Anda di halaman 1dari 168

KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN MANAJEMEN KOPING UNTUK MENGURANGI


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MUARA KELINGI KABUPATEN
MUSI RAWAS TAHUN 2019

Disusun Oleh :
PAISAL
PO.71.20.3.18.114.RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019
KARYA TULIS ILMIAH

PENERAPAN MANAJEMEN KOPING UNTUK MENGURANGI


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MUARA KELINGI KABUPATEN
MUSI RAWAS TAHUN 2019

Disusun untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd. Kep)


Pada Program Studi D-3 Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang.

Disusun Oleh :
PAISAL
PO.71.20.3.18.114.RPL

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
LUBUKLINGGAU
TAHUN 2019
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Paisal

NIM : PO.71.20.3.18.114.RPL

Jurusan : Keperawatan Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Judul KTI : Penerapan Manajemen Koping untuk mengurangi


tingkat kecemasan pada pasien Tb Paru di wilayah kerja
Puskesmas Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
tahun 2019

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya
Keperawatan (Amd. Kep) pada Program Studi Keperwatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Bambang Soewito,SKM.M.Kes (.............................)

Pembimbing II : Nadi Aprilyadi, S.Sos. M.Kes (.............................)

Penguji I : Zuraidah, SKM, MKM (.............................)

Penguji II : H. Jhon Feri, S.Kep.Ns.M.Kes (.............................)

Ditetapkan : Lubuklinggau
Pada Tanggal : Juni 2019

ii
PERNYATAAN KEASLIAN

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa KTI dengan judul :

PENERAPAN MANAJEMEN KOPING UNTUK MENGURANGI


TINGKAT KECEMASAN PADA PASIEN TB PARU DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS MUARA KELINGI KABUPATEN MUSI RAWAS
TAHUN 2019

Dibuat untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Ahli Madya Keperawatan

pada Program Studi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau, Poltekkes Kemenkes

Palembang, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan tiruan atau duplikasi dari

KTI yang sudah dipublikasikan dan atau pernah dipakai untuk mendapatkan gelar

Ahli Madya Keperawatan di lingkungan Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau

Poltekkes Kemenkes Palembang maupun di Perguruan Tinggi atau Instansi

manapun. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan KTI ini merupakan hasil

plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia

mempertanggung jawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi menurut aturan

tata tertib di Prodi D – 3 Keperawatan Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes

Palembang.

Lubuklinggau, Juli 2019

Yang Menyatakan

PAISAL
PO.71.20.3.18.114.RPL

iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN UJIAN
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)

Judul KTI : Penerapan Manajemen Koping Untuk Mengurangi Tingkat


Kecemasan Pada Pasien TB Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Muara Kelingi Musi Rawas Tahun 2019.
Nama Mahasiswa : Paisal
NIM : PO.71.20.3.18.114 RPL
Pembimbing : 1. Bambang Soewito, SKM,M.Kes
2. Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes
Karya Tulis Ilmiah ini telah diterima dan disetujui untuk diajukan dan
diseminarkan dalam ujian penelitian KTI Program Studi D-3 Keperawatan
Lubuklinggau Poltekkes Kemenkes Palembang Tahun Akademik 2018/2019.

Lubuklinggau, Juli 2019


Pembimbing I Pembimbing II

Bambang Soewito, SKM.M.Kes Nadi Aprilyadi, S.Sos, M.Kes


NIP.19740831 199403 1 002 NIP. 19770421 199603 1 00 1

.NNNNN

Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan Lubuklinggau
Poltekkes Kemenkes Palembang

H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes


NIP. 197605091995021001.

iv
PANITIA SIDANG KARYA TULIS ILMIAH
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Lubuklinggau, Juli 2019

Tim Penguji
Ketua

Bambang Soewito, SKM, M.Kes


NIP. 19740831 199403 1 002

Anggota :
Penguji I

Zuraidah, SKM.MKM
NIP. 19661217 198911 2 001

Penguji II

H. Jhon Feri, S.Kep.Ns.M.Kes


NIP.197605091995021001

v
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALEMBANG
PRODI STUDI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

KARYA TULIS ILMIAH, JULI 2019

PAISAL

Penerapan Manajemen koping untuk mengurangi tingkat kecemasan pada


pasien Tb Paru di wilayah kerja Puskesmas Muara kelingi tahun 2019

Xiii + 101 Halaman + 12 Tabel + 5 Daftar Lampiran


ABSTRAK

Tuberkulosis Paru adalah suatu infeksi kronik jaringan paru, yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosae. Epidemiologi TB di Indonesia selama 30 tahun
meningkat. Identifikasi kasus efektif dan kecenderungan penurunan angka
kejadian TB memberi kesan bahwa pemberantasan penyakit di daerah tropis
frekuensi tuberkulosis paru ini masih sangat tinggi (Corwin, 2009). Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui tingkat kecemasan klien setelah dilakukan
manajemen Koping di Wilayah kerja Puskesmas Muara Kelingi pada bualan Juli
Tahun 2019. Jenis Penelitian ini deskriptif dengan menggunakan metode
pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini adalah dua orang pasien
dengan diagnosa medis tuberculosis Paru yang sedang menjalani program
pengobatan dan dilakukan manajemen Koping di wilayah kerja Puskesmas Muara
Kelingi. Analisis kecemasan dikategorikan menjadi kecemasan ringan, sedang, dan
berat. Hasil penelitian tentang penerapan manajemen koping yaitu adanya penurunan
tingkat kecemasan yang signifikan. Pada subjek I dan subjek II sebelum dilakukan
tindakan mengalami kecemasan berat, setelah dilakukan tindakan kecemasan turun
menjadi kecemasan ringan. Untuk perawat di wilayah kerja Puskesmas Muara Kelingi
dapat melakukan intervensi keperawatan dengan Manajemen koping karena terbukti
dapat menurunkan kecemasan pada pasien Tb Paru.

Kata Kunci : TB Paru, Manajemen Koping


Daftar Pustaka : 12 ( 2005 – 2007 )

vi
INDONESIAN MINISTRY OF HEALTH
POLYTECHNIC HEALTH MINISTRY OF PALEMBANG
LUBUKLINGGAU NURSING STUDY PROGRAM

Paper, July 2019

PAISAL

The application of Coping Management technique to Reduce of Kecemasans


Level in patients with Lung TB in Muara Kelingi Public Health Centre in
2019

Xiii,101 home page, 12 table, 5 Table Chart.

ABSTRACT

Lung Tuberculosis is cronic infection lung tissue, caused by Mycobacterium


Tuberculosis. TB epidemilogy in Indonesia for 30 years uprise. Efective case
identification and trend to incresea TB Accident show image that eliminitation
disease in trofic area with lung tb frequency so high ( Crown, 2009 ), The
purpose study to know anxiety level of client after doing coppiing management at
work area of public health centre Muara Kelingi in June 2019 year. This kind
study is descriptive with use method of case study.The subject of this study as
much as two people are with lung TB medical diagnosis whose do cure program
for 6 month and do coping management in work area Public Health Centre of
Muara Kelingi. Anxiety analysis is categorized into mild, moderate, and severe
anxiety.The results of research on the application of coping management are a significant
decrease in anxiety levels. In subjects I and II subjects before the action undergoes severe
anxiety, after the action of anxiety down into a mild anxiety. For nurses in the in patients
with lung Tb in the work area of the health center can do nursing interventions with
coping management because it is proven to reduce anxiety in patients with lung TB.

Keyword : lung Tb, anxiety, Coping management


Bibliography : 12 ( 2005 -2018 )

vii
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa Penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahu Wa

Ta’ala, yang mana atas perkenan dan ridhonya, sehingga Penulis dapat

menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul ”Penerapan Manajemen Koping

untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien Tb Paru di Puskesmas Muara

Kelingi tahun 2019“.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, masih

banyak terdapat kekurangan, oleh karena itu Penulis mengharapkan saran dan

kritik yang membangun untuk perbaikan Karya Tulis ini.

Dalam menyelesaikan karya Tulis Ilmiah ini, Penulis banyak mendapat

bantuan, bimbingan dan saran baik tertulis maupun lisan. Untuk itu, Bersama ini

perkenankan Penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Muhammad Taswin, S.Si. Apt. MM.M.Kes selaku Direktur

Poltekkes Kemenkes Palembang.

2. Ibu Hj. Devi Mediarti, Spd. M.Kes, selaku Ketua Jurusan

Keperawatan Palembang.

3. Bapak H. Jhon Feri, S.Kep, Ns, M.Kes selaku Ketua Prodi

Keperawatan Lubuklinggau sekaligus sebagai Dosen Penguji II

4. Ibu Zuraidah, SKM.M Kes selaku Dosen Penguji I.

5. Bapak Bambang Soewito,SKM,M,Kes selaku Dosen Pembimbing I

6. Bapak Nadi Aprilyadi, S.Sos.M.Kes selaku Dosen Pembimbing II

viii
7. Bapak dr. Erwan Susanto selaku Ka UPT Puskesmas Muara Kelingi

Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi rawas.

8. Bapak / Ibu Dosen dan Staf Prodi Keperawatan Lubuklinggau yang

turut membantu dalam Proses Penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

9. Orang Tuaku yang telah banyak memberikan dorongan baik moril

maupun materiil dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

10. Istri dan Anak-anak ku yang senantiasa memberikan dorongan baik

moril maupun materiil dan doa terbaiknya untuk penyelesaian Karya

Tulis Ilmiah ini.

11. Sahabat seperjuangan yang senantiasa saling memotivasi dalam

penyelesaian karya tulis ilmiah ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala kebaikan

yang telah diberikan dengan rahmat yang tak terhingga.

Akhir kata Penulis berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi

kita semua. Amin

Lubuklinggau, 3 Juli 2019

Penulis

Paisal

ix
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN........................................................................ ii
LEMBAR KEASLIAN PENULISAN...................................................... iii
LEMBAR PERSETUJUAN KTI ............................................................ iv
LEMBAR PANITIA SIDANG KTI.......................................................... v
ABSTRAK................................................................................................... vi
ABSTRACT................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR.............................................................................. viii
DAFTAR ISI.............................................................................................. x
DAFTAR TABEL....................................................................................... xiii
DAFTAR BAGAN...................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................... Xv

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ..................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................... 6
1.3 Tujuan Penelitian ..................................................... 6
1.4 Manfaat Penelitian .................................................... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep TB Paru .......................................................... 9
2.1.1.Pengertian TB Paru ........................................... 9
2.1.2.Fatofisiologi ........................................... 9
2.2 WOC (Web of Causes) ........................................... 12
2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga......................... 13
2.3.1.Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga .... 13
2.3.2.Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga .... 13

x
2.3.3.Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan
Keluarga......................................................................... 14
2.3.4.Peran Perawat dalam Perawatan Keluarga .......... 15
2.3.5.Konsep masalah keperawatan dengan TB Paru..... 16
2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga......................... 19
2.4.1.Pengkajian.............................................................. 19
2.4.2.Diagnosa Keperawatan ......................................... 27
2.4.3.Intervensi............................................................... 35
2.4.4.Implementasi ..................................................... 37
2.4.5.Evaluasi ................................................... 37
2.5 Konsep Kecemasan ..................................................... 42
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian ........................................................ 54
3.2 Subjek Penelitian ........................................................ 54
3.3 Fokus Studi ........................................................ 55
3.4 Definisi Operasional....................................................... 55
3.5 Lokasi Dan Waktu ..................................................... 56
3.6 Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data.................... 56
3.6.1 Teknik Pengumpulan Data.............................................. 56
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data......................................... 56
3.7 Prosedur Penelitian ..................................................... 57
3.8 Keabsahan Data ..................................................... 57
3.9 Etika Penelitian ..................................................... 58
3.10 Analisa Data Dan Penyajian Data................................... 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ........................................................................ 62
4.1.1 Gambaran UPT. Puskesmas Muara Kelingi................... 62
4.1.2 Karateristik Subjek Penelitian........................................ 64
4.1.3 Pengkajian Data Asuhan Keperawatan........................... 65
4.1.4 Diagnosa Keperawatan sesuai Prioritas.......................... 80
4.2 Pembahasan .............................................................. 94

xi
4.2.1 Pengkajian .............................................................. 94
4.2.2 Diagnosis ............................................................. 95
4.2.3 Perencanaan ............................................................. 96
4.2.4 Pelaksanaan ............................................................. 97
4.2.5 Hasil Evaluasi................................................................. 98
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................. 99
5.2 Saran .............................................................. 100

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

xii
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jumlah Kasusu TB semua tipe


menurut jenis kelamin dan propinsi
tahun 2018 ..................................... 3
Tabel 1.2 Jumlah pasien TB Paru berdasarkan
golongan umur di Puskesmas Muara
Kelingi tahun 2018 ..................................... 5
Tabel 2.1 Skoring Diagnosa Keperawatan
Keluarga BaylonMaglaya .................................... 30
Tabel 2.2 Intervensi Asuhan Keperawatan
Keluarga .................................... 39
Tabel 4.1 Pengkajian Data Asuhan
Keperawatan .................................... 65
Tabel 4.2 Analisa Data .................................... 76
Tabel 4.3 Intervensi Asuhan Keperawatan
Keluarga .................................... 82
Tabel 4.3 Implementasi Asuhan Keperawatan
Keluarga subjek I .................................... 85
Tabel 4.5 Implemenntasi Asuhan Keperawatan
Keluarga subjek II .................................... 89
Tabel 4.6 Evaluasi Efektifitas Managemen
Koping hari Ke I .................................... 91
Tabel 4.7 Evaluasi Efektifitas Managemen
Koping hari Ke II .................................... 92
Tabel 4.8 Evaluasi Efektifitas Managemen
Koping hari Ke III .................................... 93

xiii
DAFTAR BAGAN

Halaman

Bagan 2.1 Pathway TB PARU ............................................................ 12

Bagan 2.2 Kerangka Konsep ............................................................ 53

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dan Pengembalian dari UPT. Puskesmas

Muara kelingi

Lampiran 2 Lembar Konsultasi

Lampiran 3 Format Lembar permintaan menjadi Responden (inform consent)

Lampiran 4 Format Pengkajian asuhan Keperawatan Keluarga

Lampiran 5 Format Observasi Masalah peningkatan Kecemasan

xv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Berdasarkan data Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, Data per 31

Januari 2019 sebanyak 511.873 jiwa penduduk Indonesia terinfeksi TB

Pada Tahun 2018. Sekitar 75 % Pasien TB adalah kelompok usia paling

produktif secara ekonomis ( 15 -50 tahun ). Diperkirakan seorang pasien TB

dewasa akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal

tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya

sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan

pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB

juga memberikan dampak buruk lainnya secara sosial stigma bahkan

dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

o Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada

negara negara yang sedang berkembang.

o Kegagalan program TB selama ini. Hal ini diakibatkan oleh:

o Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan

o Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses

oleh masyarakat, penemuan kasus /diagnosis yang tidak standar, obat tidak

terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan

1
pelaporan yang standar, dan sebagainya).

o Tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan obat yang

tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis)

o Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG.

o Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang

mengalami krisis ekonomi atau pergolakan masyarakat.

o Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan

perubahan struktur umur kependudukan.

2
TABEL 1.1

o
JUMLAH KASUS TUBERKULOSIS SEMUA TIPE
MENURUT JENIS KELAMIN DAN PROVINSI TAHUN 2018

Jumlah Per propinsi Jenis Kelamin Total


Laki-laki Perempuan
Laki-laki +
No Provinsi Jumlah % Jumlah % Perempuan
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Aceh 5.230 64,21 2.915 35,79 8.145
2 Sumatera Utara 20.907 64,03 11.744 35,97 32.651
3 Sumatera Barat 6.779 63,04 3.975 36,96 10.754
4 Riau 7.009 62,95 4.126 37,05 11.135
5 Jambi 2.648 61,62 1.649 38,38 4.297
6 Sumatera Selatan 11.130 61,44 6.984 38,56 18.114
7 Bengkulu 1.987 60,52 1.296 39,48 3.283
8 Lampung 9.027 57,98 6.543 42,02 15.570
Kepulauan
9 Bangka Belitung 1.452 61,71 901 38,29 2.353
10 Kepulauan Riau 3.358 58,98 2.335 41,02 5.693
11 DKI Jakarta 20.645 56,97 15.596 43,03 36.241
12 Jawa Barat 54.424 54,75 44.974 45,25 99.398
13 Jawa Tengah 36.503 54,43 30.560 45,57 67.063
14 DI Yogyakarta 2.133 56,49 1.643 43,51 3.776
15 Jawa Timur 31.211 55,29 25.234 44,71 56.445
16 Banten 16.497 57,29 12.300 42,71 28.797
17 Bali 2.443 59,38 1.671 40,62 4.114
Nusa Tenggara
18 Barat 3.980 61,83 2.457 38,17 6.437
Nusa Tenggara
19 Timur 3.875 57,44 2.871 42,56 6.746
20 Kalimantan Barat 4.141 63,03 2.429 36,97 6.570
Kalimantan
21 Tengah 2.277 64,18 1.271 35,82 3.548
Kalimantan
22 Selatan 5.021 61,16 3.188 38,84 8.209
Kalimantan
23 Timur 3.748 58,68 2.639 41,32 6.387
24 Kalimantan Utara 916 59,13 633 40,87 1.549
25 Sulawesi Utara 4.237 62,44 2.549 37,56 6.786
26 Sulawesi Tengah 4.222 61,18 2.679 38,82 6.901
27 Sulawesi Selatan 13.573 57,94 9.854 42,06 23.427
Sulawesi
28 Tenggara 2.434 59,47 1.659 40,53 4.093
29 Gorontalo 1.998 56,75 1.523 43,25 3.521
30 Sulawesi Barat 1.245 59,37 852 40,63 2.097
31 Maluku 1.993 54,51 1.663 45,49 3.656
32 Maluku Utara 1.133 60,17 750 39,83 1.883
33 Papua Barat 745 52,43 676 47,57 1.421
34 Papua 5.836 53,97 4.977 46,03 10.813
Indonesia 294.757 57,58 217.116 42,42 511.873
Sumber: Ditjen P2P, Kemenkes RI, Data per 31 Januari 2019

3
o Dampak pandemi HIV.

