kesehatan gigi
dan makanan
yang tidak
25

baik untuk
kesehatan gigi
Responden Checklist 2 soal 4 dan 11
mengerti harus
memeriksa
gigi 6 bulan
sekali dan
harus tau jika
gigi sakit
langsung di
bawa ke
dokter gigi
Responden Checklist 2 soal 10 dan 12
dapat
mengetahui
penyebab gigi
berlubang dan
pengobatannya
Responden Checklist 1 soal 14
mengetahui
kebiasaan
yang dapat
merubah
warna gigi

b) Sikap masyarakat tentang kesehatan gigi


Pengukuran sikap menggunakan ceklis dengan berisi 15 pertanyaan,
nomor 1-10 pertanyaan positif dan nomor 1-5 pertanyaan negatif
tentang tentang pengetahuan kesehatan gigi, perawatan,
pemeliharaan kesehatan gigi, dengan alternatif jawaban
menggunakan skala likert dengan kategori berikut:
No Pertanyaan STS TS S SS
1 Negatif 4 3 2 1
2 Positif 1 2 3 4

Data tersebut kemudian diubah menjadi skor T dengan


menggunakan rumus sebagai berikut :

T = 50+10 [X -X̅]/s
Keterangan :
26

X = skor responden pada skala sikap yang hendak diubah menjadi


skor T

X̅ = mean skor kelompok

S = Deviasi standar skor kelompok

Kemudian untuk mengetahui kategori sikap dicari nilai median (T


mean T) dalam kelompok maka akan diperoleh :

a. Sikap responden positif, bila T responden > T mean

b. Sikap responden negatif, bila T responden < T mean

Adapun indikator checklist responden sebagai berikut

No Materi Indikator soal Soal


Bentuk Jumlah Nomor
1 Sikap tentang Responden mengetahui Checklis 2 soal 1 dan
pemeliharaan waktu yang tepat untuk t 2
kesehatan gigi menggosok gigi (+)

Responden menyikat Checklis 1 soal 3


giginya bersamaan saat t
mandi (-)
Responden menggunakan Checklis 1 soal 7
sikat gigi bersamaan t
dengan anggota keluarga (-)
lainnya
Responden mengetahui Checklis 1 soal 6
makanan yang dapat t
menyehatkan gigi (+)
Responden mengetahui Checklis 2 soal 9 dan
hal-hal yang dapat t 8
menyebabkan gigi (+)
27

berlubang
Responden tau akan Checklis 2 soal 11 dan
kebiasaan yang dapat t 13
merubah warna gigi (+)
Responden tidak ingin Checklis 1 soal 12
mempunyai gigi t
berlubang (+)
Responden mengetahui Checklis 1 soal 15
gejala gigi berlubang t
(+)
Responden mengetahui Checklis 1 soal 14
hal yang disebabkan oleh t
gigi berlubang (+)
Responden takut Checklis 1 soal 4
memeriksakan giginya t
(-)
Responden menyikat Checklis 1 soal 5
giginya dengan terburu- t
buru (-)
Responden malas Checklis 1 soal 10
menyikat gigi malam t
karena mengantuk (-)

B. Variabel terpengaruh
c) Karies gigi
Indeks gigi permanen
Rumus DMF T

DMF T = decay (D) + Missing (M) + Filling (F)


Jumlah orang yang diperiksa

Klasifikasi karies menurut WHO dalam Effendy dkk (2016), yaitu:


28

Tingkat keparahan DMF T


Sangat rendah 0,08 – 1,1
Rendah 1,2 – 2,6
Sedang 2,7 – 4,4
Tinggi 4,5 – 6,5
Sangat tinggi 6,6 keatas

E. Instrumen /Alat Ukur Penelitian


Teknik pengumpulan data berupa observasi, instrumen pengumpulan data
dapat dilihat pada tabel berikut:
Variabel Metode Instrumen

