Anda di halaman 1dari 172

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN M DAN TN I DENGAN

TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS

BATU 10 TANJUNGPINANG

KARYA TULIS ILMIAH

NOVA KRISMONIKA
NIM P07220116 1305

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2019
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN M DAN TN I DENGAN
MASALAH TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMASBATU 10 TANJUNGPINANG

KARYA TULIS ILMIAH

Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian


Guna Memperoleh Gelar Ahli Madya Keperawatan

NOVA KRISMONIKA
NIM P07220116 1305

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGPINANG

PRODI D III KEPERAWATAN

TAHUN 2019

i
ii
iii
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap :Nova Krismonika

Tempat Tanggal Lahir :Ekang Anculai, 04 November 1998

Agama :Islam

Nama Ayah :Suharso

Nama Ibu :Saedah

Anak Ke :2 dari 3 bersaudara

Alamat :Jl. PASAR BARU

RT/RW : 005/002

Kel/Desa: Tanjung Uban Selatan

Kec : Bintan Utara, Kab. Kepulauan Riau

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2004-2010:SD Negeri 006 Tanjung Uban


2. Tahun 2010-2013:SMP Negeri 11 Tanjung Uban
3. Tahun 2013-2016 :SMA Negeri 01 Tanjung Uban
4. Tahun 2016-2019 :Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah STW, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn M Dan Tn I Dengan Tuberkulosis Paru Di
Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10” sebagai syarat ujian untuk memperoleh gelar
Ahli Madya Keperawatan.
Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini penulis banyak menemui hambatan dan
kesulitan. Namun berkat bimbingan, bantuan, serta saran dari berbagai pihak penulis
dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Maka pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Novian Aldo,SST.,MM. selaku Direktur Poltekkes Kemenkes Tanjungpinang dan
selaku pembimbing II penulis yang telah memberikan arahan, semangat dalam
memberikan bimbingan Karya Tulis Ilmiah ini.
2. Adil Candra, S. Kep.,Ners, M.Kep. selaku ketua prodi D III Keperawatan
3. Artia Diarina, SKM,MKM. Selaku pembimbing I yang telah membimbing penulis
dengan sabar dalam memberikan masukan dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah
ini.
4. Kepada pihak Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang dan pihak Puskesmas Batu 10
yang telah membantu penulis mendapatkan informasi (data) guna penyusunan
Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Seluruh staf dosen dan administrasi prodi keperawatan serta Direktorat poltekkes
kemenkes Tanjungpinang yang telah memberi fasilitas, masukan dan semangat
kepada penulis selama penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
6. Kepada kedua orang tua penulis dan keluarga besar H. Kasan Mulyo yang selalu
memberikan semangat serta selalu mendoakan penulis untuk segala hal yang
penulis perjuangkan.
7. Kepada seluruh teman seperjuangan khususnya 3 A prodi D III keperawatan
Angkatan 2016 yang sudah mau berkerja sama dan sudah mau menjadi saudara

vi
selama 3 tahun ini serta untuk sahabat terbaik Eristya Angelina yang sudah selalu
siap untuk susah dan senang bersama penulis.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritikan dan saran dari semua
pihak yang telah membaca Karya Tulis Ilmiah ini guna kesempurnaan penyusunan
yang akan datang. Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat dilanjutkan untuk
semua pelaksanaaan penelitian sebagai tugas akhir pendidikan.

Tanjungpinang, 17 Juni 2019

Penulis

vii
FAMILY NURSING CARE TO MR M AND MR I WITH THE PROBLEM OF
FAMILY WITH TUBERCULOSIS IN PUSKESMAS BATU
10 TANJUNGPINANG WORKING AREA

Nova Krismonika (2019)


Health Polytechnic Of The Ministry Of Health Tanjungpinang Majoring
Nursing D III Nursing Study Program

Lecture
Hj. Artia Diarina,SKM.,MKM
Novian Aldo, SST.,MM

ABSTRACT
World Health Organization (WHO) year 2014 saying that there were 450.000 world residents in year
2013 had been infected with Tuberculosis germs. Another 170.000 people died of pulmonary TB.
Nearly 90% of pulmonary TB sufferers attack almost all age groups, especially in productive age (15-
50 years). Based on data from the Tanjungpinang City Health Office 2016, in Batu 10 Health Center
there were the most patients with pulmonary tuberculosis among the Puskesmas in Tanjungpinang,
which were 24 people. Infectious diseases caused by mycobacterium tuberculosis where most of these
diseases attack the lung organs, do not cover the possibility of also being able to attack other organs of
the body. This disease can be transmitted by patients, airborne transmission in the form of sparks when
coughing or sneezing. The purpose of the study was to describe the implementation of Nursing Care in
families with Pulmonary Tuberculosis with Knowledge Deficiency Problems in the Work Area of Batu
Puskesmas 10 Tanjungpinang. This type of research is descriptive with a nursing care approach that
includes assessment, nursing diagnosis, planning, implementation and evaluation conducted four times
in two patients with cases and problems that are the same nursing, namely research conducted from
June 19 to July 1, 2019. As a subject in this case study, there were two families, namely case I, family
Mr. M and case II family Mr. I with the same problem namely deficiency of knowledge. When the
formulation of nursing diagnoses is the priority of the authors is knowledge deficiency associated with
the inability of families to recognize health problems Tuberculosis Lung. Nursing planning in both
patients is the same which is aimed at overcoming problems that arise in patients. The implementation
is carried out by providing health education through leaflet media and providing opportunities for
families to practice it. In the evaluation record, the problem is the priority of the author, the issue is
resolved. Based on the results of the nursing care described, It is expected that the family can use it as
a learning material and reference material in providing nursing care to family members affected by
pulmonary tuberculosis.

Keywords: Pulmonary Tuberculosis, Knowledge Deficiency, nursing care.

viii
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA TN M DAN TN I DENGAN
MASALAH DEFISIENSI PENGETAHUAN DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS BATU 10 TANJUNGPINANG
TAHUN 2019

Nova Krismonika (2019)


Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Tanjungpinang Jurusan
Keperawatan Program Studi D III Keperawatan

Dosen Pembimbing
Hj. Artia Diarina,SKM.,MKM
Novian Aldo, SST.,MM

ABSTRAK
World Health Organization (WHO) tahun 2014 menyatakan bahwa terdapat 450.000 penduduk dunia
tahun 2013 telah terinfeksi kuman tuberkulosis. 170.000 orang lainnya meninggal karena TB paru.
Hampir 90% penderita TB paru menyerang hampir semua golongan umur khususnya di usia produktif
(15-50 tahun). Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang 2016, di Puskesmas Batu 10
terdapat pasien penderita Tuberkulosis Paru terbanyak diantara Puskesmas yang ada di Tanjungpinang
ini yaitu sebanyak 24 jiwa. Penyakit menular yang disebabkan oleh mycobacterium tuberculosis
dimana sebagian besar penyakit ini menyerang organ paru, tidak menutupi kemungkinan juga dapat
menyerang organ tubuh yang lainnya. Penyakit ini dapat ditularkan oleh penderita , penularan melalui
udara dalam bentuk percikan pada saat batuk atau bersin. Tujuan penelitian adalah untuk
menggambarkan pelaksanaan Asuhan Keperawatan pada keluarga Tuberkulosis Paru Dengan Masalah
Defisiensi Pengetahuan di Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan asuhan keperawatan yang meliputi pengkajian,
diagnosa keperawatan, perencanaa, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan selama empat kali pada
dua pasien dengan kasus dan masalah yang keperawatan yang sama yaitu penelitian dilakukan mulai
dari 19 Juni sampai dengan 01 Juli 2019. Sebagai subjek dalam studi kasus ini adalah dua keluarga
yaitu kasus I keluarga Tn.M dan kasus II keluarga Tn.I dengan masalah yang sama yaitu defisiensi
pengetahuan . Saat dilakukan perumusan diagnosa keperawatan yang menjadi prioritas penulis adalah
defisiensi pengetahuan berhubungan dengan Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan
Tuberculosis Paru. Perencanaan keperawatan pada kedua pasien sama yaitu bertujuan untuk mengatasi
masalah yang timbul pada pasien. Implementasi yang dilakukan yaitu memberikan pendidikan
kesehatan melalui media leaflet dan memberikan kesempatan kepada keluarga untuk
mempraktikannya. Dalam catatan evaluasi, dari masalah yang ada menjadi prioritas penulis, masalah
teratasi. Berdasarkan hasil asuhan keperawatan yang telah dijelaskan, diharapkan keluarga dapat
menggunakannya sebagai bahan pembelajaran dan bahan acuan dalam memberikan asuhan
keperawatan pada anggota keluarga yang terkena Tuberkulosis Paru.

ix
Kata Kunci :Tuberkulosis Paru, Defisiensi Pengetahuan, asuhan keperawatan
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………..…...i

HALAMAN PERSETUJUAN……...……………………………………….............ii

HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………………....iii

HALAMAN KEASLIAN TULISAN……………………………………….….......iv

DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………………....v

KATA PENGANTAR……………………………………………………………....vi

ABSTRACT…………………………………………………………………...…...viii

ABSTRAK…………………………………………………………………………...ix

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………x

DAFTAR TABLE………………………………………………………….............xiv

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………………..xv

DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………………..xvi

DAFTAR GAMBAR……………………………………………………………...xvii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….............1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………………………3

1.3 Tujuan Studi Kasus……………………………………………………………..…3

1.4 Manfaat Penulisan………………………………………………………………...3

1.4.1 Manfaat Bagi Penulis……………………………………………………….3

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat…………………………………………………..3

1.4.3 Manfaat Bagi Perkembang Ilmu Keperawatan…….……………………….3

1.5 Sistematika Penulisan…………………………………………………………….3

x
BAB II TINJUAN TEORITIS

2.1 Konsep Keluarga……………………………………………………………….…5

2.1.1 Pengertian Keluarga…………………………………………………………5

2.1.2 Karakteristik Keluarga………………………………………………………5

2.1.3 Struktur Keluarga……………………………………………………………5

2.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga………………………………………………….6

2.1.5 Tipe Keluarga……………………………………………………………….6

2.1.6 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga……………………………………..7

2.1.7 Dimensi Dasar Struktur Keluarga………………………….………………..7

2.1.8 Pengertian Keluarga Sebagai Sistem…..……………………………………8

2.1.9 Fungsi Keluarga……………………………………………………………..9

2.1.10 Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga………………………............10

2.1.11Peran Perawat Keluarga………………………………………….………..14

2.1.12 Keluarga Sejahtera………………………………………………………..15

2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Definisi…………………………………………………………….............16

2.2.2 Anatomi……………………………………………………………............17

2.2.3 Fisiologi……………………………………………………………............20

2.2.4 Etiologi……....…………………………………………………………….21

2.2.5 Klasifikasi…...…………………….……………………………………….22

2.2.6 WOC…….…………………………………………………………………23

2.2.7 Patofisiologi………………………………………………………………..24

2.2.8 Manifestasiklinis………………………………………………….………..24

xi
2.2.9 Penatalaksanaan………….……………………………………….………..26

2.2.10 Pemeriksaan Penunjang…………………………………………………..27

2.2.11 Komplikasi………………………………………………………..............28

2.3 Konsep Defisiensi Pengetahuan

2.3.1 Definisi…………………………………………………………………….28

2.3.2 Batasan Karakteristik………………………………………………………29

2.3.3 Faktor Yang Berhubungan…………………………………………………29

2.3.4 Tindakan Keperawatan…………………………………………………….29

2.4 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

2.4.1 Pengkajian………………………………………………………….............30

2.4.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan………………………………………..33

2.4.3 Intervensi Keperawatan Teoritis…………………………………………...37

2.4.4 Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga……………………………….52

2.4.5 Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga………………………………..53

2.4.6 Tahap Evaluasi……………………………………………………………..54

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian……………………………………………………….............55

3.2 Subjek Studi Kasus………………………………………………………………55

3.3 Fokus Studi………………………………………………………………............55

3.4 Definisi Operasional……………………………………………………………..55

3.5 Lokasi dan Waktu………………………………………………………………..56

3.6 Pengumpulan Data……………………………………………………….............56

3.7 Penyajian Data…………………………………………………………………...56

3.8 Etika Studi Kasus………………………………………………………………...56

xii
BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Batu 10……………………………….………….58

4.2 Asuhan Keperawatan ……………………………………………………............59

4.2.1 Pengkajian ……………………………………………………………………..59

4.3 Diagnosa Keperawatan Keluarga………..…………………………………........82

4.4 Intervensi Keperawatan Keluarga……………………………………..…………83

4.5 Implementasi dan Evaluasi Asuhan Keperawatan Keluarga……………….........87

4.6 Pembahasan……………………………………………………………………...95

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan………………………………………………………………………99

5.2 Saran……………………………………………………………………………100

DAFTAR PUSTAKA

xiii
DAFTAR TABEL

Table 2.1.2.1 Perioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan proses

scoring

Table 2.4.3 Intervensi Keperawatan Teoritis

Tabel 4.1 Gambaran Hasil Pengkajian Data Umum Keluarga

Tabel 4.2 Gambaran Status Imunisasi Keluarga

Tabel 4.3 Gambara Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

Tabel 4.4 Gambaran Karakteristik Lingkungan Keluarga

Tabel 4.5 Struktur Keluarga

Tabel 4.6 Fungsi keluarga

Tabel 4.7 Stress Dan Koping Keluarga

Tabel 4.8 Pola Aaltivitas Keluarga

Tabel 4.9 Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.10 Harapan Keluarga

Tabel 4.11 Analisa Data

Tabel 4.12 Skoring dan Prioritas Masalah Keluarga

Tabel 4.13 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.14 Rencana Keperawatan Keluarga

Tabel 4.15 Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga

xiv
DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I : Lembar format pengkajian Keluarga

LAMPIRAN II : Lembar inform consent

LAMPIRAN III : Lembar persetujuan judul Karya Tulis Ilmiah

LAMPIRAN IV : Lembar permohonan izin pengumpulan data Dinas


Kesehatan Kota Tanjungpinang

LAMPIRAN V : Lembar balasan izin pengambilan data Dinas Kesehatan


Kota Tanjungpinang

LAMPIRAN VI : Lembar permohonan izin pengambilan data Puskesmas Batu


10 Tanjungpinang

LAMPIRAN VII : Lembar balasan izin pengambilan data Puskesmas Batu 10


Tanjungpinang

LAMPIRAN VIII :Lembar izin dinas mandiri di Puskesmas Batu 10


Tanjungpinang

LAMPIRAN IX : Lembar balasan izin dinas mandiri Puskesmas Batu 10


Tanjungpinang

LAMPIRAN X :Lembar konsul Karya Tulis Ilmiah pembimbing I

LAMPIRAN XI : Lembar konsul Karya Tulis Ilmiah pembimbing II

LAMPIRAN XII :Pre Planning Kunjungan

LAMPIRAN XIII :Lembar Pendidikan kesehatan

xv
DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organization

TB : Tuberkulosis Paru

CNR : Case Notification Rate

BTA : Basil Tahan Asam

SR : Success Rate

WOC : World Ocean Conference

xvi
DAFTAR GAMBAR

2.2.6 Bagan World Ocean Conference (WOC)

2.1 Gambar genogram

4.1 Gambar Genogram keluarga

4.3 Dena Rumah Keluarga

xvii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh


mycobacterium tuberculosis dimana sebagian besar penyakit ini menyerang organ
paru, tidak menutupi kemungkinan juga dapat menyerang organ tubuh yang
lainnya. Penyakit ini dapat ditularkan oleh penderita , penularan melalui udara
dalam bentuk percikan pada saat batuk atau bersin (Kemenkes RI, 2010).
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2014
menyatakan bahwa terdapat 450.000 penduduk dunia tahun 2013 telah terinfeksi
kuman tuberkulosis. 170.000 orang lainnya meninggal karena TB paru. Hampir
90% penderita TB paru menyerang hampir semua golongan umur khususnya di
usia produktif (15-50 tahun). Sementara menurut Kementerian Kesehatan Rpublik
Indonesia prevalensi kasus tuberkulosis paru di Indonesia secara nasional pada
tahun 2013 adalah sebesar 285% per 100.000 penduduk. (Sri Andayani dan Yoni
Astuti, 2017).
Berdasarkan informasi petugas program TB Dinas Kesehatan Kota
Tanjungpinang Kepulauan Riau, angka kematian TB Paru Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2016 adalah 1,1% per 100.000 penduduk, dimana angka tersebut
mengalami penurunan bila dibandingkan dengan tahun 2015 yaitu 2,0% per
100.000 penduduk. Case Notification Rate (CNR) BTA (+) kasus baru adalah
53,51% per 100.000 penduduk dan CNR BTA (+) seluruh kasus adalah 139,53%
per 100.000 penduduk. sementara jumlah kasus baru BTA (+) Provinsi Kepulauan
Riau tahun 2016 adalah 3.055 kasus, nilainya mengalami peningkatan bila
dibandingkan tahun 2015 yaitu 1.085 kasus. Jumlah kasus baru BTA (+) sebanyak
1.371 kasus. Sementara tingkat kesembuhan penderita TB Paru masih rendah. Hal
ini dimungkinkan berkaitan dengan status sosial ekonomi masyarakat
yangmengakibatkan rendahnya tingkat kesadaran masyarakat dalam berobat dan
kurangnya informasi mengenai pengobatan secara tuntas. SR terendah adalah di
Kota Batam (23,92) sedangkan SR tertinggi adalah di Kabupaten Bintan (94,79),

1
2

sementara SR kota Tanjungpinang adalah 92,35 %. (Profil Kesehatan Kepulauan


Riau, 2016)
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang pada tahun
2016 didapatkan Puskesmas yang memiliki data penderita Tuberculosis Paru
tertinggi berada di Puskesmas Batu 10 dengan jumlah penserita 24 jiwa (32%),
penderita Tuberculosis paru kedua diwilayah Puskesmas Sei Jang sebanyak 23
jiwa (30%), Puskesmas Tanjungpinang sebanyak 17 jiwa (23%), Puskesmas
Mekar Baru terdapat 5 jiwa (7%), Puskesmas Kampung Bugis sebanyak 3 jiwa
(4%), Puskesmas Tanjung Unggat 2 jiwa (2%), dan penderita Tuberculosis Paru
BTA Positif yang terendah diwilayah kerja Puskesmas Melayu Kota Piring
dengan angka kejadian 1 jiwa (1%) (Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, 2016)

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di Puskesmas batu 10 tahun 2016


laporan triwulan menunjukan data penyakit tuberkulosis Paru BTA positif yang
ada di wilayah kerja Puskesmas Batu 10 pada tahun 2016 adalah sebanyak 24 jiwa
(32%) dengan jenis kelamin laki-laki 11 kasus (45,83%) dan pada wanita
sebanyak 13 kasus (54,17%) serta terdapat pasien yang kambuh sebanyak 3 jiwa
(4%). (Puskesmas Batu 10, 2016)
Keluarga memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan
secara bersama-sama merawat anggota keluarga yang sedang sakit. Keluarga
merupakan tanggung jawab paling utama memulai dan mengkoordinasikan
pelayanan yang di berikan oleh tenaga kesehatan. Keluarga menyediakan
makanan, pakaian perlindungan serta kesehatan untuk mencegah terjadinya
gangguan atau merawat anggota yang sakit. Keluarga harus wajib mampu untuk
meminta pertolongan kepada tenaga kesehatan professional ketika salah satu
anggota keluarganya mengalami gangguan pada kesehatannya. (Harmoko,2012)
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk mengambil studi
kasus dengan masalah defisiensi pengetahuan keluarga tentang penyakit
Tuberkulosis paru dikarenakan peran keluarga sangatlah penting dalam
penyembuhan penyakit pasien.
3

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimanakah Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn X dan Tn Y
Dengan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

1.3 Tujuan Studi Kasus


Menggambarkan Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn X dan Tn Y
Dengan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

1.4 Manfaat Studi Kasus


1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Penulis dapat menambah pengetahuan, wawasan, serta mampu untuk
memenuhi persyaratan ujian akhir dalam memberikan Asuhan Keperawatan
Keluarga Pada Tn X dan Tn Y Dengan Tuberkulosis Paru Di Wilayah Kerja
Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

1.4.2 Manfaat Bagi Masyarakat


Sebagai informasi bagi puskesmas untuk memberikan Asuhan
Keperawatan Keluarga Dengan Masalah kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit Tuberkulosis paru di Wilayah kerja Puskesmas Batu 10
Tanjungpinang.

1.4.3 Manfaat Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan


Menerapkan teori-teori yang ada di dalam asuhan keperawatan keluarga
dengan masalah kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit
Tuberkulosis paru di Wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

1.5 Sistematika Penulisan


Dalam Proposal Karya Tulis Ilmiah ini terdiri dari III BAB yaitu :
BAB I :Terdiri dari Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Studi Kasus,
Manfaat Studi Kasus dan Sistematika Penulisan.
BAB II :Terdiri dari Tinjauan Kepustakaan dari berbagai sumber yang
relevan dan buku-buku yang berisi tentang Konsep Keluarga dan
Pengertian, Anatomi Fisiologi, Etiologi, Manifestasi Klinis,
Patofisiologi, WOC, Pemeriksaan Penunjang, Penatalaksanaan
Medis, serta Komplikasi.
4

BAB III :Merupakan metode penelitian secara deskriptif yang terdiri dari
rancangan studi kasus, fokus studi, definisi operasional, lokasi dan
waktu, pengumpulan waktu, pengumpulan data, penyajian data dan
etika studi kasus.
BAB II
TINJAUAN TIORITIS
2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan bertujuan


untuk menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan
fisik, mental, emosia dan social dari tiap anggota keluarga. (Duval & Logan,
1986).
Keluarga adalah dua atau lebih dari induvidu yang tergabung karena
adanya hubungan darah, hubungan perkawinan, atau pengangkatan dan mereka
hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, dan di dalam
peranya masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan. (Bailon
& Maglaya, 1989)
2.1.2 Karakteristik Keluarga

1. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi.
2. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka akan tetap
memperhatikan satu sama lain.
3. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik.
4. Mempunyai tujuan yaitu : menciptakan dan mempertahankan budaya dan
meningkatkan perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.
2.1.3 Struktur Keluarga

Menurut Gusti, 2013 struktur keluarga meliputi :


1. Patrilineal
Terdiri dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ayah.
2. Matrilineal
Terdiri dari sanak keluarga sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan
itu disusun melalui jalur garis ibu.
3. Matrilokal

5
6

Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga.


4. Patrilokal
Sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.
5. Keluarga kawin
Hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaaan keluarga dan beberapa
sanak saudara yang jadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan
suami istri.

2.1.4 Ciri-ciri Struktur Keluarga

Menurut Gusti, 2013 ciri-ciri keluarga meliputi :


1. Terorganisir
Saling berhubungan dan saling ketergantungan antara anggota keluarga.
2. Ada keterbatasan
Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mempunyai keterbatasan dalam
menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.
3. Ada perbedaan dan kekhususan
Adalah setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-
masing.

