Anda di halaman 1dari 197

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TERAPI BEKAM UNTUK MENGATASI


GANGGUAN RASA NYAMAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDHA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019

DISUSUN OLEH:

RACHMAD APRILIO
(NIM: PO 71.20.3.16.040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATANLUBUK LINGGAU
TAHUN 2019

1
2

KARYA TULIS ILMIAH

PEMBERIAN TERAPI BEKAM UNTUK MENGATASI


GANGGUAN RASA NYAMAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDHA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019

Disusun untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

DISUSUN OLEH:

RACHMAD APRILIO
(NIM: PO 71.20.3.16.040)

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATANLUBUK LINGGAU
TAHUN 2019
3

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR


LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Judul KTI Pemberian Terapi Bekam Untuk Mengatasi


Gangguan Rasa Nyaman Pada Lansia Dengan Hipertensi
Di Panti Tresna Werdha Lubuklinggau Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Rachmad Aprilio
NIM : PO.71.20.3.16.040
Pembimbing : 1. Zuraidah, SKM, MKM
2. Ns.Eva Oktaviani,S.Kep,M.Kep,Sp.An

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam seminar penelitian KTI Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2018/2019

.
Lubuklinggau, Juni 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Zuraidah,SKM,MKM Ns.Eva Oktaviani,S.Kep,M.Kep,Sp.An


NIP.196612171989112001 NIP.198510102010122003

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri,S.Kep, NS, M.Kes


NIP.197605091995021001

iii
4

PERNYATAAN PERSETUJUAN SEMINAR


LAPORAN KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Judul KTI Pemberian Terapi Bekam Untuk Mengatasi


Gangguan Rasa Nyaman Pada Lansia Dengan Hipertensi
Di Panti Tresna Werdha Lubuklinggau Tahun 2019
Nama Mahasiswa : Rachmad Aprilio
NIM : PO.71.20.3.16.040
Pembimbing : 1. Zuraidah, SKM, MKM
2. Hj.Devi Mediarti,S.Pd,M,Kes

Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam seminar penelitian KTI Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2018/2019

.
Lubuklinggau, Juni 2019

Pembimbing I Pembimbing II

Zuraidah,SKM,MKM Hj. Devi Mediarti,S.Pd,M.Kes


NIP.196612171989112001 NIP. 196801281990032002

Mengetahui
Ketua Program Studi D III Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri,S.Kep, NS, M.Kes


NIP.197605091995021001

iii
5

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan oleh :


Nama : Rachmad Aprilio
NIM : PO.71.20.3.16.040
Prodi : D.III Keperawatan Prodi Lubuklinggau
Judul : Pemberian Terapi Bekam Untuk Mengatasi Gangguan Rasa
Nyaman Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna
Werdha Kota Lubuklinggau Tahun 2019.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada tanggal Juni 2019, dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Zuraidah, SKM, MKM ( )

Pembimbing II : Ns Eva Oktaviani, S.Kep,M.Kep,Sp.An ( )

Penguji I : Hj.Susmini, SKM, M.Kes ( )

Penguji II : Bambang Soewito, SKM, M.Kes ( )

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : Juni 2019

iv
6

HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah Ini diajukan oleh :


Nama : Rachmad Aprilio
NIM : PO.71.20.3.16.040
Prodi : D.III Keperawatan Prodi Lubuklinggau
Judul : Pemberian Terapi Bekam Untuk Mengatasi Gangguan Rasa
Nyaman Pada Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna
Werdha Kota Lubuklinggau Tahun 2019.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai


bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd.Kep) pada Program Studi Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang. Pada tanggal Juni 2019, dan Dinyatakan Telah
Memenuhi Syarat Untuk Diterima.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Zuraidah, SKM, MKM ( )

Pembimbing II : Hj.Devi Mediarti, S.Pd,M,Kes ( )

Penguji I : Hj.Susmini, SKM, M.Kes ( )

Penguji II : Bambang Soewito, SKM, M.Kes ( )

Ditetapkan di : Lubuklinggau
Pada Tanggal : Juni 2019

iv
7

PERNYATAAN KEASLIAN PENULISAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya Karya Tulis Ilmiah dengan judul :

PEMBERIAN TERAPI BEKAM UNTUK MENGATASI


GANGGUAN RASA NYAMAN PADA LANSIA DENGAN
HIPERTENSI DI PANTI TRESNA WERDHA
KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan


pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes
Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari
KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatakan
gelar Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau
Instansi Manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan KTI ini
merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya
bersedia mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi
berdasarkan aturan tata tertib di Prodi D-3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes
Kemenkes Palembang.

Lubuklinggau, Juni 2019


Yang Menyatakan

Rachmad Aprilio
PO.71.20.3.16.040

v
8

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI


TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMI K

Sebagai sivitas akademik Politeknik Kesehatan Palembang Program Studi


Keperawatan Lubuklingau, saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rachmad Aprilio
NIM : PO.7120.3.16.040
Program studi : DIII keperawatan Lubuklinggau

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Politeknik Kesehatan Palembang Program Studi Keperawatan Lubuklingau, Hak
Bebas Royaliti Non Ekslusif (Non-exclusive Royality-Fre Right) atas karya
ilmiah saya yang berjudul :

PEMBERIAN TERAPI BEKAM UNTUK MENGATASI GANGGUAN RASA


NYAMAN PADA LANSIA DENGAN HIPERTENSI DI PANTI TRESNA
WERDHA KOTA LUBUK LINGGAU TAHUN 2019

Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan), Dengan Hak Bebas Royaliti
Nonekslusif ini Politeknik Kesehatan Palembang Program Studi Keperawatan
Lubuklingau berhak menyimpan, mengalhmediakan/formatkan, mengelola dalam
bentuk pangkalan data (data base), merawat dam mempublikasikan tugas akhir
saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai
pemilik Hak Cipta.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Lubuklinggau
Pada : Juli 2019
Yang menyatakan

(Rachmad Aprilio)

vi
9

PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Lubuklinggau, Juni 2019

Tim Penguji
Ketua

ZURAIDAH SKM, MKM


NIP. 196612171989112001

Penguji I

Hj.SUSMINI, SKM, M.Kes


NIP. 197210051994032003

Penguji II

BAMBANG SOEWITO, SKM, M.Kes


NIP. 197408311994031002

vii
10

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Karya Tulis Ilmiah, Juli 2019


RACHMAD APRILIO

Penerapan Terapi Bekam Untuk Mengatasi Gangguan Rasa Nyaman Pada


Lansia Dengan Hipertensi Di Panti Tresna Werdha Budi Luhur Kota
Lubuklinggau Tahun 2019

xvii + 136 Halaman, 16 Tabel, 2 Bagan, 7 Lampiran

ABSTRAK

Hipertensi adalah penyakit yang dapat menyebabkan nyeri dikarenakan tekanan


intrakranial. Tekanan intra kranial pada usia Lansia apabila tidak segera ditangani
dapat menyebabkan nyeri kepala yang di sebakan oleh peningkatan tekanan darah
, sehingga menyebabkan terjadinya berbagai komplikasi. Dampak dari Hipertensi
pada Lansia salah satunya adalah Gangguan rasa nyaman. Tujuan penelitian ini
untuk memperoleh gambaran asuhan keperawatan dalam penerapan tehnik Bekam
terhadap gangguan rasa nyaman padaLansia dengan Hipertensi. Metode penelitian
ini menggunakan desain Deskriptif dan Studi Kasus dengan menggunakan
pendekatan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan,
intervensi, implementasi dan evalusi. Penatalaksanaan penerapan terapi bekam
terhadap gangguan rasa nyaman pada Lansia dengan Hipertensi di Panti Tresna
Werdha. Intervensi yang dilakukan adalah Pemberian Terapi Bekam. Hasil
penelitian menunjukan bahwa terjadi penurunan skala nyeri dan penurunan
tekanan darah. Sehingga meminimalkan masalah Gangguan rasa nyaman pada
lansia dengan Hipertensi di Panti Tresna Werdha di Lubuklinggau.

Kata Kunci : Gangguan Rasa Nyaman, Hipertensi, Terapi Bekam


Daftar Pustaka : 25 (2003-2014)

viii
11

POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG


PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Scientific papers, July 2019


RACHMAD APRILIO

The Application Of Cupping Therapy To Overcome Comforting Disorders


In The Elderly With Hypertension At Panti Tresna Werdha Budi Luhur
Lubuklinggau City In 2019

xvii + 136 Pages, 16 Tables, 2 Charts, 7 Attachments

ABSTRACT

Hypertension is a disease that can cause pain due to intracranial pressure.


Intracranial pressure in the Elderly if not treated immadiately can cause headache
caused by an increase in blood pressure,so that cause complications.The impact of
Hypertension in Elderly is one of them is a Comforting disorders. The Purpose of
this study was to obtain an overview of nursing care in the aplication of cupping
techniques to comfort disorders in the Elderly with Hypertension .This research
method used descriptive design and case approach, namely assessment, Nursing
diagnosis, intervention, implementation, an evaluation. Management of
Application of cupping therapy was to taste disorders in the Elderly with
Hypertension at Panti Tresna Werdha. The Intervention given was giving
Cupping Therapy.The result showed that scale of pain and a decrease in blood
pressure. So as to minimize the problem of Comforting disorders in the Elderly
with Hypertension at Panti Tresna Werdha Lubuklinggau.

Keywords : Comforting Disorders, Cupping Therapy, Hypertension


Reference : 25 (2003-2014)

ix
12

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Jadilah Seperti Air Yang Dapat Menyesuaikan Sesuai Dengan Tempat Yang Menampungnya.

Dan Mengalirlah Kelautan Samudra. Tenang Namun Menghanyutkan . Mengikis Batuan Yang

Menghadang”.

PERSEMBAHAN

Dengan hasil kerja kerasku dan tentunya tak terlepas dari orang-orang yang telah memberikanku

semangat ku persembahkan :

1. Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmat-Nya,

saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat waktu.

2. Terimakasih kepada orang tuaku yang sangat kucintai Papa Nadi Aprilyadi,S.sos.M.Kes dan

Mama Wang Marlina,S.Pd yang tiada lelah mendoakan putrinyamenjadi anak yang sukses, yang

bekerja keras mencari uang, memberikanmotivasi dan Nasihatnya sehingga terselesaikannya

Karya Tulis Ilmiah ini.

3. Terimakasih kepada Teman –Teman COKELAT tersayang yang tiada lelah mendoakanku,

memotivasiku dan menasehatiku sehingga terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini. Niai panjang

umur dan sehat selalu.

4. Untuk saudaraki tercinta Rieke Dwi Ramadhany yang selalu memberikan semangat, selalu

menghiburku dan menjadi alasanku merindukan rumah.

5. Untuk pembimbing utama Proposal Karya Tulis Ilmiah Ibu Zuraidah,SKM.MKM yang telah

dengan sabar membimbing dan memberikan saran yang amat berarti serta pengarahan yang

sangat dibutuhkan dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

x
13

6. Untuk pembimbing pendamping Ibu Eva Octaviani S.Kep.M.Kep.Sp.An selaku Pembimbing

Pendamping yang telah bersedia meluangkan waktu serta memberikan saran sehingga Karya

Tulis Ilmiah ini dapat terselesaikan.

7. Ibu Zuraidah,SKM.MKM selaku Dosen Pembimbing Akademik terima kasih banyak atas

bimbingan selama 3 tahun ini.

8. Sahabatku tersayang Reza, David, Juanda, Evan sosok yang menemaniku berjuang dari 0 yang

selalu memberiku nasihat, menghiburku,memberikan semangat, serta menjadi support system

terbaik.Terimakasih untuk 5 tahun ini. Semoga persahabatan kita selamnya serta sukses dunia

akhirat.Aamiin

9. Bujang Ngelong yang selalu memberikan support dan semangat tiada henti yang selalu menjadi

bahu ketika lelah dan selalu menjadi penasihat terbaik terimakasih untuk 3 tahunini . Semoga

kita sukses dunia dan akhirat . Aku takkan melupakan kalian. Mission Succes Boy

10. Untuk Posko 1 Riski Ks, Nopran, Ulfa, Riski, Dwi Dj, Yunia, Tria, Vera, Herlina, Satya, Alvhi,

Nokiah, Muthmainnah terimakasih untuk kenangan yang selalu akan kurindukan.

11. Buat angkatan 15 suka, duka kita rasain 3 tahun ini, semoga kita diberikan kesuksesan dunia dan

akhirat. Angkatan 15 Sukses .

12. Untuk dukungan, semangat dan do’anya dan banyak membantu dalam KTI ini ku ucapkan

terimakih dan yang tak bisa kusebutkan satu persatu.

xi
14

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

IDENTITAS DIRI
Nama Lengkap : Rachmad Aprilio
Tempat Tanggal Lahir : Palembang, 21 April 1999
Jenis Kelamin : Laki – laki
Agama : Islam
Alamat : Palembang, Perum Azhar Blok L.6 No.16 KM.14
Keluarga : Ayah : Nadi Aprilyadi
Ibu : Wang Marlina
Saudari : 1. Rieke Dwi Ramadhany

RIWAYAT PENDIDIKAN
TAHUN 2004 – 2010 : SD N 43 KOTA LUBUK LINGGAU
TAHUN 2010 – 2013 : SMP N 2 KOTA LUBUK LINGGAU
TAHUN 2013 – 2016 : SMA N 13 KOTA PALEMBANG
TAHUN 2016 – 2019 : POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG PRODI
KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

xii
15

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

berkat dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat

waktu. Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Ahli Madya Keperawatan pada Program Studi

Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang. Saya menyadari

bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini atas bantuan dan bimbingan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini izinkan saya mengucapkan terima kasih dan

penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1) Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes, selaku Direktur Politeknik

Kesehatan Kemenkes Palembang.

2) Ibu Devi Mediarti, Spd, S.Kep M.Kes, selaku Ketua Jurusan Keperawatan

Politeknik Kesehatan Kemenkes Palembang.

3) Ibu Lili, SH selaku pimpinan panti sosial Tresna Werdha Kota Lubuklinggau

beserta staf yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam

pengambilan data.

4) Bapak H. Jhon Feri S.Kep, Ns, M.Kes, selaku Kepala Prodi Keperawatan

Lubuklinggau

5) Ibu Zuraidah SKM.MKM selaku dosen pembimbing I yang penuh kesabaran,

keikhlasan, dan ketulusan hati dalam memberikan bimbingan serta masukan

kepada penulis selama proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

6) Ibu Hj. Susmini,SKM,M.Kes selaku penguji I dalam Karya Tulis Ilmiah ini

yang telah banyak memberikan masukan dan arahan pada penulis

xiii
16

7) Bapak Bambang Soewito,SKM,M.Kes selaku penguji II dalam Karya Tulis

Ilmiah ini yang telah banyak memberikan masukan dan arahan pada penulis

8) Staf Dosen Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau

yang telah memberikan bimbingan, selama penulis mengikuti pendidikan di

Poltekkes Kemenkes Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau.

9) Kedua orang tuaku, dan saudara-saudaraku yang telah banyak memberikan

semangat dan dorongan baik materil maupun spritual.

10) Teman-teman se almamater yang tercinta yang telah banyak membantu saya

dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

Saya menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan maka

kiranya mohon saran dan masukan demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah saya.

Semoga Karya Tulis Ilmiah ini berguna bagi diri saya sendiri dan pengembangan

ilmu keperawatan.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Lubuklinggau, Juni 2019

Penulis

xiv
17

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL . .................................................................................... ii


LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI ................................................... iv
LEMBAR KEASLIAN ................................................................................. v
LEMBAR PERSETUJUANKTI ................................................................... vi
LEMBAR PANITIA SIDANG ...................................................................... vii
ABSTRAK ...................................................................................................... viii
ABSTRACT .................................................................................................... ix
MOTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................... xi
KATA PENGANTAR .................................................................................... xii
DAFTAR ISI ................................................................................................ xiii
DAFTARTABEL ......................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xv
DAFTAR BAGAN .......................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .................................................................................... 1


1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3.Tujuan Penulisan ................................................................................. 8
1.4. Manfaat Penulisan .............................................................................. 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi .............................................................................. 10


2.1.1. Pengertian Hipertensi .................................................................... 10
2.1.2. Klasifikasi Hipertensi .................................................................... 12
2.1.3. Etiologi .......................................................................................... 12
2.1.4.Patofisiologi.................................................................................... 15
2.1.5.Manifestasi Klinis........................................................................... 16
2.1.6. Komplikasi .................................................................................... 17
2.1,7. WOC Hipertensi ............................................................................ 19
2.1.8. Pemeriksaan Diagnostik ................................................................ 20
2.1.9. Penatalaksanaan Medis.................................................................. 21
2.1.10. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi .......................... 25

2.2. Konsep Tekanan Darah....................................................................... 26


2.2.1. Pengertian ...................................................................................... 26
2.2.2. Regulasi Tekanan Darah ............................................................... 27
2.2.3.Faktor-Faktor Yang Mempengaruh Hipertensi .............................. 28

2.3 .Lansia .................................................................................................. 29


2.3.1. Pengertian Lansia .......................................................................... 29

xv
18

2.3.2.Definisi Menua ............................................................................... 32


2.3.3. Karakteristik Usia Lanjut .............................................................. 35

2.4. Konsep Gangguan rasa nyaman .......................................................... 35


2.4.1. Defenisi/Diskripsi kebutuhan aman dan nyaman .......................... 35
2.4.2. Fisiologi Sistem/Fungsional normal system rasa aman
dan nyaman .................................................................................... 36
2.4.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan
kenyamanan ................................................................................... 36
2.4.4. Macam-macam ganggauan yang mungkin terjadi pada
rasa aman dan kenyamanan ........................................................... 37
2.4.5. Manifestasi Klinis.......................................................................... 37
2.4.6. Komplikasi .................................................................................... 38

2.5. Konsep Nyeri ...................................................................................... 39


2.5.1. Pengertian Nyeri ......................................................................... 39
2.5.2 Fiasiologi Nyeri ........................................................................... 39
2.5.3. Klasifikasi Nyeri ......................................................................... 40
2.5.4. Stimulus Nyeri ............................................................................ 41
2.5.5. Teori Nyeri .................................................................................. 41
2.5.6. Faktor yang mempengaruhi Nyeri .............................................. 43
2.5.7. Pengkajian Nyeri ......................................................................... 46
2.5.8. Skala Nyeri .................................................................................. 48
2.5.9 Reaksi Terhadap Nyeri................................................................ 48

2.6. Konsep Bekam .................................................................................... 52


2.6.1.Pengertian Bekam ........................................................................ 52
2.6.2.Jenis Bekam ................................................................................. 53
2.6.3. Manfaat Bekam ........................................................................... 54
2.6.4. Alat-Alat Untuk Bekam .............................................................. 55
2.6.5. Hal-Hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Bekam ...................... 56
2.6.6. Titik Bekam ................................................................................ 58
2.6.7. Hubungan Terapi Bekam Dengan Penyakit Hipertensi .............. 59
2.6.8. Kerangka Konsep ........................................................................ 61

2.7. Konsep Dasar asuhan Keperawatan Gerontik Pada Hipertensi .......... 61


2.7.1. Pengkajian ................................................................................... 61
2.7.2. Diagnosa Keperawatan ............................................................... 66
2.7.3. Perencanaan Keperawatan .......................................................... 67
2.7.4.Implementasi Kperawatan............................................................ 70
2.7.5.Evaluasi ........................................................................................ 70

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis/Desain/Rancangan Studi ....................................................... 72


3.2. Subyek Studi Kasus ....................................................................... 72
3.3. Fokus Studi Kasus .......................................................................... 73
3.4. Definisi Operasional Studi Kasus .................................................. 73

xvi
19

3.5. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................ 73


3.6. Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data ................................... 74
3.7. Analisa Data ................................................................................... 75
3.8. Penyajian Data ............................................................................... 75
3.9. Etika Studi Kasus ........................................................................... 75

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 77


4.1 Hasil ............................................................................................. 77
4.1.1 Gambaran lokasi penelitian ................................................... 77
4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian (identitas klien) .................. 78

4.2 Data Asuhan Keperawatan ............................................................ 79


4.2.1 Pengkajian .............................................................................. 79
4.2.2 Diagnosa ................................................................................ 89
4.2.3 Perencanaan ........................................................................... 90
4.2.4 Pelaksanaan............................................................................ 98
4.2.5 Evaluasi ................................................................................ 119
4.3 Pembahasan................................................................................. 125
4.3.1 Pengkajian ............................................................................ 125
4.3.2 Diagnosa .............................................................................. 127
4.3.3 Perencanaan ......................................................................... 128
4.3.4 Pelaksanaan.......................................................................... 129
4.3.5 Evaluasi ................................................................................ 130
4.3.6 Keterbatasan Penelitian ........................................................ 131

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 132


5.1 Kesimpulan ................................................................................. 132
5.2 Saran ........................................................................................... 135

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xvii
20

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi……………………………….. 12


Tabel 2.2 Klasifikasi Hipertensi……………………………….. 12
Tabel 4.1 Hasil Pengkajian (Observasi) Awal Dua Orang Subyek 79
Tabel 4.2 Analisa Data Subyek I.................................................... 86
Tabel 4.3 Analisa Data Subyek II................................................... 87
Tabel 4.4 Diagnosa Keperawatan Dua Orang Subyek Studi
Kasus.............................................................................. 89
Tabel 4.5 Rencana Asuhan Keperawatan Subyek I........................ 90
Tabel 4.6 Rencana Asuhan Keperawatan Subyek II...................... 94
Tabel 4.7 Implementasi Dan Evaluasi Subyek I............................. 98
Tabel 4.8 Imlementasi Dan Evaluasi Subyek II............................. 108
Tabel 4.9 Skoring Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Intervensi
Terapi Bekam Pada Subyek I…………………………. 119
Tabel 4.10 Nilai Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Terapi Bekam Pada Subyek I……………. 120
Tabel 4.11 Skoring Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Dengan Terapi Bekam Pada Subyek I…… 121
Tabel 4.12 Skoring Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Intervensi
Terapi Bekam Pada Subyek II………………………. 122
Tabel 4.13 Nilai Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Terapi Bekam Pada Subyek II……………. 123
Tabel 4.14 Skoring Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan
Intervensi Dengan Terapi Bekam Pada Subyek II…… 124

xviii
21

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 WOC Hipertensi ......................................................... 19


Bagan 2.2 Kerangka Konsep ....................................................... 61

xix
22

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian Pendidikan

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian Karya Tulis Ilmiah di Panti

Tresna Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau

Lampiran 3 Lembar konsul pembimbing

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Menjadi Responden

Lampiran 5 Lembar Ceklis Sebelum dan Sesudah Terapi Bekam

Lampiran 6 Standar Operasional Prosedur Terapi Bekam

Lampiran 7 Format Pengkajian Gerontik

xx
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hipertensi adalah penyakit yang makin banyak dijumpai di Indonesia,

terutama di kota-kota besar. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah

yang melebihi tekanan darah normal seperti apa yang telah disepakati

oleh para ahli yaitu lebih dari atau sama dengan 140/90 mmHg (Sudoyo,

2010).

Hipertensi menjadi penyebab kematian. Data statistic WHO (World

Health Organization) melaporkan hingga tahun 2014 terdapat satu milyar

orang di dunia menderita hipertensi dan diperkirakan sekitar 7,5 juta orang

atau 12,8% kematian dari seluruh total kematian yang disebabkan oleh

penyakit ini, tercatat 45% kematian akibat jantung koroner dan 51%

akibat stroke yang juga disebabkan oleh hipertensi (WHO, 2014).

Menurut American Heart Association (2014) tercatat sekitar 77,9 juta

orang di Amerika Serikat dengan perbandingan 1 dari 3 orang dewasa

menderita hipertensi. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat pada tahun

2030 sekitar 83,2 juta orang atau 7,2%. Sementara itu menurut National

Health and Nutrition Examination Survey (NHNES), di Amerika orang

dewasa dengan dengan hipertensi pada tahun 2010-2012 tercatat sekitar

39-51%, hal ini menunjukkan terjadi peningkatan sekitar15 juta orang

dari total 58-65 juga penderita hipertensi (Triyanto, 2014).

Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 prevalensi

hipertensi di Indonesia berdasarkan umur ≥18 tahun sebesar 10.57 %

1
2

dengan diagnosis dari cakupan tenaga kesehatan hanya 36,8%, dan

sebagian besar kasus hipertensi di masyarakat tidak terdiagnosis yaitu

sebesar 63,2% (Balitbangkes Kemenkes RI, 2018). Prevalensi tertinggi

hipertensi pada umur ≥18 tahun terletak di Provinsi Sulawesi Utara

(13.21%), Yogyakarta (10,68%), Kalimantan Timur (10.57%), Kalimantan

Utara (10.46%) dan Jakarta (10.17%).(Balitbangkes Kemenkes RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Sumatera Selatan dari tahun ke tahun

cenderung meningkat yang menunjukan angka 6,3% - 9,1% ini merupakan

masalah kesehatan yang sangat penting yang dikenal sebagai penyakit

yang memendek umur (Dinkes Sumsel, 2015). Dari data yang didapat di

Dinas Kesehatan Kota Lubuklinggau pada tahun 2017 diketahui bahwa

jumlah penderita hipertensi adalah 3.945 orang. Dari data awal yang

diambil penulis di Panti Werdha Kota Lubuklinggau tahun 2016 berjumlah

10 orang, tahun 2017 berjumlah 12 dan tahun 2018 berjumlah 11 orang.

Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan

pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplay oksigen dan nutrisi yang

dibawa oleh darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang

mengakibatkan jantung harus bekerja lebih keras. Bila kondisi tersebut

berlangsung lama dan menetap akan menimbulkan gejala penyakit

hipertensi (Sulastri, 2014).

Banyak faktor yang berperan untuk terjadinya hipertensi meliputi faktor

risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor) dan faktor risiko yang dapat

dikendalikan (minor). Faktor risiko yang tidak dapat dikendalikan (mayor)

seperti keturunan, jenis kelamin, ras dan umur. Sedangkan faktor risiko
3

yang dapat dikendalikan (minor) yaitu olahraga, makanan (kebiasaan

makan garam), alkohol, stres, kelebihan berat badan (obesitas), kehamilan

dan penggunaan pil kontrasepsi dan merokok (Pajario, 2013).

Ada kalanya hipertensi tidak menimbulkan gejala, tergantung dari

tinggi rendahnya tekanan sistole dan diastole. Hipertensi menjadi masalah

kesehatan yang serius, karena jika tidak terkendali akan berkembang dan

menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Sebagaimana diketahui bahwa

penyakit hipertensi yang tidak terkontrol dengan baik dapat meningkatkan

terjadinya penyakit kardiovaskuler yang lain yang lebih mengancam jiwa

penderitanya. Stoke dan penyakit jantung koroner adalah contoh yang

paling umum dari penyakit kardiovaskuler tersebut. Kedua penyakit

tersebut membutuhkan terapi farmakologi dengan mengunakan obat-

obatan untuk mengobatinya. Namun demikian, pengobatan ini

membutuhkan proses pengobatan dalam jangka waktu yang lama.

