Anda di halaman 1dari 71

PROPOSAL RISET

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN TERAPI MASSAGE

FIELD TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM TOTAL

PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG

PERISTI RSUD KOTA DEPOK

Proposal Riset ini Sebagai Prasarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LISNA NURWIZY

08190100038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020
PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN TERAPI MASSAGE

FIELD TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM TOTAL

PADA NEONATUS DENGAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG

PERISTI RSUD KOTA DEPOK

Proposal Riset ini Sebagai Prasarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana

Keperawatan (S.Kep)

OLEH:

LISNA NURWIZY

08190100038

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INDONESIA MAJU

JAKARTA

2020

i
HALAMAN PERSETUJUAN

Riset dengan judul

PENGARUH PEMBERIAN ASI DAN TERAPI MASSAGE FIELD

TERHADAP KADAR BILIRUBIN SERUM TOTAL PADA NEONATUS

DENGAN HIPERBILIRUBIN DI RUANG PERISTI RSUD KOTA DEPOK

Telah mendapatkan persetujuan untuk dilaksanakan uji proposal pada:

Jakarta, November 2020

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada ALLAH S.W.T, atas berkat dan

rahmatnya penelitian ini dapat peneliti selesaiakan dengan judul “PENGARUH

PEMBERIAN ASI DAN TERAPI MASSAGE FIELD TERHADAP KADAR

BILIRUBIN SERUM TOTAL PADA NEONATUS DENGAN

HIPERBILIRUBIN DI RUANG PERISTI RSUD KOTA DEPOK”. Penelitian

ini dilakukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan di

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM).

Peneliti menyadari sangatlah penting bimbingan, masukan dan dukungan

dari banyak pihak untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. Untuk itu peneliti

ingin menyampaikan banyak terimakasih kepada :

1. Dr. Sobar, S.Psi, MKM, selaku PLT Ketua Sekolah Tinggi Ilmu

Kesehatan Indonesia Maju Jakarta yang telah memberikan kesempatan

mengikuti pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju

Jakarta.

2. Ns. Eka Rokhmiati, Skep. Mkep selaku Kepala Departemen Kesehatan

Masyarakat Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju Jakarta dan

selaku dosen Pembimbing Akademik, terima kasih sebesar-besarnya untuk

beliau yang telah membimbing dan memberi motivasi selama duduk di

bangku kuliah.

iii
3. Ns. Rina Afrina, S. Kep. MKM, selaku dosen pembimbing melalui arahan,

masukan dan saran untuk kesempurnaan proposal ini, beliau berikan

dengan sabar dan penuh perhatian.

4. Ns. Saeful Gunardi, M.Kes selaku dosen penguji yang telah memberikan

arahan dan nasehat yang membangun.

5. Seluruh staf dosen/pengajar program Sarjana Keperawatan Sekolah Tinggi

Ilmu Kesehatan Indonesia Maju (STIKIM), dengan penuh kesabaran dan

perhatian yang tak ternilai dalam memberikan ilmu dan arahanya.

6. Seluruh staf akademik Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia maju,

yang telah menyediakan fasilitas, dukungan dan bantuan selama ini.

7. Rekan-rekan Ruangan Peristi RSUD Kota Depok yang selalu support dan

pengertian disela-sela kesibukan bekerja selalu peneliti repotkan.

8. Orang tua, suamiku, anak-anakku serta keluarga besarku yang aku

sayangi, dengan penuh kesabaran dan pengertian telah memberikan do’a,

semangat dan dukungan tiada henti selama ini.

9. Rekan sejawat dan satu angkatan atas segala motivasi dan dukungannya,

kalian semua sungguh sangat bermakna.

Semoga ALLAH S.W.T membalas kebaikan semua pihak yang sudah

membantu kelancaran penelitian ini dan Semogga skripsi ini bermanfaat untuk

kemajuan dan perkembangan ilmu keperawatan.

Jakarta, November 2020

Peneliti

iv
DAFTAR ISI

Contents

PROPOSAL RISET ......................................................................................... i


HALAMAN PERSETUJUAN ........................................................................... ii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... v
DAFTAR TABEL ............................................................................................ vi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... viii
DAFTAR SKEMA ........................................................................................... ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar belakang .............................................................................................. 1
B. Rumusan masalah ......................................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian .......................................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian ...................................................................................... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................... 12
A. Konsep Hiperbilirubinemia ......................................................................... 12
B. Konsep Menyusui ....................................................................................... 16
C. Konsep ASI ................................................................................................ 21
D. Konsep Baby Massage ................................................................................ 28
E. Penelitian Terkait ........................................................................................ 33
F. KERANGKA TEORI ................................................................................. 35
BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI
OPERASIONAL ............................................................................................. 36
A. Kerangka Konsep ........................................................................................ 36
A. Hipotesis .................................................................................................... 37
B. Definisi Operasional ................................................................................... 38
BAB IV METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN .................................... 40
A. Desain Penelitian ........................................................................................ 40
B. Populasi dan Sampel Penelitian ................................................................... 41
C. Tempat dan waktu Penelitian ...................................................................... 43

v
D. Etika Penelitian ........................................................................................... 44
E. Alat Pengumpulan Data .............................................................................. 46
F. Validitas dan Reliabilitas Intrumen ............................................................. 46
G. Prosedur Pengumpulan Data ....................................................................... 47
H. Pengolahan Data ......................................................................................... 48
I. Analisis Data .............................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... xii
Lampiran 6 .................................................................................................... 17
LEMBAR OBSERVASI KADAR BILIRUBIN SERUM TOTAL ............. 17
RIWAYAT HIDUP ......................................................................................... 19

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Opersional penelitian…………………………………..Hal 36

vi
Tabel 4.1 : Analisa univariate………………………………………………..Hal 49

Tabel 4.2: Analisa Bivariat………………………………………………….Hal 50

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : modifikasi Kramer’s Scale.……………………………….Hal 3

viii
DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 : Kerangka Teori …………………………………………….Hal 33

Skema 3.1 : Kerangka konsep…………………………….......................Hal 34

Skema 4. 1

Skema 4.2

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Penjelasan Instrumen Penelitian


Informed consent
Lembar Observasi keberhasilan Asi
Lembar obserbasi terapi massage filed
Lembar observasi hasil kadar bilirubin
Jadwal konsul

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan

Berkelanjutan 2030 berusaha untuk mengurangi angka kematian pada Neonatal

setidaknya 12 per 1000 kelahiran (SDGs, 2020). Menurut laporan hasil Survei

Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI), tahun 2017 menyebutkan Angka

Kematian Neonatal (AKN) yaitu 15 kematian per 1000 kelahiran hidup dan

Angka Kematian Neonatal (AKN) yaitu 24 kematian per 1000 kelahiran hidup

(SDKI, 2017). Sedangkan menurut World Health Organization (WHO) tahun

2015 Angka Kematian Neonatal (AKN) di negara berkembang seperti di

Singapura 3 per 1000 kelahiran hidup, Malaysia 5,5 per 1000 kelahiran hidup,

Thailan 17 per 1000 kelahiran hidup, Vietnam 18 per 1000 kelahiran hidup, dan

Indonesia 27 per 1000 kelahiran hidup (WHO, 2015). Beberapa penyebab

kematian Neonatal adalah neonatus dengan berat badan lahir rendah, komplikasi

terkait persalinan (asfixia atau kesulitan bernafas saat lahir), infeksi,

hiperbilirubinemia dan cacat lahir (birth defect) (WHO, 2015).

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling

sering ditemukan pada neonatus (IDAI, 2019). Pada Neonatal dapat terjadi

kenaikan fisiologis kadar bilirubin dan 60% bayi >35 minggu akan terlihat ikterik.

Namun, 3%-5% dari kejadian ikterik tersebut tidaklah fisiologis dan

1
2

berisiko untuk terjadinya kerusakan neurologis bahkan kematian (Maisels,

2012 dan Pediatri, 2007). Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana terjadi

peningkatan kadar bilirubin dalam darah > 5 mg/dL dan lebih mengacu pada

gambaran kadar bilirubin serum total ( Latief dkk., 2012). Hockenberry & Wilson

(2007) menjelaskan bahwa Hiperbilirubinemia adalah kondisi jumlah bilirubin

yang berlebihan dalam darah dan ditandai dengan adanya jaundice atau ikterus

yang merupakan warna kekuningan pada kulit, sklera, dan kuku (Hockenberry &

Wilson, 2007).

Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

dalam sistem retikuloendotelial (Paulette, 2003). Secara normal pemecahan sel

darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh

enzim heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin

bersifat larut dalam air. Produk akhir dari metabolisme ini adalah bilirubin

indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi

darah yang akan mengangkutnya ke hati . Bilirubin indirek diambil dan

dimetabolisme di hati menjadi bilirubin direk (IDAI, 2013) .

Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter

spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa

empedu. Proses minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam

duodenum. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah

menjadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan

urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang

ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi
3

kembali oleh darah dan diangkut kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati,

yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatic (IDAI, 2013). Saat terjadi

peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi maupun terkonjugasi akan

mengakibatkan kejadian Hiperbilirubinemia pada Neonatus (Wong, et.al, 2009).

Kadar bilirubin serum normal pada Neonatus < 2 mg/dL. Pada konsentrasi >

5 mg/dL bilirubin akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning, terutama

pada permukaan kulit bulan (Cohen, 2006; dalam Lowdermilk, 2010). Pewarnaan

kuning ini timbul sebagai akibat dari akumulasi bilirubin tak terkonjugasi dalam

darah Neonatus (Wong, 2004). Menurut Wong et.al (2009) bahwa kemungkinan

penyebab hiperbilirubinemia pada Neonatus adalah faktor fisiologis, berhubungan

dengan pemberian ASI, produksi bilirubin berlebihan, dan predisposisi genetik

(Wong, et.al, 2009).

Klasifikasi derajat Hiperbilirubinemia menurut Kramer’s Scale (1969)

bahwa terbagi menjadi 5 derajat (Kramer’s) dengan derajat I ikterik berada pada

daerah wajah dengan kadar bilirubin serum total 5-7 mg/dl, derajat II ikterik

berada pada daerah dada sampai diatas umbilikal dengan kadar bilirubin serum

total 7-10 mg/dl, derajat III berada pada daerah perut dibawah umbilikal sampai

diatas lutut dengan kadar bilirubin serum total 10-13mg/dl, derajat IV berada pada

daerah lengan sampai dengan tungkai bawah lutut dengan kadar bilirubin serum

total 13-17 mg/dl, derajat V berada pada daerah telapak tangan dan telapak kaki

dengan kadar bilirubin serum total > 17 mg/dl.


4

Kejadian Hiperbilirubinemia dapat mengakibatkan kejadian

hiperbilirubinemia karena produksi ASI (Air Susu Ibu) yang belum banyak dan

lancar pada hari pertama pemberian ASI (Wong, et.al., 2009, dan IDAI, 2013).