2.1.5 Tipe Keluarga

Menurut Gusti, 2013 tipe-tipe keluarga meliputi :


2.1.5.1 Tipe keluarga tradisional
a. Keluarga inti (Nuclear family)
Keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak dari keturunannya atau
adopsi atau keduanya.
b. Keluarga besar (Extended family)
Keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai
hubungan darah.
c. Keluarga bentukan kembali(Dyadic family)
Keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah pisah.
d. Orang tua tunggal (single parent family)
Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak akibat
perceraian atau ditinggal pasangannya.
7

e. The single adult living alone


Orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.
f. The Unmarried teenage mother
Ibu dengan anak tanpa perkawinan.
g. Keluarga usila (Niddle age / aging couple)
Suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja atau
tinggal dirumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena sekolah/
perkawinan / meniti karir.
2.1.5.2 Tipe keluarga non tradisional
a. Commune family
Lebih dari satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.
b. Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
c. Homoseksual
Dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga.
2.1.6 Pemegang Kekuasaan Dalam Keluarga

Menurut Gusti, 2013 pemegang kekuasaan dalam keluarga meliputi :


1. Patriakal
Dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak di ayah.
2. Matriakal
Dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga adalah di pihak ibu.
3. Equaltarian
Pemegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah dan ibu.
2.1.7 Dimensi Dasar Struktur Keluarga
Menurut Gusti, 2013 dimensi dasar struktur keluarga meliputi :
1. Pola dan proses komunikasi :
1) Bersifat terbuka dan jujur.
2) Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
3) Berfikir positif.
4) Tidak mengulang-ngulang isu dan pendapat sendiri.
2. Struktur peran
8

Serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang


diberikan bersifat formal dan informal. Terdiri dari ayah, ibu dan anak.
3. Struktur kekuatan
Merupakan kemampuan dari individu untuk mengendalikan atau
mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain kearah positif. Tipe struktur
kekuatan:
1) Legitimate power (hak).
2) Referent power (ditiru).
3) Expert power (keahlian).
4) Reward power (hadiah).
5) Coercive power (paksa).
6) Affective power.
4. Nilai-nilai keluarga, yaitu :
1) Nilai, merupakan suatu system, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan pedoman perilaku dan pedoman bagi
perkembangan norma dan peraturan.
2) Norma, adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
system nilai dalam keluarga.
3) Budaya, adalah kumpulan dari perilaku yang dapat dipelajari, dibagi dan
ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.8 Pengertian Keluarga Sebagai Sistem

2.1.81 Keluarga merupakan system sosial karena terdiri dari kumpulan dua orang
atau lebih yang mempunyai peran sosial yang berbeda dengan ciri saling
berhubungan antar individu.

2.1.8.2 Alasan keluarga disebut sebagai sistem adalah :


1. Keluarga mempunyai sub sistem : anggota, fungsi, peran, aturan, budaya,
yang dipelajari dan dipertahankan dalam kehidupan keluarga.
2. Terdapat saling berhubungan dan ketergantungan antar subsistem.
9

3. Merupakan unit terkecil dari masyarakat yang dapat mempengaruhi


subsistemnya.
2.1.8.3 Keluarga mempunyai komponen-komponen sistem, yaitu :
1. masukan (input) terdiri dari anggota keluarga, struktur keluarga, fungsi
keluarga, aturan, dan lain-lain.
2. proses merupakan proses yang terjadi dalam melaksanakan fungsi keluarga.
3. luaran adalah hasil dari proses yang berbentuk perilaku keluarga.
4. umpan balik sebagai pengontrolan dalam masukan dan proses yang berasal
dari perilaku keluarga.
2.1.8.4 Karakteristik keluarga sebagai sistem dapat dikelompokan sebagai berikut:
1. keluarga sebagai system terbuka adalah keluarga yang mempunyai
kesempatan dan mau menerima lingkungan sekitarnya.
2. keluarga sebagai sistem tertutup adalan keluarga yang kurang mempunyai
kesempatan, kurang mau menerima atau memberi perhatian kepada
lingkungan sekitarnya.
2.1.9 Fungsi Keluarga

Adapun fungsi keluarga menurut Friedman (1998)


1. Fungsi afektif
Fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan pemeliharaan kepribadian dari
anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi
Bagaimana keluarga produktif terhadap sosial dan cara keluarga
memperkenalkan dunia luar kepada anak dengan belajar disiplin, mengenal
budaya dan norma melalui hubungan interaksi dalam keluarga sehinggga
mampu berperan dalam masyarakat.
3. Fungsi perawatan kesehatan
Keluarga merupakan perlindungan kesehatan anggota keluarga dengan cara
memelihara dan merawat anggota keluarga.
4. Fungsi ekonomi
Mencari sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5. Fungsi biologis
10

Meneruskan keturunan dan membesarkan anak untuk kelanjutan generasi


selanjutnya.
6. Fungsi psikologis
Bagaimana keluarga memberikan kasih sayang dan aman nyaman saling
perhatian kepada anggota keluarga.
7. Fungsi pendidikan
Memberikan pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku, mempersiapkan
anak untuk kehidupan dewasa, mendidik anak sesui dengan tingkat
perkembangannya.
2.1.10 Tahap dan tugas perkembangan keluarga

1. Tahap pasangan baru atau keluarga baru (beginning family)


Menurut Carter dan Mc.Goldrik, 1988, Duval dan Miller, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :
1) Membangun perkawinan yang saling memuaskan.
2) Menghubungkan jaringan persaudaraan secara harmonis.
3) Keluarga berencana.
2. Tahap keluarga kelahiran anak pertama (child bearing family)
Dari kehamilan sampai kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai
anak pertama berusia 30 bulan (3,2 tahun). Kelahiran bayi pertama
memberikan perubahan yang besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan
kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua
pasangan setuju pada bayi dan Suami merasa belum siap menjadi ayah atau
istri belum siap menjadi seorang ibu. (Wahit, 2004)
Tugas perkembangan tahap ini :
1) Persiapan menjadi orang tua.
2) Membagi peran dan tanggung jawab.
3) Mengembangkan suasana rumah yang menyenangkan.
4) Mempersiapkan dana..
5) Memfasilitasi role learning anggota keluarga.
6) Bertanggung jawab memenuhi kebutuhan bayi sampai balita.
7) Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
11

3. Tahap keluarga dengan anak pra sekolah (familles with preschool)


Dimulai saat anak berusia 2,5 tahun berakhir saat anak berusia 5 tahun.
Tahap ini orangtua beradaptasi terhadap kebutuhan dan minat dari anak pra
sekolah dalam mengingkatkan pertumbuhannya. Keluarga pada tahap ini
sangat sibuk, Kedua orangtua harus bisa mengatur waktunya sehingga
kebutuhan anak dapat terpenuhi.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi, dan rasa aman.
2) Membantu anak untuk bersosialisasi.
3) Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain dan lingkungan sekitar).
4) Pembagian waktu untuk induvidu, pasangan dan anak.
5) Pembagian tanggung jawab anggota keluarga.
6) Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
4. Tahapan keluarga dengan anak usia sekolah (families with school children)
Dimulai pada saat anak tertua memasuki usia 6 tahun berakhir pada
usia 12 tahun. Fase ini keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal
sehingga keluarga sangat sibuk. Orang tua perlu belajar untuk berpisah dengan
anak, memberi kesempatan kepada anak untuk bersosialisasi, baik aktivitas di
sekolah maupun di luar sekolah.
Tugas perkembangan pada tahap ini:
1) Memberi perhatian tentang kegiatan sosial anak, pendidikan dan semangat
belajr.
2) Tetap mempertahankan hubungan yang harmonis.
3) Mendorong anak untuk mencapai perkembangan daya intelektual.
4) Menyediakan aktivitas untuk anak.
5) Menyesuaikan pada aktivitas komunitas dengan mengikutsertakan anak.
5. Tahap keluarga dengan anak remaja (familes with teenagers)
Dimulai pada saat anak berusia 13 tahun berakhir pada usia 19-20
tahun. Tahap ini tahapan paling tersulit, karena orangtua melepas otoritas dan
bimbingan anak untuk bertanggung jawab. Sering muncul konflik antar
12

orangtua dan remaja karena anak menginginkan kebebasan, sementara orangtua


peru menciptakan komunikasi yang terbuka, dan permusuhan sehingga sehinga
hubungan orangtua dan anak remaja tetap harmonis.
Tugas perkembangan keluarga pada tahap ini adalah :
1) Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab.
2) Mempertahankan hubungan yang intim dengan keluarga.
3) Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga.
Menurut Carter dan Mc.Goldik, 1988, Duval dan Miler, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :
1) menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab ketika remaja menjadi
dewasa.
2) memfokuskan kembali hubungan perkawinan
3) berkomunikasi secara terbuka antara orangtua dan anak-anak.
6. Tahap keluarga dengan anak dewasa atau pelepasan (launching center families)
Dimulai dari anak terakhir meninggalkan rumah. Tujuan pada tahap ini
adalah Mempersiapkan anaknya yang tua untuk membentuk keluarga sendiri
dan tetap membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Orangtua akan merasa
kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena anak-anak
sudah tidak tinggal serumah lagi.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2) Mempertahankan keintiman pasangan.
3) Membantu orangtua suami atau istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua.
4) Berperan suami istri kakek dan nenek.
5) Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak-
anaknya.
Menurut Carter dan Mc.Goldik, 1985, Duval dan Miler, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :
1) Memperluas siklus keluarga dengan memasukan anggota keluarga
baru yang didapatkan melalui perkawinan anak-anak.
2) Melanjutkan untuk memperbarui dan menyesuaikan kembali
13

hubungan perkawinan.
3) Membantu orangtua lanjut usia yang sakit-sakitan dari suami maupun istri.
7. Tahap keluarga usia pertengahan (middle age families)
Dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir
saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Tahap ini dirasakan sulit
karena masalah lanjut usia. Pada tahap ini semua anak meninggalkan rumah,
maka pasangan berfokus untuk menjaga kesehatan dengan berbagai aktivitas.
Pasangan mempertahankan hubungan dengan teman sebaya dan keluarga
anaknya dengan mengadakan pertemuan keluarga antar generasi, sehingga
pasangan dapat merasakan kebahagiaan sebagai kakek nenek.
Tugas perkembangan keluarga :
1) Mempertahankan kesehatan
2) Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat
sosial dan waktu santai.
3) Memulihkan hubungan antar generasi muda tua.
4) Keakraban dengan pasangan.
5) Memelihara hubungan / kontak dengan anak dan keluarga.
6) Persiapan masa tua atau pensiun.
Menurut Carter dan Mc.Goldik, 1988, Duval dan Miler, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :
1) Menyediakan lingkungan yang sehat
2) Mempertahankan hubungan yang mengesankan dengan para orangtua lansia
dan anak-anak.
3) Mempererat hubungan perkawinan.
8. Tahap keluarga lanjut usia
Dimulai pada saat salah satu pasangan pensiun samapai salah satu
pasangan meninggal. Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan
merupakan tugas utama keluarga pada tahap ini. Hasil riset Day and Day, 1993
Tugas perkembangan keluarga :
1) mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan.
2) adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan.
14

3) mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat.


4) mempertahankan hubungan dengan anak dan masyarakat.
5) melakukan file review.
6) menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.
Menurut Carter dan Mc.Goldik, 1988, Duval dan Miler, 1985 tugas
perkembangan keluarga meliputi :
1) mempertahankan aturan hidup yang memuaskan.
2) menyesuaikan terhadap pendapatan yang menurun.
3) mempertahankan hubungan perkawinan.
4) menyesuaikan diri terhadap kehilangan pasangan.
5) mempertahankan ikatan keluarga antar generasi.
2.1.11 Peran perawat keluarga

2.1.11.1 Pendidik
Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada keluaga agar
keluarga dapat melakukan asuhan keperawatan keluarga secara mandiri
terhadap masalah kesehatan keluarga.
2.1.11.2 Koordinator
Diperlukan untuk perawat yang berkelanjutan agar pelayanan yang
komperhensif dapat tercapai.
2.1.11.3 Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga di klinik, rumah sakit
ataupun di rumah bertanggung jawab untuk memberikan asuhan keperawatan
secara langsung.
2.1.11.4 Pengawas Kesehatan
Perawat melakukan home visite atau kunjungan rumah yang teratur
untuk mengobservasi kondisi kesehatan keluarga.
2.1.11.5 Konsultan
Perawat sebagai narasumber untuk keluarga dalam mengatasi masalah
kesehatan.
2.1.11.6 Kolaborasi
15

Perawat keluarga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit atau
anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai kesehatan keluarga yang
optimal.
2.1.11.7 Fasilitator
Membantu keluarga menghadapi hambatan untuk meningkatkan derajat
kesehatannya.
2.1.11.8 Penemu Kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan sejak dini sehingga tidak terjadi
penyakit jangkit yang lainnya.
2.4.11.9 Modifikasi Lingkungan
Perawat harus bisa merubah lingkungan yang bersih dan jauh dari sumber
penyakit baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat sekitar.
2.1.12 Keluarga sejahtera

Keluarga sejahtera adalah keluarga dari perkawinan yang sah dapat


memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materian yang layak serta memiliki
hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan.

2.1.12.1 Tujuan keluarga sejahtera


Tujuan dibentuknya keluarga sejahtera adalah :
1) meningkatkan pengetahuan keluarga tentang masalah yang dihadapi.
2) meningkatkan kemampuan keluarga dalam menganalisis potensi dan
peluang yang dimilikinya.
3) meningkatkan kemauan masyarakat dalam mencegah masalah secara
mandiri.
4) meningkatkan gotong-royong dan kesetiakawanan sosial dalam membantu
keluarga.

1) Keluarga Prasejahtera
Yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan
pengajaran agama, pangan, sandang, papan, dan kesehatan.
16

2) Keluarga sejahtera tahap l


Yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum
terpenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, meliputi kebutuhan pendidikan,
keluarga berencana (KB).
3) Keluarga sejahtera tahap ll
Yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, telah dapat
memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya, tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan pengembangannya, seperti kebutuhan menabung dan
memperoleh informasi.
4) Keluarga sejahtera tahap lll
Yang telah dapat memnuhi seluruh kebutuhan dasar, sosial pisikologis dan
perkembangan keluarganya, tetapi belum dapat memberikan kontribusi
dalam bentuk material, keuangan untuk sosial ke masyarakat, dan belum
berperan dalam kegiatan kemasyarakatan.
5) Keluarga sejahtera tahap lll plus
Yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangannya telah terpenuhi serta memiliki rasa kepedulian sosial
yang tinggi.
2.2 Konsep Penyakit

2.2.1 Definisi

TBC atau disebut Tuberculosis paru adalah infeksi yang disebabkan oleh
Basil Tahan Asam (BTA) mycobacterium tuberculosis. TBC merupakan penyakit
menular yang biasanya menjadi sasaran yang paling banyak ditemui ialah paru-
paru sehingga di sebut tuberculosis paru. Namun demikian, TBC juga bisa
menyerang berbagai organ tubuh lainnya.
Penyakit TBC merupakan penyakin menahun atau kronis. Penderita yang
paling sering terkena TBC ialah orang-orang yang berusia 15-35 tahun, terutama
mereka yang bertubuh lemah, kurang gizi atau yang tinggal satu rumah dan
berdesakan bersama penderita TBC tanpa menggunakan masker atau APD
lainnya. Penyakit ini merupakan penyakit tertua yang masih menyerang manusia.
Jika diterapi dengan benar TBC dapat disembuhkan. Tanpa terapi, penyakit ini
mengakibatkan kematian.
17

2.2.2 Anatomi

2.2.2.1 Anatomi Saluran Udara terdiri dari :


1. Rongga hidung
2. faring atau tekak
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus dan Bronkiolus
6. Alveolus
1) Rongga Hidung
Udara masuk ke dalam hidung melalui lubang hidung. Rambut
hidung yang terdapat di lubang dapat menyaring debu yang masuk bersama
udara. Rongga hidung terbagi menjadi dua disekat oleh septum. Dinding
hidung tersusun atas tulang keras dan tulang rawan. Setiap belahan terbagi
menjadi empat bagian oleh tonjolan-tonjolan konka (prosesus turbinata).
Lantai rongga hidung tersusun atas lelangit keras, bumbungnya tersusun
dari tulang frontalis, sfenoidal, dan etmoidal serta maksilansuperior.
Rongga hidung berhubungan dengan semua sinus udara melalui lubang-
lubang khas yang terbuka ke dalamnya yaitu dengan dua sinus udara rahang
atas atau Antrum Highmore.

Merupakan suatu saluran yang bermula dari dasar tengkorak dan


berakhir di belakang laring di ruas vertebra servikal keenam. Bentuk seperti
corong, bagian atas lebih besar dibandingkan bawah. Panjang faring kurang
lebih 13 cm pada orang dewasa. Terdapat otot sfinger yang bertanggung
jawab pada saat menelan makanan. Otot ini dilapisi dengan membran
mukosa yang tersusun atas jaringan epitel. Faring terbagi menjadi tiga
bagian, yaitu:
(1) Nasofaring, terletak di belakang hidung. saluran ini menyeimbangkan
tekanan udara di dalam telinga bagian tengah dengan udara luar.
Biasanya lubang tuba Eustachius selalu tertutup, kecuali pada saat
menguap atau menelan.
18

(2) Orofaring, terletak di belakang mulut. Merupakan bagian dari system


pencernaan yang berperan pada saat menelan. Terdapat tonsil di
antara selaput mulut depan dan belakang.
(3) Faring-Laringeal, terletak di belakang faring. Terletak di belakang
posterior laring dan di bawah orofaring. Di ruas vertebra servikal
keenam saluran faring berakhir dan saluran esophagus dimulai.
3) Laring
Merupakan suatu alat bersaluran yang terletak di bawah faring dan
di atas trakea. Laring memiliki dua fungsi. Fungsi pertama berkaitan
dengan peredaran udara untuk pernapasan dan fungsi kedua untuk
mengeluarkan suara.

Laring memiliki lima tulang rawan, yaitu :


a. Tulang rawan tiroid. Tulang rawan ini berpasangan dan merupakan
tulang rawan terbesar di laring.
b. Tulang rawan krikoid. Tulang rawan ini menyerupai cincin mohor di
belakang laring tulang rawan ini berbentuk segi empat.
c. Epiglotis. Tulang rawan ini berbentuk daun, dengan pangkal
tertanam di lekukan tulang rawan tiroid. Epiglottis bertindak sebagai
katup laring yaitu pada saat menelan, makan atau minum yang di
telan ditahan agar tidak masuk kedalam saluran udara.
d. Tulang rawan hyoid. Tulang rawan ini berbentuk tapal kuda dan
terletak di bagian atas laring di bawah mandibula.
e. Tulang rawan aritenoid. Tulang rawan berukuran kecil, berpasangan,
berbentuk pyramid, dan terdapat di permukaan belakang laring dan
tempat melekatnya pita suara. Terdapat otot aritenoid yang berfungsi
untuk mengatur suara.
(2) Pita Suara
a. Pita suara sejati. Merupakan pita suara yang tersusun atas jaringan
yang berserabut yang elastis.
19

b. Pita suara palsu. Merupakan lipatan dari membran mukosa yang


melapisi permukaan dalam laring dan pita ini tidak berperan dalam
pengeluaran suara.
4) Trakea
Merupakan suatu saluran dengan panjang 11,5 cm pada orang
dewasa. Struktur ini tersusun atas tulang rawan berbentuk c. permukaan
belakangnya tidak terdapat tulang rawan dan di lengkapi dengan membran.
Tulang rawan ini menguatkan dinding trakea dan memungkinkan peredaran
udara terus-menerus di dalamnya tanpa ada penghalang.
5) Bronkus dan Bronkiolus.
Bagian bawah, di depan vertebra torakalis keempat, trakea terbagi
dua dan membentuk bronkus kanan dan kiri. Bronkus kanan sedikit lebih
besar dan lebih lurus dibandingkan dengan bronkus kiri. Bronkus terbagi
menjadi bronkus lobus (atas, tengah, bawah). Bronkus lobus ini bercabang
sehinga membentuk ranting kecil yang di kenal dengan nama Bronkiolus.
2.2.2.2 Paru-paru
Manusia memiliki dua ru-paru yang terdapat di dalam rongga toraks dan
dilindungi oleh tulang rusuk dan otot interkostalis. Setiap paru-paru merupakan
sebuah organ berbentuk kerucut di bagian dasar atau permukaan bawah terletak
diatas otot diafragma dan bagian puncaknya berakhir di atas klavikula. Bidang
di permukaan sisi dalam paru-paru di sebut rongga mediasinum. Jantung
terletak di bagian ini. Kedua paru-paru di selaputi oleh pleura. Membrane ini
melipat ke dalam dan membentuk celah atau fisura yang membagi paru-paru
menjadi beberapa lobus. Paru-paru kanan memiliki tiga lobus dan paru-paru
kiri terdapat dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula dan lobula ini di
suplai dengan struktur-struktur sebagai berikut :
1. Bronkus lobus
2. Bronkiolus
3. Alveolus
4. Pembuluh darah Arteri pulmonalis utama dari bilik kanan jantung terbagi
menjadi dua dan setiap cabang masuk ke dalam paru-paru, memecah dan
menjadi kapiler di sekeliling alveolus. Setelah itu kapiler bersatu kembali
20

membentuk vena pulmonalis yang kembali ke serambi kiri jantung (2 vena


pulmonalis dari setiap paru-paru).
5. Pembuluh limfa dan urat saraf.
2.2.2.3 Mekanisme pernapasan
Gerakan bernapas di bagi menjadi dua, yaitu menarik napas dan
menghembuskan napas. Menarik napas adalah gerakan positif, sedangkan
menghembuskan napas merupakan gerakan pasif. Gerakan pernapasan terjadi
karena pusat pernapasan di medula oblongata terstimulasi. Jika otot diafragma
berkontraksi, diafragma mengarah ke bawah sehingga memperluas rongga
toraks dari atas ke bawah. Jika otot eksterna berkontraki, tulang rusuk tertarik
ke arah luar dan atas mengakibatkan rongga dada menjadi lebih luas dari sisi ke
sisi dan dari depan ke belakang. Pada saat kita menghembuskan napas rongga
dada akan mengecil karena otot diafragma naik ke atas dan tulang rusuk
tertarik ke bawah oleh otot interkostalis interna.
Tekanan udara di dalam paru-paru menjadi lebih tinggi daripada tekanan
udara biasa. Akibatnya udara terdesak keluar dari paru-paru. Pada pernapasan
biasa pada saat menghembuskan napas otot-otot abdomen juga berperan. Pada
keadaan sesak napas bebrapa otot lain terlibat dalam gerakan pernapasan otot
trapezius, pektoralis mayor, dan sternokleidomastoideus.
2.2.2.4 Gerakan pernapasan
1. Pada saat menguap akan terjadi gerakan menarik napas yang panjang.
2. pada saat batuk dan bersin akan terjadi gerakan menghembuskan napas
dengan keras.
3. pada saat tersedu akan terjadi gerakan menarik napas dengan menghentakan
karena sentakan otot diafragma. Bunyi terdesak dikarenakan udara diisap
dengan segera melalui pita suara.
2.2.3 Fisiologi

Paru-paru berfungsi untuk pertukaran gas. Oksigen dari udara dibawa ke


darah dan karbon dioksida serta uap air dari darah disingkirkan keluar. Udara
mengandung kurang lebih 20% oksigen dan 0,04% karbon dioksida, tetapi udara
yang di henbuskan keluar hanya mengandung 16% oksigen dan kandungan
21

karbon dioksida yang meningkat (100 kali) menjadi 4%. Kandungan nitrogen
tidak berubah yaitu 79%.
Pernapasan dapat di bagi dua jenis, yaitu :
1. Pernapasan interna.
Pernapasan ini terjadi di dalam semua jaringan tubuh. Oksigen yang
terdapat di dalam darah di gunakan untuk metabolisme jaringan, sedangkan
karbondioksida dan uap air yang dihasilkan oleh jaringan tersebut dii keluarkan
ke dalam darah.
2. Pernapasan eksterna.
Pernapasan ini terjadi di paru-paru. Udara sampai ke dalam alveolus
tersusun atas satu lapis jaringan. Kapiler darah yang mengelilingi alveolus juga
tersusu demikian. Struktur dinding seperti ini sangat permeable terhadap gas.
Pertukaran gas terjadi dengan cara difusi. Oksigen dari alveolus masuk ke
dalam darah, kemudian berkaitan dengan hemoglobin dari sel darah merah.
Karbondioksida dan uap air keluar dari darah, kemudian masuk ke
dalam alveolus dan di lepaskan keluar. Sebagian besar karbondioksida terdapat
di dalam pembuluh darah dalam bentuk asam karbonat dan natrium karbonat.
Hanya sedikit karbondioksida yang berbentuk gas dan berikatan dengan
hemoglobin. Karbondioksida merupakan salah satu limbah tubuh namun tidak
semua gas ini tersingkir keluar. Hanya 10% saja yang di keluarkan, sisanya
tetap terdapat di dalam darah untuk menyegarkan pusat pernapasan di medula
oblongata.
2.2.4 Etiologi

Penyebab tuberculosis paru adalah Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak

berspora sehingga mudah dibasmi dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar

ultraviolet. Ada dua macam mikrobakteria tuberculosis yaitu tipe human dan tipe

bovin. Basil tipe bovin berada dalam susu sapi yang menderita mastitis

tuberculosis usus. Basil tipe ini human bisa berada di bercak ludah (doplet) dan

diudara yang berasal dari penderita tuberculosis dan orang yang terkena rentan

terinfeksi bila menghirupnya. Setelah organisme terinhalasi dan masuk ke paru-


22

paru bakteri dapat bertahan hidup dan menyebar ke nodus limfatikus lokal.