Situasi TB didunia semakin memburuk, jumlah kasus TB meningkat

dan banyak yang tidak berhasil disembuhkan, terutama pada negara yang

dikelompokkan dalam 22 negara dengan masalah TB besar (high burden

countries). Menyikapi hal tersebut, pada tahun 1993, WHO mencanangkan

TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan

TB. Koinfeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara

signifikan. Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat

anti TB (Multi Drug Resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat

kasus yang tidak berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya

akan menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

Sejak tahun 1995, program nasional penanggulangan TB mulai

menerapkan strategi DOTS dan dilaksanakan di Puskesmas secara

bertahap. Kemudian di tahun 2000 strategi DOTS dilaksanakan secara

nasional di seluruh sarana pelayanan kesehatan terutama Puskesmas yang

di integrasikan dalam pelayanan kesehatan dasar.

4
Tabel 1.2
JUMLAH PASIEN TB PARU BERDASARKAN
GOLONGAN UMUR DI PUSKESMAS MUARA KELINGI TAHUN 2018

NO JUMLAH PASIEN JUMLAH PERSENTASE


BERDASARKAN PASIEN (%)
GOLONGAN UMUR
1 1 – 5 tahun 2 11,7
2 6-12 tahun 5 29,4
3 13-60 tahun 10 58,8
Sumber : rekam medic Puskesmas Muara Kelingi tahun 2018

Dari data tabel 1.2 diatas dapat dilihat banyaknya jumlah pasien dengan

penyakit Tb Paru menurut golongan umur yaitu tertinggi pada Penderita usia

13-60 tahun dengan jumlah pasien 10 orang (58,8%),disusul pada golongan

umur 6 -12 tahun berjumlah 5 orang (29,4%), dan pada golongan umur 1-5

tahun berjumlah 2 orang (11,7%) , sehingga total keseluruhan berjumlah 17

orang, data ini mengalami peningkatan angka kejadian Penyakit Tb Paru dari

tahun sebelumnya yaitu tahun 2017 yang berjumlah 10 orang.

Masalah utama yang paling sering menyebabkan penderita TB Paru

menghentikan pengobatan adalah tingkat kecemasan yang tinggi karena

lamanya proses pengobatan penyakit yang dideritanya serta perubahan

proporsi tubuh karena berat badan yang cenderung menurun . Kemudian

kurangnya dukungan dari pihak keluarga dalam proses penyembuhan di

tambah lagi stigma dari masyarakat yang menganggap penyakit TB adalah

penyakit keturunan malahan ada yang menganggapnya di guna- guna oleh

orang lain.

5
Berdasar uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

tentang Penerapan Manajemen Koping untuk Mengatasi tingkat kecemasan

Pada Penderita TB Paru Di Wilayah Kerja UPT Puskesmas Muara kelingi

Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas tahun 2019.

1.2 Rumusan Masalah

Menurut latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

permasalahan ini adalah “ Bagaimanakah Penerapan Teknik Manajemen

Koping untuk Mengurangi Tingkat Kecemasan Pada Penderita TB Paru di

wilayah kerja Puskesmas Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas tahun

2019 ?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahui Tentang Asuhan keperawatan Keluarga Dengan

Penerapan Manajemen Koping dalam mengurangi Tingkat

Kecemasan pada penderita TB Paru.

2. Tujuan Khusus

a. Dapat mengkaji pada penderita TB Paru di wilayah kerja

Puskesmas Muara Kelingi tahun 2019.

b. Diketahui rumusan Diagnosa keperawatan keluarga dengan

Penurunan Koping Keluarga pada penderita TB Paru.

c. Diketahui rencana asuhan keperawatan keluarga dengan

Penurunan Koping Keluarga pada penderita TB Paru .

6
d. Diketahui implementasi asuhan keperawatan keluarga dengan

Tingkat kecemasan pada penderita TB Paru

e. Diketahui evaluasi asuhan keperawatan keluarga dengan

Peningkatan kecemasan pada penderita TB Paru.

f. Diketahui dokumentasi hasil asuhan keperawatan keluarga

dengan Tingkat Kecemasan pada penderita TB Paru.

1.4 Manfaat Penelitian

1) Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Hasil penelitian nanti dapat memberikan kontribusi laporan

kasus bagi pengembangan praktik keperawatan, juga memberikan

sumbangan pemikiran untuk pengembangan ilmu dalam penelitian

lebih lanjut.

2) Bagi Puskesmas Muara Kelingi

Hasil penelitian nanti dapat memberikan sumbangan

pemikiran meningkatkan kinerja pada para tenaga perawat dalam

menangani asuhan perawatan pasien dengan TB Paru .

3) Bagi Masyarakat

Hasil penelitian nanti dapat memberikan informasi kepada

masyarakat mengenai cara Pengelolaan Kecemasan pada kasus TB

Paru.

4) Bagi Perkembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan

7
Hasil penelitian nanti dapat memberikan acuan dan kerangka

untuk penelitian selanjutnya.

8
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep TB

2.1.1 Pengertian Penyakit TB Paru

Tuberkulosis Paru adalah suatu infeksi kronik jaringan paru, yang

disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosae. Epidemiologi TB di Amerika

Serikat selama 30 tahun terakhir telah mencerminkan kecenderungan sosial

dan kesehatan lainnya. Identifikasi kasus efektif dan kecenderungan

penurunan angka kejadian TB memberi kesan bahwa pemberantasan

penyakit di Amerika Serikat merupakan tujuan yang dapat dicapai. Namun

di daerah tropis frekuensi tuberkulosis paru ini masih sangat tinggi (Corwin,

2009).

2.1.2 Patofisiologi

Patogenesis TB telah dipahami selama beberapa dekade. Basil

tuberkel yang terhirup dan bersarang di alveoli. Sering kali organisme ini

bisa segera hancur, tanpa gejala sisa kekebalan dan patologis lebih lanjut.

Jika organisme ini tidak hancur, mereka akan melukai dan menghancurkan

jaringan alveolus di sekitarnya. Hal ini pada nantinya akan menghasilkan

sitokin dan faktor kemotaktik yang menarik makrofag, neutrofil, dan

monosit. Biasanya, pertumbuhan organisme akan diperiksa sekali pada

respon imunitas seluler yang adekuat yang terjadi dalam 2-6 minggu.

9
Sel dan bakteri membentuk sebuah nodul, sebuah granuloma yang

mengandung basil TB. Pada titik ini, tergantung pada faktor pejamu dan

virulensi dari strain. Beberapa hasil akhir yang berbeda dapat dicapai.

Pertama, jika tidak ada lagi pertumbuhan, tuberkel merupakan satu-satunya

tempat penyakit, dan organisme bertahan pada stadium laten. Kedua, jika

ada pertumbuhan lebih lanjut, basil memasuki kelenjar limfe dan

menginfeksi kelenjar getah bening hilus, menyebabkan limfadenopati.

Tuberkel maupun kelenjar getah bening mengalami klasifikasi,

sebagai konsekuensi jangka panjang proses jaringan parut dan penahan.

Gabungan tuberkel perifer dan kelenjar limfe hilus yang membesar dan

mengalami klasifikasi disebut kompleks Ghon. Sebagian besar infeksi yang

berkembang sampai titik ini biasanya menunda pemeriksaan, sehingga

menciptakan infeksi laten. Sebagian kecil pasien mengalami penyakit

primer progresif di paru, dan sangat sedikit pasien mengalami penyebaran

hematogen, dengan produksi tuberkel yang tak terhitung di seluruh tubuh.

Keadaan ini disebut tuberkulosis milier dan berhubungan dengan mortalitas

yang sangat tinggi.

Pasien yang memiliki respon CMI sukses akan mencerminkan memori

imunologi infeksi dengan tes Mantoux positif. Tes ini terdiri dari suntikan

protein TB intradermal steril dan mengamati tanda-tanda respon kekebalan,

indurasi dari tempat suntikan 48-72 jam setelah suntikan. Infeksi laten tidak

selalu tetap laten. sekitar 10% pasien akan mengaktifkan kembali infeksi

laten mereka dalam 3 tahun pertama setelah infeksi, berlanjut menjadi

10
infeksi nekrotik destruktif dengan gejala konstitusi yang menonjol.

Kerusakan jaringan terlihat sebagai efek dari organisme dan respon

kekebalan pejamu. Sekelompok pasien lain akan terus berlangsung di

kemudian hari mengaktifkan kembali dekade setelah paparan, karena faktor

usia, pengobatan, atau penyakit kambuhan mengubah keseimbangan di

antara pejamu dan organisme (Ringel, 2009).

Diperkirakan sepertiga penduduk dunia telah terkena penyakit ini.

Pada tahun 2009, terdapat sekitar 9,4 juta insiden kasus TB secara global.

Prevalensi di dunia mencapai 14 juta kasus atau sama dengan 200 kasus per

100.000 penduduk (Tirtana dan Musrichan, 2011). Data WHO menunjukkan

bahwa di Indonesia setiap tahun ditemukan 539.000 kasus baru TB BTA

positif dengan kematian 101.000 jiwa. Menurut catatan Departemen

Kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan sepertiga lagi

di puskesmas, sisanya tidak terdeteksi dengan baik (Depkes, 2010).

11
2.2. Pathways / WOC ( Web Of Cautions )

Droplet mengandung Mycobacterium


tuberculosis

Invasi melalui saluran pernapasan

Menempel di Paru

Alveoli
Hipertermi Merangsang
termoregulator
Proses inflamasi

Tuberkel
Meluas Produksi sekret berlebih

Hematogen Infeksi primer (Ghon) pada alveoli


Sekret sukar dikeluarkan

Mengalami perkejuan
Bakterimia
Pola Nafas tidak efektif

Ggn perfusi & difusi O2


Peritonium Pleura
Meningkatkan aktivitas
seluler
Suplai O2 berkurang
Asam lambung Pleuritis
meningkat
Peningkatan metabolisme
Gangguan sirkulasi spontan tubuh
Nyeri dada
Annoreksia, mual,
muntah
Pemecahan karbohidrat, lemak, & protein
Nyeri AKut yg berlebih
Defisit nutrisi

Cadangan suplai energi BB menurun


berkurang

Metabolisme di jaringan lambat Pasien merasa takut


dengan kondisinya

Kelemahan otot-otot
Stres psikologis

Intoleransi Aktivitas
Ansietas

Bagan.2.1
WOC.TB Paru

12
2.3 Konsep Masalah Keperawatan

2.3.1 Pengertian Asuhan Keperawatan Keluarga

Asuhan Keperawatan Keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan dalam

praktik keperawatan yang diberikan pada klien sebagai anggota keluarga

pada tatanan komunitas dengan menggunakan proses keperawatan dalam

lingkup wewenang serta tanggung jawab keperawatan (Gusti, 2013).

2.3.2 Tujuan Asuhan Keperawatan Keluarga

Tujuan Asuhan keperawatan kesehatan keluarga terdiri dari :

a. Tujuan Umum

Untuk meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara

kesehatan keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status

kesehatan keluarganya.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi

masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga.

2) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menghadapi

masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga.

3) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengambil

keputusan yang tepat dalam mengatasi masalah kesehatan

para anggotanya.

4) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan

asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit

13
dan dalam mengatasi masalah kesehatan anggota

keluarganya.

5) Meningkatkan produktivitas keluarga dalam meningkatkan

mutu hidupnya

2.3.3 Langkah-langkah dalam Asuhan Keperawatan Keluarga

Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga

ada beberapa langkah yang harus diperhatikan perawat antara lain

(Suprajitno, 2004) :

a. Membina Hubungan kerja sama yang baik dengan keluarga.

b. Melaksanakan pengkajian untuk menentukan adanya masalah

kesehatan keluarga.

c. Menganalisis data keluarga untuk menentukan masalah-masalah

kesehatan dan perawatan keluarga.

d. Menggolongkan masalah kesehatan keluarga menurut sifat

masalah kesehatan keluarga.

e. Menentukan sifat dan luasnya masalah dan kesanggupan

keluarga untuk melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam

bidang kesehatan.

f. Menentukan / menyusun skala prioritas masalah kesehatan dan

keperawatan keluarga.

g. Menyusun rencana asuhan keperawatan keluarga sesuai dengan

urutan prioritas.

14
h. Melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan keluarga sesuai

dengan rencana yang telah disusun.

i. Melaksanakan evaluasi keberhasilan tindakan keperawatan yang

dilakukan.

j. Meninjau kembali masalah keperawatan dan kesehatan yang

belum dapat teratasi dan merumuskan kembali rencana asuhan

keperawatan yang baru.

2.3.4 Peran Perawat dalam Perawatan Keluarga

Peran perawat dalam perawatan keluarga terdiri dari (Suprajitno,

2004) :

a. Pendidik

Mengajarkan secara formal maupun informal kepada

keluarga tentang kesehatan dan penyakit.

b. Pemberi pelayanan atau pengawas

Memberikan pelayanan langsung dan melakukan

pengawasan / pembinaan terhadap pelayanan yang diberikan.

c. Advokat keluarga

Mendukung keluarga berkaitan dengan isu-isu keamanan

dan akses untuk mendapatkan pelayanan.

d. Penemu kasus

Mendeteksi penyakit dan menjalankan peran utama dalam

pengamatan dan pengawasan penyakit.

e. Peneliti

15
Mengidentifikasi masalah praktis dan mencari

penyelesaian melalui investigasi ilmiah secara mandiri maupun

kolaborasi.

f. Manajer atau koordinator

Mengelola dan bekerja sama dengan anggota keluarga,

pelayanan kesehatan dan sosial serta sektor lain untuk

mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

g. Fasilitator

Menjalankan peran terapeutik untuk membantu mengatasi

masalah dan mengidentifikasi sumber.

h. Konselor

Konsultan bagi keluarga untuk mengidentifikasi dan

memfasilitasi keterjangkauan keluarga / masyarakat terhadap

sumber yang diperlukan.

i. Modifikasi lingkungan.

Agar dapat meningkatkan mobilitas dan menerapkan

asuhan mandiri.

2.3.5. Konsep Masalah Keperawatan dengan TB Paru

1. Penurunan Koping Keluarga berhubungan dengan penyakit kronis

yang menghabiskan kemampuan dukungan orang terdekat ( SDKI,

2015)

16
Definisi :

Ketidakadekuatan atau ketidak efektifan dukungan, rasa

nyaman, bantuan dan motivasi orang terdekat ( anggota keluarga atau

orang berarti ) yang dibutuhkan klien untuk mengelola ataua

mengatasi masalah kesehatannya.

Batasan karateristik :

Lamanya proses pengobatan dan berbagai efek samping ikutan dari

obat menimbulkan perasaan tertekan yang berkepanjangan.

Faktor yang berhubungan :

a. Lingkungan

Perokok, Perokok pasif, Terpapar asap.

b. Obstruksi jalan napas

Adanya jalan napas buatan, Benda asing dalam jalan napas,

Eksudat dalam alveoli, Hiperplasia dalam dinding bronkus,

Mukus berlebihan, Penyakit paru obstruksi kronis, Sekresi yang

bertahan, Spasme jalan napas, Fisiologis, Asma, Disfungsi

neuromuskular, Infeksi, Jalan napas alergik.

2. Teknik Penerapan managemen koping

Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam

menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta

respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999).

Sedangkan menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif

17
dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi

tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau

melebihi sumber individu.

Berdasarkan kedua definisi maka yang dimaksud mekanisme

koping adalah cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan

masalah, mengatasi perubahan yang terjadi dan situasi yang

mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.

3. Teknik Penerapan Koping Kecemasan

Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek, salah satunya

adalah aspek psikososial. Adapun yang diantaranya adalah mekanisme

pertahanan mental, yang macamnya sebagai berikut:

a. Pemindahan (displacement)

Pengalihan emosi yang semula ditujukan pada seseorang atau benda

lain yang biasanya netral atau lebih sedikit mengancam dirinya.

b. Proyeksi

Pengalihan buah fikiran atau implus pada diri sendiri kepada orang

lain terutama keinginan, perasaan emosional dan motivasi yang tidak

dapat ditoleransi.

c. Supresi

Suatu proses yang digolongkan sebagai mekanisme pertahanan tetapi

sebetulnya merupakan analog represi yang disadari; pengesampingan

yang disengaja tentang suatu bahan dari kesadaran seseorang; kadang-

18
kadang dapat mengarah pada represi yang berikutnya ( Effendy,

2008).