Variabel pengaruh Observasi Ceklis lembar penilaian


Tingkat pengetahuan dan
sikap

Variabel terpengaruh Pemeriksaan DMF T Lembar pemeriksaan


Karies gigi

1. Alat yang dibutuhkan saat penelitian :


a. Kartu status pemeriksaan digunakan untuk menuliskan data
pemeriksaan kesehatan gigi
b. Kaca mulut digunakan untuk melihat permukaan gigi pada saat
pemeriksaan
c. sonde digunakan untuk memeriksa permukaan gigi
d. Pinset digunakan untuk menjepit kapas yang sudah dibasahi
alkohol untuk mendesinfeksi alat pada saat pemeriksaan
e. Gelas kumur digunakan untuk berkumur dan membersihkan gigi
setelah dilakukan pemeriksaan
2. Bahan yang dibutuhkan pada saat penelitian
a. Alkohol digunakan untuk mendesinfektan alat yang telah
digunakan
b. Kapas digunakan untuk membersihkan alat setelah digunakan
c. Handscoon digunakan untuk alat pelindung diri pada saat
pemeriksaan
29

d. Masker digunakan untuk alat pelindung diri pada saat pemeriksaan


F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain penelitian
yang dirancang melalui tahap sebagai berikut:
1. Tahap persiapan
a. Melakukan perizinan pada pihak terkait
1) Mengurus perizinan kepada kepala dusun setempat
2) Mengurus perizinan kepada ketua RT/RW di Dukuh
Sigemplong
3) Mengurus perizinan kepada gugus covid setempat
b. Memberikan informed consent pada sampel
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan penelitian selama 4 hari bertempat di rumah masing-
masing responden dengan menerapkan protokol kesehatan
b. Sebelum dilakukan pemeriksaan, responden wajib menerapkan
protokol kesehatan seperti: memakai masker, mencuci tangan, dan
menjaga jarak.
c. Menjelaskan prosedur penelitian
d. Menyiapkan alat dan bahan sebelum pemeriksaan
e. Peneliti menggunakan sarung tangan dan masker sebagai APD
f. Memberikan kuesioner pada sampel dan lembar persetujuan
g. Melakukan pemeriksaan DMF T pada sampel dan dicatat pada
lembar pemeriksaan
h. Sterilisasi dengan teknik perebusan dengan suhu 100˚ C sampai
mendidih selama 15 menit, kemudian alat disterilkan dengan
cairan alkohol
i. Mencatat jumlah hasil dari pemeriksaan dan mengoreksi hasil
kuesioner yang telah diisi.
3. Setelah terkumpul maka langkah selanjutnya adalah pengolahan data,
dilakukan melalui tahapan:
a. Editing yaitu melakukan pengecekan dan perbaikan lembar
pemeriksaan
30

b. Coding yaitu melakukan, mengubah data yang berbentuk kalimat


menjadi sebuah angka.
c. Entry data yaitu dengan memasukan data, memindahkan data yang
merupakan hasil pengukuran ke dalam media yang mudah diolah
dalam bentuk tabel
d. Tabulating yaitu melakukan penyusunan ata pengelompokan data
untuk dijumlah, disusun dan diajukan dalam bentuk tabel sehingga
akan mudah dianalisis.
G. Analisis Data
Analisa data dilakukan setelah pengolahan data hasil penelitian.data
yang diperoleh dari hasil kuesioner dan pemeriksaan di analisa
menggunakan metode deskriptif kuantitatif untuk menggambarkan hasil
penelitian yang diukur kemudian disajikan dalam bentuk tabulasi silang
untuk melihat kecenderungan hasil penelitian.
H. Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Jadwal penelitian tentang “Tingkat Pengetahuan dan Sikap Tentang
Kesehatan Gigi Terhadap Karies Gigi pada Masyarakat Pedesaan di
Dukuh Sigemplong Kecamatan Bawang Kabupaten Batang”, terlampir.
DAFTAR PUSTAKA