Penyebaran melalui aliran darah ini dapat menyebabkan tuberculosis pada orang

lain, dimana infeksi laten dapat bertahan sampai bertahun-tahun (Nurarif &

Kusuma, 2015).

2.2.5 Klasifikasi

Ada beberapa klasifikasi tuberculosis paru yaitu menurut Depkes (2007)


yaitu:
2.2.5.1 klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis paru
Tuberculosis paru adalah Tuberculosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru. Tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis ekstra paru
Tuberculosis yang menyerang organ tubuh lain seperti paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung, kelenjar lymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
2.2.5.2 Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada
Tuberculosis paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif
1) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak hasilnya BTA positif.
2) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukan gambaran tuberculosis.
3) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biarkan kuman Tb
positif.
4) 1 atau lebih specimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak
SPS pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negative dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
23

2.2.6 World Ocean Conference (WOC)


Microbacterium droplet infection masuk lewat jalan nafas

Tuberkulosa
Menempel pada paru
Keluar dari Dibersihkan oleh magrofag Menetap di jar paru
Tracheobionchial bersama
Secret terjadi proses peradangan
Sembuh tanpa Pengeluaran zat pirogen Tumbuh & berkembang
Pengobatan di sitoplasma magrofag
Mempengaruhi hypothalamus
Sarang primer/afek primer
Memperngaruhi sel point (tokus ghon)
Mk. Hipertermi

Komplek primer Limfasit lokal Limfadinitis regional

Menyebar ke org lain Sembuh sendiri tanpa Sembuh dengan bekas


(paru lain, sal pencernaan, Pengobatan Fibrosa
Tulang) media media
(bronchogen percontinuitum,
Hematogen, limfogen)
Radang tahunan dibronkus pertahan primer tidak adekuat
berkembang pembentukan tuberkel kerusakan membrane alveolar

menghancurkan jar ikat


sekitar pembentukan sputum menurunnya permukaan
berlebihan efek baru
bagian tengah nekrosis
Mk.Ketidakefektifan alveolus
membentuk jar keju bersihan jalan nafas
alveolus mengalami
secret keluar saat batuk kondotidasi & eksudasi
batuk produktif (batuk terus menerus)

doplet infection batuk berat


terhirup orang sehat distensi abdomen

Mk. Resiko infeksi mual muntah

intake nutrisi kurang Mk.Ketidakseimbangan nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh


24

2.2.7 Patofisiologi

Penyakit tuberculosis ditularkan melalui udara secara langsung dari


penderita tuberculosis kepada orang lain. Dengan demikian, penularan penyakit
tuberculosis terjadi melalui hubungan dekat antara penderita dan orang yang
terinfeksi. Penyebar penyakit tuberculosis sering tidak mengetahui bahwa ia
menderita tuberculosis. Droplet yang mengandung basil tuberculosis yang
dihasilkan dari batuk dapat melayang di udara hingga kurang lebih dua jam
tergantung pada kualitas ventilasi ruang. Jika droplet tadi terhirup oleh orang lain
yang sehat, droplet akan masuk pada dinding system pernapasan. Droplet besar
akan masuk pada saluran pernapasan bagian atas, droplet kecil akan masuk ke
dalam alveoli di lobus manapun. Tidak ada prediksi lokasi terdamparnya droplet
kecil. Pada tempat masuknya, basil tuberculosis akan membentuk suatu focus
infeksi primer berupa tempat pembiakan basil tuberculosis dan tubuh penderita
akan memberikan reaksi inflamsi. Basil tuberculosis yang masuk tadi akan dapat
perlawanan dari tubuh, jenis perlawanan tubuh tergantung kepada tubuh, jenis
perlawanan tubuh tergantung kepada pengalaman tubuh, yaitu pernah mengenal
basil tuberculosis atau belum (Djojodibroto, 2014).
2.2.8 Manifestasiklinis

Tuberkulosis sering dijuluki “the great initator”yaitu suatu penyakityang


mempunyai banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan gejala
umum seperti gejala lemah dan demam. Pada sejumlah penderita gejala yang
timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-kadang asimtomatik.
Gambaran klinik tuberculosis dapat dibagi menjadi 2 golongan gejala respiratorik
dan gejala sistematik:
1. Gejala respiratorik, meliputi :
1) Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan gejala ini banyak ditemukan. Batuk
terjadi karena adanya iritasi pada bronkus. Batuk ini diperlukan untuk
membuang produk-produk radang keluar. Sifat batuk dimulai dari batuk kering
(non produktif) kemudian setelah timbul peradangan menjadi produktif
(menghasilkan sputum) ini terjadi lebih dari 3 minggu. Keadaan yang lanjut
adalah batuk darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah.
25

2) Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin tampak berupa
garis atau bercak darah, gumpalan darah atau darah segar dalam jumlah sangat
banyak. Batuk darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat ringanya
batuk darah tergantung dari besar kecilnya pembuluh darah yang pecah. Kita
harus memastikan bahwa pendarahan dari nasofaring dengan cara membedakan
cirri-cirinya sebagai berikut :
(1) Batuk darah
a. Darah dibatukan dengan rasa panas di tenggorokan.
b. Darah berbuih bercampur udara
c. Darah segar berwarna merah muda
d. Darah bersifat alkalis
e. Anemia kadang-kadang terjadi
f. Benzidin tes negative
(2) Muntah darah
a. Darah dimuntahkan dengan rasa mual
b. Darah bercampur sisa makanan
c. Darah berwarna hitam karena bercampur asam lambung
d. Darah bersifat asam
e. Anemia sering terjadi
f. Benzidin tes positif
(3) Epistaksis
a. Darah menetes dari hidung
b. batuk pelan kadang keluar
c. Darah berwarna merah segar
d. Darah bersifat alakalis
e. Anemia jarang terjadi

3) Sesak napas
Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, dimana
infiltrasinya sudah setengah bagian dari paru-paru. Gejala ini ditemukan ila
26

kerusakan parenkim paru sudah luas atau karena ada hal-hal yang menyertai
seperti efusi pleura, pneumothoraks, anemia, dan lain-lain.
4) Nyeri dada
Nyeri dada pada tuberculosis termasuk nyeri pleurik yang ringan. Gejala
ini timbul apabila system pernapasan di pleura terkena.
2. Gejala sistemik, meliputi :
1) Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tapi kadang-kadang
panas bahkan dapat mencapai 40-41C, keadaan ini sangat dipengaruhi daya
tahan tubuh penderita dan berat ringanya infeksi kuman tuberculosis yang
masuk. Demam merupakan gejala yang sering dijumpai biasanya timbul pada
sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang timbul dan makin panjang
seranganya sedang masa bebas serangan makin pendek.
2) Gejala sistemik lain
Gejala sistemik lain adalah keringat malam, anoreksia, penurunan berat
badan serta malaise (Gejala malaise sering ditemukan berupa : tidak nafsu
makan, sakit kepala, meriang, nyeri otot, dll). Timbulnya gejala biasanya
gradual dalam beberapa minggu hingga bulan, akan tetapi penampilan akut
dengan batuk, panas, sesak nafas walaupun jarang dapat juga timbul
menyerupai gejala pneumonia (Naga,S.2012).
2.2.9 Penatalaksaaan

2.2.9.1 Tahap pengobatan


Menurut darmanto (2014) pengobatan tuberculosis harus selalu meliputi
pengobatan tahap awal dan tahap lanjut, yaitu:
1. Tahap awal: pengobatan di berikan setiap hari. Panduan pengobatan pada
tahap ini adalah dimaksudkan untuk secara efektif menurunkan jumlah kuman
yang ada dalam tubuh pasien dan meminimalisir pengaruh dari sebagian kecil
kuman yang mungkin sudah resisten sejak sebelum pasien mendapatkan
pengobatan. Pengobatan tahap awal pada semua pasien baru, harus diberikan
selama 2 bulan. Pada umumnya dengan dengan pengobatan dengan pengobatan
secara teratur dan tanpa adanya penyulit, daya penularan sudah sangat menurun
setelah pengobatan selama 2 minggu.
27

2. Tahap lanjutan: pengobatan tahap lanjutan merupakan tahap penting untuk


membunuh sisa-sisa kuman yang masih ada dalam tubuuh thususnya kuman
presister sehingga pasien dapat sembuh dan mencegah terjadinya kekambuhan.

Menurut Notoatmodjo (2003) Tuberkulosis paru bisa diobati,


asalkan benar-benar mempunyai keinginan dan semangat yang besar unutk
sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang sekitar sangatlah diperlukan.
Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan
dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang di deritanya segera
sembuh.
1. Tindakan pencegahan tuberculosis paru oleh orang yang belum terinfeksi:
1) Berusaha mengurangi kontak dengan penderita tuberculosis paru aktif
2) Selalu menjaga standar hidup yang baik, caranya bisa dengan
mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi, menjaga lingkungan
selalu sehat baik itu di rumah maupun di tempat kerja, dan menjaga
kebugaran tubuh dengan cara menyempatkan dan meluangkan waktu
untuk berolahraga.
3) pemberian vaksin BCG, tujuannya untuk mencegah terjadinya kasus
infeksi tuberculosis yang lebih berat. Vaksin BCG secara rutin diberikan
kepada semua balita.
2. Tindakan pencegahan tuberculosis paru oleh penderita agar tidak menular:
Bagi mereka yang sudah terlanjur menjadi penderita tuberculosis paru aktif
tindakan yang bisa dilakukan adalah menjaga kuman (bakteri) dari diri
sendiri, hal ini biasanya membutuhkan waktu lama sampai beberapa minggu
untuk masa pengobatan dengan obat tuberculosis hingga penyakit
tuberculosis sudah tidak bersifat menular lagi.
2.2.10 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Soemantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien


tuberculosis adalah :
1. Sputum Culture
2. Ziehl neelsen: positif untuk BTA
3. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
28

4. Chest X-ray
5. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk mycrobacterium tuberculosis
6. needle biopsy of lung tissue: positif unutk granuloma TB, adanya sel-sel besar
yang mengindikasikan nekrosis
7. Elektrolit
8. Bronkografi
9. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
2.2.11 Komplikasi

Tuberkulosis paru tidak ditangani dengan baik akan menimbulkan


komplikasi. Komplikasi-komplikasi yang terjadi pada penderita tuberculosis paru
dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
2. Komplikasi pada stadium lanjut :
1) Hemoptisis massif (pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat
mengakibatkan kematian karena sumbatan jalan nafas atau syok
hipovollemik
2) kolaps lobus akibat sumbatan duktus
3) Bronkietaksis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan
jaringan ikat pada proses pemulihan atau reaktif) pada paru
4) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, sendi, ginjal, dan
sebagainya.
2.3 Konsep Defisiensi Pengetahuan

2.3.1 Definisi

2.3.1.1 Pengetahuan
Pengetahuan adalah sesuatu yang didapatkan dari hasil daya tahu yang
nantinya dapat berbentuk sebuat informasi.
2.3.1.2 Defisiensi pengetahuan
Defisiensi pengetahuan adalah tidak ada atau kurang informasi kognitif
tentang topic tertentu (M. Walkinson, Judith M, 2016).
29

2.3.2 Batasan Karakteristik Defisiensi Pengetahuan

Menurut Judith M. Wilkinson (2016), batasan karakteristik pada masalah


defisiensi pengetahuan ini adalah:
1. Subjektif
Menyatakan secara verbal adanya masalah kurangnya pengetahuan keluarga
tentang cara merawat pasien di rumah.
2. Objektif
Keluarga ketidakakuratan mengikuti Intruksi yang diberikan.
2.3.3 Faktor Yang Berhubungan

Menurut Walkinson, Judith M, (2016) Faktor yang berhubungan dalam


masalah defisiensi pengetahuan ini adalah sebagai berikut:
1. Keterbatasan kognitif
2. Kesalahan dalam memahami informasi yang ada
3. kurangnya keinginan untuk mencari informasi
4. tidak mengetahui sumber-sumber informasi
2.3.4 Tindakan Keperawatan

1. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses


penyakit yang spesifik
2. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini berhubungan
dengan anatomi fisiologi, dengan cara yang cepat:
1. Gambarkan tanda dan gejala yang bisa muncul pada penyakit
Tuberkulosis paru dengan cara yang tepat.
2. Gambarkan proses penyakit Tuberkulosis paru dengan cara yang tepat.
3. Identifikasi kemungkinan penyebab penyakit Tuberkulosis paru.
4. Sediakan bagi keluarga atau SO informasi tentang kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
5. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan unutk
mencegah komplikasi dimasa yang akan datang atau proses pengontrolan
penyakit
6. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan
7. Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapatkan second opinion
dengan cara yang tepat atau diindikasikan
30

8. Rujuk pasien pada group atau agensi di komunitas lokal, dengan cara
yang tepat.

2.4. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Keluarga

2.4.1. Pengkajian

Menurut Suprajitno (2004) pengkajian merupakan langkah awal


pelaksanaan asuhan keperawatan. Pada kegiatan pengkajian ini, ada beberapa
tahap yang harus dilakukan yaitu :
2.4.1.1 Membina hubungan yang baik, yaitu :
1. Diawali dengan memperkenalkan diri dengan sopan dan ramah.
2. Menjelaskan tujuan kunjungan.
3. Menyakinkan keluarga bahwa kehadiran perawat adalah untuk membantu
keluarga menyelesaikan masalah kesehatan yang ada di keluarga.
4. Menjelaskan luas kesanggupan bantuan perawat yang dapat dilakukan.
5. Menjelaskan kepada keluarga siapa tim kesehatan lain yang menjadi jaringan
perawat.
2.4.1.2 Pengkajian awal
Pengkajian ini terfokus sesuai data yang diperoleh dari unit pelayanan
kesehatan.
2.4.1.3 pengkajian kedua (tahap lanjutan)
Pengkajian lanjutan adalah tahap pengkajian untuk memperoleh data yang
lebih lengkap sesui masalah kesehatan keluarga yang berorientasi pada
pengkajian awal. Pengumpulan data (informasi) dari keluarga dapat
menggunakan metode wawancara, observasi fasilitas rumah, pemeriksaan fisik
pada setiap anggota keluarga, dengan menggunakan data sekunder (contoh :
hasil laboratorium, hasil foto rontgen, rekam kesehatan unit pelayanan
kesehatan, catatan lain yang dapat dipercaya keakuratannya). Hal-hal yang
perlu di kaji pada tahap ini adalah :
1. Data umum
1) Data ini mencangkup kepala keluarga (KK), alamat dan telpon, pekerjaan
KK, dan kombinasi keluarga. Selanjutnya komposisi keluarga dibuat
genogramnya.
31

2) Dalam membuat genogram anggota keluarga yang lebih tua berada di


sebelah kiri.
3) Umur anggota keluarga di tulis pada symbol laki-laki atau perempuan.
4) Tahun dan penyebab kematian di tulis di sebelah symbol laki-laki atau
perempuan.
5) Penggunaan symbol dalam genogram.

Gambar 2.1 Genogram

3 3
Laki-laki Perempuan Menikah Cerai Pisah Tinggal serumah

Aborsi Klien Anak kandung Meninggal Anak kembar

6) Tipe keluarga, yang menjelaskan mengenai jenis atau tipe keluarga.


Untuk menentukan tipe keluarga, lakukan identifikasi terhadap KK-nya.
Kemudian, lakukan penentuan jenis atau tipe keluarganya.
7) Suku bangsa, dapat digunakan untuk mengidentifikasikan budaya suku
keluarga yang terkait dengan kesehatan, bahasa sehari-hari yang
digunakan keluarga.
8) Agama, mengidentifikasi agama dan kepercayaan keluarga yang di anut
yang dapat mempengaruhi kesehatan.
9) Status sosial ekonomi keluarga, di tentukan oleh penghasilan seluruh
anggota keluarga juga di pengaruhi oleh kebutuhan dan barang yang
dimiliki oleh keluarga.
10) Aktivitas dan rekreasi keluarga, yang dimaksud bukan hanya berpergian
keluarga atau liburan keluarga tetapi berkumpul di rumah juga termasuk
rekreasi yaitu dengan cara menonton televise bersana, mendengarkan
radio bersama atau bercengkrama bersama anggota keluarga.
2. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Yaitu tahap yang ditentukan oleh usia anak tertua dari keluarga inti.
32

2) Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Tentang tugas keluarga yang belum terpenuhi dan kendala yang dihadapi
oleh keluarga.
3) Riwayat kesehatan keluarga saat inti
Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Tentang riwayat kesehatan di generasi di atas orang tentang riwayat
penyakit keturunan.
3. Data lingkungan
1) Karakteristik rumah, tentang identifikasi rumah yang di huni keluarga
meliputi luas, lebar tipe, jumlah ruangan, pemanfaatan ruang, ventilasi,
pembuangan air limbah dan mandi, cuci, kakus serta sarana air bersih
dan minum yang digunakan.
2) karakteristik tetangga dan komunitasnya, yaitu tempat keluarga
bertempat tinggal, seperti lingkungan fisik, nilai atau norma, serta aturan
penduduk setempat dan budaya setempat.
3) Mobilitas geografis keluarga,Yaitu seperti keluarga sering berpindah
tempat atau ada keluarga yang tinggal di jauh dan sering menginap di
rumah keluarga yang dibina.
4) Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat, mengenai
waktu yang digunakan keluraga untuk berkumpul dengan masyarakat
lain dan sejauh mana keluarga berinteraksi dengan masyarakat lain.
5) Sistem pendukung keluarga, seperti askes, jamsostek, kartu sehat,
asuransi dan peralatan kesehatan.
4. Fungsi keluarga
1) Fungsi religious, tentang kegiatan keagamaan yang dipelajari oleh
keluarga berhubungan degan kesehatan.
2) Fungsi rekreasi, kegiatan keluarga melakukan rekreasi secara bersamaan
baik di luar maupun di rumah.
3) Fungsi reproduksi, bagaimana rencana keluarga mengendalikan jumlah
anggota keluarga.
33

4) Fungsi afeksi, yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan memiliki


dan dimiliki dalam keluarga, dukungan dan bagaimana keluarga
mengembangkan sikap saling menghargai.
Tujuan pengkajian yang berkaitkan dengan tugas keluarga dibidang
kesehatan, yaitu :
a. Mengetahui kemampuan keluarga untuk mengenal masalah
kesehatan.
b. Mengetahui kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan
mengenai tindakan kesehatan secara tepat.
c. Untuk mengetahui sejauh mana kemampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit.
d. Untuk mengetahui kemampuan keluarga memelihara lingkungan
yang sehat.
e. Untuk mengetahui kemampuan keluarga menggunakan fasilitas
pelayanan kesehatan di masyarakat.
5. Stres dan koping keluarga
1) Stresor jangka pendek dan panjang
2) Stresor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang
memerlukan waktu 6 bulan. Stressor jangka panjang yaitu stressor yang
dialami keluarga yang memerluka waktu penyelesaian lebih dari 6 bulan.
3) Pemeriksaan kesehatan
4) Pemeriksaan yang dilakukan tidak beda jauh dengan klien yang ada di
rumah sakit atau klinik, meluputi pengkajian kebutuhan dasar individu,
pemeriksaaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
5) Harapan keluarga
6) Yaitu bagaimana harapan keluarga terhadap perawat untuk membantu
menyelesaikan masalah kesehatannya.

2.4.2 Perumusan Diagnosa Keperawatan

Menurut Harmoko (2012) diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis


mengenai individu, keluarga atau masyarakat yang di peroleh melalui sesuatu
proses pengumpulan data analisis dan secara cermat memberikan dasar untuk
34

mantapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk


melaksanakannya. Diagnose keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnose keperawatan meliputi problem
atau masalah, etiologi atau penyebab, sign atau tanda gejala.
2.4.2.1 Tipologi dari diagnose keperawatan.
1. Diagnosis actual
Factor yang berhubungan merupakan etiologi atau factor penunjang
lainnya yang telah mempengaruhi perubahan status kesehatan, factor tersebut
dapat di kelompokan menjadi 4 katergori, yaitu :
1) Patofisiologi
2) Tindakan yang berhubungan
3) Situasonal
4) Maturasional
secara umum factor yang berhubungan atau etiologi dari diagnosis
keperawatan keluarga yaitu :
1) Kurangnya pengetahuan, pemahaman, dan kesalahan persepsi
2) Sikap dan motivasi
3) Kurangnya keterampilan terhadap tindakan, kurangnya SDM keluarga
baik fasilitas, system pendukung, lingkungan fisik dan psikologis.
2. Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan).
Sudah terdapat data yang menunjang tetapi belum terjadi gangguan,
namun tanda tersebut dapat menjadi masalah jika tidak mendapatkan bantuan
dari tim kesehatan dan keperawatan. Faktor resiko untuk diagnosis ini
memperlihatkan kerentanan meningkat terhadap klien atau kelompok.
3. Diagnosis potensial (keadaan sejahtera)
Diagnosis keperawatan ini tidak mencangkup factor-faktor yang
berhubungan. Perawat dapat memperkirakan kemampuan keluarga dapat
ditingkatkan yang arah yang lebih baik.

Diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan NANDA tahun 1995 adalah:


1. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah lingkungan.
2. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur komunikasi.
35

3. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah struktur peran.


4. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi efektif.
5. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi sosial.
6. Diagnosis keperawatan keluarga pada masalah fungsi perawat kesehatan.
Menurut Bailon dan Maglaya (1978), perioritas masalah
kesehatan keluarga dengan menggunakan proses scoring sebagai
berikut :

Table 2.1.2.1

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah :
- Tidak atau kurang sehat 3 1
- Ancaman kesehatan 2
- Krisis atau keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah :
- Dapat diubah denagn mudah, 2 2
- Sebagian 1
- Tidak dapat 0
3. Potensial masalah untuk dicegah :
- Tinggi 3 1
- Cukup 2
- Rendah 1
4. Menonjolnya masalah :
- Masalah berat, harus segera 2
ditangani 1
- Ada masalah, tetapi tidak perlu 1
segera ditangani
- Masalah tidak dirasakan 0
Proses skoring dilakukan untuk setiap diagnosis keperawatan dengan cara :
1. Tentukan skor untuk setiap kriteria yang telah dibuat.
2. Selanjutnya skor dibagiXBobotdengan angka tertinggi yang dikalikan dengan bobot.
3. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria, skor tertinggi adalah 5, sama dengan
seluruh bobot.
Ada empat kriteria yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas masalah,
yaitu:
1. Sifat masalah
36

Dapat dikelompokan dalam tidak atau kurang sehat diberikan bobot yang
lebih tinggi karena masalah tersebut memerlukan tindakan yang segera dan
biasanya masalah dirasakan apa didasari oleh keluarga.
2. Kemungkinan masalah dapat di ubah.
Fator yang harus di perhatikan untuk menentukan skor kemungkinan
masalah dapat di perbaiki adalah :
1) pengetahuan dan teknologi
2) sumber yang ada pada keluarga, dalam bentuk fisik, keuangan atau tenaga
3) sumber dari keperawatan, dalam bentuk pengetahuan, pengetahuan,
ketrampilan maupun waktu.
4) sumber dari masyarakat, dalam bentuk fasilitas kesehatan, organisasi
masyarakat serta dukungan sosial masyarakat.
3. Potensi masalah bisa dicegah
Fator yang harus di perhatikan untuk menentukan skor potensi masalah bias
di cegah adalah :
1) Kepelikan dari masalah
Makin besar masalah tersebut makin sedikit kemungkinan untuk
mengubah atau mencegah sehingga makin kecil potensi masalah yang
akan timbul.
2) Lamanya masalah
Berkaitan dengan jangka waktu terjadinya masalah tersebut.
3) Adanya kelompok resiko tinggi
Adanya kelompok tersebut ada keluarga akan menambah potensi masalah
bila dicegah.
4. Menonjolnya masalah
Yang perlu diperhatikan dalam memberikan skor pada kriteria ini yaitu
perawat perlu menilai persepsi atau bagaimana keluarga tersebut melihat
masalah. Jika keluarga menyadari masalah ini, maka harus diberi skor yang
tinggi.
37

2.4.3 Intervensi Keperawatan Teoritis


No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi
hasil
1 Defisiensi NOC NIC
pengetahuan
 Knowledge: Teacihing: disease process
Definisi: ketiadaan disease process 1. Berikan penilaian tentang
atau defisiensi  Knowledge: tingkat pengetahuan
informasi kognitif health pasien tentang proses
yang berkaitan behavior penyakit yang spesifik
dengan topic 2. Jelaskan patofisiologi dari
tertentu Kriteria hasil: penyakit dan bagaimana
1. Pasien dan hal ini berhubungan
keluarga dengan anatomi fisiologi,
menyatakan dengan cara yang cepat
pemahaman 3. Gambarkan tanda dan
tentang penyakit, gejala yang bisa muncul
kondisi, prognosis pada penyakit dengan cara
dan program yang tepat
pengobatan 4. Gambarkan proses
2. Pasien dan penyakit, dengan cara
keluarga mampu yang tepat
melaksanakan 5. Identifikasi kemungkinan
prosedur yang penyebab, dengan cara
dijelaskan secara yang tepat
benar 6. Hindari jaminan yang
3. Pasien dan kosong
keluarga mampu 7. Sediakan bagi keluarga
menjelaskan atau SO informasi tentang
kembali apa yang kemajuan pasien dengan
dijelaskan cara yang tepat
perawat/tim 8. Diskusikan perubahan
kesehatan lainnya gaya hidup yang mungkin
diperlukan unutk
mencegah komplikasi
dimasa yang akan datang
atau proses pengontrolan
penyakit
9. Diskusikan pilihan terapi
atau penanganan
10. Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara yang
tepat atau diindikasikan
11. Rujuk pasien pada
group atau agensi di
komunitas lokal, dengan
38

cara yang tepat.


2 Hipertermia NOC NIC

Definisi:  Thermoregulation Perawatan demam


Peningkatan suhu 1. Pantau suhu dan tanda-
tubuh diatas Kriteria hasil: tanda vital lainnya
kisaran normal  Merasa 2. Monitor warna kulit dan
kedinginan saat suhu
dingin 3. Monitor asupan dan
 Berkeringat saat keluaran, sadari perubahan
panas kehilangan cairan yang
 Menggigil saat tidak dirasakan
dingin 4. Beri obat atau cairan IV
 Denyut jantung (misalnya, antipiretik,
apical agen antibakteri, dan agen
 Denyut nadi anti menggigil)
radial 5. Tutup pasien dengan
 Tingkat selimut atau pakaian
pernapasan ringan, tergantung pada
 Melaporkan fase demam (yaitu :
kenyamanan suhu memberikan selimut
 Peningkatan suhu hangat untuk fase dingin:
kulit menyediakan pakaian
 Penurunan suhu atau linen tempat tidur
kulit ringan untuk demam dan
 Hipertermia fase bergejolak/flush)
 Hipotermia 6. Dorong konsumsi cairan
 Sakit kepala 7. Fasilitasi istirahat,
 Sakit otot terapkan pembatasan
 Sifat lekas marah aktivitas: jika diperlukan.
 Mengantuk 8. Berikan oksigen yang
 Perubahan warna sesuai
kulit 9. Mandikan pasien dengan
 Otot berkedut spons hangat dengan hati-
 Dehidrasi hati (yaitu berikan untuk
 Kram panas pasien dengan suhu yang
 Stroke panas sangat tinggi, tidak
 Radang dingin memberikannya selama
fase dingin, dan hindari
agar pasien tidak
menggigil)
10. Tingkatkan sirkulasi udara
11. Pantau komplikasi yang
berhubungan dengan
demam serta tanda dan
gejala kondisi penyebab
demam (misalnya kejang,
penurunan tingkat
39

kesadaran, status elektrolit


abnormal,
ketidakseimbangan asam-
basa, aritmia jantung, dan
perubahan abnormalitas
sel)
12. Lembabkan bibir
dan mukosa hidung
yang kering

3 Ketidakefektifan NOC NIC:


bersihan jalan
nafas.  Status pernapasan : Manajemen jalan nafas
kepatenan jalan 1. Buka jalan nafas
Definisi: nafas dengan teknik chin lift
Ketidakmampuan Kriteria hasil: atau jaw thrust sebagai
unutk  Frekuensi mana mestinya
membersihkan pernafasan 2. Posisikan pasien untuk
sekresi atau  Irama pernafasan memaksimalkan ventilasi
obstruksi dari  Kedalaman 3. Identivikasi kebutuhan
saluran pernafasan inspirasi aktual/potensi pasien
unutk  Kemampuan untuk memasukan alat
mempertahankan untuk membuka jalan nafas
kebersihan jalan mengeluarkan 4. Lakukan fisioterapi dada,
nafas. sekret sebagaimana mestinya
 Ansietas 5. Buang secret dengan
 Ketakutan memotivasi pasien untuk
 Terdesak melakukan batuk atau
 Suara nafas menyedot lender
tambahan 6. Motovasi pasien untuk
 Pernafasan bernafas pelan, dalam,
cuping hidung berputar dan batuk
 Mendesah 7. Bantu dengan dorongan
 Dispnea spirometer,
saat istirahat sebagaimana mestinya
 Dispnea dengan 8. Auskultasikan bagaimana
aktivitas ringan agar bisa melakukan
 Penggunaan batuk efektif
otot bantu nafas 9. Bantu dengan dorongan
 Batuk spirometer,
 Akumulasi sebagaimana mestinya
sputum 10.Auskultasikan suara nafas,
 Respirasi agonal catat area yang
ventilasinya menurun atau
tidak ada dan adanya suara
tambahan
11.Lakukan penyedotan
melalui endotrakea atau
40

nasotrakea, sebagaimana
mestinya
12.Ajarkan pasien bagaimana
mengunakan inhaler sesuai
resep, sebagimana
mestinya
13.Posisikan untuk
meringankan sesak nafas
14.Monitor status pernafasan
dan oksigenasi,
sebagaimana mestinya

Monitor pernafasan
1. Monitor kecepatan,
irama, kedalaman dan
kesulitan bernafas
2. Monitor suara nafas
tambahan seperti
mengorok atau mengi
3. Monitor pola nafas
(misalnya
bradipneu,takipneu,hiperve
ntilasi pernafasan
kusmaul,pernafasan 1:1,
apneustik, respirasi biot,
dan pola ataxic)
4. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
5. Perkusi torak anterior dan
posterior, dari apeks ke
basis paru, kanan dan kiri
6. Auskultasi suara nafas,
catat area dimana
terjadi penurunan atau
tidak adanya ventilasi
dan keberadaan suara
nafas tambahan
7. Auskultasi suara nafas
setelah tindakan, untuk
dicatat
8. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
9. Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
10.Monitor sekresi pernafasan
pasien
41

11.Monitor keluhan sesak


nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut
12.Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya nebulizer)
4 Gangguan pola NOC NIC
tidur
 Tidur Peningkatan pola tidur
Definisi: 1. tentukan pola
gangguan kualitas Kriteria hasil: tidur/aktivitas
dan kuantitas  Jam tidur pasien pasien
waktu tidur akibat  Jam tidur yang 2. perkirkan tidur/siklus
factor eksternal diobservasi bangun pasien dalam
 Pola tidur perawatan perencanaan
Batasan  Kualitas tidur 3. tentukan efek dari obat
karakteristik:  Efisiensi tidur (yang dikonsumsi) pasien
 Kelelahan:  Tidur rutin terhadap pola tidur
efek yang  Tidur dari awal 4. monitor/catat pola
mengganggu sampai habis di tidur pasien dan jumlah
 Tingkat malam hari jam tidur
kelelahan secara konsisten 5. monitor pola tidur dan
 Penampilan  Perasaan segar catat kondisi fisik
peran setelah tidur (misalnya apnea tidur,
 Mudah sumbatan jalan nafas,
factor yang bangun pada nyeri/ketidaknyamanan
berhubungan saat yang tepat dan frekuensi buang air
:  Tempat tidur yang kecil) dan atau psikologi
 Gangguan nyaman (misalnya, ketakutan atau
gaya hidup  Suhu ruangan kecemasan) keadaan
bagi caregiver yang nyaman yang mengganggu tidur
 Stressor  Hasil 6. anjurkan pasien untuk
caregive Electroencephalo memantau pola tidur
r g ram 7. monitor partisipasi dalam
 Kepuasan  Hasil kegiatan yang
klien: Electromyogram melelahkan selama
lingkungan  Hasil terjaga untuk mencegah
fisik Electro- penat yang berlebihan
 Status oculogram 8. sesuaikan lingkungan
kenyamanan: (misalnya, cahaya,
lingkungan kebisingan, suhu, kasur,
 Tingkat dan tempat tidur) untuk
depresi meningkatkan tidur
9. dorong pasien untuk
menetapkan rutinitas
42

waktu tidur pasien yang


biasa, tanda-tanda sebelum
tidur/alat peraga dan
benda-benda yang lazim
digunakan (misalnya,
untuk anak-anak,
selimut/mainan favorit,
ayunan, dot atau cerita:
untuk orang dewasa, buku-
buku untuk dibaca dan lain
lain), yang sesuai
10.bantu untuk
menghilangkan situasi
stress sebelum tidur
11.monitor makanan sebelum
tidur dan intake minuman
yang dapat
memfasilitasi/mengganggu
tidur
12.anjurkan pasien untuk
menghindari makanan
sebelum tidur dan
minuman yang
mengganggu tidur
13.mulai/terapkan langkah-
langkah kenyamanan
seperti pijat, pemberian
posisi dan sentuhan afektif
14.bantu meningkatkan
jumlah jam tidur, jika
diperlukan.
15.Anjurkan untuk tidur siang
di siang hari, jika
diindikasikan untuk
memenuhi kebutuhan tidur
16.Sesuaikan jadwal
pemberian obat untuk
mendukung tidur/ siklus
bangun pasien

5 Gangguan NOC NIC


pertukaran gas
Respon ventilasi Manajemen jalan nafas
Definisi: mekanik 1. Buka jalan nafas dengan
kelebihan atau teknik chin lift atau jaw
defisit pada kriteria hasil: thrust, sebagaimana
oksigenasi dan  Tingkat mestinya
43

atau eliminasi pernafasan 2. Posisikan pasien untuk


karbondioksida  Irama pernafasan memaksimalkan ventilasi
pada membran  Kedalaman 3. Buang secret dengan
alveolar-kapiler inspirasi memotivasi pasien untuk
 Kapasitas melakukan batuk atau
inspirator menyedot lender
 Volume tidal 4. Motivasi pasien untuk
 Kapasitas vital bernafas pelan , dalam,
 FiO2 (tekanan berputar dan batuk
parsial karbo 5. Intruksikan bagaimana
dioksida dalam agar bisa melakukan
darah arteri) batuk efektif
 Arteri pH 6. Kelola nebulizer
 Saturasi oksigen ultrasonic,
 Perfusi sebagaimana mestinya
jaringan perifer 7. Regulasi asupan cairan
 End tidal untuk optimalkan
karbondioksida keseimbangan cairan
 Tes fungsi 8. Posisikan untuk
paru-paru meringankan sesak nafas
 Hasil sinar x-ray 9. Monitor status pernafasan
pada dada dan oksigenasi,
 Keseimbangan sebagaimana mestinya
ventilasi perfusi
 Gerakan dinding Terapi oksigen
dada asimetris 1. Batasi aktivitas merokok
 Pembesaran 2. Pertahankan kepatenan
dinding dada merokok
asimetris 3. Siapkan peralatan oksigen
 Kesulitan bernafas dan berikan melalui sistem
dengan ventilator humidifier
 Suara napas 4. Monitor aliran oksigen
adventif 5. Monitor posisi perangkat
 Atelektasis (alat) pemberia oksigen
 Kegelisahan 6. Pastikan penggantian
 Kurang istirahat masker oksigen/kanul
 Gangguan nasal setiap kali perangkat
intergritas kulit di diganti
daerah 7. Monitor kemampuan
traekostomi pasien untuk mentolelir
 Hipoksia pengangkatan oksigen
 Infeksi paru ketika makan
 Sekresi pernafasan 8. Amati tanda-tanda
 Kesulitan hipoventilasi
mengutarakan induksi oksigen
kebutuhan 9. Monitor peralatan oksigen
untuk memastikan bahwa
alat tersebut tidak
44

Status pernafasan mengganggu upaya


pertukaran gas pasien untuk bernafas
Kriteria Hasil: 10.Monitor kecemasan pasien
 Tekanan yang berkaitan dengan
parsial kebutuhan mendapatkan
oksigen di terapi oksigen
darah arteri 11.Monitor kerusakan kulit
(PaCO2) terhadap adanya gesekan
 Tekanan perangkat oksigen
parsial 12.Sediakan oksigen ketika
karbondioksid pasien dibawa/dipindahkan
a di darah 13.Konsultasikan kepada
arteri tenaga kesehatan lain
(PaCO2) mengenai penggunaan
 pH arteri oksigen tambahan
 Saturasi selama kegiatan /tidur
oksigen 14.Anjurkan pasien dan
 Tidal keluarga mengenai
karbondioksid penggunaan oksigen
a akhir di rumah
 Hasil rontgen 15.Atur dan ajarkan pasien
dada mengenai penggunaan
 Keseimbanga perangkat oksigen yang
n ventilasi memudahkan mobilitas
dan perfusi
 Dispnea Monitor pernafasan
saat istirahat 1. Monitor suara nafas
 Dispnea tambahan seperti
dengan ngorok atau mengi
aktivitas 2. Kaji perlunya penyedotan
ringan pada jalan nafas dengan
 Perasaan auskultasi suara nafas
kurang ronki di paru
istirahat 3. Auskultasi suara nafas
 Sianosis setelah tindakan, untuk
 Mengantuk dicatat
 Gangguan 4. Monitor hasil pemeriksaan
kesadaran ventilasi mekanik, catat
peningkatan tekanan
inspirasi dan penurunan
volume tidal
5. Monitor peningkatan
kelelahan, kecemasan dan
kekurangan udara pada
pasien
6. Monitor kemampuan batuk
efektif pasien
7. Catat onset, karakteristik
45

dan lamanya batuk


8. Monitor sekresi
pernafasan pasien
9. Monitor keluhan sesak
nafas pasien, termasuk
kegiatan yang
meningkatkan atau
memperburuk sesak nafas
tersebut
10.Berikan bantuan terapi
nafas jika diperlukan
(misalnya, nebulizer)
6 Resiko infeksi NOC NIC

Definisi: Keparahan infeksi Manajemen


mengalami Kriteria hasil: imunisasi/vaksinasi
peningkatan resiko  Menggunakan 1. informasikan kepada
terserang organism teknik relaksasi individu mengenai
patogonik untuk mengurangi imunisasi protektif untuk
kecemasan melawan penyakit yang
 Memonitor durasi tidak diwajibkan oleh
tiap episode cemas undang-undang (misalnya,
 Mempertahankan influenza, pneumokokus,
penampilan peran dan vaksinasi hepatitis B)
 Mempertahankan 2. ajarkan pada
hubungan sosial individu/keluarga
 Mempertahankan mengenai vaksin yang di
konsentrasi perlukan jika ada paparan
 Memantau atau insiden khusus
penyimpangan (misalnya, kolera,
persepsi sensori influenza, plak, rabies,
 Mempertahankan demam rocky mountain,
tidur adekuat smallpox, demam thypoid,
 Memantau tifus, demam kuning dan
manifestasi fisik tuberkulosis)
dari kecemasan 3. identifikasi teknik
 Memantau pemberian imunisasi yang
manifestasi tepat, termasuk pemberian
perilaku dari yang simultan
kecemasan 4. gunakan prinsip 5 benar
 Mengendalikan dalam pemberian obat
respon kecemasan 5. catat riwayat kesehatan
pasien dan riwayat alergi
Keparahan 6. informasikan pada
infeksi: baru lahir keluarga imunisasi mana
Kriteria Hasil: yang diperlukan sebagai
 Ketidakstabilan syarat untuk masuk pra
sekolah, taman kanak-
46

suhu kanak, SMP, SMP


 Hipotermia dan perguruan tinggi
 Takipnea 7. ingatkan individu/keluarga
 Takikardi ketika imunisasinya ada
 Aritmia yang belum dilakukan
 Hipotensi 8. bantu keluarga terkait
 Hipertensi perencanaan keuangan
 Wajah pucat untuk membayar imunisasi
 Kulit berbintik- (misalnya, apakah dibayar
bintik asuransi dan klinik
 Sianosis departemen kesehatan)
 Kulit lembab dan 9. beritahu pada orang tua
dingin untuk memperhatikan
 Muntah tingkat kenyamanan anak
 Diare setelah divaksin
 Distensi abdomen 10.observasi anak selama
 Intoleransi makan beberapa waktu tertentu
 Lethargy setelah pemberian vasksin
 Gelisah 11.jadwalkan imunisasi sesuai
 Kejang tentang waktu yang ada
 Kejang neonates
 Menangis kuat Kontrol Infeksi
 Kulit kemerahan 1. bersihkan lingkungan
 Vasikel yang dengan baik setelah
peermukaannya digunakan untuk
tidak mengeras setiap pasien
 Cairan (luka) 2. ganti peralatan perawatan
berbau busuk per pasien sesuai
 Drainse purulen protocol institusi
 Konjungtivitis 3. isolasi orang yang terkena
 Umbilicus penyakit menular
terinfeksi 4. tempatkan isolasi sesuai
 Kolonisasi kultur tindakan pencegahan
darah yang sesuai
 Kolonasi kultur 5. pertahankan teknik
area luka isolasi yang sesuai
 Kolonisasi kultur 6. batasi jumlah pengunjung
urin 7. ajarkan cara cuci tangan
 Kolonisasi kultur bagi tenaga kesehatan
feses 8. anjurkan pasien
 Infiltrasi x-ray mengenai teknik mencuci
dada tangan dengan tepat
 Kolonisasi kultur 9. anjurkan pengunjung
cairan untuk mencuci tangan
serebrospinal pada saaat memasuki
 Peningkatan dan meninggalkan ruang
pasien
10.gunakan sabun
47

jumlah sel darah antimikroba untuk cuci


putih tangan yang sesuai
 Depresi jumlah sel 11.cuci tangan sebelum dan
darah putih sesudah kegiatan
perawatan pasien
12.pakai sarung tangan
sebagaimana dianjurkan
oleh kebijakan pencegahan
universal/Universal
precautions
13.pakai pakaian ganti atau
jubah saat menangani
bahan-bahan yang
infeksius
14.pakai sarung tangan steril
dengan tepat
15.jaga lingkungan asseptik
yang optimal selama
penusukan di samping
tempat tidur dari saluran
penghubung
16.dorong batuk dan
bernafas dalam yang tepat
17.berikan imunisasi yang
sesuai
18.ajarkan pasien dan anggota
keluarga mengenai
bagaimana menghindari
infeksi
19.promosika persiapan dan
pengawetan makanan yang
aman

Perlindungan infeksi
1. monitor adanya tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
2. monitor kerentanan
terhadap infeksi
3. batasi jumlah pengunjung
yang sesuai
4. hindari kontak dengan
hewan peliharaan dan
penjamu dengan imunitas
yang membahayakan
(immunocompromised)
5. pertahankan asepsis untuk
pasieen beresiko
48

6. pertahankan teknik-teknik
isolasi yang sesuai
7. tingkatkan asupan
nutrisi yang cukup
8. anjurkan asupan
cairan dengan tepat
9. anjurkan istirahan
10.anjurkan pernapasan dalam
dan batuk dengan tepat
11.berikan agen imunisasi
dengan tepat
12.instruksikan pasien untuk
minum antibiotic yang
diresepkan
13.ajarkan pasien dan
keluarga mengenai tanda
dan gejala infeksi dan
kapan harus
melaporkannya kepada
pemberi layanan kesehatan
14.ajarkan pasien dan anggota
keluarga bagaimana cara
menghindari infeksi
15.berikan ruang pribadi
yang di perlukan

7 NOC NIC
Ketidakseimbanga Status nutrisi:
n nutrisi kurang asupan makanan Manajemen
dari kebutuhan dan cairan Gangguan Makan
Definisi: asupan Kriteria hasil: 1. Tentukan pencapaian
 Asupan makanan berat badan harian
nutrisi tidak cukup secara oral sesuai keinginan
untuk memenuhi  Asupan makanan 2. Ajarkan dan dukung
kebutuhan secara tube konsep nutrisi yang
metabolik feeding baik dengan klien
 Asupan cairan (dan orang terdekat
secara oral klien dengan tepat)
3. Dorong klien untuk
 Asupan cairan
mendiskusikan
intravena
makanan yang
 Asupan nutrisi
disukai bersama
parenteral dengan ahli gizi
4. Timbang berat
badan klien secara
secara rutin (pada
hari yang sama dan
setelah BAB/BAK)
49

5. Monitor intake/asupan
dan asupan cairan
secara tepat
6. Monitor asupan kalori
makanan harian
7. Dorong klien untuk
memonitor sendiri
asupan makanan
harian dan
menimbang berat
badan secara tepat
8. Batasi makanan sesuai
dengan jadwal,
makanan pembuka
dan makanan ringan
9. Monitor perilaku klien
yang berhubungan
dengan pola makan,
penambahan dan
kehilangan berat badan

10. Berikan dukungan


terhadap
peningkatan berat
badan dan perilaku
yang meningkatkan
berat badan
11. Batasi aktivitas fisik
sesuai kebutuhan
untuk meningkatkan
berat badan
12. Beri kesempatan untuk
membatasi pilihan
makanan dan latihan
untuk meningkatkan
berat badan
sebagaimana berat
badan meningkat sesui
sikap yang diinginkan
13. Bantu klien untuk
mengembangkan
harga diri yang
sesui dengan berat
badan yang sehat
14. Monitor berat
badan klien sesuai
secara rutin
50