Sehingga, bayi akan mengalami kekurangan asupan makanan dan bilirubin direk

yang sudah mencapai usus tidak terikat oleh makanan sehingga bilirubin direk

tidak dapat dikeluarkan bersama meconium. Bilirubin direk di dalam usus akan

diubah kembali menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali ke dalam

darah dan mengakibatkan peningkatan sirkulasi enterohepatik (Wong, et.al, 2009)

Keberhasilan proses menyusui ditentukan oleh faktor ibu dan neonatus.

Hambatan pada proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang tidak

cukup, atau ibu kurang sering memberikan kesempatan pada neonatusnya untuk

menyusu. Pada beberapa neonatus dapat terjadi gangguan menghisap

(Rohsiswatmo, 2013). Hal ini mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi

tidak efektif. ASI yang tertinggal di dalam payudara ibu akan menimbulkan

umpan balik negatif sehingga produksi ASI menurun (Rohsiswatmo, 2013).

Gangguan menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular (defisiensi serum

prolaktin, retensi plasenta), glandular (jaringan kelenjar mammae yang kurang

baik, riwayat keluarga, post mamoplasti reduksi), dan yang paling sering

gangguan postglandular (pengosongan ASI yang tidak efektif) (Rohsiswatmo,

2013).

Lowdermilk et al., (2013) dalam Romauli (2019) bahwa keberhasilan

menyusui dapat dipantau melalui ibu dan neonatusnya. Tanda-tanda keberhasilan


5

menyusui yang dilihat dari ibu adalah Asi mulai keluar banyak pada hari ke-3 dan

ke-4, rasa seperti ditarik keras pada puting saat diisap, namun tanpa rasa nyeri,

kontraksi uterus dan peningkatan perdarahan per vaginam saat menyusui (minggu

pertama atau kurang) (Lowdermilk et al, 2013 dalam Romauli, 2019).

Lowdermilk et al., (2013) menambahkan bahwa tanda keberhasilan menyusui

pada ibu, ibu akan merasa tenang dan mengantuk selama menyusui, rasa haus

pada ibu, payudara kan melunak dan lebih ringan selama menyusui, ketika ASI

keluar maka ada rasa geli pada payudara atau hangat atau payudara sebelahnya

ikut mengeluarkan ASI (Lowdermilk et al, 2013 dalam Romauli, 2019).

Tanda-tanda keberhasilan menyusui yang dapat dilihat dari neonatus adalah

menempel tanpa kesulitan. Posisi kepala dan badan neonatus berada dalam satu

garis yang lurus, pola 15 – 20 kali mengisap kemudian menelan pada satu waktu,

bunyi menelan terdengar, mudah melepas payudara saat setelah menyusu,

neonatus tampak tenang setelah menyusu, minimal tiga kali buang air besar dan

popok basah 6 – 8 kali setiap 24 jam pada hari ke 4 (Lowdermilk et al, 2013

dalam Romauli, 2019).

Hasil penelitian Delvi Dasnur & Ira Mulya Sari, tahun 2018 mengenai Judul

hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap kejadian ikterus fisiologis pada

neonatusr. Didapatkan bahwa kejadian ikterik neonatorum menurun setelah

neonatus diberikan ASI. Diperoleh responden dalam kejadian ikterus fisiologi

lebih banyak terjadi pada pemberian ASI kurang dari 8 kali sehari lebih dari

separuh (82,6%) dibandingkan dengan pemberian ASI lebih dari 8 kali sehari

sebanyak (44,4%). Berdasarkan analisis menujukan p (0,026) <a (0,05),maka


6

disimpulkan ada hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian ikterus pada

Neonatus.

Wong (2009) menjelaskan bahwa frekuensi defekasi yang jarang pada

Neonatus yang kurang mendapatkan ASI maka semakin lama juga waktu

reabsorpsi bilirubin dalam tinja atau meconium (Wong, et.al, 2009). Menurut

NANDA (North American Nursing Diagnosis Association) bahwa salah satu

penyebab kejadian ikterik neonatorum adalah keterlambatan pengeluaran

meconium (NANDA, 2018). IDAI (2013) terlambatnya pengeluaran meconium

sebelum 24 jam, menjadi masalah pertama karena gagalnya keluar meconium

akibat dari kegagalan migrasi sel ganglion ke pleksus mukosa dan pleksus

mienterikus usus besar yang dapat menyebabkan obstruksi. Meconium normal

berwarna hitam kehijauan,sedikit lengket dan dalam jumlah yang cukup (IDAI,

2013).

Salah satu tindakan keperawatan dalam mencegah kejadian

Hiperbilirubinemia adalah dengan meningkatkan eliminasi usus, yaitu dengan

meningkatkan kontrol gerakan usus (Nursing Outcomes Classification, 2013).

Cara merangsang terjadinya defekasi adalah dengan dilakukan pemijatan pada

Neonatus (Alan Health & Nicki Bainbridge, 2008). Massage atau pijat adalah

terapi sentuh tertua dan yang paling populer yang dikenal manusia. Massage

meliputi seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang telah dipraktekkan sejak

berabad–abad silam (Andrews,2015 dalam Indriyani 2016). Massage adalah salah

satu stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan efek fisiologi pada

berbagai organ tubuh. Massage yang dilakukan dengan benar dan juga teratur
7

pada neonatus diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh

kembang neonatus. Massage pada neonatus oleh orangtua dapat meningkatkan

hubungan emosional antara orangtua dan neonatus, juga diduga dapat

meningkatkan berat badan neonatus (Yuliana,2013 dalam Indriyani 2016).

Sentuhan dalam massage merupakan salah satu jenis stimulasi yang dapat

merangsang kerja sistem organ untuk bekerja lebih optimal. Beberapa referensi

telah membuktikan secara ilmiah tentang terapi sentuhan pada neonatus

mempunyai banyak manfaat terhadap perubahan fisiologis. Roesli (2008)

menjelaskan bahwa massage memiliki efek biokimia dan dampak klinis yang

positif, sehingga dapat merangsang fungsi pencernaan dan meningkatkan

metabolisme dalam tubuh. Salah satu massage yang dapat digunakan untuk

merangsang terjadinya defekasi pada neonatus adalah menggunakan massage

Field. Massage Field merupakan terapi modalitas yang diduga dapat

meningkatkan eksresi bilirubin bayi selama fototerapi (Field, 1998; Kianmehr,

2014).

Menurut Field dkk,1998 (dalam Kianmehr, 2014) menyebutkan bahwa

massage ini dapat meningkatkan kerja organ-organ pencernaan dan proses

menelan pada neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh

(Field,1998 Kianmehr, 2014). Metode Massage Field adalah massage pada bayi

atau neonatus yang memfokuskan pemberian stimulasi pada area wajah, dada,

perut, tungkai, dan leher. Tehnik massage field dkk (Field et al.,1986) bayi

diberikan massage field sebanyak 2x/hari (pagi dan sore hari)selama 3 hari dengan

durasi 15-20 menit, dilakukan minimal 1 jam setelah bayi minum. Sebelum dan
8

setelah dilakukan massage field ( hari ke-1 dan ke-3) dilakukan pengukuran kadar

bilirubin serum total sesuai prosedur medis.

Hasil penelitian Lin et al (2015) mengenai mengatakan terdapat perbedaan

yang bermakna untuk kelompok intervensi yang mendapatkan pijat bayi

bilirubinnya turun signifikan menjadi p= 0,03. Hasil Penelitian Novianti (2017)

teori adjuvant mengatakan terdapat perbedaan yang bermakna antara bayi yang

mendapatkan field massage dibandingkan kelompok control yang hanya mendapat

fototerapi dengan p value 0,001.

Hasil penelitian Kianmehr, dkk tahun 2014 mengenai Pengaruh Stimulasi

Massage terhadap Penurunan Kadar Bilirubin Pada Neonatus dalam penelitiannya

menambahkan, massage dengan metode field dapat menurunkan kadar bilirubin

yang berlebihan pada neonatus. Hal tersebut disebabkan karena stimulasi tersebut

dapat merangsang metabolisme sehingga racun dalam tubuh dapat dengan mudah

terurai dan keluar melalui fese dan urine.

RSUD Depok merupakan Rumah Sakit tipe C di wilayah Depok, Jawa

Barat. RSUD Depok menjadi Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Depok. Salah

satu fasilitas yang ada di RSUD Depok adalah Ruang Perawatan Risiko Tinggi

(Peristi) di lantai 2 RSUD Depok. Berdasarkan hasil telusur rekam medis pasien

dari bulan Agustus hingga oktober 2020 didapatkan 15 neonatus dengan

Hiperbilirubinemia, dengan kadar bilirubin serum total berjumlah diantara 12-15

mg/dl. Dari hasil observasi peneliti didapatkan bahwa neonatus yang mengalami

peningkatan kadar Bilirubin disebabkan karena pengeluaran meconium neonatus

yang menurun. Selain itu, peneliti mengobservasi bahwa neonatus yang


9

mengalami peningkatan kadar bilirubin, terjadi ketidakberhasilan pemberian ASI

oleh ibu. Data hasil observasi didapatkan bahwa perlekatan pada saat menyusui

masih belum berhasil, ibu masih belum bisa memposisikan neonatus secara

nyaman saat menyusui, dan tanpak neonatus hanya menempel di areola ibu saja.

Selain itu, peneliti juga menemukan bahwa di ruang Peristi belum mempunyai

intervensi yang dapat membantu pengeluaran meconium seperti massage.

Sehingga peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh

pemberian ASI dan terapi massage field terhadap kadar bilirubin serum total pada

neonatus dengan hiperbilirunemia. Dengan diajarkan pelaksanaan massage field

pada neonatus diharapkan para orang tua maupun keluarga dapat melakukannyan

dirumah.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada penelitian

ini adalah : Pengaruh Pemberian Asi dan Terapi Massage Field terhadap kadar

bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirunemia diruang Peristi

RSUD Kota Depok.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui pengaruh pemberian ASI dan Terapi Massage Field terhadap

kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirunemia diruang Peristi

RSUD Kota Depok.


10

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini yaitu:

a. Mengetahui karakteristik responden (usia, paritas, Pendidikan) pada ibu

dengan Pengaruh Pemberian ASI dan Terapi Massage Field terhadap kadar

bilirubin serum total massage field terhadap kadar bilirubin serum total pada

neonatus dengan hiperbilirunemia diruang Peristi RSUD Kota Depok.

b. Mengetahui kadar bilirubin serum total bayi sebelum Pemberian ASI dan

Terapi Massage Field terhadap kadar bilirubin serum total pada neonatus

dengan hiperbilirunemia di uang Peristi RSUD Kota Depok

c. Mengetahui kadar bilirubin serum total bayi setelah Pemberian ASI dan

Terapi Massage Field terhadap kadar bilirubin serum total pada neonatus

dengan hiperbilirunemia diruang Peristi RSUD Kota Depok

d. Mengetahui Pengaruh Pemberian ASI dan Terapi Massage Field terhadap

kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirunemia diruang

Peristi RSUD Kota Depok.