Keberhasilan pengobatan hipertensi dapat tercapai jika penderita tersebut

menjalani proses pengobatan dengan patuh. Artinya, pasien tersebut

dituntut untuk berkonsultasi kepada dokter, menjalankan program diet,

rajin berolah raga, tidak merokok, tidak alkoholisme, serta meminum obat-

obat yang diresepkan dengan teratur (Rohaendi, 2008 ).

Dari beberapa data di atas, menunjukan bahwa angka kejadian

hipertensi masih tinggi. Oleh karena itu, tindakan pencegahan maupun

penanganan sangat penting segera dilakukan untuk menghindari

peningkatan penderita hipertensi di dunia terutama di Indonesia.


4

Lansia ditandai dengan penurunan fungsi tubuh, sehingga menjadikan

lansia beresiko tinggi terjadi hipertensi. Hipertensi adalah kondisi

peningkatan tekanan darah secara konsisten pada ≥140 / 90 mmHg.

Pengobatan hipertensi dapat dilakukan secara farmakologi &

nonfarmakologi. Salah satu terapi nonfarmakologi yang dapat digunakan

untuk penanganan hipertensi adalah dengan menggunakan terapi bekam.

Dalam mencegah komplikasi, maka penanganan untuk hipertensi

dapat dilakukan secara pengobatan farmakologis, pengobatan

nonfarmakologis, maupun pengobatan komplementer. Akhir-akhir ini

banyak orang menyukai pengobatan komplementer, beberapa alasan

diantaranya: biayanya terjangkau, tidak tidak menggunakan bahan-bahan

kimia dan efek penyembuhan cukup signifikan dan salah satu

pengobatan komplementer yang dapat menangani hipertensi yaitu terapi

bekam (Umar, 2008).

Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif dan kronik dan

memberikan dampak secara holistik baik fisik, psikologis, sosial, ekonomi

dan spiritual sehingga akan menyebabkan dalam memenuhi kebutuhan

hidup dasarnya mengalami gangguan. Penderita hipertensi umumnya

memiliki keluhan pusing, mudah marah, sukar tidur, sesak nafas, mudah

lelah dan keluhan lainnya. Adanya kelemahan atau keterbatasan

kemampuan dan keluhan lain akibat hipertensi tersebut, penderita akan

mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhannya baik kebutuhan

fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan

aktualisasi diri.(Maslow Dalam Asmadi, 2010).


5

Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan sebuah kondisi medis

dimana orang yang tekanan darahnya meningkat diatas normal yaitu

140/90 mmHg dan dapat mengalami resiko kesakitan (morbiditas) bahkan

kematian (mortalitas), tanda dan gejala dari hipertensi salah satunya adalah

gangguan rasa nyaman. Pasien dengan hipertensi akan mengalami tanda

dan gejala gangguan rasa nyaman, gangguan rasa nyaman adalah perasaan

kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik, psikospiritual,

lingkungan dan sosial. Akibat yang akan ditimbulkan adalah mual,

kebingungan, kelelahan, sulit tidur. Apabila tidak segera diatasi maka akan

menyebabkan pembuluh darah yang menyempit dan menyebabkan

terhambatnya jaringan sel otak (Rusdi & Isnawati, 2010).

Bekam adalah suatu ungkapan yang dikenal oleh bangsa Indonesia

seperti canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan lainnya. Bekam

merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata al- hijmu berarti menghisap

atau menyedot (Yasin, 2005). Terapi bekam atau hijamah dapat diartikan

sebagai metode penyembuhan dengan mengeluarkan zat toksin yang

tidak terekskresikan oleh tubuh melalui permukaan kulit dengan cara

melukai permukaan kulit dengan jarum dilanjutkan dengan penghisapan

menggunakan piranti kop (cup) yang divakumkan (Majid, 2009).

Menurut Umar (2014) dalam bukunya “Sembuh dengan Satu Titik”

mengatakan, bekam adalah metode pengobatan dengan metode tabung

atau gelas yang ditelungkupkan pada permukaan kulit agar menimbulkan

bendungan lokal. Terjadinya bendungan lokal disebabkan tekanan negatif

dalam tabung yang sebelumnya benda-benda dibakar dan dimasukan


6

kedalam tabung agar terjadi pengumpulan darah lokal. Kemudian darah

yang telah berkumpul dikeluarkan dari kulit dengan dihisap (Ridho, 2014).

Bekam sudah dikenal sejak zaman dulu, yaitu Kerajaan Sumeria,

kemudian terus berkembang sampai Babilonia, Mesir kuno, Saba, dan

Persia. Pada zaman Nabi Muhammad, beliau menggunakan tanduk kerbau

atau sapi, tulang unta, gading gajah. Pada zaman Cina kuno mereka

menyebut hijamah sebagai “perawatan tanduk” karena tanduk

menggantikan kaca. Pada kurun abad ke-18 (abad ke-13 Hijriyah), orang-

orang di Eropa menggunakan lintah sebagai alat untuk hijamah. Kini

pengobatan ini dimodifikasi dengan sempurna dan mudah pemakaiannya

sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah dengan menggunakan suatu alat yang

praktis dan efektif.

Pada saat ini di negeri-negeri barat (Eropa dan Amerika) melalui

penelitian ilmiah, serius dan terus-menerus menyimpulkan fakta-fakta

ilmiah bagaimana keajaiban bekam sehingga mampu menyembuhkan

berbagai penyakit secara lebih aman dan efektif dibandingkan metode

kedokteran modern. Sehingga bekam mereka terapkan dalam kehidupan

sehari-hari dan bermuncullah ahli bekam serta klinik bekam di kota-kota

besar di Amerika dan Eropa. Bahkan pada tahun-tahun terakhir ini

pengobatan dengan bekam telah dipelajari dalam kurikulum fakultas

kedokteran di Amerika, walaupun mereka tidak pernah mau mengikuti

bahwa bekam adalah warisan Rasulullah SAW, dokter terbaik sepanjang

zaman (Kasmui, 2013).


7

Hasil penelitian modern dari para ahli telah mendapatkan bukti bahwa

manfaat bekam ternyata hanya mengambil bagian darah rusak saja yaitu

sel-sel darah merah yang abnormal, sampah keratin dan lain-lain,

sedangkan sel darah yang masih sehat tetap di dalam tubuh. Beberapa

penyakit sudah berhasil diatasi melalui manfaat bekam antara lain :

kolesterol tinggi, asam urat, diabetes mellitus, gangguan jantung,

hipertensi, stroke, kelumpuhan, penurunan fungsi saraf, autis, narkoba, dan

lain – lain (Majid, 2013).

Terapi bekam ini dianjurkan dilakukan selama 4 menit pada setiap titik

dan di ulang sebanyak 3 kali. Alasannya adalah setiap menit jumlah

denyut jantung berkisar antara 50-170, jika diambil rata-rata 100 kali,

waktu pembekaman 4 menit telah memadai untuk mengeluarkan darah

kotor yang lewat area pembekaman yaitu sebanyak 400 kali lewatan darah,

dan jika tindakan ini di ulang sebanyak 3 kali maka jumlah pengeluaran

darah kotor yang lewat area pengekopanan yaitu sebanyak 1200 lewatan

darah (Majid, 2013) dan terapi bekam ini akan menunjukkan hasil jika

dilakukan selama 3 kali berturut-turut dalam waktu 2 mingggu atau sekitar

5 hari sekali (Saifudin Hakim, 2013).

Berdasarkan latar belakang diatas maka penelis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pemberian Terapi Bekam Untuk

Mengatasi Gangguan Rasa Nyaman Pada Klien Dengan Hipertensi Di

Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau Tahun 2019”.


8

1.2 Rumusan Masalah

Bekam adalah suatu ungkapan yang dikenal oleh bangsa Indonesia

seperti canduk, canthuk, kop, cupping, mambakan dan lainnya. Bekam

merupakan terjemahan dari hijamah, dari kata al- hijmu berarti

menghisap atau menyedot. Terapi bekam atau hijamah dapat diartikan

sebagai metode penyembuhan dengan mengeluarkan zat toksin yang

tidak terekskresikan oleh tubuh melalui permukaan kulit dengan cara

melukai permukaan kulit dengan jarum dilanjutkan dengan penghisapan

menggunakan piranti kop (cup) yang divakumkan).

Berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalahnya adalah

”Bagaimanakah Pemberian Terapi Bekam Dalam Mengatasi Gangguan

Rasa Nyaman Pada Klien Dengan Hipertensi Di Panti Werdha Budi Luhur

Kota Lubuklinggau Tahun 2019?”

1.3 Tujuan Penulisan

1.2.1 Tujuan Umum

Mengetahui asuhan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi

gangguan rasa nyaman pada klien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur

Kota Lubuklinggau.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Diketahui pengkajian pasien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur

Kota Lubuklinggau tahun 2019

2. Diketahui rumusan diagnose keperawatan pada pasien hipertensi di

Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019


9

3. Diketahui rencana keperawatan pada pasien hipertensi di Panti Werdha

Budi Luhur Kota Lubuklinggau tahun 2019

4. Diketahui pelaksanaan intervensi keperawatan khususnya pemberian

terapi bekam pada pasien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur Kota

Lubuklinggau tahun 2019

5. Mengetahui evaluasi keperawatan khususnya pemberian terapi bekam

pada pasien hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau

tahun 2019

1.4 Manfaat Penulisan

1.4.1 Bagi Penulis

Sebagai sarana untuk mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang di dapat

selama perkuliahan khususnya di bidang keperawatan pada pasien dengan

Hipertensi

1.4.2 Bagi Panti Werdha Budi Luhur Lubuklinggau

Hasil karya tulis ilmiah ini dapat digunakan sebagai tambahan referensi

karya ilmiah yang bertujuan untuk mengembangkan ilmu kesehatan

khususnya dibidang keperawatan. Agar dapat meningkatkan kualitas

asuhan keperawatan, khususnya pada pasien hipertensi.

1.5 Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi serta dapat

menambah kepustakaan dan wawasan pengetahuan di Politeknik

Kesehatan Palembang Prodi Keperawatan Lubuklinggau.


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Konsep Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah adalah suatu peningkatan abnormal

tekanan darah dalam pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih

dari suatu periode.Hal ini terjadi bila arteriole-arteriole

konstriksi.Konstriksi arteriole membuat darah sulit mengalir dan

meningkatkan tekanan melawan dinding arteri.Hipertensi menambah

beban kerja jantung dan arteri yang bila berlanjut dapat menimbulkan

kerusakan jantung dan pembuluh darah (Wajan, 2010).

Hipertensi juga didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140

mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg yang terjadi pada

seseorang klien pada tiga kejadian terpisah.Menurut WHO batasan

tekanan darah yang masih dianggap normal adalah 140/90 mmHg,

sedangkan tekanan darah ≥160/95mmHg dinyatakan sebagai

hipertensi.Tekanan diantara normotensi dan hipertensi disebut borderline

hypertension (Garis Batas Hipertensi). Batasan WHO tersebut tidak

membedakan usia dan jenis kelamin (Wajan, 2010).

Hipertensi merupakan keadaan ketika tekanan darah sistolik lebih

dari 120 mmHg dan tekanan diastolic lebih dari 80 mmHg.Hipertensi

sering menyebabkan perubahan pada pembuluh darah yang dapat

mengakibatkan semakin tingginya tekanan darah.Pengobatan awal pada

hipertensi sangatlah penting karena dapat mencegah timbulnya komplikasi

pada beberapa organ tubuh seperti jantung, ginjal, dan otak. Penyelidikan

10
11

epidemiologis membuktikan bahwa tingginya tekanandarah berhubungan

erat dengan morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular (Muttaqin,

2014).

2.1.2 Klasifikasi Hipertensi

1) Klasifikasi berdasarkan Etiologi

a. Hipertensi Esensial (Primer)

Merupakan 90% dari kasus penderita hipertensi.Dimana sampai saat

ini belum diketahui penyebabnya secara pasti. Beberapa factor yang

berpe ngaruh dalam terjadinya hipertensi esensial, seperti :factor

genetic, stress, dan psikologis, serta factor lingkungan dan diet

(peningkatan penggunaan garam dan berkurangnya asupan kalium

atau kalsium).Peningkatan tekanan darah tidak jarang merupakan

satu- satunya tanda hipertensi primer.Umumnya gejala baru terlihat

setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak

dan jantung.

b. Hipertensi sekunder

Pada hipertensi sekunder, penyebab dan patofisiologi dapat diketahui

dengan jelas sehingga lebih mudah untuk dikendalikan dengan obat-

obatan. Penyebab hipertensi sekunder berupa kelainan ginjal seperti

tumor, diabetes, resistensi insulin, hipertiroidisme, pemakaian obat-

obatan seperti kontrasepsi oral dan kortikosteroid (Andra, 2013).

2) Klasifikasi berdasarkan derajat hipertensi

a.Menurut European Society of Cardiology :


12

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

Kategori Tekanan Sistolik Tekanan


(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal < 120 Dan <80
Normal 120-129 Dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 Dan/atau 85-89
Hipertensi derajat 140-159 Dan/atau 90-99
I
Hipertensi derajat 160-179 Dan/atau 100-109
II
Hipertensi derajat ≥180 Dan/atau ≥110
III
Hipertensi ≥190 Dan <90
Sistolik terisolasi
sumber: ESC,2007.

b. Menurut JNC VII

Tabel 2.2
Klasifikasi Hipertensi

Sistolik Diastolik
Normotensi <130 <80
Pre hipertensi 130-140 80-90
Hipertensi tahap I 140-160 90-100
Hipertensi tahap II >160 >100
sumber: ESC,2007.

2.1.3 Etiologi (Wajan, 2010).

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui.Namun,

sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait.Defek awal

diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh

ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan


13

genetic dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium

dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan surah jantung.

Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah

melalui kontriksi atau peningkatan tahan perifer.Tekanan darah tinggi

adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian

dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik

peningkatan tahanan perifer (Wajan, 2010).

Etiologi hipertensi sekunder pada umumnya diketahui. Berikut ini

beberapa kondisi yang menjadi penyebab terjadinya hipertensi

sekunder:

a. Penggunaan kontrasepsi hormonal(estrogen)

Oral kontrasepsi yang berisi estrogen dapat menyebabkan

hipertensi melalui mekanisme renin-aldosteron-mediated volume

expansion.Dengan penghentian oral kontrasepsi, tekanan darah normal

kembali setelah beberapa bulan.

b. Penyakit parenkin dan vaskular ginjal

Merupakan penyebab utama hipertensi sekunder.Hipertensi

renovaskular berhubungandengan penyempitan satu atau lebih arteri besar

yang secara langsung membawa darah keginjal. Sekitar 90% lesi arteri

renal pada klien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau

fibrous dysplasia (pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit

parenkim ginjal terkait dengan infeksi, inflamasi, dan perubahan struktur,

serta fungsi ginjal.


14

c. Gangguan endokrin

Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat

menyebabkan hipertensi sekunder. Adrenal-mediated hypertension

disebabkan kelebihan primer aldosteron, kortisol, dan katekolamin. Pada

aldosteronisme primer, kelebihan aldosteron menyebabkan hipertensi dan

hipokalemia. Aldosteronisme primer biasanya timbul dari benign adenoma

korteks adrenal. Pheochromocytomas pada medula adrenal yan paling

umum dan meningkatkan sekresi katekolamin yang berlebihan. Pada

Sindrom Cushing, kelebihan glukokortikoid yang diekskresi dari korteks

adrenal. Sindrom Cushing’s munkin disebabkan oleh hyperplasia

adrenokortikal atau adenoma adrenokortikal.

d. Merupakan penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi

beberapa tingkat pada aorta torasik atau aorta abdominal. Penyempitan

menghambat aliran darah melalui lengkung aorta dan mengakibatkan

peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

e. Neurogenik :tumor otak, encephalitis, dan gangguan psikiatrik.

f. Kehamilan.

g. Luka bakar.

h. Peningkatan volume intravaskular.

i. Merokok

Nikotin dalam rokokmerangsang pelepasan katekolamin.Peningkatan

katekolamin menyebabkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut

jantung, dan menyebabkan vasokontriksi, yang mana pada akhirnya

meningkatkan tekanan darah (Wajan, 2010).


15

2.1.4 Patofisiologi (Kartika, 2013).

A. Pengetahuan patofisiologi hipertensi essensial sampai sekarang terus

berkembang, karena belum terdapat jawaban yang memuaskan yang

menerangkan terjadinya peningkatan tekanan darah. Tekanan darah

dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Beberapa faktor

yang mempengaruhi peningkatan TD pada hipertensi essensial yaitu

factor genetik, aktivitas tonus simpatis, faktor hemodinamik,

metabolism Na dalam ginjal, gangguan mekanisme pompa sodium Na

(sodium pump) dan faktor renin, angiotensis, aldosteron. Patofisiologi

disini lebih mengacu pada penyebabnya.

a. Faktorgenetik, dibuktikan dengan banyak dijumpai padapenderita

kembar monozigot apabila salah satunya menderita hipertensi.

b. Peningkatan aktivitas tonus simpatis, pada tahap awal hipertensi curah

jantung meningkat, tahanan perifer normal, pada tahap selanjutnya

curah jantung normal, tahanan perifer meningkat dan terjadilah reflex

auto-regulasi yaitu mekanisme tubuh untuk mempertahankan keadaan

hemodinamik yan normal.

c. Pergeseran cairan kapiler antara sirkulasi dan intestinal dikontrol oleh

hormom seperti angiotensin (vasopresin) termasuk system kontrol

yang bereaksi cepat, sedangkan system control yang bereaksi cepat,

sedangkan system control yang mempertahankan TD jangka panjang

diatur oleh cairan tubuh yang melibatkan ginjal.

d. Pengaruh asupan garam terjadi melalui peningkatan volume

plasma, curah jantung dan TD, keadaan ini akan diikuti oleh
16

peniingkatan eksresi kelebihan garam sehingga kembali ke keadaan

hemodinamik yang normal.

e. Sistemrenin, angiotensin dan aldosteron. Renin distimulasi oleh saraf

simpatis yang berperan pada proses konversi angiotensin I menjadi

angio-tensin II yang berefek vasokontriksi. Dengan angio- tensin II

sekresi aldosteron akan meningkat dan menyebabkan retensi Na dan

air (Kartika, 2013).

2.1.5 Manisfestasi Klinis (Ratna, 2010).

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan

gejala meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan

dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal

sesungguhnya tidak).Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala,

perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan, dan kelelahan, yang

bisa saja terjadi, baik pada penderita hipertensi mau pun pada seseorang

dengan tekanan darah yang normal.Jika hipertensinya berat atau

menahun dan tidak diobati maka dapat menimbulkan gejala sebagai

berikut:

a. Sakit kepala

b. Kelelahan

c. Mual

d. Muntah

e. Sesak napas

f. Gelisah
17

g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan

pada otak, mata, jantung, dan ginjal.

Terkadang penderita hipertensi berat mengalami penurunan

kesadaran dan bahkan koma karena terjadi pembengkakan otak.

Keadaan ini disebut ensefalopati hipertensif, yang memerlukan

penanganan segera (Ratna, 2010).

2.1.6 Komplikasi (Andra,2013).

Tekanan darah tinggi apabila tidak diobati dan di tanggulangi,

maka dalam jangka panjang akan menyebabkan kerusakan arteri di dalam

tubuh sampai organ yang mendapat suplai darah dari arteri tersebut.

Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ sebagai berikut:

a. Jantung

Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung

dan penyakit jantung koroner. Pada penderita ipertensi, bebab kerja

jantung akan meningkat,otot jantung akan mengendor dan berkurang

elastisitasnya, yang disebut dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak

mampu lagi memompa sehingga banyak cairan tertahan di paru maupun

jaringan tubuh lain yang dapat menyebabkan sesak napas atau oedema.

Kondisi ini disebut gagal jantung.

b. Otak

Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke,

apabila tidak diobati risiko stroke 7 kali lebih besar.


18

c. Ginjal

Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal, tekanan

darah tinggi bukan kerusakan system penyaringan didalam ginjal

akibatnya lambat laun ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak

dibutuhkan tubuh yang masuk melalui aliran darah dan terjadi

penumpukan di dalam tubuh

d. Mata

Pada mata hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati

hipertensi dan dapat menimbulkan kebutaan (Andra,2013).


19

2.1.7 WOC Hipertensi

Beban Kerja Jantung meningkat


Faktor presdiposisi : usia , jenis kelamin , merokok ,
setres , kurang olahraga , genetik , alkohol ,
konsentrasi garam , obesitas .

Kerusakan Vaskuler HIPERTENSI Tekanan Sistemik darah


pembuluh darah

Defisit Ganggu Rasa


Perubahan Struktur pengetahuan Perubahan Situasi Nyaman

Penyumbatan Informasi yang Gangguan


Pembuluh darah minim Pola tidur

Resistensi Pembuluh Darah otak Nyeri Kepala


Vasokantraksi

Gangguan Sirkulasi Otak Suplai O2 ke Otak Resiko


Ketidakefektifan
Perfusi Jaringan

Ginjal Retina Pembuluh Darah

2 Spasme Arteriol
Vasokontraksi
3 Pembulh darah Sistemik Koroner
ginjal
Resiko Jatuh
Iskemia
Vasokontraksi
Miokard
Blood Flow
Darah Penurunan Curah
Afterload
Jantung Nyeri
Respon RAA
Kelebihan Fatigue
Merangsang Volume Cairan
Aldostetron Intoleransi Aktivitas

Retensi Na Edema Sumber : Huda & Kusuma 2015


20

2.1.8 Pemeriksaan Diagnostik

1) Hitung darah lengkap (Complete Blood cells Count)

Meliputi pemeriksaan hemoglobin, hematokrit untuk menilai viskositas

dan indicator factor risiko seperti hiperkoagulabilitas, anemia.

2) Kimia darah.

a. BUN, kreatinin: peningkatan kadar menandakan penurunan perfusi

atau faal renal.

b. Serumglukosa: hiperglisemia(diabetes mellitus adalah presipitator

hipertensi) akibat dari peningkatan kadar katekolamin,

c. Kadar kolesterol atau trigliserida: peningkatan kadar

mengindikasikan predisposisi pembentukan plaque atheromatus.

d. Kadar serum aldosteron : menilai adanya aldesteronisme primer.

e. Studi tiroid(T3 dan T4): menilai adanya hipertiroidisme yang

berkontribusi terhadap vasokontriksi dan hipertensi.

f. Asam urat: hiperuricemia merupakan implikasi factor risiko

hipertensi.

3) Elektrolit

a. Serum potasium atau kalium (hipokalemia mengindikasikan

adanya aldoseronisme atau efek samping terapi diuretik).

b. Serum kalsium bila meningkat berkontribusi terhadap hipertensi.

4) Urine

a. Analisis urine adanya darah, protein, glukosa dalam urine

mengindikasikan disfungsi renal atau diabetes.


21

b. Urine VMA(catecholamine metabolite): penin gkatan kadar

mengindikasikan adanya pheochromacytoma.

c. Steroid urine: peningkatan kadar mengindikasikan

hiperadrenalisme, pheochromacytoma, disfungsi pituitary, Sindrom

Cushing’s; kadar renin juga meningkat.

5) Radiologi

a. Intra Venous Pyelografi (IVP): mengidentifikasi penyebab

hipertensi seperti renal pharen chymal disease, urolithiasis, benign

prostate hyperplasia (BPH).

b. Rontgen toraks: menilai adanya klasifikasi obstruktif katup

jantung, deposit kalsium pada aorta, dan pembesaran jantung.

6) EKG: menilai adanyahipertrofi miokard, pola strain, gangguan

konduksi atau disritmia.

2.1.9 Penatalaksanaan Medis

Tujuan penatalaksanaan medis pada klien dengan hipertensi adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai

dan mempertahankan tekanan darah tinggi di bawah 140/90

mmHg.Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,

komplikasi, biaya perawatan, dan kualitas hidup sehubungan dengan

terapi.

a. Modifikasi gaya hidup

Beberapa penelitian menunjukan pendekatan nonfarmakologi yang

dapat mengurangi hipertensi adalah sebagai berikut.


22

a) Teknik-teknik mengurangi stres.

b) Penurunan berat badan

c) Pembatasan alcohol,natrium, dan tembakau.

d) Olahraga/latihan (meningkatkan lipoprotein berdensitas tinggi).

e) Relaksasimerupakanintervensiwajibyangharusdilakukanpada setiap

terapi antihipertensi.