Manajemen Nutrisi
1. Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan pasien
untuk memenuhi
kebutuhan gizi
2. Identifikasi adanya
alergi atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien
3. Tentukan apa yang
menjadi preferensi
makanan bagi pasien
4. Atur diet yang
diperlukan (yaitu,
menyediakan
makanan protein
tinggi, menyarankan
menggunakan bumbu
dan rempah-rempah
sebagai alternative
untuk garam,
menyediakan
pengganti gula,
menambah atau
mengurangi kalori,
menambah atau
mengurangi vitamin,
minerat atau
suplemen)
5. Ciptakan lingkungan
yang optimal pada
saat mengkonsumsi
makan (misalnya,
bersih, berventilasi,
santai dan bebas dari
bau yang menyengat)
6. Lakukan atau bantu
pasien terkait dengan
perawatan mulut
sebelum makan
7. Beri obat-obatan
sebelum makan
(misalnya, penghilang
rasa sakit, antimetik)
jika diperlukan

Bantuan peningkatan berat


51

badan
1. Monitor mual muntah
2. Kaji penyebab mual
muntah dan tangani
dengan tepat
3. Monitor asupan kalori
setiap hari
4. Dukung peningkatan
asupan kalori
5. Kaji makanan kesukaan
pasien baik itu kesukaan
pribadi atau yang di
anjurkan budaya dan
agama
6. Berikan istirahat yang
cukup
7. Lakukan perawatan mulut
sebelum makan
8. Ciptakan lingkungan yang
menyenangkan dan
menenangkan
9. Sajikan makanan dengan
menarik
10. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
persepsi atau faktor
penghambat kemampuan
atau keinginan untuk
makan
11. Ajarkan pasien dan
keluarga merencanakan
makan
12. Sediakan suplemen
makanan jika diperlukan
13. Ciptakan suasana sosial
yang tepat untuk makan
52

2.4.4 Tahap Perencanaan Keperawatan Keluarga

Rencana keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang


direncanakan perawat untuk dilaksanakan dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang telah diidentifikasi.
2.4.4.1 Hal yang diperlukan dalam mengembangkan keperawatan keluarga, yaitu:
1. Rencana keperawatan harus didasarkan atas analisis yang menyeluruh
tentang masalah atau situasi keluarga.
2. Rencana yang baik harus realistis.
3. Rencana keperawatan harus sesuai dengan tujuan dan falsafah iinstansi
kesehatan.
4. Rencana keperawatan dibuat bersama keluarga, sesuai dengan prinsip yaitu
perawat harus bekerja sama dengan keluarga.
5. Rencana asuhan keperawatan dibuat secara tertulis. Dengan membuat asuhan
keperawatan tertulis akan membentuk mengevaluasi perkembangan masalah
keluarga.
2.4.4.2 Langkah-langkah mengembangan rencana asuhan keperawatan keluarga :
1. Menentukan sasaran
Sasaran di tentukan bersama keluarga, jika keluarga mengerti dan menerima
saran diharapkan keluarga ikut berpartisipasi dalam mencapai secara aktif.
2. Menentukan tujuan dan objektif
Objektif yaitu pernyataan yang spesifik, berisi tentang hasil yang di
harapkan dari asuhan keperawatan yang dilakukan. Cirinya yaitu dapat
diukur, dapat dicapai, realistis, dan ada batas waktu.
3. Menentukan tindakan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan.
Tindakan yang dipilih bergantung pada sifat masalah dan sumber yang
tersedia untuk memecahkan masalah. Yujuannya untuk mengurangi sebab
yang menimbulkan sanggupan keluarga untuk melakukan tugas-tugas
keperawatan.
4. Menentukan kriteria dan standar kriteria.
Kriteria merupakan indikator yang digunakan sedangkan standar
menunjukan tingkat penampilan yang diinginkan.
53

2.4.5 Tahap Pelaksanaan Keperawatan Keluarga

Pelaksanaan merupakan suatu proses dari keperawatan keluarga dimana


peran perawat untuk membangkitkan minat keluarga untuk berperilaku hidup
sehat. Fungsi perawat juga untuk mengembangkan potensi yang ada sehingga
keluarga mempunyai rasa kepercayaan diri dan mandiri dalam menyelesaikan
masalah.
2.4.5.1 Tindakan keperawatan keluarga mencangkup hal-hal sebagai berikut :
1. Penerimaan keluarga untuk keutuhan kesehatan seperti memberikan
informasi kesehatan, mengidentifikasi kebutuhan, dan harapan tentang
kesehatan serta melakukan emosi yang sehat terhadap masalah.
2. Menstimulus keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan
mengidentifikasikan konsekuensi untuk tidak melakukan tindakan, sumber-
sumber yang dimiliki keluarga dan mendiskusikan konsekuensi setiap
tindakan.
3. Memberikan kepercayaan diri pada anggota keluarga untuk merawat anggota
keluargannya yang sakit dengan cara mendiskusikan dengan perawat untuk
menggunakan alat dan fasilitas kesehatan yang ada di rumah.
4. Membantu keluarga untuk membangun lingkungan yang sehat serta mencari
sumber yang dapat digunakan keluarga untuk merubah lingkungannya.
5. Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan dengan cara
mengenalkan fasilitas yang ada dilingkungan keluarga tersebut.
2.4.5.2 Faktor penghambat keluarga untuk bekerja sama melakukan tindakan
kesehatan yaitu :
1. Kurangnya informasi, informasi yang tidak jelas atau keliru terhadap
informasi pada keluarga.
2. Informasi yang tidak lengkap sehingga keluarga hanya melihat sebagian
masalahnya saja.
3. Keluarga tidak dapat mengkaitkan antara informasi yang di terima dengan
situasi.
4. Keluarga tidak mau menghadapi situasi
5. Anggota tidak mau melawan tekanan dari keluarga maupun dari sosial.
6. Keluarga mempertahankan suatu pola tingkah laku.
54

7. Keuarga gagal mengkaitkan tindakan dengan sasaran.


8. Kurangnya kepercayaan terhadap tindakan yang diusulkan perawat.
2.4.6 Tahap Evaluasi
Langkah-langkah yang harus di evaluasi baik induvidu maupun keluarga adalah :
1. Tentukan masalah yang dihadapi keluarga dan bagaimana keluarga
menghadapi masalah tersebut.
2. Tentukan bagaimana rumusan tujuan perawatan yang akan di capai.
3. Tentukan kriteria dan standar untuk evaluasi.
4. Tentukan metode atau teknik evaluasi yang sesuai di sertai sumber-sumber data
yang diperlukan.
5. Bandingkan keadaan yang sesudah perawatan dengan kriteria dan standar
untuk evaluasi.
6. Identifikasi penyebab yang tidak optimal atau pelaksanaan yang kurang
memuaskan.
7. Perbaiki tujuan kedepannya bila tujuan yang sekarang tidak berhasil atau
kurang memuaskan.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Rencana Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan
metode pendekatan studi kasus. Studi kasus adalah penelitian yang dillakukan
dengan meneliti suatu permasalahan yang terdiri dari unit tunggal dengan pokok
pertanyaan yang berkenaan dengan “How” atau “Why”. Studi kasus ini bertujuan
untuk menganalisis asuhan keperawatan pada pasien Tuberkulosis paru dengan
masalah defisiensi pengetahuan tentang penyakit Tuberculosis Paru di wilayah
kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

3.2 Subjek Studi Kasus


Subyek penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah
keluarga yang di dalamnya terdapat individu dengan kasus yang diteliti secara
rinci dan mendalam. Adapun subyek penelitian yang diteliti dalam studi kasus ini
minimal berjumlah 2 kasus dengan masalah keperawatan yang sama, yaitu
masalah defisiensi pengetahuan tentang tuberculosis paru.

3.3 Fokus Studi


Fokus studi pada studi kasus ini ialah asuhan keperawatan keluarga pada
pasien Tuberkulosis paru dengan masalah defisiensi pengetahuan tentang
Tuberculosis paru di Wilayah kerja Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang.

3.4 Definisi Operasional


Adapun definisi operasional pada studi kasus ini ialah:
1. Pasien tuberculosis paru adalah pasien yang terinfeksi bakteri
Mycobacterium berdasarkan diagnose dari puskesmas dan tercatat dalam
daftar.
2. Defisiensi pengetahuan Tuberculosis paru adalah keadaan keluarga yang
di dalamnya terdapat penderita Tuberculosis paru, dimana anggota

55
56

keluarga tidak memahami, tidak mengetahui atau kurang pengetahuan


mengenai masalah perawatan maupun pencegahan Tuberculosis paru.
3.5 Lokasi dan Waktu
Lokasi studi kasus ini, yaitu di wilayah Puskesmas Batu 10
Tanjungpinang dan pelaksanaan studi kasus ini dilakukan pada tanggal 19 Juni
2019.

3.6 Pengumpulan Data


3.6.1 Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah :
1. Wawancara
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya langsung kepada kepala
keluarga dan anggota keluarga yang mampu berkomunikasi.
2. Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati
dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang di teliti atau
pengamatan langsung di lapangan terkait asuhan keperawatan keluarga
yang anggota keluarganya menderita tuberculosis paru.
3.6.2 Instrumen Pengumpulan Data
Alat atau instrument pengumpulan data dalam studi kasus ini menggunakan
format pengkajian asuhan keperawatan keluarga.

3.7 Penyajian Data


Teknik penyajian data merupakan cara bagaimana untuk menyajikan
data sebaik-baiknya agar mudah dipahami oleh pembaca (Hidayat, 2007).
Untuk studi kasus ini, data disajikan dalam bentuk tabel dan narasi dan dapat
disertai dengan tulisan ungkapan verbal dari pasien Tuberkulosis paru.

3.8 Etika Studi Kasus


Masalah etika dalam keperawatan merupakan masalah yang sangat
penting dalam penelitian, mengingat penelitian keperawatan akan
berhubungan langsung dengan manusia, makan segi etika penelitian harus
57

diperhatikan karena manusia mempunyai hak asasi dalam kegiatan penelitian.


Masalah etika yang harus diperhatikan ialah sebagai berikut:
1. Lembar Persetujuan (informed consent)
Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti
dan responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan. Informed
consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan
informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan
penelitian, mengetahui dampaknya.
2. Tanpa Nama (Anomity)
Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan
jaminan dalam menggunakan subjek penelitian dengan cara tidak
memberikan atau tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat
ukur dan hanya menuliskan kode pada lembarr pengumpulan atau hasil
penelitian yang akan disajikan.
3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Masalah keperawatan merupakan masalah etika dengan
memberikan jaminan dalam keberhasilan hasil penelitian, baik informasi
yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh penelit, hanya
kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.
BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Puskesmas Batu 10


Puskesmas Batu 10 merupakan salah satu dari 5 Puskesmas yang ada di
wilayah Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau. Lokasi Puskesmas Batu 10 sangat
strategis, terletak di Jalan raya Adi Sucipto (Depan Hotel Comfort) Kelurahan Pinang
Kencana Kecamatan Tanjungpinang Timur. Wilayahkmkerja Puskesmas Batu 10
meliputi dua Kelurahan dengan luas wilayah kerja 36 , yaitu Kelurahan Pinang
Kencana dengan jumlah penduduk 28.508 jiwa dan kelurahan Air raja dengan jumlah
13.774 jiwa, total penduduk seluruhnya 42.282 jiwa.
Puskesmas Batu 10 merupakan perangkat pemerintah daerah kota
Tanjungpinang yang berdiri pada tahun 1980, dan berdasarkan informasi petugas
administrasi puskesmas Batu 10 memiliki 60 staff, yang terdiri dari perawat 28 orang,
bidan 11 orang, dokter 8 orang, farmasi 3 orang dan 10 orang lainnya sebagai tenaga
administrasi.
Kegiatan Puskesmas Batu 10 terdiri dari kegiatan di dalam gedung, sebagai
rawat jalan di laksanakan dalam 2 shift mulai dari Pukul 07.30 WIB sampai Pukul
20.00 WIB. Sementara kegiatan di luar gedung merupakan kegiatan yang melibatkan
peran serta masyarakat dan asuhan keperawatan keluarga.

Puskesmas Batu 10 merupakan lahan praktik bagi Mahasiswa keperawatan


dan kebidanan dari beberapa Institusi pendidikan salah satu diantaranya adalah
sebagai lahan praktik mahasiswa D III keperawatan Poltekkes Tanjungpinang.

58
59

4.2 Asuhan Keperawatan Keluarga


4.2.1 Pengkajian
Tabel 4.1
Gambaran hasil pengkajian data umum keluarga responden
No Data Umum Keluarga Tn M Keluarga Tn I
1 Nama Kepala Tn.M Tn.I
Keluarga Berusia 48 tahun. Berusia 73 tahun.

2 Alamat Dan Telepon Jl.Suka Ramai KM 12 No 69 Perumahan Hangtuah KM


Tanjungpinang 12 Blok J1 No 5
No Hp 087742222790 Tanjungpinang
No Hp 089521202049

3 Pekerjaan Kepala Swasta, yaitu sebagai Sebagai pensiunan PNS


Keluarga pendagang sate di Bintan
Center.

4 Pendidikan Kepala Sekolah Dasar (SD) S1


Keluarga
5 Komposisi Keluarga Terdiri dari Tn. M sebagai Terdiri dari Tn.I sebagai
kepala keluarga sekaligus kepala keluarga sekaligus
Ayah, Ny. S sebagai istri sebagai kakek, Ny.J sebagai
sekaligus Ibu serta Nn. M dan seorang istri sekaligus
An. R sebagai Anak kandung. sebagai nenek dan Nn.C
sebagai cucu dari anak no 2.
6 Tipe Keluarga Tipe keluarga Tn.M Tipe keluarga Tn.I
merupakan tipe keluarga merupakan tipe keluarga
Nuclear Family ( Keluarga Inti Extended Family (keluarga
) yang terdiri dari Tn.M besar) yang terdiri dari Tn.I
sebagai seorang ayah, Ny.S sebagai kepala keluarga juga
sebagai seorang istri dan ibu, sebagai kakek, dan Ny.J
serta Nn.M dan An.R sebagai sebagai ibu rumah tangga
seorang anak. juga sebagai nenek serta
Nn.C sebagai cucu.4
7 Suku Bangsa Tn. M dan Ny. S berasal dari Tn.I berasal dari suku
suku Madura, keduanya Palembang dan Ny.J berasal
berkebangsaan Indonesia. dari suku Melayu asli
Tanjungpinang, keduanya
berkebangsaan Indonesia.
8 Agama Tn.M dan Ny.S serta kedua Tn.I dan Ny.J serta Nn.C
anaknya beragama Islam. beragama agama Islam.
9 Status Sosial Sumber penghasilan keluarga Sumber penghasilan
Ekonomi Keluarga Tn.M berasal dari Tn.M yang keluarga Tn.I berasal dari
60

bekerja sebagai pedagang Sate uang pensiun


di Bintan Center. Penghasilan yang berjumlah ±
yang didapatkan ± Rp. 2.000.000/bulan Dan juga
2.000.000 / bulan. Dari penghasilan Nn.C sebagai
penghasilan tersebut, keluarga karyawan toko yang
Tn.M merasa tidak tercukupi berjumlah ±
untuk memenuhi 1.000.000/bulan. Dari
kebutuhannya. penghasilan tersebut
keluarga Tn.I merasa
tercukupi untuk kebutuhan
sehari-harinya.
10 Aktivitas Rekreasi Aktivitas rekreasi yang Aktivitas rekreasi yang
Keluarga dilakukan oleh Keluarga Tn.M dilakukan oleh keluarga
berkumpul bersama di rumah, Tn.I yaitu sekali-kali
menonton televisi, akan tetapi berlibur ke pantai Trikora,
Ny.S istirahat dan tidur bila ada perkumpulan
didalam kamar, sesekali Ny.S seperti pengajian,arisan
mengobrol di warung tempat ia serta acara majelis taklim
belanja di depan rumahnya. Ny.J dan Nn.C sering
menghadirinya untuk
mengisi waktu senggang.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat disimpulkan bahwa Tn.M berusia 48 tahun yaitu
usia produktif untuk bekerja, sedangkan Tn.I berusia 73 tahun yaitu usia lansia.
Pendidikan terakhir Tn.M yaitu SD yang bekerja sebagai pedagang sate, sedangkan
Tn.I pendidikan terakhirnya S1 yang sekarang pensiunan PNS. Penghasilan keluarga
Tn.M sebagai penjual sate setiap bulannya berkisar ± 2.000.000,00, Tn.M
mengatakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Penghasilan
Keluarga Tn.I dari uang pensiunan di tambah dengan uang gaji Nn.C perbulannya
berkisar ± 3.000.000,00, Keluarga Tn.I mengatakan tercukupi untuk kebutuhan
sehari-harinya.
61

Tabel 4.2
Gambaran status imunisasi keluarga

No Hubungan dengan Keluarga Tn.I


kepala keluarga Keluarga Tn.M

1 Kepala keluarga Tidak lengkap Tidak lengkap

2 Istri Tidak lengkap Tidak lengkap

3 Anak 2 orang anak lengkap -

4 Cucu - Lengkap

Berdasarkan Tabel 4.2 dapat disimpulkan bahwa status imunisasi keluarga


Tn.M yaitu kedua orang tua tidak lengkap, sedangkan kedua anaknya lengkap. Sama
dengan keluarga Tn.I, kakek dan nenek tidak lengkap, sedangkan cucunya lengkap.
62

Gambar 4.1
Genogram Keluarga Tn. M

Gambar 4.2
Genogram Keluarga Tn I

Ket :
Laki-laki Anak kandung

Perempuan Tinggal serumah

Klien
Menikah
63

Tabel 4.3
Gambaran Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga Responden

No Riwayat tahap
perkembangan Keluarga Tn.M Keluarga Tn I
keluarga
1 Tahap perkembangan Tahap perkembangan Tahap perkembangan
keluarga saat ini keluarga Tn. M saat ini keluarga Tn.I saat ini adalah
adalah Lauching Center Families With Teenagers
Families (keluarga usia (keluarga usia remaja) karena
dewasa) karena anak pertama cucu pertama Tn.I berusia 20
Tn.M sudah berusia dewasa tahun.
yaitu 25 tahun.
2 Tahap perkembangan Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan
keluarga yang belum agar Nn.M bisa segera bahwa keluarganya ingin
terpenuhi sembuh serta Tn.M dan Ny.S untuk Nn.C melanjutkan
bisa menabung untuk bekal pendidikan ke jenjang kuliah
masa depan Nn.M dan An.R namun terkendala dengan
agar bisa menyekolahkan biaya dan keluarga Tn.I
keduanya ke jenjang yang menginginkan agar Ny.J dan
lebih tinggi lagi. Nn.C sembuh dari
penyakitnya yaitu Hipertensi
dan TB Paru.
3 Riwayat keluarga Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan
bahwa di dalam keluarganya bahwa di dalam keluarganya
yaitu Tn.M menderita asma istrinya yaitu Ny.J menderita
bronkial sejak 6 tahun yang penyakit Hipertensi. Ny.j
lalu hingga sekarang, Tn.M sudah sekitaran 10 tahun
berobat ke dokter umum terakhir menderita penyakit
praktek swasta di daerah KM Hipertensi, Ny.J sampai
2 ketika asmanya kambuh dan sekarang masih
tidak bisa ditangani dirumah . mengkonsumsi obat jika
Sementara Ny.S menderita kepalanya terasa pusing.
penyakit Hipertensi sejak
kehamilan anak terakhir
(An.R) seusia kehamilan 9
bulan, Ny.S jika merasa
pusing berat, hanya membeli
obat di warung saja, Ny.S
juga jarang memeriksakan
kesehatannya.
4 Riwayat keluarga Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan di
sebelumnya sebelumnya di keluarganya sebelumnya di keluarganya
tidak ada yang menderita sebelumnya tidak ada yang
penyakit seperti Nn.M. menderita penyakit seperti
Nn.C.
64

Berdasarkan tabel 4.3 dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.M merupakan


keluarga usia dewasa ditandai dengan anak pertamanya yang sudah berusia 25 tahun
sedangkan keluarga Tn.I merupakan keluarga usia remaja ditandai dengan cucunya
yang berusia 20 tahun. Di keluarga Tn.M yang menderita Tuberkulosis Paru adalah
Nn.M dan keluarga Tn.M berharap agar Nn.M segera sembuh serta Tn.M bisa
menabung dari hasil jualannya untuk menyekolahkan kedua anaknya ke jenjang yang
lebih tinggi lagi. Hampir sama dengan keluarga Tn.M, keluarga Tn.I juga berharap
agar Ny.J segera sembuh dari penyakit hipertensi juga Nn.C segera sembuh dari
penyakit Tuberkulosis paru nya dan keluarga Tn.I berharap Nn.C bisa melanjutkan
pendidikan ke jenjang kuliah. Selain Nn.M yang menderita penyakit TBC, dikeluarga
Tn.M yaitu Tn.M sendiri menderita katarak di mata sebelah kanan sudah 6 tahun
terakhir sedangkan Ny.S menderita hipertensi sejak kehamilan anak terakhirnya yaitu
8 tahun terakhir. Sama halnya dengan keluarga Tn.M, Keluarga Tn.I selain Nn.C
yang menderita penyakit TBC Ny.J juga menderita penyakit hipertensi yang
dideritanya sejak 10 tahun terakhir.
65

Tabel 4.4
Gambaran Karakteristik Lingkungan Keluarga Responden
No Lingkungan Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I
1 Karakteristik rumah Rumah keluarga Tn.M Rumah keluarga Tn.I
merupakan rumah milik merupakan rumah pribadi,
pribadi dengan luas rumah dengan luas rumah sebesar 5
sebesar 5 X 16. rumah X 15 . rumah keluarga Tn.I
keluarga Tn.M merupakan merupakan rumah
rumah permanen, lantai permanen, lantai rumah
rumah terbuat dari semen, terbuat dari semen dan
dinding rumah terbuat dari keramik, dinding rumah
batu bata dan semen tidak di terbuat dari batu bata dan
warnai,didalam rumah semen, di warnai merah
Keluarga Tn.M terdapat 1 muda serta di lingkari pagar
ruang tamu bergabung berwarna hitam, didalam
dengan ruang keluarga,3 rumah keluarga Tn.I
kamar tidur, 1 dapur didalam terdapat 2 ruang tamu, 2
dapur terdapat sumur, serta 1 kamar, 1 ruang keluarga, 1
kamar mandi dengan jamban dapur dan 1 kamar mandi.
yang terletak jauh kebawah. Jenis jamban yang
Jenis jamban yang digunakan keluarga Tn.I
digunakan krluarga Tn.M yaitu closet jongkok,
yaitu closet jongkok, jarak sumber air keluarga Tn.I
sumur ke septitank <10 m yaitu dari sumur pribadi
tetapi letak septitank yang airnya jernih tidak
menjorok ke tanah bawah berbau dan tidak berasa,
sedangkan sumur di tanah jarak sumur ke septitank
bagian atas, sumber air yang >10m, penerangan dalam
digunakan keluarga Tn.M rumah keluarga Tn.I kurang
berasal dari sumur milik karena di dalam rumah
pribadi yang airnya jernih hanya terdapat dua jendela
tidak berbau juga tidak di ruang tamu pertama serta
berasa, penerangan di dalam kamar pertama yang jendela
rumah keluarga Tn.M maupun gordennya jarang
kurang, terdapat 2 pintu di dibuka sehingga cahaya
ruang tamu dan ruang matahari tidak masuk ke
keluarga yang jarang dibuka, dalam rumah, selain itu
1 jendela di kamar 1 dan 3 jumlah ventilasi dirumah
yang jarang dibuka dan keluarga Tn.I hanya terdapat
kamar ke 2 tidak terdapat di belakang rumah yaitu di
jendela, masing-masing dapur dan di kamar mandi
ruangan terdapat ventilasi saja, keluarga Tn.I
namun tidak memadahi. membuang sampah dengan
66

cara di buang ke
tempat penampungan
sampah terdekat.