2.4 Konsep Asuhan Keperawatan Dengan TB Paru

2.4.1 .Pengkajian

Pada tahap pengkajian, data yang perlu diperoleh oleh perawat, yaitu

data yang berhubungan dengan keluarga dan anak.

1. Pengkajian dan Pengumpulan data

a. Pengumpulan Data Umum

1) Identitas Kepala Keluarga

Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat dan

telpon jika ada, pekerjaan dan pendidikan kepala keluarga,

komposisi keluarga yang terdiri atas nama atau inisial,

jenis kelamin, umur, hubungan dengan kepala keluarga,

agama, pendidikan, status imunisasi dan genogram.

2) Tipe Keluarga

Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional

atau tipe keluarga non tradisional).

3) Suku Bangsa

Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi

budaya suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait

dengan kesehatan.

19
4) Agama

Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh

keluarga yang dapat mempengaruhi kesehatan.

5) Status Sosial ekonomi

Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh

Pendapatan seluruh anggota keluarga baik dari kepala

keluarga maupun anggota keluarga lainnya. Selain itu

status sosial ekonomi keluarga ditentukan pula oleh

kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga

serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.

6) Aktifitas Rekreasi

Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi

bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi, tetapi

juga penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

b. Riwayat dan Tahap perkembangan Keluarga

1) Tahap perkembangan keluarga saat ini

Data ini ditentukan oleh anak tertua dari keluarga inti.

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap

perkembangan keluarga saat ini yang belum terpenuhi dan

mengapa belum terpenuhi.

3) Riwayat keluarga inti

20
Data ini menjelaskan mengenai penyakit keturunan,

riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga, status

imunisasi, sumber kesehatan biasa digunakan serta

pengalamannya menggunakan pelayanan kesehatan.

4) Riwayat keluarga sebelumnya

Data ini menjelaskan riwayat kesehatan dari pihak suami

dan istri.

c. Data Lingkungan

1) Karateristik dan denah rumah

Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas bangunan,

pembagian dan pemanfaatan ruang, ventilasi, kondisi

rumah, tata perabotan, kebersihan dan sanitasi lingkungan,

ada atau tidak sarana air bersih dan sistem pembuangan

limbah.

2) Karateristik tetangga dan komunitasnya

Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal,

nilai dan norma atau aturan penduduk setempat serta

budaya setempat yang mempengaruhi kesehatan.

3) Mobilitas Keluarga

Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam

satu tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-pindah

tempat tinggal.

4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat

21
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul atau berinteraksi dengan masyarakat

lingkungan tempat tinggal.

5) Sistem pendukung keluarga

Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas

sosial atau dukungan masyarakat setempat serta jaminan

pemeliharaan kesehatan yang dimiliki keluarga untuk

meningkatkan upaya kesehatan.

d. Struktur Keluarga

1) Pola komunikasi keluarga

Menjelaskan cara berkomunikasi antar anggota keluarga

menggunakan sistem tertutup atau terbuka, kualitas dan

frekuensi komunikasi yang berlangsung serta isi pesan

yang disampaikan.

2) Struktur kekuatan keluarga

Mengkaji model kekuatan atau kekuasaan yang digunakan

keluarga dalam membuat keputusan.

3) Struktur dan peran keluarga

Menjelaskan peran dari masing-masing anggota keluarga

baik secara formal maupun informal.

4) Nilai dan norma keluarga

22
Menjelaskan nilai norma yang dianut keluarga dengan

kelompok atau komunitas serta bagaimana nilai dan norma

tersebut mempengaruhi status kesehatan keluarga.

e. Fungsi Keluarga

1) Fungsi afektif

Mengkaji gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan anggota

keluarga, hubungan psikososial dalam keluarga, dan

bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling

menghargai.

2) Fungsi sosial

Menjelaskan tentang hubungan anggota keluarga, sejauh

mana anggota keluarga belajar disiplin, nilai, norma dan

budaya serta perilaku yang berlaku dikeluarga dan

masyarakat.

3) Fungsi pemenuhan ( perawatan / pemeliharaan) kesehatan

Sejauh mana keluarga menyediakan makanan, pakaian,

dan perlindungan terhadap anggota keluarga yang sakit.

Pengetahuan keluarga mengenai sehat sakit, kesanggupan

keluarga melakukan pemenuhan tugas perawatan keluarga.

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga dengan TB

Paru.

23
Sejauh mana keluarga mengenal fakta-fakta dari

masalah kesehatan meliputi pengertian, tanda dan

gejala, penyebab dan yang mempengaruhi serta

persepsi keluarga terhadap masalah.

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

Sejauh mana keluarga mengerti mengenai sifat dan

luasnya masalah, apakah masalah yang dialami,

takut akan akibat dari tindakan penyakit, mempunyai

sifat negatif terhadap masalah kessehatan, dapat

menjangkau fasilitas kesehatan yang ada, kurang

percaya terhadap tenaga kesehatan dan mendapat

informasi yang salah terhadap tindakan dalam

mengatasi masalah.

c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit

Sejauh mana keluarga mengetahui keadaan

penyakitnya, mengetahui tentang sifat dan

perkembangan perawatan yang dibutuhkan,

mengetahui sumber yang ada dalam keluarga,

mengetahui keberadaan fasilitas yang diperlukan

untuk perawatan dan sikap keluarga terhadap yang

sakit.

24
d) Memodifikasi lingkungan keluarga untuk menjamin

kesehatan keluarga.

e) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan

disekitarnya bagi keluarga.

4) Fungsi reproduksi

Mengkaji berapa jumlah anak, merencanakan jumlah

anggota keluarga, metode apa yang digunakan keluarga

dalam mengendalikan jumlah anggota keluarga.

5) Fungsi ekonomi

Menjelaskan bagaimana upaya keluarga dalam pemenuhan

kebutuhan sandang, pangan, dan papan serta pemanfaatan

lingkungan rumah untuk meningkatkan penghasilan

keluarga.

f. Kecemasans dan Koping Keluarga

1) Kecemasanor jangka pendek dan panjang

Kecemasanor jangka pendek yaitu kecemasanor yang

dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian dalam

waktu kurang dari 6 bulan.

Kecemasanor jangka panjang yaitu kecemasanor yang saat

ini dialami yang memerlukan penyelesaian lebih dari 6

bulan.

2) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi

kecemasanor

25
Mengkaji sejauh mana keluarga berespon terhadap situasi

kecemasanor yang ada.

3) Strategi koping yang digunakan

Strategi koping apa yang digunakan keluarga bila

menghadapi permasalahan.

4) Strategi adaptasi disfungsional

Menjelaskan adaptasi disfungsional (perilaku keluarga

yang tidak adaktif) ketika keluarga menghadapi masalah.

g. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga

tidak berbeda jauh dengan pemeriksaan fisik pada klien di klinik

atau rumah sakit yang meliputi pemeriksaan fisik head to toe

dan pemeriksaan penunjang.

h. Harapan Keluarga

Pada akhir pengkajian perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap petugas kesehatan yang ada.

2. Analisa Data

Pada analisa data, kegiatan yang dilakukan yaitu menetapkan

masalah kesehatan yang ada pada keluarga sesuai dengan data yang

didapatkan pada saat pengkajian, lalu menetapkan penyebab masalah

tersebut yang diangkat dari lima tugas keluarga,yaitu :

a. Mengenal masalah kesehatan keluarga

b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat

26
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

d. Mempertahankan suasana rumah yang sehat

e. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

2.4.2 Diagnosa Keperawatan

a. Perumusan Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik tentang

respon individu, keluarga atau komunitas terhadap masalah

kesehatan atau proses kehidupan yang aktual dan potensial

(Gusti, 2013).

Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan menurut data

yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosa

keperawatan meliputi :

1) Problem atau Masalah

Adalah suatu pernyataan tidak terpenuhinya

kebutuhan dasar manusia yang dialami oleh keluarga atau

anggota keluarga.

2) Ethiologi atau Penyebab

Adalah suatu pernyataan yang dapat menyebabkan

masalah dengan mengacu kepada lima (5) tugas keluarga,

yaitu :

a) Mengenal masalah kesehatan keluarga

b) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

27
c) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang

sakit.

d) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

e) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada

dimasyarakat.

Secara umum faktor-faktor yang berhubungan atau

ethiologi dari diagnosis keperawatan keluarga adalah

adanya :

a) Ketidaktahuan (kurang pengetahuan, pemahaman,

kesalahan persepsi).

b) Ketidakmauan (sikap dan motivasi).

c) Ketidakmampuan (kurangnya ketrampilan terhadap

suatu prosedur atau tindakan, kurangnya sumber

daya keluarga baik finansial, fasilitas, sistem

pendukung, lingkungan fisik dan psikologis).

3) Tanda (sign) dan Gejala (Symptom)

Adalah sekumpulan data subjektif dan objektif

yang diperoleh perawat dari Keluarga secara

langsung atau tidak langsung.Tipologi diagnosa

keperawatan meliputi :

a) Diagnosa aktual

Adalah masalah keperawatan yang sedang dialami

oleh keluarga dan memerlukan bantuan dari perawat

28
dengan cepat.

b) Diagnosa resiko / resiko tinggi

Adalah masalah keperawatan yang belum terjadi,

tetapi tanda untuk menjadi masalah keperawatan

aktual dapat terjadi cepat apabila tidak segera

mendapat bantuan perawat.

c) Diagnosa potensial

Adalah suatu keadaan sejahtera dari keluarga ketika

keluarga telah mampu memenuhi kebutuhan

kesehatannya dan mempunyai sumber penunjang

kesehatan yang memungkinkan dapat ditingkatkan.

b. Penilaian (Skoring) Diagnosa keperawatan

Skoring diagnosis keparawatan menurut Bailon dan

Maglaya, 1978 dalam Suprajitno, 2004).

29
TABEL 2.1 SKORING DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA

KRITERIA SKOR BOBOT

1. Sifat Masalah
a. Tidak / kurang sehat 3 1
b. Ancaman kesehatan 2
c. Keadaan sejahter 1
2. Kemungkinan masalah dapat diubah
a. Mudah
b. Sebagian 2 2
c. Tidak dapat 1
0
3. Potensial masalah untuk dicegah
a. Tinggi 3 1
b. Cukup 2
c. Rendah 1
4. Menonjolnya masalah
a. Masalah berat harus segera ditangani 2 1
b. Ada masalah, tetapi tidak perlu ditangani 1
c. Masalah tidak dirasakan 0

Proses skoring dilakukan bila perawat merumuskan

diagnosa keperawatan lebih dari satu.

Proses skoring dilakukan untuk tiap diagnosis

keperawatan :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria yang dibuat.

2) Selanjutnya skor dibagi dengan angka skor tertinggi dan

dikalikan dengan nilai bobot.

3) Jumlahkan skor untuk semua kriteria (skor tertinggi sama

dengan jumlah bobot, yaitu 5).

Skor yang diperoleh


X Bobot
Skor tertinggi

30
d. Diagnosis Keperawatan dengan TB Paru

Diagnosa keperawatan keluarga dengan penyakit TB Paru

diantaranya adalah ( SDKI, 2015) :

1) Resiko Depisit nutrisi dibuktikan dengan keengganan

Pasien untuk makan karena kecemasan dengan

penyakitnya.

Batasan Karateristik SIKI,2015 )

Memfalitasi pemenuhan kebutuhan makan/minum

Tindakan

Observasi :

- Identifikasi diet yang dianjurkan.

- Monitor kemampuan menelan.

- Monitor status hidrasi pasien.

Terapeutik :

- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama

makan.

- Atur posisi yang nyaman untuk makan/minum.

- Lakukan oral hygiene sebelum makan jika perlu.

- Letakkan makanan disisi mata yang sehat.

- Sediakan sedotan untuk minum sesuai kebutuhan.

- Siapkan makanan dengan suhu yang meningkatkan

nafsu makan.

- Sediakan makanan dan minuman yang disukai.

31
- Berikan bantuan saat makan/minum sesuai dengan

tingkat kemandirian, jika perlu.

- Motivasi untuk makan di ruang makan jika

tersedia.

Edukasi :

- Jelaskan posisi makanan pada pasien yang

mengalami gangguan penglihatan dengan

menggunakan arah jarum jam ( mis.sayur di jam

12, rendang dijam 3 ).

Kolaborasi :

- Kolaborasi pemberian obat ( mis. Analgesik,

antiemetik) sesuai indikasi.

2) Bersihan jalan nafas tidak efektif dibuktikan dengan

hipersekresi jalan nafas.

Definisi :

Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk

secara efektif untuk membersihkan laring, trakhea dan

bronkhus dari sekret atau benda asing dijalan nafas.

Tindakan :

Observasi ;

- Identifikasi kemampuan batuk.

- Monitor adanya retensi sputum

32
- Monitor tanda dan gejala infeksi saluran nafas.

- Monitor input dan output cairan ( mis.jumlah dan

karakteristik).

Terapeutik ;

- Atur posisi semi fowler atau fowler

- Pasang perlak dan bengkok dipangkuan pasien.

- Buang sekret pada tempat sputum.

Edukasi ;

- Jelaskan tujuan dan prosedur batuk efektif.

- Anjurkan tarik nafas dalam melalui hidung selama

4 detik, ditahan selama 2 detik kemudian keluarkan

dari mulut dengan bibir mencucu (dibulatkan )

selama 8 detik.

- Anjurkan mengulangi tarik nafas dalam hingga 3

kali.

- Anjurkan batuk dengan kuat langsungsetelah tarik

nafas dalam yang ke-3.

Kolaborasi ;

- Kolaborasi pemberian mukolitik atau ekspektoran,

Jika perlu.

3) Ansietas dibuktikan dengan ketidak percayaan terhadap

kemampuan diri mengatasi masalah.

Batasan Karateristik :

33
Memfasilitasi peningkatan nilai-nilai , minat dan tujuan

dalam keluarga.

Observasi ;

- Identifikasi respons emosional terhadap kondisi

saat ini.

- Identifikasi beban prognosis secara psikologis.

- Identifikasi pemahaman tentang keputusan

perawatan setelah pulang.

- Identifikasi kesesuaian antara harapan pasien,

keluarga dan tenaga kesehatan.

Terapeutik ;

- Dengarkan masalah, perasaan dan pertanyaan

keluarga.

- Terima nila-nilai keluarga dengan cara yang tidak

menghakimi.

- Diskusikan rencana medis dan perawatan.

- Fasilitasi pengungkapan perasaan antara pasien

dan keluarga atau antar anggota keluarga.

- Fasilitasi pengambilan keputusan dalam

merencanakan perawatan jangka panjang.

- Fasilitasi anggota keluarga dalam mengidentifikasi

dan menyelesaikan konflik nilai.

34
- Fasilitasi pemenuhan kebutuhan dasar keluarga (

mis. Tempat tinggal, makanan, pakaian ).

- Fasilitasi memperoleh pengetahuan, keterampilan

dan peralatan yang diperlukan untuk

mempertahankan keputusan perawatan pasien.

- Hargai dan dukung mekanisme koping adaptif

yang digunakan.

Kolaborasi :

- Rujuk untuk terapi keluarga, jika perlu.

2.4.3 Intervensi

Intervensi keperawatan keluarga adalah segala bentuk terapi

yang dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan

penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan dan

pemulihan kesehatan klien individu, keluarga dan komunitas.

Langkah-langkah dalam rencana keperawatan keluarga adalah :

a. Menentukan sasaran atau goal

Sasaran adalah tujuan umum yang merupakan tujuan akhir yang

akan dicapai melalui segala upaya, dimana masalah (Problem)

digunakan untuk merumuskan tujuan akhir.

b. Menentukan tujuan atau objek

Merupakan pernyataan yang lebih spesifik atau lebih terperinci

tentang hasil yang diharapkan dari tindakan perawatan yang

35
akan dilakukan, dimana penyebab (ethiologi) digunakan untuk

merumuskan tujuan.

c. Menentukan pendekatan dan tindakan keperawatan yang akan

dilakukan.

Dalam memilih tindakan keperawatan sangat tergantung kepada

sifat masalah dan sumber-sumber yang tersedia untuk

memecahkan masalah.

d. Menentukan kriteria dan standar kriteria.

Kriteria merupakan tanda atau indikator yang digunakan untuk

mengukur pencapaian tujuan, sedangkan standar menunjukkan

tingkat performance yang diinginkan untuk membandingkan

bahwa perilaku yang menjadi tujuan tindakan keperawatan telah

tercapai.

Standar mengacu pada 5 tugas keluarga, sedangkan kriteria

mengacu pada 3 hal, yaitu :

1) Pengetahuan (kognitif)

Intervensi ini ditujukan untuk memberikan informasi,

gagasan, motivasi dan saran kepada keluarga sebagai

target asuhan keperawatan keluarga.

2) Sikap (afektif)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu keluarga dalam

berespon emosional, sehingga dalam keluarga terdapat

perubahan sikap terhadap masalah yang dihadapi.