Klien dengan hipertensi ringan yang berada dalam risiko tinggi

(pria,perokok) atau bila tekanan darah diastoliknya menetap diatas 85

aau 95 mmHg dan sistoliknya diatas 130 sampai 139 mmHg, perlu

dimulai terapi obat-obatan (Muttaqin, 2014).

b. Terapi Farmakologis

Obat-obat antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau

dicampur dengan obat lain, obat-obatan ini diklasifikasikan menjadi

lima kategori, yaitu:

a) Diuretik

b) Menekan simpatetik (simpatolitik)

c) Vasodilator arteriol yang bekerja langsung

d) Antagonis angiotensin (ACE inhibitor)

e) Penghambat saluran kalsium (blocker calcium antagonis).

c. Diuretik

Hidroklorotiazid adalah diuretik yang paling sering diresepkan untuk

mengobati hipertensi ringan.Hidroklorotiazid dapat diberikan sendiri

pada klien dengan hipertensi ringan atau klien yang baru.Banyak obat
23

antihipertensi dapat menyebabkan rentensi cairan;karena itu, sering

kali diuretik diberi bersama antihipertensi.

d. Simpatolitik

Penghambat (adrenergic bekerja di sentral simpatolitik), penghambat

adrenergic alfa, dan penghambat neuron adrenergic diklasifikasikan

sebagai penekan simpateik, atau simpatolitik penghambat adrenergic

beta, dibahas sebelumnya, juga dianggap sebagai simpatolitik dan

menghambat reseptor beta.

e. Penghambat Adrenergik-Alfa

Golongan obat ini memblok reseptor adrenergic alfa 1, menyebabkan

vasodilatasi dan penurunan tekanan darah. Penghambat beta juga

menurunkan lipoprotein berdensitas sangat rendah (very low-density

lipoprotein- VLDL) dan lipoprotein berdensitas rendah (low-density

lipoproteins-LDL) yang bertanggung jawab dalam penimbunan lemak

di arteri (arteriosklerosis)

f. Penghambat Neuron Adrenergik (Simpatolitik yang bekerja Perifer)

Penghambatneuronadrenergicmerupakanobatantihipertensi

yangkuatyangmenghambatnorepinefrindariujungsarafsimpatis,sehingga

pelepasan norepinefrin menjadi berkurang dan ini menyebabkan baik

curah jantung maupun tahanan vascular perifer menurun. Reserpin dan

guanetidin (dua obat yang paling kuat) dipakai untuk mengendalikan

hipertensi berat. Hipotensi ortostatik merupakan efek samping yang

sering terjadi klien harus dinasihatkan untuk bangkit perlahan-lahan

dari posisi berbaring atau dari posisi duduk. Obat-obat dalam kelompok
24

g. Vasodilator Arteriol yang Bekerja Langsung

Vasodilator yang bekerja langsung adalah obat tahap III yang bekerja

dengan merelaksasikan otot-otot polos pembuluh dara, terutama arteri,

sehingga menyebabkan vasodilatasi. Dengan terjadinya vasodilatasi,

tekanan darah akan turun dan natrium serta air tertahan, sehingga terjadi

edema perifer. Diuretik dapat diberikan bersama-sama dengan

vasodilator yang bekerja langsung untuk mengurangi edema.Refleks

takikardia desebabkan oleh vasodilatasi dan menurunnya tekanan darah.

h. Antagonis Angiotensin (ACE Inhibitor)

Obat dalam golongan ini menghambat enzim pengubah angiotensin

(ACE), yang nantinya akan menghambat pembentukan angiotensin II

(vasokonstriktor) dan menghambat pelepasan aldosteron. Aldostero

meningkatkan retensi natrium dan ekskresi kalium. Jika aldosteron

dihambat, natrium dieksresikan bersam-sama dengan air. Kaptopril,

enalapril, dan lisinopril adalah ketiga antagonis angiotensin. Obat-obat

ini dipakai pada klien dengan kadar renin serum yang tinggi

(Muttaqin,2014)
25

2.1.10 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hipertensi

Menurut Susi (2014), faktor-faktor yang mempengaruhi hipertensi:

a. Jenis Kelamin

Pria pada umumnya lebih mudah terserang hipertensi dibandingkan

dengan wanita.Hal ini mungkin disebabkan kaum pria lebih banyak

mempunyai faktor yang mendorong terjadinya hipertensi seperti stres,

kelelahan dan lain sebagainya.

b. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi

orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi

dari orang yang berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus

ditangani secara khusus. Hal ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan

hati mulai menurun, oleh karena itu dosis obat yang diberikan harus

benar-benar tepat.

c. Keturunan

Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan

lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah

penderita hipertensi.

d. Lingkungan

Faktor lingkungan seperti stress, kegemukan (obesitas) dan kurang gerak

olahraga juga berpengaruh terhadap timbulnya hipertensi esensial.

Apabila stress berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah tetap

tinggi.
26

e. Perubahan pola makan

Dengan semakin meningkatnya pendapatan seseorang biasanya akan

mengubah gaya hidupnya kebarat-baratan. Pola makan lama masyarakat

yang cukup baik, yakni tinggi konsumsi sugar dan karbohidrat, kini

bergeser ke arah pola makan kebarat-baratan yakni tinggi protein dan

lemak.

2.2 Konsep Tekanan Darah

2.2.1 Pengertian

Tekanan darah merupakan salah satu parameter hemodinamik yang

sederhana dan mudah dilakukan pengukurannya. Tekanan darah

menggambarkan situasi hemodinamik seseorang saat itu. Hemodinamik

adalah suatu keadaan dimana tekanan dan aliran darah dapat

mempertahankan perfusi atau pertukaran zat dijaringan (Muttaqin,2012).

Tekanan darah diukur dalam satuan milimeter mercury (mmHg) dan

direkam dalam dua angka, yaitu tekanan sistolik (ketika jantung berdetak)

terhadap tekanan diastolic (ketika jantung relaksasi). Tekanan darah

sistolik merupakan jumlah tekanan terhadap dinding arteri setiap waktu

jantung berkontraksi atau menekan darah keluar dari jantung. Tekanan

diastolik merupakan jumlah tekanan dalam arteri sewaktu jantung

beristirahat. Jumlah tekanan dalam system penting untuk mempertahankan

pembuluh darah tetap terbuka (LeMone dan Burke, 2013).


27

2.2.2 Regulasi Tekanan Darah

Muttaqin (2012) mengatakan faktor utamayang mempengaruhi tekanan

darah adalah curah jantung, tekanan pembuluh darah perifer dan volume

atau aliran darah. Faktor-faktor yang meregulasi (mengatur) tekanan darah

bekerja untuk periode jangka pendek dan jangka panjang. Regulasi

tekanan darah dibagi menjadi:

1) Regulasi Jangka Pendek terhadap Tekanan Darah

Regulasi jangka pendek ini diatur oleh:

a. Sistem Persarafan

Sistem persarafan mengontrol tekanan darah dengan mempengaruhi

tahanan pembuluh perifer

b. Peranan Pusat Vasomotor

Pusat vasomotor yang mempengaruhi diameter pembuluh darah

adalah pusat vasomotor yang merupakan kumpulan serabut saraf

simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis menyebabkan vasokontriksi

menyeluruh dan meningkatkan tekanan darah.

c. Refleks Baroreseptor

Refleks baroresptor merupakan reflek paling utama dalam

menentukan control regulasi dan denyut jantung dan tekanan darah

d. Refleks Kemoreseptor

Apabila kandungan oksigen atau pHdarah turun atau kadar

karbondioksida dalam darah meningkat, maka kemoreseptor yang

akan diarkus aorta dan pembuluh- pembuluh besar dileher mengirim

impuls ke pusat vasomotor dan terjadilah vasokontriksi yang


28

membantu mempercepat darah kembali ke jantung dan keparu

(Muttaqin,2012).

e. Pengaruh Pusat Otak Tertinggi

Reflekyang meregulasi tekanan darah diintegrasikan pada batang

otak (medula)dengan memodifikasi tekanan darah arteri

melaluipenyaluran kepusat medularis (Heather,et, al, 2013).

f. Kontrol Kimia

Kadar oksigen dan karbondioksida membantu meregulasi tekanan

darah melalui reflex kemoreseptor, sejumlah kimia darah juga

mempengaruhi tekanan darah dengan bekerja langsung pada otot

polos atau pusat vasomotor (Muttaqin, 2012).

2.2.3 Faktor-faktoryang Mempengaruhi Tekanan Darah

Beberapa factor yang dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah

diantaranya:

1) Usia

2) Ras

3) Jenis Kelamin

4) Stress

5) Medikasi

6) Kemoreseptor

7) Olah raga

8) Zat vasoaktif

9) Natriu reticfactor satau Atrial Natriuretic Paptide


29

2.2.4 Pengukuran Tekanan Darah Non Invasif

Tekanan darah arteri dapat diukur baik secara langsung maupun tidak

langsung. Metode langsung menggunakan insersi kateter arteri dan metode

tidak langsung paling umum menggunakan sphigmanometer dan

stetoskop(Potter&Perry,2008). Manset yang dapat dikembangkan dipasang

melingkar pada lengan bagian atas (lebarnya minimal 40% dari lingkar

lengan) dibawah kontrol manometer, dipompa kira-kira 30mmHg diatas

nilai saat pulsasi radialis yang teraba menghilang. Stetoskop diletakkan

diatas arteri brakialis pada lipat siku, dibawah sisi manset, dan tekan

manset kemudian diturunkan perlahan-lahan (2-4 mmHg/detik).

Terjadinya bunyi pertama yang sinkron dengan nadi bunyi ketukan yang

jelas, (fase 1) korotkof adalah tekanan darah sistolik. Normalnya bunyi ini

awalnya lemah (fase 2) sebelum menjadi keras (fase 3) kemudian menjadi

redup pada (fase 4), dan seluruhnya menghilang pada (fase 5). Fase 5 ini

digunakan sebagai tekanan darah diastolic (Potter&Perry, 2013)

2.3 Lansia

2.3.1 Pengertian Lansia

Menurut Hidayat, usia lanjut adalah hal yang harus diterima

sebagai suatu kenyataan dan fenomena biologis. Kehidupan itu akan

diakhiri dengan proses penuaan yang berakhir dengan kematian

(Supraba, 2015). Menurut Hawari (2006) Usia lanjut merupakan

seorang laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih,

baik secara fisik masih berkemampuan (potensial) ataupun karena

sesuatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan
30

(tidak potensial). Dinegara-negara maju seperti Amerika Serikat usia

lanjut sering didefinisikan mereka yang telah menjalani siklus

kehidupan diatas usia 60 tahun (dalam Juwita, 2013).

Lansia adalah laki-laki atau perempuan yang berumur 60 tahun atau

lebih baik secara fisik masih berkemampuan maupun karena suatu hal

tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan atau tidak

potensial (Kemenkes, 2013).

Dalam UU NO 13 Tahun 1998 Tentang Kesejahteraan Lanjut Usia

Undang-undang ini yang dimaksud dengan :

1) Kesejahteraan adalah suatu tata kehidupan dan penghidupan sosial

baik material maupun spiritual yang diliputi oleh rasa keselamatan,

kesusilaan, dan ketenteraman lahir batin yang memungkinkan bagi

setiap warga Negara untuk mengadakan pemenuhan kebutuhan

jasmani, rohani, dan sosial yang sebaik-baiknya bagi diri, keluarga.

serta masyarakat dengan menjunjung tinggi hak dan kewajiban

asasi manusia sesuai dengan Pancasila.

2) Lanjut Usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam

puluh) tahun keatas.

3) Lanjut Usia Potensial adalah lanjut usia yang masih mampu

melakukan pekerjaan dan atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang dan/atau Jasa.

4) Lanjut Usia Tidak Potensial adalah lanjut usia yang tidak berdaya

mencari nafkah schingga hidupnya bergantung pada bantuan orang

lain.
31

5) Masyarakat adalah perorangan, keluarga, kelompok, dan organisasi

sosial dan atau organisasi kemasyarakatan.

6) Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari

suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya. atau ibu dan

anaknya beserta kakek dan/atau nenek.

7) Perlindungan Sosial adalah upaya Pemerintah dan/atau masyarakat

untuk memberikan kemudahan pelayanan bagi lanjut usia tidak

potensial agar dapat mewujudkan dan menikmati taraf hidup yang

wajar.

8) Bantuan Sosial adalah upaya pemberian bantuan yang bersifat tidak

tetap agar lanjut usia potensial dapat meningkatkan taraf

kesejahteraan sosialnya.

9) Pemeliharaan Taraf Kesejahteraan Sosial adalah upaya

perlindungan dan pelayanan yang bersifat terus-menerus agar lanjut

usiadapat rnewujudkan dan menikmati taraf hidup yang wajar.

10) Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial

yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan

ekonomis.

11) Pemberdayaan adalah setiap upaya meningkatkan kemampuan

fisik, mental spiritual. sosial, pengetahuan, dan keterampilan agar

para lanjut usia siap didayagunakan sesuai dengan kemampuan

masing-masing.

Dalam keputusan Menteri Sosial Nomor HUK.3-1-5/107

Tahun 1971, seseorang dapat dinyatakan sebagai orang jompo


32

setelah yang bersangkutan mencapai usia 55 tahun, tidak

mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk

keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah dari orang

lain (Demartoto, 2007)(dalam Juwita, 2013).

Proses menua adalah suatu proses menghilangnya secara

perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki

diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga

tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan

yang diderita. Proses menua merupakan proses yang terus menerus

(berlanjut) secara alamiah, dimulai sejak lahir dan umumnya di

alami oleh semua mahluk hidup. Proses menua setiap individu pada

organ tubuh juga tidak sama cepatnya, adakalanya orang belum

tergolong usia lanjut tetapi memiliki kekurangan yang mencolok

(Nugroho, 2013).

2.3.2 Definisi Menua

Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan

kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dengan

mempertahankan struktur dan fungsi normalnya, sehingga tidak bertahan

terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan yang

diderita (Darmojo, 2007) (dalam Azizah, 2011).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia ( WHO ), lanjut usia meliputi :

a. Usia pertengahan (Middle age) kelompok usia 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (Erderly) antara 60 – 70 tahun

c. Usia lanjut tua (Old) antara 75 – 90 tahun


33

d. Usia sangat tua(Very Old) diatas 90 tahun

Demartoto, 2007 (dalam Azizah, 2011) menjelaskan bahwa setiap

organisme yang hidup akan melewati serangkaian perubahan-perubahan

yang ditandai dengan perubahan perkembangan dan kematangan serta

pada akhirnya mengalami kepikunan. Istilah lain sebagai senesoence

adalah suatu perubahan perilaku pada organism yang terjadi karena

usia, yang mengarah kepada berkurangnya kekuatan untuk hidup dan

penyesuaian diri.

1) Batasan-batasan lanjut usia

a. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO).

Lansia meliputi : usia pertengahan (middle age) yaitu kelompok umur

45-59 tahun, usia lanjut (elderly) yaitu usia 60-74 tahun, lanjut usia tua

(old ) yaitu usia 75-90 tahun, usia sangat tua (very old) yaitu usia di atas

90 tahun (Nugroho, 2013).

b. Menurut Prof. Dr. Ny. Sumiati Ahmad Muhammad (Guru Besar

UGM). Membagi periodisasi perkembangan manusia sebagai berikut:

masa bayi (0-1 tahun), masa prasekolah (1-6 tahun), masa sekolah (6-10

tahun), masa pubertas (10-20 tahun), masa pertengahan

umur/prasenium (0-65 tahun), dan umur 65 tahun ke atas disebut masa

lanjut usia/senium (Nugroho, 2013).

c. Menurut Dra. Ny. Jos Madani (Psikolog UI)

Menyatakan bahwa kedewasaan dibagi menjadi empat bagian yaitu :

fase inventus (25-40 tahun), fase verilitas (40-50 tahun), fase prasenium
34

(55-65 tahun), dan umur 65 tahun ke atas disebut fase senium

(Nugroho, 2013).

d. Menurut Prof. DR. Koesoemanto Setyonegoro

Membagi menjadi : usia dewasa muda/elderly adulthood (18 atau 20-25

tahun), usia dewasa penuh / middle years (25-60 atau 65 tahun), lanjut

usia / geriatric age (> 65 atau 70 tahun), young old (70-75 tahun ), Old

(75-80 tahun ), very old ( 80 tahun ke atas ).

e. Menurut Undang-Undang No.13 Tahun 1998 (Pasal 1 ayat 2)

Menyatakan bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60

(enam puluh) tahun ke atas (Hardywinoto dan Tony setiabudhi, 2008)

(dalam Azizah, 2011).

2) Perubahan-perubahan yang terjadi pada Usia Lanjut

Masa lanjut usia dimulai sejak seseorang menginjak usia 60 tahun, akan

tetapi proses pelayanan fisik sudah dimulai pada usia 40 tahun.

Biasanya menginjak lanjut usia ditandai oleh kemunduran-kemunduran

biologis yang terlihat sebagai kemunduran fisik antara lain :

a. Kulit mulai mengendur dan pada wajah mulai timbul keriput serta garis-

garis menetap karena tonus otot berkurang

b. Rambut mulai beruban

c. Gigi mulai ompong

d. Penglihatan dan pendengaran mulai berkurang

e. Kulit menjadi kering

f. Gangguan pencernaan dan absorpsi makanan dalam usus yang

menyebabkan lebih sensitive terhadap makanan pedas dan berbumbu


35

2.3.3 Karakteristik Usia Lanjut

Bermula proses menjadi tua itu pada umumnya di tandai oleh gejala-

gejala fisik namun saat dimana yang bersangkutan sendiri tidak menyadari

bahwa proses tersebut sudah mulai ada pada dirinya. Gejala-gejal fisik

antara lain: berhentinya haid, lekas capek, beruban, waktu penghasilan

menurun (Demartoto, 2007) (dalam Azizah, 2011).

2.4 Konsep Gangguan Rasa Nyaman

2.4.1 Definisi/Deskripsi Kebutuhan Aman Dan Nyaman

Potter & Perry, 2006 mengungkapkan kenyamanan/rasa nyaman

adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu

kebutuhan akan ketentraman (suatu kepuasan yang meningkatkan

penampilan sehari-hari). Ketidaknyamanan adalah keadaan ketika individu

mengalami sensasi yang tidak menyenangkan dalam berespon terhadap

suatu ransangan. Aman adalah keadaan bebas dari cedera fisik dan

psikologis. Pemenuhan kebutuhan keamanan dilakukan untuk menjaga

tubuh bebas dari kecelakaan baik pasien, perawat atau petugas lainnya

yang bekerja untuk pemenuhan kebutuhan tersebut (Asmadi, 2013).

Perubahan kenyamanan adalah keadaan dimana individu mengalami

sensasi yang tidak menyenangkan dan berespon terhadap suatu rangsangan

yang berbahaya (Carpenito, 2006).


36

2.4.2 Fisiologi Sistem/Fungsi Normal Sistem Rasa Aman Dan Nyaman

Pada saat impuls ketidaknyamanan naik ke medula spinalis menuju

kebatang otak dan thalamus, sistem saraf otonom menjadi terstimulasi

sebagai bagian dari respon stress. Stimulasi pada cabang simpatis pada

sistem saraf otonom menghasilkan respon fisiologis.

2.4.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

a. Emosi

Kecemasan, depresi dan marah akan mudah terjadi dan mempengaruhi

keamanan dan kenyamanan

b. Status mobilisasi

Keterbatasan aktivitas, paralisis, kelemahan otot dan kesadaran

menurun memudahkan terjadinya resiko injury

c. Gangguan persepsi sensory

Mempengaruhi adaptasi terhadap rangsangan yangberbahaya seperti

gangguan penciuman dan penglihatan

d. Keadaan imunitas

Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga

mudah terserang penyakit

e. Tingkat kesadaran

Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan

f. Gangguan tingkat pengetahuan

Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat

diprediksi sebelumnya
37

2.4.4 Macam-Macam Gangguan Yang Mungkin Terjadi Pada Rasa Aman

Dan Nyaman

a. Jatuh

Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan dilaporkan dari seluruh

kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami

pasien lansia

b. Oksigen

Kebutuhan fisiologis yang terdiri dari kebutuhan terhadap oksigen akan

mempengaruhi keamanan pasien

c. Pencahayaan

Rumah sakit merupakan sarana pelayanan publik yang penting. Tata

pencahayaan dalam ruang rawat inap dapat mempengaruhi kenyamanan

pasien rawat inap

2.4.5 Manifestasi Klinis

a. Vakolasi

1. Mengaduh

2. Menangis

3. Sesak nafas

4. Mendengkur

b. Ekspresi Wajah

1. Meringis

2. Mengeletuk gigi

3. Mengernyit dahi

4. Menutup mata, mulut dengan rapat


38

5. Menggigit bibir

c. Gerakan Tubuh

1. Gelisah

2. Imobilisasi

3. Ketegangan otot

4. Peningkatan gerakan jari dan tangan

5. Gerakan ritmik atau gerakan menggosok

6. Gerakan melindungi bagian tubuh

d. Interaksi Sosial

1. Menghindari percakapan

2. Focus hanya pada aktivitas untuk menghilangkan nyeri

3. Menghindar kontak social

4. Penurunan rentang perhatian

2.4.6 Komplikasi

a. Hipovolemik

b. Hipertermi

c. Masalah Mobilisasi

d. Hipertensi

e. Edema Pulmonal

f. Kejang
39

2.5 Konsep Nyeri

2.5.1 Pengertian Nyeri

Adalah mekanisme perlindungan yang menyebabkan seseorang

menarik diri dari atau menghindari sumber nyeri dan mencari bantuan atau

terapi ( Patricia Gonce Morton, 2011)

.
2.5.2 Fisiologi Nyeri

Munculnya nyeri berkaitan erat dengan reseptor dan adanya

rangsangan. Reseptor nyeri yang dimaksud adalah nociseptor, merupakan

ujung-ujung saraf sangat bebas yang memiiki sedikit atau bahkan tidak

memiliki myelin yang tersebar pada kulit dan mukosa, khususnya pada

visera, persendian, dinding arteri, hati dan kandung empedu. Reseptor

nyeri dapat memberikan respons akibat adanya stimulasi atau rangsangan.

Stimulasi tersebut dapat berupa zat kimiawi seperti histamin, bradikinin,

prostaglandin dan macam-macam asam yang dilepas apabila terdapat

kerusakan pada jaringan akibat kekurangan oksigenisasi. Stimulasi yang

lain dapat berupa termal, listrik atau mekanis.

Selanjutnya, stimulasi yang diterima oleh reseptor tersebut

ditransmisikan berupa impuls-impuls nyeri ke sumsum tulang belakang

oleh dua (2) jenis serabut yang bermielin rapat atau serabut A (delta) dan

serabut lamban (serabut C). Impuls-impuls yang ditransmisikan oleh

serabut delta A mempunyai sifat inhibitor yang ditransmisikan ke serabut

C. Serabut-serabut aferen masuk ke spinal melalui akar dorsal (dorsal


40

root) serta sinaps pada dorsal horn. Dorsal horn terdiri atas beberaapa

lapisan atau lamina yang saling bertautan.

Diantara lapisan dua dan tiga terbentuk substantia gelatinosa yang

merupakan saluran utama impuls. Kemudian, impuls nyeri menyeberangi

sumsum tulang belakang pada interneuron dan bersambung ke jalur spinal

asendens yang paling utama, yaitu jalur spinothalamic tract (STT) atau

jalur spinotalamis dan spinorecticular tract (SRT) yang membawa

informasi tentang sifat dan lokasi nyeri.

Dari proses transmisi terdapat dua jalur mekanisme terjadinya nyeri,

yaitu jalur opiate dan jalur nonopiat. Jalur opiat ditandai oleh pertemuan

reseptor pada otak yang terdiri atas jalur spinal desendens dari talamus

yang melalui otak tengah dan medula ke tanduk dorsal dari sumsum tulang

belakang yang berkonduksi dengan nosiseptor impuls supresif. Serotonin

merupakan neurotransmiter dalam impuls supresif. Sistem supresif lebih

mengaktifkan stimulasi nosiceptor yang ditransmisikan oleh serabut A.

Jalur nonopiat merupakan jalur desenden yang tidak memberikan respons

terhadap naloxone yang kurang banyak diketahui mekanismenya (Hidayat,

2014).

2.5.3 Klasifikasi Nyeri

Nyeri secara umum dibagi dua (2), yaitu Nyeri Akut dan Nyeri

Kronis.

a. Nyeri Akut adalah merupakan nyeri yang timbul secara mendadak

dan cepat menghilang, yang tidak melebihi enam (6) bulan dan

ditandai adanya peningkatan tegangan otot.


41

b. Nyeri kronis adalah merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-

lahan, biasanya berlangsung dalam waktu cukup lama, yaitu lebih

dari enam (6) bulan. Hal yang termasuk dalam kategori nyeri kronis

adalah nyeri terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis.

Berdasarkan sifat terjadinya nyeri dapat dibagi kedalam beberapa

kategori, diantaranya Nyeri tertusuk dan Nyeri Terbakar.

2.5.4 Stimulus Nyeri

Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya antara lain :

a. Trauma pada jaringan tubuh, misalnya karena bedah akibat

terjaadinya kerusakan jaringan dan iritasi secara langsung pada

reseptor.

b. Gangguan pada jaringan tubuh, misalnya karena edema akibat

terjadinya penekanan pada reseptor nyeri.

c. Tumor, dapat juga menekan pada reseptor nyeri.

d. Iskemia pada jaringan, misalnya terjadi blokadi pada arteri

koronaria yang menstimulasi reseptor nyri akibat tertumpuknya

asam laktat.

e. Spasme otot, dapat mmenstimulasi mekanik

.
2.5.5 Teori Nyeri

Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri,

diantaranya sebagai berikut (Hidayat, 2014) :


42

a. Teori Pemisahan (specificity theory)

Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medula

spinalis, melalui cornu dorsalis yang bersinaps didaerah posterior,

kemudian masuk ke tractus lissur dan menyilang digaris median

kesisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan

nyeri tersebut diteruskan.

b. Teori Pola (Pattern Theory)

Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke

medula spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini

mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang

lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan

persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri.

Persepsi dipengaruhi oleh modalitas respons dari reaksi sel T.

c. Teori Pengendalian Gerbang (Gate control Theory)

Menurut tori ini, nyeri tergantung dari kerja serat saraf besar

dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis.

Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan aktifitas

substantia gelatinosa yang mengakibatkan tertutupnya pintu

mekanisme sehingga aktifitas sel T terhambat dan menyebabkan

hantaran rangsangan ikut terhambat.

Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks

serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan kedalam medula

spinalis melalui serat eferen dan reaksinya mempengaruhi aktifitas

sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktifitas


43

substantia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga

merangsang aktifitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan

rangsangan nyeri.

d. Teori Transmisi dan Inhibisi

Adanya stimulus pada nosiseptor memulai transmisi impuls-

impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh

neurotransmiter yang spesifik. Kemudian, inhibi impuls nyeri

menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang

memblok impuls-impuls pada serabut lamban dan endogen opiate

system supresif.

2.5.6 Faktor yang mempengaruhi Nyeri

Pengalaman nyeri pada seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa

hal, diantaranya sebagai berikut :

a. Arti nyeri

Arti nyeri bagi seseorang memiliki banyak perbedaan dan

hampir sebagian arti merupakan arti yang negatif, seperti

membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini dipengaruhi oleh

berbagai faktor, seperti usia, jenis kelamin, latar belakang sosial

budaya dan pengalaman (Smeltzer dan Bare, 2002).

1) Faktor Usia

Pengaruh usia pada persepsi nyeri dan toleransi nyeri

tidak diketahui secara luas, namun Lansia cenderung untuk

mengabaikan nyeri dan menahan nyeri yang berat dalam waktu


44

yang lama sebelum melaporkannya atau mencari perawatan

kesehatan dibanding usia dibawah lansia.

Anak-anak yang masih kecil mempunyai kesulitan

memahami nyeri, anak kecil belum dapat mengucapkan kata-

kata juga mengalami kesulitan untuk mengungkapkan secara

verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tua atau

petugas kesehatan

.
2) Jenis Kelamin

Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara

bermakna dalam berespons terhadap nyeri. Namun, beberapa

kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya

menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan

tidak boleh menangis, sedangkan seorang anak perempuan

boleh menangis dalam situasi yang sama).

3) Latar belakang sosial budaya

Budaya dan etniksitas mempunyai pengaruh pada

bagaimana seseorang berespon terhadap nyeri, namun tidak

mempengaruhi persepsi nyeri.