Amalia, R., Yulianto, Dedy H., Rinastiti, M., Susanto, H., Suryani, I.R., Diba, S.F., Dewi,
A.H., Lisyarifah, D., Enggardipta, R.A., Widyastuti, A., Bramanti, I., Chairunisa,
F., Rachmadanty, F., 2021. Karies Gigi Prespektif Terkini Aspek Biologis, Klinis,
dan Komunitas, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
https://books.google.co.id/books?
id=HU1WEAAAQBAJ&newbks=0&lpg=PA67&dq=cara%20mengukur
%20karies&hl=id&pg=PA69#v=onepage&q=cara%20mengukur
%20karies&f=true diakses pada tanggal 23 Desember 2021, pukul 15.05 WIB

Batbual, B., 2021. Self Management Untuk Meningkatkan Kinerja Bidan, Penerbit Adab:
https://www.google.co.id/books/edition/SELF_MANAGEMENT_UNTUK_MEN
INGKATKAN_KINER/V1IsEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=Pendidikan
%20diperlukan%20untuk%202008&pg=PA37&printsec=frontcover diakses pada
10 januari 2022, pukul 09.10 WIB

Dinas komunikasi dan informatika Kabupaten Batang, 2022. Kanal Berita Pemkab
Batang, https://berita.batangkab.go.id/?p=2&id=6039 di akses pada tanggal 14
Januari 2022, pukul 10.38 WIB
Dinas pemberdayaan masyarakat, desa, kependudukan dan catatan sipil Provinsi Jawa
Tengah, (2022). Sidesa Jawa Tengah https://sidesa.jatengprov.go.id/ di akses pada
tanggal 14 Januari 2022, pukul 10.45 WIB

Efendi, F. dan Mahkfudli. 2009, Keperawatan Kesehatan Komunitas Teori dan Praktik
dalam Keperawatan. Salemba medika. Jakarta. Di akses dari
https://www.google.co.id/books/edition/Keperawatan_Kesehatan_Komunitas_Teo
ri_da/LKpz4vwQyT8C?hl=id&gbpv=1&dq=keperawatan%20kesehatan
%20komunitas&pg=PT115&printsec=frontcover&bsq=pengetahuan pada 20
Desember 2021, pukul 21.11 WIB

Effendy, R., Lunardhi, C.G.J., Rukmo, M., 2016. Kerusakan Gigi Pascaperawatan
Endodontik, Airlangga University Press, Surabaya:
https://www.google.co.id/books/edition/Kerusakan_Gigi_Pascaperawatan_Endod
ontik/AKbIDwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=faktor-faktor%20penyebab
%20karies&pg=PA10&printsec=frontcover di akses pada tanggal 22 Desember
2021, pukul 11.00 WIB

Emilia, O., Probandari, Y.S., supriyati, 2018, Promosi Kesehatan dalam Lingkup
Kesehatan Reproduksi, Gadjah Mada University press, Yogyakarta:
https://www.google.co.id/books/edition/Promosi_Kesehatan_dalam_Lingkup_Kes
ehata/5tWxDwAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=Promosi+Kesehatan+dalam+Lingkup+Kesehatan+Reproduks
i&printsec=frontcover di akses pada 29 November 2021, pukul 15.00 WIB

Gayatri, R.W., 2017. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan


Kesehatan Gigi Anak SDN Kauman 2 Malang, Journal of Health, Semarang:

28
29

https://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/jhealthedu/article/view/22612 di akses
pada 20 November 2021, pukul 20.24 WIB

Hardika, B.D., 2018. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Anak kelas v terhadap
Terjadinya Karies Gigi di SD, Journal umkc.ac.id,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Hubungan+Pengetahuan+dan+Sikap+Anak+kelas+v+t
erhadap+Terjadinya+Karies+Gigi+di+SD&btnG= di akses pada tanggal 20
November 2021, pukul 23.00 WIB

