Anda di halaman 1dari 118

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN


DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA

OLEH :

Jela Kopdayana
P07220116056

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2019
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA KLIEN


DENGAN TUBERKULOSIS PARU DI WILAYAH KERJA
PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA
Untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)
Pada Jurusan Keperawatan
Poltekkes Kemenkes Kalimantan Timur

OLEH :

Jela Kopdayana
PO7220116056

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN
2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Diri

Nama : Jela Kopdayana


Tempat Tanggal Lahir : Bontang, 17 Juli 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Jl. Tari Enggang RT 11 Kel. Guntung Kec.
Bontang Utara

B. Riwayat Pendidikan

1. Tahun 2003-2004 : TK Madani Sidrap


2. Tahun 2004-2010 : SDN 007 Bontang Utara
3. Tahun 2010-2013 : SMP Negeri 5 Bontang Barat
4. Tahun 2013-2016 : SMA Negeri 2 Bontang
5. Tahun 2016-sekarang : Mahasiswa Podi DIII-Keperawatan
Samarinda Poltekkes Kalimantan Timur

v
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Kemenkes RI (2014) Penanganan TB Paru sangat memerlukan

peran aktif dari penderita dan keluarga sebagai sistem yang mendukung. Hal ini

disebabkan karena pengobatan TB paru adalah pengobatan jangka panjang,

kurang lebih tiga sampai sembilan bulan dan penderita harus minum paling sedikit

3 macam obat. Selama pengobatan, pasien harus benar-benar disiplin dalam

meminum obat dan melakukan kontrol ke dokter secara rutin sampai dianggap

sembuh total. Jika hal ini tidak dilakukan maka proses pengobatan TB menjadi

tidak tuntas sehingga bakteri TB menjadi resisten dan berkembang menjadi MDR-

TB (Trirahayu,2016).

Tuberkulosis merupakan suatu penyakit menular yang disebabkan oleh

kuman Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium,

antara lain : M. Tuberculosis, M. A fricanum, M. Bovis, M. Leprae dsb. Yang

juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Kelompok bakteri

Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang bisa menimbulkan

gangguan pada saluran nafas dikenal sebagai MOTT (Mycobacterium Other Than

Tuberculosis) yang terkadang bisa mengganggu penegakan diagnosis dan

pengobatan TBC (Kemenkes RI,2018).

1
2

Penyakit tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan di seluruh

dunia, termasuk juga di Indonesia. Program Strategy End TB telah digulirkan

namun angka kejadian TB masih terbilang tinggi serta angka penemuan kasus

baru belum maksimal. WHO mencatat bahwa Indonesia menempati urutan kedua

terbanyak di dunia setelah India (WHO,2017).

Menurut Kemenkes RI (2018) ditemukan jumlah kasus tuberkulosis di

Indonesia sebanyak 360.770 kasus. Kasus tuberkulosis tertinggi ditemukan di tiga

provinsi yang mempunyai jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat 78.698

kasus, Jawa Timur 48.323 dan Jawa Tengah 42.272 kasus tuberkulosis.

Menurut Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDIP), setiap jam ada

delapan kasus kematian akibat TBC. Sekitar 140.000 kematian akibat TBC terjadi

setiap tahunnya. Menurut laporan Kementrian Kesehatan tahun 2018 Provinsi

Kaltim menempati jumlah kasus sebanyak 5.489 kasus, tertinggi di antara semua

provinsi di Pulau Kalimantan.

Pada tahun 2016 penemuan kasus TB BTA (+) di kota Samarinda

sebanyak 457 kasus. Menurut jenis kelamin, jumlah kasus pada laki-laki lebih

tinggi dari pada perempuan yaitu 270 kasus pada laki-laki dan 187 kasus pada

perempuan. Menurut kelompok umur, kasus tuberkulosis pada tahun 2016 paling

banyak ditemukan pada kelompok umur 25-34 tahun. Sedangkan kasus

tuberkulosis pada anak-anak 0-14 tahun sekitar 3% dari total penemuan kasus.

(Profkes,2016).
3

Menurut Profil Kesehatan Kota Samarinda (2016) Puskesmas Sempaja

berada di Kecamatan Samarinda Utara dengan kasus tuberkulosis urutan ke dua

terbanyak setelah kecamatan Sungai Kunjang di kota Samarinda, dari hasil

wawancara dengan salah satu petugas di Puskesmas Sempaja bahwa tuberkulosis

tidak masuk dalam sepuluh penyakit teratas di Puskesmas Sempaja tetapi

dilingkungan Sempaja cukup banyak yang menderita tuberkulosis sekitar 39

orang pada tahun 2016, 41 orang 2017 dan 40 orang pada tahun 2018 dengan

keluhan paling banyak sesak napas,batuk terus menerus dan sulit membuang

dahak (Puskesmas Sempaja, 2018).

Untuk mengatasi tuberkulosis maka penderita harus mengkonsumsi OAT

(Obat Anti Tuberkulosis) secara teratur dan benar. Organisasi Kesehatan Dunia

(WHO) menyatakan bahwa kunci keberhasilan program penanggulangan

tuberkulosis adalah dengan menerapkan strategi DOTS, pemahaman tentang

DOTS merupakan hal yang sangat penting agar TB dapat ditanggulangi dengan

baik. Dalam hal ini maka sangat penting penyuluhan atau pendidikan mengenai

penyakit dan keteraturan berobat yang diberikan kepada penderita, keluarga dan

lingkungan.

Selain OAT kadang perlu pengobatan tambahan atau suportif/simtomatik

untuk meningkatkan daya tahan tubuh atau mengatasi gejala/keluhan yaitu makan

makanan yang bergizi, bila dianggap perlu dapat diberikan vitamin tambahan

(pada prinsipnya tidak ada larangan makanan untuk penderita tuberkulosis,

kecuali untuk penyakit komorbidnya), Bila demam dapat diberikan obat penurun
4

panas/demam, bila perlu dapat diberikan obat untuk mengatasi gejala batuk, sesak

napas atau keluhan lain.

Batuk adalah gejala yang paling dini dan merupakan gangguan yang paling

sering dikeluhkan. Biasanya batuk ringan sehingga dianggap batuk biasa atau

akibat rokok. Proses yang paling ringan ini menyebabkan sekret akan terkumpul

pada waktu penderita tidur dan dikeluarkan saat penderita bangun pagi hari.Untuk

mengeluarkan sekret dengan baik yaitu dengan cara batuk efektif. Batuk efektif

yaitu merupakan latihan batuk untuk mengeluarkan sekret. Batuk efektif

merupakan suatu metode batuk dengan benar, dimana pasien dapat menghemat

energi sehingga tidak mudah lelah dan dapat mengeluarkan dahak secara

maksimal (Alie dan Rodiyah, 2013).

Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk menyusun laporan tugas

akhir mengenai “Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan tuberkulosis

paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah diatas penulis dapat merumuskan

masalah sebagai berikut : Bagaimanakah penerapan asuhan keperawatan keluarga

pada klien dengan Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja

Samarinda?
5

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan

keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis paru di wilayah kerja

Puskesmas Sempaja Samarinda.

1.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari asuhan keperawatan keluarga pada kasus

diatas diantaranya sebagai berikut.

1) Melakukan pengkajian pada kasus Tuberkulosis paru

2) Merumuskan diagnosa keperawatan keluarga pada anggota keluarga

Tuberkulosis paru

3) Menyusun perencanaan asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga

Tuberkulosis paru

4) Melaksanakan intervensi asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga

Tuberkulosis paru

5) Melakukan evaluasi asuhan keperawatan keluarga pada anggota keluarga

Tuberkulosis paru.

1.4. Manfaat penulis

1.4.1. Bagi peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang cukup

jelas kepada peneliti dan menambahkan wawasan dalam asuhan keperawatan pada

keluarga dengan kasus Tuberkulosis paru.


6

1.4.2. Bagi tempat penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan

sebagai bukti nyata mengenai penerapan asuhan keperawatan pada keluarga

dengan kasus Tuberkulosis paru

1.4.3. Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Studi kasus ini diharapkan dapat menjadi stimulus bagi rekan sejawat

keperawatan dalam melakukan Asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan

Tuberkulosis paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja Samarinda yang

komperhensif tidak hanya berorientasi pada tindakan medis.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Tuberkulosis Paru

2.1.1 Definisi Tuberkulosis Paru

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi menular yang disebabkan

oleh Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut kerap menyerang organ paru

dibandingkan organ dalam lainnya dan dapat ditularkan melalui udara yang

membawa droplet nuklei penderita TB (Izatti,2015).

Menurut Sylvia A. Price dalam Nanda (2015) Tuberkulosis adalah

penyakit infeksi menular yang disebabkan Mycobacterium tuberculosis yang

menyerang paru-paru dan hampir seluruh organ tubuh lainnya. Bakteri ini dapat

masuk melalui saluran pernapasan dan saluran pencernaan (GI) dan luka terbuka

pada kulit. Tetapi paling banyak melalui inhalasi droplet yang berasal dari orang

yang terinfeksi bakteri tersebut. Jadi, dari beberapa definisi di atas maka

Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang paru-paru dan

dapat menular langsung melalui udara yang disebabkan oleh bakteri

(Mycobacterium tuberculosis).

2.1.2 Etiologi

Menurut Wim de jong, dalam Nanda (2015) penyebab tuberkulosis adalah

Mycobacterium tuberculosis. Basil ini tidak berspora sehingga mudah dibasmi

dengan pemanasan, sinar matahari, dan sinar ultraviolet. Ada dua macam

mikobakteria tuberculosis yaitu Tipe Human dan Tipe Bovin. Basil Tipe Bovin

7
8

berada dalam susu sapi yang menderita mastitis tuberkulosis usus. Basil Tipe

Human bisa berada di bercak ludah (droplet) dan di udara yang berasal dari

penderita TBC, dan orang yang terkena rentan terinfeksi bila menghirupnya.

2.1.3 Patofisiologi

Proses infeksi penyakit tuberculosis dibagi menjadi dua yaitu infeksi

primer dan infeksi sekunder. Infeksi primer adalah waktu pertama kali terinfeksi

TB. Kuman TB yang dibatukkan/dibersinkan akan menghasilkan droplet nuklei

dalam udara, sifat kuman TB dalam udara bebas bertahan 1-2 (bergantung pada

sinar ultraviolet/ sinar UV, ventilasi dan kelembapan dalam suasana lembap dapat

tahan berhari-hari sampai berbulan-bulan. Oleh karena sifat kuman TB ini tidak

tahan terhadap sinar ultraviolet maka penularan lebih sering terjadi pada malam

hari. Kuman TB terhisap orang sehat, kemudian menempel pada saluran nafas dan

jaringan paru, kuman TB dapat masuk ke alveoli jika ukuran kurang dari 5 , maka

neutrofil dari makrofag akan bekerja dalam hitungan jam untuk memfaggosit

bakteri namun tidak membunuh organisme tersebut.

Kuman TB ini tumbuh lambat dan membelah diri setiap 18-24 jam pada

suhu yang optimal, dan berkembangbiak pada tekanan oksigen 140 mmH2O di

paru. Kuman TB yang berada dalam makrofag akan mengalami proliferensi, pada

akhirnya proliferasi ini akan menyebabkan lisis makrofag. Makrofag tersebut

kemudian bermigrasi ke dalam aliran limfatik dan mempresentasikan antigen

Mycobacterium tuberculosis pada limfosit T.limfosit TCD4 merupakan sel yang

memainkan peran penting dalam respons imun, sedangkan limfosit TCD8

memiliki peranan penting dalam proteksi terhadap TB. Peran limfosit T CD4
9

menstimulasi pembentukan fagolisosom pada makrofag yang terinfeksi dan

memaparkan kuman pada lingkungan yang sangat asam, selain limfosit T CD4

menghasilkan dinitrogen oksida yang mampu menyebabakan destruktif oksidatif

pada bagian-bagian kuman mulai dari dinding sel hingga DNA.