Sejak dini pada masa kanak-kanak individu belajar dari

sekitar mereka respon nyeri yang bagaimana yang dapat

diterima atau tidak diterima. Sebagai contoh anak dapat belajar

bahwa cedera akibat olah raga tidak diperkirakan akan selalu

menyakitkan dibanding dengan cedera akibat kecelakaan motor.


45

Yang lainnya mengajarkan anak stimulasi apa yang diperkirakan

akan menimbulkan nyeri dan respons perilaku apa yang

diterima. Keyakinan ini beragam dari satu budaya dengan

budaya lainnya, karena orang dari budaya berbeda yang

mengalami nyeri dengan intensitas yang sama dapat tidak

melaporkannya atau berespon terhadap nyeri tersebut dengan

cara yang sama.

Harapan budaya tentang nyeri yang individu pelajari

sepanjang hidupnya jarang dipengaruhi oleh pemajanan terhadap

nilai-nilai yang berlawanan dengan budaya lainnya. Akibatnya,

individu yakin bahwa persepsi dan reaksi mereka terhadap nyeri

adalah normal dapat diterima.

4) Pengalaman

Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri. Pengalaman

nyeri sebelumnya tidak selalu berarti bahwa individu tersebut

akan menerima nyeri dengan lebih mudah pada masa yang akan

datang. Apabila individu sejak lama sering mengalami

serangkaian episode nyeri tanpa pernah sembuh atau menderita

nyeri yang berat, maka ansietas atau bahkan rasa takut dapat

muncul. Sebaliknya, apabila individu mengalami nyeri, dengan

jenis yang sama berulang-ulang, tetapi kemudian nyeri tersebut

dapat berhasil dihilangkan, akan lebih mudah bagi individu

tersebut untuk melakukan tindakan-tindakan yang diperlukan

untuk menghilangkan nyeri.


46

Apabila seorang klien tidak pernah merasakan nyeri, maka

persepsi pertama nyeri dapat mengganggu koping terhadap nyeri

(Potter dan Perry, 2006).

2.5.7 Persepsi Nyeri

Persepsi Nyeri merupakan penilaian yang sangat subjektif tempatnya

pada korteks (pada fungsi evaluatif kognitif). Persepsi ini dipengaruhi oleh

faktor yang dapat memicu stimulasi nocisptor.

2.5.8 Toleransi Nyeri

Toleransi ini erat hubungannya dengan intensitas nyeri yang dapat

memengaruhi kemampuan seseorang menahan nyeri. Faktor yang dapat

memengaruhi peningkatan toleransi antara lain alkohol, obat-obatan,

hipnotis, gesekan atau garukan, pengalihan perhatian, kepercayaan yang

kuat, dan sebagainya. Sementara itu faktor yang menurunkan toleransi

antara lain kelelahan, rasa marah, bosan, cemas, nyeri yang tidak kunjung

hilang, sakit dan lain-lain.

2.5.9 Reaksi terhadap Nyeri

Reaksi terhadap nyeri merupakan bentuk respons seseorang terhadap

nyeri, seperti ketakutan, gelisah, cemas, menangis, dan menjerit. Semua ini

merupakan bentuk respons nyeri yang dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, seperti arti nyeri, tingkat persepsi nyeri, pengalaman masa lalu,
47

nilai budaya, harapan sosial, keshatan fisik dan mental, rasa takut, cemas,

usia, dan lain-Lain.

1. Pengkajian Nyeri

Pengkajian masalah nyeri yang dapat dilakukan adalah adanya

riwayat nyeri, serta keluhan nyeri, intensitas nyeri, kualitas dan

waktu serangan. Pengkajian dapat dilakukan dengan cara PQRST,

yaitu sebagai berikut :

a. P = Provocatif / Pemacu

yaitu faktor yang mempengaruhi gawat atau ringannra nyeri.

b. Q = Quality / Kualitas

Yaitu dirasakan seperti apakah nyeri yang ada, seperti rasa tajam,

tumpul atau tersayat.

c. R= Region / Lokasi

Yaitu daerah perjalanan nyeri

d. S = Severity / keparahan

Yaitu tingkat keparahan nyeri atau intensitasnya.

e. T = Time / waktu

Yaitu lama waktu serangan atau frekuensi nyeri.

2. Skala Nyeri

Gunakan garis lurus dimana garis awalnya menunjukan tidak

ada rasa nyeri” garis tengah yang menunjukan “ nyeri sedang: dan

garis akhir yang memengidentifikasikan nyeri hebat. Jelaskan pada

penderita bahwa diujung garis ada angka 0 yang berarti tidak nyeri

dan angka 10 yang menunjukan nyeri hebat. Mintalah kepada


48

penderita untuk memilih angka yang mewakili rasa nyeri mereka

(Suzanne C.Smeltzer dan Brenda G.Bare, 2002).

GAMBAR 2.4
SKALA NYERI ANGKA

Keterangan :
0 : Tidak nyeri
1–3 : Nyeri ringan
4–6 : Nyeri sedang
7–9 : Nyeri Berat
10 : Nyeri Hebat.
3. Penatalaksanaan Keperawatan (Tindakan Keperawatan)

Tindakan keperawatan untuk mengurangi nyeri adalah :

a. Mengurangi dan membatasi faktor-faktor yang menambah nyeri.

Faktor yang menambah nyeri diantaranya ketidakpercayaan,

kesalahpahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.

1) Ketidakpercayaan

Pengakuan perawat akan rasa nyeri yang diderita pasien

dapat mengurangi nyeri. Hal ini dapat dilakukan melalui

pernyataan verbal, mendengarkan dengan penuh perhatian

mengenai keluhan nyeri pasien, dan mengatakan kepada pasien

bahwa perawat mengkaji rasa nyeri pasien agar dapat lebih

memahami tentang nyerinya.

2) Kesalahpahaman

Mengurangi kesalahpahaman pasien tentang nyerinya akan

mengurangi nyeri. Hal ini dilakukan dengan memberitahu pasien


49

bahwa nyeri yang dialami sangat individual dan hanya pasien

yang tahu secara pasti tentang nyerinya.

3) Ketakutan

Memberikan informasi yang tepat dapat mengurangi

ketakutan pasien dengan menganjurkan pasien untuk

mengekpresikan bagaimana mereka menangani nyeri.

4) Kelelahan

Kelelahan dapat memperberat nyeri. Untuk mengatasinya,

kembangkan pola aktifitas yang dapat memberikan istirahat

yang cukup.

5) Kebosanan

Kebosanan dapat meningkatkan rasa nyeri. Untuk

mengurangi nyeri dapat digunakan pengalih perhatian yang

bersifat terapeutik. Beberapa teknik pengalih perhatian adalah

bernapas pelan dan berirama, memijat secara perlahan,

menyanyi berirama, aktif mendengar musik, membayangkan

hal-hal yang menyenangkan, dan sebagainya.

b. Menggunakan berbagai teknik noninvasif untuk memodifikasi

nyeri yang dialami.

Memodifikasi stimulus nyeri dengan menggunakan

teknik-teknik seperti berikut :

1) Teknik latihan pengalihan

a) Menonton televisi

b) Berbincang-bincang dengan orang lain


50

c) Mendengarkan musik

2) Teknik relaksasi

Menganjurkan pasien untuk menrik napas dalam dan

mengisi paru-paru denggan udara, menghembuskannya secara

perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan

punggung, serta mengulangi hal yang sama sambil terus

berkonsentrasi hingga didapat rasa nyaman, tenang dan rileks.

3) Stimulasi kulit

a) Menggosok dengan halus pada daerah nyeri

b) Menggosok punggung

c) Menggunakan air hangat dan dingin

d) Memijat dengan air mengalir

c. Menggunakan cara-cara untuk mengurangi nyeri yang optimal,

seperti memberikan analgetik sesuai program yang ditentukan.

Pemberian obat analgetik, yang dilakukan guna

mengganggu atau memblok transmisi stimulus agar terjadi

perubahan persepsi dengan cara mengurangi kortikal terhadap

nyeri. Jenis analgetiknya adalah narkotik dan bukan narkotik.

Jenis narkotik digunakan untuuk menurunkan tekanan

darah dan menimbulkan depresi pada fungsi vital, seperti

respirasi. Jenis bukan narkotik yang paling banyak dikenal

dimasyarakat adalah aspirin, asetaminofen, dan bahan

antiinflamasi nonsterooid.
51

Golongan Aspirin (asetysalicylic acid) digunakan untuk

memblok rangsangan pada sentral dan perifer, kemungkinan

menghambat sintesis prostaglandin yang memiliki khasiat

setelah 15 sampai 20 menit dengan efek puncak obatsekitar 1 –

2 jam. Asprin juga menghambat agegasi trombosit dan antagonis

lemah terhadap vitamin K, sehingga dapat meningkatkan waktu

perdarahan dan protombin bila diberikan dalam dosis yang

tinggi.

Golonggan asetaminofen sama seperti aspirin, akan tetapi

tidak menimbulkan perubahan kadar protombin dan jenis

nonsteroid anti inflamatory drug (NSAID), juga dapat

menghambat prostaglandin dan dosis rendah dappat berfungsi

sebagai analgetik. Kelompok obat ini meliputi ibuprofen,

mefenamid acid, fenoprofen, naprofen, zomepirac, dan lain-lain.

d. Pemberian simulator listrik

Yaitu dengan memblok atau mengubah stimulus nyeri

dengan stimulus yang kurang dirasakan. Bentuk stimulator

metode stimulus listrik meliputi sebagai berikut :

1) Transcutaneus electrical stimulator (TENS)

Digunakan untuk mengendalikan stimulus manual daerah

nyeri tertentu dengan menempatkan beberapa elektrode diluar.

2) Percutaneus implanted spinal cord epidural stimulator

Merupakan alat stimulator sumsum tulang belakang dan

epiduran yang diimplan dibawah kulit dengan transistor timah


52

penerima yang dimasukkan kedalam kulit pada daerah epidural

dan columna vertebrae.

3) Stimulator columna vertebrae

Sebuah stimulator dengan stimulus alat penerima transistor

dicangkok melalui kantong kulit intraclavicula atau abdomen,

yaitu elektrode ditanam melalui pembedahan pada dorsum

sumsum tulang belakang

2.6 Konsep Bekam

2.6.1 Pengertian Bekam

Bekam adalah sebuah pengobatan yang disyariatkan Allah SWT

melalui RasulullahSAW.Sebagai umatnya maka wajib mempelajari,

mengamalkan dan mendakwahkan metode pengobatan bekam.Bekam (Al-

Hijamah) merupakan metode pengobatan dengan cara mengeluarkan darah

kotor dari dalam tubuh melalui permukaan kulit. Hijamah adalah

pengobatan yang sudah dikenal sejak ribuan tahun sebelum masehi.

Nama lainnya adalah bekam, canduk, canthuk, kop, mambakan, di Eropa

dikenal dengan istilah Cuping Theraupeutic Method (Kasmui, 2010).

Terapi bekam merupakan suatu metode pembersihan darah dan

angina, dengan mengeluarkansisa toksid dalam tubuh melalui permukaan

kulit dengan cara menyedot (Santoso, 2012). Beberapa hadits

mengemukakan tentang keutamaan dan manfaat berbekam:“Jika dalam

sebagian obat kalian terdapat kebaikan maka itu terdapat dalam sayatan

alat bekam, minum madu, atau sundutan besi panas yang sesuai dengan
53

penyakit. Tetapi aku tidak suka berobat dengan sundutan besi

panas.”(H.R. Bukhari, Muslimdan Ahmad)

“Beliau berbekam ketika sedang ihram di kepalanya karena

migraine.” (H.R. Bukhari) “Jika pada sesuatu yang kalian pergunakan

untuk berobat itu terdapat kebaikan, maka hal itu adalah bekam.” (H.R.

Shahih).

Hadits diatas telah menunjukan bahwa pengobatan terapi bekam yang

telah nyata dan dicontohkan serta diperintahkan oleh Rasulullah SAW.

Bekam sebagai sebuah tindakan bedah minor dan mengeluarkan darah,

tentunya harus dilandasi dengan diagnosa yang tepat dalam tindakan

bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang mengerti ilmu

pengobatan.

Bekam sebagai sebuah tindakan bedah minor dan mengeluarkan darah,

tentunya harus dilandasi dengan diagnose yang tepat dalam tindakan

bekam dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang mengerti ilmu

pengobatan. Bekam dengan meng kop bagian tubuh tertentu dan

meluncurkan kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya

untuk pemanasan pasien, fungsinya melancarkan peredaran darah,

pelemasan otot dan menyehatkan kulit.

2.6.2 Jenis Bekam

Pengobatan alternatif terapi bekam memiliki beberapa jenis cara

melakukantindakan bekamnya. Menurut Kasmui (2010), ada beberapa

jenis bekam:
54

1) Bekam kering atau bekam angin (Hijamah Jaaffah)

Yaitu menghisap permukaan kulit dan memijat tempat sekitarnya tanpa

mengeluarkan darah kotor.

2) Bekam luncur

Bekam dengan meng kop bagian tubuh tertentu dan meluncurkan

kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya untuk

pemanasan pasien, fungsinya melancarkan peredaran darah, pelemasan

otot dan menyehatkan kulit.

3) Bekam Tarik

Melakukan bekam ini dengan cara ditarik-tarik. Dibekam hanya

beberapa detik kemudian ditarik dan ditempelkan lagi hingga kulit yang

dibekam menjadi merah.

4) Bekam Basah (HijamahRothbah)

Yaitu pertama kita melakukan bekam kering, kemudian kita melukai

permukaan kulit dengan jarum tajam (lancet), lalu disekitarnya dihisap

dengan alat cupping set dan hand pump untuk mengeluarkan darah

kotor dari dalam tubuh.Lamanya melakukan hisapan maksimal 9 menit.

Jarak waktu pengulangan bekam ini 4 minggu. Bekam basah berkhasiat

untuk berbagai penyakit, terutama penyakit- penyakit yang lebih berat,

seperti darah tinggi, asam urat, kolesterol.

2.6.3 Manfaat Bekam

Pengobatan dengan cara bekam memberi banyak manfaat kebaikan

kepada manusia yang melakukannya di antaranya adalah menjaga kesehatan

tubuh, menghilankan letih, lesu, lelah, meningkatkan daya tahan tubuh,


55

sakit bahu, alergi, perut kembung, mati rasa, asam urat dan kolesterol,

jantung, migren, hipertensi, strok, dan 72 macam penyakit (Salamah, 2009).

Ada juga beberapa manfaat yang diperoleh menurutFatahillah (2006),

diantaranya:

1) Membersihkan darah dari racun-racun sisa makanan dan dapat

meningkatkan aktifitas saraf tulang belakang.

2) Mengatasi gangguan tekanan darah yang tidak normal dan pengapuran

pada pembuluh darah.

3) Menghilangkan rasa pusing, kejang-kejang dan keram yang terjadi

pada otot.

4) Sangat bermanfaat bagi penderita asma, pneumoniadan angina

pectoris.

5) Menghilangkan sakit bahu, dada dan punggung.

6) Dapat menyembuhkan penyakit encok dan reumatik.

7) Dapat mengatasi gangguan kulit, radang selaput jantung dan radang

ginjal.

8) Mengatasi keracunan dan luka bernanah serta bisul.

9) Meringankan rasa sakit dan masalah masuk angin.

2.6.4 Alat-Alat untuk Bekam

Berbagaimacam alat-alat yang diperlukan untuk melakukan

pengobatan terapi bekam.Menurut Ridho (2012), alat-alat yang

digunakan yaitu:

1) Cupping set

2) Lancing device (untuk memasang jarum)


56

3) Lancet / jarum steril steril

4) Sarung tangan dan masker

5) Tensi meter dan stetoskop

6) Kassasteril dankapas

7) Baskom

8) Alkohol

9) Bak sampah medis

Cara sterilisasi alat-alat bekam, yaitu:

1) Kop yang habis dipakai danterkena darah, bersihkan dengan

menyemprotkan alcohol 70% ke dalam gelaskop dengan alat semprot.

2) Setelahbersih rendamlah pada baskom yang sudah berisi air yang

dicampuri dengan cairan clorin. Perbandingan air dan clorin

adalah9:1.

3) Rendam selama 10 menit.

4) Angkat dan bersihkan dengan sabun atau pembersih yang lain.

5) Cuci di bawah air mengalir.

6) Keringkan dalam rak yang telah disediakan.

7) Masukkan dalam sterilisator ozon.

8) Bisa juga menggunakan desinfektan tingkat tinggi

2.6.5 Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Bekam

Menurut Ridho (2012) banyak hal-hal yang harus diperhatikan ketika ingin

dilakukan pengobatan bekam. Berikut ini adalah hal-hal yang dilarang

a. Daerah anggota tubuhyangdilaranguntuk dibekam:


57

a) Lubang alamiah(mata, telinga, hidung, mulut, putting susu, alat

kelamin, dubur)

b) Area tubuh yang banyak simpul limpa (kelenjar limfe).

c) Area tubuh yang dekat pembuluh besar.

d) Bagian tubuh yang ada varises, tumor, retak tulang, jaringan luka.

b. Kondisi pasienyangtidak boleh dibekam:

a) Terkena infeksi terbuka dan cacar air.

b) Penderita diabetes mellitus.

c) Penderita kelainan darah (hemophilia).

d) Penderita penyakit anememia dan penderita hipotensi

e) Penderita kanker darah.

f) Anak-anak penderita dehidrasi.

g) Pada wanita hamil dan wanita sering keguguran.

c. Waktu yang dianjurkan untuk bekam:

Ibnu Sina didalam kitabnya“Al-Qanun fii Thibb” membahas

mengenai waktu yang paling baik untuk bekam yaitu pada waktu tengah

hari (jam 2-3 sore) karena pada saat itu saluran darah sedang

mengembang dan darah-darah yang mengandung toxin sangat sesuai

untuk dikeluarkan (Salamah, 2009).

Diriwayatkan dari Abu Hurairah, Nabi SAW bersabda:“ Barang

siapa berbekam pada tanggal tujuh belas, Sembilan belas, dan dua

puluh satu, maka ia akan menyembuhkan semua penyakit.” Dari Anas

bin Malik, dia bercerita:“Rasulullah SAW biasa berbekam dibagian


58

urat meriih dan punggung, beliau biasa berbekam pada hari ketujuh

belas, kesembilan belas dan kedua puluh satu.”(H.R Tarmidzi)

2.6.6 Titik-titik Bekam

Menurut Santoso (2012) dibawah ini adalah gambaran titik-titik bekam

berdasarkan jenis penyakitnya:

1) Ummu Mughits (puncak kepala)

Titik tersebut berada diubun-ubun dan bermanfaat untuk mengatasi

penyakit vertigo, migrain, sakit kepala menahun. Dari Ibnu Umar,

bercerita bahwa:“Nabi Muhammad SAW pernah berbekam

dikepalanya dan menyebutnya dengan Ummu Mughits”.

2) Al-Akhda’ain (dua urat leher)

Titik ini adalah dua urat disamping kiri dan kanan leher. Posisinya:

Dibawah garis batas rambut kepala belakang, sejajar tulang cervical 3-

7. Manfaatnya untuk mengatasi hipertensi, stroke, sakit bagian kepala

dan wajah.

3) Al-Kaahil(punduk)

Titik ini berada diujung atas tulang belakang, bermanfaat untuk masalah

penyakit sekitar kepala dan saraf serta72 penyakit.

4) Al-Katifain (bahu kiri dan kanan)

Titik ini berada pundak atau bahu kiri dan kanan,bermanfaat untuk

penyakit hipertensi, nyeri bahu, stroke, sakit leher.

5) Dua jari dibawah punduk

Bermanfaat untuk penyakit bronkhitis, batuk, sesak napas, asi kurang,

asma, stroke.
59

6) Belikat kiri dan kanan

Bermanfaat untuk gangguan paru-paru,gangguan jantung, saluran

pernapasan, stroke, masuk angin.

7) Ala-Warik (pinggang)

Posisinya: pertemuanotot gluteus maximus dengan gluteus medius

bawah, kiri dan kanan. Titik ini bermanfaat untuk masalah gangguan

ginjal, sakit pingggang, haid tidak lancar, susah buang air kecil.

8) Ala Dzohril Qadami (betis)

Titik ini berada dibetis kiri dan kanan.Mengatasi gangguan asam urat,

kesemutan, pegal-pegal, stroke.

2.6.7 Hubungan Terapi Bekam dengan Penyakit Hipertensi

Suatu penelitian membuktikan bahwa apabila dilakukan pembekaman

pada satu poin maka kulit (kutis), jaringan bawah kulit (sub kutis), fasia

dan otot akan terjadi kerusakan dari mast cell atau lain-lain. Akibat

kerusakan ini akandilepaskan beberapa zat seperti serotonin, histamine,

bradikinin, slowreaching substance (SRS) serta zat lain yang

belumdiketahui.Zat-zat ini menyebabkan terjadinya pelebaran kapiler dan

arteriol serta flare reaction pada daerah yang dibekam. Dilatasi kapiler

juga dapat terjadi ditempat yang jauh dari tempat pembekaman ini

menyebabkan terjadinya perbaikan mikro sirkulasi pembuluh darah.

Akibatnya timbul efek relaksasi (pelemasan) otot-otot yang kaku serta

akibat vasodilatasi umum akan menurunkan tekanan darah secara stabil

(Kusyati,2012).
60

Mekanisme penyembuhan bekam pada hipertensi didasarkan atas teori

aktivasi organ, dimana bekam akan mengaktivasi organ yang mengatur

aliran darah seperti hati, ginjal dan jantung agar organ-organ ini tetap aktif

dalam mengatur peredaran darah sehingga tekanan darah tetap terjaga.

Selain itu bekam juga berusaha menyeimbangkan secara alamiah bila ada

tekanan darah yang meningkat. Dengan memilih titik yang tepat, maka

bekam bias membantu penanganan hipertensi (Umar, 2008).

Secara khusus, pembekaman pada titik yang tepat dapat menurunkan

tekanan darah dengan segera (Umar, 2008). Efek terapi bekam terhadap

hipertensi diantaranya: bekam berperan menenangkan sistem saraf

simpatik (simpatic nervous system). Pergolakan pada system saraf

simpatik ini menstimulas sekresi enzim yang berperan sebagai sistem

angiotensin rennin. Setelah system ini tenang dan aktivitasnya berkurang

tekanan darah akan turun.

Bekam berperan menurunkan volume darah yang mengalir dipembuluh

darah sehingga mengurangi tekanan darah (Sharaf, 2012). Bekam

mengendalikan tekanan hormone aldosterone sehingga mengendalikan

tekanan darah. Bekam berperan menstimulasi reseptor- reseptor khusus

yang terkait dengan penciutan dan peregangan pembuluh darah

(baroreseptor) sehingga pembuluh darah bisa merespon berbagai stimulus

dan meningkatkan kepekaannya terhadap faktor-faktor penyebab

hipertensi (Sharaf, 2012)


61

2.6.8 Kerangka Konsep

Klien di Panti Werdha dengan


diagnosa Hipertensi
Intervensi
Farmakologi :
1. Diuretik Pengkajian Keperawatan
2. Antagonis Gerontik
kalsium.
3. Beta blocker
4. ACE inhibitor
5. angiotensin-2 Masalah Keperawatan pada
receptor klien Hipertensi :
blocker 1. Gangguan rasa nyaman
(ARB) berhubungan dengan
Proses Penyakit
Nonfarmakologi 2. Gangguan pola tidur
1. Berikan berhubungan dengan
pendidikan kurang kontrol tidur
kesehatan. 3. Resiko Jatuh
2. Istirahat yang berhubungan dengan
mobilitas menurun
cukup
4.
3. Latihan gerak
aktif dan
pasif.
4. Pemberian 1. Bekam Kering
(Terapi Evaluasi
Bekam)
2. Bekam Basah

2.7 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Gerontik Pada Hipertensi

2.7.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang

bertujuan untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada

saat ini dan riwayat sebelumnya (Potter, 2013) dalam Lestari,

2016).Pengkajian keperawatan terdiri dari 2 tahap yaitu mengumpulkan

dan verifikasi data dari sumber primer dan skunder, yang kedua adalah
62

menganalisis seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis

keperawatan. Pada asuhan Skeperawatan gerontik, pengkajian menjadi hal

komponen yang esensial dan kompleks dalam proses keperawatan (Miller,

2012) dalam Lestari, 2016).

Pengkajian geriatri pada lansia menjadi khas pada pengkajian

keperawatan gerontik. Status kesehatan pada lansia dikaji secara

komprehensif, akurat dan sistematis. Informasi yang dikumpulkan selama

pengkajian harus dapat dipahami dan didiskusikan dengan anggota tim,

keluarga klien dan pemberi pelayanan interdipliner. Tujuan melakukan

pengkajian adalah menentukan kemampuan klien dalam memelihara diri

sendiri, melengkapi data dasar untuk membuat rencana keperawatan, serta

memberi waktu pada klien untuk berkomunikasi. Pengkajian ini meliputi

aspek fisik, psikis dan spiritual dengan melakukan kegiatan pengumpulan

data melalui wawancara, observasi dan pemeriksaan

(CGA:Comprehensive, Geriatric Assesment), (Asuhan Keperawatan

Gerontik, 2016). Pengkajian pada lansiayang ada dikeluarga dilakukan

dengan melibatkan keluarga sebagai orang terdekat yang mengetahui

masalah kesehatan lansia. Sedangkan pengkajian pada kelompok lansia di

panti ataupun dimasyarakat dilakukan dengan melibatkan penanggung

jawab kelompok lansia, kultural, tokoh masyarakat serta petugas

kesehatan.