Hasnidar, Tasnim, Sitorus, S., Hidayati, W., Mustar, Fhirawati, Yuliani, M., Marzuki, I.,
Yunianto, A.E., Susilawaty, A., Puspita, R.., Pattola, Sianturi, E., Sulfianti.2020.
Ilmu Kesehatan Masyarakat, Yayasan kita menulis, sumber:
https://www.google.co.id/books/edition/Promosi_Kesehatan_Masyarakat/
vwwLEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=makna%20dari%20perilaku
%20kesehatan&pg=PA27&printsec=frontcover di akses pada 20 November 2021,
pukul 09.30 WIB

Kemenkes RI, 2018. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.
https://pusdatin.kemkes.go.id di akses pada 20 Oktober 2021, pukul 21.31

Kemenkes, 2015. tentang upaya kesehatan gigi dan mulut


https://persi.or.id/wp-content/uploads/2020/11/pmk892015.pdf diakses pada 20
November 2021, pukul 13.00 WIB

Kementerian Kesehatan RI, 2018. Laporan Kesehatan Dasar (RISKESDAS), Jakarta:


Badan Penelitian dan Pembangunan Kesehatan. Di akses pada 19 Januari 2021,
pukul 08.00 WIB

Kidd, E.A.M. dan Bechal, S.J., 1991. Dasar-dasar Karies, Penenrbit Buku Kedokteran
EGC,
https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Karies/l5lwlrHtnU4C?
hl=id&gbpv=1&dq=Disebut%20karies%20ringan%2C%20jika%20yang
%20terkena&pg=PA9&printsec=frontcover&bsq=Disebut%20karies%20ringan
%2C%20jika%20yang%20terkena diakses pada 10 januari 2022, pukul 13.00
WIB

Marimbun, B.E., Christy, N. Mintjelungan, Damajanty, H.C., Pangemana, 2016,


Hubungan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Gigi dan Mulut dengan
Status Karies Gigi pada Penyandang Tunanetra, Jurnal e-Gigi,
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/13924 di akses pada 21
November 2021, pukul 16.26 WIB

Muslimah, Mastuti, R., Saragih, F.H., Alham, F., Basriwijaya, K.M.Z., 2021. Bunga
rampai karya ilmiah bertema Covid-19 di bidang pertanian. Sumatra Barat: Insan
Cendekia Mandiri.
https://www.google.co.id/books/edition/Bunga_rampai_karya_ilmiah_bertema_C
ovid/GJwhEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=hubungan%20sikap%20dan
30

%20pengetahuan&pg=PA5&printsec=frontcover di akses pada tanggal 20


Desember 2021, pukul 22.03 WIB

Pakpahan, M., Siregar, D., Susilawaty, A., Tasnim, Mustar, Ramdany, R., Manurung,
E.I., Sianturi, E., Tompunu, M.R.G., Sitanggang, Y.F., Maisyarah, M., 2021.
Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan, Yayasan kita menulis, sumber
https://www.google.co.id/books/edition/Promosi_Kesehatan_dan_Perilaku_Keseh
atan/MR0fEAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=promosi+kesehatan+dan+perilaku+kesehatan&printsec=front
cover di akses pada 29 November 2021, pukul 14.0 WIB

Purba, R., 2021. Pengetahuan dan Sikap Perawat terhadap Penggunaan Alat Perlindung
Diri , Media Sains Indonesia
https://www.google.co.id/books/edition/Pengetahuan_Dan_Sikap_Perawat_Terha
dap_P/dGMbEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=cara%20pengukuran
%20sikap&pg=PA20&printsec=frontcover&bsq=cara%20pengukuran%20sikap
di akses pada tanggal 22 Desember 2021, pukul 10.40 WIB

Ramadhan, A., Cholil, Sukmana, B.I., 2016, Hubungan Tingkat Pengetahuan Kesehatan
Gigi dan Mulut terhadap Angka Karies Gigi di SMPN 1 Marabahan, dentino
jurnal kedokteran gigi,
https://ppjp.ulm.ac.id/journal/index.php/dentino/article/view/567 di akses pada
20 November 2021, pukul 20.56 WIB