Selain menstimulasi makrofag untuk membunuh kuman TB sel limfosit T

CD4 juga merancang pembentukan granuloma dan nekrosis kaseosa. Granuloma

terbentuk bila penderita memiliki respons imun yang baik walaupun sebagian

kecil mikobakterium hidup dalam granuloma dan menetap di tubuh manusia

dalam jangka waktu yang lama. Granuloma membatasi penyebaran dan

multiplikasi kuman dengan membentuk jaringan fibris yang mengingilingi

granuloma (fokus primer). Fokus primer yang mengalami klasifikasi bersama

besaran nodus limfa disebut kompleks gohn. Lensi ini dapat sembuh sama sekali

tanpa cacat, dapat berkomplikasi dan menyebar, dan dapat sembuh dengan

meninggalkan sedikit bebas berupa garis-garis fibrotik, klasifikasi di hilus dan

lensi pneumonia yang luasnya lebih dari 5 mm, 10% di antaranya dapat terjadi

reaktivasi lagi karena kuman yang dormant, yang merupakan cikal bakal TB

sekunder (Yasmara,2016).
10

Udara tercemar
Mycobacterium dihirup individu rentan kurang informasi
tuberculosis
masuk paru
Kurang pengetahuan

reaksi inflamasi/peradangan Hipertermia

penumpukan eksudat dalam alveoli

produksi sekret berlebih

tuberkel sekret susah dikeluarkan bersin

Meluas mengalami perkejuan


Ketidakefektifan
bersihan jalan
Penyebaran klasifikasi
napas
hematogen
limfogen mengganggu perfusi Resti penyebaran infeksi
pada orang lain

Gangguan pertukaran gas


peritoneum
& difusi O2

Resti penyebaran
infeksi pada diri
Asam Lambung sendiri

Mual, anoreksia

Perubahan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh

Gambar 2.1 Pathway


Sumber : NANDA (2013) & Soemantri (2008)
11

2.1.4 Manifestasi klinis

Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru

apabila ditemukan gejala klinis utama.

Gejala utama pada tersangka TBC adalah :

1) Batuk berdahak lebih dari tiga minggu

2) Batuk berdarah.

3) Sesak nafas.

4) Nyeri dada.

Gejala lainnya adalah berkeringat pada malam hari, demam tidak tinggi,

meriang dan penurunan berat badan. Dengan strategi yang baru DOTS (Diretly

Observed Treatment Shortcourse), gejala utamanya adalah batuk berdahak dan /

atau terus menerus selama 3 minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut

seseorang sudah dapat ditetapkan sebagai penderita. Gejala lainnya adalah gejala

tambahan. Dahak penderita harus diperiksa dengan pemeriksaan mikrobiologis

(Kunoli,2012)

2.1.5 Cara penularan

Penularan terjadi melalui udara yang mengandung basil TB dalam

percikan ludah yang di keluarkan oleh penderita TB Paru atau TB Laring pada

waktu mereka batuk, bersin atau pada waktu bernyanyi. Petugas kesehatan dapat

tertulari pada waktu mereka melakukan otopsi, bronkoskopi atau pada waktu

mereka melakukan intubasi. TB Laring sangat menular. 546 kontak jangka

panjang dengan penderita TB menyebabkan risiko tertular, infeksi melalui selaput

lendir atau kulit yang lecet bisa terjadi namun sangat jarang.
12

TB Bovinum penularannya dapat terjadi jika orang terpajan dengan sapi

yang menderita TB, bisanya karena minum susu yang tidak di pasteurisasi atau

karena mengkonsumsi produk susu yang tidak di olah dengan sempurna.

Penularan lewat udara juga terjadi kepada petani dan peternak TB ekstra pulmoner

(selain TB laring) biasanya tidak menular, kecuali dari sinus keluar discharge.

Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber

infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor penjamu lainnya.

Risiko tinggi berkembangnya penyakit yaitu anak ada anak anak berusia di bawah

3 tahun, risiko rendah pada masa kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa

remaja. Dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia

melalui saluran pernafasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui

peredaran darah pembuluh limfe, atau langsung ke organ terdekatnya.

Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya,

sehingga kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17% Hasil studi

lainnya melaporkan bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua

kali lebih beresiko di bandingkan kontak biasa (tidak serumah).

Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajatnya positif tinggi berpotensi

menularkan penyakit penularan infeksi, penderita dengan BTA (-) di anggap tidak

menularkan Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah

sekitar 10/100.000 populasi. Di indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di

antara 100 penduduk terdapat 1-3 warga akan terinfeksi TBC. Setengah dan

mereka BTA nya akan positif (0,5%) (kunoli,2012).


13

2.1.6 Pemeriksaan diagnostik

Menurut Mansjoer, dalam Nanda (2015) pemeriksaan diagnostik yang

dilakukan pada klien dengan Tuberkulosis Paru, yaitu :

1) Laboratorium darah rutin : LED normal / meningkat, limfositosis

Pemeriksaan sputum BTA : untuk memastikan diagnostik TB paru, namun

pemeriksaan ini tidak spesifik karena hanya 30-70% pasien yang dapat

didiagnosis berdasarkan pemeriksaan ini.

2) Tes PAP (Peroksidase Anti Peroksidase)

Merupakan uji serologi imunoperoksidase memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya igG spesifik terhadap basil TB

3) Tes Mantoux / Tuberkulin

Merupakan uji serulogi imunoperoksidase memakai alat histogen staining

untuk menentukan adanya IgG spesifik terhadap basil TB.

4) Tehnik Polymerase Chain Reaction

Deteksi DNA kuman secara spesifik melalui amplifikasi dalam meskipun

hanya satu mikroorganisme dalam spesimen juga dapat mendeteksi adanya

resisten.

5) Becton Dickinson diagnostic instrument Sistem (BACTEC)

Deteksi growth indeks berdasarkan CO2 yang dihasilkan dari metabolisme

asam lemak oleh mikobakterium tuberculosis


14

6) MYCODOT

Deteksi antibody memakai antigen liporabinomannan yang direkatkan pada

suatu alat berbentuk seperti sisir plastic, kemudian dicelupkan dalam jumlah

memadai memakai warna sisir akan berubah

7) Pemeriksaan radiologi : Rontgen thorax PA dan lateral

Hasil pemeriksan radiologi untuk pasien tuberkulosis meliputi: bayangan lesi

terletak di lapangan paru atas atau segment apikal lobus bawah, bayangan

berwarna (patchy) atau bercak (nodular), adanya kavitas, tunggal atau ganda,

kelainan bilateral terutama di lapangan atas paru, adanya klasifikasi, bayangan

menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian, dan bayangan millie.

2.1.7 Penatalaksanaan

Pengobatan Tuberkulosis Paru menggunakan Obat Anti Tuberkulosis

(OAT) dengan metode Directy Observed Treatment (DOTS)

1) Kategori I (2HRZE/4H3R3) untuk pasien TBC

2) Kategori II (2 HRZES/HERZE/ 5 H3R3E3) untuk pasien ulangan (pasien

yang pengobatan kategori I nya gagal atau pasien yang kambuh).

3) Kategori III (2HRZ / 4H3RE) untuk pasien baru dengan BTA (-), Ro (+)

4) Sisipan (HRZE) digunakan sehingga tambahan bila pada pemeriksaan akhir

tahap intensif dari pengobatan dengan kategori 1 atau kategori II ditemukan

BTA (+).
15

Obat di minum sekaligus 1 (satu) jam sebelum makan.

Kategori :

1) Tahap diberikan setiap hari selama 2 (dua) bulan (2 HRZE) :

(1) INH (H) : 300 mg- 1 tablet

(2) Rifanpisin(R) : 450 mg – 1 kaplet.

(3) Pirazinamid (Z) : 1500 mg – 3 kaplet @ 500 mg.

(4) Etambutol (E) : 750-3 kaplet @ 250 mg.

Obat tersebut diminum setiap hari secara intesif sebanyak 60 kali.

Regiman ini disebut KOMBIPAK II.

Tindak lanjut pengobatan

Tabel 2.1 Pengobatan Tuberkulosis

Kategori Waktu Hasil BTA Rencana tindak lanjut

Negatif Diteruskan ke tahap lanjutan


Akhir tahap
Intensif Terapkan sisipan selama 1
bulan jika hasil
Positif pemeriksaan dahak masih
I
(+) maka diharuskan ke
tahap lanjutan.
Positif Sembuh
Sebulan sebelum
Negatif Pengobatan gagal, ganti ke
akhir pengobatan
kategori II.

Teruskan ke tahap
Positif lanjutan
Akhir intensif
II
Negatif Sembuh.

Positif Pengobatan gagal,


pasien kronis dirujuk
16

Sebulan sebelum ke spesialis atau


mengonsumsi INH
akhir pengobatan seumur hidup.
Negatif Teruskan ke tahap
lanjut

Akhir intensif Positif Pengobatan diganti


dengan kategori II.
2) Tahap lanjutan di berikan 3 (tiga) kali dalam seminggu selama 4 bulan

(4H3R3) :

(1) INH (H) : 600 mg – 2 tablet @300 mg

(2) Rifampisin (R) : 450 mg – 1 kaplet

Obat tersebut diminum 3 (tiga) kali dalam seminggu (intermiten) sebanyak 54

kali.

Regimen ini di sebut KOMBIPAK III.

2.2 Konsep keluarga

2.2.1 Definisi keluarga

Menurut (Duval & Logan, 1986) Keluarga merupakan sekumpulan orang

dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk

menciptakan, mempertahankan budaya dan meningkatkan perkembangan fisik,

mental, emosional serta sosial dari setiap anggota keluarga (Gusti,2013).

Menurut (Friedman, 1998) mendefinisikan keluarga merupakan kumpulan

dua orang atau lebih yang hidup bersama, dengan keterikatan aturan dan

emosional dan masing-masing tiap keluarga mempunyai peran masing-masing

(Gusti,2013)
17

Jadi, dari beberapa definisi di atas maka keluarga merupakan sekumpulan

dua orang atau lebih dengan ikatan perkawinan yang hidup bersama, yang

bertujuan untuk mempertahankan budaya, mental, meningkatkan perkembangan

fisik dengan keterikatan aturan dan emosional dan setiap anggota keluarga

mempunyai peran masing-masing.

2.2.2 Struktur keluarga

1) Patrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ayah.

2) Matrilineal

Adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam

beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.

3) Matrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri.

4) Patrilokal

Adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

5) Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan

beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan

dengan suami istri (Gusti,2013)


18

Ciri-ciri struktur keluarga :

1) Terorganisir

Saling berhubungan, saling ketergantunganantara anggota keluarga.

2) Ada keterbatasan

Setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga mempunyai

keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-masing.

3) Ada perbedaan dan kekhususan

Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing

(Gusti,2013)

2.2.3 Tipe keluarga

Menurut (Walsh,1998,hlm.28) Saat ini, tidak terdapat lagi keluarga khas

Amerika. Berbagai bentuk keluarga sering kali diklasifikasikan menjadi bentuk

keluarga tradisional dan non tradisional . pembentukan kembali kehidupan

modern yang berbeda terdiri atas perpaduan berbagai struktur dan budaya

keluarga yang muncul : ibu yang bekerja dan suami-istri sama-sama bekerja;

keluarga yang bercerai, keluarga orangtua tunggal, dan menikah lagi; serta

pasangan rumah tangga, baik pasangan homoseksual maupun heteroseksual

(Friedman,2014)

1) Tipe keluarga tradisional

(1) Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah,ibu dan anak yang diperoleh

dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.


19

(2) Keluarga besar (Extended family)

Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih mempunyai

hubungan darah (kakek,nenek,paman,bibi, saudara, sepupu, dll).

(3) Keluarga bentukan kembali (Dyadic Family)

Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah cerai atau

kehilangan pasangannya.

(4) Orang tua tunggal (Single parent family)

Adalah keluarga yang terdiri salah satu orang tua dengan anak-anak akibat

perceraian atau ditinggal pasangannya.

(5) The single adult living alone

Adalah orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa pernah menikah.