D. Manfaat Penelitian

Bermanfaat bagi peneliti yaitu mahasiswa, untuk institusi pendidikan yaitu

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju, untuk masyarakat khususnya

para orang tua dan keluarga yang neonatusnya dengan Hiperbilirubinemia dan di

rawat di ruang Peristi RSUD Kota Depok.

1. Manfaat Aplikatif

a. Bagi Ruang Peristi RSUD Kota Depok


11

Sebagai sumber informasi dalam meningkatkan pengetahuan tentang

terapi massage field dan meningkatkan motivasi ibu untuk menyusui

neonatus diruang Peristi RSUD Kota Depok pada neonatus

Hiperbilirubin dengan terapi massage field.

b. Bagi RSUD Kota Depok

Diharapakan terapi massage field dapat dijadikan standar prosedur

operasional sehingga dapat diterapkan sebagai intervensi tambahan bagi

neonatus dengan Hiperbilirubinemia dan meningkatkan pemberian ASI

bagi ibu setelah melahirkan.

c. Bagi Pasien

Diharapkan bagi ibu yang menyusui dapat meningkatkan pemberian ASI

pada neonatus dan mengaplikasikan terapi massage field di rumah

sehingga dapat mencegah kejadian Hiperbilirubinemia.

2. Manfaat Teoritis

a. Membantu menangani masalah hiperbilirubinemia.

b. Bagi penulis, bermanfaat untuk mendapatkan pengalaman serta

gambaran lebih mendalam tentang pengaruh pemberian ASI dan terapi

massage terhadap kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia.

3. Manfaat Metodologis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi, rujukan atau

data dasar dan data pendukung bagi peneliti selanjutnya dengan

menambahkan variabel lain oleh peneliti selanjutnya.


BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Hiperbilirubinemia

1. Definisi

Hiperbilirubinemia adalah suatu istilah yang mengacu terhadap kelainan

akumulasi bilirubin dalam darah. Karakteristik dari hiperbilirubinemia adalah

jaundice dan ikterus (Wong, 2007). Hiperbilirubinemia adalah kondisi dimana

terjadi peningkatan kadar bilirubin dalam darah > 5 mg/dL dan lebih mengacu

pada gambaran kadar bilirubin serum total( Latief dkk., 2012). Hockenberry &

Wilson (2007) menjelaskan bahwa Hiperbilirubinemia adalah kondisi jumlah

bilirubin yang berlebihan dalam darah dan ditandai dengan adanya jaundice atau

ikterus yang merupakan warna kekuningan pada kulit, sklera, dan kuku

(Hockenberry & Wilson, 2007). Ikterus adalah suatu keadaan klinis pada bayi

yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit dan sklera akibat akumulasi

bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Ikterus secara klinis akan mulai tampak

pada bayi baru lahir bila kadar bilirubin darah 5 mg/dl (IDAI, 2010, h.147).

2. Patofisiologis

Bilirubin merupakan produk samping pemecahan protein hemoglobin di

dalam sistem retikuloendotelial (Paulette, 2003). Secara normal pemecahan sel

darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh

enzim heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin

bersifat larut dalam air. Produk akhir dari metabolisme ini adalah bilirubin

12
13

indirek yang tidak larut dalam air dan akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi

darah yang akan mengangkutnya ke hati. Bilirubin indirek diambil dan

dimetabolisme di hati menjadi bilirubin direk (IDAI, 2013).

Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter

spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa

empedu. Proses minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam

duodenum. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah

menjadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan

urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang

ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi

kembali oleh darah dan diangkut kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati,

yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatic (IDAI, 2013). Saat terjadi

peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi maupun terkonjugasi akan

mengakibatkan kejadian Hiperbilirubinemia pada bayi (Wong, et.al, 2009).

Kadar bilirubin serum normal pada neonatus < 2 mg/dL. Pada konsentrasi

> 5 mg/dL bilirubin akan tampak secara klinis berupa pewarnaan kuning, terutama

pada permukaan kulit bulan (Cohen, 2006; dalam Lowdermilk, 2010). Pewarnaan

kuning ini timbul sebagai akibat dari akumulasi bilirubin tak terkonjugasi dalam

darah neonatus (Wong, 2004).


14

3. Etiologi

Penyebab hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri

ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor :

a. Faktor fisiologis

b. Pemberian ASI

c. Produksi bilirubin berlebihan

d. Predisposisi genetik

(Wong, et. Al,. 2009 dan IDAI, 2013)

4. Klasifikasi

Klasifikasi derajat Hiperbilirubinemia menurut Kramer’s Scale (1969)

bahwa terbagi menjadi 5 derajat (Kramer’s) dengan derajat I ikterik berada pada

daerah wajah dengan kadar bilirubin serum total 5-7 mg/dl, derajat II ikterik

berada pada daerah dada sampai diatas umbilikal dengan kadar bilirubin serum

total 7-10 mg/dl, derajat III berada pada daerah perut dibawah umbilikal sampai

diatas lutut dengan kadar bilirubin serum total 10-13mg/dl, derajat IV berada pada

daerah lengan sampai dengan tungkai bawah lutut dengan kadar bilirubin serum

total 13-17 mg/dl, derajat V berada pada daerah telapak tangan dan telapak kaki

dengan kadar bilirubin serum total > 17 mg/d l.


15

Gambar 2.1

Derajat Hiperbilirubinemia menurut Kramer’s Scale (1969)

5. Pemeriksaan Penunjang

a. Laboratorium (pemeriksaan darah) seperti pemeriksaan kadar

bilirubin serum total,Hb ,HCT, Hitung darah Lengkap.

b. USG, untuk mengevaluasi anatomi cabang kantong empedu.

c. Radioisotop scan, dapat digunakan untuk membantumembedakan

hepatitis dan atresia billiari.

6. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan hiperbilirubinemia bertujuan untuk

menurunkan kadar bilirubin dalam darah dan tata laksana penyakit

yang mendasarinya. Salah satu Tindakan dan pengobatan untuk

mengatasi masalah hiperbilirubinemia adalah dengan pemberian

ASI, dan terapi masage field.


16

B. Konsep Menyusui

1. Pengertian menyusui

Menyusui adalah cara yang optimal dalam memberikan nutrisi dan

mengasuh bayi, dan dengan penambahan makanan pelengkap ada paruh

kedua tahun pertama, kebutuhan nutrisi, imunologi, dan

psikososial dapat terpenuhi hingga tahun kedua dan tahun – tahun

berikutnya (varney, 2004).

2. Keuntungan menyusui

Menyusui pada wanita mempunyai beberapa kebaikan yaitu:

a. Air susu ibu adalah makanan yang paling ideal bagi bayi baru lahir Air susu

ibu normalnya bebas dari ketidakmurnian

b. Air susu ibu mengandung kalori yang lebih banyak dari susu formula

c. Kurang terjadi infeksi pada bayi yang menyusu pada ibu karena ada

imunisasi pasif

d. Menyusui anak mempercepat involusi rahim, dengan demikian alat

reproduksi ibu lebih cepat kembali normal

e. Menyusui kadangkala lebih menyenangkan bagi ibu

f. Menyusui lebih ekonomis, baik bagi ibu maupun bagi masyarakat

g. IQ bayi prematur yang menyusu dilaporkan lebih tinggi dari pada bayi serupa

yang tidak menyusu (Kristiyanasari, 2008)


17

3. Cara menyusui

Usahakan memberi minum dalam suasana yang santai bagi ibu dan

bayi. Buatlah kondisi ibu senyaman mungkin. Selama beberapa minggu

pertama, bayi perlu diberi ASI setiap 2,5 – 3 jam sekali. Menjelang

akhir minggu keenam, sebagian besar kebutuhan bayi akan ASI setiap 4

jam sekali. Jadwal ini baik sampai bayi berumur antara 10-12 bulan. Pada

usia ini sebagian besar bayi tidur sepanjang mala sehingga tak perlu lagi

member makanan di malam hari (Kristiyanasari,2008).

4. Langkah – langkah menyusui yang benar

a. Sebelum menyusui ASI dikeluarkan sedikit, kemudian dioleskan padaputting

dan sekitar kelang payudara. Cara ini mempunyai manfaat sebagai

desinfektan dan menjaga kelembaban putting susu.

b. Bayi diletakkan menghadap perut ibu atau payudara.

1) Ibu duduk atau berbaring dengan santai, bila duduk lebih baik

menggunakan kursi yang rendah agar kaki ibu tidak menggantung dan

punggung ibu bersandar pada sandaran kursi.

2) Bayi dipegang pada belakang bahunya dengan satu lengan, kepala bayi

terletak pada lengkung siku ibu (kepala tidak boleh

menengadah,dan bokong bayi ditahan dengan telapak tangan).

3) Satu tangan bayi diletakkan dibelakang badan ibu, dan yang satu

didepan.
18

4) Perut bayi menempel pada badan ibu, kepala bayi menghadap payudara

(tidak hanya membelokkan kepala bayi).

5) Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.

6) Ibu menatap bayi dengan kasih sayang.

c. Payudara dipegang dengan ibu jari di atas dan jari yang lain menipang

dibawah, jangan menekan putting susu.

d. Bayi diberi rangsangan agar membuka mulut (rooting reflek) dengan cara:

1) Menyentuh pipi dengan putting susu

2) Menyentuh sisi mulut bayi.

e. Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan payudara

ibu serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi

1) Usahakan sebagian besar kalang payudra dapat masuk ke mulut bayi,

sehingga putting susu berada di bawah langit – langit dan lidah bayi

akan menekan ASI keluar dari tempat penampungan ASI yang terletak di

bawah kalang payudara. Posisi salah, yaitu apabila bayi hanya menghisap

pada putting susu saja, akan mengakibatkan masukan ASI yang tidak adekuat

dan putting lecet.

2) Setelah bayi mulai menghisap payudara tak perlu dipegang atau disangga

(Kristiyanasari, 2008).

f. Melepas isapan bayi

Setelah menyusui pada satu payudara sampai terasa kosong, sebaiknya

diganti menyusui pada payudara yang lain.Cara melepas isapan bayi :

1) Jari kelingking ibu dimasukkan ke mulut bayi melalui sudut mulut atau
19

2) Dagu bayi ditekan kebawah.

g. Menyusui berikutnya dimulai pada payudara yang belum terkosongkan (yang

dihisap terakhir).

h. Setelah selesai menyusui, ASI dikeluarkan sedikit kemudian dioleskan pada

putting susu dan areola sekitarnya. Biarkan kering dengan sendirinya.

h. Menyendawakan bayi

Tujuan menyendawakan bayi adalah mengeluarkan

udara dari lambung supaya bayi tidak muntah ( gumoh – jawa) setelah

menyusu.Cara menyendawakan bayi :

1) Bayi digendong tegak dengan bersandar pada bahu ibu kemudian

punggungnya ditepuk perlahan – lahan.