2 Karakteristik Tetangga Dilingkungan keluarga Dilingkungan keluarga


dan Komunitas RT Tn.M, masyarakatnya Tn.I menganut adat istiadat
menganut adat istiadat campuran dari masing-
campuran dari masing– masing daerah. Keluarga
masing daerah. Keluarga Tn.I sering berbaur dengan
Tn.M jarang berbincang tetangga terutama Ny.J dan
dengan tetangga. Ny.S Nn.C dikarenakan mereka
mengatakan hanya bertegur sering ngobrol dengan
sapa saja saat bertemu tetangga-tetangga dan juga
dengan tetangganya Ny.S sering ikut kumpulan
tidak suka mengunjungi masyarakat seperti acara
rumah-rumah tetangganya, pengajian dan sebagainya.
hanya saja Ny.S berbincang
dengan tetangga ketika tak
sengaja bertemu diwarung
ketika berbelanja. Tn.M
mengatakan komunitas
bermasyarakat kurang baik
dikarenakan jika ada anggota
keluarga yang sakit atau ada
acara seperti pengajian dan
lain sebagainya keluarga
Tn.M dan keluarga lainnya
tidak di beritahu oleh tokoh
masyarakat, keluarga tau
berita itu sendiri melalui
omongan-omongan warga
yang kebetulan juga
mendengarnya dari keluarga
yang lainnya.

3 Mobilitas Geografis Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan


Keluarga sebelumnya tinggal di pindah dari palembang ke
palangkaraya Kalimantan Tanjungpinang pada tahun
tengah pada tahun 2003 1968, sedangkan Ny.J
keluarga Tn.M pindah ke lahir hingga sekarang
Tanjungpinang tepatnya tinggal di Tanjungpinang.
mengontrak di perumahan Keluarga Tn.I sekarang
Pinang Kencana 1 selama 9 menempati rumah milik
tahun, 2 bulan keluarga pribadi dari tahun 2003
Tn.M mengontrak di rumah sampai sekarang.
depan rumah keluarga Tn.M
yang sekarang, 5 tahun
mengontrak di rumah
67

samping rumah keluarga


Tn.M yang sekarang dan
baru 3 bulan keluarga Tn.M
menempati rumah pribadi
yang ditempatinya sekarang.
Keluarga mempunyai 2
kendaraan sepeda motor
untuk keperluan berpergian
jauh dari rumah seperti ke
pasar dan lain sebagainya.
4 Perkumpulan Keluarga Keluarga Tn.M berperan Tn.I sebagai anggota
dan Interaksi Dengan sebagai masyarakat dan tidak bermasyarakat terus
Masyarakat terlalu membaur dengan berdiam diri didalam
masyarakat lainnya, keluarga rumah atau tidak terlalu
Tn.M saling membantu jika membaur dengan tetangga
ada tetangga yang membutuh yang lain kecuali jika ada
kan dan berpartisispasi perkumpulan seperti
dalam kegiatan yang kenduri. Ny.J dan Nn.C
dilakukan oleh masyarakat sering berbaur dengan
jika mendapatkan undangan tetangga sekitar rumah dan
dari yang bersangkutan atau selalu ikut perkumpulan
dari tokoh masyarakat. masyarakat seperti
pengajian dan sebagainya.
5 Sistem Pendukung Keluarga Tn.M memiliki Keluarga Tn.I memiliki
Keluarga kartu berobat geratis yaitu kartu berobat geratis yaitu
BPJS, selain itu di daerah BPJS, selain itu di daerah
perumahan keluarga Tn.M perumahan keluarga Tn.I
tinggal terdapat praktek tinggal terdapat praktek
dokter swasta kebetulan juga dokter yang kebetulan
tidak terlalu jauh dengan tidak terlalu jauh dengan
puskesmas. puskesmas.

Berdasarkan tabel 4.4 dapat disimpulkan bahwa penerangan di dalam rumah


keluarga Tn.M sama dengan keluarga Tn.I yaitu pencahayaan kurang dikarenakan ada
yang tidak terdapat jendela di beberapa ruangan, meskipun terdapat jendela di
beberapa ruangan jendela tersebut jarang sekali di buka, selain itu pintu di dalam
rumah keluarga Tn.M dan Tn.I juga jarang dibuka. Di dalam rumah keluarga Tn.M
terdapat ventilasi di setiap ruangan,tetapi cahaya yang masuk kurang sedangkan di
dalam rumah keluarga Tn.I terdapat ventilasi yang hanya terdapat di dapur dan di
kamar mandi saja. Keluarga Tn.M tidak suka untuk berbaur dengan tetangga-
tetangganya juga tidak suka ikut perkumpulan komunitas, istri Tn.M yaitu Ny.S
berbincang-bincang dengan tetangga jika bertemu di warung saja. Berbeda dengan
68

keluarga Tn.M, keluarga Tn.I sangat sering berbaur dengan tetangga-tetangganya,


keluarga Tn.I juga aktif dalam acara perkumpulan komunitas seperti kenduri,
pengajian dan lain sebagainya.

Gambar 4.3
Denah Rumah keluarga Tn.M
Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I

wc
WC dapur

dapur R. Tv K. 2

K.3 K.2 15 m
(K. klien) R. tamu 2
R. tamu 1
R. Tv 16 m k. 1

R. Tamu k.1 5m

5m

Berdasarkan gambar 4.3 dapat disimpulkan bahwa pencahayaan dirumah


keluarga Tn.M dan keluarga Tn.I kurang. Rumah keluarga Tn.M terdapat jendela dan
ventilasi di setiap ruangan ,akan tetapi disetiap jendela ditutup dengan menggunakan
spanduk bekas karena belum ada kacanya sehingga jendela tersebut tidak dibuka.
Cahaya yang masuk melalui ventilasi juga sangat kurang, termasuk di kamar tidur
Nn.M. Rumah keluarga Tn.I juga sama, jendela yang hanya terdapat di ruang tamu
pertama dan kamar pertama serta ventilasi yang hanya terdapat di dapur dan wc saja,
sedangkan dikamar Nn.C sama sekali tidak terdapat jendela ataupun ventilasi.
69

Tabel 4.5
Struktur Keluarga

No Struktur keluarga Keluarga Tn M Keluarga Tn I


1 Pola Komunikasi Komunikasi yang digunakan Komunikasi yang digunakan
Keluarga oleh keluarga Tn.M adalah oleh keluarga Tn.M adalah
komunikasi yang jujur dan komunikasi yang jujur dan
saling terbuka. Bahasa yang saling terbuka. Bahasa yang
digunakan untuk sehari-hari digunakan untuk sehari-hari
adalah bahasa indonesia. adalah bahasa indonesia.
2 Struktur Kekuatan Jika ada masalah dalam Dalam membuat keputusan
Keluarga keluarga, keluarga Tn.M didalam keluarga Tn.I
berusaha untuk selalu dibicarakan terlebih
mengatasinya, misalnya dahulu terutama dengan
pengeluaran uang untuk Ny.J sebagai istri sekaligus
kebutuhan sehari-hari, seorang nenek, tetapi Tn.I
anggota keluarga yang sakit adalah sebagai kepala
dan anggota keluarga saling keluarga sekaligus seorang
menyayangi dan membantu kakek juga sebagai
satu sama lain. pengambil keputusan dalam
keluarga.
3 Struktur peran (formal A). Tn.M memiliki peran A). Tn.I memiliki peran
dan informal) sebagai kepala keluarga dan sebagai kepala keluarga dan
mencari nafkah di rumah. juga sebagai pemberi
Jika terdapat masalah di nafkah yang berasal dari
dalam keluarga akan uang pensiunan. Jika
dirundingkan bersam terdapat masalah dan
anggota keluarga lainnya pengambil keputusan
untuk memecahkan masalah dirumah Tn.I selalu yang
tersebut agar mendapatkan mengambil tindakan melalui
jalan keluar dari setiap musyawarah antar anggota
masalah. keluarga.
B). Ny.S memiliki peran
B). Ny.J memiliki peran
sebagai seorang istri dan sebagai istri dan juga
sebagai Ibu Rumah Tangga seorang nenek serta ibu
yang mengatur urusan dalam rumah tangga yang
rumah tangga memberikan mengatur segala urusan
keharmonisan dan kasih di dalam rumah, dan juga
sayang pada anak– anak, memberikan kasih saying
serta merawat anggota kepada anggota keluarga
keluarganya bila ada yang yang lainnya.
sakit.
C). Nn. M merupakan anak C). Nn.C memiliki peran
sebagai seorang cucu yang
ke-4 Tn.M dan Ny.S. Nn.M tugasnya menolong Ny.J
sebagai anak harus menjadi untuk mengurus pekerjaan
anak yang berbakti dan di dalam rumah dan juga
70

memberikan yang terbaik sebagai pencari nafkah


untuk kedua orang tua nya. di keluarga Tn.I.
D). An.R merupakan anak

ke-5 Tn.M dan Ny.S,


memiliki peran sebagai
anak. Menjadi anak terakhir
haruslah memiliki
kemampuan kesuksesan di
atas sodara-sodaranya yang
lain.
4 Nilai dan Norma Keluarga Tn.M menganut Keluarga Tn.I menganut
Keluarga agama islam dan nilai yang agama islam dan nilai yang
digunakan oleh keluarga digunakan oleh keluarga
Tn.M adalah nilai dan norma Tn.M adalah nilai dan norma
yang di anut dimasyarakat, yang di anut dimasyarakat,
dan hukum agama islam dan hukum agama islam
adalah tuntunan bagi adalah tuntunan bagi keluarga
keluarga Tn.M. Tn.M.

Berdasarkan tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa dalam keluarga Tn.M


maupun keluarga Tn.I masing-masing memiliki peran dalam keluarganya serta
memiliki tanggung jawab sebagai kepala keluarga dan tanggung jawabnya sebagai
anggota keluarga yang dimana dalam keluarga tersebut nilai dan norma agama selalu
diberlakukan sehingga terwujudnya setiap anggota keluarga yang saling
menyayangi,komunikasi saling jujur dan terbuka dalam keluarga tersebut.
71

Tabel 4.6
Fungsi Keluarga
No Fungsi keluarga Keluarga Tn M Keluarga Tn I
1 Fungsi Afektif Keluarga Tn.M merupakan Keluarga Tn.I merupakan
keluarga yang saling keluarga yang saling
mendukung satu sama lain menyayangi satu sama
dalam hal yang positif, lainnya dan Bila mengambil
selain itu keluarga Tn.M keputusan selalu di
memiliki perasaan kasih musyawarahkan terlebih
sayang sesama anggota dahulu dengan anggota
keluarga satu sama lainnya, keluarga lainnya serta
tidak membeda bedakan saling menjaga anggota
anggota keluarganya. keluarga satu sama lain di
usia senjanya.
2 Fungsi Sosial Keluarga Tn.M mampu Keluarga Tn.I mampu
berhubungan baik dengan berhubungan baik dengan
sanak keluarganya dan juga sanak keluarganya dan juga
Dengan tetangganya. Jika dengan tetangganya. Jika ada
ada kegiatan perkumpulan perkumpulan di daerah
seperti acara dirumah rumahnya keluarga Tn.I
keluarga lainnya jika selalu mengikuti
mendapatkan panggilan perkumpulan tersebut, dari
undangan keluarga Tn.M perkumpulan tersebut yang
selalu mengikuti dan juga sering di datangi anggota
mengikuti perkumpulan- keluarga Tn.I yaitu acara
perkumpulan yang diadakan pengajian dan arisan.
oleh tokoh masyarakat
dengan syarat keluarga di
undamg langsung oleh
tokoh masyarakat atau
anggola masyarakat yang
membuat perkumpulan.
3 Fungsi Perawatan Didalam keluarga Tn.M bila Didalam keluarga Tn.I bila
Kesehatan ada yang terserang penyakit ada yang terserang penyakit
anggota keluarga mengenali anggota keluarga mengenali
terlebih dahulu penyakit terlebih dahulu penyakit
tersebut, setelah tau penyakit tersebut, setelah tau penyakit
tersebut jika bisa diatasi tersebut jika bisa diatasi
dengan obat-obatan warung dengan obat-obatan warung
keluarga tidak perlu keluarga tidak perlu
membawa anggota keluarga membawa anggota keluarga
yang terserang penyakit yang terserang penyakit
tersebut ke pelayanan tersebut ke pelayanan
kesehatan. kesehatan.
4 Fungsi Reproduksi Didalam Keluarga Tn.M Didalam Keluarga Tn.I tidak
tidak ada yang memiliki ada yang memiliki gangguan
gangguan kesehatan kesehatan reproduksi.
72

reproduksi. Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I mampu


mampu menjaga kesehatan menjaga kesehatan
reproduksinya. reproduksinya.
5 Fungsi Ekonomi Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan
perekonomian keluarganya perekonomian keluarga nya
tidak cukup untuk cukup untuk memenuhi
memenuhi kebutuhan sehari- kebutuhan sehari – hari
hari dirumah dikarenakan karena dibantu oleh cucunya
penghasilan Tn.M yang Nn.C yang bekerja sebagai
kurang untuk menghidupi pegawai toko yang tak jauh
empat orang anggota dari rumahnya.
keluarga.

Berdasarkan Tabel 4.6 dapat disimpulkan bahwa didalam kehidupan sosialnya


keluarga Tn.M tidak mau mengikuti perkumpulan atau acara di masyarakat jika
keluarga Tn.M tidak diundang secara langsung oleh tokoh masyarakat atau anggota
masyarakat yang membuat perkumpulan atau acara, sedangkan keluarga Tn.I sangat
aktif dalam mengikuti perkumpulan atau acara di masyarakat walaupun di
beritahukannya bukan dari yang membuat perkumpulan atau acara tersebut. Selain
fungsi sosial, fungsi ekonomi keluarga keluarga Tn.M juga mengatakan tidak cukup
untuk menghidupi 4 orang anggota keluarganya termasuk Tn.M sendiri, berbeda
dengan keluarga Tn.M, keluarga Tn.I mengatakan fungsi ekonomi tercukupi untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
73

Tabel 4.7
Stress dan Koping Keluarga
No Stress dan Koping
Keluarga Keluarga Tn M Keluarga Tn I

1 Stressor Jangka Pendek Stressor jangka pendek: Stressor jangka pendek:


Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.M mengatakan
dan Panjang takut jika Nn.M belum juga takut jika Nn.M belum juga
sembuh dari penyakitnya. sembuh dari penyakitnya.

Stressor jangka panjang: Stressor jangka panjang:


Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan
takut jika penyakit yang hawatir jika Nn.C tidak bisa
diderita Nn.M sudah menular kuliah dikarenakan keluarga
ke anggota keluarga lainnya menginginkan Nn.C kuliah
karena pernah tidak tau cara agar seperti Tn.I yaitu S 1.
memodifikasi keadaan rumah
2 Kemampuan Jangka pendek: Jangka pendek:
Keluarga Tn.M selalu berdoa Keluarga Tn.I selalu berdoa
Keluarga Berespon serta memberikan semangat dan memberikan semangat
Terhadap Situasi dan mengingatkan Nn.M untuk sembuh kepada Nn.C.
untuk minum obat agar cepat
sembuh.

Jangka panjang: Jangka panjang:


Keluarga berharap dan Keluarga Tn.I berdoa agar
berdoa agar tidak ada anggota mendapatkan rezeki dari
keluarga yang tertular. Allah agar Nn.C bisa kuliah
Keluarga juga berencana seperti apa yang diharapkan
untuk memeriksakan diri ke keluarga selama ini.
puskesmas.
3 Strategi Koping Yang Keluarga Tn.M mengatakan Keluarga Tn.I mengatakan
bahwa jika ada masalah bahwa jika ada masalah
Digunakan didalam keluarga, maka didalam keluarga, maka
keluarga selalu mendiskusikan keluarga selalu
masalahnya secara bersama– mendiskusikan masalahnya
sama dan Tn.M sebagai kepala secara bersama–sama dan
keluarga yang mengambil Tn.M sebagai kepala
keputusan dari diskusi keluarga yang mengambil
tersebut. keputusan dari diskusi
tersebut.
74

4 Strategi Adaptasi Keluarga Tn.M tidak pernah Keluarga Tn.I tidak pernah
menyelesaikan masalah menyelesaikan masalah
Disfungsional
dengan kekerasan, melainkan dengan kekerasan,
selalu dengan kepala dingin melainkan selalu dengan
sehingga tidak muncul kepala dingin sehingga
perpecahan dalam keluarga. tidak muncul perpecahan
dalam keluarga.

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.M menghadapi


masalah dalam keluarganya dengan cara berdoa dan menyelesaikan masalah tersebut
dengan bermusyawarah kepada setiap anggota keluarganya juga bagaimana cara
merawat Nn.M agar anggota keluarga yang lainnya tidak tertular, sedangkan keluarga
Tn.I selain menghadapi masalah dalam keluarganya dengan cara berdoa dan
menyelesaikan masalah tersebut dengan bermusyawarah kepada setiap anggota
keluarganya, keluarga Tn.I juga menginginkan agar Nn.C melanjutkan pendidikannya
ke jenjang S1 seperti kakeknya.
75

Tabel 4.8
Pola Aktivitas Keluarga
Pola ADK Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I
Pola nutrisi Pola nutrisi keluarga Tn.M Pola nutrisi keluarga Tn.I baik,
baik, yaitu makan 3 X sehari yaitu makan 3 X sehari dan
dan minum dalam jumlah yang minum dalam jumlah yang
terbilang cukup. terbilang cukup.

Pola eliminasi Pola eliminasi keluarga Tn.M Pola eliminasi keluarga Tn.I
tidak ada gangguan, yaitu BAB tidak ada gangguan, yaitu BAB
dan BaK dalam batasan normal. dan BaK dalam batasan normal.

Pola istirahat Pola istirahat keluarga Tn.M Pola istirahat keluarga Tn.I tidak
tidak ada gangguan, yaitu ada gangguan, yaitu dalam
dalam jumlah waktu normal. jumlah waktu normal.

Pola aktivitas Pola aktivitas keluarga Tn.M Pola aktivitas keluarga Tn.I tidak
tidak ada gangguan, yaitu ada gangguan, yaitu dilakukan
dilakukan secara mandiri. secara mandiri.

Berdasarkan tabel 4.8 dapat disimpulkan bahwa pola aktivitas keluarga Tn.M
dan keluarga Tn.I tidak ada masalah atau kedua keluarga dalam keadaan baik.
76

Tabel 4.9
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I

Keadaan umum Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga


dalam kondisi baik. dalam kondisi baik.

TD, nadi, suhu badan, Seluruh anggota keluarga dengan Seluruh anggota keluarga
RR, BB, dan TB. TD normal, kecuali Ny.S dengan TD normal, kecuali
memiliki TD sedikit lebih tinggi Ny.J memiliki TD sedikit
(130/80mmHg). Sementara BB lebih tinggi (140/60mmHg).
Nn.M (40 kg) dibawah standar Sementara BB Nn.C (45 kg)
normal (40 kg/155cm). dibawah standar normal (45
kg/157cm).
Rambut Inspeksi dan Palpasi tidak Inspeksi dan Palpasi tidak
ditemukan masalah pada ditemukan masalah pada
semua anggota keluarga. semua anggota keluarga.

Mata Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga


tidak ada masalah pada mata. tidak ada masalah pada mata.

Hidung Seluruh anggota keluarga tidak Seluruh anggota keluarga tidak


ada masalah pada hidung. ada masalah pada hidung.

Telinga Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga


tidak ada masalah pada telinga tidak ada masalah pada telinga
maupun pendengaran. maupun pendengaran.

Mulut Seluruh anggota keluarga tidak Seluruh anggota keluarga tidak


memiliki gangguan pada mulut. memiliki gangguan pada mulut.

Leher Seluruh anggota keluarga tidak Seluruh anggota keluarga tidak


memiliki gangguan pada leher. memiliki gangguan pada leher
Integument Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga
tidak memiliki gangguan pada tidak memiliki gangguan pada
integument. integument.
Dada/thoraks Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga
tidak memiliki gangguan pada tidak memiliki gangguan pada
dada/thoraks kecuali Tn.M dada/thoraks.
terdengar bunyi tambahan
wheezing pada saat Auskultasi
Abdomen Seluruh anggota keluarga Seluruh anggota keluarga
tidak memiliki gangguan pada tidak memiliki gangguan pada
abdomen. abdomen.

Berdasarkan tabel 4.9 dapat disimpulkan bahwa di keluarga Tn.M dan


keluarga Tn.I ada yang menderita hipertensi yaitu Ny.S (130/80 mmHg) dan Ny.J
77

(140/60 mmHg). Selain itu Tn.M memiliki masalah pada dada/thoraks dikarenakan
Tn..M menderita asma bronkial.
78

Tabel 4.10
Harapan Keluarga
Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I
Keluarga Tn.M mengharapkan agar Keluarga Tn.I mengharapkan agar
penyakit yang diderita Nn.M segera penyakit yang diderita Nn.C segera
sembuh dan keluarga berharap agar tidak sembuh dan keluarga berharap agar tidak
ada lagi anggota keluarga yang memiliki ada lagi anggota keluarga yang memiliki
penyakit yang sama seperti Nn.M. penyakit yang sama seperti Nn.C.