(6) The unmarried teenage mother

Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.

(7) Keluarga usila (Niddle age/aging couple)

Adalah suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-duanya bekerja

atau tinggal di rumah, anak-anaknya sudah meninggalkan rumah karena

sekolah/perkawinan/meniti karir.

2) Tipe keluarga non tradisional

(1) Commune family

Adalah lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup serumah.

(2) Orang tua (ayah dan ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup

bersama dalam satu rumah tangga.


20

(3) Homoseksual

Adalah dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu rumah tangga

(Gusti,2013)

2.2.4 Fungsi keluarga

Fungsi keluarga menurut Friedman dalam Gusti (2013) adalah sebagai berikut :

1) Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama

untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga

berhubungan dengan orang lain.

2) Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social

placement function) adalah fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak

untuk berkehidupan sosial rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar

rumah.

3) Fungsi reproduksi (the productive function) adalah fungsi untuk

mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

4) Fungsi ekonomi (the economic function) yaitu keluarga berfungsi untuk

memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi dan tempat untuk

mengembangkan kemampuan individu meningkatkan penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga.

5) Fungsi perawatan / pemeliharaan kesehatan (the health care function) yaitu

fungsi untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap

memiliki produktivitas tinggi.


21

2.2.5 Tugas keluarga

Menurut E.Duvall ada 8 (delapan) tugas dasar yang mengarah pada

keberhasilan hidup berkeluarga di dalam masyarakat, tugas keluarga meliputi

tanggung jawab untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan biologik, kultural dan

pribadi serta aspirasi para anggota pada setiap tingkat perkembangan keluarga. 8

(delapan ) tugas dasar tersebu meliputi :

1) Pemeliharaan fisik

Keluarga bertangguang jawab menyediakan tempat bernaung, pakaian yang

sesuai dan makanan yang cukup bergizi, serta asuhan kesehatan atau keperawatan

yang memadai.

2) Alokasi sumber

Sumber-sumber meliputi : keuangan, waktu pribadi, energi dan hubungan

dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan anggota keluarga dipenuhi melalui

penganggaran dan pembagian kerja untuk menyediakan bahan, ruangan dan

fasilitas melalui hubungan interpersonal untuk saling membagi wewenang, respek

dan perhatian.

3) Pembagian kerja

Anggota keluarga menetapkan yang akan memikul tanggung jawab apa,

seperti memperoleh penghasilan atau income, mengelola tugas-tugas rumah

tangga, memelihara rumah dan kendaraan, memberi asuhan kepada anggota

keluarga yang masih muda, tua atau yang tidak mampu/ tidak berdaya dan tugas-

tugas lain yang telah ditentukan.


22

4) Sosialisasi anggota keluarga

Keluarga mempunyai tanggung jawab untuk membimbing berkembangnya

secara matang pola prilaku yang dapat diterima masyarakat, yang menyangkut

kebutuhan makan, eliminasi, istirahat tidur, seksualitas, interaksi dengan orang

lain.

5) Reproduksi, penerimaan dan melepas anggota-anggota keluarga

Melahirkan, adopsi dan membesarkan anak adalah tanggung jawab keluarga,

sejalan dengan masuknya anggota-anggota baru melalui perkawinan. Kebijakan-

kebijakan ditetapkan untuk memasukkan orang lain kedalam keluarga seperti :

mertua, sanak saudara, orangtua tiri, tamu dan teman

6) Pemeliharaan keteraturan

Keteraturan dipelihara melalui interaksi perilaku yang bisa diterima. Bentuk

dan identitas, pola kasih sayang, ungkapan seksual diperkuat melalui perilaku

orangtua untuk menjamin penerimaan dalam masyarakat.

7) Penempatan anggota keluarga dalam masyarakat luas

Anggota keluarga mengakar di masyarakat melalui hubungan di tempat

ibadah, sekolah, sistem politik dan organisasi-organisasi lain. Keluarga juga

memikul tanggung jawab untuk melindungi anggota keluarga dari pengaruh luar

yang tidak diinginkan dan dalam keanggotaan kelompok-kelompok yang tidak

diinginkan.

8) Pemeliharaan motivasi dan moral

Anggota keluarga menghargai satu sama lain atas keberhasilan mereka dan

disediakannya suasana keluarga yang mencerminkan bahwa setiap individu


23

diterima, didukung dan diperhatikan. Keluarga mengembangkan suatu falsafah

hidup dan semangat kesatuan dan kesetiaan keluarga, sehingga memungkinkan

anggota-anggota berdaptasi dengan krisis pribadi maupun keluarga (Gusti,2013)

Selain 8 (delapan) tugas dasar keluarga yang harus dilaksanakan dengan

baik keluarga juga harus mampu melaksanakan tugas dalam kesehatan keluarga.

1) Tugas kesehatan keluarga menurut Freeman dalam Gusti (2013) yaitu :

2) Mengenal masalah kesehatan keluarga

3) Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat.

4) Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit

5) Mempertahankan suasana rumah yang sehat.

6) Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat.

2.2.6 Peran perawat keluarga

1) Pendidik

Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar

keluarga dapat melakukan program asuhan keperawatan keluarga secara mandiri

dan bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.

2) Koordinator

Diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang komprehensif

dapat tercapai.

3) Pelaksana

Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik dirumah, klinik maupun

di rumah sakit bertanggung jawab dalam memberikan perawatan langsung.


24

4) Pengawas kesehatan

Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan home visite atau

kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian

tenang kesehatan keluarga.

5) Konsultan

Perawat sebagai narasumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah kesehatan.

6) Kolaborasi

Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit

atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan keluarga

yang optimal.

7) Fasilitator

Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat

kesehatannya.

8) Penemu kasus

Mengidentifikasi masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi

ledakan atau wabah.

9) Modifikasi lingkungan

Perawat juga harus dapat meodifikasi lingkungan, baik lingkungan rumah

maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercapai lingkungan yang sehat

(Gusti,2013).
25

2.3 Konsep asuhan keperawatan keluarga

2.3.1 Pengkajian tuberkulosis

1) Data Umum

(1) Nama kepala keluarga, usia, pendidikan, pekerjaan, dan alamat kepala

keluarga, komposisi anggota keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis

kelamin, tanggal lahir, atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status

imunisasi dari masing-masing anggota keluarga,dan genogram (genogram

keluarga dalam tiga generasi).

(2) Tipe keluarga, menjelaskan jenis tipe keluarga beserta kendala atau masalah

yang terjadi dengan jenis tipe keluarga tersebut.

(3) Suku bangsa atau latar belakang budaya (etnik), mengkaji asal suku bangsa

keluarga tersebut, serta mengidentifikasi budaya suku bangsa terkait dengan

kesehatan.

(4) Agama mengajarkan agar kita bersabar dan tetap meyakini bahwa Tuhan

akan memberi jalan kesembuhan dan kebaikan di kemudian hari, musibah apapun

termasuk TB hendaknya tidak di pandang sebagai akhir dari segala-galanya,

manusia harus yakin bahwa Tuhan bisa merubah sesuatu yang menurut kita tidak

mungkin dan menyatakan setiap penyakit pasti ada obatnya (Faqih,dkk 2014).

(5) Status sosial ekonomi keluarga sangat erat dengan keadaan rumah, kepadatan

hunian, lingkungan perumahan, lingkungan sanitasi tempat kerja yang buruk

dapat memudahkan penularan TBC. Pendapatan keluarga sangat erat dengan

penularan TBC, karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak

dengan memenuhi syarat-syarat kesehatan (Hiswani,2004).


26

(6) Aktivitas rekreasi keluarga misalnya mendengarkan gending jawa mampu

mengeluarkan beberapa hormon salah satunya hormon serotonin, hormon ini

menimbulkan rasa bahagia meningkatkan sistem kekebalan tubuh

(Fitriaseh,2018).

2) Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

(1) Tahap Perkembangan Keluarga saat ini ditentukan oleh anak tertua dalam

keluarga.

(2) Tahap Perkembangan Keluarga yang Belum Terpenuhi

(3) Data ini menjelaskan mengenai tugas dalam tahap perkembangan keluarga

saat ini yang belum terpenuhi dan alasan mengapa hal tersebut belum terpenuhi.

(4) Riwayat Keluarga Inti Data ini menjelaskan mengenai ada tidaknya keluarga

yang terkena penyakit TB atau jika ada yang terkena maka penyakit TB dapat

menularkan ke anggota keluarga yang lain. Anak semasa kecil seharusnya

dilakukan imunisasi BCG bertujuan untuk pemberian kekebalan aktif terhadap

tuberkulosis (Faqih,2014).

(5) Riwayat Keluarga Sebelumnya Data ini menjelaska riwayat kesehatan dari

pihak suami dan istri.

3) Pengkajian Keadaan Lingkungan

(1) Karakteristik Rumah Rumah yang terlalu sempit (terlalu banyak

penghuninya) maka ruangan akan kekurangan oksigen sehingga dapat akan

menyebabkan menurunnya daya tahan tubuh sehingga memudahkan terjadinya

penyakit. Lingkungan dan rumah yang tidak sehat seperti pencahayaan rumah

yang kurang (terutama cahaya matahari), kurangnya ventilasi rumah, kondisi


27

ruangan yang lembab, hunian yang terlalu padat mengakibatkan kadar CO2

dirumah meningkat. Peningkatan CO2 sangat mendukung perkembangan bakteri.

Hal ini dikarenakan mycobacterium tuberculosis adalah aerob obligat dan

mendapatkan energi dan oksidasi banyak komponen karbon sederhana

(Fahreza,2012).

(2) Karakteristik Tetangga dan Komunitas Setempat Sebagian besar masyarakat

cenderung untuk membeli obat diwarung ketika merasakan adanya gejala batuk

karena masyarakat menganggap masih tergolong penyakit ringan, sedangkan

sebagian lagi langsung berobat ketenaga kesehatan setelah batuknya sudah

termasuk penyakit berbahaya, menular, dan hanya bisa disembuhkan melalui

pengobatan medis, sedangkan sebagian kecil lainnya mempercayakan

kesembuhan melalui pengobatan tradisional, karena beranggapan bahwa penyakit

TB hanya bisa disembuhkan melalui pengobatan tradisional karena penyakit

tersebut berkaitan dengan kekuatan ghaib (Fitriaseh,2018) dan TB bukan penyakit

keturunan, kutukan atau karena guna-guna atau santet. (Faqih,dkk, 2014).

(3) Mobilitas Geografis Keluarga data ini menjelaskan mengenai kebiasaan

keluarga berpindah tempat.

(4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat data ini menjelaskan

mengenai kebiasaan keluarga berkumpul, sejauh mana keterlibatan keluarga

dalam pertemuan dengan masyarakat. (Widyanto, 2014)


28

4) Struktur Keluarga

(1) Sitem Pendukung Keluarga data ini menjelaskan mengenai jumlah anggota

keluarga yang sehat, fasilitas keluarga, dukungan keluarga dan masyarakat sekitar

terkait dengan kesehatan dan lain sebagainya.

(2) Pola Komunikasi Keluarga data ini menjelaskan mengenai cara komunikasi

dengan keluarga serta frekuensinya.

(3) Struktur Peran data ini menjelaskan mengenai peran anggota keluarga dan

masyarakat yang terbagi menjadi peran formal dan informal.

(4) Nilai/Norma Keluarga Data ini menjelaskan mengenai nilai atau norma yang

dianut keluarga terkait kesehatan.

5) Fungsi Keluarga

(1) Fungsi Afektif

Hal yang perlu dikaji yaitu gambaran diri anggota keluarga, perasaan

memiliki dan dimiliki dalam keluarga, dukungan keluarga terhadap anggota

keluarga dan bagaimana keluarga mengembangkan sikap saling menghargai

(2) Fungsi Sosialisasi

Dikaji bagaimana interaksi atau hubungan dalam keluarga, sejauh mana

anggota keluarga belajar disiplin, norma, budaya, serta perilaku.