2) Dengan cara menelengkupkan bayi diatas pangkuan ibu, lalu usap – usap

punggung bayi sampai bayi bersendawa (Kristiyanasari, 2008).

5. Lama menyusui

Pada hari pertama, biasanya ASI belum keluar, bayi cukup disusukan

selama 4 – 5 menit, untuk merangsang produksi ASI dan membiasakan

putting susu dihisap oleh bayi. Setelah hari ke 4 – 5,boleh disusukan selama 10

menit. Setelah produksi ASI cukup, bayi dapat disusukan selama 15 menit

(jangan lebih dari 20 menit). Menyusukan selama 15 menit ini jika produksi

ASI cukup dan ASI lancar keluarnya, sudah cukup untuk bayi. Dikatakaan

bahwa, jumlah ASI yang terisap bayi pada 5 menit pertama adalah ±112 ml, 5

menit kedua ±64 ml, dan 5 menit terakhir hanya ±16 ml (Soetjiningsih, 1997).
20

6. Hambatan menyusui

Hambatan pada proses menyusui dapat terjadi karena produksi ASI yang

tidak cukup, atau ibu kurang sering memberikan kesempatan pada neonatusnya

untuk menyusu. Pada beberapa neonatus dapat terjadi gangguan menghisap

(Rohsiswatmo, 2013). Hal ini mengakibatkan proses pengosongan ASI menjadi

tidak efektif. ASI yang tertinggal di dalam payudara ibu akan menimbulkan

umpan balik negatif sehingga produksi ASI menurun (Rohsiswatmo, 2013).

Gangguan menyusui pada ibu dapat terjadi preglandular (defisiensi serum

prolaktin, retensi plasenta), glandular (jaringan kelenjar mammae yang kurang

baik, riwayat keluarga, post mamoplasti reduksi), dan yang paling sering

gangguan postglandular (pengosongan ASI yang tidak efektif) (Rohsiswatmo,

2013).

7. Keberhasilan Menyusui

Lowdermilk et al., (2013) dalam Romauli (2019) bahwa keberhasilan

menyusui dapat dipantau melalui ibu dan neonatusnya. Tanda-tanda keberhasilan

menyusui yang dilihat dari ibu adalah Asi mulai keluar banyak pada hari ke-3 dan

ke-4, rasa seperti ditarik keras pada puting saat diisap, namun tanpa rasa nyeri,

kontraksi uterus dan peningkatan perdarahan per vaginam saat menyusui (minggu

pertama atau kurang) (Lowdermilk et al, 2013 dalam Romauli, 2019).

Lowdermilk et al., (2013) menambahkan bahwa tanda keberhasilan

menyusui pada ibu, ibu akan merasa tenang dan mengantuk selama menyusui,

rasa haus pada ibu, payudara kan melunak dan lebih ringan selama menyusui,

ketika ASI keluar maka ada rasa geli pada payudara atau hangat atau payudara
21

sebelahnya ikut mengeluarkan ASI (Lowdermilk et al, 2013 dalam Romauli,

2019).

Tanda-tanda keberhasilan menyusui yang dapat dilihat dari neonatus

adalah menempel tanpa kesulitan. Posisi kepala dan badan neonatus berada dalam

satu garis yang lurus, pola 15 – 20 kali mengisap kemudian menelan pada satu

waktu, bunyi menelan terdengar, mudah melepas payudara saat setelah menyusu,

neonatus tampak tenang setelah menyusu, minimal tiga kali buang air besar dan

popok basah 6 – 8 kali setiap 24 jam pada hari ke 4 (Lowdermilk et al, 2013

dalam Romauli, 2019).

C. Konsep ASI

1. Pengertian ASI

Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik bagi bayi karena

mengandung zat gizi paling sesuai untuk pertumbuhan dan perkembangan

serta ASI juga mengandung zat kekebalan tubuh yang sangat berguna bagi

kesehatan bayi dan kehidupan selanjutnya (Maryunani, 2010).

Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan yang paling baik untuk bayi.

Komposisi ASI sesuai pada setiap tumbuh kembang bayi, ASI juga

mengandung zat pelindung yang dapat menghindarkan bayi dari berbagai

penyakit infeksi. Pemberian ASI mempunyai pengaruh besar dalam

perkembangan emosional yang dapat mempengaruhi hubungan batin antara

ibu dan bayi (Lowdermilk, et.al, 2013).

Menurut Lestari (2009), ASI merupakan produk yang istimewa dan

sangat spesifik. Tidak satupun produk formula yang dapat menyamai


22

keunggulan dari ASI. ASI mengandung nutrisi kompleks yang dilengkapi zat

imun dan zat pertumbuhan. Keistimewaan ini juga meliputi berubahnya

kandungan ASI mengikuti pola pertumbuhan dan kebutuhan bayi untuk proses

pertumbuhannya. Didalam ASI terkandung lebih dari seratus jenis zat gizi

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi dan tidak dapat disamakan dengan

susu jenis manapun (Damayanti, 2010).

ASI sebagai makanan alamiah adalah makanan terbaik yang dapat

diberikan oleh seorang ibu pada anak yang baru dilahirkannya. Komposisinya

berubah sesuai dengan kebutuhan bayi pada setiap saat, yaitu kolostrum pada

hari pertama sampai 4-7 hari, dilanjutkan dengan ASI peralihan sampai 3-4

minggu, selanjutnya ASI matur. ASI yang keluar pada permulaan menyusu

(foremilk = susu awal) berbeda dengan ASI yang keluar pada akhir penyusuan

(bindmilk = susu akhir). ASI yang diproduksi ibu yang melahirkan prematur

komposisinya juga berbeda dengan ASI yang dihasilkan oleh ibu melahirkan

cukup bulan. Selain itu, ASI juga mengandung zat pelindung yang dapat

melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi (Prawirohardjo, 2009).

2. Komposisi ASI

ASI mengandung lebih dari 200 unsur – unsur pokok, antara lain zat putih

telur, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral, faktor pertumbuhan, hormon, enzim,

zat kekebalan, dan sel darah putih. Semua zat ini terdapat secara proporsional dan

seimbang satu dengan yang lainya. Cairan hidup yang mempunyai keseimbangan

biokimia yang sangat tepat ini bagai 13 suatu “simfoni nutrisi bagi pertumbuhan

bayi” sehingga tidak mungkin ditiru oleh buatan manusia (Roesli, U, 2005).
23

Air susu ibu menurut stadium laktasi :

a. Kolostrum

Kolostrum mengandung sel darah putih dan antibodi yang paling tinggi

dari pada ASI sebenarnya, khususnya kandungan immunoglobulin A (IgA), yang

membantu melapisi usus bayi yang masih rentan dan mencegah kuman memasuki

bayi. IgA ini juga membantu dalam mencegah bayi mengalami alergi makanan.

Kolostrum merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar

payudara. Kolostrum mengandung jaringan debris dan material residual yang

terdapat dalam alveoli serta duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah

masa puerperium.

b. Air susu masa peralihan

1) Ciri dari air susu pada masa peralihan adalah sebagai berikut : Merupakan

ASI peralihan dari kolostrum sampai menjadi ASI yang matur.

2) Disekresi dari hari ke – 4 sampai hari ke – 10 dari masa laktasi, tetapi ada

pula pendapat yang mengatakan bahwa ASI matur baru terjadi pada minggu

ke – 3 sampai minggu ke – 5.

3) Kadar protein makin rendah, sedangkan kadar karbohidrat dan lemak makin

tinggi.

4) Volumenya juga akan makin meningkat.


24

c. Air susu matur

Adapun ciri dari susu matur adalah sebagai berikut :

1) Merupakan ASI yang disekresi pada hari ke – 10 dan seterusnya, komposisi

relatif konstan (ada pula yang mengatakan bahwa komposisi ASI relatif

konstan baru dimulai pada minggu ke – 3 sampai minggu ke – 5).

2) Pada ibu yang sehat, maka produksi ASI untuk bayi akan tercukupi, ASI ini

merupakan makanan satu – satunya yang paling baik dan cukup untuk bayi

sampai usia 6 bulan.

3) Merupakan suatu cairan berwarna putih kekuning – kuningan yang

diakibatkan warna dari garam kalsium caseinat, riboflavin, dan karoten yang

terdapat di dalamnya.

4) Tidak menggumpal jika dipanaskan

5) Terdapat antimicrobial faktor, antara lain sebagai berikut :

a) antibodi terhadap bakteri dan virus

b) sel (fagosit, granulosit, makrofag, dan limfosit tipe T)

c) enzim (lizisim, laktoperoksidase, lipase, katalase, fosfatase, amilase,

fosfodiesterase, dan alkalin fosfatase)

d) protein (laktoferin, B12 binding protein)

e) Resistance faktor terhadap stapilofilokokus

f) Komplemen
25

g) Interferon producing cell 15

h) Sifat biokimia yang khas, kapasitas buffer yang rendah dan adanya faktor

bifidus

i) Hormon – hormon (Saleha, 2009)

3. Manfaat ASI

Menurut (Ningrum, 2015) ada beberapa manfaat dari ASI yaitu:

a. Manfaat ASI bagi bayi

1) Kesehatan

ASI merupakan cairan yang mampu diserap dan digunakan tubuh dengan

cepat. Komposisi gizi pada ASI yang lengkap, bermanfaat memenuhi kebutuhan

bayi, sehingga anak terhindar dari malnutrisi. Antibodi pada ASI mampu

memberikan imunitas bayi sehingga mencegah terjadinya kanker limfomaligna

dan bayi lebih sehat dan kuat dibandingkan dengan bayi yang tidak mendapat

ASI.

2) Kecerdasan

ASI mengandung DHA terbaik, selain laktosa untuk proses mielinisasi otak

merupakan proses pematangan otak agar berfungsi optimal. Pemberian ASI secara

langsung merangsang terbentuknya networking antar jaringan otak sehingga

terjalin sempurna. Penelitian Novitadkk (2008) menyebutkan bahwa anak yang

mendapat ASI eksklusif memiliki IQ lebih tinggi dibandingkan dengan anak ASI

noneksklusif. Perbedaan selisih rata-rata IQ antara kedua kelompok sebesar 13,9

point.
26

3) Emosi

ASI merupakan wujud curahan kasih sayang ibu pada bayi. Pemberian ASI

dengan mendekap bayi dapat merangsang kecerdasan emosional. Doa dan harapan

yang didengungkan selama proses menyusui dapat mengasah kecerdasan spiritual

bayi.

b. Manfaat ASI bagi ibu

Pada saat pemberian ASI, otomatis resiko perdarahan pada pasca bersalin

berkurang. Naiknya kadar oksitosin selama menyusui akan menyebabkan semua

otot polos akan mengalami kontraksi. Kondisi inilah yang menyebabkan uterus

mengecil sekaligus menghentikan perdarahan.Pemberian ASI secara eksklusif

dapat berfungsi sebagai alat kontrasepsi sampai 6 bulan setelah kelahiran karena

isapan bayi merangsang hormon prolaktin yang menghambat terjadinya ovulasi

sehingga menunda kesuburan. ASI juga dapat mencegah kanker payudara, kanker

ovarium, dan anemia defisiensi zat besi.

c. Manfaat ASI bagi keluarga

1) Praktis

ASI selalu tersedia dimanapun ibu berada dan selalu dalam kondisi steril,

sedangkan pemberian susu formula yang harus mencuci dan mensterilkan botol

sebelum digunakan.