Berdasarkan tabel 4.10 dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.M dan keluarga
Tn.I sama-sama menginginkan anggota keluarganya sembuh dari penyaki
Tuberkulosis Paru.
79

Tabel 4.11
Analisa Data
No Keterangan Keluarga 1 Keluarga 2
1 Data 1. Data subjektif: 1. Data Subjektif:
Keluarga mengatakan Nn.M Keluarga mengatakan Nn.C batuk
sudah 1 bulan batuk tidak sudah satu bulan lebih tidak
sembuh-sembuh, Nn.M sembuh-sembuh, batuk berdahak
mengatakan batuk bercampur tidak disertai darah, badan panas,
dahak dan berdarah, Nn.M berkeringat pada malam hari
mengatakan badannya panas dan disertai mual muntah. Nn.C sudah
berkeringat ketika tidur dimalam minum obat yang dibelinya di
hari, Nn.M sudah berobat namun warung tetapi tidak sembuh-
tidak ada perubahan. Nn.M sembuh, Nn.C memeriksakan
berobat ke puskesmas dan kondisinya ke Puskesmas Batu 10
mendapatkan hasil Laboraturium dan mendapatkan hasil
positif Tuberkulosis paru. Laboraturium positif Tuberkulosis
Keluarga tidak tau cara merawat Paru. Keluarga Tn.I tidak tau cara
anggota keluarga yang mengalami memodifikasi kondisi rumah untuk
penyakit Tuberkulosis Paru agar anggota keluarga yang terkena
tidak menular ke anggota Tuberkulosis Paru.
keluarga lainnya dan kondisi
rumah yang bagaimana untuk 2. Data Objektif:
merawat anggota keluarga dengan -Tn I tamatan S 1 dan Ny J tamatan
Tuberkulosis Paru. SMA
-Tn I dan Ny J termasuk usia lansia
2. Data Objektif: - Hasil pemeriksaan Laboraturium
-Tn M tamatan SD sedangkan positif Tuberkulosis Paru.
Ny S tidak sekolah - pencahayaan di setiap ruangan
-Tn M dan Ny S usia produktif didalam rumah kurang, ventilasi
- Hasil pemeriksaan Laboraturium hanya terdapat di dapur dan
positif Tuberkulosis Paru. kamar mandi serta jendela dan
- keluarga tidak tau cara pintu jarang sekali dibuka.
memodifikasi lingkungan rumah
ditandai dengan pencahayaan
setiap ruangan dalam rumah
kurang, jarangnya jendela dan
pintu dibuka, cahaya matahari
masuk kedalam rumah sangat
kurang sekali lewat ventilasi.
2 Etiologi 1. Ketidakmampuan keluarga 1. Ketidakmampuan keluarga
mengenal masalah mengenal masalah
kesehatan Tuberculosis Paru kesehatan Tuberculosis Paru
3 Masalah 1. Defisiensi Pengetahuan 1. Defisiensi Pengetahuan

Dari Tabel 4.11 dapat disimpulkan bahwa keluarga Tn.M dan Keluarga Tn.I
memiliki perbedaan pada tingkat pendidikan dan usia yang menyebabkan persamaan
keduanya memiliki defisiensi pengetahuan pada penyakit Tuberkulosis paru. Tn M
dan Ny S usia produktif namun rendahnya tingkat pendidikan yang membuat
80

keduanya mengalami defisiensi pengetahuan sedangkan Tn I dan Ny J usia lansia


namun tingginya pendidikan tidak merubah defisiensi pengetahuan Tn I dan Ny J
dikarenakan faktor usia hal ini yang menyebabkan defisiensi pengetahuan pada
keluarga Tn I.
81

Tabel 4.12

Skoring Prioritas Masalah Keluarga Tn.M

1. Defisiensi Pengetahuan keluarga tentang Tuberkulosis Paru


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat Masalah : 3 1 3/3x1=1 Masalah terlihat jelas pada


Tidak/ kurang keadaan rumah keluarga Tn.M
sehat sehingga membuat Nn.M sulit
untuk sembuh.
2 Kemungkinan 2 2 2/2x2=2 Dapat diuban dengan mudah yaitu
masalah dapat dengan melakukan penyuluhan
diubah : memodifikasi rumah untuk
Dengan mudah merawat anggota keluarga yang
terkena TBC.
3 Potensial 3 1 3/3x1=1 Keluarga Tn.M memiliki kemauan
masalah untuk untuk menyelesaikan masalah dan
dicegah : kooperatif dalam menyelesaikan
Tinggi masalah kesehatan pada Nn.M.
4 Menonjolnya 2 1 2/2X1=1 Masalah perlu ditangani segera
masalah : karena resiko penularan pada
Masalah berat, anggota keluarga yang lain dengan
harus segera melakukan pemeriksaan pada
ditangani anggota keluarga yang lain dan
anjurkan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Total : 5

Skoring Prioritas Masalah Keluarga Tn.I

1. Defisiensi Pengetahuan keluarga tentang Tuberkulosis Paru


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran

1 Sifat Masalah : 1 1 1/3x1=1 Masalah terlihat jelas pada


krisis keadaan rumah keluarga Tn.I yang
sangat minim sekali cahaya masuk
karena ventilasi yang hanya
terdapat di dapur dan kamar mandi
serta jendela yang jarang sekali di
buka dan hanya berada di ruang
tamu dan kamar depan saja.
2 Kemungkinan 1 2 1/2x2=1 Hanya sebagian dapat dirubah
masalah dapat karena kesadaran keluarga kurang
diubah : untuk memodifikasi rumah untuk
Hanya Sebagian merawat anggota keluarga yang
terkena TBC.
82

3 Potensial masalah 3 1 3/3x1=1 Keluarga Tn.M tidak memiliki


untuk dicegah : kemauan untuk menyelesaikan
rendah masalah dan kooperatif dalam
menyelesaikan masalah kesehatan
pada Nn.M.
4 Menonjolnya 2 1 2/2X1=1 Masalah perlu ditangani segera
masalah : karena resiko penularan pada
Masalah berat, harus anggota keluarga yang lain dengan
segera ditangani melakukan pemeriksaan pada
anggota keluarga yang lain dan
anjurkan keluarga untuk
memanfaatkan fasilitas kesehatan.
Total : 4
83

4.3 Diagnosa Keperawatan Keluarga Tn.M dan Tn.I

Tabel 4.13
Diagnosa keperawatan
Keluarga Tn.M Keluarga Tn.I
Berdasarkan rumusan prioritas masalah Berdasarkan rumusan prioritas masalah
diatas, maka dapat diketahui prioritas diatas, maka dapat diketahui prioritas
permasalahan yang terjadi pada keluarga permasalahan yang terjadi pada keluarga Tn.I
Tn.M adalah sebagai berikut: adalah sebagai berikut:

1.Defisiensi pengetahuan berhubungan 1. Defisiensi pengetahuan berhubungan


dengan kurangnya pengetahuan keluarga dengan kurangnya pengetahuan keluarga
tentang bagaimana memodifikasi lingkungan tentang bagaimana memodifikasi
untuk angggota keluarga yang terkena TB Paru. lingkungan untuk angggota keluarga
yang terkena TB Paru.

Bersadarkan Tabel 4.13 dapat disimpulakan bahwa keluarga Tn M dan


keluarga Tn I memiliki Diagnosa Keperawatan yang sama yaitu Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang
bagaimana memodifikasi lingkungan untuk angggota keluarga yang terkena TB Paru.
4.4 Rencana Keperawatan Keluarga Tn.T dan Tn.J
Tabel 4.14
Rencana Keperawatan Keluarga Tn.M
Diagnose
No Tujuan & Kriteria Hasil NIC
Keperawatan
1 Defisiensi NOC NIC
pengetahuan  Knowledge: disease process Teacihing: disease process
berhubungan  Knowledge: health behavior 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang penyakit
dengan kurangnya Tuberkulosis Paru.
pengetahuan Kriteria hasil: 2. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian
keluarga tentang 1.Setelah dilakukan tindakan keperawatan penyebab dan gejala Tiberkulosis paru
penyakit selama 25 menit, keluarga Keluarga 3. bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang
Tuberculosis Paru. mampu mengenali masalah Tuberkulosis pengertian penyebab tanda dan gejala
Paru yang di derita Nn.M, meliputi: Tubeerkulosis paru.
- pengertian Tuberkulosis paru 4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang
- penyebab Tuberkulosis paru diberikan.
- tanda dan gejala tuberkulosis

2.setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang akibat jika
selama 25 menit, Tuberkulosis tidak ditangani dengan tepat
- keluarga Tn.M mampu mengambil 2. jelaska pada keluatga akibat bila Tuberkulosis paru
keputusan dengan tindakan yang tepat tidak ditangani dengan tepat
- keluarga Tn.M dapat menjelaskan akibat 3. tanyakan kembali materi yang sudah dijelaskan
dari komplikasi yang tidak di tangani. 4. motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang
tepat guna menangani Tuberkulosis Paru
5. beri reinforcement positif atas keputusan
Keluarga

84
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang cara perawatan
selama 25 menit keluarga Tn.M dapat pasien Tuberkulosis Paru
merawat anggota keluarga yang sakit 2. jelaskan pada keluarga tentang perawatan pasien
dengan Tuberkulosis Paru, meliputi: Tuberkulosis Paru
- dapat menjelaskan cara merawat 3. berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
klien dengan Tuberkulosis paru. 4. tanyakan kembali materi yang sudah diberikan
- dapat mendemostrasikan cara yang 5. mendemonstrasikan cara perawatan pasien
dilakukan untuk merawat klien Tuberkulosis Paru
dengan Tuberkulosis Paru 6. menjelaskan kepada keluarga tentang cara
- dapat memodifikasi rumah dan memodifikasi rumah dan lingkungan rumah
lingkungan rumah untuk penderita 7. beri kesempatan keluarga untuk
Tuberkulosis Paru mendemosnstrasikannya
8. berikan reinforcement positif atas
keterampilan keluarga
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
selama 25 menit, keluarga Tn.M dapat Tuberkulosis Paru
memodifikasi lingkungan yang sehat, 2. jelaskan kepada keluarga pencegahan Tuberkulosis
meliputi: Paru
- Dapat menjelaskan cara pencegahan 3. berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
Tuberkulosis paru yang dapat 4. anyakan kembali hal-hal yang dijelaskan
dilakukan keluarga di rumah. 5. beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
- Memodifikasi rumah untuk anggota 6. praktikan dan laksanakan kebersihan lingkungan
keluarga dengan Tuberkulosis paru
5. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan
selama 25 menit, keluarga mampu yang dapat digunakan untuk berobat hipertensi
memanfaatkan fasilitas kesehatan, 2. jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan
meliputi: yang bisa digunakan
- dapat membawa anggota keluarga yang 3. tanyakan kenbali materi yang sudah dijelaskan
sakit ke fasilitas kesehatan (puskesmas, 4. memotivasi keluarga untuk mengunjungi fasilitas
rumah sakit, praktik dokter). kesehatan yang dipilih
5. beri reinforcement positif atas keputusan
Keluarga

85
Rencana Keperawatan Keluarga Tn.I
Diagnose
No Tujuan & Kriteria Hasil NIC
Keperawatan
1 Defisiensi NOC NIC
pengetahuan  Knowledge: disease process Teacihing: disease process
berhubungan  Knowledge: health behavior 1. Kaji pengetahuan keluarga tentang
dengan kurangnya penyakit Tuberkulosis Paru.
pengetahuan Kriteria hasil: 2. Diskusikan bersama keluarga mengenai pengertian
keluarga tentang 1.Setelah dilakukan tindakan penyebab dan gejala tuberculosis paru
penyakit keperawatan selama 25 menit, keluarga 3. bimbing keluarga untuk menjelaskan ulang
Tuberkulosis Paru Keluarga mampu mengenali masalah pengertian penyebab tanda dan gejala Tubeerkulosis
Tuberkulosis Paru yang di derita Nn.C, paru.
meliputi: 4. Beri reinforcement positif atas jawaban yang
- pengertian Tuberkulosis paru diberikan.
- penyebab Tuberkulosis paru
- tanda dan gejala tuberkulosis
2.setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang akibat jika
selama 25 menit, Tuberkulosis tidak ditangani dengan tepat
- keluarga Tn.I mampu mengambil 2. Jelaska pada keluatga akibat bila Tuberkulosis paru
keputusan dengan tindakan yang tepat tidak ditangani dengan tepat
- keluarga Tn.I dapat menjelaskan 3. tanyakan kembali materi yang sudah dijelaskan
akibat dari komplikasi yang tidak di 4. motivasi keluarga untuk mengambil keputusan yang
tangani. tepat guna menangani Tuberkulosis Paru
5. beri reinforcement positif atas keputusan
Keluarga
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang cara perawatan
selama 25 menit keluarga Tn.I dapat pasien Tuberkulosis Paru
merawat anggota keluarga yang sakit 2. jelaskan pada keluarga tentang perawatan pasien
dengan hipertensi, meliputi: Tuberkulosis Paru
- dapat menjelaskan cara merawat 3. berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
klien dengan hipertensi 4. tanyakan kembali materi yang sudah diberikan

86
- dapat mendemostrasikan cara 5. mendemonstrasikan cara perawatan pasien
yang dilakukan untuk merawat Tuberkulosis Paru
klien dengan Tuberkulosis Paru 6. beri kesempatan keluarga untuk
- dapat memodifikasi rumah dan mendemosnstrasikannya
lingkungan rumah untuk penderita 7. menjelaskan kepada keluarga tentang cara
Tuberkulosis Paru memodifikasi rumah dan lingkungan rumah
8. berikan reinforcement positif atas keterampilan
keluarga
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang cara pencegahan
selama 25 menit, keluarga Tn.I dapat Tuberkulosis Paru
memodifikasi lingkungan yang sehat, 2. jelaskan kepada keluarga pencegahan Tuberkulosis
meliputi: Paru
- Dapat menjelaskan cara pencegahan 3. berikan kesempatan kepada keluarga untuk bertanya
Tuberkulosis paru yang dapat 4. anyakan kembali hal-hal yang dijelaskan
dilakukan keluarga di rumah. 5. beri reinforcement positif atas jawaban keluarga
- Memodifikasi rumah untuk anggota 6. praktikan dan laksanakan
keluarga dengan Tuberkulosis paru kebersihan lingkungan
5. Setelah dilakukan tindakan 1. kaji pengetahuan keluarga tentang fasilitas kesehatan
keperawatan selama 25 menit, keluarga yang dapat digunakan untuk berobat hipertensi
mampu memanfaatkan fasilitas 2. jelaskan kepada keluarga tentang fasilitas kesehatan
kesehatan, meliputi: yang bisa digunakan
- dapat membawa anggota 3. tanyakan kenbali materi yang sudah dijelaskan
keluarga yang sakit ke fasilitas 4. memotivasi keluarga untuk mengunjungi
kesehatan (puskesmas, rumah sakit, fasilitas kesehatan yang dipilih
praktik dokter). 5. beri reinforcement positif atas keputusan
Keluarga

87
4.5 Implementasi keperawatan dan Evaluasi keluarga Tn.M dan keluarga Tn.I
Tabel 4.15
Pelaksanaan Asuhan Keperawatan Keluarga Tn.M

No Duagnosa keperawatan Hari / Implementasi Evaluasi


waktu
1 Defisiensi pengetahuan Rabu 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:
berhubungan dengan 19 juni 19 Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.M mengatakan belum
kurangnya pengetahuan 10.00 WIB 2. Memberi motivasi keluarga untuk mengerti dan belum paham
keluarga tentang mengemukakan pendapatnya tentang tentang penyebab dan tanda gejala
penyakit Tuberkulosis Tuberkulosis Paru dari Tuberkulosis Paru
Paru 3. Mendiskusikan bersama keluarga  Keluarga Tn.M mengatakan belum
mengenai pengertian, penyebab dan mengerti tentang akibat jika
gelaja Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru tidak ditangani
4. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang dengan tepat
akibat jika Tuberkulosis Paru tidak  Keluarga Tn.M mengatakan senang
ditangani dengan tepat setelah diberikan penkes tentang
5. Menjelaskan pada keluarga akibat bila penyakit Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis Paru tidak ditangani dengan O:
tepat  Ny.S tampak aktif bertanya dan
6. Menanyakan kembali materi yang sudah mengulangi penjelasan yang diberikan
dijelaskan
7. Memotivasi keluarga untuk mengambil A:
keputusan yang tepat guna menangani  Intervensi belum tercapai
Tuberkulosis Paru  Keluarga belum mengenal
8. Memberi reinforcement positif atas pengertian, penyebab, gejala dan
keputusan keluarga akibat Tuberkulosis Paru.
P:
 Pertahankan tujuan yang
sudah tercapai

88
 Intervensi dilanjutkan
Kamis 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:
20 juni 19 cara perawatan Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.M mengatakan mengerti
10.00 WIB 2. Menjelaskan pada keluarga tentang dan paham tentang penyebab dan
perawatan Tuberkulosis Paru tanda gejala dari Tuberkulosis Paru
3. Memberikan kesempatan kepada  Keluarga Tn.M mengatakan mengerti
keluarga untuk bertanya tentang akibat jika Tuberkulosis Paru
4. Menanyakan kembali materi yang sudah tidak ditangani dengan tepat
diberikan  Keluarga Tn.M mengatakan sudah
5. Mendemonstrasikan cara yang mengerti cara perawatan Tuberkulosis
dilakukan untuk merawat klien dengan Paru yang benar
Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.M mengatakan akan
6. Memberi reinforcement positif atas segera melakukan cara yang telah
keterampilan keluarga diajarkan perawat
O:
 Ny.S tampak aktif bertanya
 Ny.S mampu mendemonstrasikan
ulang cara untuk melakukan
perawatan Tuberkulosis Paru

A:
 Keluarga mengerti dan paham
tentang penyebab dan tanda gejala
dari Tuberkulosis Paru
 Keluarga mengerti
perawatan Tuberkulosis Paru
 Keluarga dapat melakukan cara
perawatan Tuberkulosis Paru
P:
 Pertahankan tujuan yang
sudah tercapai

89
 Lanjutkan intervensi

Jumat 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:


21 juni 19 cara pencegahan Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.M mengatakan mengerti
10.00 WIB yang dapat dilakukan dirumah cara pencegahan Tuberkulosis Paru
2. Menjelaskan kepada keluarga yang dapat dilakukan dirumah.
pencegahan Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.M mengatakan mengerti
3. Menjelaskan kepada keluarga cara setelah di berikan penkes tentang
memodifikasi rumah dan lingkungan masalah Tuberkulosis Paru.
rumah untuk penderita Tuberkulosis  Keluarga mengerti cara memodifikasih
Paru rumah dan dan lingkungan rumah.
4. Memberikan kesempatan kepada O:
keluarga untuk bertanya  Ny.S tampak antusias saat diberi
5. Menanyakan kembali hal-hal yang penjelasan
dijelaskan  Ny.S tampak sudah tidak bingung
6. Memberikan reinforcement positif atas A:
jawaban keluarga  Intervensi tercapai
 Keluarga mengerti cara pencegahan
Tuberkulosis Paru di rumah
P:
 Pertahankan Intervensi

Senin 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:


01 jili 19 fasilitas kesehatan yang dapat  Keluarga mengatakan sudah mengerti
10.00 WIB digunakan untuk berobat Tuberkulosis dengan penjelasan yang diberikan
paru  Keluarga Tn.M mengatakan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang pengetahuannya bertambah setelah
fasilitas kesehatan yang bisa digunakan di berikan penkes tentang masalah
3. Menanyakan kembali materi yang sudah Tuberkulosis Paru
dijelaskan  Keluarga mengatakan akan berobat ke
4. Memotivasi keluarga untuk pelayanan kesehatan jika terdapat

90
mengunjungi fasilitas kesehatan yang anggota keluarganya yang sakit
dipilih O:
5. Memberi reinforcement positif atas  Ny.S tampak senang diberikan
keputusan keluarga penjelasan mengenai fasilitas kesehatan
 Ny.S aktif bertanya dan mengulang
penjelasan yang diberikan
A:
 Intervensi tercapai
 Keluarga mampu merawat Nn.M
dengan penyakit Tuberkulosis Paru
P:
 Pertahankan intervensi yang telah
 tercapai
Intervensi di hentikan

91
Pelaksanaan Asuhan keluarga Tn.I
No Diagnosa Hari/ Implementasi Evaluasi
Keperawatan Waktu
1 Defisiensi Rabu 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:
pengetahuan 19 juni 19 Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.I mengatakan
berhubungan dengan 15.00 WIB 2. Memberi motivasi keluarga untuk mengerti dan paham tentang
kurangnya mengemukakan pendapatnya tentang penyebab dan tanda gejala
pengetahuan keluarga Tuberkulosis Paru dari Tuberkulosis Paru
tentang penyakit 3. Mendiskusikan bersama keluarga  Keluarga Tn.I mengatakan
Tuberkulosis Paru mengenai pengertian, penyebab dan mengerti tentang akibat jika
gelaja Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru tidak ditangani
4. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang dengan tepat
akibat jika Tuberkulosis Paru tidak  Keluarga Tn.M mengatakan senang
ditangani dengan tepat setelah diberikan penkes tentang
5. Menjelaskan pada keluarga akibat bila penyakit Tuberkulosis Paru.
Tuberkulosis Paru tidak ditangani O:
dengan tepat  Ny.S tampak aktif bertanya dan
6. Menanyakan kembali materi yang sudah mengulangi penjelasan yang
dijelaskan diberikan
7. Memotivasi keluarga untuk mengambil
keputusan yang tepat guna menangani A:
Tuberkulosis Paru  Intervensi tercapai sebagian
8. Memberi reinforcement positif atas  Keluarga mengenal pengertian,
keputusan keluarga penyebab, gejala dan akibat
Tuberkulosis Paru.
P:
 Pertahankan tujuan yang sudah
tercapai
 Lanjutkan intervensi

92
Kamis 1. Mengkaji pengetahuan keluarga S:
20 juni 10 tentang cara perawatan Tuberkulosis  Keluarga Tn.I mengatakan
15.00 Paru mengerti dan paham tentang
2. Menjelaskan pada keluarga tentang penyebab dan tanda gejala
perawatan Tuberkulosis Paru dari Tuberkulosis Paru
3. Memberikan kesempatan kepada  Keluarga Tn.I mengatakan
keluarga untuk bertanya mengerti tentang akibat jika
4. Menanyakan kembali materi yang Tuberkulosis Paru tidak ditangani
sudah diberikan dengan tepat
5. Mendemonstrasikan cara yang  Keluarga Tn.I mengatakan
dilakukan untuk merawat klien dengan sudah mengerti cara perawatan
Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru yang benar
6. Memberi reinforcement positif atas  Keluarga Tn.I mengatakan akan
keterampilan keluarga segera melakukan cara yang
telah diajarkan perawat
O:
 Nn.C tampak aktif bertanya
 Nn.C mampu mendemonstrasikan
ulang cara untuk melakukan
perawatan Tuberkulosis Paru

A:
 Keluarga mengerti dan paham
tentang penyebab dan tanda gejala
dari Tuberkulosis Paru
 Keluarga mengerti perawatan
Tuberkulosis Paru
 Keluarga dapat melakukan cara
perawatan Tuberkulosis Paru
P:
 Pertahankan tujuan yang sudah

93
tercapai
 Lanjutkan intervensi
Jumat 1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:
21 juni 19 cara pencegahan Tuberkulosis Paru  Keluarga Tn.I mengatakan
15.00 yang dapat dilakukan dirumah mengerti cara pencegahan
2. Menjelaskan kepada keluarga Tuberkulosis Paru yang
pencegahan Tuberkulosis Paru dapat dilakukan dirumah.
3. Memberikan kesempatan kepada  Keluarga Tn.I mengatakan mengerti
keluarga untuk bertanya setelah di berikan penkes tentang
7. Menjelaskan kepada keluarga cara masalah Tuberkulosis Paru.
memodifikasi rumah dan lingkungan  Keluarga mengerti cara
rumah untuk penderita Tuberkulosis memodifikasih rumah dan
Paru dan lingkungan rumah.
4. Menanyakan kembali hal-hal yang O:
dijelaskan  Nn.C tampak antusias saat
5. Memberikan reinforcement positif atas diberi penjelasan
jawaban keluarga.  Nn.C tampak sudah tidak bingung
saat diberikan penjelasan
A:
 Intervensi tercapai
 Keluarga sudah mengerti cara
pencegahan Tuberkulosis Paru
di rumah
P:
 Pertahankan Intervensi
1. Mengkaji pengetahuan keluarga tentang S:
Senin
fasilitas kesehatan yang dapat  Keluarga mengatakan sudah
01 juni 10
digunakan untuk berobat Tuberkulosis mengerti dengan penjelasan yang
14.00
paru diberikan
2. Menjelaskan kepada keluarga tentang  Keluarga Tn.I mengatakan
fasilitas kesehatan yang bisa digunakan pengetahuannya bertambah setelah

94
3. Menanyakan kembali materi yang di berikan penkes tentang
sudah dijelaskan masalah Tuberkulosis Paru
4. Memotivasi keluarga untuk  Keluarga mengatakan akan
mengunjungi fasilitas kesehatan yang berobat ke pelayanan kesehatan
dipilih jika terdapat anggota keluarganya
5. Memberi reinforcement positif atas yang sakit
keputusan keluarga O:
 Nn.C tampak senang
diberikan penjelasan
mengenai fasilitas kesehatan
 Nn.C aktif bertanya dan mengulang
penjelasan yang diberikan
A:
 Intervensi tercapai
 Keluarga mampu merawat Nn.C
dengan penyakit Tuberkulosis Paru
P:
 Pertahankan intervensi yang telah
tercapai
 Intervensi di hentikan

95
96

4.6 Pembahasan

Pada bab ini akan membahas mengenai kesenjangan antara asuhan


keperawatan secara teori dan asuhan keperawatan yang diberikan langsung kepada
pasien pada tanggal 19 juni 2019, di Puskesmas Batu 10 Tanjungpinang. Selain
membahas kesenjangan diatas penulis juga akan mengemukakan beberapa masalah
selama melaksanakan asuhan keperawatan serta pemecahannya. Sesuai dengan
tahapan proses keperawatan, maka penulis akan mengemukakan pembahasan mulai
dari pengkajian, penentuan diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi.