36
3) Tindakan (psikomotor)

Intervensi ini ditujukan untuk membantu anggota keluarga

dalam perubahan perilaku yang merugikan ke perilaku

yang menguntungkan

2.4.4 Implementasi (Suprajitno, 2004)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk

pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu

yang dibutuhkan, materi / topik yang didiskusikan, siapa yang

melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi

(sasaran langsung implementasi), dan peralatan yang perlu disiapkan

keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat

mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.

2.4.5 Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil

implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk

melihat keberhasilannya. Bila hasil evaluasi tidak atau berhasil

sebagian, perlu disusun rencana keperawatan yang baru. Perlu

diperhatikan juga bahwa evaluasi perlu dilakukan beberapa kali

dengan melibatkan keluarga sehingga perlu pula direncanakan waktu

yang sesuai dengan kesediaan keluarga. Evaluasi disusun dengan

menggunakan SOAP yang operasional dengan pengertian “S” adalah

37
ungkapan perasaan dan keluhan yang yang dirasakan secara subjektif

oleh keluarga setelah diberikan implementasi keperawatan. “O”

adalah keadaan objektif yang dapat diidentifikasi oleh perawat

menggunakan pengamatan atau pengamatan yang objektif setelah

implementasi keperawatan. “A” merupakan analisis perawat setelah

mengetahui respons subjektif dn objektif keluarga yang dibandingkan

dengan kriteria dan standar yang telah ditentukan mengacu pada

tujuan pada rencana keperawatan keluarga.”P” adalah perencanaan

selanjutnya setelah perawat melakukan analisis.

Pada tahap ini ada 2 evaluasi yang dapat dilaksanakan oleh

perawat, yaitu evaluasi formatif yang bertujuan untuk menilai hasil

implementasi secara bertahap sesuai dengan kegiatan yang dilakukan

sesuai kontrak pelaksanaan dan evaluasi sumatif yang bertujuan

menilai secara keseluruhan terhadap pencapaian diagnosa

keperawatan apakah rencana diteruskan, diteruskan sebagian,

diteruskan dengan perubahan intervensi, atau dihentikan.

38
4
TABEL 2.2

INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA DENGAN TB PARU

N Diagnosa Tujuan Kriteria Hasil Standar Evaluasi Intervensi


o Keperawatan
Umum Khusus

1. Ansietas Setelah Keluarga mampu :


dibuktikan dilakukan 1. Memberi 1. Keluarga dapat 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
dengan merasa dukungan dukungan Memberi merawat anggota keluarga.
khawatir dengan keyakinan kepada keluarga dukungan keluarga dengan
kepada keluarga
kondisi yang masalah untuk masalah Tingkat
untuk
dihadapi. Tingkat mengurangi mengurangi Kecemasan.
Kecemasan kecemasan. kecemasan. 2. Keluarga mampu 2. Kaji tindakan keluarga
teratasi 2. Mengatasi 2.Keluarga mempraktekkan terhadap penanganan
Tingkat mempraktekkan cara mengatasi ketidakefektifan jalan
cara mengatasi Tingkat Kecemasan
Kecemasan napas.
Tingkat dengan Teknik
dengan tindakan Managemen
Kecemasan
mandiri. Koping. 3. Diskusikan dengan
dengan Teknik
3. Mencari Managemen 3. Keluarga dapat keluarga tentang tanda
bantuan dengan Koping. menggunakan Tingkat Kecemasan.
menggunakan fasilitas kesehatan

39
fasilitas 2. Keluarga yang ada sesuai 4. Ajarkan keluarga tentang
kesehatan yang mampu kemampuannya. managemen koping.
ada. menentukan
fasilitas 5. Kolaborasi ke Puskesmas
kesehatan untuk mendapatkan
untuk bantuan.
mengatasi
masalah yang
ada

2. Resiko depisit Setelah Keluarga mampu :


nutrisi dilakukan 1. Merawat 1. Keluarga 1. Keluarga mampu 1. Kaji pengetahuan
dibuktikan Konseling masalah mampu merawat keluarga keluarga tentang
dengan nutrisi masalah gangguan merawat dengan gangguan gangguan nutrisi.
keengganan Malnutrisi nutrisi masalah nutrisi.
pasien makan dapat teratasi. gangguan 2. Keluarga mampu 2. Diskusikan dengan
karena 2. Mengatasi nutrisi. melakukan tata keluarga tentang tanda
kecemasan ganguan 2. laksana pada gangguan nutrisi.
terhadap Kebutuhan 3. mengatasi kasus gangguan
penyakitnya. Nutrisi dengan masala nutrisi.
tindakan gangguan 3. Ajarkan keluarga tentang
pengaturan pola nutrisi dengan 3. Keluarga dapat pengaturan pola diit
Diit. manajemen mencari bantuan pemenuhan kebutuhan
diet. ke ahli gizi nutrisi.

40
3. Mencari
bantuan ke Ahli 4. Kolaborasi ke ahli gizi di
gizi di sarana 4. Keluarga Puskesmas untuk
fasilitas mampu mendapatkan informasi
kesehatan yang mencari dan cara pengaturan pola
ada. bantuan ke diit pada penderita
ahli gizi. gangguan nutrisi.
3. Bersihan jalan Setelah Pasien mampu :
nafas tidak dilakukan 1. Melakukan 1. Keluarga 1. Keluarga 1. Kaji pengetahuan
efektif latihan batuk batuk efektif dapat memahami proses keluarga Tentang
dibuktikan efektif masalah 2. Mengantisipasi mengetahui penularan penyakit TB Paru
dengan bersihan jalan sekret yang tanda dan penyakit TB Paru
hypersekresi nafas tidak berlebihan. gejala TB Paru
jalan nafas. efektif teratasi. 3. Mencari 2. Keluarga dapat 2. Diskusikan dengan
Pengobatan 2. Keluarga mengantisipasi keluarga tentang penyakit
dengan mampu resiko penularan TB Paru
menggunakan memutuskan penyakit TB Paru
fasilitas tindakan bila
kesehatan yang terjangkit
ada. penyakit TB
Paru

41
42
4
5
2.5 Konsep Kecemasan

2.5.1 Pengertian Kecemasan

Menurut Kaplan (2010), Kecemasan merupakan salah satu

gangguan mood yang ditandai dengan hilangnya perasaan kendali dan

pengalaman subjektif adanya penderita berat. Mood adalah keadaan

emosional internal yang meresap dari seseorang, dan bukan afek, yaitu

ekspresi dari isi emosional saat itu.

Menurut WHO, Kecemasan merupakan gangguan mental yang

ditandai dengan munculnya gejala penurunan mood, kehilangan minat

terhadap sesuatu, perasaan bersalah, gangguan tidur atau nafsu makan,

kehilangan energi, dan penurunan konsentrasi (WHO, 2010).

2.5.2 Etiologi

Dalam buku At a Glance Psikiatri (2008), etiologi Kecemasan

yaitu:

a. Genetik

Riwayat keluarga sering positif dengan manik, Kecemasan,

ketergantungan alkohol.

b. Psikososial

Kejadian-kejadian terkini dalam hidup yang tidak menyenangkan dan

membuat rentan, misalnya:

1) Kehilangan ibu pada usia < 11 tahun

2) Pengangguran

3) ≥ 3 anak berusia < 14 tahun berada dalam satu rumah

42
4) Kurangnya hubungan yang dilandasi kepercayaan

5) Sosio-ekonomi

c. Neurokimia

1) Hipotesis monoamin

Bahwa metabolit-metabolit monoamin (terutama noradrenalin dan

serotonin) yang terdapat pada cairan serebrospinal dan urin berkurang

pada pasien-pasien Kecemasan, dan bahwa obat antidepresan

meningkatkan availabilitas monoamin.

2) Kecemasans kronis

Kecemasans kronis dapat meningkatkan kadar kortisol sehingga

mengakibatkan penurunan mood melalui mekanisme penurunan

ekspresi neurotropin yang berperan penting dalam pertumbuhan

neuron.

3) Penyakit endokrin, kanker, dan penyakit kronis lainnya.

4) Penyalahgunaan zat alkohol, steroid, obat antihipertensi, dan

kontrasepsi oral.

2.5.3 Epidemiologi

Gangguan Kecemasan adalah suatu gangguan yang sering

terjadi, dengan prevalensi seumur hidup kira-kira 15% dan

kemungkinan sekitar 25% terjadi pada wanita. Terlepas dari kultur

atau negara, prevalensi gangguan Kecemasan berat dua kali lebih

besar pada wanita dibandingkan laki-laki. Rata-rata usia onset untuk

gangguan Kecemasan berat kira-kira 40 tahun, 50% dari semua pasien

43
mempunyai onset antara 20 dan 50 tahun. Beberapa data epidemiologi

baru-baru ini menyatakan bahwa insidensi gangguan Kecemasan berat

mungkin meningkat pada orang-orang yang berusia kurang dari 20

tahun (Emirza, 2013).

2.5.4 Manifestasi Klinis

Menurut PPDGJ-III, gejala dari episode Kecemasan yaitu:

a. Gejala utama :

1) Afek Kecemasan,

2) Kehilangan minat dan kegembiraan, dan

3) Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah

lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saat kerja) dan

menurunnya aktivitas.

b. Gejala lainnya

1) Konsentrasi dan perhatian berkurang.

2) Harga diri dan kepercayaan diri berkurang.

3) Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna.

4) Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis.

5) Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri.

6) Tidur terganggu.

7) Nafsu makan berkurang.

2.5.5 Klasifikasi

Klasifikasi Kecemasan menurut WHO dalam Lubis (2009):

a. Menurut tingkat penyakit

44
1) Mild depression / minor depression atau Kecemasan ringan dan

dysthmic disorder. Terjadi setelah adanya kejadian yang membuat

kecemasans secara spesifik, mood menjadi rendah dan hilang timbul.

Seseorang tersebut akan merasa cemas dan tidak bersemangat. Untuk

mengurangi Kecemasan ringan ini, dibutuhkan perubahan gaya hidup.

Tanda dari Kecemasan ringan: yakni terdapat5 gejala pada episode

Kecemasan namun tidak lebih dari 5 gejala Kecemasan, muncul

selama 2 minggu berturut-turut, dan gejala itu bukan karena pengaruh

obat-obatan atau penyakit.

2) Dysthmic disorder adalah bentuk Kecemasan yang kurang parah

namun dapat menimbulkan gangguan Kecemasan ringan dalam jangka

waktu lama sehingga seseorang tidak bisa bekerja secara optimal.

Gejala Kecemasan ringan ada dysthmic disorder dirasakan minimal

dalam jangka waktu 2 tahun.

3) Moderate depression atau Kecemasan sedang

Mood yang rendah berlangsung terus dan juga mengalami gejala fisik

walaupun berbeda-beda tiap orang. Untuk mengatasinya diperlukan

perubahan gaya hidup dan bantuan dari orang lain.

4) Severe depression / major depression atau Kecemasan berat

Seseorang akan mengalami gangguan dalam kemampuan untuk

bekerja, tidur, makan dan menikmati hal yang menyenangkan.

Membutuhkan bantuan medis secepat mungkin. Tanda dari

Kecemasan berat yakni terdapat 5 atau lebih gejala yang ditunjukkan

45
dalam kriteria diagnosis Depressive Major dan berlangsung selama 2

minggu berturut-turut.

b. Menurut klasifikasi nosologi

1) Kecemasan psikogenik

Terjadi karena pengaruh psikologis seseorang, biasanya akibat

kejadian yang dapat membuat seseorang sedih atau kecemasans berat.

Menurut gejala dan tanda, dibagi menjadi:

(a) Reactif depression

Timbul sebagai reaksi dari suatu pengalaman hidup yang

menyedihkan. Ditandai oleh apati dan retardasi atau oleh kecemasan

dan agitasi. Kecemasan ini lebih mendalam daripada kesedihan biasa

dan berlangsung lama tapi jarang melampaui beberapa minggu.

(b) Exhaustion depression

Timbul setelah bertahun-tahun masa laten, akibat tekanan perasaan

yang berlarut-larut, goncangan jiwa yang berturut atau pengalaman

berulang yang menyakitkan.

(c) Neurotic depression

Timbul akibat konflik-konflik psikologis masa anak-anak (seperti

keadaan perpisahan dengan ibu pada masa bayi, hubungan orangtua-

anak yang tidak menyenangkan) yang selama ini disimpan dan

membekas dalam jiwa penderita. Jauh sebelum timbulnya Kecemasan

sudah tampak adanya gejala-gejala kecemasan, tidak percaya diri,

46
gagap, sering mimpi buruk, eneuresis, banyak berkeringat, gemetar,

berdebar-debar, gangguan pencernaan seperti diare dan spasme.

2) Kecemasan endogenik

Diturunkan secara genetiik, biasanya timbul tanpa didahului oleh

masalah psikologis atau fisik tertentu tapi bisa juga dicetuskan oleh

trauma fisik maupun psikis. Sebagian besar Kecemasan endogen

merupakan Kecemasan unipolar.

3) Kecemasan somatogenik

Timbulnya Kecemasan somatogenik diduga akibat faktor-faktor

jasmani, terbagi atas:

a) Kecemasan organik

Disebabkan oleh perubahan morfologi otak seperti arteriosklerosis

serebri, demensia senelis, tumor otak, dan defisiensi mental.

Gejalanya dapat berupa kekosongan emosional disertai ide-ide

hipokondrik. Biasanya disertai dengan psychosyndrome akibat

kelainan lokal atau difusi di otak dengan gejala kerusakan memori

jangka pendek, disorientasi waktu, tempat, dan situasi, disertai tingkah

laku eksplosif dan mudah terharu.

b) Kecemasan simtomatik

Disebabkan oleh penyakit fisik seperti infeksi (hepatitis, influenza,

pneumonia), penyakit endokrin (diabetes melitus, hipotiroid), akibat

tindakan pembedahan, pengobatan jangka panjang dengan obat

47
antihipertensi, pada fase penghentian kecanduan narkotika, alkohol,

dan obat penenang.

2.5.6 Diagnosis

Penegakan diagnosis menurut PPDGJ-III adalah sebagai berikut.

a. Episode Kecemasan ringan

1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Kecemasan

seperti tersebut di atas.

2) Ditambah sekurang-kurangnya 2 dari gejala lainnya : (1) sampai

dengan (7).

3) Tidak boleh ada gejala yang berat di antaranya.

4) Lamanya seluruh episode berlangsung sekurang-kurangnya sekitar

2 minggu.

5) Hanya sedikit kesulitan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial yang

biasa dilakukannya.

b. Episode Kecemasan sedang

1) Sekurang-kurangnya harus ada 2 dari 3 gejala utama Kecemasan

seperti pada episode Kecemasan ringan.

2) Ditambah sekurang-kurangnya 3 (dan sebaiknya 4) dari gejala

lainnya.

3) Lamanya seluruh episode berlangsung minimum sekitar 2 minggu.

4) Menghadapi kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial,

pekerjaan dan urusan rumah tangga.

48
c. Episode Kecemasan berat tanpa gejala psikotik

1) Semua 3 gejala utama Kecemasan harus ada.

2) Ditambah sekurang-kurangnya 4 dari gejala lainnya, dan beberapa

di antaranya harus berintensitas berat.

3) Bila ada gejala penting (misalnya agitasi atau retardasi psikomotor)

yang mencolok, maka pasien mungkin tidak mau atau tidak mampu

untuk melaporkan banyak gejalanya secara rinci. Dalam hal demikian,

penilaian secara menyeluruh terhadap episode Kecemasan berat masih

dapat dibenarkan.

4) Epsiode Kecemasan biasanya harus berlangsung sekurang-

kurangnya 2 minggu, akan tetapi jika gejala amat berat dan beronset

sangat cepat, maka masih dibenarkan untuk menegakkan diagnosis

dalam kurun waktu kurang dari 2 minggu.

5) Sangat tidak mungkin pasien akan mampu meneruskan kegiatan

sosial, pekerjaan atau urusan rumah tangga, kecuali pada taraf yang

sangat terbatas.

d. Episode Kecemasan berat dengan gejala psikotik

1) Episode Kecemasan berat yang memenuhi kriteria menurut episode

Kecemasanf berat tanpa gejala psikotik.

2) Disertai waham, halusinasi atau stupor Kecemasanf. Waham

biasanya melibatkan ide tentang dosa, kemiskinan atau malapetaka

yang mengancam, dan pasien merasa bertanggung jawab atas hal itu.

Halusinasi auditorik atau olfatorik biasanya berupa suara yang

49
menghina atau menuduh, atau bau kotoran atau daging membusuk.

Retardasi psikomotor yang berat dapat menuju pada stupor. Jika

diperlukan, waham atau halusinasi dapat ditentukan sebagai serasi

atau tidak serasi dengan afek (mood congruent).

2.5.7 Beck Deppresion Inventory (BDI)

Merupakan salah satu cara untuk mendiagnosis Kecemasan dengan

menggunakan kuesioner yang diisi sendiri oleh responden. Di dalam

kuesioner terdapat 21 pertanyaan yang terdiri atas emosi, tingkah laku,

kognitif, afektif, dan gejala somatis Kecemasan.

Tabel 2.2 Skor BDI

Klasifikasi Skor Tingkat


Total Kecemas
an

Ringan 1-10 Normal

11-16 Gangguan
mood
ringan

Sedang 17-20 Batas


Kecemasa
n klinis

21-30 Kecemasa
n sedang

Berat 31-40 Kecemasa


n berat

Lebih dari Kecemasa


40 n ekstrem

Sumber: Beck, T. Aron. 1996. Beck Depression Inventory. San Antonio:


The Psychological Corporation Harcourt Brace & Company.