(3) Fungsi Perawatan Kesehatan

Dalam mengkaji fungsi perawatan kesehatan yang perlu diperhatikan adalah:

Kondisi perawatan kesehatan seluruh anggota keluarga (bukan hanya kalau sakit

diapakan, tetapi bagaimana upaya preventif dan promotifnya dan bila ditemui data

maladaptive, langsung lakukan penjajakan tahap II (berdasarkan 5 tugas keluarga


29

seperti bagaimana keluarga mengenal masalah, mengambil keputusan, merawat

anggota keluarga, memodifikasi lingkungan dan memanfaatkan fasilitas

pelayanan kesehatan).

6) Stres dan koping keluarga

(1) Stresor jangka pendek, yaitu stresor yang dialami keluarga yang memerlukan

penyelesaian dalam waktu 6 bulan

(2) Stresor jangka panjang, yaitu stresor yang saat ini dialami yang memerlukan

penyelesaian lebih dari 6 bulan

(3) Kemampuan keluarga berespon terhadap situasi atau stressor

(4) Strategi koping yang digunakan, strategi koping apa yang digunakan keluarga

bila menghadapi permasalahan

(5) Strategi fungsional, menjelaskan adaptasi disfungsional yang digunakan

keluarga bila menghadapi permasalahan.

7) Pengkajian fisik

Kelelahan umum dan kelemahan, nafas pendek, batuk produktif/tidak

produktif, peningkatan frekuensi pernafasan (penyakit luas atau fibrosis parenkim

paru pleura), pengembangan pernafasan tidak simetris (Effusi pleura), perkusi

pekak dan penurunan fremitus, bunyi nafas tubuler dan bisikan pectoral di atas

lesi luas, krekels di atas aspek paru selama inspirasi cepat setelah batuk pendek,

karakteristik sputum: hijau, puluren, muloid kuning atau bercak darah deviasi

trakeal, nyeri dada meningkat karena batuk berulang, berhati-hati pada area yang

sakit.
30

Kesulitan tidur pada malam hari, menggigil atau berkeringat, takikardia,

takipnea, kelelahan otot nyeri, kehilangan nafsu makan. Tidak dapat mencerna,

penurunan berat badan, turgor kulit buruk, kering/kulit bersisik, kehilangan

otot/hilang lemak subkutan.,perilaku distraksi,gelisah,adanya kondisi penekanan

imun.contoh: AIDS, kanker.

8) Harapan keluarga Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan

keluarga terhadap masalah kesehatan keluarga, serta harapan terhadap petugas

kesehatan yang ada.

2.3.2 Diagnosa keperawatan

Diagnosis keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga, atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data

dan analisis data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-

tindakan dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya. Diagnosis

keperawatan keluarga dianalisis dari hasil pengkajian terhadap masalah dalam

tahap perkembangan keluarga, lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-

fungsi keluarga, koping keluarga, baik yang bersifat aktual, resiko, maupun

sejahtera dimana perawat memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk

melakukan tindakan keperawatan bersama-sama dengan keluarga, berdasarkan

kemampuan, dan sumber daya keluarga (Mubarak, 2012).

Mubarak (2012) merumuskan diagnosis keperawatan keluarga berdasarkan

data yang didapatkan pada pengkajian. Komponen diagnosis keperawatan

meliputi problem atau masalah, etiology atau penyebab, dan sign atau tanda yang

selanjutnya dikenal dengan PES.


31

1) Problem atau masalah (P) Masalah yang mungkin muncul

2) Etiology atau penyebab (E) Penyebab dari diagnose keperawatan pada asuhan

keperawatan keluarga berfokus pada 5 tugas kesehatan keluarga yang meliputi:

(1) Mengenal masalah kesehatan.

(2) Mengambil keputusan yang tepat.

(3) Merawat anggota keluarga yang sakit.

(4) Memodifikasi lingkungan.

(5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan.

3) Sign atau tanda (S) Tanda atau gejala yang didapatkan dari hasil pengkajian.

Menentukan prioritas masalah menurut Mubarak (2012) tipologi dari diagnosis

keperawatan yaitu:

1) Diagnosis aktual (terjadi defisit atau gangguan kesehatan) Dari hasil

pengkajian didapatkan data mengenai tanda dan gejala dari gangguan kesehatan,

dimana masalah kesehatan yang dialami oleh keluarga memerlukan bantuan untuk

segera ditangani dengan cepat.

2) Diagnosis resiko tinggi (ancaman kesehatan) Sudah ada data yang menunjang

namun belum terjadi gangguan, tetapi tanda tersebut dapat menjadi masalah

aktual apabila tidak segera mendapatkan bantuan pemecahan dari tim kesehatan

atau keperawatan.

3) Diagnosis potensial (keadaan sejahtera atau wellness) Suatu keadaan jika

keluarga dalam keadaan sejahtera, kesehatan keluarga dapat ditingkatkan. Setelah

data dianalisis, kemungkinan perawat menemukan lebih dari satu masalah.

Mengingat keterbatasan kondisi dan sumber daya yang dimiliki oleh keluarga
32

maupun perawat, maka masalah-masalah tersebut tidak dapat ditangani sekaligus.

Oleh karena itu, perawat bersama keluarga dapat menyusun dan menentukan

prioritas masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan skala perhitungan.

Tabel 2.2 Analisa Data

No. Analisa Data Etiologi Masalah

1. DS: Ketidakmampuan Tidak Efektifnya bersihan


keluarga dalam jalan napas
- Klien mengatakan sulit merawat anggota
mengeluarkan dahak
yang sakit
- Klien mengatakan selalu batuk-batuk 00031
Tuberkulosis paru
- Klien mengatakan kadang nafasnya
sesak Domain 11
DO:

- Kesadaran Compos mentis


- Bunyi nafas Ronchi
- RR : 25 x/menit
2 DS : Ketidakmampuan Ketidakseimbangan nutrisi:
keluarga dalam kurang dari kebutuhan
- Klien mengatakan tidak nafsu makan merawat anggota tubuh
- Klien mengatakan sulit makan
keluarga yang
karena batu-batuk terus
sakit Tuberkulosis
- Klien mengatakan berat badannya
turun paru
00002
D0 : Domain 2
- Klien tampak kurus
- BB menurun
- IMT kurang dari kebutuhan
- Klien sering batuk-batuk
- Klien terlihat lemas
(Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) Persatuan Perawat
Nasional Indonesia, 2017

Table 2.3 Skoring Prioritas Masalah

(Maglaya,2009)

No Kriteria skor Bobot

1 Sifat Masalah 1
Skala a. Wellness 3
b. Aktual 3
c. Resiko 2
d. Potensial 1
33

2 Kemungkinan Masalah dapat Diubah 2


Skala a. Mudah 2
b. Sebagian 1
c. Tidak dapat 0

3 Potensial Masalah untuk Dicegah 1


Skala a. Tinggi 3
b. Cukup 2
c. Rendah 1

4 Menonjolnya Masalah 1
Skala a. Segera
2
b. Tidak perlu
c. Tidak dirasakan 1
0

(Ikatan Perawat Kesehatan Komunitas Indonesia (IPKKI) Persatuan


Perawat Nasional Indonesia, 2017)

Cara Skoring:

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot.


𝑆𝑘𝑜𝑟
X bobot
𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖

3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.

2.3.3 Rencana keperawatan keluarga

Perencanaan keperawatan keluarga adalah kumpulan rencana tindakan

yang dibuat oleh perawat yang nantinya diimplementasikan dalam tindakan yang

nyata dengan mengerahkan segala kemampuan yang dimiliki untuk perbaikan

kesehatan keluarga yang lebih baik dari sebelumnya.

Perencanaan keperawatan keluarga terdiri dari tujuan (umum dan khusus),

rencana intervensi, serta rencana evaluasi yang memuat 40 kriteria dan standar.

Perumusan tujuan dilakukan secara spesifik, dapat diukur (measurable), dapat


34

dicapai (achivable), rasional dan menunjukkan waktu (SMART). Rencana

intervensi ini ditetapkan untuk mencapai tujuan (Padila, 2012). Berikut ini

klasifikasi intervensi keperawatan menurut Feedman (1970) dalam Friedman

(2014), yaitu :

1) Intervensi Suplemental, perawat memberikan perawatan langsung kepada

keluarga karena tidak dapat dilakukan keluarga

2) Intervensi Facilitate, perawat membantu mengatasi hambatan yang dimiliki

keluarga dengan berusaha memfasilitasi pelayanan yang diperlukan, seperti

pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi dan pelayanan kesehatan di

rumah

3) Intervensi Developmental, perawat melakukan tindakan dengan tujuan

meningkatkan dan memperbaiki kapasitas keluarga dalam perawatan diri dan

tanggung jawab pribadi. Perawat juga membantu keluarga memanfaatkan fasilitas

kesehatan yang berasal dari sumber diri sendiri , termasuk dukungan sosial

internal maupun eksternal ( Padila, 2012).


42

2.3.4 Implementasi keperawatan

Pada kegiatan implementasi, terlebih dahulu perawat perlu melakukan

kontrak sebelumnya agar keluarga lebih siap baik fisik maupun psikologis dalam

menerima asuhan keperawatan. Kontrak meliputi waktu pelaksanaan, materi,

siapa yang melaksanakan,siapa anggota keluarga yang perlu mendapat pelayanan,

serta peralatan yang dibutuhkan jika ada. Kegiatan selanjutnya adalah

implementasi sesuai dengan rencana keperawatan keperawatan yang telah disusun

berdasarkan diagnosis yang diangkat. Implementasi keperawatan terhadap

keluarga mencakup hal-hal dibawah ini :

1) Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan

kebutuhan kesehatan dengan cara :

(1) Memberikan informasi

(2) Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan

(3) Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah

2) Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat, dengan

cara :

(1) Mengidentifikasi kosekuensi tidak melakukan tindakan

(2) Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga

(3) Mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit

dengan cara:

(1) Mendemonstrasikan cara perawatan

(2) Menggunakan alat dan fasilitas yang ada dirumah


43

(3) Mengawasi keluarga melakukan tindakan perawatan

(4) Membantu keluarga untuk menentukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara : Menemukan sumber-sumber yang dapat digunakan

keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga seoptimal mungkin, dan

memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.

2.3.5 Evaluasi keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menilai keberhasilan

rencana tindakan yang telah dilaksanakan. Apabila tidak/belum berhasil perlu

disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan keperawatan mungkin tidak

dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan rumah ke keluarga. Untuk itu dapat

dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan keluarga yang

telah disepakati bersama.

Evaluasi dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu :

1) Evaluasi berjalan (formatif)

Evaluasi yang dikerjakan dalam bentuk pengisian catatan perkembangan yang

berorientasi pada masalah yang dialami klien. Format yang digunakan dalam

evaluasi formatif adalah SOAP

2) Evaluasi akhir (sumatif)

Evaluasi yang dikerjakan dengan membandingkan antara tindakan yang telah

dikerjakan dengan tujuan yang ingin dicapai. Jika terjadi kesenjangan, maka

proses keperawatan dapat ditinjau kembali untuk mendapatkan data guna

memodifikasi perencanaan. Format yang digunakan dalam evaluasi sumatif

adalah SOAPIER.
BAB III

METODE PENULISAN

3.1 Pendekatan (Desain Penulisan)

Jenis penulisan ini adalah deskriptif dalam bentuk studi kasus untuk

mengeskplorasi masalah asuhan keperawatan pada klien Tuberkulosis Paru di

wilayah puskesmas sempaja. Dalam bentuk studi kasus dengan pendekatan asuhan

keperawatan yang meliputi pengkajian, diagnosis keperawatan, perencanaan,

pelaksanaan dan evaluasi.

3.2 Subyek Studi Kasus

Subyek dalam studi kasus ini adalah dua orang klien Tuberkulosis Paru di

wilayah Puskesmas Sempaja.