2) Menghemat biaya

ASI diproduksi ibu setiap hari sehingga tidak perlu biaya seperti

membelikan susu formula. Pemberian ASI dapat menyehatkan bayi sehingga

menghemat pengeluaran keluarga untuk berobat.


27

d. Manfaat ASI bagi Negara

1) Menurunkan angka kesakitan dan kematian anak

2) Mengurangi subsidi untuk rumah sakit

3) Mengurangi devisa pembelian susu formula

4) Meningkatkan kualitas generasi penerus bangsa

4. Keuntungan ASI

Beberapa keuntungan yang diperoleh bayi dari mengkonsumsi ASI

(Bahiyatun, 2009) :

a. ASI mengandung semua bahan yang diperlukan untuk pertumbuhan dan

perkembangan bayi.

b. Dapat diberikan di mana saja dan kapan saja dalam keadaan segar, bebas

bakteri, dan dalam suhu yang sesuai, serta tidak memerlukan alat bantu.

c. Bebas dari kesalahan dalam penyediaan.

d. Problem kesulitan pemberian makanan bayi jauh lebih sedikit dari pada

bayi yang mendapatkan susu formula.

e. Mengandung zat anti yang berguna untuk mencegah penyakit infeksi usus

dan alat pencernaan.

f. Mencegah terjadinya keadaan gizi yang salah (marasmus, kelebihan

makanan, dan obesitas).

Keuntungan pemberian ASI (Buku Acuan & Panduan, 2007)):

a. Mempromosikan keterikatan emosional ibu dan bayi.

b. Memberikan kekebalan pasif yang segera kepada bayi melalui kolostrum.

c. Merangsang kontraksi uterus.


28

D. Konsep Baby Massage

1. Pengertian Baby Massage

Massage adalah terapi sentuh tertua dan yang paling populer yang dikenal

manusia. Massage meliputi seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang telah

dipraktekkan sejak berabad–abad silam (Andrews,2015 dalam Indriyani 2016).

Pijat adalah salah satu stimulasi taktil yang memberikan efek biokimia dan

efek fisiologi pada berbagai organ tubuh. Pijat yang dilakukan dengan benar dan

juga teratur pada bayi diduga memiliki berbagai keuntungan dalam proses tumbuh

kembang bayi. Pijat pada bayi oleh orangtua dapat meningkatkan hubungan

emosional antara orangtua dan bayi, juga diduga dapat meningkatkan berat badan

bayi (Yuliana,2013 dalam Indriyani 2016).

Sentuhan dalam massage merupakan salah satu jenis stimulasi yang dapat

merangsang kerja sistem organ untuk bekerja lebih optimal. Beberapa referensi

telah membuktikan secara ilmiah tentang terapi sentuhan pada neonatus

mempunyai banyak manfaat terhadap perubahan fisiologis. Roesli (2008)

menjelaskan bahwa massage memiliki efek biokimia dan dampak klinis yang

positif, sehingga dapat merangsang fungsi pencernaan dan meningkatkan

metabolisme dalam tubuh. Salah satu massage yang dapat digunakan untuk

merangsang terjadinya defekasi pada neonatus adalah menggunakan massage

Field. Massage Field merupakan terapi modalitas yang diduga dapat

meningkatkan eksresi bilirubin bayi selama fototerapi (Field, 1998; Kianmehr,

2014).
29

Menurut Field dkk,1998 (dalam Kianmehr, 2014) menyebutkan bahwa

massage ini dapat meningkatkan kerja organ-organ pencernaan dan proses

menelan pada neonatus sehingga terjadi peningkatan metabolisme dalam tubuh

(Field,1998 Kianmehr, 2014).

Pijat adalah terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling

populer. Pijat adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dipraktekkan

sejak abad keabad silam. Bahkan, diperkirakan ilmu ini telah dikenal sejak awal

manusia diciptakan kedunia, mungkin karena pijat berhubungan sangat erat

dengan kehamilan dan proses kelahiran manusia. Pengalaman pijat pertama yang

dialami manusia ialah pada waktu dilahirkan, yaitu pada waktu melalui jalan lahir

ibu (Cahyaningrum, 2014).

2. Manfaat Baby Massage

Manfaat pijat bayi (Parenting dalam Indriyani, 2016) adalah sebagai

berikut :

a. Pijat memberi sentuhan yang menenangkan, serta mengingatkan bayi

akan rasa nyaman selama berada dalam kandungan mama.

b. Membuatnya lebih jarang sakit, tidur lebih nyenyak, dan makan lebih

baik. Juga, pencernaan bayi akan lebih lancar.

c. Mempererat kelekatan (bonding) antara anak dan orangtua, serta

membuat bayi merasa nyaman.

d. Memperlancar peredaran darah serta membuat kulit bayi terlihat lebih

sehat.

e. Bayi yang sering dipijat jarang mengalami kolik, sembelit, dan diare.
30

f. Membuat otot-otot bayi lebih kuat, dan koordinasi tubuhnya lebih baik.

g. Sistem kekebalan tubuh bayi akan lebih kuat, serta membuatnya lebih

tahan terhadap infeksi dan berbagai masalah kesehatan lain.

h. Bayi yang sering dipijat tumbuh menjadi anak yang lebih riang dan

bahagia. Selain itu, ia jarang rewel dan tantrum. Secara umum, anak-

anak ini jarang memang mengalami masalah psikologis atau emosional.

3. Mekanisme Dasar Baby Massage

Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah

penelitian tentang mekanika dasar pemijatan. Mekanisme dasar dari pijat bayi

belum banyak diketahui. Walaupun demikian, saat ini para pakar sudah

mempunyai beberapa teori tentang mekanisme ini serta mulai menemukan

jawabannya.

Diajukan beberapa mekanisme untuk menerangkan mekanisme dasar pijat

bayi, antara lain sebagai berikut : Beta Endorphin mempengaruhi mekanisme

pertumbuhan, penelitian mengungkapkan bahwa pijatan akan meningkatkan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Tahun 1989, Scanberg dari Duke

Unversitiy Medical School melakukan penelitian pada bayi-bayi tikus. Pakar ini

menemukan bahwa jika hubungan taktil (jilatan-jilatan) ibu tikus ke bayinya

terganggu akan menyebabkan hal-hal berikut : penurunan enzim ODC (ornithine

decarboxylase), yaitu suatu enzim yang menjadi petunjuk peka pada pertumbuhan

sel dan jaringan, penurunan pengeluaran hormon pertumbuhan, penurunan

kepekaan ODC (ornithine decarboxylase) jaringan terhadap pemberian hormon

pertumbuhan ; Aktivitas Nervus Vagus mempengaruhi Mekanisme Penyerapan


31

Makanan, penelitian Field dan Schanberg (1986) menunjukkan bahwa pada bayi

yang dipijat mengalami peningkatan tonus nervus vagus (saraf otak ke-10) yang

akan menyebabkan peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin.

Dengan demikian, penyerapan makanan akan menjadi lebih baik; Aktivitas

Nervus Vagus Meningkatkan Volume ASI, penyerapan makanan menjadi lebih

baik karena peningkatan aktivitas nervus vagus menyebabkan bayi cepat lapar

sehingga akan lebih sering menyusu pada ibunya. Akibatnya, ASI akan lebih

banyak diproduksi. Seperti diketahui, ASI akan semakin banyak diproduksi jika

semakin banyak diminta. Selain itu, ibu yang memijat bayinya akan merasa lebih

tenang dan hal ini berdampak positif pada peningkatan volume ASI ; Produksi

Serotonin. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh, pemijatan akan meningkatkan

aktivitas neurotransmitter serotonin, yaitu meningkatkan kapasitas sel reseptor

yang berfungsi mengikat glucocorticoid (adrenalin, suatu hormon stres). Proses

ini akan menyebabkan terjadinya penurunan kadar hormon adrenalin (hormon

stres). Penurunan kadar hormon stres ini akan meningkatkan daya tahan tubuh,

terutam IgM (immunoglobulin M) dan IgG (Immunoglobulin G); Pijatan Dapat

Mengubah Gelombang Otak, Pijat bayi akan membuat bayi tidur lebih lelap dan

meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi . Hal ini disebabkan pijatan

akan mengubah gelombang otak. Pengubahan ini terjadi dengan cara menurunkan

gelombang alpha dan meningkatkan gelombang beta serta tetha, yang ada

dibuktikan dengan menggunakan EEG (electro encephalogram) (Roesli, 2008).

4. Pelaksanaan Baby Massage

Tehnik massage field dkk (Field et al.,1986) bayi diberikan massage


32

field sebanyak 2x/hari (pagi dan sore hari)selama 3 hari dengan durasi 15-20

menit, dilakukan minimal 1 jam setelah bayi minum. Sebelum dan setelah

dilakukan massage field ( hari ke-1 dan ke-3) dilakukan pengukuran kadar

bilirubin serum total sesuai prosedur medis.

5. Tata Cara Baby Massage

Menurut massage field dkk (Field et al.,1986)

a. Wajah

Terapis menggunakan kedua Jempol menggosok pada daerah bawah mata dan

pipi secara lembut.Dilakukan tujuh kali pengulangan

b. Dada

Bertujuan untuk memberikan stimulasi kearah balik darah menuju jantung.

Kedua tangan terapi memberikan gosokan pada dada pasien. Gerakan

dilakukan dari luar kearah dalam tubuh, atau kearah jantung.

c. Perut

Bertujuan untuk memberikan stimulasi pada usus dan organ pencernaan,

caranya dengan Buat lingkaran searah jarum jam dengan jari tangan kiri mulai

dari perut sebelah kanan bawah (daerah usus buntu) keatas, kemudian kembali

kedaerah kanan bawah (seolah membentuk gambar matahari) beberapa kali.

Gunakan tangan kanan untuk membuat gerakan setengah lingkaran mulai dari

bagian kanan bawah perut bayi sampai bagian kiri perut bayi (seolah

membentuk gambar bulan). Lakukan kedua gerakan ini bersama-sama.