50
2.5.8 Hubungan Tuberkulosis Paru dan Kecemasan

Menurut Jurnal Tuberkulosis Indonesia (2010) pasien yang sedang

mengalami pengobatan sebagai MDR-TB pasti mengalami kegelisahan dan

ketakutan. Betapa tidak, pasien harus diinjeksi setiap hari selama 6 bulan,

disamping harus minum obat sekian banyak macam di hadapan petugas,

setiap hari selama hampir 2 tahun, tepatnya 18 bulan setelah konversi dahak.

Meskipun demikian tidak dijamin dapat sembuh 100%. Pasien

dengan tuberkulosis paru mengalami Kecemasan sebagai respon alaminya.

Kecemasan di sini bukan merupakan suatu tanda adanya gangguan mental,

namun merupakan suatu respon terhadap kehilangan yang amat sangat

sehingga menarik diri dari kehidupan, menyendiri, sangat bersedih, dan

tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Pada fase ini, seseorang mulai

membangun kembali diri mereka dari awal.

Penyakit tuberkulosis paru dapat mempengaruhi keseimbangan

monoamine di otak. Monoamin adalah suatu sistem neurotransmitter di otak

dalam bentuk dopamin, serotonin, dan norephinephrine. Ketidakseimbangan

serotonin dalam otak inilah yang dapat membuat pasien tuberkulosis paru

sangat rentan terhadap Kecemasan (Istanti, 2009).

Hal ini juga dipaparkan oleh Rachmawati dan Turniani (2009) bahwa

TB Paru merupakan penyakit kronis dan memerlukan pengobatan secara

teratur selama 6-8 bulan. Karena pengobatan memerlukan waktu yang lama

maka penderita TB Paru sangat memungkinkan mengalami Kecemasan

51
yang cukup berat sehingga selain diperlukan pengobatan secara medis juga

diperlukan dukungan sosial dari keluarga maupun orang di sekitarnya.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Riskiyani et al. (2013) di Desa

Ajangale, TB Paru dapat sembuh bila dilakukan pengobatan secara teratur

selama 6-8 bulan. Karena pengobatan memerlukan waktu yang lama maka

penderita TB Paruberisiko mengalami kebosanan yang cederung akan

mengakibatkan putus obat. Di samping itu setelah mengonsumsi OAT (Obat

Anti Tuberculosis), penderita mengalami efek samping obat yang sangat

keras sehingga penderita berhenti minum obat karena kurangnya informasi

tentang pengobatan penyakit TB paru yang diterima.

52
54
2.5.9 Kerangka Konsep

Masalah Medis
TB Paru.
Identitas data Pemeriksaan Fisik,
demografi, Mental, emosional
lingkungan, dan spiritual
struktur dan
fungsi
Keluarga

Masalah Keperawatan
Tingkat Stres

Penelitian
Studi Kasus Keperawatan

Intervensi Penerapan
Manajemen Koping

Implementasi
Manajemen Koping

EVALUASI Subjek II
Subjek I
Efektifitas
Managemen Koping

BAGAN 2.2
KERANGKA KONSEP

53
54
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

penelitian deskriptif merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan

dengan tujuan utama untuk membuat gambaran tentang suatu keadaan

secara objektif dengan pendekatan studi kasus. Metode penelitian deskriptif

digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang

dihadapi pada situasi sekarang (Notoatmojo, 2010).

Hasil yang diharapkan pada penelitian ini adalah untuk melihat

bagaimana Penerapan Managemen Koping untuk mengurangi tingkat

kecemasan pada penderita TB Paru.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti atau subjek yang menjadi pusat perhatian atau sasaran penelitian

(Arikunto, 2006).

Subjek penelitian pada studi kasus ini adalah 2 orang pasien yang

memiliki kriteria sebagai berikut :

1. Kriteria Inklusi

a. Pasien dan Keluarga yang bersedia sebagai partisipan

b. Pasien yang berumur 40 - 60 tahun.

54
c. Pasien yang mengalami TB Paru diwilayah kerja Puskesmas

Muara Kelingi.

d. Pasien yang mengalami TB Paru yang tidak disertai penyakit

lainnya (Tanpa Komplikasi).

2. Kriteria Eklusi

a. Pasien TB Paru pada anak dan Remaja.

b. Pasien yang mengalami TB Paru dengan komplikasi penyakit

lainnya .

3.3 Fokus Studi

Penerapan Teknik Mangemen Koping untuk mengurangi Tingkat

kecemasan pada penderita TB Paru.

3.4 Definisi Operasional

Definisi operasional merupakan penjelasan semua variabel dan istilah

yang akan digunakan dalam penelitian secara operasional sehingga akhirnya

mempermudah pembaca dalam mengartikan makna penelitian (Setiadi,

2013).

1. TB Paru adalah semua penyakit infeksi pernapasan yang di sebabkan

oleh kuman Micobacterium Tuberculose.

2. Managemen Koping merupakan salah satu cara untuk mengurangi

tingkat kecemasan (coba saja nanti dipraktekan).

3. Ansietas adalah ketidakmampuan keluarga dalam memberikan

dukungan kepada pasien dalam menghadapi penyakitnya.

55
3.5 Lokasi Dan Waktu

Studi kasus ini akan dilakukan di Wilayah kerja UPT Puskesmas

Muara Kelingi , Kabupaten Musi Rawas, pada tanggal 20 Juni s/ 22 Juni

2019.

3.6 Metode Dan Instrumen Pengumpulan Data

1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini yang digunakan

adalah dengan Wawancara langsung kepada Pasien dan Observasi

langsung terhadap Penderita TB Paru dengan masalah tingkat

kecemasan.

2. Instrumen Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada studi kasus karya

tulis ilmiah ini menggunakan format asuhan keperawatan Keluarga

sesuai ketentuan yang telah ditetapkan. Format tersebut terdiri dari

Pengkajian, Diagnosa, Intervensi, implementasi dan evaluasi.

Pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnese,

pemeriksaan fisik, dan observasi langsung.

Instrumen pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini

adalah berupa format inform consent, format pengkajian asuhan

keperawatan keluarga yang berlaku, format observasi ketidakefektifan

56
3.7 Prosedur Penelitian

Penelitian ini diawali dengan Penyusunan usulan penelitian dengan

menggunakan metode studi kasus. Setelah disetujui oleh penguji Proposal

maka penelitian dilanjutkan dengan kegiatan pengumpulan data. Data

penelitian berupa hasil observasi, wawancara terhadap kasus TB Paru

dengan Tingkat Kecemasan, dengan langkah-langkah kegiatan

pengumpulan data :

1. Mengurus perizinan pada Puskesmas untuk melakukan penelitian.

2. Menjelaskan maksud dan tujuan penelitian pada subjek dan

selanjutnya meminta subjek menandatangani lembar inform consent

sebagai persetujuan menjadi subjek penelitian.

3. Mengidentifikasi dan mendiskusikan dengan Subjek tentang Tingkat

4. Kecemasan dengan intervensi penerapan Managemen Koping.

5. Melakukan pemeriksaan Vital sign.

6. Mengumpulkan data dan melakukan pengolahan data.

7. Menyajikan data hasil pengolahan dan hasil penelitian secara objektif

dalam bentuk narasi dan tabel.

8. Menyimpulkan hasil dengan mengsinkronkan temuan dengan teori.

3.8 Keabsahan Data

Uji keabsahan data dimaksudkan untuk menguji kualitas data /

informasi yang diperoleh dalam penelitian sehingga menghasilkan data

57
dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti, uji keabsahan data

dilakukan dengan :

1. Memperpanjang waktu pengamatan / tindakan

2. Sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga

sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga klien yang

berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek tidak boleh

bertentangan dengan etik. Tujuan penelitian harus etis dalam arti hak

responden harus dilindungi. Dalam melaksanakan penelitian ini :penulis

menggunakan prinsip etika yang meliputi :

1. Prinsip Manfaat (Nursalam, 2011)

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan

penderitaan pada subjek, khususnya jika

Menggunakan tindakan khusus.

b. Bebas dari Eksploitasi

Partisipasi subjek dalam penelitian, harus

dihindarkan dari keadaan yang tidak menguntungkan.

Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya dalam

penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan

58
dipergunakan dalam hal-hal yang dapat merugikan subjek

dalam bentuk apapun.

c. Resiko (benefit ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan resiko

dan keuntungan yang akan berakibat kepada subjek pada

setiap tindakan.

2. Prinsip Menghargai hak azazi manusia (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk ikut / tidak menjadi Responden (right to self

determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi, subjek

mempunyai hak memutuskan apakah mereka bersedia menjadi

subjek ataupun tidak, tanpa adanya sangsi apapun atau akan

berakibat terhadap kesembuhannya, jika mereka seorang klien.

b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan

(right to full disclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci

serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada

subjek.

c. Informed consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap

tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai

59
hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden.

Pada inform consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang

diperoleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip Keadilan (Nursalam, 2011)

a. Hak untuk mendapatkan pengobatan yang adil (right in fair

treatment).

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum,

selama dan sesudah keikutsertaannya dalam penelitian tanpa

adanya diskriminasi apabila ternyata mereka tidak bersedia atau

dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untukmeminta bahwa data yang

diberikan harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama

(anonymity) dan rahasia (confidentiality).

3.10 Analisa Data dan Penyajian data

Analisa data dilakukan secara deskriptif menggunakan prinsip-prinsip

manajemen asuhan keperawatan. Proses analisa data dimulai dengan

menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber yaitu wawancara,

observasi dan Selanjutnya menggunakan evaluasi SOAP untuk catatan

perkembangan pasien.

60
Rencana analisis yang dilakukan pada penelitian ini adalah

menganalisis semua temuan pada tahapan proses keperawatan dengan

menggunakan konsep dan teori (pada penderita TB Paru). Data yang telah

didapat dari hasil dari hasil melakukan asuhan keperawatan mulai dari

pengkajian, penegakan diagnosis, merencanakan tindakan, melakukan

tindakan sampai mengevaluasi hasil tindakan akan dinarasikan dan

dibandingkan dengan teori asuhan keperawatan keluarga dengan Tb Paru .

Analisa yang dilakukan adalah untuk menentukan apakah ada persamaan

antara teori yang ada dengan kondisi pasien dalam asuhan.

61
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran UPT Puskesmas Muara kelingi

a. Geografis

UPT Puskesmas Muara Kelingi merupakan salah satu

Puskesmas yang berada di wilayah Kecamatan Muara Kelingi

Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan. Puskesmas

Muara Kelingi dikategorikan Puskesmas Rawat Inap Kawasan

Pedesaan. Didirikan pada Tahun 1974 yang merupakan

pengembangan dari Balai Pengobatan dan KIA ( BPKIA ) yang

sudah didirikan sebelumnya. BPKIA awalnya berada di Jalan

Kopral Mansyur/ Kampung Ketayu yang kemudian di

Pindahkan ke Jalan Merdeka ( Sekarang Jalan Pasar Lama )

Alasan Pemindahan karena areal yang baru lebih luas dan

gedung lama di Jalan Kopral Mansyur difungsikan sebagai

rumah dinas Tenaga Kesehatan.

Puskesmas Muara Kelingi memiliki luas wilayah kerja

seluas 51.418,71 Km2 terdiri dari 14 Desa dan 1 Kelurahan

binaan dan batas wilayah adalah sebagai berikut :

 Utara : Wilayah kerja Puskesmas Karya Sakti dan

Megang Sakti

62
 Selatan : Wilayah kerja Puskesmas Cecar dan Air

Beliti

 Timur : Wilayah kerja Puskesmas Muara Lakitan

 Barat : Wilayah kerja Puskesmas Megang Sakti

dan Air Beliti.

UPT Puskesmas Muara kelingi Kecamatan Muara Kelingi

Kabupaten Musi rawas memiliki ruangan rawat inap yang terdiri

dari 4 ruangan,yaitu laki laki dengan tempat tidur 4 buah dan

perempuan dengan tempat tidur 4 buah. Jumlah kunjungan rawat

jalan tahun 2018 sebanyak 8.426 orang,dan rawat inap sebanyak

105 orang

b. Demografi

1) Agama dan Suku

Penduduk di wilayah Kerja Puskesmas Muara

kelingi mayoritas menganut agama Islam. Tetapi ada juga

yang menganut agama Katolik, Kristen Prostestan, dan

Hindu.

Dan Secara kesukuan, Penduduk di wilayah Puskesmas

Muara kelingi termasuk Multi etnis, dengan mayoritas

bersuku Jawa.Sumatera, Minang, Sunda, dan Batak.

2) Mata Pencaharian Penduduk

63
Pekerjaan Mayoritas Penduduk adalah bertani,

Pedagang,sebagian lagi adalah Pegawai Negeri,

Wiraswasta, Dagang serta buruh Harian,buruh

diperkebunan,Buruh di PT.

4.1.2 Karateristik Subjek Penelitian

Subjek Penelitian Studi Kasus ini, adalah 1 orang Laki – laki

dan I orang perempuan yang mengalami penyakit TB Paru dan

mempunyai masalah peningkatan kecemasan.

Subjek I dengan initial Tn. S, berusia 55 tahun, Jenis kelamin

Laki-laki, beragama islam, pendidikan terakhir SMA, pekerjaan

dagang, keluhan Batuk , sesak napas . Pasien mengatakan Badan

terasa lemas, nafsu makan kurang, TD : 130 / 70 mmHg, RR : 29 x /

menit, Nadi : 92 x / menit, temp : 37 o c,. Tanggal berobat Puskesmas

4 Juni 2019

Subjek II :

Subjek II dengan initial Ny,C. berusia 35 tahun, Jenis kelamin

Perempuan, beragama islam, pendidikan terakhir SMP, pekerjaan

IRT, keluhan Sesak napas,perut terasa penuh batuk, TD : 110 / 70

mmHg, RR : 28 x / menit, Nadi : 92 x / menit, Temp : 37 o c , kurang

bergairah dalam beraktifitas. napsu makan kurang. Tanggal berobat

Puskesmas 7 Juni 2019.

64
4.1.3 Pengkajian Data asuhan Keperawatan

Tabel 4.1
Pengkajian data asuhan Keperawatan

a. Identitas Umum

Indikator Pengkajian Subjek

Subjek I Subjek II

Tanggal Pengkajian 04 Juni 2018 07 Juni 2018

Nama Kepala Tn.S Tn.Rudi

keluarga

Nama Subjek Tn.S Ny.C

Penelitian I

Umur 55 Tahun 35. tahun

Agama Islam Islam

Pendidikan SMA SMP

Pekerjaan Dagang IRT

Penghasilan ± 1,5. Juta / bulan ± 1 Juta / bulan

Keluarga

Suku Bangsa Musi Musi

Alamat Desa Mandi aur Desa Tanjuang

65
b. Komposisi Keluarga

Subjek Nama Umur Hubung Pend Peke KB Keadaa

anggota Lk Pr an idika rjaan n Fisik

keluarga dalam n

keluarg

Subjek I Ny. F 51 Istri SMA IRT KB Baik

An. A 21 Anak SMA TOT - Baik

An. E 17 Anak SMA TOT - Baik

Subjek II Tn.R 37 Suami SMP Tani - Baik

An. A 17 Anak SMA TOT - Baik

c. Genogram

Subjek I :

Keterangan :

66
= Laki-laki

= Perempuan

= Penderita

Subjek II :

Keterangan :

= Laki-laki

= Perempuan

= Penderita

67
d. Tipe Keluarga

Tipe Keluarga Subjek I Subjek II


Tipe Keluarga Keluarga Tn.S termasuk Keluarga Ny.C termasuk
tipe keluarga Inti tipe keluarga Inti

e. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

Tahap perkembangan Subjek I Subjek II


keluarga
Tahap perkembangan Tahap perkembangan Tahap
keluarga saat ini keluarga Tn.S adalah dalam perkembangan
tahap perkembangan keluarga Ny.C
keluarga dengan anak adalah dalam tahap
Dewasa perkembangan
keluarga usia
pertengahan
Tahap perkembangan Tahap dengan anak dewasa, Tahap usia lanjut.
keluarga yang belum tahap keluarga usia
terpenuhi dan kendalanya pertengahan dan usia lanjut.

f. Riwayat Kesehatan Inti :


Riwayat Subjek I Subjek II
Kesehatan Inti
Riwayat Keluarga Tn.S menderita sakit TB Ny.C, menderita sakit TB
saat ini Paru Paru
Riwayat Penyakit Keluarga Tn.S, ada yang Keluarga Ny.C ada yang
Keturunan menderita penyakit Menular menderita penyakit Menular
TB Paru TB Paru

g. Riwayat masing-masing anggota Keluarga :


Subjek Nama Umur BB Keadaan Imu Masalah Upaya
(kg) Kesehata nisa Kesehatan yang
n si dilakukan
Subjek Tn.S 55 45 Baik - Penyakit TB Berobat ke
I Paru Puskesmas
Ny.F 51 53 Baik - - -
An. Z 23 50 Baik - - -
An. Z 20 50 Sedang -
Subjek Ny.C 35 53 Baik - Penyakit TB Berobat ke
II Paru puskesmas
Ny. S 32 50 Baik - - -