3.1.1. Responden berobat jalan di puskesmas sempaja dengan diagnosa medis

Tuberkulosis Paru

3.1.2. Responden mampu berbahasa indonesia dengan baik.

3.1.3. Responden dalam keadaan sadar dan mempunyai keadaan umum baik

3.1.4. Bersedia jadi responden dan telah menandatangi surat persetujuan (informed

consent) sebagai bukti persetujuan.

3.3 Batasan Istilah (Definisi Operasional)

Studi kasus dengan menggunakan asuhan keperawatan adalah rangkaian

proses keperawatan individu pada pasien yang di diagnose Tuberkulosis Paru

dengan melalui pengkajian, menetapkan diagnosa keperawatan, menyusun

45
46

perencanaan, melakukan tindakan keperawatan serta melakukan evaluasi pada

pasien.

3.4 Lokasi dan Waktu Studi Kasus

Studi kasus ini dilakukan selama 6 hari. Adapun tempat dilaksanakan

asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis Paru di rumah

klien wilayah puskesmas sempaja.

3.5 Prosuder Studi Kasus

Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data pada studi kasus

ini adalah sebagai berikut:

3.5.1. Penyusunan proposal studi kasus.

3.5.2. Proposal disetujui oleh pembimbing.

3.5.3. Meminta surat izin kepada pihak kampus untuk di laksanakannya studi kasus

di rumah klien wilayah puskesmas sempaja Samarinda.

3.5.4. Meminta izin untuk mengumpulkan data dengan metode studi kasus melalui

surat izin pelaksanaan studi kasus kepada pihak puskesmas sempaja

Samarinda

3.5.5. Mencari dua klien dengan Tuberkulosis Paru dengan studi kasus yang sama

dan memberikan informasi singkat tentang tujuan dan manfaat studi kasus

kepada pasien di keikutsertaannya dalam studi kasus ini. Bagi pasien yang

setuju untuk berpartisipasi dalam studi kasus ini, dibagikan lembar

persetujuan (informed consent) untuk di tanda tangani.


47

3.5.6. Meminta keluarga responden yang setuju berpartisipasi dalam pelaksanaan

studi kasus tersebut.

3.5.7. Melakukan bina hubungan saling percaya pada pasien dengan Tuberkulosis

Paru.

3.5.8. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan keluarga, pemeriksaan fisik,

merumuskan diagnosa, menentukan intervensi, implementasi, evaluasi, dan

dokumentasi pada pasien dengan Tuberkulosis Paru.

3.6 Metode dan Instrumen Pengumpulan Data

3.6.1. Teknik Pengumpulan Data

1) Wawancara

(1) Menanyakan identitas anggota keluarga responden

(2) Menanyakan riwayat penyakit dan tahap perkembangan keluarga responden

(3) Menanyakan pengetahuan keluarga tentang penyakit yang diderita responden

(4) Menanyakan tentang stress dan koping keluarga responden

(5) Menanyakan harapan keluarga terhadap adanya asuhan keperawatan keluarga

2) Observasi / Memonitor

(1) Pemeriksaan fisik (inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi)

(2) Dokumentasi laporan asuhan keperawatan

3) Pengukuran TTV

3.6.2. Instrumen Pengumpulan Data

Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan format

pengkajian asuhan keperawatan keluarga dengan Tuberkulosis Paru.


48

3.7 Keabsahan Data

3.7.1. Data Primer

Sumber data yang dikumpulkan dari orang terdekat pasien (keluarga), seperti

orang tua, saudara, atau pihak lain yang mengerti dan dekat dengan pasien yang dapat

memberikan informasi yang lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan

yang dihadapinya.

3.7.2. Data Sekunder

Sumber data yang dikumpulkan dari catatan pasien (perawatan atau rekam

medis pasien) yang merupakan riwayat penyakit dan perawatan pasien dimasa lalu.

3.8 Analisis Data

Pengolahan hasil analisa data ini menggunakan analisis statistic deskriptif.

Analisis deskriptif adalah pendekatan penulisan deskriptif dengan menggunakan

rancangan studi kasus. (Notoatmodjo, 2012). Pengolahan data ini untuk melakukan

asuhan keperawatan pada klien Tuberkulosis Paru. Analisa data dilakukan dengan

cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan

selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan

dengan cara menarasikan jawaban-jawaban dari penulisan yang diperoleh dari hasil

interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah

penulisan. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya dinterpretasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi dalam

intervensi tersebut.
BAB IV

HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan hasil Asuhan Keperawatan Keluarga yang meliputi

penjabaran data umum dan data khusus selama 6 hari perawatan. Proses

perawatan dimulai dari pengkajian keluarga dan individu sebagai anggota

keluarga, perumusan diagnosa keperawatan, penyusunan perencanaan,

pelaksanaan asuhan keperawatan dan evaluasi pada anggota keluarga dengan

Tuberkulosis Paru di wilayah kerja Puskesmas Sempaja.

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Gambaran lokasi penelitian

Puskesmas sempaja diresmikan pada tanggal 15 agustus 1985 oleh

walikota samarinda ( Bapak Waris Husein ) dan didampingi oleh kepala dinas

kesehatan kota samarinda ( dr. Supangat). Lokasinya di jalan KH. Wahid Hasyim

dimana lokasi tersebut kini menjadi pos pintu masuk stadion madya sempaja.

Gedung puskesmas sempaja lama, berupa bangunan permanen, terdapat 8 ruangan

dengan fasilitas listrik (PLN) dan sumur gali. Dibelakangnya terdapat 4 rumah

dinas yang terbuat dari kayu yang ditempati oleh dokter, perawat, bidan.

Kepala puskesmas sempaja saat berdiri adalah dr. Ardiono dengan susunan

pegawai sebagai berikut Poli KIA (bidan) : Rosmiati Ayub, Poli Kb

:Maria (bidan), Poli umum : burhanuddin (SPR), Poli lansia : hamim, Apotek

: Arbaenah (SPR).

49
50

Jumlah pasien yang datang berobat ke puskesmas rata-rata 10 orang

perhari, dan jumlah penduduk sempaja 2400 jiwa. Jumlah posyandu ada 5 yaitu :

posyandu bayur, pinang seribu, gunung cermin, gunung malang, dan anggur.

4.1.2 Gambaran Subjek Studi Kasus

Dalam studi kasus ini dipilih 2 penderita Tuberkulosis Paru dalam 2

keluarga sebagai subjek studi kasus. Subjek sudah sesuai dengan kriteria inklusi

yang ditetapkan yaitu :

4.1.2.1 Pengkajian

1) Data Umum

Pengkajian dilakukan pada tanggal 8 April 2019. Seluruh keterangan atau

data berasal dari keluarga subjek 1 dan 2. Dalam memberikan data kesehatan,

keluarga subjek 1 dan 2 dapat berkomunikasi secara baik dengan mahasiswa serta

mau terbuka dalam menyampaikan informasi atau masalah yang sedang dihadapi

sehingga sangat membantu dalam proses pengkajian.

Subjek pertama adalah keluarga Tn. S dari keluarga Tn. S, berusia 65

tahun, jenis kelamin laki-laki. Pendidikan terakhir SMA. Alamat Jalan Pramuka

Poros Rt 32 Sempaja Selatan Samarinda. Di keluarga Tn. S tidak ada yang

menderita penyakit Tuberkulosis Paru . Tn. S didiagnosis Tuberkulosis Paru 1

bulan yang lalu.

Dari pengkajian yang dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di

keluarga Tn. S adalah Tn.S yang menderita Tuberkulosis Paru . Tn. S terlihat

lemas, batuk-batuk dan sulit mengeluarkan dahak. Tn. S tidak tahu cara batuk

efektif untuk mengeluarkan dahak . berat badan Tn. S adalah 55 kg dengan tinggi
51

badan 168 cm. Tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 78x/menit, RR 21x/menit dan

suhu 36,7C. Tn. S mengatakan nafsu makannya membaik semenjak minum obat

antituberkulosis 2-3 kali makan sehari.

Tn. S dan keluarga mengatakan tidak mengetahui penyakit Tuberkulosis

Paru secara rinci yang dia tahu bahwa obat antituberkulosis tidak boleh putus obat

dari petugas puskesmas. Tn. S tidak mengetahui cara penularan penyakit

Tuberkulosis. Tn. S mengatakan tidak ada tempat khusus untuk membuang dahak

dan jika keluar rumah Tn. S jarang memakai masker.

Subjek kedua adalah keluarga Tn. J berusia 28 tahun, alamat Jalan KH

Wahid Hasyim Gg. Kalem Sempaja Barat RT 07 No 09 Samarinda. Tn. J

beragama islam . Pekerjaan Tn. J adalah Wiraswasta. Dari pengkajian yang

dilakukan didapat bahwa masalah kesehatan di keluarga Tn. J adalah Ny. T yang

menderita Tuberkulosis Paru. Ny. T terlihat lemas namun masih mampu

beraktivitas dengan baik .

Keluarga dan Ny.T belum tahu tentang penyakit Tuberkulosis yang ia tahu

bahwa obat antituberkulosis tidak boleh putus obat jika putus obat makan

pengobatannya akan semakin lama. Berat badan Ny. T adalah 45 kg dengan tinggi

badan 156 cm. Tekanan darah 120/70 mmHg, Nadi 84x/menit, RR 20x/menit dan

suhu 36,5C.

Keluarga mengatakan bahwa Ny.T riwayat perokok aktif semenjak

didiagnosis Tuberkulosis Paru Ny. T sudah tidak merokok lagi. Jika keluar rumah

Ny. T jarang memakai masker dan dirumah juga tidak ada tempat pembuangan
52

dahak khusus. Keluarga dan Ny.T tidak mengetahui cara penularan kuman

Tuberkulosis Paru.

Tabel 4.1 komposisi keluarga Subjek 1

Hub dgn Pendidikan


No Nama Jenis Kelamin Usia Imunisasi
KK Terakhir
1. Tn. S Laki-laki Suami 65 th SMA - sederajat
2. Ny. I Perempuan Istri 56 th SD – sederajat
3. Tn. F Laki-Laki Anak 25 th S1

Tabel 4.2 Komposisi Keluarga Subjek 2

Hub dgn Pendidikan


No Nama Jenis Kelamin Usia Imunisasi
KK Terakhir
1. Tn. J Laki-laki Suami 28 th SMA - sederajat lengkap
2. Ny. R Perempuan Istri 27 th SMA – sederajat lengkap
3. Ny. T Perempuan Ibu Istri 59 th SMP
4 An. N Perempuan Anak 6 th TK lengkap
5 An. A Laki-laki Anak 6 bln Belum Sekolah lengkap

2) Genogram subjek 1
53

Genogram Subjek 2

3) Tipe keluarga

Keluarga subjek 1 merupakan tipe keluarga inti yang terdiri dari seorang

ayah,ibu dan anak. Keluarga subjek 2 merupakan tipe keluarga extended family

adalah keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang mempunyai hubungan

darah yaitu nenek.

4) Suku bangsa

Keluarga subjek 1 Tn. S dan Ny. I keturunan suku Bugis , bahasa yang

digunakan adalah bahasa Indonesia dan bahasa Bugis. Keluarga subjek 2 Tn. J
54

dan Ny. T berasal dari Jawa, bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia dan

bahasa Jawa.

5) Agama

Keluarga subjek 1 dan 2 menganut agama Islam. Keluarga subjek 1 dan 2

selalu melaksanakan sholat 5 waktu secara rutin.

6) Status Sosial Ekonomi Keluarga

Keluarga subjek 1 Tn. S dan Ny. I setiap harinya menjaga toko sembako di

depan rumahnya dan melayani pembeli dengan baik. Pemenuhan kebutuhan

sehari-hari diperoleh dari hasil penjualan toko sembako dengan penghasilan

kurang lebih Rp 7.000.000/bulan.

Keluarga subjek 2 Tn. J bekerja sebagai Wiraswasta dengan penghasilan

Rp 3.000.000/bulan. Ny. T kadang-kadang berkebun menanam buah dan Istri Tn.