Tangan kiri selalu membuat bulatan penuh (matahari), sedangkan tangan

kanan akan membuat gerakan setengah lingkaran ( bulan). Disebut juga


33

gerakan matahari bulan atau gerakan 69.

d. Tungkai

Terapis menggunakan tangan mendorong dari distal ke proksimal atau dari

bawah ke atas pada tungkai.

e. Leher (depan)

Lakukan pemijatan dengan menggunakan tiga jari terapis pada bawah dagu

pasien, stimulasi ini bertujuan untuk anak agar dapat meningkatkan

kemampuan menelan.

E. Penelitian Terkait

1. Penelitian yang dilakukan oleh Fitri Yuliana, Nurul Hidayah dan Sri wahyuni

pada tahun 2017 dengan Judul “hubungan frekuensi pemberian ASI terhadap

kejadian icterus pada bayi baru lahir di RSUD DR.H. MOCH. Ansari Saleh

Banjarmasin”. Didapatkan dengan desain metode Deskriptif kuantitatif dengan

rancangan penelitian Accidential sampling menggunakan uji chi-squre.Dengan

menunjukan hasil bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI

dengan kejadian icterus pada bayi baru lahir. Diperoleh p, nilai p = 0,016,

menunjukan p (0,026) <a (0,05).

2. Penelitian yang dilakukan oleh Delvi Dasnur & Ira Mulya Sari pada tahun

2018 dengan Judul hubungan “frekuensi pemberian ASI terhadap kejadian

ikterus fisiologis pada bayi baru lahir”. Didapatkan dengan desain metode

Deskriptif Analitik dengan pendekatan Cross Sectional study dengan tehnik

pengambilan sampel total sampling dengan menunjukan hasil bahwa ada


34

hubungan antara pemberian ASI dengan kejadian icterus pada bayi dengan uji

statistic diperoleh p, nilai p = 0,026, menunjukan p (0,026) <a (0,05).

3. Penelitian yang dilakukan oleh Novi Novianti, Henny Suzana Mediani, dan

Ikeu Nurhidayah Fitri Yuliana, pada tahun 2018 dengan Judul “Pengaruh Field

Massage sebagai Terapi Adjuvan terhadap Kadar Bilirubin Serum Bayi

Hiperbilirubinemia. Didapatkan metode Desain penelitian menggunakan kuasi

eksperimen dengan non equivalen pre test-post test design with control group.

Desain penelitian menggunakan kuasi eksperimen dengan non equivalen pre

test-post test design with control group. Dengan menunjukan hasil bahwa tidak

berpengaruh terhadap penurunan rata-rata kadar bilirubin serum, setelah

dikontrol variabel confounding pada kelompok intervensi memiliki nilai bersih

(7,23+0,37), kelompok kontrol memiliki nilai bersih (4,61+0,37).

4. Penelitian yang dilakukan oleh Agus Widodo, S.Fis, M.Fis1 ., dan Adnan Faris

Naufal pada tahun 2019 dengan Judul “Pengaruh Stimulasi Massage Terhadap

Penurunan Kadar Bilirubin Pada Neonatus di RSUD Dr Moewardi Surakarta”.

Didapatkan dengan desain metode Penelitian kualitatif dengan mengukur kadar

bilirubin pre dan post test one control group design, Dengan menunjukan hasil

bahwa Ada pengaruh stimulasi massage terhadap penurunan kadar bilirubin

pada penderita jaundice.


35

F. KERANGKA TEORI

Hiperbilirubinemia Faktor penyebab hiperbilirubinemia :


(Wong, et. Al,. 2009 dan a. Factor fisiologis
IDAI, 2013) b. Pemberian ASI
c. Produksi bilirubin berlebihan
d. Predisposisi genetik
(Wong, et. Al,. 2009 dan IDAI,
Ikterik neoatorum

Pemberian asi
(Utami Roesli, 2005)
Keterlambatan pengeluaran
meconium
Keberhasilan Menyusui ditandai oleh
(NANDA, 2018 dan sdki :
2018)
a. Asi mulai banyak pada hari
ketiga dan keempat.
Tehnik Massage Field (Field b. Rasa seperti ditarik keras pada
et. Al., 1986 dan kianmehr, saat putting diisap, tanpa rasa
2014) nyeri.
c. kontraksi uterus dan
peningkatan perdarahan per
vaginam saat menyusui.
d. Merasa tenang dan mengantuk
saat menyusui
(Lowdermilk et. Al., 2013 dikutip
dalam Romauli, 2019).

Skema 2.1

Sumber: Kerangka teori penelitian: (Wong, et, al,.2009), (IDAI, 2013),

(Lowdermilk et. Al., 2013 dikutip dalam Romauli, 2019),(NANDA, 2018 dan

SDKI,2018), (Field et,Al.,1986) dan (Utami Roesli, 2005)


BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka Konsep adalah abstraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari hal

yang khusus atau signifikan, maka konsep tidak dapat langsung diamati atau

diukur oleh peneliti dari beberapa hasil penelitian yang didapatkan (Notoatmojo,

2010).

Variabel merupakan sesuatu berupa ukuran atau ciri-ciri yang dimiliki oleh

anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dipunyai oleh kelompok

lainnya didapatkan dari satuan penelitian tentang konsep pengertian tertentu

(Notoatmojo, 2010). Penulis dapat menjelaskan kerangka konsep penelitian yang

akan dipakai sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independen)

Variabel independen adalah variabel yang nilainya menentukan variabel

lain. Dengan kata lain variabel independen adalah suatu hubungan pada variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel

dependen/terikat yang direncanakan (Sugiyono, 2012). Pada penelitian ini

variabel independennya yaitu Pemberian ASI dan Terapi Massage Field.

2. Variabel Terikat (Dependen)

Variabel dependen merupakan variabel yang nilainya ditentukan oleh

variabel lain. Dengan kata lain variabel dependen adalah variabel yang

36
37

dipengaruhi atau menjadi akibat/dampak dari adanya variabel bebas (Sugiyono,

2012). Pada penelitan ini yang menjadi variabel dependen yaitu Kadar Bilirubin

Serum Total pada neonatus dengan Hiperbilirubinemia.

Skema 3.1 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Pemberian ASI dan Terapi Kadar Bilirubin Serum Total


Massage Field Neonatus

A. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban atau kerangka pikir sementara dari pertanyaan

penelitian di mana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk

kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2012). Hipotesis adalah perkiraan atau dugaan

sementara yang dirumuskan secara masalah atau pertanyaan penelitian. Pada

penelitian ini penulis membuat hipotesis penelitian sebagai berikut :

H0 “ Tidak Ada Pengaruh Pemberian ASI dan Terapi Massage

: Field Terhadap Kadar Bilirubin Serum Total pada Neonatus

dengan Hiperbilirubinemia diruang Peristi RSUD Kota Depok.”

H1 “Ada Pengaruh Pemberian ASI dan Terapi Massage Field

: Terhadap Kadar Bilirubin Serum Total pada Neonatus dengan

Hiperbiliorubinemia diruang Peristi RSUD Kota Depok.


38

B. Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan uraian tentang batasan variabel apa yang

diteliti, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmodjo, 2012).

Definisi operasional variabel penelitian yaitu suatu atribut atau sifat atau

nilai dari objek atau kegiatan yang memiliki variasi tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Dalam penelitian ini dirumuskan definisi operasional variabelnya sebagai

berikut :

No Variabel Definisi Alat ukur Cara Hasil Ukur Skala

Operasional Ukur Ukur

1. Pemberian pemberian susu Form


pada bayi
ASI langsung dari Observasi
payudara ibu
terasa isapan
tanpa rasa nyeri
, merasa tenang
dan mengantuk
saat menyusui.
Asi mulai
banyak pada
hari ketiga dan
keempat.

kontraksi uterus
dan peningkatan
perdarahan per
vaginam saat
menyusui.
Dengan waktu
pemberian ASI
sore
39

2. Terapi Pijat yang Form

Massage berfokuskan observasi

Field pada 5 area dan instruksi

yaitu wajah, kerja

dada, perut,

tungkai dan

leher neonatus

dilakukan 2x

(pagi dan sore)

3, Kadar Jumlah kadar Tes Membandin 1. Hiperbilirubin ordinal


Bilirubin bilirubin serum laboratorium gkan nilai ringan dgn kadar

Serum Total total yang BST normal dan serum bilirubin

neonatus dinyatakan hasil tes total 5-8 mg/dl

dengan satuan 2. Hiperbilirubin

mg/dl sedang dgn kadar

serum bilirubin

total 9-13 mg/dl

3. Hiperbilirubin

tinggi dgn kadar

serum bilirubin

total 14-18 mg/dl


BAB IV

METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian adalah suatu kerangka atau rincian prosedur kerja yang

akan dilakukan pada saat meneliti sehingga diharapkan dapat memberikan

gambaran dan arah mana yang akan dilakukan dalam penelitian tersebut

(Sugiono, 2010). Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian kuantitatif pra eksperimental dengan pendekatan one group

pra–post test design yang artinya data yang mencakup variabel bebas atau faktor

resiko variabel terikat diobservasi sekaligus dan dikumpulkan pada waktu yang

bersamaan (Notoatmodjo, 2013).

Dalam penelitian ini peneliti menganalisis Pemberian ASI dan terapi

massage Field terhadap cek kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia.

O1 X O2

Skema 4.1 Desain penelitan one group pretest-posttest design

(Sugiyono, 2013)

40
41

Keterangan:

O1 : Pemberian ASI dan terapi massage Field sebelum cek kadar bilirubin serum

total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia

O2 : Pemberian ASI dan terapi massage Field sesudah cek kadar bilirubin serum

total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia

X: cek kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia

B. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjeknya

yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang telah ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannyan

(Sugiyono, 2015).

Populasi didalam penelitian ini adalah neonatus dengan

Hiperbilirubinemia yang dirawat di ruang Peristi RSUD Kota Depok

berjumlah 20 neonatus.

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi tersebut dimana pengukuran sampel merupakan suatu langkah

untuk menentukan besarnya sampel yang di ambil dalam melaksanakan

penelitian suatu objek (Sugiyono, 2016). Dalam melakukan peneliatian

sampel peneliti menggunakan Rumus Federer adalah rumus jumlah subjek

untuk penelilitan eksperimental (Sopiyudin, 2018) yaitu :


42

(t – 1)(n – 1) > 15

Skema 4.2
Rumus Federer
Sopiyudin, 2018

Keterangan :

n : Jumlah subjek per kelompok

t : Jumlah kelompok

Rumus Federer

(t-1)(n-1) > 15 :

(1-1)(n-1)>15

n-1>15

n=15+1

n=16

Dengan demikian, setiap kelompok terdapat minimal 16 sampel. Dalam hal

ini peneliti menggunakan 16 sampel untuk satu kelompok dengan jumlah

kelompok yang terdiri satu kelompok saja sehingga jumlah seluruh subjek dalam

penelitian sebanyak 16 sampel.

a. Teknik Pengambilan Sampel

Perhitungan dalam sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan

purposive sampling dan teknik perhitungan sampel menggunakan Rumus Federer.