68
An. A 17 46 Baik - - -

h. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :


Sumber Pelayanan yang Subjek
dimanfaatkan Subjek I Subjek II
Falitas Kesehatan Puskesmas Puskesmas

i. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :


Riwayat kesehatan Subjek
Subjek I Subjek II
Riwayat kesehatan keluarga Keluarga Tn. S ada Keluarga Ny. C,
yang menderita ada yang menderita
penyakit menular Tb penyakit penyakit
Paru keturunan (Asma)

j. Pengkajian Lingkungan Keluarga

1) Karateristik Rumah

Karateristik Rumah Subjek


Subjek I Subjek II
Luas Rumah 6 x 12 m2 6 x 9 m2
Tipe rumah Permamen Permanen
Kepemilikan Hak milik Pribadi Hak milik Pribadi
Jumlah kamar 3 kamar tidur 2 kamar tidur
Ventilasi Baik Baik
Pemanfaatan ruang Sesuai fungsi Sesuai fungsi
Septik tank 15 > meter 10 > meter
Sumber Air Sumur Sumur
Kamar madi Bersih Bersih
WC Leher angsa Leher angsa
Sampah Dibakar Dibakar
Kebersihan Bersih Bersih
lingkungan
Denah rumah
Kamar mandi KT R.Tamu
berada KT R.Tamu
Didekat sumur R. Tengah
R. Tengah

K.T
K.T K.T

Dapur Dapur

69
2) Karateristik Tetangga dan Komunitas RW

Karateristik Subjek
Tetangga dan Tetangga Subjek I Tetangga Subjek II
komunitas
Kebiasaan Kehidupan dalam Kehidupan
masyarakat dan tetangga masyarakat dan
dilingkungan TN.S dan tetangga dilingkungan
Ny.F sebagai Petani. dan Tn.R dan Ny. C
sebagian buruh tani sebagai Petani. dan
sebagian buruh tani
Aturan Masyarakat dan tetangga Masyarakat dan
selalu bermusyawarah tetangga selalu
dalam menyelesaikan bermusyawarah dalam
segala permasalahan menyelesaikan segala
dilingkungan permasalahan
dilingkungan
Kebersihan Masyarakat dan tetangga Masyarakat dan
peduli terhadap tetangga peduli
kebersihan lingkungan terhadap kebersihan
,melakukan gotong lingkungan melkukan
royong gotong royong

Budaya Tradisi mayoritas Tradisi mayoritas


masyarakat dilingkungan masyarakat
Tn.S dan Ny.F dilingkungan Tn. R
menganut tradisi dan Ny. C menganut
campuran tradisi campuran

Mobilitas Ketika baru menikah Semenjak menikah


Geografi hingga mempunyai anak hingga mempunyai
Keluarga satu, Tn.S dan Ny F anak, Tn.R dan Ny. C
pernah merantau tinggal menetap dan
kemudian kembali lagi tidak berpindah
ke Desanya. tempat dari Desanya.

Sistem Terdapat fasilitas Terdapat fasilitas


Pendukung kesehatan (Puskesmas) kesehatan
dengan SDM yang (Puskesmas) dengan
cukup. SDM yang cukup.

70
k. Struktur Keluarga

Struktur Subjek
Keluarga Subjek I Subjek II
Pola / cara menerapkan komunikasi menerapkan komunikasi
komunikasi secara terbuka.Bahasa yang secara terbuka.Bahasa
keluarga digunakan dirumah adalah yang digunakan dirumah
Bahasa Daerah Musi adalah Bahasa Daerah
Musi

Struktur Tn. S sebagai Kepala Ny.C. sebagai istri dan


kekuatan keluarga, juga sebagai Ayah sekaligus ibu rumah
keluarga tangga,
Struktur peran Ny,F sebagai ibu rumah Tn. R sebagai Kepala
keluarga tangga Keluarga (suami)
Peran Formal : Peran Formal
Penanggung Jawab keluarga :
Peran Informal : Penanggung Jawab
Pendidik anak (turut keluarga / pencari nafkah.
mengawasi) Peran Informal:
Tn. S sebagai Kepala keluarga Pendidik anak (turut
(suami) mengawasi)
Peran Formal : Ny. C sebagai Ibu rumah
Melaksanakan kewajiban tangga (istri)
sebagai Suami dan bapak Peran Formal :
Peran Informal : Melaksanakan kewajiban
Mencari nafkah untuk sebagai istri dan ibu
keluarga Peran Informal:
Membantu suami di kebun
Nilai dan Keluarga Tn.S memegang Keluarga Ny.C memegang
norma keluara aturan susila yang berlaku aturan susila yang berlaku

71
l. Fungsi Keluarga

1) Fungsi Afektif

Fungsi afektif Subjek


Subjek I Subjek II
Kerukunan hidup dalam Keluarga Tn.S termasuk Keluarga Ny.C
keluarga keluarga yang Harmonis. termasuk keluarga
yang Harmonis

Interaksi hubungan dalam Tn S dan Ny.F saling Tn. R dan Ny. C


keluarga berkomunikasi dengan saling
wajar dan baik, juga berkomunikasi
dengan anaknya dengan wajar dan
baik, juga dengan
anaknya
Anggota keluarga yang Ny F selaku Ibu rumah Tn. R selaku kepala
dominan dalam keputusan tangga mempunyai peran keluarga
besar dalam mendidi anak mempunyai peran
dan mengelola keuangan besar dan
keluarga pengambilan
keputusan
Kegiatan Keluarga waktu Keluarga Tn.S Keluarga Tn. R
senggang memanfaatkan waktu memanfaatkan
senggang dengan waktu senggang
menonton TV dan dengan menonton
Berinteraksi dengan TV dan
Tetangga Berinteraksi dengan
Tetangga
Pastisipasi dalam kegiatan Keluarga Tn. S selalu hadir Keluarga Tn. R
Sosial dalam acara persedekahan selalu hadir dalam
ataupun kemalangan di acara persedekahan
desanya ataupun
kemalangan di
desanya

72
2) Fungsi Perawatan Keluarga

Fungsi Perawatan Subjek


Kesehatan Subjek I Subjek II

Mengenal masalah Keluarga mampu Keluarga mampu


kesehatan mengidentifikasi masalah mengidentifikasi
kesehatan yang timbul masalah kesehatan
meskipun secara awam, yang timbul
dari tanda dan gejala yang meskipun secara
dirasakan awam, dari tanda dan
gejala yang dirasakan
Mengambil keputusan Keluarga segera mencari Keluarga segera
mengenai tindakan bantuan tindakan dalam mencari bantuan
kesehatan yang tepat menyelesaikan keluhan tindakan dalam
secara tepat, dengan menyelesaikan
berobat ke Puskesmas keluhan secara tepat,
atau tenaga kesehatan dengan berobat ke
Puskesmas atau
tenaga kesehatan
Merawat anggota Keluarga peduli dan saling Keluarga peduli dan
keluarga yang sakit membantu untuk saling membantu
menolong keluarga yang untuk menolong
sakit, sesuai arahan keluarga yang sakit,
Petugas kesehatan sesuai arahan Petugas
kesehatan
Memelihara lingkungan Keluarga begitu rajin Keluarga begitu rajin
rumah yang sehat membersihkan lingkungan membersihkan
lingkungan
Menggunakan pelayanan Keluarga Tn.S Keluarga Tn.R
kesehatan di masyarakat menggunakan fasilitas menggunakan
pelayanan kesehatan fasilitas pelayanan
(Puskesmas) yang ada kesehatan
diwilayahnya (Puskesmas) yang
ada diwilayahnya

3) Fungsi Reproduksi

Fungsi Reproduksi Subjek


Subjek I Subjek II
Fungsi Reproduksi merupakan Pasangan merupakan Pasangan
yang sudah menopouse subur

73
4) Fungsi Ekonomi

Subjek
Subjek I Subjek II
Upaya pemenuhan Keluarga ini dalam Keluarga ini dalam
sandang pangan memenuhi kebutuhan memenuhi kebutuhan
sandang dan pangan dari sandang dan pangan
hasil berkebun dari hasil berkebun
dan kerja buruh
Pemanfaatan sumber yang Keluarga Tn.S Keluarga Ny.C
ada di masyarakat mempunyai warung dan mempunyai kebun
kebun karet Karet

m. Kecemasan dan Koping Keluarga

Subjek
Subjek I Subjek II
Kecemasan jangka pendek Kondisi penyakit yang Kondisi penyakit
dideritanya yang dideritanya

Kecemasan jangka Panjang Belum mempunyai Belum mempunyai


target target

Respon keluarga terhadap Selalu bermusyawarah Selalu


kecemasan untuk menyelesaikan bermusyawarah
masalah untuk menyelesaikan
masalah
Strategi Kooping Tn.S dan Ny.F bertukar Tn. R dan Ny. C
pendapat dalam bertukar pendapat
menyikapi dalam menyikapi
permasalahan yang ada permasalahan yang
ada

Strategi adaptasi disfungsi Ny N dapat Tn.A dapat


mengendalikan diri mengendalikan diri
dalam menghadapi dalam menghadapi
masalah dan tidak masalah dan tidak
pernah melakukan pernah melakukan
tindak kekerasan tindak kekerasan

74
n.Harapan Keluarga

Subjek
Keluarga Subjek I Keluarga Subjek II
Terhadap masalah Keluarga Tn. S selalu Keluarga Tn. A
kesehatan berharap dijauhkan dari selalu berharap
sakit dijauhkan dari sakit

Terhadap petugas Keluarga Tn. S berharap Keluarga Tn. A


kesehatan yang ada petugas kesehatan berharap petugas
memperhatikan kesehatan kesehatan
masyarakat dan mampu memperhatikan
memberikan pelayanan kesehatan
yang prima, peduli dan masyarakat dan
cepat tanggap mampu
memberikan
pelayanan yang
prima, peduli dan
cepat tanggap

Menurut data Pengkajian, didapatkan bahwa masalah

keperawatan subjek I adalah pasien cemas dengan penyakitnya dan

Pasien mengatakan Badan terasa lemas, nafsu makan kurang, TD :

130 / 70 mmHg, RR : 29 x / menit, Nadi : 92 x / menit, temp : 37 o c

dan subjek II adalah keluhan Sesak, batuk berdahak, mukus kental dan

susah di keluarkan, kurang bergairah dalam beraktifitas. Minat makan

kurang, TD : 110 / 70 mmHg, RR : 28 x / menit, Nadi : 92 x / menit,

Temp : 37 o c.

75
TABEL 4.2
Analisa Data

Subjek I

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASALAH PENYEBAB
Subjek Data Subjektif : Aktual Peningkatan ketidakmampuan
I  Pasien kecemasan keluarga memberi
mengatakan dukungan pada
Batuk sesak anggota keluarga
napas yang sakit

Data objektif :
 Terlihat Batuk
 Bunyi napas
Ronchi
 TD = 130 / 70
mmHg
 RR = 29 x /
meniti = HR = 92
x / menit
 Temp = 37 oc
 Sputum kental

Data Subjektif : Aktual Gangguan Ketidakmampuan


 Pasien nutrisi keluarga memberi
mengatakan kurang dari perawatan pada
cemas dengan kebutuhan anggota keluarga
penyakitnya tubuh yang sakit.
 Pasien
mengatakan nafsu
makan kurang

Data objektif :
 K u : lemah
 TD = 130 / 70
mmHg
 RR = 29 x /
meniti = HR = 92
x / menit
 Temp = 37 oc

76
Subjek II

Subjek DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN


MASAL PENYEBAB
AH
Subjek Data Subjektif : Aktual Peningkatan ketidakmampuan
II  Pasien kecemasan keluarga memberi
mengatakan dukungan pada anggota
cemas dengan keluarga yang sakit
penyakitnya
 sesak dan sputum
tertahan serta
sulit dikeluarkan.

Data Objektif :
 Bunyi napas
wheezing
 Sputum kental
 TD : 110 / 70
mmHg,
 RR : 28 x / menit,
 Nadi : 92 x /
menit
 Temp : 37 o c

Data Subjektif : Aktual Gangguan Ketidakmampuan


 Pasien nutrisi kurang keluarga memberi
mengatakan dari kebutuhan perawatan pada anggota
kurang bergairah tubuh keluarga yang sakit.
dalam beraktifitas
 Pasien
mengatakan
Minat makan
kurang

Data Objektif :
 K/u : sedang
 TD : 110 / 70
mmHg
 RR : 28 x / menit,
 Nadi : 92 x /
menit
 Temp : 37 o c

77
Skala Prioritas Masalah

Masalah : (Subjek I dan Subjek II)


Ansietas dibuktikan dengan merasa khawatir dengan kondisi yang dihadapi

TABEL SKORING DIAGNOSA


(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Masalah adalah
Aktual 3/3x1 1 keadaan yang pernah
Resiko terjadi, karena
Sejahtera / Sehat Pengetahuan kurang.

2. Kemungkinan masalah Keluarga dapat


dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan masalah
Mudah ini dengan kesadaran.
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Kondisi yang ada bisa


Tinggi 3/3x1 1 diselesaikan dengan
Cukup kesadaran.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 menyadari terhadap
dan harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap
ada masalah tetapi lumrah.
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5

78
Masalah : (Subjek I dan Subjek II)

Resiko depisit nutrisi dibuktikan dengan keengganan pasien makan karena

kecemasan terhadap penyakitnya.

TABEL SKORING DIAGNOSA


(BAYLON & MAGLAYA)

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN


1. Sifat Masalah : Masalah adalah keadaan
Aktual 3/3x1 1 yang pernah terjadi,
Resiko karena Pengetahuan
Sejahtera / Sehat kurang.

2. Kemungkinan masalah Keluarga dapat


dapat di rubah : 2/2x2 2 menyelesaikan masalah
Mudah ini dengan kesadaran.
Sebagian
Tidak Dapat

3. Potensial untuk dicegah : Kondisi yang ada bisa


Tinggi 3/3x1 1 diselesaikan dengan
Cukup kesadaran.
Rendah

4. Menonjolnya Masalah :
Masalah dirasakan 2/2x1 1 menyadari terhadap
dan harus segera masalah yang ada
ditangani namun dianggap lumrah.
ada masalah tetapi
tidak perlu ditangani
Masalah tidak
dirasakan

JUMLAH 5

79
4.1.4 Diagnosa Keperawatan Sesuai Prioritas

Diagnosa keperawatan yang ditemukan pada subjek I, menurut

hasil pengkajian adalah Ansietas dibuktikan dengan merasa khawatir

dengan kondisi yang dihadapi dan Resiko depisit nutrisi dibuktikan

dengan keengganan pasien makan karena kecemasan terhadap

penyakitnya dan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga memberi perawatan

pada anggota keluarga yang sakit. Dan diagnosa keperawatan pada

subjek II adalah Ansietas dibuktikan dengan merasa khawatir dengan

kondisi yang dihadapi dan Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan

tubuh berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga memberi

perawatan pada anggota keluarga yang sakit

Kedua Subjek penelitian mempunyai masalah keperawatan dengan

dua diagnosa keperawatan, yaitu :

a. Ansietas

b. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

80
81
TABEL 4.3
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Subjek I

Diagnosa Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


Keperawatan
Tujuan Umum Tujuan Khusus Kriteria Standar
Resiko depisit setelah dilakukan setelah melakukan Keluarga dapat Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
nutrisi dibuktikan tindakan keluarga kunjungan 3 x 30 menyebutkan menyebutkan keluarga tentang
dengan mampu merawat menit (Verbal) :  Pengertian : gangguan nutrisi kurang
keengganan anggota keluarga keluarga dapat Pengertian Gangguan nutrisi kurang dari dari kebutuhan tubuh.
pasien makan yang mengalami mencapai: Gangguan nutrisi kebutuhan tubuh yaitu asupan 2. Diskusikan dengan
karena kecemasan gangguan nutrisi Tuk 1 : kurang dari nutrisi tidak cukup untuk keluarga tentang tanda
terhadap kurang dari kebutuhan keluarga mampu kebutuhan tubuh memenuhi kebutuhan gangguan nutrisi.
penyakitnya tubuh. mengenal masalah dan penyebabnya. metabolisme. 3. Ajarkankeluarga tentang
gangguan nutrisi  Penyebab : pengaturan pola diit
kurang dari Gangguan nutrisi kurang dari pemenuhan kebutuhan
kebutuhan tubuh. kebutuhan tubuh yaitu nutrisi.
ketidakmampuan menelan 4. Kolaborasi ke ahli gizi di
makanan, ketidakmampuan Puskesmas untuk
mencerna makanan, mendapatkan informasi
ketidakmampuan dan cara pengaturan pola
mengarbsorbsi nutrien. diit pada penderita
gangguan nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh.