Ratnayanti, G., 2021. Sikap Preventif Melalui Teknik Puzzle, CV. Jakad Media
Publishing, Surabaya:
https://www.google.co.id/books/edition/Sikap_Preventif_Melalui_Teknik_Puzzle/
YuA7EAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=komponen
%20sikap&pg=PA24&printsec=frontcover&bsq=komponen%20sikap di akses
pada tanggal 22 Desember 2021, pukul 20.30 WIB

Rochka, M.M., Anwar, A.A., Rahmadani, S,. 2019. Kawasan Tanpa Rokok di Fasilitas
Umum, Uwais Inspirasi Indonesia, Ponorogo:
https://www.google.co.id/books/edition/KAWASAN_TANPA_ROKOK_DI_FAS
ILITAS_UMUM/zT2-DwAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=kaitan%20pengetahuan
%20dengan%20sikap%20menurut
%20notoatmodjo&pg=PA94&printsec=frontcover&bsq=kaitan%20pengetahuan
%20dengan%20sikap%20menurut%20notoatmodjo di akses pada tanggal 22
Desember 2021, pukul 10.11 WIB

Sari, M.H.N., Hasnidar, Pakpahan, M., Lakhmudien, Mahawati, E., Marpaung, Y.M.,
Novela, V., Ani, M., Susanty, S.D., Yanti, C.A., Yunianto, A.E., 2020. Dasar-
dasar Komunikasi Kesehatan, Yayasan Kita Menulis,
https://www.google.co.id/books/edition/Dasar_Dasar_Komunikasi_Kesehatan/
__ELEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=fungsi
%20sikap&pg=PA57&printsec=frontcover&bsq=fungsi%20sikap di akses pada
21 Desember 2021, pukul 09.21 WIB
31

Simamora, N., 2019. Tingkat Pengetahuan dan Sikap anak tentang Kesehatan Gigi dan
Mulut terhadap Karies pada Siswa-siswi kelas v di SDN 060788 Medan Maimun,
https://scholar.google.com/scholar?
hl=id&as_sdt=0%2C5&q=Tingkat+Pengetahuan+dan+Sikap+anak+tentang+Kese
hatan+Gigi+dan+Mulut+terhadap+Karies+pada+Siswa-
siswi+kelas+v+di+SDN+060788+Medan+Maimun&btnG= di akses pada tanggal
21 Desember 2021, pukul 23.30 WIB

Sunaryo, 2004. Psikologi Untuk Keperawatan, Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC,
https://www.google.co.id/books/edition/Psikologi/6GzU18bHfuAC?
hl=id&gbpv=1&dq=Sikap%20adalah%20respon%20tertutup
%20dapat&pg=PA27&printsec=frontcover diakses pada 10 januari 2022, pukul
12.15 WIB

Wahyudin dan Pariati, 2020. Gambaran Sikap dan Perilaku terhadap Karies Gigi pada
Siswa SD Inpres Pattiro Kec. Manuju Kab. Gowa. Journal.Poltekkes-mks.ac.id,
http://journal.poltekkes-mks.ac.id/ojs2/index.php/mediagigi/article/view/1526 di
akses pada tanggal 19 Desember 2021, pukul 09.00 WIB

Waluyo, M.,2019. Manajemen Psikologi Industri, Literasi Nusantara, Malang:


https://www.google.co.id/books/edition/Manajemen_Psikologi_Industri/
ra1JEAAAQBAJ?hl=id&gbpv=1&dq=teori
%20sikap&pg=PA44&printsec=frontcover&bsq=teori%20sikap di akses pada
tanggal 21 Desember 2021, 07.30 WIB

Zulmiyetri, Nurhastuti, Safaruddin, 2020. Penulisan Karya Ilmiah, Kencana, Jakarta:


https://www.google.co.id/books/edition/Penulisan_Karya_Ilmiah/v_32DwAAQB
AJ?hl=id&gbpv=1&dq=cara%20mengukur
%20pengetahuan&pg=PA57&printsec=frontcover di akses pada tanggal 23
Desember 2021, pukul 11.30 WIB