Dalam penelitian teknik yang digunakan cara pengambilan sampel menggunakan

nonprobability sampling dengan teknik purposive sampling. purposive sampling

adalah teknik untuk menentukan sampel penelitian dengan beberapa pertimbangan


43

tertentu yang bertujuan agar data yang diperoleh nantinya bisa lebih representative

(Sugiyono, 2010). Teknik purposive sampling ini sudah menentukan kriteria yang

akan dilakukan dalam penelitian sesuai dengan ekslusi dan inklusi yang telah

ditetapkan.

Adapun kriteria ekslusi dan inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1) Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi ini adalah kriteria dimana subjek penelitiannya mewakili sampel

penelitian yang memenuhi syarat sebagai berikut :

a) Orangtua neonatus bersedia menjadi responden

b) Neonatus yang dirawat bulan agustus- oktober 2020

c) Neonatus tidak mempunyai alergi terhadap minyak telon atau baby oil.

d) Neonatus tidak ada kelainan gastrointestinal.

2) Kriteria Eksklusi

Kriteria eksklusi adalah kriteria dimana subjek penelitiannya tidak dapat

mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel (Hidayat,

2014):

a) Orang tua neonatus tidak bersedia jadi responden.

b) Orang tua neonatus bekerja

c) Neonatus kelainan gastrointestinal

C. Tempat dan waktu Penelitian

1) Tempat

Tempat penelitian dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Kota

Depok yaitu diruang Peristi RSUD Kota Depok.


44

2) Waktu

Waktu penelitian dilakukan pada bulan Agustus 2020 hingga Oktober

2020.

D. Etika Penelitian

Etika penelitian adalah suatu pedoman etika yang berlaku untuk setiap

kegiatan penelitian yang melibatkan antara pihak peneliti, pihak yang diteliti

(subjek peneliti) dan masyarakat yang akan memperoleh dampak hasil penelitian

(Notoatmodjo, 2012). Beberapa prinsip masalah etika yang harus diperhatiakan

yaitu :

1. Surat permohonan responden

Peneliti disini akan membuat pernyataan yang berisikan penjelasan

tentang penelitian yang akan dilakukan kepada responden, yaitu dengan

menjelaskan topic penelitian, tujuan penelitian serta ketentuan untuk

menjadi responden dalam penelitian ini.

2. Informed Concent

Informed concent merupakan suatu bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden yang di teliti dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed concent disini akan diberikan sebelum melakukan penelitian

akan diberikan lembar persetujuan tersebut untuk mengetahui

ketersediaan subjek untuk menjadi responden .

3. Tanpa Nama (Anomity)

Identitas responden tidak dicantumkan pada lembar kuesioner. Pada

penggunaan ini penelitian dilakukan dengan cara menggunakan nama


45

inisial dan jenis kelamin saja dan dicantumkan pada lembar kuesioner.

Tetapi jika hasil penelitian ini dipublikasikan, maka tidak ada satu

identifikasi yang berkaitan dengan responden di tampilkan dalam

publikasi tersebut.

4. Confidentiality (kerahasiaan)

Peneliti bisa menjamin kerahasiaan responden. Semua data dalam

penelitian yang mencantumkan identitas responden Kerahasiaan ini

disebutkan sebagai informasi yang telah didapat dari responden dan tidak

diserbarluaskan ke orang lain dan hanya peneliti yang mengetahuinya.

Jadi responden tidak perlu khawatir jika kerahasiaannya akan tersebar

luas.

5. Justice (Keadilan)

Pada keadilan ini diartikan bahwa prinsip yang memenuhi atas kejujuran,

keterbukaan dan kewaspadaan. Responden diperlakukan secara adil tanpa

ada diskriminasi. Dan setelahnya peneliti memberikan reward atau

hadiah karena telah berpartisipasi dalam penelitian sampai dengan

selesai.

6. Beneficiency (Kemanfaatan)

Pada asas kemanfaatan ini harus memiliki tiga prinsip yaitu bebas dari

penderitaan, bebas dari eksploitasi dan bebas resiko. Bebas dari

penderitaan itu responden terbebas dari rasa sakit atau suatu tekanan.

Bebas dari ekploitasi dan didalam akan memberikan informasi dan

pengetahuannya yang berguna atau tidak sia-sia bahkan jika sampai


46

merugikan responden. Peneliti sangat menghindari bahaya bagi

responden dan dapat memberikan keuntungan bagi responden.

7. Malbeneficience

Penelitian ini tidak menimbulkan ketidaknyamanan, tidak menimbulkan

rasa saling menyakiti dan saling membahayakan bagi responden baik

fisik dan psikologis. Dalam penelitian ini tidak ada perkataan yang

menyinggung atau menyakiti responden. Peneliti akan menghormati

responden yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini.

E. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi yang

dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian ( Masturoh, Imas, Anggita

T, 2018 ). Pengumpulan data yang akan digunakn pada penelitian ini adalah

menggunakan Form Observasi. Instrument pada penelitian ini adalah alat-alat

yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu lembar observasi yang ber isi data

responden meliputi: Nama, usia, jenis Kelamin, Pendidikan, paritas dan hasil kadar

bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia diruang peristi

RSUD Kota Depok.

F. Validitas dan Reliabilitas Intrumen

1. Validitas dan Reliabilitas

Validasi merupakan suatu indeks yang menunjukan suatu alat ukur yang

digunakan itu benar-benar mengukur apa yang di ukur atau nyata Notoatmodjo

(2012). Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkatan kevalidan atau
47

kesahihan atau suatu intrumen terjadi pada objek dengan data yang dikumpulkan

oleh peneliti (Sugiyono, 2013).

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang menunjukan sejauh mana suatu

alat ukur yang dapat dipercaya untuk diandalkan. Hal ini berarti menunjukan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten apabila dilakukan pengukuran

ke dua kali atau lebih terhadap masalah yang sama dengan mengunakan alat ukur

yang sama (Notoatmojo, 2010).

Penelitian ini tidak melakukan uji validitas dan realibilitas karena instrument

yang digunakan telah baku dan alat yang digunakan telah terstandarisasi

dengan kalibrasi yang dilakukan setahun sekali. Namanya kalibrasi reagen.

G. Prosedur Pengumpulan Data

Langkah-langkah pengumpulan data pada penelitian ini yaitu:

a. Mengajukan surat permohonan izin penelitian dari BAAK kepada Ka

Prodi keperawatan STIKIM yang ditujukan kepada Direktur RSUD Kota

Depok.

b. Peneliti melakukan penjelasan terkait dengan proposal penelitian kepada

Direktur RSUD Kota Depok

c. Setelah mendapatkan surat balasan perizinan penelitian dari RSUD Kota

Depok, peneliti melakukan koordinasi dengan Karu Ruangan Peristi

tentang proses penelitian.

d. Peneliti melakukan uji proposal penelitian

e. Selanjutnya, Peneliti membagikan dan menjelaskan surat persetujuan

untuk menjadi responden kepada orangtua neonatus


48

f. Peneliti memulai proses pengumpulan data dengan memberikan lembar

kuesioner

g. Pengumpulan kembali kuesioner yang telah diisi orang neonatus

H. Pengolahan Data

Pengolahan data adalah suatu hal yang penting untuk penelitian dikarenakan

yang didapat yaitu data mentah yang belum siap disajikan, belum jelas

informasinya. Pengolahan data yang dilakukan dalam penelitian ini dengan sistem

pengolahan data manual dan komputer dengan langkah-langkah sebagai berikut

(Notoatmodjo, 2012).

Pengolahan data dalam penelitian ini terdiri dari Editing, Coding, Processing

dan Cleaning.

1. Editing

Peneliti melaksanakan pengecekan kuisioner dengan memastikan

kelengkapan, kejelasan, relevansi dan konsistensi jawaban responden.

Pengecekan dilakukan setiap peneliti menerima hasil kuesioner yang

telah diisi oleh responden dengan melakukan checklist pada lembar

pengecekan kuisioner.

2. Coding

Peneliti akan merubah data yang berbentuk huruf menjadi data

berbentuk angka. Pengkodingan dilakukan pada setiap bagian

kuesioner, mulai dari karakteristik responden sampai pada jawaban

responden terhadap pernyataan kuesioner.

3. Processing
49

Peneliti memasukkan (entry) data kuisioner yang telah diisi oleh

responden ke paket komputer. Data kuesioner yang telah dilakukan

dalam proses editing (pengecekan kelengkapan data) dan coding

(pengubahan data berbentuk huruf menjadi data berbentuk angka)

dan dilanjutkan dengan memasukkan hasil editing kepaket komputer.

Data yang dimasukan guna untuk mengetahui nilai kriteria variabel

masing-masing.

4. Cleaning

Peneliti melakukan pengecekan kembali data yang sudah dimasukkan

ke paket komputer. Setelah data pada hasil penelitian yang sudah

mengalami proses editing, coding dan telah dimasukkan ke paket

computer (processing), maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan

oleh peneliti adalah mengecek kembali kelengkapan data yang sudah

dimasukkan kedalam paket komputer sehingga memudahkan peneliti

untuk melakukan tahap analisa data. Hasil pengumpulan data akan

dijelaskan lebih terinci ditahap analisa data.

I. Analisis Data

1. Analisis Univariat

Bentuk analisis univariat tergantung dari jenis datanya. Analisa univariat

bertujuan untuk menjelaskan karakteristik setiap variabel penelitian. Pada

umumnya didalam analisis ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi

dan presentase dari setiap variabel (Notoatmodjo, 2012).


50

2. Analisis Bivariat

Analisis Bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara

variabel-variabel. Analisa Bivariat yang digunakan dalam penelitian ini

berdasarkan skala pengukuran yang digunakan adalah uji Wilcoxon. Uji

wilxocon memerlukan persyaratan yaitu sampel berpasangan dalam satu

grup, dengan menggunakan jumlah kategorik dan unutk jumlah kategorik

yang dihasilkan yaitu jumlah kategorik lenih dari dua (Sopiyudin, 2018).

Dari hasil analisa tersebut didaptkan menggunakn uji wilxocon tanpa uji

normalitas.