Untuk itu format pengkajian yang digunakan adalah format pengkajian

pada lansia yang dikemabngkan minimal terdiri atas: data dasar (identitas,

alamat, usia, pendidikan, pekerjaan, agama dan suku bangsa), data


63

biopsikososial, spiritual, kultural, lingkungan, status fungsional, fasilitas

penunjang kesehatan yang ada serta pemeriksaan fisik (Sunaryo, 2016).

a. Identitas.

nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan dan penanggung

jawab. Data dasar pengkajian penerima manfaat tergantung pada

keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata,

jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya ekserbasi akut atau

remisi dan keberadaan bersama, bentuk-bentuk athritis lainnya.

b. Keluhan Utama

Keluahan yang sering ditemui pada klien dengan penyakit rematik

adalah klien mengeluh nyeri

c. Riwayat penyakit sekarang

Berupa uraian pada mengenal penyakit yang diderita oleh klien dari

mulai timbulnya keluhan yang dirasakan

d. Riwayat penyakit dahulu

Riwayat penyakit kesehatan yang dulu seperti riwayat penyakit

muskuloskletal sebelumnya.

e. Riwayat penyakit keluarga

Yang perlu dikaji apakah dalam keluarga ada yang menderita penyakit

yang sama.

f. Pemeriksaan Fisik.

a) Keadaanumum

Keadaan umum klien lansia yang mengalami gangguan

muskuloskletal biasanya lemah


64

b) Kesadaran

Kesadaran klien biasanya composmentis dan apatis

c) Tanda-tanda Vital

1. Suhu

2. Nadi

3. Pernafasan

4. Tekanan darah

g. Pemeriksaan Review Of System

a) System pernafasan (B1 : Breathing)

Dapat ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau masih

dalam batas normal

b) System sirkulasi (B2 : Bleeding)

Kaji adanya penyakit jantung, frekuensi nadi apika, sirkulasi

perifer, warna dan kehangatan

c) System persyarafan (B3 : Brain)

Kaji adanya hilangnya gerakan/sensasi, spasme otot, terlihat

kelemahan/hilang fungsi. Pergerakan mata/kejelasan melihat,

dilatasi pupil

d) System perkemihan (B4 : Bleder)

Perubahan pola perkemihan seperti disuria, distensi kandung

kemih, warna dan bau urin


65

e) System pencernaan (B5 : Bowel)

Konstipasi, konsistensi feses, frekuensi eliminasi, auskultasi

bising, usus, anorexia, adanya distensi abdomen, nyeri tekan

abdomen

f) System muskuloskletal (B6 : Bone)

Kaji adanya nyeri berat tiba-tiba/mungkin, terlokasi pada area

jaringan, dapat berkurang pada imobilisasi, kekuatan, otot,

kontraktur, atrofi otot, laserasi kulit dan perubahan warna.

h. Pola fungsi kesehatan

a) Pola persepsi dan tata laksana pola hidup sehat

b) Pola nutrisi

Menggambarkan masukan nutrisi, balance cairan, nafsu makan,

pola makan, diet, kesulitan menelan, mual/muntah dan makanan

kesukaan

c) Pola eliminasi

Menggambarkan pola fungsi ekskresi, kandung kemih, defekasi

ada tidaknya masalah defekasi, masalah nutrisi.

d) Pola istirahat tidur

Menggambarkan pola tidur, istirahat dan persepsi terhadap

energy, jumlah tidur malam dan siang, masalah tidur

e) Pola hubungan dan peran

Menggambarkan dan mengetahui hubungan peran klien terhadap

anggota keluarga dan masyarakat tempat tinggal, pekerjaan, tidak

punya rumah, masalah keuangan. Pengkajian APGAR keluarga


66

f) Pola sensori kognitif

Menjelaskan persepsi sensori dan kognitif.Pola sensori meliputi

pengkajian penglihatan, pendengaran, perasaan, pembau.

Pengkajian status mental menggunakan Tabel Short Portable

Mental Status Quesioner (SPMSQ)

g) Pola persepsi dan konsep diri

Menggambarkan sikap tentang diri sendiri dan persepsi terhadap

kemampuan konsep diri. Konsep diri menggambarkan gambaran

diri, harga diri, peran, identitas diri,.Manusia sebagai system

terbuka dan makhluk bio-psiko-sosial-kultural-spiritual,

kecemasan ketakutan dan dampak terhadap sakit. Pengkajian

tingkat depresi menggunakan table Inventaris Depresi Back

h) Pola seksual dan reproduksi

Menggambarkan kepuasan masalah terhadap seksualitas

i) Pola mekanisme koping

Menggambarkan kemampuan untuk menangani stress

j) Pola tata nilai dan kepercayaan

Menggambarkan dan menjelaskan pola nilai keyakinan

termasuk spiritual (Aspiani, 2014).

2.7.2 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang dapat dirumuskan pada pasien Hipertensi


yaitu:
1) Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses penyakit

2) Gangguan pola tidur berhubungan dengan kurang kontrol tidur

3) Resiko cidera berhubungan dengan mobilitas menurun


67

2.7.3 Perencanaan Keperawatan

No Diagnosa SLKI SIKI


1 Gangguan Setelah dilakukan tindakan : Terapi Bekam
rasa nyaman asuhan keperawatan selama Observasi :
berhubungan 3x 24 jam nyeri dapat 1. Periksa Riwayat
dengan Proses berkurang dengan kriteria Kesehatan
Penyakit hasil : 2. Indikasi kontradiksi
Pain Control bekam(miss,konsu
Pain Control msi pengencer
1. Nyeri berkurang dari darah)
5menjadi 2 dengan m Terapeutik :
enggunakan 3. Tentukan titik
menejemen nyeri pembekaman
dengan skor : 5 4. Tentukan jenis
2. Pasien merasa bekam yang akan
nyaman setelah nyeri dilakukan (miss,
berkurang. Dengan bekam basah atau
skor : 5 kering)
3. Menggunakan 5. Baringkan pasien
tindakan senyaman mungkin
pengurangan nyeri 6. Buka pakaian pada
tanpa Analgesik area yang akan
dengan skor : 4 dilakukan
4. TTD dalam batas pembekaman
normal TD sekitar 7. Pasang sarung
130/80 mmHg, Nadi: tangan dan alat
60-100x/menit, pelindung diri
5. R:20-24x/menit, 8. Desinfeksi area
6. S:36,5-37°C. yang akan di
lakukan
pembekaman
Keterangan Skor : menggunakan
1 : Meningkat kapas alcohol
2 : Cukup Meningkat 9. Oleskan tubuh
3 : Sedang menggunakan
4 : Cukup Membaik minyak herbal
5 : Membaik untuk
meningkatkan
peredaran darah
10. Lakukan
pengekopan dengan
tarikan secukupnya
11. Lakukan
penyayatan pada
area yang telah
dilakukan bekam
kering
68

No Diagnosa SLKI SIKI


12. Lakukan
pengekopan
kembali setelah
dialakukan
penyayatan
13. Lakukan
pembekaman tidak
lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
14. Buka kop dan
bersihkan darah
yang terapung
15. Bersihkan area
yang telah
dilakukan
pembekaman
16. Hindari area
pembekaman pada
area mata, mulut,
areola mammae,
kelamin, dekat
pembuluh darah
besar,
varises, dan
jaringan luka
17. Lakukan sterilisasi
pada alat- alat
bekam yang talah
digunakan

Edukasi :
18. Jelaskan tujuan dan
prosedur bekam
19. Anjurkan berpuasa
sebelum
pembekaman, jika
perlu
20. Anjurkan tidak
mandi 2-3 jam
pasca pembekaman

2 Gangguan Setelah dilakukan asuhan :Dukungan Tidur


pola tidur keperawatan 1 x 24 jam Observasi :
berhubungan diharapkan gangguan pola 1. Identifikasi pola
69

No Diagnosa SLKI SIKI


dengan tidur teratasi. aktivitas dan tidur
kurang SLKI : 2. Identifikasi faktor
kontrol tidur a. Anxiety reduction pengganggu tidur (
b. Comfort level fisik atau
c. Sleep : Extent ang psikologis)
patterm 3. Identifikasi
Dengan kriteria hasil : makanan dan
- Jumlah jam tidur minuman yang
dalam batas normal menggangguntidur
6-8 jam/hari dengan (misal: kopi, teh,
skor : 3 makan mendekati
- Pola tidur, kualitas tidur, minum
dalam normal dengan banyak air sebelum
skor : 3 tidur)
Terapeutik :
Keterangan Skor : 4. Modifikasi
1 : Menurun lingkungan( misal:
2 : Cukup Menurun pencahayaan,
3 : Sedang matras, kebisingan)
4 : Cukup Meningkat Edukasi :
5 : Meningkat 5. Jelaskan
pentingnya tidur
cukup
6. Anjurkan menepati
kebiasaan waktu
tidur.
7. Anjurkan
menghindari
makanan/minuman
yang menggangggu
tidur.
3 Resiko Jatuh Setelah dilakukan asuhan : Manajemen lingkungan
berhubungan keperawatan 1x24 jam Observasi :
dengan diharapkan tidak terjadi 1. Identifikasi
mobilitas cedera. keamanan dan
menurun SLKI :Risk control kenyaman
lingkungan
Dengan kriteria hasil : Terapeutik:
- Klien dapat 2. Sediakan tempat
mempertahankan tidur dan
keselamatan fisik lingkungan yang
dengan skor : 3 bersih dan aman.
- Klien dapat 3. Sediakan ruangan
mempertahankan berjalan yang
keselamatan fisik cukup dan aman
dengan skor : 3 Edukasi :
4. Jelaskan cara
70

No Diagnosa SLKI SIKI


Keterangan Skor : membuat
1 : Meningkat lingkungan rumah
2 : Cukup Meningkat yang aman
3 : Sedang 5. Ajarkan
4 : Cukup Menurun pasien/pengunjung
5 : Menurun tentang upaya
pencegahan
infeksi.

2.7.4 Implementasi Keperawatan

Setelah rencana keperawatan tersusun, selanjutnya diterapkan tindakan

yang nyata untuk mencapai hasil yang diharapkan berupa berkurangnya

atau hilangnya masalah keperawatan.Pada tahap implementasi ini terdiri

atas beberapa kegiatan, yaitu validasi rencana keperawatan, menuliskan

atau mendokumentasikan rencana keperawatan, serta melanjutkan

pengumpulan data.

Dalam implementasi keperawatan, tindakan harus cukup mendetail dan

jelas supaya semua tenaga keperawatan dapat menjalankan dengan baik

dalam waktu yang telah ditentukan. Perawat harus dapat melaksanakan

langsung atau bekerja sama dengan para tenaga pelaksana lainnya.

2.7.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan membandingkan antara hasil,

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilan.Bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu

disusun rencana keperawatan yang baru (Gusti, 2013).

Metode evaluasi keperawatan menurut Widyanto (2014) yaitu :


71

1. Evaluasi Formatif (berjalan)

Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan dalam bentuk

pengisian catatan perkembangan berorientasi pada masalah yang

dialami klien. Format yang digunakan dalam evaluasi formatif adalah

SOAP

2. Evaluasi Sumatif (akhir)

Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan

yang telah dikerjakan dengan tujuan yang ingin di capai. Jika terjadi

kesenjangan, maka proses keperawatan dapat ditinjau kembali dengan

mendapatkan data guna memodifikasi perencanaan. Format yang

digunakan dalam evaluasi ini adalah SOAP.

Metode evaluasi dengan pendekatan SOAP

a. Subjective adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari

pasien setelah tindakan yang diberikan

b. Objective adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan,

penilaian, pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah

tindakan dilakukan

c. Analisis adalah membandingkan anatara informasi subjective dan

objective dengan tujuan kriteria hasil, kemudian diambil

kesimpulan bahwa masalah teratasi sebagian atau tidak teratasi.

d. Planning adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan

berdasarkan hasil analisa.


72

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis / Desain/ Rancangan Studi Kasus

Pada studi kasus ini, penulis menggunakan metode Deskriftif Kualitatif.

Dimana dalam studi kasus ini, pemberian teknik bekam di tuangkan secara

deskriftif, yaitu dengan menggambarkan pemberian teknik pada pasien

hipertensi di Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau Tahun 2019

melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

3.2 Subyek Studi Kasus

Kasus dalam penelitian ini adalah pemberian teknik bekam pada pasien

hipertensi. Dalam penelitian ini penulis mengambil 2 orang pasien hipertensi

untuk menjadi responden penelitian di Panti Werdha Budi Luhur Kota

Lubuklinggau Tahun 2019

Kriteria inklusi subjek :

1. Pasien yang bersedia diberikan asuhan keperawatan terapi bekam

2. Pasien bersedia menjadi responden

3. Pasien yang mengalami nyeri kepala

4. Pasien kooperatif

5. Pasien yang menjalani perawatan hipertensi

5. Pasien yang berada di Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau

Kriteria eksklusi subjek :

a. Pasien Hipertensi dengan diabetes mellitus.

b. Pasien yang tidak bersedia menjadi responden

72
73

3.3 Fokus Studi Kasus

Penurunan nyeri yang berhubungan dengan gangguan rasa nyaman pada klien

dengan hipertensi yang mendapatkan terapi bekam

3.4 Definisi Operasional Studi Kasus

1 Hipertensi : Hipertensi atau tekanan darah adalah suatu


peningkatan abnormal tekanan darah dalam
pembuluh darah arteri secara terus-menerus lebih
dari suatu periode. Hipertensi juga didefinisikan
sebagai tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan
atau tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg
2 Gangguan : Keadaan ketika individu mengalami sensasi yang
Rasa Nyaman tidak menyenagkan dalam berespons terhadap
suatu rangsangan yang berbahaya seperti Nyeri
kepala pada Hipertensi.
3 Terapi Bekam : Terapi bekam merupakan suatu metode
pembersihan darah dan angina, dengan
mengeluarkan sisa toksid dalam tubuh melalui
permukaan kulit dengan cara menyedot di bagian
bahu kiri dan kanan (Al-Katifain)

3.5 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Panti Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau pada

bulan Mei sampai dengan Juni 2019

3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan observasi

langsung terhadap pasien yang mempunyai hipertensi, khususnya yang


74

mengalami gangguan rasa nyaman sebelum dan setelah pemberian terapi

bekam

3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pemngumpulan data yang digunakan penulis pada penelitian ini

adalah berupa lembar checklist skala angka untuk mengetahui proses

pengurangan nyeri pada pasien hipertensi setelah dilakukan terapi bekam

dirancang penulis sesuai dengan tujuan yang diinginkan

3.6.3 Langkah-langkah Pengumpulan Data

1) Mengurus perizinan dengan Institusi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

2) Mengurus perizinan dengan Instansi terkait yaitu Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau

3) Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian kepada kepala panti

sosial sebagai penanggung jawab di tempat penelitian dan meminta

persetujuan untuk melibatkan subjek dan penelitian

4) Menjelaskan maksud, tujuan dan waktu penelitian kepada responden

5) Meminta kepada responden untuk menanda tangani lembar informed

consent sebagai bukti persetujuan

6) Mengidentifikasi atau mendiskusikan dengna subjek tentang pemberian

terapi bekam

7) Melakukan pemeriksaan skala nyeri dan rasa nyaman sebelum dilakukan

terapi bekam

8) Melakukan tindakan terapi bekam kepada pasien yang dilakukan oleh

praktisi yang memiliki lisensi dan peneliti sebagai pendamping


75

9) Setelah pemberian terapi bekam selama 15-20 menit dilakukan

pengkajian ulang intensitas nyeri pasien

10) Melakukan pengolahan data

3.7 Analisa Data

Pengolahan data menggunakan analisis Deskriptif. Analisis Deskriptif

adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan data

yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan (Notoatmodjo, 2012).

Analisa dengan menggunakan tabel distribusi dari tiap variable. Teknik

analisa data yang digunakan adalah teknik perhitungan (%), dan disajikan

dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.8 Penyajian Data

Setelah data dianalisis dan didapatkan hasil penelitian, maka data atau hasil

penelitian akan disajikan dalam bentuk narasi atau tekstular dan table

3.9 Etika Studi Kasus

Menurut Notoadmodjo (2012) secara garis besar dalam melaksanakan sebuah

penelitian ada empat prisip yang harus dipegang teguh yakni :

3.9.1 Menghormati Harkat dan Martabat Manusia (Respect for Human

Dignity)

Peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak subyek penelitian untuk

mendapatkan informasi tentang tujuan penelitian. Disamping itu, peneliti

juga memberikan kebebasan kepada subyek untuk berpartisipasi atau tidak

berpartisipasi dalam penelitian.


76

3.9.2 Menghormati Privasi dan Kerahasiaan Subyek Penelitian (Respect for

Privacy and Confidentially)

Peneliti tidak boleh menampilkan informasi mengenai identitas dan

kerahasiaan identitas subyek.

3.9.3 Keadilan dan Inklusivitas / Keterbukaan (Respect for Justice an

Inclusiveness)

Prinsip keterbukaan dan adil perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran,

keterbukaan dan kehati-hatian. Untuk itu, lingkungan peneliti perlu

dikondisikan sehingga memenuhi prinip keterbukaan, yakni dengan

menjelaskan prosedur penelitian. Prinsip keadilan ini menjamin bahwa

semua obyek penelitian memperoleh perlakuan dan keuntungan yang sama

tanpa membedakan gender, agama, etnis dan sebagainya.

3.9.4 Memperhatikan Manfaat dan Kerugian yang Ditimbulkan (Balancing

Harms and Benefits)

Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal mungkin

bagi masyarakat pada umumnya, dan subyek penelitian pada khususnya.

Peneliti hendaknya berusaha meminimalisasi dampak yang merugikan bagi

subyek. Oleh sebab itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau

paling tidak mengurangi rasa sakit, cidera, stress, maupun kematian subjek

penelitian.
77

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran Panti Sosial Tresna Werda Budi Luhur Kota


Lubuklinggau

Panti Sosial Tresna Werda Budi Luhur Kota Lubuklinggau didirikan

pada tahun 1993 berdasarkan keputusan Menteri Sosial

R.I.NO.72/HUK/1997 tanggal 23 Oktober 1987 dan diresmikan oleh

Gubernur Sumatera Selatan Nomor: 24/BA/KESTRA / Tanggal 29

Agustus 1983. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, maka pada

tahun anggaran 2000 s/d tahun anggaran 2002 dana operasional panti telah

diserahkan kepada Pemerintah Kota Lubuklinggau.

Setelah didirikan kantor sosial oleh Pemerintah Kota Lubuklinggau

melalui perda No.25 Tahun 2003 maka kelembagaan Panti Sosial Tresna

Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau yang memberikan pelayanan

kepada lanjut usia terlantar, khususnya di wilayah Kota Lubuklinggau dan

wilayah sekitarnya. Untuk organisasi Unit Pelaksanaan Teknis Daerah

(UPTD) Panti Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau.

Pada Dinas Soial diatur dalam peraturan Walikota Lubuklinggau No 6

Tahun 2009, yang dituangkan sesuai dengan ketentuan pasal 20 Peraturan

Daerah Kota Lubuklinggau Nomor 2 Tahun 2008 tentang susunan

organisasi dan tata kerja Dinas Daerah, disebutkan bahwa pada

setiap Dinas dibentuk Unit Pelaksana Teknik Dinas dengan peraturan

Walikota sesuai kebutuhan. Oeh karena itu melaksanakan sebagian tugas

Dinas Sosial Kota Lubuklinggau dibidang penanganan penyandang

77
78

masalah kesejahteran sosialkhususnya pelayanan lanjut usia terlantar,

perlu untuk membentuk untuk Unit Pelaksana Teknis Dinas Panti Sosial

Tresna Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau.

4.1.2 Karakteristik Subyek Penelitian (Identitas Klien)

Dalam studi kasus ini dipilih 2 orang sebagai subyek studi kasus

yaitu Subjek I dan Subjek II. Kedua subjek ini sudah sesuai dengan

kriteria inklusi yang telah ditetapkan.

Subyek I

Subyek I dengan inisial Tn.I berusia 68 tahun dilakukan pengkajian

pada tanggal 07 Mei 2019. Tn.I beragama Islam.Tn I pendidikan

terakhirnya SMP. Tn. I tidak bekerja. Tn. I tinggal di Panti Tresna Werdha

Kota Lubuklinggau di Wisma 4 dengan diagnosa medis Hipertensi Grade

II. Klien termasuk Hipertensi Grade II. Kesadaran klien composmetis,

GCS(15) E4V5M6, tekanan darah 170/100 MmHg, suhu 36,5˚c, nadi

89x/m, pernapasan 20x/m, Klien mengatakan keluhan yang sering ia

rasakan sakit kepala,kesulitan tidur, waktu tidurnya ± 5 jam, Tn I

mengatakan sering terbangun pada malam hari.

Subyek II

Subyek II dengan inisial Tn.H berusia 66 tahun dilakukan

pengkajian pada tanggal 07 Mei 2019. Tn.H beragama Islam. Tn H

pendidikan terakhirnya SD. Tn. H tidak bekerja. Tn.H tinggal di Panti

Tresna Werdha Kota Lubuklinggau di Wisma 2 dengan diagnosa medis


79

Hipertensi. Kesadaran composmetis, GCS(15) E4V5M6, tekanan darah

170/90 MmHg, suhu 36,5˚c, nadi 90x/m, pernapasan 20x/m. Klien

mengatakan keluhan yang sering ia rasakan susah untuk memulai tidur,

nyeri di bagian kepala yang menyebabkan klien sering terbangun pada

malam hari. Dilihat dari tanda dan gejala yang muncul klien termasuk

Hipertensi.

4.1.3 Data Asuhan Keperawatan

4.1.3.1 Pengkajian

Tabel 4.1
Hasil Pengkajian (Observasi) Awal
Dua Orang Subyek

Subjek
Aspek yang dinilai
I II
1. Identitas Klien
a. Nama Tn. I Tn. H
b. Usia 68 Tahun 66 Tahun
c. Pendidikan SMP SMA
d. Golongan Darah B -
e. Agama Islam Islam
f. Status Perkawinan Istri Duda
g. Alamat Kayu Ara Kayu ara
h. Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki
i. Orang yang paling Tidak ada Keponakan
dekat dihubungi
2. Riwayat Keluarga
a. Pasangan Ny. E Ny. R
b. Kesehatan Hidup Meninggal
c. Umur 36 tahun -
d. Pekerjaan IRT -
e. Alamat Kayu Ara -
f. Kematian -l Meninggal
g. Sebab kematian - Akibat darah
tinggi
h. Tahun meninggal - 1992
i. Anak - -
j. Nama - -
80

k. Alamat - -
l. Kematian Tidak punya anak Tidak punya anak
3. Riwayat Pekerjaan
Anak
a. Status pekerjaan saat - -
ini
b. Pekerjaan sebelumnya - -
c. Sumber pendapatan - -
d. Jarak tempat kerja dari - -
rumah
4. Riwayat Lingkungan
Hidup
a. Tipe tempat tinggal Panti Panti
b. Jumlah kamar 5 Kamar 5 Kamar
c. Jumlah orang yang 5 orang 5 orang
tinggal di rumah panti
d. Derajat privacy - -
e. Tetangga terdekat - -
f. Alamat Panti Tresna Panti Tresna
Werdha Budi Werdha Budi
Luhur Luhur
Lubuklingga Lubuklinggau
g. Kondisi Panti Bersih dan Rapi Bersih dan Rapi
5. Riwayat Rekreasi
a. Hobi/minat Mendengar lagu Menonton
di radio
b. Keanggotaan Tidak ada Tidak ada
organisasi
c. Liburan perjalanan Tidak ada Tidak ada
d. Kegiatan di panti Bersih- bersih Bersih- bersih
lingungan, senam lingungan, senam
dan pengajian dan pengajian
6. Sumber Pendukung
yang digunakan
a. Dokter/perawat/bidan Perawat Perawat
/fisioterapi, dll
b. RS/klinik/yankes dll RS RS
c. Jarak dari panti 3 km 3 km
d. Makanan yang Tidak ada Tidak ada
dihantar
e. Perawatan sehari-hari Tidak ada Tidak ada
oleh keluarga
81

7. Kebiasaan Ritual
a. Agama Klien slalu sholat Klien slalu sholat
5 waktu dan 5 waktu dan
melaksanakan melakukan puasa
puasa ramadhan ramadhan
b. Istirahat tidur Klien sering sulit Klien sering sulit
tidur jika nyeri tidur jika nyeri
kepala kepala
c. Kebiasaan ibadah Klien taat dalam Klien taat dalam
beribadah beribadah
d. Kepercayaan Klien percaya Klien percaya
bahwa allah itu bahwa allah itu
ada ada
e. Ritual makan Klien berdoa Klien berdoa
sebelum dan sebelum dan
sesudah makan sesudah makan
8. Pengkajian Aspek
Spiritual
Afek dan sikap Tenang Tenang
Perilaku
a. Pasien tampak berdoa Ya Ya
sebelum makan
b. Pasien membaca Tidak Ya
kitab suci atau buku
keagamaan
c. Pasien tampak Tidak Tidak
mengeluh

d. Pasien tampak Tidak Tidak


mengekspresikan
kemarahannya
terhadap agama
Vervalisasi
a. Pasien menyebut Ya Ya
Tuhan, doa, rumah,
ibadah, atau topik
keagamaan lainnya
b. Pasien pernah minta Tidak Tidak
dikunjungi oleh
pemuka agama
c. Pasien tampak Ya Ya
mengeksoresikan rasa
takutnya terhadap
kematian
82