J yaitu Ny. R bekerja sebagai ibu rumah tangga mengatakan bahwa penghasilan

perbulan dari suaminya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

7) Aktivitas Rekreasi Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 mengatakan bahwa tidak pernah melakukan

rekreasi ketempat hiburan, rekreasi yang biasanya dilakukan hanya menonton TV

bersama dan berkumpul dengan anak dan cucu dirumah.

8) Tahap perkembangan keluarga saat ini.

Keluarga subjek 1 saat ini Tn. S berada dalam tahap perkembangan

keluarga dengan anak usia dewasa muda ( pelepasan) awal.


55

Keluarga subjek 2 saat ini Ny. T berada dalam tahap perkembangan

keluarga usia pertengahan dimana suami Ny. T telah meninggal dunia 3 tahun

yang lalu.

9) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhhi

Keluarga subjek 1 dan 2 tahap perkembangan keluarga yang belum

terpenuhi adalah mempertahankan kesehatan setiap anggota keluarga.

10) Riwayat keluarga inti

Keluarga subjek 1 Tn. S dengan Ny. I dikaruniai 3 orang anak yaitu 2

orang perempuan dan 1 laki-laki, 2 anaknya telah menikah dan tinggal bersama

suami mereka masing-masing, 1 anak laki-laki Tn. S belum menikah dan sampai

sekarang tinggal bersama Tn. S dan Ny. I. Tn. S sekarang dalam proses menjalani

pengobatan penyakitnya yang sudah berjalan selama 1 bulan,obat yang di munim

adalah obat paket yang di ambil dari puskesmas. Kondisi sekarang Tn. S masih

sering batuk berdahak.

Keluarga subjek 2 Ny.I dan alm suaminya Tn. A dikaruniai 1 orang anak

perempuan dan telah menikah. Saat ini Ny. T tinggal bersama anaknya dan telah

menjalani proses pengobatan penyakitnya selama 1 bulan, obat yang diminum

adalah obat paket yang di ambil dari puskesmas.

11) Riwayat keluarga sebelumnya.

Keluarga subjek 1 dan 2 berdasarkan informasi yang diperoleh bahwa

dalam keluarga sebelumnya tidak ada riwayat penyakit Tuberkulosis Paru.


56

12) Karakteristik Rumah

Keluarga subjek 1 Tempat tinggal keluarga Tn. S memiliki luas 5 m2 .

Bangunan tersebut milik sendiri. Rumah Tn. S memiliki 2 kamar, 1 ruang tamu /

keluarga, 1 dapur, 1 kamar mandi. Ventilasi / penerangan bagi Tn. S kurang

memadai. Lantai rumah cukup bersih, lingkungan rumah bersih, lantai rumah

menggunakan kayu, dinding rumah terbuat kayu. Untuk penggunaan air, Keluarga

Tn. S menggunakan sumber air PDAM, Tn. S tidak memiliki pekarangan bagian

belakang, bagian samping kanan dan bagian samping kiri, dan Tn. S memiliki

toko sembako di depan rumahnya.

Keluarga subjek 2 tempat tinggal keluarga Tn. J khususnya Ny. T yang

tinggal bersama anaknya memiliki luas rumah 4 𝑚2 dengan panjang 8 𝑚2 .

Bangunan tersebut merupakan rumah kontrakan dengan biaya Rp 500.000/bulan.

Rumah tersebut memiliki 1 kamar, 1 ruang tamu, 1 ruang keluarga, 1 dapur, 1

kamar mandi. Ventilasi / penerangan bagi Ny. T cukup memadai. Lantai rumah

cukup bersih, lingkungan rumah bersih, lantai rumah menggunakan kayu, dinding

rumah terbuat dari kayu. Untuk penggunaan air, Keluarga Tn. J menggunakan

sumber air PDAM, Tn.J tidak memiliki pekarangan bagian belakang, bagian

samping kanan dan bagian samping kiri.


57

13) Denah Rumah

Denah Rumah Subjek 1

Denah Rumah Subjek 2

14) Karakteristik Lingkungan Sekitar

Keluarga subjek 1 tipe tempat tinggal adalah hunian baik dimana depan

rumah Tn. S merupakan jalan aspal, dan hubungan dengan tetangga sangatlah

baik.

Keluarga subjek 2 keluarga tinggal di lingkungan dengan beragam suku

(Jawa) Ny. T mengatakan tetangganya orang yang ramah, terkadang mereka

berkumpul untuk mengobrol dengan disuguhi minuman dan cemilan.


58

15) Mobilitas Geografis Keluarga

Keluarga subjek 1 saat ini, keluarga Tn. S tinggal dalam rumah tetap di

Pramuka Poros Rt 32 Sempaja Selatan Samarinda. Sebelumnya keluarga Tn. S

tinggal di Sulawesi, mengikuti saudara Tn. S. Jika salah satu anggota keluarga

sakit, keluarga Tn. S akan pergi ke Puskesmas Sempaja.

Keluarga subjek 2 saat ini, keluarga Ny. T tinggal dirumah kontrakan yang

sudah 10 tahun ditempati bersama anaknya namun Ny. T mempunyai rumah

sendiri di Mugirejo Samarinda yang terkadang ia tempati untuk berkebun.

16) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat.

Keluarga subjek 1 Tn. S terkadang berkumpul dengan tetangga untuk

mengobrol ringan dan Tn. F anak dari Tn. S setiap harinya menjaga toko sembako

miliknya.

Keluarga subjek 2 Ny. T dan anaknya Ny. R sering berkumpul dan

mengobrol bersama tetangga di samping rumahnya, sosialisasi antara tetangga

baik sedangkan Interaksi dengan keluarga paling sering terjadi yaitu sore dan

malam hari .biasanya terjadi saat menonton tv.

17) Sistem Pendukung Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 berobat menggunakan BPJS,keluarga sangat

mendukung anggota keluarga yang sedang sakit.

18) Pola Komunikasi Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 komunikasi yang ada di keluarga berjalan dengan

baik , jika ada masalah selalu dibicarakan dan mencari solusinya bersama-sama.
59

19) Struktur Kekuatan Keluarga

Orang yang dekat dengan keluarga subjek 1 adalah istri dari subjek 1.

Sedangkan orang yang dekat dengan subjek 2 adalah anak satu-satunya subjek 2.

20) Struktur Peran Keluarga

Keluarga subjek 1 keluarga Tn. S mampu menjalankan perannya dengan

baik. Tn.S berperan sebagai kepala keluarga, suami, ayah dan kakek. Ny. I

berperan sebagai seorang istri, ibu dan nenek yang bertugas dalam menjalankan

peraturan rumah tangga dan mencurahkan kasih sayang bagi semua anggota

keluarga.Tn. F berperan sebagai anak yang membantu mencari nafkah.

Keluarga subjek 2 Tn. J berperan sebagai kepala keluarga yang bertugas

untuk mencari nafkah bekerja sebagai Wiraswasta. Ny. R berperan sebagai istri,

mengurus rumah tangga dengan kasih sayang. Ny. T sebagai ibu dan nenek yang

sangat peduli terhadap cucunya. An. N sebagai anak pertama dari Tn. J dan Ny. R

yang selalu membantu Ny. R bersih-bersih rumah.

21) Nilai & Norma Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 menganut agama islam dan norma yang berlaku

di masyarakat.

22) Fungsi Afektif

Keluarga subjek 1 dan 2 selalu menyayangi dan peduli terhadap anggota

keluarga yang sakit dan mempercayai bahwa ini adalah cobaan yang diberikan

oleh Allah SWT agar keluarga dapat lebih kuat.


60

23) Fungsi Sosial

Keluarga subjek 1 dan 2 selalu mengajarkan dan menekankan pada

keluarganya bagaimana berperilaku sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya

dalam kehidupan sehari-harinya di rumah dan lingkungan tempat tinggalnya.

24) Fungsi Perawatan Kesehatan

Masalah kesehatan yang saat ini sedang dialami oleh keluarga subjek 1

adalah subjek 1 Tn. S dalam hal kesehatan belum mampu mengenal masalah-

masalah kesehatan, terbukti dengan Tn. S membiarkan penyakitnya tanpa

pengobatan , tiba-tiba Tn. S batuk berdarah lalu Tn. F sebagai anak Tn. S

langsung berinisiatif memeriksa Tn. S ke puskesmas dan sampai saat ini sedang

dalam proses pengobatan tetapi Tn. S beserta keluarga sebenarnya belum terlalu

paham mengenai tuberculosis paru.Keluarga subjek 1 mampu mengambil

keputusan mengenai akibat yang ditimbulkan tidak minum obat antituberkulosis

secara teratur. Keluarga Tn. S kurang mampu memodifikasi lingkungan terlihat

dari jendela jarang di buka, pakaian yang tertumpuk dan tidak rapi. Keluarga

subjek 1 mampu menggunakan pelayanan kesehatan terbukti dengan selalu pergi

ke puskesmas untuk mengambil obat-obatan yang wajib untuk diminum ketika

obatnya telah habis.

Keluarga subjek 2 keluarga Tn. J khususnya Ny. T dalam hal kesehatan

belum mampu mengenal masalah-masalah kesehatan, terbukti dengan

ketidaktahuan Ny. T tentang penyakit yang di deritanya yang awalnya berbentuk

benjolan kecil di perut lalu benjolan tersebut semakin besar dan Ny. R sebagai

anak Ny. T membawa ke RS terdekat dan menjalani pengobatan sampai saat ini
61

tetapi Ny. T beserta keluarga belum terlalu paham mengenai tuberculosis

paru.Keluarga subjek 2 mampu mengambil keputusan mengenai akibat yang di

timbulkan tidak minum obat tb paru secara teratur.Keluarga subjek 2 Ny. T

mampu memodifikasi lingkungan terlihat dari jendela yang selalu terbuka,tata

letak rapi dan bersih. Keluarga subjek 2 mampu menggunakan pelayanan

kesehatan terbukti dengan selalu pergi ke puskesmas untuk mengambil obat-

obatan yang wajib untuk diminum ketika obatnya telah habis.

25) Pemeriksaan Fisik

Tabel 4.3 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 1

No Komponen Tn. S Ny. I Tn. F


1. Kepala Rambut pendek, hitam Rambut panjang, tidak ada Rambut pendek, hitam, tidak ada
campur putih, bersih tidak kelainan, tidak ada bekas kelainan
ada kelainan luka
2. Mata Sklera tidak icterus, Sklera tidak icterus, Sklera tidak icterus, kunjungtiva
kunjungtiva tidak anemis, kunjungtiva tidak anemis, tidak anemis, tidak ada
tidak ada peradangan tidak ada peradangan peradangan

3. Telinga Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen, Bersih, tidak ada serumen, tidak
tidak ada luka tidak ada luka ada luka
4. Hidung Bersih, tidak ada secret Bersih, tidak ada secret tidak Bersih, tidak ada secret tidak ada
tidak ada kelainan ada kelainan kelainan
5. Mulut Stomatitis tidak Stomatitis tidak ada,terdapat Stomatitis tidak ada,terdapat
ada,terdapat karang karang gigi,gigi graham karang gigi,gigi graham kanan
gigi,gigi graham kanan kanan bawah tanggal bawah tanggal
bawah tanggal
6. Leher dan Kesulitan menelan tidak Kesulitan menelan tidak Kesulitan menelan tidak ada,tidak
tenggoroka ada,tidak ada kelenjar ada,tidak ada kelenjar tiroid ada kelenjar tiroid dan tidak ada
n tiroid dan tidak ada dan tidak ada pembesaran pembesaran kelenjar limfe
pembesaran kelenjar limfe kelenjar limfe
7. Dada dan Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada simetris, Pergerakan dada simetris,
paru vesikuler, sonor seluruh vesikuler, sonor seluruh vesikuler, sonor seluruh lapang
lapang paru, lapang paru, paru,
Ronkhi (+) Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Stridor (-) Stridor (-) Stridor (-)
Wheezing (-) tidak ada Wheezing (-) tidak ada otot Wheezing (-) tidak ada otot bantu
otot bantu pernapasan bantu pernapasan pernapasan
8. Jantung BJ I dan II : tunggal, BJ I dan II : tunggal, BJ I dan II : tunggal, intensitas
intensitas kuat, tidak ada intensitas kuat, tidak ada kuat, tidak ada bunyi jantung
bunyi jantung tambahan bunyi jantung tambahan tambahan
9. Abdomen Tidak ada nyeri tekan, Tidak ada nyeri tekan, tidak Tidak ada nyeri tekan, tidak ada
tidak ada massa, ada massa, massa,
62