82
83
84
Subjek II

Diagnosa Keperawatan Tujuan Evaluasi Rencana Tindakan


Tujuan Umum Tujuan Khusus

Kriteria Standar
Ansietas berhubungan setelah dilakukan setelah melakukan Keluarga dapat Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
dengan kurang terpapar manajemen koping kunjungan 3 x 30 menyebutkan (Verbal) : menyebutkan keluarga dan Diskusikan
informasi dibuktikan keluarga menit Pengertian Ansietas dan  Pengertian : dengan keluarga:
dengan merasa khawatir mampu memberi keluarga dapat penyebabnya. ketidak efektifan  Pengertian Ansietas
dengan kondisi yang dukungan mencapai: koping yaitu adalah Penyebab dan tanda
dihadapi. anggota keluarga Tuk 1 : ketidakmampuan terjadinya Ansietas.
yang mengalami keluarga mampu melakukan koping 2. Kaji tindakan keluarga
ketidakpercayaan diri mengenal masalah efektif. terhadap penanganan
Ansietas.  Penyebab : Ansietas.
Ansietas karena 3. Lakukan Manajemen
Kurangnya Koping.
dukungan keluarga 4. Kolaborasi ke
Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan
pengobatan atau
perawatan.
Resiko depisit nutrisi setelah dilakukan setelah melakukan Keluarga dapat Keluarga dapat 5. Kaji pengetahuan
dibuktikan dengan tindakan keluarga kunjungan 3 x 30 menyebutkan (Verbal) : menyebutkan keluarga tentang
keengganan pasien mampu merawat menit Pengertian Gangguan  Pengertian : gangguan nutrisi kurang
makan karena anggota keluarga keluarga dapat nutrisi kurang dari Gangguan nutrisi dari kebutuhan tubuh.
kecemasan terhadap yang mengalami mencapai: kebutuhan tubuh dan kurang dari 6. Diskusikan dengan
penyakitnya gangguan nutrisi Tuk 1 : penyebabnya. kebutuhan tubuh keluarga tentang tanda
kurang dari kebutuhan keluarga mampu yaitu asupan nutrisi gangguan nutrisi.
tubuh. mengenal masalah tidak cukup untuk 7. Ajarkan keluarga tentang

83
gangguan nutrisi memenuhi pengaturan pola diit
kurang dari kebutuhan pemenuhan kebutuhan
kebutuhan tubuh. metabolisme. nutrisi.
 Penyebab :
Gangguan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
yaitu 8. Kolaborasi ke ahli gizi di
ketidakmampuan Puskesmas untuk
menelan makanan, mendapatkan informasi
ketidakmampuan dan cara pengaturan pola
mencerna makanan, diit pada penderita
ketidakmampuan gangguan nutrisi kurang
mengarbsorbsi dari kebutuhan tubuh.
nutrien.

84
TABEL 4.4

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Subjek I

NO DIAGNOSA TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

1. Ansietas dibuktikan dengan merasa Hari ke 1, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 Wib :
khawatir dengan kondisi yang 19 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjektif :
dihadapi. Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan ada
 Pengertian Ansietas semangat mengenai kesembuhan
Penyebab dan tanda penyakitnya.
terjadinya Ansietas
2. Mengkaji tindakan keluarga Objectif :
terhadap penanganan Ansietas Pasien tampak ceria
keluarga
3. Melakukan Eduaksi. Analisa (Assesment) :
4. Kolaborasi ke Puskesmas Ansietas belum teratasi penuh.
untuk mendapatkan bantuan
pengobatan atau perawatan. Plan (Planning) :
 Rifampicin Intervensi dilanjutkan
 Ethambutol,
 Pirazinamid
 Becom C 1 x 1 tablet.

2. Resiko depisit nutrisi dibuktikan Hari ke 2, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 wib :
dengan keengganan pasien makan 20 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjketif :

85
karena kecemasan terhadap Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan pasien
penyakitnya  Pengertian depisit nutrisi mulai ada keinginan untuk
 Penyebab dan tanda makan.
terjadinya depisit nutrisi
2. Mengkaji tindakan keluarga Objektif :
terhadap penanganan depisit Sputum terlihatt cair dan
nutrisi. tertampung dalam tempat dahak ±
3. Melakukan edukasi gizi. 5 cc setiap batuk.
4. Kolaborasi ke Puskesmas Obat teratur di konsumsi.
untuk mendapatkan bantuan
pengobatan atau perawatan. Analisa (Assesment) :
 Becom C 1 x 1 tablet. Ketidakefektifan bersihan jalan
napas teratasi sebagian
Plan (Planning) :
Intervensi dilanjutkan

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif Hari ke 3, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 wib :
dibuktikan dengan hypersekresi jalan 21 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjectif :
nafas. Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan dahak tidak
 Pengertian ketidakefektifan lagi menyumbat saluran napas
bersihan jalan napas pada dan bisa dikeluarkan dengan
penyakit TB Paru batuk.
 Penyebab dan tanda
terjadinya ketidakefektifan Objectif :
bersihan jalan napas. Sputum terlihatt cair dan
2. Mengkaji tindakan keluarga tertampung dalam tempat dahak ±
terhadap penanganan 7 cc setiap batuk.
ketidakefektifan jalan napas. Obat tertur dikonsumsi.
3. Melakukan Inhalasi Uap.
4. Kolaborasi ke Puskesmas Assesment :
untuk mendapatkan bantuan Ketidakefektifan bersihan jalan
pengobatan atau perawatan. napas teratasi
 OAT ( Obat Anti T
 uberculosis ) Planning :

86
 Ventolin inhaler bila Intervensi dipertahankan hingga
sesak hebat, sputum berkurang.
 Dekstrometorfan syrup 3
x 1 sendok obat.
 Becom C 1 x 1 tablet.

87
TABEL 4.5

IMPLEMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN

Subjek II

NO DIAGNOSA TANGGAL / JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD

1. Ansietas dibuktikan dengan merasa Hari ke 1, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 Wib :
khawatir dengan kondisi yang 19 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjektif :
dihadapi. Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan ada
 Pengertian Ansietas semangat mengenai kesembuhan
Penyebab dan tanda penyakitnya.
terjadinya Ansietas
Objectif :
2. Mengkaji tindakan keluarga Pasien tampak ceria
terhadap penanganan Ansietas
keluarga Analisa (Assesment) :
3. Melakukan Eduaksi. Ansietas belum teratasi penuh.
4. Kolaborasi ke Puskesmas untuk
mendapatkan bantuan Plan (Planning) :
pengobatan atau perawatan. Intervensi dilanjutkan
 Rifampicin
 Ethambutol,
 Pirazinamid
 Becom C 1 x 1 tablet.

2. Resiko depisit nutrisi dibuktikan Hari ke 2, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 wib :
dengan keengganan pasien makan 20 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjketif :
karena kecemasan terhadap Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan pasien
penyakitnya  Pengertian depisit nutrisi mulai ada keinginan untuk
 Penyebab dan tanda makan.

88
terjadinya depisit nutrisi
2. Mengkaji tindakan keluarga Objektif :
terhadap penanganan depisit Sputum terlihatt cair dan
nutrisi. tertampung dalam tempat dahak ±
3. Melakukan edukasi gizi. 5 cc setiap batuk.
4. Kolaborasi ke Puskesmas Obat teratur di konsumsi.
untuk mendapatkan bantuan
pengobatan atau perawatan. Analisa (Assesment) :
Ketidakefektifan bersihan jalan
 Becom C 1 x 1 tablet. napas teratasi sebagian
Plan (Planning) :
Intervensi dilanjutkan

3. Bersihan jalan nafas tidak efektif Hari ke 3, 1. Mengkaji pengetahuan Jam 10.30 wib :
dibuktikan dengan hypersekresi jalan 21 Juni 2019 keluarga dan Diskusikan Subjectif :
nafas. Jam 10.00 wib dengan keluarga: Subjek I mengatakan dahak tidak
 Pengertian ketidakefektifan lagi menyumbat saluran napas
bersihan jalan napas pada dan bisa dikeluarkan dengan
penyakit TB Paru batuk.
 Penyebab dan tanda
terjadinya ketidakefektifan Objectif :
bersihan jalan napas. Sputum terlihatt cair dan
2. Mengkaji tindakan keluarga tertampung dalam tempat dahak ±
terhadap penanganan 7 cc setiap batuk.
ketidakefektifan jalan napas. Obat tertur dikonsumsi.
3. Melakukan Inhalasi Uap.
4. Kolaborasi ke Puskesmas Assesment :
untuk mendapatkan bantuan Ketidakefektifan bersihan jalan
pengobatan atau perawatan. napas teratasi
 Salbutamol syrup 3 x 1
sendok obat, Planning :
 Ventolin inhaler bila Intervensi dipertahankan hingga
sesak hebat, sputum berkurang.
 Dekstrometorfan syrup 3

89
x 1 sendok obat.
 Becom C 1 x 1 tablet.

90
82
TABEL 4.6
EVALUASI MANAJEMEN KOPING DALAM MENGATASI
TINGKAT KECEMASAN
(hari ke 1)

No Kriteria Masalah Subjek I : Tn. S Subjek II : Ny. C


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Manajemen Manajemen Manajemen Manajemen
Koping Koping Koping Koping
1. Ansietas Koping Koping Koping Koping
Maladaftif adaftif Maladftif adaftif
2. Asupan Nutrisi Kurang Cukup Kurang Cukup
3. Respiratory Rate ( x 29 x / 25 x / 28 x / 22 x /
/ menit) Menit menit menit menit
4. Keadaan Jalan Ada Ada Ada Ada
Napas (ada sumbatan sumbatan sumbatan sumbatan
sumbatan / Tidak) sputum sputum sputum sputum
tertahan tertahan tertahan tertahan
5. Kondisi Bernapas Sesak Sesak Sesak Sesak
(sesak / tidak sesak) sedikit sedikit
berkurang berkurang

Manajemen Koping yang dilakukan untuk mengatasi masalah

peningkatan kecemasan, belum menunjukkan hasil yang efektif, hal

ini dikarenakan dukungan dari keluarga yang belum maksimal.

91
TABEL 4.7

EVALUASI MANAJEMEN KOPING DALAM MENGATASI


TINGKAT KECEMASAN
(hari ke 2)

No Kriteria Masalah Subjek I : Tn. S Subjek II : Ny. C


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Manajemen Manajemen Manajemen Manajeme
Koping Koping Koping n Koping
1. Ansietas Koping Koping Koping Koping
Maladaftif adaftif Maladftif adaftif
2. Asupan Nutrisi Kurang Cukup Kurang Cukup
3. Respiratory Rate ( 29 x / 25 x / 28 x / 22 x /
x / menit) Menit menit menit menit
4. Keadaan Jalan Ada Ada Ada Ada
Napas (ada sumbatan sumbatan sumbatan sumbatan
sumbatan / Tidak) sputum sputum sputum sputum
tertahan tertahan tertahan tertahan
5. Kondisi Bernapas Sesak Sesak Sesak Sesak
(sesak / tidak sedikit sedikit
sesak) berkurang berkurang

Manajemen Koping yang dilakukan untuk mengatasi masalah

peningkatan kecemasan sudah menunjukkan hasil yang efektif, hal ini

dikarenakan sudah mendapat dukungan dari keluarga yang maksimal.

92
TABEL 4.8

EVALUASI MANAJEMEN KOPING DALAM MENGATASI


TINGKAT KECEMASAN

(hari ke 3)

No Kriteria Masalah Subjek I : Tn. S Subjek II : Ny. C


Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah
Manajemen Manajemen Manajemen Manajeme
Koping Koping Koping n Koping
1. Ansietas Koping Koping Koping Koping
Maladaftif adaftif Maladftif adaftif
2. Asupan Nutrisi Kurang Cukup Kurang Cukup
3. Respiratory Rate ( 29 x / 25 x / 28 x / 22 x /
x / menit) Menit menit menit menit
4. Keadaan Jalan Ada Ada Ada Ada
Napas (ada sumbatan sumbatan sumbatan sumbatan
sumbatan / Tidak) sputum sputum sputum sputum
tertahan tertahan tertahan tertahan
5. Kondisi Bernapas Sesak Sesak Sesak Sesak
(sesak / tidak sedikit sedikit
sesak) berkurang berkurang

Manajemen Koping yang dilakukan untuk mengatasi masalah

peningkatan kecemasan sudah menunjukkan hasil yang efektif, hal ini

dikarenakan sudah mendapat dukungan dari keluarga yang maksimal.

93
4.2 Pembahasan

Pada bab ini penulis akan membahas mengenai penerapan manajemen

Koping untuk mengatasi tingkat kecemasan pada penderita TB Paru

diwilayah kerja UPT puskesmas Muara kelingi yang dilakukan pada tanggal

19 Juni 2019 sampai 21 Juni 2019. Pembahasan penelitian ini meliputi

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi

dengan membandingkan antara teori dengan fakta nyata ketika dilakukan

aplikasi terapi Manajemen Koping terhadap masalah peningkatan

kecemasan.

4.2.1 Pengkajian

Dari hasil pengkajian Subjek I dan Subjek II didapatkan data umum

dan keluhan berhubuhan dengan masalah Ansietas dan Depisit nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh, namun fokus penelitian ini di tujukan pada

masalah Ansietas.

Keluhan Ansietas, diakibatkan karena ketidakmampuan mengatasi

jarak antara tuntutan-tuntutan yang ada dengan sumber daya yang

digunakan ( Lazarus , 1994).

Keluhan yang ada selaras dengan konsep penyakit TB Paru yang

ditandai perlengketan mukosa, penyempitan lumen jalan napas, atau

kerusakan jalan napas, batuk produktif, purulen, sesak napas, takipnea,

dispnea menetap (Suzanne C. Smeltzer, 2002).

94
4.2.2 Diagnosis

Diagnosa keperawatan dengan TB Paru secara konsep terdapat 3

diagnosa keperawatan, adapun diagnosa keparawatatan tersebut

adalah :

a. Bersihan jalan napas tidak efektif

b. Depisit Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

c. Ketidak efektifan Koping.

Sementara Diagnosis keperawatan keluarga yang didapatkan

pada pengkajian terhadap subjek I dan Subjek II, menurut keluhan

yang disampaikan terdapat 2 diagnosa pada kasus dengan penyakit

TB Paru ini, yaitu:

a. Ansietas keluarga

b. Depisit nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

Namun fokus pembahasan pada kasus ini, terpusat pada

diagnosa Ansietas dibuktikan dengan Ketidakpercayaan dengan

kemampuan memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit.

Diagnosa yang ada sesuai sebagaimana yang terdapat dalam

konsep SDKI (2015), dan terdapat keselarasan antara teori yang ada

dengan yang ditemukan pada subjek I dan subjek II, karena secara

teori terdapat 3 diagnosa dan pada penelitian ditemukan 2 diagnosa

aktual dan 1 diagnosa resiko yang mungkin timbul, meski 1 diagnosa

resiko tersebut tidak disampaikan.

95
4.2.3 Perencanaan (intervensi)

Dengan berdasar pada referensi SIKI (2015), intervensi

keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi Ansietas ini dapat

dilakukan tindakan Manajemen koping yang bertujuan membantu

mengurangi tingkat kecemasan pasien dalam menghadapi

penyakitnya.

a) Diskusikan dengan keluarga tentang tanda Ansietas.

b) Lakukan teknik Manajemen Koping

c) Kolaborasi ke Puskesmas untuk mendapatkan bantuan.

Salbutamol 3 x 1 tab, Ventolin inhaler bila sesak hebat,

Deksametason 3 x 1 tab. Vit Becomplek 1 x 1 tablet.

Pada penelitian ini, intervensi disusun sesuai sesuai dengan

kondisi pasien dan fasilitas yang ada. Sehingga rencana keperawatan

dapat dijalankan dan diterapkan sesuai tujuan. Penulis menyusun

rencana keperawatan 3 x 30 menit dalam 3 hari, dikarenakan masalah

ketidakefektifan bersihan jalan napas tidak dapat diatasi dalam waktu

singkat, sebelum faktor yang menjadi pemicu sumbatan jalan napas

berkurang atau hilang, masalah ini akan terus ada.

Pada penelitian ini, intervensi yang dilakukan selaras dengan

konsep teori yang ada, sehingga tidak ada kesenjangan antara teori

dan intervensi yang diberikan pada subjek I dan subjek II.

96
4.2.4 Pelaksanaan (implementasi)

Pada kegiatan implementasi, perawat perlu melakukan kontrak

sebelumnya (saat mensosialisasikan diagnosis keperawatan) untuk

pelaksanaan yang meliputi kapan dilaksanakan, berapa lama waktu

yang dibutuhkan, materi / topik yang didiskusikan, siapa yang

melaksanakan, anggota keluarga yang perlu mendapat informasi

(sasaran langsung implementasi), dan peralatan yang perlu disiapkan

keluarga. Kegiatan ini bertujuan agar keluarga dan perawat

mempunyai kesiapan secara fisik dan psikis pada saat implementasi.

Pada tahap implementasi keperawatan, dilaksanakan sesuai intervensi

prioritas agar semua kebutuhan subjek terpenuhi secara optimal dan

menghasilkan hasil yang efektif (Gusti,2013).

a) Mendiskusikan dengan keluarga tentang tanda Ansietas..

b) Melakukan Teknik Manajemen koping Berkolaborasi ke

Puskesmas untuk mendapatkan bantuan pengobatan.

pieazinamid, Ethambutol, Isoniazid, Vit B 6.

Pada fokus penelitian ini, Subjek I dan Subjek II menerima

penerapan tindakan manajemen koping . Artinya terdapat keselarasan

antara teori dan penelitian.