1. pengkajian
Pengkajian yang dilakukan penulis telah sesuai dengan konsep pengkajian
asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberkulosis Paru. Pengkajian yang dilakukan
oleh penulis antara lain mengenai data umum, riwayat dan tahap perkembangan
keluarga, lingkungan, struktur keluarga, fungsi keluarga, stress dan koping keluarga,
serta pemeriksaan fisik terhadap anggota keluarga.
Saat dilakukan pengkajian pada tanggal 19 Juni 2019 pada Nn M dan Nn C
didapatkan data bahwa keduanya mempunyai riwayat penyakit Tuberkulosis Paru.
Saat dilakukan pengkajian Nn M yang berusia 14 tahun dan Nn C berusia 20 tahun
sama-sama mengeluhkan batuk yang tidak sembuh selama satu bulan, demam tinggi,
serta berkeringat pada malam hari. hal ini sesuai dengan manifestasi klinis dan juga
keluarga sama-sama tidak mengetahui semua masalah yang berhubungan dengan
Tuberkulosis Paru (defisiensi pengetahuan), keluarga hanya mengetahui tentang cara
minum obat untuk penderita Tuberkulosis Paru saja, dan juga kondisi rumah yang
sangat tidak mendukung untuk kesembuhan pasien dengan Tuberkulosis Paru.
Perbedaannya adalah Nn M batuk berdahak disertai darah sedangkan Nn C batuk
berdahak tapi tidak berdarah, dan faktor usia serta tingkat pendidikan keluarga yang
sangat mempengaruhi.
97

2. Diagnosa Keperawatan
Diagnose keperawatan yang telah disusun oleh penulis mengacu pada
rumusan diagnose keperawatan NANDA (2015). Berdasarkan teori NANDA bahwa
terdapat 5 diagnosa yang mungkin muncul pada Tuberkulosis Paru yaitu Defisiensi
pengetahuan, hipertermi, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko infeksi dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.
Berdasarkan hasil pengkajian, diagnosa yang ditemukan pada kedua klien
yaitu Defisiensi Pengetahuan. Diagnosa di atas dirumuskan berdasarkan batasan
karakteristik serta faktor resiko yang terdapat dalam diagnose keperawatan NANDA.
Diagnosa hipertermi, ketidakefektifan bersihan jalan nafas, resiko infeksi dan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak dapat ditegakkan,
dikarenakan kurang adanya data yang mendukung untuk menegakkan diagnose
keperawatan tersebut. Selain itu etiologi ditemukan 1 tugas kesehatan keluarga yaitu
memodifikasi lingkungan keluarga dan memanfaatkan fasilitas kesehatan dikarenakan
disaat pengkajian keluarga Tn M dan keluarga Tn I tidak mengenal penyakit
Tuberkulosis paru kedua keluarga tersebut hanya mengerti cara minum obat untuk
Tuberkulosis paru.

3. Intervensi Keperawatan
Rencana keperawatan adalah sekumpulan tindakan yang di temukan oleh
perawat untuk dilaksanakan guna memecahkan masalah kesehatan dan masalah
keperawatan yang telah diidentifikasi. Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari
penetapan tujuan, yang mencangkup tujuan umum (untuk mengatasi masalah /
masalah pada individu yang sakit) dan tujuan khusus (pemecahan masalah dengan
mengacu pada 5 tugas keluarga dalam hal kesehatan/keperawatan) serta dilengkapi
dengan kriteria dan standar. Kriteria dan standar merupakan pernyataan spesifik
tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan keperawatan berdasarkan tujuan
khusus yang ditetapkan.
Perencanaan keperawatan pada masing-masing diagnose keperawatan lebih
focus pada situasi yang nyata yang didapatkan dari hasil pengkajian kondisi klien dan
98

keluarga. Keadaan rumah dan lingkungan sekitar rumah, pengkajian asuhan


keperawatan keluarga serta pengamatan dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh
penulis.
Pada diagnose keperawatan pertama keluarga Tn M dan Tn I yaitu Defisiensi
pengetahuan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga tentang bagaimana
memodifikasi lingkungan untuk angggota keluarga yang terkena TB Paru. Intervensi yang
dilakukan yaitu memberikan penkes tentang pengertian Tuberkulosis Paru, tanda dan
gelaja Tuberkulosis Paru, cara penularan Tuberkulosis Paru, cara perawatan pasien
Tuberkulosis Paru, memodifikasi keadaan rumah dan lingkungan untuk pasien
Tuberkulosis Paru, dan mengedukasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas
kesehatan.

4. Implementasi
Implementasi keperawatan keluarga merupakan pelaksanaan dari rencana
asuhan keperawatan yang telah disusun. Semua intervensi yang disusun telah
dilaksanakan. Pada pelaksanaan implementasi keperawatan keluarga Tn M dan
keluarga Tn I mampu dilaksanakan secara keseluruhan dan dilakukan dalam waktu
yang sama selama 4 hari. hal ini dikarenakan intervensi ini sudah mencakup
menyampaikan informasi untuk beberapa diagnose. Intervensi tersebut dilakukan
dengan metode ceramah, diskusi, Tanya jawab, pemberian latihan langsung dan
pemberian leaflet kepada keluarga Tn M dan keluarga Tn I.
Pada implementasi yang dilakukan, keluarga sangat aktif dan kooperatif.
Keluarga telah memahami tentang pengertian Tuberkulosis Paru, tanda dan gelaja
Tuberkulosis Paru, cara penularan Tuberkulosis Paru, cara perawatan pasien
Tuberkulosis Paru, memodifikasi keadaan rumah dan lingkungan untuk pasien
Tuberkulosis Paru, dan untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan. Pencapaian
implementasi ini sudah baik, karena keluarga Tn M dan keluarga Tn I sudah
memahami apa yang disampaikan.
99

5. Evaluasi
Sesuai dengan rencana tinddakan yang telah diberikan, tahap penilaian
diberikan untuk melihat keberhasilannya. Bila tidak atau belum berhasil, maka perlu
disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak dapat
dilakukan dalam satu kali kunjungan keluarga. Oleh karena itu dapat dilakukan
kunjungan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga. Dalam
penilaian evaluasi keperawatan ini, disesuaikan antara tujuan dan kriteria hasil yang
telah ditetapkan pada intervensi keperawatan dengan evaluasi keperawatan yang
diperoleh.
Pada evaluasi keperawatan, diagnose yang muncul pada keluarga Tn M dan
keluarga Tn I dapat di atasi secara keseluruhan. Namun terdapat masalah pada saat
melaukukan evaluasi pada keluarga Tn M dan keluarga Tn I, yaitu kedua keluarga
tersebut sangat sulit untuk memahami penkes yang diberikan. Ada 2 faktor yang
menyebabkan dua keluarga tersebut sulit untuk memahami penkes, yaitu faktor
pendidikan dan faktor usia yang dimana keluarga Tn M yaitu Tn M sebagai kepala
keluarga sekaligus ayah dan Ny S sebagai istri sekaligus sebagai ibu dari klien
memiliki tingkat pendidikan yang rendah sehingga sulitnya memahami penkes yang
diberikan. Selain itu keluarga Tn I yaitu Tn I sebagai kepala keluarga sekaligus
sebagai kakek dan Ny J sebagai istri sekaligus sebagai nenek dari klien yang memiliki
usia lansia sehingga sulit untuk memahami penkes yang diberikan. Namun penkes
yang diberikan penulis secara perlahan kepada kedua keluarga tersebut membuat
kedua keluarga tersebut memahami penkes tersebut sehingga kedua keluarga tersebut
bisa mengerti dan melakukan hal yang seharus dilakukan sesuai dengan penkes
tersebut.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Setelah menyelesaikan asuhan keperawatan pada keluarga Tn.M dan keluarga
Tn.I dengan Tuberkulosis Paru atas indikasi Defisiensi Pengetahuan di Wilyah kerja
Puskesmas Batu 10 anjungpinang yang dikelola selama 4 hari kunjungan dimulai dari
19 juni 2019. Pengkajian yang dilakukan pada keluarga Tn.M dan keluarga Tn.I jika
dibandingkan dengan studi kepustakaan yang ada pada bab II. Menurut mitayani 2011
tidak jauh perbedaannya karena semua langkah-langkah mulai dari pengkajian
keperawatan, merumuskan diagnose, merumuskan intervensi, melakukan
implementasi keperawatan dan dengan evaluasi keperawatan semua sesuai dengan
teori yang penulis paparkan pada bab II.
Data yang diperoleh dari keluarga dan catatan medis semuanya didapatkan
dengan baik dan penulis tidak mendapatkan kesulitan yang berarti dikarenakan
komunikasi, kerjasama dan dukungan yang baik dari pihak keluarga sehingga data
tersebut didapatkan oleh penulis.berdasarkan pengkajian didapatkan diagnose pada
keluarga Tn.M yaitu Defisiensi Pengetahuan ditandai dengan Ketidakmampuan
keluarga mengenal masalah kesehatan Tuberculosis Paru, Defisiensi Pengetahuan
ditandai dengan ketidakmampuan keluarga mengenal masalah hipertensi dan
pemeliharaan kesehatan tidak efektif ditandai dengan Ketidak mampuan keluarga
dalam mengenal penyakit anggota keluarganya yang sakit Asma Bronkial. Sedangkan
diagnose pada keluarga Tn.I yaitu Defisiensi Pengetahuan ditandai dengan
Ketidakmampuan keluarga mengenal masalah kesehatan Tuberculosis Paru,
Defisiensi Pengetahuan ditandai dengan ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah hipertensi. Hal ini sesuai dengan diagnose teoritis yang penulis paparkan
pada bab tinjauan teoritis dan mengacu pada diagnose NANDA dan NIC, NOC.

99
100

5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas penulis memberikan saran sebagai berikut:
5.2.1 Saran Bagi Poltekkes
Untuk Penulis selanjutnya khususnya mahasiswa Poltekkes Kemenkes
Tanjungpinang diharapkan bisa memberikan kontribusi kepada seluruh unit kesehatan
dengan memberikan asuhan keperawatan keluarga Pada pada pasien Tuberkulosis
Paru Dengan masalah defisiensi pengetahuan yaitu dengan berbagai macam
permasalahan yang lebih mendasar dan sesuai dengan standar operasional prosedur
yang telah ditentukan. Diharapkan juga untuk penulis mahasiswa Poltekkes
Kemenkes Tanjungpinang selanjutnya dapat memberikan inovasi terbaru bagaimana
menghadapi klien Tuberculosis paru dengan masalah Defisiensi Pengetahuan agar
tidak terjadi defisiensi pengetahuan secara berulang.

5.2.2 Saran Bagi Puskesmas Batu 10


Diharapkan untuk Puskesmas Batu 10 agar memberikan informasi kepada
masyarakat sekitar untuk bersama-sama mewujudkan masyarakat yang
berpengetahuan mengenai masalah penyakit yang diderita melalui pendidikan
kesehatan yang dilakukan oleh Puskesmas Batu 10 itu sendiri.

5.2.3 Saran Bagi Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang


Hasil studi kasus ini dharapkan dapat dijadikan bahan masukan dalam
pengembangan kebijakan program, khususnya promosi kesehatan dalam upaya
meningkatkan pengetahuan keluarga dalam mendukung pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga penderita Tuberkulosis Paru.
100
1
PRE PLANING KUNJUNGAN

Pertemuan ke : 1

Hari / tanggal : Rabu / 19 Juni 2019

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks, dengan menggunakan
pendekatan sistematis untuk kerja sama dengan keluarga dan individu sebagai anggota
keluarga (Harmoko,2012). Berdasarkan survei yang penulis lakukan di wilayah kerja
Puskesmas Tanjungpinang, didapatkan keluarga dengan masalah Tuberkulosis Paru. Sesuai
dengan proses keperawatan penulis akan melakukan pengkajian kepada keluarga tersebut.

2. data yang perlu dikaji lebih lanjut


a) Data umum
b) Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c) Pengkajian lingkungan
d) Sress dan koping
e) Pemeriksaan fisik
f) Harapan keluarga

3. masalah keperawatan sudah

ditemukan B. Rencana Keperawatan

1. Diagnose keperawatan
Defisiensi pengetahuan
2. Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan penulis mendapatkan
data pengkajian.
3. Tujuan khusus
a) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai data umum.
b) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai riwayat dan tahap
perkembangan keluarga.
c) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai pengkajian lingkungan
d) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai struktur keluarga
e) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai pemeriksaan fisik
f) Melakukan pengkajian pada keluarga Tn.M mengenai harapan keluarga.
C. Rencana kegiatan
1. Topik : Melakukan pengkajian
2. Metode : Wawancara, observasi
3. Media : Nursing kids, pena, buku
4. Waktu : 40 menit
5. Tempat : Rumah keluarga Tn.M
6. Strategi pelaksanaan

No KEGIATAN MAHASISWA KEGIATAN KELUARGA WAKTU


1 Pembukaan: a. Menjawab salam dan
a. Memberi salam bertanya
b. Menyampaikan maksud dan b. menyimak dan
5 menit
tujuan memperhatikan
c. Melakukan kontrak (topik, c. menyimak, menyetujui dan
waktu, dan tempat) bertanya
2 Pelaksanaan: a. menyimak 30 menit
a. Melakukan pengkajian pada b. memperthatikan dan bertanya
keluarga mengenai data
umum
b. Melakukan pengkajian
pada keluarga mengetahui
riwayat dan tahap
perkembangan keluarga
c. Melakukan pengkajian
pada keluarga mengenai
lingkungan
d. Melakukan pengkajian
pada keluarga mengenai
stress dan koping keluarga
e. Melakukan pengkajian
pada keluarga mengenai
pemeriksaan fisik
f. Melakukan pengkajian
pada keluarga mengenai
struktur keluarga
g. Melakukan pengkajian pada
keluarga mengenai harapan
keluarga.
3 Penutup: a. menyimak
a. Evaluasi b. menyetujui
b. Membuat kontrak c. menjawab salam 5 menit
selanjutnya
c. Mengucapkan salam

7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Media tersedia sesuai rencana.
Melakukan pengkajian pada keluarga mengenai data umum, melakukan
pengkajian pada keluarga mengenai riwayat dan tahap perkembangan keluarga,
melakukan pengkajian pada keluarga mengenai pengkajian lingkungan, melakukan
pengkajian padakeluarga mengenai struktur keluarga, melakukan pengkajian pada
keluarga mengenai pemeriksaan fisik, melakukan pengkajian pada keluarga mengenai
harapan keluarga.
b. Evaluasi proses
keluarga Tn.M mengikuti kegiatan dengan baik dan dapat berpartisipasi dalam
kegiatan.
c. Evaluasi hasil
penulis mendapatkan 80% data yang diperlukan mengenai data umum, riwayat dan
tahap perkembangan keluarga, pengkajian lingkungan, struktur keluarga, pemeriksaan
fisik, dan harapan keluarga.
PRE PLANNING KUNJUNGAN

Pertemuan ke :2
Hari/tanggal :kamis 20 Juni 2019

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan sebelumnya, data yang didapatkan oleh
penulis belum sepenuhnya sehingga penulis akan melakukan pengkajian lanjutan pada
anggota keluarga yang mengalami masalah Tuberkulosis Paru.
2. Data yang perlu dikaji lebih lanjut
a. Pemeriksaan fisik
b. stress dan koping keluarga
c. harapan keluarga terhadap petugas kesehatan
3. Masalah keperawatan
Belum ditemukan
B. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa keperawatan

2. Tujuan umum
Setelah melakukan kunjungan rumah selama 40 menit diharapkan data
pengkajian terlengkapi.
3. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan penulis mendapatkan data
antara lain:
a. stress dan koping keluarga
b. pemeriksaan fisik pada keluarga.

1. Topik : Melakukan pengkajian


2. Metode : Wawancara, observasi
3. Media : Nursing kids, pena, buku
4. Waktu : 40 menit
5. Tempat : Rumah keluarga Tn.M
6. Strategi pelaksanaan
No Kegiatan mahasiswa Kegiatan keluarga Waktu
1 Pembukaan : a. menjawab salam dan
a. memberi salam bertanya
b. menyampaikan salam b. menuimak 5 menit
c. melakukan kontrak (topik, c. menyimak, menyetujui dan
waktu, dan tempat) bertanya
2 Pelaksanaan: a. menyimak, menjawab dan
a. Mengkaji fungsi keluarga bertanya
b. Mengkaji stress dan 30 menit
koping
c. Melakukan pemeriksaaan
fisik pada keluarga
3 Penutupan: a. Menimak
a. Evaluasi b. Menyetujui dan menjawab
b. Membuat kontrak c. Menjawab salam 5 menit
selanjutnya
c. Mengucapkan salam

7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Media tersedia sesuai rencana
Pemeriksaan fisik pada keluarga, stress dan koping keluarga pada keluarga
binaan, harapan keluarga pada petugas kesehatan pada keluarga binaan bintan.
b. Evaluasi proses
Keluarga Tn.S dapat mengikuti kegiatan dengan baik dan dapat berpartisipasi
c. Evaluasi hasil
Penulis mendapatkan data 100% untuk melengkapi pengkajian pemeriksaan fisik, stress
dan koping keluarga dan harapan keluarga pada petugas kesehatan
PRE PLANNING KUNJUNGAN

Pertemuan ke : 3

Hari/tanggal : jumat 21 Juni 2019

A. pendahuluan
1. Latar Belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya yaitu penulis akan melakukan 5 tugas
kesehatan keluarga yaitu mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Data yang perlu dikaji
Pengetahuan keluarga Tn.M mengenai masalah penyait yang diderita
anggota keluarganya yang sakit Tuberkulosis Paru
3. Masalah keperawatan
a. Defisiensi pengetahuan
b. Defisiensi pengetahuan
B. Rencana keperawatan
1. Diagnose keperawatan
a. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan defisiensi pengetahuan
keluarga mengenal penyakit Nn.M yang sakit Tuberkulosis Paru
b. Defisiensi pengetahuan pada penyakit Tuberkulosis Paru berhubungan dengan
ketidakmampuan keluarga memodifiksi lingkungan yang sehat
2. Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan keluarga mampu mengenal
penyakit yang diderita anggota keluarganya
3. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan keluarga mengerti tentang:
a. Pengertian Tuberkulosis Paru
b. penyebab Tuberkulosis Paru
c. Tanda dan gejala Tuberkulosis Paru
C. Rencana kegiatan
1. Topik
Mengenal masalah kesehatan keluarga
2. Metode
Ceramah dan Tanya jawab
3. Media
Lembar balik
4. Waktu
40 menit
5. Tempat
Rumah keluarga Tn.M
6. Strategi pelaksanaan
No Kegiatan mahasiswa Kegiatan keluarga Waktu
1 Pembukaan : a. Menjawab salam dan bertanya 5 menit
a. Memberi salam b. Menyimak dan menyetujui
b.Menyampaikan maksud dan
tujuan
c. Melakukan kontrak (topik,
waktu dan tempat)
2 Pelaksanaan: Menyimak, berikan pendapat dan 30 menit
a. Kajian pengetahuan bertanya
keluarga tentang pengertian,
penyebab dan tanda gejala
Tuberkulosis Paru
b.Beri motivasi keluarga
untuk mengemukakan
pendapatnya tentang
Tuberkulosis Paru
c. Bimbing keluarga untuk
menjelaskan ulang
pengertian, penyebab, tanda
gejala Tuberkulosis Paru
d. Diskusikan bersama
keluarga mengenai
pengertian, penyebab dan
gejala Tuberkulosis Paru
e. Beri reinforcement positif
atas jawaban yang diberikan
3 Penutup: a. Menyimak dan bertanya 5 menit
a. Evaluasi b. Menyetujui dan bertanya
b. Membuat kontrak c. Menjawab salam
selanjutnya
c. Mengucapkan salam
7. Evaluasi
a. Evaluasi struktur
Media tersedia sesuai rencana
Pengertian Tuberkulosis Paru, penyebab Tuberkulosis Paru, tanda dan
gejala Tuberkulosis Paru
b. Evaluasi proses
Keluarga dapat mengerti, mengikuti kegiatan dengan baik dan dapat
berpartisipasi dalam kegiatan
c. Evaluasi hasil
Keluarga dapat menyebutkan pengertian Tuberkulosis Paru, keluarga dapat
menyebutkan penyebab Tuberkulosis Paru, keluarga dapat menyebutkan tanda
dan gejala Tuberkulosis Paru.
PRE PLANNING KUNJUNGAN

Pertemuan ke : 4

Hari / tanggal : senin / 01 Juli 2019

A. Pendahuluan
1. Latar belakang
Berdasarkan pertemuan sebelumnya, penulis akan melanjutkan dengan 5
tugas kesehatan keluarga yaitu mengambil keputusan yang tepat.
2. Data yang dikaji
Pengetahuan keluarga Tn.M mengenai akibat yang akan muncul jika
Tuberkulosis Paru tidak ditangani dengan tepat dan cepat.
3. Masalah keperawatan
a. Defisiensi pengetahuan
b. Defisiensi pengetahuan
B. Rencana keperawatan
1. Diagnose keperawatan
a. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan keluara
mengenal penyakit Nn.M yang sakit Tuberkulosis Paru.
b. Defisiensi pengetahuan pada keluarga Tn.M berhubungan
dengan ketidakmampuan keluarga memodifikasi lingkungan
2. Tujuan umum
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan keluarga dapat
mengambil keputusan dengan tindakan yang tepat.
3. Tujuan khusus
Setelah dilakukan kunjungan selama 40 menit diharapkan keluarga dapat:
a. Keluarga Tn.M dapat mengambil keputusan dengan tindakan yang tepat
b. Keluarga Tn.M mengerti tentang manfaat dari mengambil keputusan
dengan tindakan yang tepat dalam menghadapi masalah Tuberkulosis Paru
c. Keluarga Tn.M dapat menjelaskan akibat dari komplikasi yang tidak ditangani
dan cara mencegah Tuberkulosis Paru
Keluarga Tn.M dapat menjelaskan cara pencegahan penularan dan minum
obat untuk penderita Tuberkulosis Paru.
C. Rencana kegiatan
1. Topic
Mengambil keputusan yang tepat
2. Metode
Ceramah, Tanya jawab
3. Media
Lembar balik
4. Waktu
40 menit
5. Lokasi
Rumah keluarga Tn.M
6. Strategi pelaksanaan
No Kegiatan mahasiswa Kegiatan keluarga Waktu
1 Pembukaan: a. Menjawab salam 5 menit
a. Memberi salam b. Menyimak
b. Menyampaikan maksud dan c. Menyimak dan menyetujui
tujuan
c. Melakukan kontrak
(topik, waktu dan tempat)
2 Pelaksanaan: a. Menyimak 30 menit
a. Mendiskusikan dengan b. Memperhatikan dan
keluarga bagaimana mengobati bertanya
Tuberkulosis Paru untuk
mengambil keputusan
selanjutnya.
b. Memotivasi keluarga untuk
memutuskan mengenai
penyakit Tuberkulosis Paru
yang tepat
c. Membimbing dan beri
motivasi pada keluarga untuk
mengambil keputusan dalam
menangani masalah
Tuberkulosis Paru, berikan
pujian atas keputusan yang
di ambil keluarga
d. Keluarga mengerti tentang
manfaat dari mengambil
keputusan dengan tindakan
yang tepat dalam menghadapi
masalah Tuberkulosis Paru
e. Menjelaskan komplikasi
dari Tuberkulosis Paru jika
tidak ditangani
f. Menjelaskan cara minum obar
dan cara pencegahan penularan
3 Penutupan: a. Menyimak bertanya dan 5 menit
a. Evaluasi mengucapkan terimakasih
b. Mengucapkan terimakasih dan b. Mengucapkan salam
memberitahukan jika ini
adalah kunjungan terakhir
c. Mengucapkan salam

Anda mungkin juga menyukai