10. Ekstremita Tidak ada kelainan, Tidak ada kelainan, Tidak ada kelainan, pergerakan
s pergerakan bebas, tidak pergerakan bebas, tidak ada bebas, tidak ada cidera
ada cidera cidera
11. Kulit Warna kulit sawo Warna kulit sawo matang, Warna kulit sawo matang,turgor
matang,tidak ada tanda- tidak ada tanda- tanda kulit baik, tidak ada tanda- tanda
tanda infeksi, turgor kulit infeksi, turgor kulit baik infeksi
baik
12. Kuku Pendek dan bersih Pendek dan bersih Pendek dan bersih
CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik
13. BB
55 60 70
14. TB
168 158 170
15. Tanda- TD : 110/70 mmHg TD : 120/70 mmHg TD : 110/80 mmHg
tanda Vital Nadi : 78 x/mnt Nadi : 80 x/mnt Nadi : 76 x/mnt
Suhu : 36,7C Suhu : 36,5C Suhu : 36,6C
RR : 21 x/mnt RR : 19 x/mnt RR : 18 x/mnt

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik Keluarga Subjek 2

No Komponen Tn. J Ny. R Ny. T An.N An. A


1. Kepala Rambut Rambut panjang, Rambut pendek, Rambut pendek, Tidak ada
pendek,warna tidak ada hitam campur hitam, tidak ada rambut, tidak
hitam bersih kelainan, tidak putih, tidak ada kelainan ada kelainan
tidak ada ada bekas luka kelainan
kelainan
2. Mata Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak Sklera tidak
icterus, icterus, icterus, icterus, icterus,
kunjungtiva kunjungtiva kunjungtiva kunjungtiva kunjungtiva
tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak anemis,
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada
peradangan peradangan peradangan peradangan peradangan

3. Telinga Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak
ada serumen, serumen, tidak serumen, tidak ada serumen, ada serumen,
tidak ada luka ada luka ada luka tidak ada luka tidak ada luka
4. Hidung Bersih, tidak Bersih, tidak ada Bersih, tidak ada Bersih, tidak Bersih, tidak
ada secret tidak secret tidak ada secret tidak ada ada secret tidak ada secret tidak
ada kelainan kelainan kelainan ada kelainan ada kelainan
5. Mulut Stomatitis tidak Stomatitis tidak Stomatitis tidak Stomatitis tidak Stomatitis tidak
ada,terdapat ada,terdapat ada,terdapat ada, bersih ada, bersih
karang gigi karang gigi, karang gigi, tidak ada belum ada gigi
sariawan
6. Leher dan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan Kesulitan
tenggorokan menelan tidak menelan tidak menelan tidak menelan tidak menelan tidak
ada,tidan ada ada,tidan ada ada,tidan ada ada,tida ada ada,tida ada
kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada dan tidak ada
pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe kelenjar limfe
7. Dada dan Pergerakan Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan Pergerakan dada
paru dada simetris, simetris, simetris, dada simetris, simetris,
63

vesikuler, sonor vesikuler, sonor vesikuler, sonor vesikuler, sonor vesikuler, sonor
seluruh lapang seluruh lapang seluruh lapang seluruh lapang seluruh lapang
paru, paru, paru, paru, paru,
Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-) Ronkhi (-)
Stridor (-) Stridor (-) Stridor (-) Stridor (-) Stridor (-)
Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-) Wheezing (-)
tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot tidak ada otot
bantu bantu pernapasan bantu bantu bantu
pernapasan pernapasan pernapasan pernapasan
8. Jantung BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II : BJ I dan II :
tunggal, tunggal, tunggal, tunggal, tunggal,
intensitas kuat, intensitas kuat, intensitas kuat, intensitas kuat, intensitas kuat,
tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi tidak ada bunyi
jantung jantung jantung jantung jantung
tambahan tambahan tambahan tambahan tambahan
9. Abdomen Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri Tidak ada nyeri
tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada tekan, tidak ada
massa, massa, massa, massa, massa,
10 Ekstremitas Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
. kelainan, kelainan, kelainan, kelainan, kelainan,
pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan pergerakan
terbatas, bebas, tidak ada bebas, tidak ada bebas, tidak ada bebas, tidak ada
terdapat cidera cidera cidera cidera
pembengkakan
di bagian kaki
kanan
11 Kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit Warna kulit
. sawo matang, putih, ada bekas sawo sawo sawo
bersih,ada luka, tidak ada matang,turgor matang,turgor matang,turgor
bekas luka, tanda- tanda kulit baik, tdiak kulit baik, tdiak kulit baik, tidak
tidak ada tanda- infeksi, turgor ada tanda- tanda ada tanda- tanda ada tanda- tanda
tanda infeksi, kulit baik infeksi infeksi infeksi
turgor kulit baik
12 Kuku Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan Pendek dan
. bersih bersih bersih bersih bersih
CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik CRT < 2 detik
13 BB
68 64 45 21 8,5
.
14 TB
168 160 156 115 68
.
15 Tanda-tanda TD : 120/80 TD : 110/80 TD: 120/70 Nadi :100 x/mnt Nadi :110 x/mnt
. Vital mmHg mmHg mmHg Suhu : 37C Suhu : 37C
Nadi : 80 x/mnt Nadi : 80 x/mnt Nadi : 84 x/mnt RR : 25 x/mnt RR : 35 x/mnt
Suhu : 36C Suhu : 36C Suhu : 36,5C
RR : 20 x/mnt RR : 20 x/mnt RR : 20 x/mnt

26) Harapan Keluarga

Keluarga subjek 1 dan 2 berharap dengan mengonsumsi obat paket

tuberculosis paru secara teratur bisa dapat menyembuhkan penyakitnya.


64

4.1.2.2 Diagnosa Keperawatan

Tabel 4.5 Analisa Data Subjek 1

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Ketidakmampuan keluarga Ketidakefektifan bersihan
- Keluarga mengatakan Tn. S dalam merawat anggota jalan napas pada keluarga
mengeluh batuk berdahak yang sakit Tuberkulosis Tn. S khususnya Tn. S
- Keluarga dan Tn. S paru
mengatakan kurang tau cara 00031
batuk efektif dan cara untuk Domain 11
membuang dahak yang benar
- Keluarga mengatakan Tn. S
dalam proses pengobatan 1
bulan
Do:
- Klien terlihat batuk-batuk
- RR : 21 x/menit
- Bunyi nafas Ronkhi +/+
- Sekret kental
2 Ds : Kesiapan meningkatkan
- Keluarga mengatakan Tn. S nutrisi pada Keluarga Tn.
sudah mengalami S khususnya Tn. S
peningkatan berat badan sejak
memulai pengobatan kembali.
00163
- Nafsu makan Tn. S Domain 2
meningkat dan Tn. S makan
2-3 kali sehari.
- Keluarga mengatakan ingin
mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Tn.S.
Do :
- BB 55 kg
- TB 168 cm
- Berdasarkan penghitungan IMT
Tn. S tergolong normal

3 Ds : Kurangnya pengetahuan
- Keluarga beserta Tn. S pada keluarga Tn. S
mengatakan kurang tau khususnya Tn. S
pengertian,penyebab, tanda dan
gejala, pencegahan dan perawatan 00126
tuberculosis paru Domain 5
Do:
- Keluarga beserta Tn.S sering
bertanya akibat tidak teratur
minum obat.
65

4 DS: Perilaku kesehatan


- Keluarga mengatakan Tn. S baru 1 cenderung berisiko
bulan pengobatan Tuberkulosis terjadinya penularan
Paru. tuberkulosis pada keluarga
- Keluarga mengatakan Tn. S saat Tn. S khususnya Tn. S
batuk jarang menutup mulut.
00188
- Keluarga mengatakan Tn. S jarang Domain 1
memakai masker keluar rumah
- Keluarga mengatakan jarang
menjemur kasur
- Keluarga mengatakan tidak
mempunyai tempat khusus
pembuangan dahak

Do :
- Kondisi rumah sempit dan tata
letak perabotan rumah tangga
berantakan.
- Pencahayaan rumah redup, udara
lembab dan kurang bersih .

Tabel 4.6 Analisa Data Subjek 2

No Data Etiologi Masalah


1 Ds : Kesiapan meningkatkan
- Keluarga mengatakan Ny. T nutrisi pada keluarga Tn. J
sudah mengalami Khususnya Ny. T
peningkatan berat badan sejak
memulai pengobatan kembali. 00163
- Nafsu makan Ny. T Domain 2
meningkat dan Ny. T makan
3-4 kali sehari.
- Keluarga mengatakan ingin
mengetahui cara
meningkatkan nutrisi Ny.T.
Do :
- BB 45 kg
- TB 156 cm
- Berdasarkan penghitungan IMT
Ny. T tergolong normal

2 Ds : Kurangnya pengetahuan
- Keluarga beserta Ny. T pada keluarga Tn. J
mengatakan kurang tau khususnya Ny. T
pengertian,penyebab, tanda dan
gejala, cara penularan, 00126
pencegahan dan perawatan Domain 5
tuberculosis paru
- Keluarga bertanya akibat jika
putus obat Tb Paru.
66

Do:
- Keluarga beserta Ny. T sering
bertanya apakah penyakitnya bisa
kambuh lagi

3 Perilaku kesehatan
Ds :
cenderung berisiko
- Keluarga mengatakan Ny. T baru 1 terjadinya penularan
bulan pengobatan Tuberkulosis tuberkulosis pada keluarga
Paru. Tn. J khususnya Ny. T
- Keluarga mengatakan Ny. T jarang
memakai masker keluar rumah 00188
- Keluarga mengatakan jarang Domain 1
menjemur kasur
- Keluarga mengatakan jika Ny. T
bersin atau batuk jarang menutup
mulut.
Do :
- Lantai rumah terbuat dari kayu dan
cukup bersih
- Pencahayaan rumah cukup

Tabel 4.7 Skoring Prioritas Masalah subjek 1

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Masalah ini bersifat aktual karena
Aktual (3) 3 Tn. S mengatakan sering batuk-
Resiko tinggi (2) 3 1 ×1=1 batuk dan mudah lelah saat
Potensial (1) 3 beraktivitas.

2. Kemungkinan Pelayanan kesehatan dekat dari


masalah dapat rumah dan terjangkau, dan untuk
diubah: biaya pengobatan penyakit
2
Mudah (2) 2 2 ×2=2 tuberkulosis paru gratis.
Sebagian (1) 2
Tidak dapat (0)

3. Potensial masalah Keluarga belum mengetahui


untuk dicegah : bagaimana cara batuk efektif dan
Tinggi (3) 2 tempat khusus pembuangan dahak
3 1 × 1 = 0,7
Cukup (2) 3 belum ada
Rendah (1)
67

4. Menonjolnya masalah: Keluarga merasa ada masalah dan


Segera diatasi (2) perlu segera ditangani karena
Tidak segera sudah merasakan gejala-
diatasi (1) 2 gejala penyakit.
2 1 ×1=1
Tidak dirasakan ada 2
masalah (0)

Total 4,7

2) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Keluarga Tn. S khususnya Tn. S


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga Tn. S ingin
Aktual (3) 1 1 mengetahui cara
Resiko tinggi (2) 3 1 ×1= meningkatkan nutrisi Tn. S
Potensial (1) 3 3

2. Kemungkinan Keluarga mengatakan Tn.S


masalah dapat sudah mengalami
diubah: peningkatan berat badan
1
Mudah (2) 2 2 ×2=1 sejak memulai pengobatan
Sebagian (1) 2 kembali
Tidak dapat (0)

3. Potensial masalah untuk Keluarga Tn. S ingin


dicegah : mengetahui apakah nutrisi
Tinggi (3) 2 Tn. S sudah sesuai atau
2 1 × 1 = 0,7
Cukup (2) 3 belum
Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah: Keluarga Tn. S mengatakan


Segera diatasi (2) bahwa tidak perlu segera
Tidak segera ditanganin karena nafsu
diatasi (1) 1 1 makan Tn. S meningkat
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2 dengan makan 2-3 kali
masalah (0) sehari.