Rumus Uji Wilxocon adalah sebagai berikut :

Uji hipotesis :

H0 : d = 0 (tidak ada perbedaan diantara dua perlakuan yang diberikan)

H1 : d ≠ 0 (ada perbedaan diantara dua perlakuan yang diberikan )

Dengan d menunjukkan selisih nilai antara kedua perlakuan. (Solehati, 2015)

``
DAFTAR PUSTAKA

Agus Widodo, S. A. (2019). Pengaruh Stimulasi Massage Terhadap Penurunan


Kadar Bilirubin Pada Neonatus di RSUD Dr Moewardi Surakarta.
universitas muhammadiyah purwokerto,2019.
Alan DH, L. N. (2007). Current Diagnosis and Treatment in obstetric and
Gynecology. United State: McGraw-Hill Companies.
Cadwell, K. (2007). Latching- on And Suckling Of The Healty Term Neonate:
Brestfeeding Assessment. J Midwifery Womens Health.52(6), 638-642.
D, S. R. (2013). Air Susu Ibu dan Ikterus . Jakarta: Buku Bedah ASI IDAI.
Hockenberry, M. N. (2007). Essential of Pediatric Nursing. St: Mosby Elservier.
Khairunnisak. (2017). Hubungan Pemberian ASI Dengan Kejadian Ikterus Pada
Bayi Baru lahir 0-7 hari Di RSUD Dr. Zainoel Abidin Banda Aceh.
kianmerh, M. M. (2014). The effect of massage on serum bililirubin levels in term
Neonatus with hyperbilirubinemia undergoing phototherapy. Nautilus vol
108, 459-465.
Listyana Natalia, E. L. (2019). Efektifitas pijat/sentuhan bayi terhadap kadar
bilirubin pada bayi ikterik di ruang bayi RS Yogyakarta. Respati
Yogyakarta,6(1), januari 2019, 548-551.
Nelson, W. B. (2005). Ilmu Kesehatan Anak (Alih Bahasa: Wahab, As). Jakarta:
Buku Kedokteran EGC.
Notoatmojo. (2012). Metodolog iPenelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
novianti novi, M. H. (2018). Pengaruh Field Massage sebagai terapi Adjuvan
terhadap kadar bilirubin serum bayi hiperbilirubin. jurnal keperawatan
pajajaran5(3), 315-327.
Nursalam. (2014). Konsep Penerapan Metode Penelitian Ilmu Kperawatan.
Jakarta: Jakarta: Salemba.
Purnamasari, I. (2020). pengaruh baby massage terhadap penurunan kadar
bilirubin. karya bakti vol. 1 No 1, januari 2020, 56-66.
Roesli, U. (2013). Pedoman Pijat Bayi. Jakarta.
Solehati, T. d. (2015). konsep Dasar Dan Aplikasi Relaksasi Dalam Keperawatan
Maternitas . Bandung: PT.Refika Aditama.

xii
sugiyono. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:
alfabeta.
Sukadi. (2008). Buku Ajar Neonatalogi Anak . Edisi Pertama. Jakarta: Ikatan
Dokter Indonesia.
Sukadi A. Hiperbilirubinemia. in: Kosim MS, Y. A. (2010). Buku Ajar
Neonatologi (1st ed) . Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Wong, D. L. (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. jakarta: EGC.
Wong, D. L.-E. (2009). Buku Ajar Keperawatan Wong 2 (6th ed). EGC:
IndonesiaOnesearch.

xiii
Lampiran 1
PENJELASAN INSTRUMEN PENELITIAN

Judul : Pemberian ASI dan terapi massage Field terhadap kadar bilirubin
serum total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia
Nama : Lisna Nurwizy
NPM : 08190100038

Peneliti adalah mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Indonesia Maju.


Penelitian ini dibimbing oleh Ns. Rina Afrina,S.Kep,MKM. Bapak/Ibu diminta
kesediaannya untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Dalam hal ini, tidak ada
paksaan untuk menjadi responden, responden bebas menentukan pilihan untuk
berpartisipasi atau tidak, atau mengundurkan diri dalam penelitian kapanpun
responden inginkan. Berikut beberapa informasi yang Bapak/Ibu ketahui:

1. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan informasi tentang Pengaruh


Pemberian ASI dan Terapi Massage Field terhadap kadar Bilirubin Serum Total pada
Neonatus dengan Hiperbilirubinemia di ruang Peristi RSUD Kota Depok.
2. Informasi yang berkaitan dengan penelitian ini sepenuhnya akan dijaga
kerahasiannya dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Pelaporan
hasil penelitian akan menggunakan kode responden atau inisial dan bukan
nama sebenarnya.
3. Penelitian ini dilakukan dengan memberikan angket yang diisi oleh responden
dengan pertanyaan 20 pertanyaan
4. Penelitian ini tidak menimbulkan bahaya ataupun resiko kerugian baik secara
fisik maupun psikis.
Jika Bapak/Ibu mempunyai pertanyaan, masalah, komentar terkait keikutsertaan
dalam penelitian ini bisa menghubungi saya di nomor: 085714222018 (WA/Telp.
/SMS).
Besar harapan saya, Bapak/Ibu bersedia mengisi angket ini sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya dan tidak perlu memikirkan jawaban benar atau salah. Karena
semua jawaban adalah benar. Jawaban Bapak/Ibu sangat berharga bagi
penelitian ini oleh karena itu, saya berharap memeriksa kelengkapan jawaban
sehingga tidak ada jawaban yang terlewatkan. Atas bantuan dan
kerjasamanya saya ucapkan terima kasih.

Jakarta, November 2020

Lisna Nurwizy
Lampiran 2

INFORMED CONSENT

(PERNYATAAN PERSETUJUAN IKUT PENELITIAN)

Melalui surat informed consent ini, saya menyatakan bahwa saya sudah mendapat

penjelasan mengenai penelitian dengan judul “ Pemberian ASI dan terapi

massage Field terhadap kadar bilirubin serum total pada neonatus dengan

hiperbilirubinemia ” dan saya bersedia mengisi angket kuesioner ini dengan

memberikan informasi yang benar dan jujur.

Partisipasi saya ini atas dasar sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari pihak

manapun. Demikian lembar persetujuan ini saya buat, semoga bermanfaat dan

dapat digunakan sebagaimana mestinya

Mengetahui Jakarta, November 2020

Peneliti Yang membuat pernyataan

Lisna Nurwizy (…………………………)

NPM: 08190100038
Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI
Daftar ceklist observasi keberhasilan menyusui
No Responden :
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :
No Aspek Yang Diobservasi Ya Tidak
1 Asi mulai keluar banyak pada hari ke-3 dan ke-4
2 Rasa seperti ditarik keras pada puting saat diisap,
namun tanpa rasa nyeri.

3 Kontraksi uterus dan peningkatan perdarahan per


vaginam saat menyusui
4 Rasa tenang dan mengantuk selama menyusui
5 Rasa haus setelah menyusui
6 Payudara melunak dan lebih ringan selama
menyusui
7 Ketika ASI keluar, mungkin terasa payudara geli
atau hangat atau payudara sebelahnya ikut
mengeluarkan ASI.
8 Menempel tanpa kesulitan. Posisi kepala dan badan
bayi berada dalam satu garis yang lurus.
9 Pola 15 – 20 kali mengisap kemudian menelan
pada satu waktu
10 Bunyi menelan terdengar
11 Mudah melepas payudara saat setelah menyusu
12 Bayi tampak tenang setelah menyusu
13 Minimal 3 kali buang air besar dan popok basah 6–
8 kali selama dan setelah menyusui
Lampiran 4

LEMBAR OBSERVASI TERAPI MASSAGE FIELD

No Responden :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Waktu (pagi
No Area Tata Cara /sore)
1 Wajah .

Terapis menggunakan kedua Jempol


menggosok pada daerah bawah mata
dan pipi secara lembut.Dilakukan tujuh
kali pengulangan
2 Dada

Bertujuan untuk memberikan stimulasi


kearah balik darah menuju jantung.
memberika
Kedua tangan terapi n
gosokan pada dada pasien. Gerakan
dilakukan dari luar kearah dalam
tubuh, atau kearah jantung.
memberika
3 Perut Bertujuan untuk n
stimulasi pada usus dan organ
pencernaan, caranya dengan
mendorong setengah lingkaran
lembut pada perut. Gerakan searah
dengan gerakan jarum jam.

4 Tungkai Terapis menggunakan tangan


mendorong dari distal ke proksimal
atau dari bawah ke atas
pada tungkai.

Leher
5 (depan) Lakukan pemijatan dengan
menggunakan tiga jari terapis pada
bawah dagu pasien, stimulasi ini
bertujuan untuk anak agar dapat
meningkatkan kemampuan menelan.

Keterangan :

Pemijatan dilakukan oleh perawat neonatus setiap 2 kali sehari dengan


durasi waktu pemijatan 15-20 menit.

Beri tanda ( v )pada kolom waktu pagi dan sore setelah Neonatus mendapat
pijatan
Lampiran 5

LEMBAR OBSERVASI KADAR BILIRUBIN SERUM TOTAL


KODE :

Nama :

Usia :

Jenis Kelamin :

Kategori Sebelum pemberian Setelah pemberian


hiperbilirubin ASI dan Terapi ASI dan terapi
massage field massage field
Ringan
Sedang

Tinggi

Keterangan:

Ringan : Bila Hiperbilirubin ringan dgn kadar serum bilirubin total 5-8 mg/dl
Sedang : Bila Hiperbilirubin sedang dgn kadar serum bilirubin total 9-13 mg/dl
Tinggi : Bila Hiperbilirubin tinggi dgn kadar serum bilirubin total 14-18 mg/dl
LAMPIRAN 6

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN

Nama Mahasiswa : Lisna Nurwizy

NPM : 08190100038

PEBIMBING : NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

JUDUL RISET : Pemberian ASI dan terapi massage Field terhadap kadar

bilirubin serum total pada neonatus dengan hiperbilirubinemia

NO Materi Konsul Masukan Pembimbing Ttd pebimbing

1 Judul Penelitian Revisi Judul NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

2 Judul Penelitian Revisi Judul NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

3 ACC judul Penelitian Judul Penelitian NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

4 Bab 1 Revisi Bab 1 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

5 BAb 1 Revisi Bab 1 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

6 Bab II Revisi Bab 2 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

7 Bab III Revisi Bab 3 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

8 Bab III Revisi Bab 3 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

9 Bab IV Revisi Bab 4 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

10 Bab IV Revisi bab 4 NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM

11 Lembar Observasi Revisi Lembar Observasi NS.Rina Afrina , S.Kep, MKM


RIWAYAT HIDUP

A. Identitas Diri

Nama : Lisna Nurwizy

Tempat dan tanggal lahir : Jakarta,16 Juli 1984

Agama : Islam

Alamat : Perum Gading Depok Residen Blok A1 Bojongsari

Depok

B. Riwayat Pendidikan

SD : Tahun 1990 s.d 1996

SMP : Tahun 1996 s.d 1999

SMA : Tahun 1999 s.d 2002

Diploma III : Tahun 2002 s.d 2005

C. Riwayat Pekerjaan

Perawat di RSCM Jakarta : Tahun 2005 s.d 2009

Perawat di RSUD Kota Depok : Tahun 2009 s.d saat ini

Anda mungkin juga menyukai