2020. Penulisan Karya Ilmiah, Kencana, Jakarta:


https://www.google.co.id/books/edition/Penulisan_Karya_Ilmiah/v_32DwAAQB
AJ?hl=id&gbpv=1&dq=hubungan%20sikap%20dan%20pengetahuan
%20terhadap%20kesehatan%20gigi&pg=PA57&printsec=frontcover di akses
pada tanggal 23 Desember 2021, pukul 14.23 WIB
L
A
M
P
I
R
A
N

32
33

Lampiran 1
JADWAL PENELITIAN
Kegiatan Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun
2021 2021 2022 2022 2022 2022 2022 2022
Pengesahan
Judul
Pembuatan
Proposal KTI
Seminar
Proposal KTI
Perbaikan
Proposal KTI
Pengambilan
Data
Pengolahan
Data
Penyusunan
KTI
Seminar
Hasil
Perbaikan
KTI
Pengumpulan
KTI
34

Lampiran 2

CHEKCLIST PENILAIAN PENGETAHUAN


TENTANG KESEHATAN GIGI TERHADAP KARIES GIGI DI DUKUH
SIGEMPLONG KECAMATAN BAWANG KABUPATEN BATANG

Identitas responden
1. No responden:
2. Nama :
3. Umur :
4. Jenis kelamin :
A. Pengetahuan
Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda (√)
pada salah satu kolom yang menurut anda benar!
No Pertanyaan Benar salah
1 Menggosok gigi dapat menghilangkan sisa makanan
pada permukaan gigi
2 Menyikat gigi dengan sikat gigi dan pasta gigi yang
mengandung fluor
3 Buah dan sayur adalah makanan yang baik untuk
kesehatan gigi
4 Gigi berlubang dapat menyebabkan bau mulut
5 Makanan yang manis dan lengket dapat merusak gigi
6 Menggosok gigi 2 kali sehari
7 Menyikat gigi selama 2 menit
8 Menyikat gigi bagian depan dengan Gerakan naik turun
9 Menyikat gigi bagian samping kanan kiri pipi dengan
Gerakan memutar
10 Gigi berlubang disebabkan oleh ulat gigi
11 Jika sakit gigi tidak perlu diperiksakan ke dokter gigi
12 Jika gigi berlubang harus ditambal
13 Makan makanan berserat baik untuk gigi
35

14 Kebiasaan meminum teh dapat merubah warna gigi


15 Saya menggosok gigi bersamaan saat mandi supaya
lebih praktis

B. Sikap
36

Berilah tanda (√ ) pada kolom yang sesuai dengan


pernyataan!
No Pertanyaan STS TS S SS
(1) (2) (3) (4)
1. Saya menyikat gigi pagi setelah sarapan

2. Saya menyikat gigi secara rutin

3. Saya menyikat gigi saat mandi supaya lebih praktis

4. Saya malas periksa gigi karena gigi saya tidak ada


yang sakit

5. saya menyikat gigi dengan keras dan tergesa-gesa

6. Saya tidak terlalu memperdulikan kesehatan gigi saya

7. Saya menggunakan sikat gigi bersamaan dengan


anggota keluarga yang lain

8. Saya suka makan makanan berserat

9. Saya sering makan/minuman yang manis pada malam


hari dan tidak gosok gigi setelahnya

10. Saya malas menyikat gigi malam karena mengantuk

11. Meminum kopi dapat merubah warna gigi saya


12. Saya tidak mau mempunyai gigi berlubang karena
menimbulkan bau mulut
13. Merokok dapat merubah warna gigi saya
14. Gigi berlubang sering membuat saya merasa ngilu
saat terkena rangsangan panas/dingin
15. Saya mengabaikan gigi saya yang berlubang karena
tidak sakit

KETERANGAN
SS : SANGAT SETUJU KS : KURANG SETUJU TS : TIDAK SETUJU
37

Lembar pemeriksaan
Identitas responden
No Responden:
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :

KARTU PEMERIKSAAN KARIES

18 17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 28

48 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37 38

DMF-T =
D=
M=
F=

Anda mungkin juga menyukai