Hubungan
Interpersonal
a. Siapa pengunjung Tidak ada Ada,
pasien keponakannya
b. Bagaimana pasien Klien tidak pernah Klien merasa
berespon terhadap dikunjungi senang saat
pengunjung keluarganya keponakannya
berkunjung ke
panti
c. Bagaimana pasien Klien ramah dan Klien ramah dan
berhubungan dengan peduli pada setiap peduli pada setiap
pasien lain dan juga orang orang
perawat
Lingkungan
a. Pasien membawa Ya Ya
kitab suci atau
perlengkapan ibadah
lainnya
b. Pasien menerima Tidak Tidak
kiriman tanda simpati
dari unsur keagamaan
c. Pasien memakai Ya Ya
tanda keagamaan
d. Keluhan utama Klien mengatakan Klien mengatakan
Kepala terasa Kepala terasa
sakit, sering sakit,kesemutan
pegal, dan terasa kaku,
kesemutan, , dan sakit timbul
terasa kaku, sakit Ketika bangun
timbul pada waktu tidur klien tidak
pagi hari dan mengerti tentang
ketika bangun penyakitnya.
tidur dan
mengalami
kesulitan tidur dan
waktu tidurnya ±
5 jam
e. Diagnosa medis Hipertensi Grade Hipertensi Grade
II II
f. Obat- obatan Rheumacyl dan Rheumacyl dan
vit.B comp vit.B comp
g. Status Imunisasi Lengkap Lengkap
h. Alergi Tidak ada alergi Tidak ada alergi
i. Penyakit yang Tidak ada Tidak ada
diderita penyakit yang penyakit yang
diderita diderita
83

j. Nutrisi Nutris klien Nutrisi klien


terpenuhi terpenuhi
9. Status Kesehatan Masa Klien mengatakan Klien mengatakan
Lalu penyakit yang penyakit yang
pernah dialaminya pernah dialaminya
yaitu magh, yaitu demam dan
demam, dan batuk batuk pilek
pilek
10. Tinjauan Sistem
a. Keadaan umum K/U baik K/U baik
b. Tingkat kesadaran Composmetis Composmetis
c. GCS (15) E : 4 V : 5 (15) E : 4 V : 5
M :6 M :6
d. Tanda-tanda vital TD : 170/90 TD: 170/80
MmHg MmHg
T : 36,5 C T: 36,5 C
HR : 89 x/m HR: 90x/mnt
RR : 20 x/m RR: 20x/mnt
e. Bagaimana postur Membungkuk Membungkuk
tulang belakang
lansia
Head To Toe
a. Kepala
1) Kebersihan Bersih Bersih
2) Kerontokan Tidak Tidak
rambut
3) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
b. Mata
1) Konjungtiva Tidak anemis Tidak anemis
2) Sklera Tidak ikterik Tidak ikterik
3) Strabismus Tidak ada Tidak ada
strabismus strabismus
4) Penglihatan Kabur Kabur
5) Peradangan Tidak ada Tidak ada
6) Katarak Tidak ada Tidak ada
7) Penggunaan Ya, klien Ya, klien memakai
kacamata memakai kacamata
kacamata
8) Keluhan Ya Ya
9) Jika ya, jelaskan Klien mengatakan Klien mengatakan
matanya sudah matanya sudah
kabur dan sulit kabur
untuk mengenali
seseorang
84

c. Hidung
1) Bentuk Simetris Simetris
2) Peradangan Tidak ada Tidak ada
peradangan peradangan
3) Penciuman Tidak terganggu Tidak terganggu
4) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
d. Mulut, tenggorokan
dan telinga
1) Kebersihan Baik Baik
2) Mukosa Lembab Lembab
3) Peradangan/stom Tidak terjadi Tidak terjadi
atitis peradangan peradangan
4) Gigi Ompong Ompong
5) Radang gusi Tidak ada radang Tidak ada radang
gusi gusi
6) Kesulitan Ya Ya
menguyah
7) Kesulitan Tidak, klien tidak Tidak, klien tidak
menelan mengalami mengalami
kesulitan menelan kesulitan menelan
e. Telinga
1) Kebersihan Bersih Bersih
2) Peradanga Tidak ada Tidak ada
peradangan peradangan
3) Pendengaran Tidak mengalami Tidak mengalami
gangguan gangguan
4) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan

f. Leher
1) Pembesaran Tidak ada Tidak ada
kelenjar tiroid pembesaran pembesaran
kelenjar tiroid kelenjar tiroid
2) JVD Tidak ada Tidak ada
3) Kaku kuduk Tidak ada kaku Tidak ada kaku
kuduk kuduk
4) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
g. Dada
1) Bemtuk dada Simetris Simetris
2) Retraksi Tidak ada retraksi Tidak ada retraksi
3) Suara nafas Vesikuler Vesikuler
4) Wheezing Tidak ada Tidak ada
5) Ronchi Tidak ada Tidak ada
6) Suara jantung Tidak ada suara Tidak ada suara
tambahan tambahan tambahan
7) Ictus cordis ICS ICS
8) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
85

h. Abdomen
1) Bentuk Simetris Simetris
2) Nyeri tekan Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan tekan
3) Kembung Tidak ada Tidak ada
kembung kembung
4) Supel Tidak ada Tidak ada
5) Bising usus Ada. Frekuensi 16 Ada, frekuensi 20
x/m x/m
6) Massa Tidak ada massa Tidak ada massa
7) Keluhan Tidak ada Tidak ada
i. Genitalia
1) Kebersihan Tidak dikaji Tidak dikaji
2) Haemoroid Tidak ada Tidak ada kelainan
kelainan
3) Hernia Tidak ada Tidak ada
4) Keluhan Tidak ada keluhan Tidak ada keluhan
j. Ekstremitas
1) Kekuatan otot
4444 4444 4444 4444

4444 4444 4444 4444

2) Rentang gerak Terbatas Terbatas


3) Deformitas Tidak terjadi Tidak terjadi
deformitas deformitas
4) Tremor Tidak ada Ya
5) Edema Ya, ada edema Ya, ada edema
pada pergelangan pada pergelangan
kaki kanan dan kaki kanan dan
kirinya kirinya
6) Penggunaan alat Ya Ya
bantu
7) Nyeri persendian Ya Ya
8) Paralysis Tidak mengalami Tidak mengalami
paralysis paralysis
9) Refleks (√) kanan dan kiri (√) kanan dan kiri
(+) biceps (+) biceps
(+) triceps (+) triceps
(+) patelar (+) patelar
(+) achiles (+) achiles
k. Integumen
1) Kebersihan Bersih Bersih
2) Warna Tidak pucat Tidak pucat
3) Kelembapan Kering Lembab
4) Lesi/luka Tidak ada lesi Tidak ada lesi
86

5) Perubahan tekstur Ada, kulit keriput Ada, kulit keriput


6) Gangguan pada Tidak ada Tidak ada
kulit gangguan gangguan

l. Pemeriksaan Dilakukan Dilakukan


penunjang pemeriksaan asam pemeriksaan asam
urat dengan hasil urat dengan hasil
7,6 mg/dl 6,7 mg/dl

4.1.3.2Analisa Data

TABEL 4.2
Analisa Data Subyek I

No Analisa Data Etiologi Masalah


1. DS: Tn. I mengatakan nyeri Gangguan Sirkulasi Gangguan rasa
kepala, dan terasa kaku, nyaman
sakit timbul pada waktu Otak
pagi hari dan ketika bangun
tidur Resistensi
Pembuluh Darah
- P : Nyeri sering timbul tiba- otak
tiba
- Q : Nyeri seperti tertusuk- Nyeri
tusuk
- R : Nyeri tersa di kepala
- S : Skala nyeri 6 Gangguan rasa
- T : Nyeri timbul di pagi nyamani
hari

DO:
- Wajah klien tampak
kesakitan
- Tn. I tampak menggunakan
alat bantu untuk berjalan
yaitu tongkat
- TD : 170/90 MmHg
- HR : 89 x/mnt
- RR : 20x/mnt
- T : 36,5 C
2. DS : Tn. I mengatakan Gangguan Sirkulasi Gangguan pola
Kepalanya terasa sakit. Klien tidur
hanya tidur ± 5 jam, klien juga Otak
mengatakan sering terbangunn
pada tidur malam hari. Resistensi
DO : - klien tampak gelisah Pembuluh Darah
87

-Mata cekung otak


-Klien tampak lesu
-Klien tampak Nyeri
menguap
- Mata berkaca kaca Gangguan pola
- TD : 170/90 MmHg tidur
- HR : 89 x/mnt
- RR : 20x/mnt
- T : 36,5 C
3. DS : Tn.I mengatakan takut Hipertensi Resiko Jatuh
untuk berjalan jauh
DO : - Tn.A tampak berhati-hati Vasokantraksi
saat berjalan
- Usia klien 68 tahun Gangguan
- Lantai wisma Sirkulasi
tampak berkeramik
- Lantai di depan Retina
kamar mandi agak
basah dan licin Spasme Arteriol
- Penerangan di panti
tampak tidak terlalu Resiko Jatuh
terang
- Klien tampak
berjalan
menggunakan
tongkat

Tabel 4.3
Analisa Data Subyek II

No Analisa Data Etiologi Masalah


1. DS: Tn.H mengatakan Nyeri Gangguan Sirkulasi Gangguan rasa
kepala , sakit timbul ketika nyaman
banyak melakukan aktivitas Otak

- P : Nyeri timbul akibat Resistensi


terlalu banyak melakukan Pembuluh Darah
aktivitas otak
- Q : Nyeri seperti tertusuk-
tusuk Nyeri
- R : Nyeri terasa di Kepala
- S : Skala nyeri 6 Gangguan rasa
- T : Nyeri timbul di pagi nyaman
hari dan ketika melakukan
aktivitas
-
88

DO:
- TD : 170/90 MmHg
- T : 36,5
- HR : 90x/mnt
RR : 20x/mnt
2. DS : Tn. H mengatakan tidak Reaksi faktor Defisit
mengerti tentang penyakit antibody, faktor Pengetahuan
Hipertensi, makanan pantangan metabolic
dan cara pengobatannya
DO : - Tn.H tampak bertanya Reaksi peradangan
tentang rematik dan
makanan pantangan dan Kurangnya
pengobatannya informasi tentang
- Klien tampak proses penyakit
bingung dengan
penyakit yang Kurangnya
dideritanya pengetahuan
- Tampak gelisah
3. DS : Tn.H mengatakan takut Hipertensi Resiko Jatuh
untuk berjalan jauh
karena kepalanya sering Vasokantraksi
terasa sakit jika
kelamaan berjalan dan Gangguan
melakukan aktivitas Sirkulasi

DO : Klien tampak berhati-hati Retina


saat berjalan
- Usia klien 66 tahun Spasme Arteriol
- Klien tampak sering
menggunakan alat Resiko Jatuh
bantu saat berjalan
yaitu dengan
tongkat
- Lantai di panti
tampak berkeramik
- Penerangan di panti
tampak tidak terlalu
terang
- Lantai di depan
kamar mandi
tampak basah dan
licin
89

4.1.3.3 Diagnosa Keperawatan

TABEL 4.4
Diagnosa Keperawatan Dua Subyek Studi Kasus

No Klien Diagnosa
1. Klien 1 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan
(Tn. I) dengan proses penyakit (Resistensi
pembuluh darah otak)
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan
kurang kontrol tidur
3. Resiko Jatuh berhubungan dengan mobilitas
menurun
2. Klien 2 1. Gangguan rasa nyaman berhubungan
(Tn. H) dengan proses penyakit (Resistensi
pembuluh darah otak)
2. Defisit pengetahuan tentang Hipertensi
berhubungan dengan kurangnya informasi
3. Resiko Jatuh berhubungan dengan
mobilitas menurun
90

4.2.3 Perencanaan

Tabel 4.5
Rencana Asuhan Keperawatan Subyek I

Nama Pasien : Tn”I” Diagnosa Medis :

Hipertensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan SIKI : Terapi Bekam
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi :
Proses Penyakit Pemberian terapi 1. Periksa Riwayat
(Resistensi Pembuluh dalam rentang waktu Kesehatan
Darah Otak) 2 minggu sebanyak 3 2. Indikasi kontradiksi
x diharapkan nyeri bekam(miss,konsumsi
DS: Tn. I mengatakan teratasi. pengencer darah)
Sakit Kepala, dan SLKI : Terapeutik :
terasa kaku, sakit a. Tingkat Nyeri 3. Tentukan titik
timbul pada waktu b. Status pembekaman
pagi hari dan ketika Kenyamanan 4. Tentukan jenis bekam
bangun tidur. Dengan kriteria hasil yang akan dilakukan
- P : Nyeri sering : (miss, bekam basah
timbul tiba-tiba - TTV batas atau kering)
- Q : Nyeri seperti normal dengan 5. Baringkan pasien
tertusuk-tusuk skor : 3 senyaman mungkin
- R : Nyeri terasa - Pasien dapat 6. Buka pakaian pada
dikepala istirahat dan area yang akan
- S : Skala nyeri 6 tidur dengan dilakukan
- T : Nyeri timbul di tenang dengan pembekaman
pagi hari skor : 5 7. Pasang sarung tangan
DO: - Tn. I tampak - Pasien tampak dan alat pelindung diri
menggunakan alat bantu rileks dengan 8. Desinfeksi area yang
untuk berjalan yaitu skor : 3 akan di lakukan
tongkat - Nyeri pembekaman
- Wajah klien tampak berkurang dari menggunakan kapas
Meingis 6 ke 1 alcohol
- TD : 170/90 MmHg 9. Oleskan tubuh
- HR : 89 x/mnt Keterangan Skor : menggunakan minyak
- RR : 20x/mnt 1 : Meningkat herbal untuk
- T : 36,3 C 2 : Cukup Meningkat meningkatkan
3 : Sedang peredaran darah
4 : Cukup Membaik 10. Lakukan pengekopan
5 : Membaik dengan tarikan
secukupnya
91

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


11. Lakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
12. Lakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam
kering
13. Lakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan
penyayatan
14. Lakukan
pembekaman tidak
lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
15. Buka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
16. Bersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
17. Hindari area
pembekaman pada
area mata, mulut,
areola mammae,
kelamin, dekat
pembuluh darah
besar,
varises, dan jaringan
luka
18. Lakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
19. Jelaskan tujuan dan
prosedur bekam
20. Anjurkan berpuasa
sebelum
pembekaman, jika
perlu
21. Anjurkan tidak mandi
2-3 jam pasca
pembekaman
92

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


2. Gangguan pola tidur Setelah dilakukan
SIKI :Dukungan Tidur
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi :
kurang kontrol tidur 3 x 24 jam8. Identifikasi pola
DS : Tn.I mengatakan diharapkan gangguan aktivitas dan tidur
susah tidur Sakit Kepala. pola tidur teratasi. 9. Identifikasi faktor
Klien hanya tidur ± 5 SLKI : pengganggu tidur (
jam, klien juga d. Anxiety fisik atau psikologis)
mengatakan sering reduction 10. Identifikasi
terbangun saat tidur e. Comfort level makanan dan
malam hari f. Sleep : minuman yang
Extent ang menggangguntidur
DO : - klien tampak patterm (misal: kopi, teh,
gelisah Dengan kriteria hasil makan mendekati
- Mata cekung : tidur, minum banyak
- Klien tampak - Jumlah jam air sebelum tidur)
lesu tidur dalam Terapeutik :
- Klien tampak batas normal 11. Modifikasi
menguap 6-8 jam/hari lingkungan (misal:
- Mata berkaca dengan skor : pencahayaan, matras,
kaca 3 kebisingan)
- TD : 170/90 - Pola tidur,
Edukasi :
MmHg kualitas 12. Jelaskan
- HR : 89 x/mnt dalam normal pentingnya tidur cukup
- RR : 20x/mnt dengan skor : 13. Anjurkan
3 menepati kebiasaan
waktu tidur.
Keterangan Skor : 14. Anjurkan
1 : Menurun menghindari
2 : Cukup Menurun makanan/minuman
3 : Sedang yang menggangggu
4 : Cukup Meningkat tidur.
5 : Meningkat
93

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


3. Resiko Jatuh Setelah dilakukan SIKI : Manajemen
berhubungan dengan asuhan keperawatan lingkungan
mobilitas menurun 3x24 jam diharapkan Observasi :
tidak terjadi cedera. 6. Identifikasi keamanan
DS : Tn.I mengatakan SLKI : dan kenyaman
takut untuk berjalan jauh a. Tingkat Jatuh lingkungan
DO : Terapeutik:
- Tn.I tampak Dengan kriteria hasil 7. Sediakan tempat tidur
berhati-hati : dan lingkungan yang
saat berjalan - Klien dapat bersih dan aman.
- Usia klien mempertahanka 8. Sediakan ruangan
68 tahun n keselamatan berjalan yang cukup
- Lantai fisik dengan dan aman
wisma skor : 3 Edukasi :
tampak - Klien terbebas 9. Jelaskan cara
berkeramik dari cideraklien membuat lingkungan
- Lantai di mampu rumah yang aman
depan kamar mencegah 1. Ajarkan
mandi agak terjadinya pasien/pengunjung
basah dan cidera dengan tentang upaya
licin skor 3 pencegahan infeksi.
- Penerangan
di panti Keterangan Skor :
tampak tidak 1 : Meningkat
terlalu 2 : Cukup Meningkat
terang 3 : Sedang
- Klien 4 : Cukup Menurun
tampak 5 : Menurun
berjalan
menggunaka
n tongkat
94

Tabel 4.6
Rencana Asuhan Keperawatan Subyek II

Nama Pasien : Tn”H” Diagnosa Medis :

Hipertensi

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


1. Gangguan rasa nyaman Setelah dilakukan SIKI : Terapi Bekam
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi :
Proses Penyakit Pemberian terapi 1. Periksa Riwayat
(Resistensi Pembuluh dalam rentang waktu Kesehatan
Darah Otak) 2 minggu sebanyak 3 2. Indikasi kontradiksi
x diharapkan nyeri bekam(miss,konsumsi
DS: Tn.H mengatakan teratasi. pengencer darah)
Sakit Kepala, dan SLKI : Terapeutik :
terasa kaku, sakit a. Tingkat Nyeri 3. Tentukan titik
timbul pada waktu b. Status pembekaman
pagi hari dan ketika Kenyamanan 4. Tentukan jenis bekam
bangun tidur. yang akan dilakukan
- P : Nyeri sering Dengan kriteria hasil : (miss, bekam basah atau
timbul tiba-tiba - TTV batas kering)
- Q : Nyeri seperti normal dengan 5. Baringkan pasien
tertusuk-tusuk skor : 3 senyaman mungkin
- R : Nyeri terasa - Pasien dapat 6. Buka pakaian pada area
dikepala istirahat dan yang akan dilakukan
- S : Skala nyeri 6 tidur dengan pembekaman
- T : Nyeri timbul di tenang dengan 7. Pasang sarung tangan
pagi hari skor : 5 dan alat pelindung diri
DO: - Pasien tampak 8. Desinfeksi area yang
- Tn. H tampak rileks dengan akan di lakukan
menggunakan alat skor : 3 pembekaman
bantu untuk berjalan - Nyeri menggunakan kapas
yaitu tongkat berkurang dari alcohol
- Wajah klien tampak 6 ke 1 9. Oleskan tubuh
Meingis menggunakan minyak
- Tampak adanya Keterangan Skor : herbal untuk
edema pada 1 : Meningkat meningkatkan peredaran
pergelangan kaki 2 : Cukup Meningkat darah
- 3 : Sedang
- TD : 170/90 MmHg 4 : Cukup Membaik
- HR : 89 x/mnt 5 : Membaik
- RR : 20x/mnt
T : 36,3 C
95

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


10. Lakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
11. Lakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam
kering
12. Lakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan
penyayatan
13. Lakukan pembekaman
tidak lebih dari 5
menit untuk
menghindari hipoksia
jaringan
14. Buka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
15. Bersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
16. Hindari area
pembekaman pada
area mata, mulut,
areola mammae,
kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan
luka
17. Lakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
18. Jelaskan tujuan dan
prosedur bekam
19. Anjurkan berpuasa
sebelum
pembekaman, jika
perlu
20. Anjurkan tidak mandi
2-3 jam pasca
pembekaman
96

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


2. Defisit Pengetahuan Setelah dilakukan SIKI : Edukasi Kesehatan
tentang Hipertensi asuhan keperawatan Observasi :
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi kesiapan
kurangnya informasi masalah kurangnya dan kemampuan
pengetahuan teratasi menerima informai
DS : Tn.H mengatakan SLKI : Terapeutik :
tidak mengerti tentang - Knowledge : 2. Sediakan materi dan
penyakit Hipertensi, disesase process media pendidikan
makanan pantangan dan - Knowkedge : kesehatan.
cara pengobatannya health behavior 3. Berikan kesempatan
DO : untuk bertanya.
- Tn.H tampak Dengan kriteria hasil: Edukasi :
bertanya - Klien dapat 4. Jelaskan faktor resiko
tentang memahami yang dapat mem
Hipertensi mengenai pengaruhi kesehatan
dan makanan penyakit yg 5. Ajarkan strategi yang
pantangan dideritanya dapat di gunakan
dan dengan skor : 3 untuk meningkatkan
pengobatann - Pengetahuan perilaku hidup sehat.
ya klien bertambah
- Klien tampak dengan Skor : 3
bingung
dengan Keterangan Skor :
penyakit 1 : Meningkat
yang 2 : Cukup Meningkat
dideritanya 3 : Sedang
- Wajah 4 : Cukup Menurun
tampak 5 : Menurun
gelisah
97

No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi


3. Resiko Jatuh Setelah dilakukan SIKI :Manajemen lingkungan
berhubungan dengan asuhan keperawatan Observasi :
mobilitas menurun 3x24 jam diharapkan 1. Identifikasi keamanan
tidak terjadi cedera. dan kenyaman
DS : Tn.H mengatakan SLKI : lingkungan
takut untuk berjalan jauh - Risk control Terapeutik:
karena kepalanya sering 2. Sediakan tempat tidur
terasa sakit saat Dengan kriteria hasil : dan lingkungan yang
melakukan aktivitas - Klien dapat bersih dan aman.
mempertahanka 3. Sediakan ruangan
DO : Klien tampak n keselamatan berjalan yang cukup
berhati-hati fisik dengan dan aman
saat berjalan skor : 3 Edukasi :
- Usia klien 66 - Klien terbebas 4. Jelaskan cara
tahun dari cidera klien membuat lingkungan
- Klien tampak mampu rumah yang aman
sering mencegah 5. Ajarkan
menggunaka terjadinya pasien/pengunjung
n alat bantu cidera dengan tentang upaya
saat berjalan skor : 3 pencegahan infeksi.
yaitu dengan
tongkat Keterangan Skor :
- Lantai di 1 : Meningkat
panti tampak 2 : Cukup Meningkat
berkeramik 3 : Sedang
- Penerangan 4 : Cukup Membaik
di panti 5 : Membaik
tampak tidak
terlalu terang
- Lantai di
depan kamar
mandi
tampak
basah dan
licin
98

4.2.4 Implementasi Keperawatan dan Evaluasi

Tabel 4.7
Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Pada Subyek I

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1. Selasa/07-Mei- Gangguan rasa nyaman Jam : 14.15 Jam : 15.00
2019 nyeri berhubungan dengan Observasi : S: klien mengatakan setelah
Proses Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 6 ke 5
Respon : O:
- TD : 170/90 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk
- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 5
kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 160/90 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt
aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Pembekaman di
lakukan di daerah Al-
Katifain (Bahu kiri dan

98 98
99

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


- Meriksa Riwayat kanan)
Kesehatan - Tidak ada tanda-tanda
- Indikasi kontradiksi infeksi yang terjadi
bekam(miss,konsumsi setelah pemberian
pengencer darah) terapi bekam
sebelumnya
Jam : 14.30 - Darah yang keluar saat
Terapeutik : pembekaman ± 3 cc
- Mentukan titik - Darah kental dan
pembekaman berwarna gelap
- Mentukan jenis bekam - Tidak ada tanda-tanda
yang akan dilakukan hipoksia jaringan
(miss, bekam basah atau setelah pemberian
kering) terapi bekam
- Membaringkan pasien - Klien tampak rileks
senyaman mungkin setelah terapi Bekam
- Membuka pakaian pada
area yang akan dilakukan A: Masalah nyeri belum
pembekaman teratasi
- Memasang sarung tangan
dan alat pelindung diri P: Intervensi Dilanjutkan 20
- Mendesinfeksi area yang Mei 2019
akan di lakukan
pembekaman
menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh

99
100

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area
pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat

100
101

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan
Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,
jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman

2. Senin/20-Mei- Gangguan rasa nyaman nyeri Jam : 14:15 Jam : 15:00


2019 berhubungan dengan Proses Observasi : S: klien mengatakan setelah
Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 5 ke 4
Respon : O:
- TD : 170/90 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk
- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 4

101
102

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 160/90 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt
aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Pembekaman di
lakukan di daerah Al-
- Periksa Riwayat Katifain (Bahu kiri dan
Kesehatan kanan)
- Indikasi kontradiksi - Tidak ada tanda-tanda
bekam(miss,konsumsi infeksi yang terjadi
pengencer darah) setelah pemberian
terapi bekam
Jam : 14.30 sebelumnya
Terapeutik : - Darah yang keluar saat
- Mentukan titik pembekaman ± 3 cc
pembekaman - Darah kental dan
- Mentukan jenis bekam berwarna gelap
yang akan dilakukan - Tidak ada tanda-tanda
(miss, bekam basah atau hipoksia jaringan
kering) setelah pemberian
- Membaringkan pasien terapi bekam
senyaman mungkin - Klien tampak rileks
- Membuka pakaian pada setelah terapi Bekam
area yang akan dilakukan A: Masalah nyeri teratasi
pembekaman sebagian

102
103

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


- Memasang sarung tangan
dan alat pelindung diri P: Intervensi Dilanjutkan 04
- Mendesinfeksi area yang Juni 2019
akan di lakukan
pembekaman
menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh
menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang

103
104

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area
pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,
jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman
3. Selasa/04-Juni- Gangguan rasa nyaman nyeri Jam : 14:15 Jam : 15:00
2019 berhubungan dengan Proses Observasi : S: klien mengatakan setelah
Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 4 ke 3

104
105

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Respon : O:
- TD : 160/80 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk
- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 3
kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 150/80 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt
aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Klien tampak rileks
setelah terapi Bekam
- Periksa Riwayat A: Masalah nyeri teratasi
Kesehatan
- Indikasi kontradiksi P: Intervensi Dihentikan
bekam(miss,konsumsi
pengencer darah)

Jam : 14.30
Terapeutik :
- Mentukan titik
pembekaman
- Mentukan jenis bekam

105
106

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


yang akan dilakukan
(miss, bekam basah atau
kering)
- Membaringkan pasien
senyaman mungkin
- Membuka pakaian pada
area yang akan dilakukan
pembekaman
- Memasang sarung tangan
dan alat pelindung diri
- Mendesinfeksi area yang
akan di lakukan
pembekaman
menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh
menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan

106
107

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area
pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,

107
108

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman

Tabel 4.8
Implementasi Keperawatan Dan Evaluasi Pada Subyek II

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


1. Selasa/07-Mei- Gangguan rasa nyaman nyeri Jam : 15:15 Jam : 16:00
2019 berhubungan dengan Proses Observasi : S: klien mengatakan setelah
Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 6 ke 5
Respon : O:
- TD : 170/90 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk
- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 5
kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 160/90 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt

108
109

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Pembekaman di
lakukan di daerah Al-
- Periksa Riwayat Katifain (Bahu kiri dan
Kesehatan kanan)
- Indikasi kontradiksi - Tidak ada tanda-tanda
bekam(miss,konsumsi infeksi yang terjadi
pengencer darah) setelah pemberian
terapi bekam
Jam : 15.30 sebelumnya
Terapeutik : - Darah yang keluar saat
- Mentukan titik pembekaman ± 3 cc
pembekaman - Darah kental dan
- Mentukan jenis bekam berwarna gelap
yang akan dilakukan - Tidak ada tanda-tanda
(miss, bekam basah atau hipoksia jaringan
kering) setelah pemberian
- Membaringkan pasien terapi bekam
senyaman mungkin - Klien tampak rileks
- Membuka pakaian pada setelah terapi Bekam
area yang akan dilakukan A: Masalah nyeri belum
pembekaman teratasi
- Memasang sarung tangan
dan alat pelindung diri
- Mendesinfeksi area yang P: Intervensi Dilanjutkan 20
akan di lakukan Mei 2019
pembekaman

109
110

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh
menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area

110
111

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,
jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman
2. Senin/20-Mei- Gangguan rasa nyaman nyeri Jam : 15:15 Jam : 16:00
2019 berhubungan dengan Proses Observasi : S: klien mengatakan setelah
Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 5 ke 4
Respon : O:
- TD : 170/90 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk

111
112

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 4
kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 160/90 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt
aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Pembekaman di
lakukan di daerah Al-
- Periksa Riwayat Katifain (Bahu kiri dan
Kesehatan kanan)
- Indikasi kontradiksi - Tidak ada tanda-tanda
bekam(miss,konsumsi infeksi yang terjadi
pengencer darah) setelah pemberian
terapi bekam
Jam : 15.30 sebelumnya
Terapeutik : - Darah yang keluar saat
- Mentukan titik pembekaman ± 3 cc
pembekaman - Darah kental dan
- Mentukan jenis bekam berwarna gelap
yang akan dilakukan - Tidak ada tanda-tanda
(miss, bekam basah atau hipoksia jaringan
kering) setelah pemberian
- Membaringkan pasien terapi bekam
senyaman mungkin - Klien tampak rileks

112
113

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


- Membuka pakaian pada setelah terapi Bekam
area yang akan dilakukan
pembekaman A: Masalah nyeri teratasi
- Memasang sarung tangan sebagian
dan alat pelindung diri
- Mendesinfeksi area yang P: Intervensi Dilanjutkan 04
akan di lakukan Juni 2019
pembekaman
menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh
menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan
secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari

113
114

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area
pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,
jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman

114
115

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


3. Selasa/04-Juni- Gangguan rasa nyaman nyeri Jam : 15:15 Jam : 16:00
2019 berhubungan dengan Proses Observasi : S: klien mengatakan setelah
Penyakit ( Resistensi Mengkaji nyeri secara diberikan terapi Bekam
Pembuluh Darah Otak) komprehensif nyeri berkurang dari 4 ke 3
Respon : O:
- TD : 150/90 MmHg - P : nyeri timbul saat - P : nyeri sering timbul
- HR : 89 x/mnt klien banyak tiba-tiba
- RR : 20x/mnt melakukan aktivitas - Q : nyeri seperti
- T : 36,5 C dan saat cuaca dingin tertusuk tusuk
- Q : nyeri seperti - R : nyeri terasa di
tertusuk tusuk Kepala
- R : nyeri terasa di kaki - S : skala nyeri 5
kanan dan kirinya - T : nyeri timbul di pagi
- S : skala nyeri 6 hari
- T : nyeri biasanya - TD : 140/80 MmHg
timbul saat klien - HR : 89 x/mnt
banyak melakukan - RR : 20x/mnt
aktivitas dan pada saat - T : 36,5 C
cuaca dingin - Klien tampak rileks
setelah terapi Bekam
- Periksa Riwayat
Kesehatan A: Masalah nyeri teratasi
- Indikasi kontradiksi
bekam(miss,konsumsi P: Intervensi Dilanjutkan 1-
pengencer darah) 20

115
116

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Jam : 15.30
Terapeutik :
- Mentukan titik
pembekaman
- Mentukan jenis bekam
yang akan dilakukan
(miss, bekam basah atau
kering)
- Membaringkan pasien
senyaman mungkin
- Membuka pakaian pada
area yang akan dilakukan
pembekaman
- Memasang sarung tangan
dan alat pelindung diri
- Mendesinfeksi area yang
akan di lakukan
pembekaman
menggunakan kapas
alcohol
- Menngoleskan tubuh
menggunakan minyak
herbal untuk
meningkatkan peredaran
darah
- Melakukan pengekopan
dengan tarikan

116
117

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


secukupnya
- Melakukan penyayatan
pada area yang telah
dilakukan bekam kering
- Melakukan pengekopan
kembali setelah
dialakukan penyayatan
- Melakukan pembekaman
tidak lebih dari 5 menit
untuk menghindari
hipoksia jaringan
- Membuka kop dan
bersihkan darah yang
terapung
- Membersihkan area yang
telah dilakukan
pembekaman
- Menghindari area
pembekaman pada area
mata, mulut, areola
mammae, kelamin, dekat
pembuluh darah besar,
varises, dan jaringan luka
- Melakukan sterilisasi
pada alat- alat bekam
yang talah digunakan

117
118

No Hari/Tanggal Diagnosa Keperawatan Implementasi Evaluasi Paraf


Edukasi :
- Menjelaskan tujuan dan
prosedur bekam
- Menganjurkan berpuasa
sebelum pembekaman,
jika perlu
- Menganjurkan tidak
mandi 2-3 jam pasca
pembekaman

118
119

Subyek I
Tabel 4.9
Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam Pada Subyek I
Inisial Pasien : Tn. I
Ruangan : Wisma 4
Diagnosa : Hipertensi
KONDISI PASIEN
NYERI SKALA NYERI SKALA NYERI SKALA BERAT
RINGAN (1-3) SEDANG (4-6) (7-10)
(pasien dapat (pasien mendesis, (pasien terkadang tidak dapat mengikuti perintah
N HARI/ JAM berkomunikasi menyeringai, dapat tapi masih respon terhadap tindakan, tidak dapat
O TANGGAL (WIB) dengan baik) menunjukkan lokasi mendeskripsikan, tidak dapat diatasi dengan alih
nyeri, mendeskripsikan posisi, nafas panjang dan distraksi)
dan dapat mengikuti
perintah)

1. Selasa/07-Mei- 15.00 √ (Klien Menyeringai)


2019 WIB
2. Senin/20-Mei- 15.00 √ (Klien Menyeringai)
2019 WIB
3. Selasa/4-Juni- 15.00 √
2019 WIB

119
120

Subyek I
Tabel 4.10
Skala Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam Pada Subyek Subyek I

Inisial Pasien : Tn. I


Ruangan : Wisma 4
Diagnosa : Hipertensi

NO Tanggal Tekanan Darah Pre Terapi Skala Tekanan Darah Post Terapi Bekam
Hari Bekam
Jam

1 Selasa/07-Mei-2019 170/90 mmhg 160/80 mmhg


2 Senin/20-Mei-2019 170/90 mmhg 160/90 mmhg
3 Selasa/4-Juni-2019 160/80 mmhg 150/80 mmhg

120
121

Tabel 4.11
Evaluasi Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan Dengan Terapi Bekam Pada Subyek I

Inisial Pasien : Tn. I

Ruangan : Wisma 4

Diagnosa : Hipertensi

KONDISI PASIEN
NO HARI/ JAM SKALA NYERI SEBELUM SKALA NYERI SESUDAH HASIL
TANGGAL (WIB) DILAKUKAN TERAPI BEKAM DILAKUKAN TERAPI BEKAM
1. Selasa/07- 07.30 WIB 6 5 Nyeri menurun
Mei-2019
2. Senin/20- 07.45 WIB 5 4 Nyeri menurun
Mei-2019
3. Selasa/4- 07.35 WIB 4 2 Nyeri menurun
Juni-2019

121
122

Subyek II

Tabel 4.12
Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam Pada Subyek II

Inisial Pasien : Tn. H

Ruangan : Wisma 1

Diagnosa : Hipertensi

KONDISI PASIEN
NYERI SKALA NYERI SKALA SEDANG NYERI SKALA BERAT
RINGAN (1-3) (4-6) (7-10)
(Pasien dapat (Pasien mendesis, (Pasien terkadang tidak dapat
NO HARI/ JAM (WIB) berkomunikasi dengan menyeringai, dapat mengikuti perintah tapi masih
TANGGAL baik) menunjukkan lokasi nyeri, respon terhadap tindakan,
mendeskripsikan dan dapat tidak dapat mendeskripsikan,
mengikuti perintah) tidak dapat diatasi dengan alih
posisi, nafas panjang dan
distraksi)

1. Selasa/07-Mei-2019 16:00 WIB √ (Klien Menyeringai)


2. Senin/20-Mei-2019 16:00 WIB √ (Klien Menyeringai)
3. Selasa/4-Juni-2019 16:00 WIB √

122
123

Subyek II
Tabel 4.13
Skala Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam Pada Subyek II

Inisial Pasien : Tn. H


Ruangan : Wisma 4
Diagnosa : Hipertensi

NO Tanggal Tekanan Darah Pre Terapi Skala Tekanan Darah Post Terapi Bekam
Hari Bekam
Jam

1 Selasa/07-Mei-2019 170/90 mmhg 160/90 mmhg


2 Senin/20-Mei-2019 170/90 mmhg 160/90 mmhg
3 Selasa/4-Juni-2019 150/ 90 mmhg 140/ 80 mmhg

123
124

Tabel 4.14
Evaluasi Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan Dengan Terapi Bekam Pada II

Inisial Pasien : Tn. H

Ruangan : Wisma 1

Diagnosa : Hipertensi

KONDISI PASIEN
NO HARI/ JAM SKALA NYERI SEBELUM SKALA NYERI SESUDAH HASIL
TANGGAL (WIB) DILAKUKAN TERAPI BEKAM DILAKUKAN TERAPI BEKAM
1. Selasa/07- 16:00 WIB 6 5 Nyeri menurun
Mei-2019
2. Senin/20- 16:00 WIB 5 4 Nyeri menurun
Mei-2019
3. Selasa/4- 16:00 WIB 4 3 Nyeri menurun
Juni-2019

124
125

4.3 Pembahasan

4.3.1 Pengkajian

Pada bab ini penliti akan melaporkan hasil pengelolaan asuhan

keperawatan pada Tn.I. dan Tn.H. dengan Hipertensi di Panti Tresna

Werdha Budi Luhur Kota Lubuklinggau pada tanggal 07 Mei 2019-04 Juni

2019. Pada pengkajian awal, penulis mendapatkan data status klien dan

pemeriksaan fisik klien. Menurut Nurarif dan Kusuma,(2015). Masalah

yang lazim muncul pada penyakit hipertensi adalah: Penurunan curah

jantung berhubungan dengan peningkatan afterload, Nyeri akut

berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler serebral, Kelebihan

volume cairan, Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan,

Ketidakefektian koping, Resiko cidera, Defisiensi pengetahuan, dan

Ansietas.

Pada kenyataan di penelitian peneliti hanya menemukan Beberapa

diagnosa yaitu: Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses

penyakit (tekanan intrakranial), Gangguan pola tidur berhubungan dengan

kurang kontrol tidur, Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya

informasi, Resiko jatuh berhubungan dengan mobilitas menurun. Jadi ada

kesenjangan antara teori dan kenyataan di lapangan yang peneliti temui.

Dimana didalam terori terdapat 8 diagnosa yang bisa ditegakkan. Namun

pada kenyataannya peneliti hanya bias menegakkan 4 diagnosa

keperawatan. Hal sesuai dengan apa yang dikeluhkan oleh kedua subyek

dalam pengkajian dan kondisi kedua subyek penelitian


126

Subyek I Tn.I berusia 68 tahun. Klien mengatakan keluhan yang

sering ia rasakan sakit di kepala, sering,pegal, kesemutan,, dan terasa

kaku, sakit timbul pada waktu pagi hari dan ketika bangun tidur. Tn.I

juga sering mengalami kesulitan tidur dan waktu tidurnya ± 5 jam,

kesulitan tidurnya ini diakibatkan karena nyeri pada kepala yang sering

timbul.

Subyek II Tn.H berusia 66 tahun. Klien mengatakan keluhan yang

sering ia rasakan sakit kepala, lutut sering pegal, kesemutan,bengkak pada

pergelangan kaki, dan terasa kaku, sakit timbul ketika banyak melakukan

aktivitas dan terkena dingin. Nyeri pada penyakit Hipertensi ini akibat dari

peningkatan tekanan intracranial yang menimbulkan nyeri. Skala nyeri

kedua subyek termasuk skala nyeri sedang yaitu 6 yang ditandai dengan

wajah tampak kesakitan, klien tampak menyeringai, dapat menunjukkan

lokasi nyerinya. Kedua subyek dengan diagnosa medis hipertensi ini

ditandai dengan timbulnya nyeri dibagian kepala.

Etiologi yang pasti dari hipertensi esensial belum diketahui.Namun,

sejumlah interaksi beberapa energi homeostatik saling terkait.Defek awal

diperkirakan pada mekanisme pengaturan cairan tubuh dan tekanan oleh

ginjal. Faktor hereditas berperan penting bilamana ketidakmampuan

genetic dalam mengelola kadar natrium normal. Kelebihan intake natrium

dalam diet dapat meningkatkan volume cairan dan surah jantung.

Pembuluh darah memberikan reaksi atas peningkatan aliran darah

melalui kontriksi atau peningkatan tahan perifer.Tekanan darah tinggi

adalah hasil awal dari peningkatan curah jantung yang kemudian


127

dipertahankan pada tingkat yang lebih tinggi sebagai suatu timbal balik

peningkatan tahanan perifer (Wajan, 2010).

4.3.2 Diagnosa Keperawatan

Menurut Aprisunadi,(2016). Defenisi gangguan rasa nyaman

adalah. Perasaan kurang senang, lega dan sempurna dalam dimensi fisik,

psikospiritual, lingkungan dan sosial. Pada karya tulis ini fokus diagnosa

keperawatannya yaitu gangguan rasa nyaman berhubungan dengan proses

penyakit (tekanan intracranial). Pada penyakit Hipertensi ini gejala yang

sering timbul yaitu munculnya nyeri pada daerah kepala. nyeri yang timbul

akibat meningkatnya tekanan darah. Menurut Ratna, 2010 Menurut

International Association For Study Of Pain (IASP), nyeri adalah sensori

subjektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait

dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan

kondisi terjadinya kerusakan (Triyana, 2013). Nyeri sedang ditandai

dengan data objektif yaitu pasien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, mendeskripsikan dan dapat mengikuti perintah,

(Aprisunadi,2016).

Dengan data subyektif didapatkan kedua klien mengatakan nyeri

terasa di kepala , Dan pada data objektif didapatkan wajah klien tampak

kesakitan,klien tampak menyeringai, klien tampak meringis. klien dengan

skala nyeri sedang yaitu 6, nyeri terasa di bagian kepala, nyeri timbul pada

pagi hari, , dan banyak melakukan aktivitas. Dari data subyektif dan data

objektif maka didapatkan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri pada

penyakit hipertensi.
128

4.3.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan merupakan salah satu tahap proses

keperawatan yang dapat digunakan sebagai pedoman kegiatan untuk

mengatasi masalah keperawatan. Menurut Fadhillah,(2018). Salah satu

intervensi utama adalah manajemen nyeri. Di dalam intervensi manejemen

nyeri terdapat terapi nonfarmakologis dalam hal ini Peneliti menyusun

perencanaan terapi non farmakologis berupa tindakan terapi bekam yang

akan diimplementasikan pada kedua subyek adalah dengan masalah

keperawatan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan Proses Penyakit

(Tekanan Intrakranial).. Dalam menyusun perencanaan peneliti

mempunyai tujuan agar pasien dapat istirahat dan tidur dengan tenang,

pasien tampak rileks,dan nyeri berkurang.

Terapi bekam merupakan suatu metode pembersihan darah dan

angina, dengan mengeluarkansisa toksid dalam tubuh melalui permukaan

kulit dengan cara menyedot (Santoso, 2012).

Bekam sebagai sebuah tindakan bedah minor dan mengeluarkan darah,

tentunya harus dilandasi dengan diagnose yang tepat dalam tindakan bekam

dan alangkah baiknya dilakukan oleh seorang yang mengerti ilmu

pengobatan. Bekam dengan meng kop bagian tubuh tertentu dan

meluncurkan kearah bagian tubuh yang lain. Teknik bekam ini biasanya

untuk pemanasan pasien, fungsinya melancarkan peredaran darah,

pelemasan otot dan menyehatkan kulit.


129

4.3.4Implementasi

Fase implementasi yang dilakukan sesuai dengan tindakan yang

sudah direncanakan, dilakukan dengan cara yang tepat, aman serta sesuai

dengan kondisi klien. Pelaksanaan asuhan keperawatan ini dilakukan

sesuai dengan kondisi klien dan situasi serta menggunakan sarana yang

tersedia diruangan, penulis mengikuti perkembangan pasien dengan

melihat dari catatan perkembangan dokter yang menangani pasien.

Secara umum hambatan peneliti selama melaksanakan asuhan

keperawatan pada Tn.I dan Tn.H adalah keterbatasan waktu dinas. Untuk

mengatasi hal tersebut penulis melakukan koordinasi dan kolaborasi

dengan petugas jaga panti untuk memastikan pasien mendapatkan

perawatan yang optimal dan berkesinambungan. Pada karya tulis ini fokus

diagnosa keperawatannya yaitu gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan

dengan proses penyakit (tekanan intracranial).. Semua intervensi dapat

peneliti lakukan pada Tn.I dan Tn.H dikarenakan kerja sama yang baik

antara peneliti, perawat panti, pasien serta keluarga pasien.

Fokus implementasi pada studi kasus ini yaitu dilakukannya terapi

Bekam dalam mengurangi gangguan rasa nyaman nyeri pada penderita

hipertensi. Intervensi terapi bekam ini dilakukan selama 3 kali di Panti

Werda Kota Lubuklinggau mulai dari tanggal 07 Mei-04 Juni 2018. Terapi

bekam ini dilakukan pada setiap 2 minggu sekali dikarenakan menurut

Rachmadila (2009). Hal ini di tujukan untuk mencegah kestidakstabilan

darah,karena akan mennyebabkan kematian pada pasien


130

Sebelum dan sesudah dilakukannya terapi bekam ini diukur

terlebih dahulu tekanan darah dan skala nyeri di yang dirasakan klien

sehinga diketahui hasil yang didapatkan. Menurut penelitian

Akbar,(2013), dapat disimpulkan bahwa Bekam basah dapat menurunkan

tekanan darah pada pasien hipertensi. Penurunan tekanan darah pada

pasien hipertensi setelah di bekam di pengaruhi oleh zat nitrit oksida yang

di produksi oleh lapisan dalam edothenium pembulu darah yang

membantu peregangan dan pelebaran pembuluh darah. Serta berperan

meningkatkan suplai nutrisi dan darah di bekukan oleh sel-sel dan lapisan-

lapisan pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga menjadikan lebih

kuat dan elastis serta mengurangi tekanan darah.

4.3.5 Evaluasi

Evaluasi keperawatan merupakan tahap akhir proses keperawatan

yang dapat digunakan sebagai alat ukur keberhasilan suatu keperawatan

yang dibuat. Evaluasi dilakukan pada tanggal 07 Mei 2018 - 04 Juni 2018

setelah 10 menit terapi yang dilakukan, untuk diagnosa keperawatan

gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit adalah

masalah nyeri teratasi ditandai dengan data objektif : tanda-tanda vital

dalam rentang batas normal, klien tampak rileks, dan skala nyeri dari 6

turun menjadi 2 tetapi pada subyek II Tn.H mengalami perbedaan pada

skala nyerinya dari 6 turun menjadi 3. Hal ini dikarenakan ada beberapa

faktor usia (Triyana, 2013).

Menurut Akbar (2013) dapat disimpulkan bahwa bekam basah

dapat menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi. Penurunan


131

tekanan darah pada pasien hipertensi setelah di bekam di pengaruhi oleh

zat nitrit oksida yang di produksi oleh lapisan dalam edothenium pembulu

darah yang membantu peregangan dan pelebaran pembuluh darah. Serta

berperan meningkatkan suplai nutrisi dan darah di bekukan oleh sel-sel

dan lapisan-lapisan pembuluh darah arteri maupun vena, sehingga

menjadikan lebih kuat dan elastis serta mengurangi tekanan darah

4.3.6 Keterbatasan Penelitian

Peneleitian ini telah di usahakan dan dilaksanakan sesuai dengan

prosedur ilmiah, namun demikian masih memiliki keterbatasan yaitu:

1. Keterbatasan jumlah responden untuk menjadi subyek penelitian

2. Peneliti hanya melakukan bekam pada satu titik yaitu Al-Katifain (

Bahu kiri dan bahu kanan)


132

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan paparan fokus studi dan pembahasan tentang kemampuan

dan kemandirian subyek terkait aktivitas sehari-hari (ADL) pada pasien

hipertensi grade II setelah dilakukan pemberian terapi Bekam dapat

disimpulkan bahwa :

5.1.1Pengkajian

Dari hasil pengkajian pertama kali penulis, diketahui kedua subyek yaitu

subjek I berinisial Tn.I dan subyek II berinisial Tn. H yang sama-sama

mengalami masalah nyeri Kepala pada penderita Hipertensi terdapat

pemeriksaan pada kedua subyek. Pada Subjek I didapatkan nyeri kepala

dengan skala 6, pegal, , dan terasa kaku, sakit timbul pada waktu pagi hari

dan ketika bangun tidur. Pada subjek II didapatkan nyeri kepala dengan

skala 6, pegal, kesemutan,, dan terasa kaku, sakit timbul ketika banyak

melakukan aktivitas.

a) Skala nyeri kedua subyek termasuk skala nyeri sedang yaitu 6 yang

ditandai dengan wajah tampak kesakitan, klien tampak menyeringai,

dapat menunjukkan lokasi nyerinya. Kedua subyek dengan diagnosa

medis hipertensi ini ditandai dengan timbulnya nyeri dibagian kepala.

132
133

5.1.2 Diagnosa Keperawatan

Dengan data subyektif didapatkan kedua klien mengatakan sering

terjaga pada malam hari, lama waktu tidur klien hanya 4 dan 5 jam , dan

susah untuk memulai tidur. Dan pada data objektif didapatkan wajah klien

tampak lesu, klien tampak menguap, mata klien tampak berkaca-kaca,

hasil skoring Skala Nyeri 6 . Dari data subyektif dan data objektif maka

didapatkan diagnosa gangguan rasa nyaman nyeri pada penyakit hipertensi

5.1.3 Perencanaam Keperawatan

Perencanaan yang dibuat penulis untuk menyelesaikan masalah pada

kedua subjek dapat dilaksanakan dengan baik karena sesuai dengan

kebutuhan kedua subjek yaitu pemberian terapi Terapi Bekam. Terapi ini

diberikan pada Sore hari selama 10 menit. Terapi Bekam ini dilakukan

dengan cara melakukan Cuping Pada Bagian Al-Katifain (bahu kiri dan

kanan).

Penulis melakukan intervensi dengan melakukan terapi Bekam agar

dapat mengatsi gangguan rasa nyaman pada penderita hipertensi.

5.1.4 Implementasi Keperawatan

Dalam melakukan tindakan keperawatan, penulis berusaha

melakukannya sesuai dengan rencana keperawatan baik secara mandiri

maupun kolaborasi dengan tim kesehatan lain. Dan kedua subjek

mendapatkan implementasi yang sama yaitu dengan pemberian terapi

Bekam agar dapat mengatsi gangguan rasa nyaman pada penderita

hipertensi.. Waktu pelaksanaannya dilakukan pada Sore hari pada tanggal


134

07 Mei – 04 Juni 2019. Bekam ini dilakukan selama 10 menit dengan

keadaan rileks.

5.1.5 Evaluasi Keperawatan

Dari hasil evaluasi kedua subjek terjadi penurunan skala nyeri, serta

penurunan tekanan darah pada subjek I setelah dilakukan Terapi Bekam

Sebagai Terapi Komplementer yang Melengkapi Terapi Farmakologi

sebelumnya berupa Terapi Farmakologi Pemberian obat Rheumacyl untuk

mengurangi sakit kepala .

Pada hari pertama dengan hasi dari skala nyeri 6 turun ke 5 dan tekanan

darah awal 170/90 mmhg turun ke 160/80 mmhg , pada hari kedua skala

nyeri dari 5 turun ke 4 dan tekanan darah dari 170/90 mmhg menjadi

160/90mmhg , dan hari ketiga skala nyeri dari 4 turun 2 serta tekanan

darah dari 160/80 mmhg menjadi 150/80mmhg. Dan pada subjek II setelah

dilakukan Terapi Bekam pada hari pertama dengan hasil dari skala nyeri 6

turun ke 5 serta tekanan darah 170/90 mmhg menjadi 160/80 mmhg, pada

hari kedua skala nyeri dari 5 turun ke 4 serta tekanan darah dari 170/90

mmhg menjadi 160/80 mmhg, dan hari ketiga dari skala nyeri 4 turun ke 3

serta tekanan darah dari 150/80 mmhg menjadi 140/80 mmhg. setelah

dilakukan Terapi Bekam pada subjek I dan subjek II terdapat perbedaan

skala nyeri pada hari ketiga yaitu pada Subyek I mengalami penurunan

nyeri dari 6 ke 2 sedangkan subyek 2 mengalami penurunan nyeri dari 6 ke

3.Hal ini dikarenakan ada beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri yaitu

salah satunya usia. Kasus ini dapat membuktikan bahwa setelah dilakukan
135

Terapi Bekam dapat mengalami penurunan nyeri serta tekanan darah dan

terapi ini sangat efektif dilakukan.

5.2 Saran

Berdasarkan analisa dan kesimpulan penelitian, maka dalam sub bab

ini peneliti akan menyampaikan beberapa saran diantaranya :

5.2.1 Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Dapat memperluas wawasan dan menambah ilmu pengetahuan serta

dapat dijadikan sebagai suatu pengalaman bagi mahasiswa/i Prodi

Keperawatan Lubuklinggau

5.2.2 Bagi Perawat Dipanti Tresna Werdha

Dapat memberikan sarana untuk dilakukan pemberian terapi

relaksasi bekam untuk mengatasi gangguan rasa nyaman pada lansia

dengan hipertensi. sehingga pemberian terapi bekam berjalan secara

optimal. Perlu adanya pengawasan secara konsisten dalam pemberian

terapi bekam pada penyakit Hipertensi.

5.2.3 Bagi Masyarakat

Hasil penelitian terapi Bekam ini dapat bermanfaat bagi masyarakat

dalam mengatasi gangguan rasa nyaman pada penderita hipertensi

5.2.4 Bagi Perkembangan Ilmu Dan Teknologi Keperawatan

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan

model-model terapi lainnya khususnya dalam menangani pasien penderita


136

hipertensi dalam pemberian terapi bekam pada lansia dengan diagnosa

hipertensi, diharapkan untuk kedapan untuk mengambil lebih banyak

sampel serta lebih memaksimalkan penelitian menggunakan beberapa titik

yang lain
137

DAFTAR PUSTAKA

Andra, 2013. Teori hipertensi. Diakses dari http://mufidah.co.id/teori-


hipertensi.html. Dibuka pada 16 Januari 2018

Astawan. 2003. dapat diakses: http://www.depkes.go.id/index.php?option=


articles & task = viewer ticle & artid = 20 & itemed = 3.

Gunawan Lany. 2007. Hipertensi Tekanan Darah Tinggi. Kanisius: Yogyakarta.

Izzo, Joseph L,. Sica, Domenic,. & Black, Hendry R. 2008. Hypertension
Primer: The essentials of High Blood Pressure Basic Science,
Population Science, and Clinical Management, Edisi ke-4.
Philadelphia. USA. Lippincott Williams & Wilkins. Hal 138.