97
4.2.5 Hasil Evaluasi

Hasil evaluasi yang didapatkan menurut evaluasi formatif,

penulis menggunakan pendekatan SOAP dalam melakukan evaluasi

terhadap penerapan tindakan yang telah dilakukan. evaluasi yang

dapat dilaksanakan oleh perawat, yaitu evaluasi formatif yang

bertujuan untuk menilai hasil implementasi secara bertahap sesuai

dengan kegiatan yang dilakukan sesuai kontrak pelaksanaan dan

evaluasi sumatif yang bertujuan menilai secara keseluruhan terhadap

pencapaian diagnosa keperawatan apakah rencana diteruskan,

diteruskan sebagian, diteruskan dengan perubahan intervensi, atau

dihentikan (Gusti,2013).

Setelah melakukan implementasi keperawatan selama 3 hari,

penulis dapat menyatakan bahwa masalah keperawatan dapat teratasi

secara penuh dan evaluasi akhir yang didapatkan adalah sebagai

berikut :

Pada penelitian Subjek I dan Subjek II, bahwa terjadi penurunan

tingkat kecemasan dengan penerapan manajemen koping dalam

mengatasi tingkat kecemasan pada pasien TB Paru.

Penelitian ini menguatkan penelitian yang telah dilakukan oleh

Sheila nurkhalesa (2014), dalam penelitiannya tentang hubungan

kecemasan dengan lamaya pengobatan pada pasien TB Paru.

98
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pemberian asuhan keperawatan yang dilakukan secara langsung

pada subjek I (TN. S) dan Subjek II ( Ny. C) dengan Ansietas di wilayah

kerja UPT. puskesmas Muara kelingi kabupaten Musi Rawas, yang mana

fokus dari penelitian ini adalah terkait penerapan Manajemen Koping untuk

mengatasi tingkat kecemasan, yang meliputi pengkajian, perumusan

masalah, intervensi, implementasi dan evaluasi maka dapat disimpulkan

sebagai berikut :

1. Berdasar hasil yang didapatkan pada pengkajian, dengan cara

wawancara dan observasi, masalah utama Ansietas dalam mengatasi

kecemasan yang diakibatkan pasien mengidap penyakit TB Paru.

2. Diagnosa keperawatan aktual yang timbul menurut keluhan yang ada

adalah Ansietas dan gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh, sementara diagnosa resiko yang mungkin terjadi

adalah resiko tinggi kecemasan.

3. Intervensi dan implementasi yang dapat dilakukan berdasar diagnosa

yang timbul, beri Tindakan mandiri Manajemen Koping. ditujukan

untuk mengembalikan perubahan-perubahan psikologi penibgkatan

kecemasan ke arah yang normal, Manajemen Koping bermanfaat

untuk menurunkan tingkat kecemasan.

99
4. Evaluasi penerapan Manajemen Koping yang dilakukan pada dua

orang subjek, yang dilakukan selama 3 hari, ternyata memberi efek

yang baik terhadap pengendalian masalah peningkatan kecemasan.

5. Efektifitas teknik Manajemen Koping untuk mengurangi tingkat

kecemasan, mampu memberikan dukungan mental pada pasien dalam

masa pengobatan penyakitnya.

5.2 Saran

1. Bagi Prodi Keperawatan Lubuklinggau

Penelitian ini dapat dijadikan data dasar dan sumber informasi

untuk penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat dibakukan

sebagai tindakan keperawatan mandiri.

2. Untuk Mahasiswa

Data dan hasil penelitian dapat digunakan sebagai acuan dan

pengembangan penelitian selanjutnya, dan hasil penelitian ini dapat

menginspirasi mahasiswa untuk menggali lebih lanjut tentang konsep

perawatan keluarga dan beberapa tindakan mandiri yang dapat

dikembangkan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

perawat masa depan.

3. Untuk UPT. Puskesmas Muara kelingi

Puskesmas diharapkan mempunyai standar operasional prosedur

dalam pengelolaan asuhan keperawatan keluarga, sehingga masalah

keperawatan keluarga dapat dilaksanakan secara maksimal, juga

100
diharapkan puskesmas dapat memfasilitasi penelitian bagi tenaga

keperawatan yang ada di Upt. puskesmas Muara kelingi, serta

diharapkan Upt. puskesmas Muara kelingi dapat memberikan

pendidikan dan pembinaan tentang Manajemen Koping pada para

penderita TB Paru untuk penatalaksanaaan terhadap masalah

peningkatan kecemasan karena cemas dengan penyakit yang

dideritanya.

101
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, 2006, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Edisi Revisi VI,
Rineka Cipta, Jakarta

Doenges, E.M., dan Moorhouse, M.F., dan Geissler, C.A., 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian
Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta

Gusti . S, 2013, Asuhan Keperawatan Keluarga, Trans Info Media, Jakarta

Herdman.H.T dan Kamitsuru.S, 2015, Nanda Diagnosis Keperawatan Definisi &


Kasifikasi 2015-2017, Edisi 10, EGC, Jakarta

Kusyati, E., 2006, Ketrampilan dan Prosedur Laboratorium Keperawatan dasar,


EGC, Jakarta

Notoatmojo. S. 2010, Metode Penelitian Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Nursalam, 2011, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu


Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian
Keperawatan, edisi 2, Salemba Medika, Jakarta

Setiadi, 2013, Konsep dan Praktek Penulisan Riset Keperawatan , Edisi 2 , Graha
Ilmu, Yogyakarta

Sudoyo. W.A, Setiyobadi. B, Alwi. I, dan Setiati, S, 2007, Buku ajar Ilmu
Penyakit Dalam, Jilid 1I Edisi 4, Pusat Penerbit Departemen Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

PPNI, 2016, Buku Standar Intervensi Keperawatan Indonesia,Definisi dan


Tindakan Keperawatan Edisi 1, Jakarta

PPNI, 2016, Buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia,Definisi dan


Indikator Diagnostik Edisi 1, Jakarta

Puskesmas Muara Kelingi, 2019. Data Medikal Record Puskesmas Muara Kelingi
Kabupaten Musi Rawas. 2019

102
103
Lampiran 3. Form Inform Consent

LEMBAR PERMINTAAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth

Bapak /Ibu Calon Responden(Tn / Ny. .........)

Di desa .....................................
Wilayah Kerja Puskesmas Muara kelingi.

Dengan hormat,

Sebagai persyaratan tugas akhir mahasiswa D III Keperawatan Poltekkes

Kemenkes Palembang, Program Studi Keperawatan Lubuklinggau, Saya akan

melakukan Penelitian “Penerapan Manjemen Kopng untuk Mengurangi tingkat

kecemasan Pada Penderita TB Paru Di UPT Puskesmas Muara kelingi

Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas tahun 2019 “. Adapun tujuan

penelitian ini adalah Untuk Mengetahui Tentang Perawatan Keluarga dengan

peningkatan kecemasan Pada Penderita TB Paru dengan penerapan Manajemen

Koping.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat

membantu dalam pengisian kuesioner dan kesediaan Bapak/IBu menjadi

partisipan. Kiranya Bapak/Ibu dapat mengisi atau memberikan tanggapan secara

jujur dan apa adanya. Jawaban yang Bapak/Ibu berikan akan kami jamin

kerahasiaannya.

Demikianlah Permohonan saya ini, atas segala bantuan dan partisipasi

Bapak/Ibu saya ucapkan terima kasih.

104
Lubuklinggau, Juni 2019

Peneliti

Paisal

105
Lampiran 4. Format Asuhan Keperawatan Keluarga

FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

Nama Peneliti / : Desa :

Observer

Tanggal / Bulan : Dusun :

/ Tahun

A. PENGKAJIAAN

I. Identitas Umum Keluarga

1.1. Identitas Kepala Keluarga (KK)

Nama Kepala keluarga :

Umur : Tahun

Agama :

Pendidikan :

Pekerjaan :

Penghasilan :

Suku Bangsa :

Alamat :

106
1.2. Komposisi Keluarga

N Nama umur Hubung Pen Pekerja K Keadaa

o anggota L P an didi an B n Fisik

keluarg k r dalam kan

a keluarga

1.

2.

3.

4.

5.

6.

1.3. Genogram

107
1.4. Tipe Keluarga

a. Jenis Tipe Keluarga

b. Masalah Yang Terjadi dengan Tipe Keluarga

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

2.1 Tahap Perkembangan Keluarga saat ini :

108
2.2 Tahap Keluarga yang belum terpenuhi dan Kendalanya :

2.3 Riwayat Kesehatan Inti :

a. Riwayat Keluarga saat ini :

109
b. Riwayat Penyakit Keturunan :

No Nam Umu BB Keadaan Imunisa Masalah Upaya

a r (kg Kesehata si Kesehata yang

) n n dilakuk
c. R
an
i
1. -
w

a
2.
y

a
3.
t

4.

d. Sumber Pelayanan Yang dimanfaatkan :

e. Riwayat Kesehatan Keluarga Sebelumnya :

110
III. Pengkajian Lingkungan Keluarga

3.1 Karateristik Rumah

a. Luas Rumah :

b. Tipe Rumah :

c. Kepemilikan :

d. Jumlah Kamar :

e. Ventilasi :

f. Pemanfaatan ruang :

g. Septik tank : < 5 meter >5

meter

h. Sumber Air : PDAM Sumur

Lain-lain :

.......................................

i. Kamar Mandi : Bersih Kotor

Berlumut

j. WC : Cemplung Leher angsa

Duduk Sungai

k. Sampah : Dibakar Ditimbun

Dibuang disungai

111
l. Kebersihan Lingkungan :

m. Denah Rumah :

112
3.2 Karateristik Tetangga dan Komunitas RW

a. Kebiasaan :

b. Aturan :

c. Kebersihan :

d. Budaya :

3.3 Mobilitas Geografi Keluarga :

3.4 Sistem Pendukung :

113
IV. Struktur Keluarga

4.1 Pola / Cara Komunikasi Keluarga :

4.2 Struktur Kekuatan Keluarga :

4.3 Struktur Peran Keluarga :

a. ......................................

Peran Formal :

114
Peran Informal :

b. .......................................

Peran Formal :

Peran Informal :

c. ...........................

Peran Formal :

Peran Informal :

d. ..............................

Peran Formal :

Peran Informal :

115
4.4 Nilai dan Norma Keluarga :

V. Fungsi Keluarga

5.1 Fungsi Afektif

a. Kerukunan Hidup dalam Keluarga

b. Interaksi hubungan dalam Keluarga

c. Anggota Keluarga yang dominan dalam pengambilan

keputusan

d. Kegiatan Keluarga waktu senggang

116
e. Pastisipasi dalam kegiatan Sosial

5.2 Fungsi Perawatan Kesehatan

a. Mengenal masalah Kesehatan

b. Mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan yang

tepat

c. Merawat anggota Keluarga yang sakit

d. Memelihara lingkungan rumah yang sehat

117
e. Menggunakan Pelayanan kesehatan dimasyarakat

5.3 Fungsi Reproduksi

5.4 Fungsi Ekonomi

a. Upaya Pemenuhan sandang Pangan

b. Pemanfaatan Sumber yang ada di Masyarakat

VI. Kecemasans dan Koping Keluarga

6.1 Kecemasanor Jangka Pendek

118
6.2 Kecemasanor Jangka Panjang

6.3 Respon Keluarga terhadap Kecemasanor

6.4 Strategi Koping

6.5 Strategi Adaptasi Disfungsi

119
VII. Harapan Keluarga

7.1 Terhadap Masalah Kesehatan

7.2 Petugas Kesehatan yang ada

B. ANALISA DATA

NO DATA SIFAT MASALAH KEMUNGKINAN

MASALAH PENYEBAB

1. Data Subjektif :

120
Data objektif :

2. Data Subjektif :

Data Objektif :

121
C. SKALA PRIORITAS MASALAH

MASALAH :

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN

1. Sifat Masalah :

Aktual

Resiko

Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan

122
masalah dapat di

rubah :

Mudah

Sebagian

Tidak Dapat

3. Potensial untuk

dicegah :

Tinggi

Cukup

Rendah

4. Menonjolnya

Masalah :

Masalah

dirasakan dan

harus segera

ditangani

ada masalah

tetapi tidak

perlu ditangani

Masalah tidak

dirasakan

123
JUMLAH

D. SKALA PRIORITAS MASALAH

MASALAH ;

NO KRITERIA HITUNGAN SKOR PEMBENARAN

1. Sifat Masalah :

Aktual

Resiko

Sejahtera / Sehat

2. Kemungkinan

masalah dapat di

rubah :

124
Mudah

Sebagian

Tidak Dapat

3. Potensial untuk

dicegah :

Tinggi

Cukup

Rendah

4. Menonjolnya

Masalah :

Masalah

dirasakan dan

harus segera

ditangani

ada masalah

tetapi tidak

perlu ditangani

Masalah tidak

dirasakan

JUMLAH

125
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN SESUAI PRIORITAS

126
Lampiran 5. Format Observasi Ketidakefektifan Jalan Napas

FORMAT OBSERVASI KETIDAKEFEKTIFAN BERSIHAN JALAN NAPAS

Petugas / Observer : Nama Subjek I :

Wilayah Kerja : Nama Subjek II :

Bulan : Diagnose Medis :

Tahun : Kunjungan Ke :

No Indikator Ketidak Efektifan Bersihan Jalan Subjek I : .................. Subjek II : ................. Keterangan

Napas Ya Tidak Ya Tidak

1. Terjadi Perubahan Pola Napas (Napas

menjadi dangkal dan cepat).

2. Adanya Sputum / Mukus yang berlebihan

pada saluran napas.

127
3. Adanya Sekresi yang tertahan (seperti

tersangkut dan tidak lega).

4. Menderita Penyakit Infeksi saluran Napas /

Paru / Asma / TB PARU.

5. Adanya Suara napas Tambahan (wheezing

/ Ronchi / Stidor)

Catatan :

1. Beri tanda centang (√) pada kolom lajur Ya / Tidak pada Subjek 1 dan Subjek 2.

2. Bila Jawaban Cenderung pada Jawaban Ya, berarti terdapat masalah Bersihan Jalan Napas, Sebaliknya Bila jawaban

cenderung tidak berarti tidak ada masalah yang berhubungan dengan Bersihan Jalan napas.

128
127
Lampiran 5. Format Penilaian Masalah Tingkat Kecemasan

FORMAT PENILAIAN MASALAH TINGKAT KECEMASAN

Nama Observer :

Tanggal / Bulan / Tahun :

Lokasi Penelitian :

No Nama Penderita / Subjek MASALAH PENINGKATAN KECEMASAN Keterangan


Sebelum Manajemen Sesudah Manajemen
Koping Koping
Hari Ke : 1
1. Subjek 1 :
2. Subjek 2 :
Hari Ke : 2
1. Subjek 1 :
2. Subjek 2 :
Hari Ke : 3
1. Subjek 1 :
2. Subjek 2 :

127
Catatan : Diisi dengan Keterangan Hasil Observasi (Efektif = Bila tidak ditemui masalah dan Tidak Efektif = Bila terdapat masalah)

Lampiran 7. Format Evaluasi Efektifitas Manajemen Koping.

FORMAT OBSERVASI EVALUASI EFEKTIFITAS MANAJEMEN KOPING

UNTUK MENGATASI PENINGKATAN KECEMASAN

Petugas / : :

Observer

Wilayah Kerja : Diagnose Medis :

Bulan : Kontrak Pertemuan : 6 Kali Pertemuan

128
Tahun : Kunjungan Ke :

No Kriteria Masalah Subjek I : ............. Subjek II : .................

Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah

BLB PLB PLB PLB

1. Kuantitas Pengeluaran Sputum ( cc )

2. Bunyi Napas Tambahan (ada / tidak)

3. Respiratory Rate ( x / menit)

4. Keadaan Jalan Napas (ada sumbatan /

Tidak)

5. Kondisi Bernapas (sesak / tidak sesak)

Catatan :

129
1. Diisi oleh Observer secara Objektif sebelum dan sesudah intervensi.

2. Efektifitas intervensi tergambar dengan adanya peningkatan kearah perbaikan pada kolom setelah intervensi.

130
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PRODI KEPERAWATAN LUBUKLINGGAU

Jl. Stadion Bumi Silampari kelurahan Air Kuti Kec Lubuklinggau Timur Telp / Fax .0733 451036
kode Pos 31626

LEMBAR KONSULTASI BIMBINGAN KTI

Nama Mahasiswa : Paisal


NIM : PO.71.20.3.18.114.RPL
Judul KTI : Penerapan Teknik Manajemen Koping Untuk
Mengurangi tingkat kecemasan Pada Penderita TB
Paru Di wilayah kerja Puskesmas Muara Kelingi
Kecamatan Muara Kelingi Kabupaten Musi Rawas
Tahun 2019

N Hari/ Kegiata Saran Paraf Ket


o Tangga n Pembim Pembim Mahasi
l Bimbin bing bing II swa
gan I

Mengetahui Lubuklinggau, ........Juni 2019


Pembimbing I Pembimbing II

Bambang Soewito,SKM,M.Kes Nadi Aprilyadi, S.Sos.M.Kes


NIP.19740831 199403 1 002 NIP.19770422 199603 1 001
83

Anda mungkin juga menyukai