Kasmui. Bekam Pengobatan Menurut Sunnah Nabi. ISYFI : Semarang. 2006

Kementrian Kesehatan RI, 2013. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan
Penyakit Tidak Menular, Pusat Data dan Informasi Kesehatan
Kemenkes RI, Jakarta.

Kusyati, Eni dkk. Pengaruh Arah Putaran Jarum Bekam Basah Terhadap
Tekanan Darah Penderita Hipertensi Di Kedung Mundu Semarang.
PPNI Jawa Tengah : Semarang. 2014

Kusyati, E. Bekam Sebagai Terapi Komplementer keperawatan. Popup Design :


Yogyakarta. 2012

Makmun Lukman H. 2007. Simposium Pendekatan Holistik Penyakit


Kardiovaskuler II. Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit
Dalam FKUI, Jakarta.

Muttaqin, A 2014. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem


Kardiovaskuler, Jakarta: Salemba Medika

Notoatmodjo, S 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2011. Konsep dan Penerapan Metode Penelitian Ilmu Keperawatan:


Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian Keperawatan, Edisi 2,
Jakarta: Penerbit Salemba Medika.

Potter, P.A & Perry,A.G. 2008. Buku Ajar Fundamtal Keperawatan. Jakarta:
EGC.

Purba, 2012. Aktivitas Pencegahan Kekambuhan Asma Oleh Pasien Asma.


Artikel Kesehatan Universitas Sumatera Utara.
138

Ramaiah Savitri, 2007. HIPERTENSI. PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok.


Gramedia. Jakarta.

Ridho, Achmad Ali. Bekam Sinergi : Rahasia Sinergi Pengobatan Nabi, Medis
Modern, dan Traditional Chinese Medicine. Aqwamedika : Solo. 2012

Riset Kesehatan Daerah (RISKESDA), Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan RI, Hipertensi, 2013

Santoso, Ody. Pelatihan Bekam atau Hijamah. Yayasan Amal Media Suara Islam
: Jakarta. 2012

Sharaf, A.R. Penyakit dan Terapi Bekamnya Dasar-Dasar Ilmiah Terapi Bekam.
Thibbia : Surakarta. 2012

Susi dan Sarwono. 2008. Perencanaan Menu untuk Penderita Tekanan Darah
Tinggi. Edisi 7. Penebar Uwadya: Jakarta

Sustrani Lanny, dkk. 2014. Hipertensi PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta.

Triyanto, Endang. 2014. Pelayanan Keperawatan Bagi Penderita Hipertensi


Secara Terpadu . Yogyakarta : Graha Ilmu.

Umar, Wadda. A. Sembuh dengan Satu Titik. Al-Qowam Publishing : Solo.


2008

Wajan, 2010. Symposium Pendekatan Holistic Penyakit Kardiovaskuler II.


Jakarta: Pusat Informasi Dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam
FKUI

World Health Organization, 2014. Clinical Guidelines for the Management of


Hypertension, WHO Regional Office for the Eastern Mediteranean Cairo,
Cairo.
139
140
141
142
143
144
145
146
147
148
149
150
151
152
153
154
155
125

Skala Nyeri Sebelum Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam

Inisial Pasien :

Ruangan :

Diagnosa :

KONDISI PASIEN
NYERI SKALA NYERI SKALA SEDANG NYERI SKALA BERAT
RINGAN (1-3) (4-6) (7-10)
(Pasien dapat (Pasien mendesis, (Pasien terkadang tidak dapat
NO HARI/ JAM (WIB) berkomunikasi dengan menyeringai, dapat mengikuti perintah tapi masih
TANGGAL baik) menunjukkan lokasi nyeri, respon terhadap tindakan,
mendeskripsikan dan dapat tidak dapat mendeskripsikan,
mengikuti perintah) tidak dapat diatasi dengan alih
posisi, nafas panjang dan
distraksi)

1.
2.
3.
126

Skala Tekanan Darah Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Pemberian Terapi Bekam
Inisial Pasien :
Ruangan :
Diagnosa :

NO Tanggal Tekanan Darah Pre Terapi Skala Tekanan Darah Post Terapi Bekam
Hari Bekam
Jam

1
2
3
127

Evaluasi Skala Nyeri Sebelum Dan Sesudah Dilakukan Intervensi Keperawatan Dengan Terapi Bekam
Inisial Pasien :

Ruangan :

Diagnosa :

KONDISI PASIEN
NO HARI/ JAM SKALA NYERI SEBELUM SKALA NYERI SESUDAH HASIL
TANGGAL (WIB) DILAKUKAN TERAPI BEKAM DILAKUKAN TERAPI BEKAM
1.
2.
3.
128

STANDART OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

TEKNIK TERAPI BEKAM

1. PENGERTIAN Bekam merupakan metode pengobatan dengan


cara mengeluarkan darah yang terkontaminasi
toksin atau oksidan dari dalam tubuh melalui
permukaan kulit ari.
2. TUJUAN Untuk mengeluarkan oksidan dari dalam tubuh
sehingga penyumbatan aliran darah ke organ-
organ tertentu dalam tubuh dapat diatasi,
sehingga fungsi-fungsi fisiologis tubuh kembali
normal.
3. INDIKASI Untuk melancarkan peredaran darah.
4. KONTRAINDIKASI Orang yang dalam kondisi lemah.
5. PERSIAPAN PASIEN 1. Pasien dijelaskan tentang bekam, efek yang
terjadi, proses kesembuhan dll
2. Pasien disiapkan mentalnya agar tidak
gelisah dan takut, bimbinglah berdoa dan
berwudlu
3. Bagi pasien yang belum pernah dibekam
cukup dibekam 1 - 2 gelas
4. Pasien dipersiapkan makanan, minuman,
kebersihan tubuh dan kebersihan tempat
yang akan dibekam
6. PERSIAPAN ALAT 1. Alat yang dipersiapkan: set kop/tabung
penghisap, skapel, jarum, lancet pen, pisau
bedah, duk kain, sarung tangan, masker,
mangkok/cawan, tempat sampah, meja dan
kursi
2. Bahan yang disiapkan: kassa, kapas/tissue,
betadin, detol, sabun, zalf, alkohol, spiritus,
minyak zaitun, minyak habbatussauda, al
qusthul hindi, minyak urut hangat (misalnya:
gandapura), minuman hangat, baik kalau
disediakan madu dan susu.
3. Mensterilkan alat agar bebas kuman dan
tidak menyebarkan penyakit, dengan cara:
merebus tabung kop paling sedikit selama 30
menit setelah air mendidih terus menerus
(karet dilepas dulu). Sarung tangan, karet dan
duk kain disterilkan dengan tablet formalin.
129

4. Jarum, pinset, pisau, silet, hanya boleh sekali


pakai saja. Selesai satu pasien, langsung
buang
5. Ruangan harus bersih, terang dan cukup
aliran udara dan tidak pengap
7. CARA BEKERJA :
1. Siapkan gelas ukuran sedang yang telah dipasang alat pemantiknya,
dalam keadaan steril yang sebelumnya dapat direndam dalam alkohol
kemudian dikeringkan dan dibersihkan dengan tissue/kapas.
2. Bersihkan daerah akhda' dengan kapas/kain kassa yang telah diberi
betadine. Juru bekam dan pasien dalam keadaan suci dari hadas dengan
wudlu. Juru bekam dapat membaca/berdoa (sir atau jahr) dengan bacaan
ruqyah untuk orang sakit yang dicontohkan Nabi SAW. dan ingatkan
pasien untuk selalu berdzikir dengan membaca minimal: "Allahu huwa
asysyifa" atau "Allahu Huwasysyafi'" (Allah Yang Maha
Menyembuhkan), selama proses pembekaman supaya yaqin bahwa
hanya Allah SWT. yang dapat menyembuhkan penyakit. Juru bekam
juga harus selalu membaca dzikir ini.
3. Letakkan alat bekam di daerah akhda' dan ucapkan Basmalah (dengan
sir atau jahr)
4. Tarik Tuas secukupnya 2-3 kali, tidak terlalu kuat atau lemah,
kemudian geserkan gelas bekam ke seluruh tubuh bagian punggung,
tanpa melepas penyedotnya. Jika terlalu lemah sedotannya maka gelas
bekam akan lepas, sedot lagi secukupnya. Cara ini disebut "Bekam
Luncur", untuk mendapatkan kelenturan kulit dan daging sebelum
bekam kering, serta memberikan efek nyaman pada pasien.
5. Setelah bekam luncur selesai, pijat-pijatlah daerah yang akan dibekam,
seperti halnya pijat refleksi. Pijat ini akan memberikan kelenturan kulit
dan daging juga dan memberikan rasa nyaman.
6. Letakkan lagi alat bekam di daerah akhda' dan ucapkan Basmalah
(dengan sir atau jahr)
7. Tarik Tuas atau sedot secukupnya 8-10 kali sehingga gelas menempel
kokoh berada di daerah akhda', kemudian tunggu 5-7 menit.
8. Bukalah penutup gelas bagian atas agar udara dapat masuk, sehingga
gelas bekam mudah diambil.
9. Ambil silet/pisau/jarum/lancet pen lalu sayatkan/tusukkan ke daerah
akhda' secukupnya (jangan terlalu dalam dan banyak sayatan) dan arah
sayatan harus searah dematom kulit (jangan berlawanan karena bisa
terputus syaraf dan pembuluh darahnya)
10. Ambil gelas dan pemantiknya, arahkan ke tempat semula, lalu kita
kokang secukupnya sambil mengucapkan Basmalah. Kemudian tunggu
sampai darah kotor (rusak) keluar 5-7 menit. Gelas mulai kelihatan
130

terisi darah kotor akibat adanya tekanan udara dalam gelas tersebut.
Perhatikan betul bagi penderita diabetes agar waktu bekam tidak terlalu
lama untuk menghindari terkelupasnya kulit yang dapat menimbulkan
luka.
11. Ambil tissue dan letakkan di bawah gelas dengan tangan kiri, lalu
perlahan buka penutup udara bagian atas gelas dan segera buka, ditekan
lalu arahkan agar darah masuk semua ke dalam gelas bekam dengan
tangan kanan. Tahan tissue dengan tangan kiri sampai sisa darah habis
dan bersihkan ke seluruh daerah akhda' dengan tissue tersebut sampai
bersih.
12. Bersihkan gelas bekam yang berisi darah kotor dengan tissue. Semakin
parah penyakit seseorang, maka semakin merah kehitaman darah yang
ada di gelas. Bersihkan gelas sampai jernih kembali.
13. Lakukan lagi proses penyedotan sekurang-kurangnya 2 kali maksimal
5 kali. Setelah selesai, gelas bekam ditaruh di cawan untuk dibersihkan.
14. Tutup luka sayatan/tusukan dengan membersihkan sisa darah dengan
betadine, lalu oleskan minyak habbatussauda/ zaitun/ al-qisthul hindi,
lalu tutup dengan kapas/tissue agar minyak tidak mengenai pakaian dan
dagu.
15. Dengan pemakain minyak di atas, Insya Allah luka sayatan akan
tertutup kembali/normal seperti semula.
8 TAHAP TERMINASI
1. Mengevaluasi hasil Pemberian Terapi Bekam
2. Mendokumentasikan tindakan dan respon pasien dalam catatan
keperawatan
3. Berpamitan dengan klien

Sumber: Standar Operasional Prosedur (Sop) Bekam Asosiasi Bekam Indonesia


(ABI)
131

PENGKAJIAN KEPERAWATAN GERONTIK

1. Identitas/data biografis klien


 Nama :
................................................................................
 Umur :
................................................................................
 Pendidikan terakhir :
................................................................................
 Gol. Darah :
................................................................................
 Agama :
.................................................................................
 Status perkawinan :
................................................................................
 Alamat :
.................................................................................
 Jenis kelamin :
.................................................................................
 Orang yang paling dekat dihubungi :
.................................................................................
 Hubungan dengan usila :
.................................................................................
 Alamat & No Hp orang dan keluarga tersebut :
...................................................................
........................................................................................................................
........................

2. Riwayat Keluarga
 Pasangan :
........................................................................................................
 Kesehatan :
........................................................................................................
 Umur
:..........................................................................................................
 Pekerjaan :
.........................................................................................................
 Alamat :
.........................................................................................................
 Kematian :
.........................................................................................................
132

 Sebab kematian :
.........................................................................................................
 Tahun meninggal :
.........................................................................................................
 Anak :
.........................................................................................................
 Nama :
.........................................................................................................
 Alamat :
.........................................................................................................
 Kematian :
.........................................................................................................
 Sebab kematian :
........................................................................................................

3. Riwayat pekerjaan anak


 Status pekerjaan saat ini :
.............................................................................................
 Pekerjaan sebelumnya :
.............................................................................................
 Sumber-sumber pendapatan dan kecukupan terhadap kebutuhan :
.....................................
 Alamat :
.............................................................................................
 Pekerjaan :
.............................................................................................
 Jarak tempat kerja dari rumah :
.............................................................................................
 Alat transportasi :
.............................................................................................

4. Riwayat lingkungan hidup


 Tipe tempat tinggal/panti :
.............................................................................................
 Jumlah kamar :
.............................................................................................
 Jumlah orang yang tinggal di rumah/panti :
.........................................................................
 Derajat privacy :
.............................................................................................
133

 Tetangga terdekat :
............................................................................................
 Alamat/telepon :
............................................................................................
 Kondisi panti :
............................................................................................

5. Riwayat Rekreasi
 Hobi/ minat :
............................................................................................
 Keanggotaan organisasi :
............................................................................................
 Liburan perjalanan :
............................................................................................
 Kegiatan di panti :
............................................................................................

6. Sumber/ sistem pendukung yang digunakan


 Dokter/perawat/bidan/fisioterapi, dll :
...............................................................................
 RS/klinik/yankes lain :
..............................................................................
 Jarak dari rumah/panti :
..............................................................................
 Makanan yang dihantar :
..............................................................................
 Perawatan sehari-hari oleh keluarga :
..............................................................................

7. Kebiasaan Ritual
 Agama :
.....................................................................................................
 Istirahat tidur :
.....................................................................................................
 Kebiasaan ibadah :
....................................................................................................
 Kepercayaan :
....................................................................................................
 Ritual makan :
....................................................................................................

8. Pengkajian aspek spiritual


134

 Afek dan sikap :


tenang/kesepian/depresi/marah/cemas/agitasi/apatis/preokupasi
 Perilaku
- Pasien tampak berdoa sebelum makan : ya/tidak
- Pasien membaca kitab suci atau buku keagamaan : ya/tidak
- Pasien seringkali mengeluh : ya/tidak
- Pasien merasa susah tidur : ya/tidak
- Pasien mengekspresikan kemarahannya terhadap agama : ya/tidak

 Verbalisasi
- Pasien menyebut Tuhan, doa, rumah ibadah, atau topik keagamaan
lainnya : ya/tidak
- Pasien pernah minta dikunjungi oleh pemuka agama :
ya/tidak
- Pasien mengekspresikan rasa takutnya terhadap kematian :
ya/tidak

 Hubungan interpersonal
- Siapa pengunjung pasien ?
................................................................................
- Bagaimana pasien berespons terhadap pengunjung
?.........................................
- Pemuka agama datang mengunjungi pasien : ya/tidak
- Bagaimana pasien berhubungan dengan pasien lain dan juga dengan
perawat
?................................................................................................................
...

 Lingkungan
- Pasien membawa kitab suci atau perlengkapan ibadah lainnya :
ya/tidak
- Pasien menerima kiriman tanda simpati dari unsur keagamaan :
ya/tidak
- Pasien memakai tanda keagamaan : ya/
tidak

9. Status Kesehatan saat ini


 Keluhan utama :
..................................................................................................
 Diagnosa medis :
..................................................................................................
135

 Obat-obatan :
.................................................................................................
 Status Imunisasi :
.................................................................................................
 Alergi :
...................................................................................................
 Penyakit yang diderita:
....................................................................................................
 Nutrisi :
....................................................................................................

10. Status kesehatan Masa Lalu:


....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
....................................................................................................................................
........................................................................

11. Tinjauan sistem


a. Keadaan Umum
1) Tingkat kesadaran:
2) GCS :
3) TTV :
4) IMT :
5) Bagaimana postur tulang belakang lansia
( ) Tegap ( ) Membungkuk ( ) Kifosis ( ) Skoliosis ( ) Lordosis

b. Head to Toe
1) Kepala:
 Kebersihan : kotor/bersih
 Kerontokan rambut : ya/tidak
 Keluhan : ya/tidak
 Jika ya, jelaskan :
............................................................................................

2) Mata
 Konjungtiva : anemis/tidak
 Sklera : ikhterik/tidak
 Strabismus : ya/tidak
 Penglihatan : kabur/tidak
 Peradangan : ya/tidak
 Katarak : ya/tidak
 Penggunaan kacamata : ya/tidak
 Keluhan : ya/tidak
136

 Jika ya, jelaskan :............................................

3) Hidung
 Bentuk : simetris/tidak
 Peradangan : ya/tidak
 Penciuman : terganggu/tidak
 Keluhan : ya/tidak
 Jika ya, jelaskan :................................................................

4) Mulut, tenggorokan, dan telinga


 Kebersihan : baik/tidak
 Mukosa : kering/lembab
 Peradangan/stomatitis : ya/tidak
 Gigi : karies/tidak, ompong/tidak
 Radang gusi : ya/tidak
 Kesulitan mengunyah : ya/tidak
 Kesulitan menelan : ya/tidak

Telinga
 Kebersihan : bersih/tidak
 Peradangan : ya/tidak
 Pendengaran : terganggu/tidak
 Jika terganggu, jelaskan : ...................................
 Keluhan lain : ya/tidak
 Jika ya, jelaskan :............................................

5) Leher
 Pembesaran kelenjar thyroid : ya/tidak
 JVD : ya/tidak
 Kaku kuduk : ya/tidak
 Keluhan : .............................................................

6) Dada
 Bentuk dada : normal/chest/barrel chest/pigeon chest
 Retraksi : ya/tidak
 Suara napas : vesikuler/tidak
 Wheezing : ya/tidak
 Ronchi : ya/tidak
 Suara jantung tambahan : ada/tidak
 Ictus cordis : ICS
 Keluhan : ya/tidak
137

 Jika ya, jelaskan :


.................................................................................

7) Abdomen
 Bentuk : distended/flat/lainnya
 Nyeri tekan : ya/tidak
 Kembung : ya/tidak
 Supel : ya/tidak
 Bising usus : ada/tidak, frekwensi:....................... kali/menit
 Massa : ya/tidak, regio........................................
 Keluhan : ya/tidak
 Jika ya, jelaskan :.................................

8) Genitalia
 Kebersihan : baik/tidak
 Haemoroid : ya/tidak
 Hernia : ya/tidak
 Keluhan : ya/tidak
 Jika ya, jelaskan :
.....................................................................................

9) Ekstremitas
 Kekuatan otot (skala 1-5) :

 Rentang gerak : maksimal/terbatas


 Deformitas : ya/tidak, jelaskan:
...................................................
 Tremor : ya/tidak
 Edema : ya/tidak, pitting edema/tidak
 Penggunaan alat bantu : ya/tidak,
jenis........................................................
 Nyeri persendian : ya/tidak
 Paralysis :
 Refleks
( ) kanan dan atau kiri
( ) biceps
( ) Triceps
( ) Patelar
( ) Achiles
138

10) Integumen
 Kebersihan : baik/tidak
 Warna : pucat/tidak
 Kelembaban : kering/lembab
 Lesi/luka : ya/tidak
 Perubahan tekstur : ya/tidak
 Gangguan pada kulit : ya/tidak
Jelaskan : .............................................................................

11) Pengkajian status fungsional, kognitif, afektif, sosial


a. Pengkajian Status Fungsional

INDEKS KATZ
Skor Kriteria

Indeks Katz
A : Kemandirian dalam hal makan, kontinen, berpindah, ke kamar kecil,
berpakaian, dan
Mandi
B : Kemandirian dalam semua hal, kecuali satu dari fungsi tersebut
C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi tambahan.
D : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, dan satu
fungsi tambahan
E : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, dan satu
fungsi tambahan
F : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi, berpakaian, ke kamar
kecil, berpindah,
dan satu fungsi tambahan
G : Ketergantungan pada keenam fungsi tersebut

b. Pengkajian Status Kognitif

Short Portable Mental Status Questionnaire


(SPMSQ)
Benar Salah Nomor Pertanyaan
1. Tanggal berapa hari ini?
2. Hari apa sekarang?
3. Apa nama tempat ini?
4. Dimana alamat Anda?
5. Berapa anak Anda?
6. Kapan Anda lahir?
7. Siapakah Presiden Indonesia saat ini?
8. Siapakah Presiden Indonesia sebelumnya?
9. Siapakah nama ibu anda?
139

10. Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap


angka baru semua secara menurun
Jumlah

Interpretasi
Salah 0-3 : fungsi intelektual utuh
Salah 4-5 : fungsi intelektual kerusakan ringan
Salah 6-8 : fungsi intelektual kerusakan sedang
Salah 9-10 : fungsi intelektual kerusakan berat

SPMSQ
Skor Kriteria

d. Pengkajian Status Afektif menggunakan Skala Depresi Geriatrik Yesavage


(GDS) Long
Version
Skala Depresi Geriatrik Yesavage (GDS) Long Version
No. Pertanyaan Jawaban Skor
1. Apakah pada dasarnya Anda puas dengan Ya/Tidak
kehidupan Anda?
2. Apakah Anda sudah meninggalkan banyak Ya/Tidak
kegiatan dan minat/kesenangan Anda?
3. Apakah Anda merasa kehidupan Anda Ya/Tidak
hampa?
4. Apakah Anda sering merasa bosan? Ya/Tidak
5. Apakah Anda penuh pengharapan akan Ya/Tidak
masa depan?
6. Apakah Anda diganggu oleh pikiran-pikiran Ya/Tidak
yang tidak dapat Anda
keluarkan/ungkapkan?
7. Apakah Anda mempunyai semangat baik Ya/Tidak
sepanjang waktu?
8. Apakah Anda takut sesuatu yang buruk akan Ya/Tidak
terjadi pada Anda?
9. Apakah Anda merasa bahagia pada sebagian Ya/Tidak
besar waktu Anda?
10. Apakah Anda sering merasa tidak berdaya? Ya/Tidak
11. Apakah Anda sering merasa gelisah dan Ya/Tidak
resah/gugup?
12. Apakah Anda lebih senang tinggal di rumah Ya/Tidak
daripada pergi keluar dan mengerjakan
sesuatu hal yang baru?
13. Apakah Anda seringkali kuatir akan masa Ya/Tidak
depan?
14. Apakah Anda merasa mempunyai banyak Ya/Tidak
140

masalah dengan daya ingat Anda


dibandingkan kebanyakan orang?
15. Apakah Anda pikir hidup Anda sekarang ini Ya/Tidak
menyenangkan?
16. Apakah Anda merasa murung dan sedih? Ya/Tidak
17. Apakah Anda merasa tidak berharga seperti Ya/Tidak
perasaan Anda saat ini?
18. Apakah Anda sangat kuatir tentang Ya/Tidak
kejadian-kejadian masa lalu?
19. Apakah Anda merasakan bahwa kehidupan Ya/Tidak
ini sangat menyenangkan/menarik?
20. Apakah Anda merasa berat untuk memulai Ya/Tidak
proyek/pekerjaan baru?
21. Apakah Anda merasa penuh semangat? Ya/Tidak
22. Apakah Anda merasa bahwa keadaan Anda Ya/Tidak
tidak ada harapan?
23. Apakah Anda pikir bahwa orang lain lebih Ya/Tidak
baik keadaannya daripada Anda?
24. Apakah Anda seringkali kesal terhadap hal- Ya/Tidak
hal sepele?
25. Apakah Anda seringkali merasa ingin Ya/Tidak
menangis?
26. Apakah Anda mempunyai kesulitan dalam Ya/Tidak
berkonsentrasi?
27. Apakah Anda senang bangun di pagi hari? Ya/Tidak
28. Apakah Anda lebih senang menghindari Ya/Tidak
kegiatan sosial?
29. Apakah mudah bagi Anda untuk mengambil Ya/Tidak
keputusan?
30. Apakah pikiran Anda jernih seperti Ya/Tidak
biasanya?
Total

Intrepetasi:
Skor 0-9 : not depressed (tidak depresi/normal)
Skor 10-19 : mild depression (depresi ringan)
Skor 20-30 : severe depression (depresi sedang/berat)

GDS Long Version


Skor Kriteria

e. Pengkajian Status Fungsional

APGAR Keluarga (Adaptation, Partnership, Growth, Affection, Resolve)


No Penilaian Selalu Kadang- Hampir Total
141

(Poin kadang tidak


2) (Poin 1) pernah
(Poin 0)
1. Saya puas bisa kembali pada
keluarga saya yang ada untuk
membantu pada waktu
sesuatu menyusahkan saya
(adaptasi)
2. Saya puas dengan cara
keluarga saya membicarakan
sesuatu dan mengungkapkan
masalah dengan saya
(hubungan)
3. Saya puas bahwa keluarga
saya menerima dan
mendukung keinginan saya
untuk melakukan aktivitas
(pertumbuhan)
4. Saya puas dengan cara
keluarga saya
mengekspresikan afek dan
berespons terhadap emosi
saya, seperti marah, sedih,
atau mencintai (afek).
5. Saya puas dengan cara teman
saya dan saya menyediakan
waktu bersama-sama
Total

Interpretasi
Jumlah skor Interpretasi
7-10 Tidak terdapat disfungsi keluarga
4-6 Disfungsi keluarga ringan
0-3 Disfungsi keluarga berat

Apgar Keluarga Klien


Skor Kriteria

12) Data Penunjang


 Hasil pemeriksaan : ...............................................................

DATA FOKUS
NO Data Objektif Data Subjektif
142

ANALISA DATA

DATA ETIOLOGI MASALAH


DO:............................... ...........................................
DS:................................
..............................................

................................................

...............................................

Diagnosa Keperawatan:
1..................................................................................................................................
.............
2..................................................................................................................................
.............

RENCANA KEPERAWATAN
DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONALISASI
KEPERAWATAN NOC NIC
Dx.............. Setelah dilakukan
143

intervensi selama
DO 2x 24 jam, Kriteria
DS hasil yang
diinginkan antara
lain..........................

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal/hari Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
Keperawatan
................. Dx................ Jam Jam
S:
DO: O:
DS: A:
P:

Catatan:
- Setiap tindakan yang ditulis di implementasi harus ada hasilnya di kolom
evaluasi.
144

Anda mungkin juga menyukai