Total 2,5

3) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga tidak memahami dengan
Aktual (3) 1 1 baik masalah kesehatan yang
Resiko tinggi (2) 3 1 ×1= dialami Tn.S
Potensial (1) 3 3

2. Kemungkinan Pelayanan kesehatan dekat dari


2
masalah dapat 2 2 ×2=2 rumah dan terjangkau,
diubah: 2 dengan informasi yang diberikan
68

Mudah (2) keluarga dapat mengerti tentang


Sebagian (1) TB Paru dan mencegah penularan.
Tidak dapat (0)

3. Potensial masalah untuk Membantu keluarga memahami


dicegah : masalah kesehatan yang dialami
Tinggi (3) 2 2 Tn.S
2 1 ×1=
Cukup (2) 3 3
Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah: Keluarga tidak merasakan adanya


Segera diatasi (2) masalah yang harus ditangani
Tidak segera
diatasi (1) 1 1
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2
masalah (0)

Total 3,5

4) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada


keluarga Tn. S khususnya Tn. S
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Klien telah berobat secara
Aktual (3) teratur, tapi biasa membuang
Resiko tinggi (2) 2 2 dahak di sembarang tempat ,
Potensial (1) 3 1 ×1= sering jalan keluar rumah
3 3 tanpa memakai masker dan
tidur sekamar dengan istri

2. Kemungkinan Selama klien berobat secara


masalah dapat teratur, kuman tuberkulosis
diubah: kemungkinan besar tidak akan
2
Mudah (2) 2 2 ×2=2 aktif. Tapi perlu didukung
Sebagian (1) 2 oleh perubahan perilaku yang
Tidak dapat (0) lebih higienis

3. Potensial masalah untuk Penyebaran kuman


dicegah : tuberkulosis paru dapat
Tinggi (3) 3 dicegah asal keluarga mau
2 1 ×1=1
Cukup (2) 3 hidup sehat dan hubungan
Rendah (1) dengan petugas kesehatan
cukup baik.
4. Menonjolnya masalah: Keluarga tahu bahwa penyakit
Segera diatasi (2) paru yang dialami Tn. S bisa
Tidak segera menular tapi merasa bukan
diatasi (1) 1 1 sebagai bahaya.
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2
masalah (0)

4,2
Total
69

Prioritas Masalah

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S

2) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada

keluarga Tn. S khususnya Tn. S

3) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. S khususnya Tn. S

4) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada Keluarga Tn. S khususnya Tn. S

Tabel 4.8 Skoring Prioritas Masalah subjek 2

1) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. J Khususnya Ny. T


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga Tn. J ingin
Aktual (3) 1 1 mengetahui cara
Resiko tinggi (2) 3 1 ×1= meningkatkan nutrisi Ny. T
Potensial (1) 3 3

2. Kemungkinan Keluarga mengatakan Ny. T


masalah dapat sudah mengalami
diubah: peningkatan berat badan
1
Mudah (2) 2 2 ×2=1 sejak memulai pengobatan
Sebagian (1) 2 kembali
Tidak dapat (0)

3. Potensial masalah untuk Keluarga Tn. J ingin


dicegah : mengetahui apakah nutrisi
Tinggi (3) 2 Ny.T sudah sesuai atau belum
2 1 × 1 = 0,7
Cukup (2) 3
Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah: Keluarga Tn. J mengatakan


Segera diatasi (2) bahwa tidak perlu segera
Tidak segera ditanganin karena nafsu
diatasi (1) 1 1 makan Ny. T meningkat
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2 dengan makan 3-4 kali sehari.
masalah (0)

Total 2,5
70

2) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. J khususnya Ny. T


No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Keluarga tidak memahami
Aktual (3) 1 1 dengan baik masalah
Resiko tinggi (2) 3 1 ×1= kesehatan yang dialami Ny.T
Potensial (1) 3 3

2. Kemungkinan Pelayanan kesehatan dekat


masalah dapat dari rumah dan terjangkau,
diubah: dengan informasi yang dibe
2
Mudah (2) 2 2 ×2=2 rikan keluarga dapat mengerti
Sebagian (1) 2 tentang tuberkulosis paru dan
Tidak dapat (0) mencegah penularan.

3. Potensial masalah untuk Membantu keluarga


dicegah : memahami masalah kesehatan
Tinggi (3) 2 2 yang dialami Ny.T
2 1 ×1=
Cukup (2) 3 3
Rendah (1)

4. Menonjolnya masalah: Keluarga tidak merasakan


Segera diatasi (2) adanya masalah yang harus
Tidak segera ditangani
diatasi (1) 1 1
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2
masalah (0)

Total 3,5

3) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada


keluarga Tn. J khususnya Ny. T
No Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran
1. Sifat Masalah : Klien telah berobat secara
Aktual (3) teratur, tapi biasa meludah di
Resiko tinggi (2) 2 2 sembarang tempat , jarang
3 1 ×1=
Potensial (1) 3 3 memakai masker jika keluar
rumah.

2. Kemungkinan Selama klien berobat secara


masalah dapat teratur, kuman tuberkulosis
diubah: kemungkinan besar tidak akan
2
Mudah (2) 2 2 ×2=2 aktif. Tapi perlu didukung
Sebagian (1) 2 oleh perubahan perilaku yang
Tidak dapat (0) lebih higienis

3. Potensial masalah untuk Penyebaran kuman TB paru


dicegah : 3 dapat dicegah asal keluarga
2 1 ×1=1
Tinggi (3) 3 mau hidup sehat dan
Cukup (2) hubungan dengan petugas
71

Rendah (1) kesehatan cukup baik.

4. Menonjolnya masalah: Keluarga tahu bahwa penyakit


Segera diatasi (2) paru yang dialami Ny. T bisa
Tidak segera menular tapi merasa bukan
diatasi (1) 1 1 sebagai bahaya.
2 1 ×1=
Tidak dirasakan ada 2 2
masalah (0)

Total 4,2

Prioritas Masalah
1) Perilaku kesehatan cenderung berisiko terjadinya penularan tuberkulosis pada

keluarga Tn. J khususnya Ny. T

2) Kurangnya pengetahuan pada keluarga Tn. J khususnya Ny. T

3) Kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga Tn. J Khususnya Ny. T


BAB V

PENUTUP

Berdasarkan uraian bab terdahulu, maka penulis mengambil suatu

kesimpulan dan saran yang erat kaitannya dengan pengelolaan pada pemberian

asuhan keperawatan pada keluarga.

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian penerapan asuhan keperawatan pada subjek 1 dan

subjek 2 Tuberkulosis Paru di wilayah Puskesmas sempaja, penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut:

5.1.1. Proses pengkajian dalam pemberian asuhan keperawatan keluarga

memerlukan terbinanya hubungan “trust” antara keluarga dengan mahasiswa

sehingga pada proses pengkajian dapat diperoleh informasi yang dibutuhkan

untuk menentukan masalah yang terjadi dalam keluarga subjek 1 dan subjek 2,

Informasi diperoleh melalui wawancara, pemeriksaan fisik dan observasi secara

langsung pada lingkungan keluarga dan membandingkan dengan keadaan normal

untuk menentukan adanya data senjang yang menimbulkan masalah kesehatan

yang muncul.

5.1.2 Penentuan diagnosa keperawatan yang muncul pada keluarga dilakukan

melalui penentuan data senjang yang diperoleh. Kemudian prioritas masalah

ditentukan bersama-sama keluarga. Adapun diagnosa keperawatan yang timbul

pada subjek 1 ketidakefektifan bersihan jalan napas, resiko terjadinya penularan

Tuberkulosis Paru, kurangnya pengetahuan pada keluarga dan kesiapan

108
109

meningkatkan nutrisi pada keluarga.Kemudian pada subjek 2 yaitu resiko

terjadinya penularan Tuberkulosis Paru, kurangnya pengetahuan pada keluarga

dan kesiapan meningkatkan nutrisi pada keluarga. Hal ini menunjukkan bahwa,

kedua subjek memiliki masalah keperawatan yang sebagian besar sama.

5.1.3 Intervensi ditentukan secara bersama-sama dengan keluarga, sehingga

keluarga memahami benar masalah yang terjadi pada keluarga itu sendiri.

Perencanaan berupa tindakan yang akan dilakukan untuk mencegah masalah yang

belum terjadi dan mengurangi akibat yang ditimbulkan dari masalah yang sudah

terjadi. Intervensi yang dilakukan oleh penulis yaitu intervensi yang dilakukan

secara mandiri tidak ada perbedaan dan dapat diterapkan pada kedua klien.

5.1.4 Implementasi dilakukan sejak tanggal 08 April s/d 13 Mei 2019 berupa

melakukan pengkajian, menentukan diagnosa keperawatan, menghitung skoring

bersama keluarga, pendidikan kesehatan, melakukan terapi nonfarmakologi sesuai

dengan rencana tindakan yang telah penulis susun serta mengevaluasi secara

langsung pada saat proses berlangsung sehingga keluarga mampu memahami

masalah kesehatan yang ada sekaligus mulai mengenal masalah dan cara

penanggulangannya. Keluarga secara antusias mengikuti tahapan implementasi

yang dilakukan.

5.1.5 Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada kedua subjek dilakukan selama

6 hari kunjungan oleh penulis dan dibuat dalam bentuk SOAP, dengan cara

mengulang kembali penjelasan yang diberikan pada proses implementasi dan

mengobsevasi perubahan prilaku yang terjadi dari tidak patuh menjadi patuh,
110

sehingga penulis dapat menilai berdasarkan kemampuan pada proses belajar yang

menghasilkan perubahan perilaku pada keluarga.

5.2. Saran

5.2.1. Untuk Keluarga

1) Agar kedua responden rutin memeriksakan diri ke Puskesmas dan mengambil

obat antituberkulosis jika habis

2) Agar keluarga kedua responden dapat membantu mengingatkan serta

memotivasi klien untuk meminum obat secara teratur dan tidak putus obat.

3) Agar keluarga dapat mengambil keputusan atau tindakan untuk mengatasi

masalah serta dapat melanjutkan perawatan tehadap angota keluarga.

5.2.2. Institusi Pendidikan (poltekkes)

Hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat menjadi bahan referensi

mengajar serta pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan

dengan topic asuhan keperawatan keluarga pada klien dengan Tuberkulosis Paru

bagi dosen dan mahasiswa di lingkungan Politeknik Kesehatan Kemenkes Kaltim.

5.2.3. Bagi Pengembangan dan Studi Kasus Selanjutnya

1) Untuk dapat melakukan pengkajian pada lingkup keluarga agar memperoleh

data yang akurat sebaiknya perawat mampu meningkatkan kemampuan

interpersonal serta sarana prasarana yang menunjang untuk melakukan

pengkajian dan menentukan diagnose yang muncul dari pengkajian yang

dilakukan.

2) Dalam memprioritaskan diagnosa keperawatan, sebaiknya perawat

melibatkan secara langsung keluarga sehingga mampu memberikan informasi


111

yang akurat mengenai tujuan yang dilakukannya kegiatan tersebut dan

keluarga memiliki pemahaman yang baik pada proses yang berlangsung.

3) Dalam membuat perencanaan keperawatan, perawat harus menyesuaikan

dengan diagnose keperawatan dan ditentukan bersama-sama dengan

keluarga sehingga tindakan keperawatan yang direncanakan benar-benar

sesuai dengan kebutuhan keluarga.

4) Pada proses implementasi perawat sebagai Health educator sebaiknya

memberikan pendidikan kesehatan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan

keluarga yang dikelola, sehingga memudahkan proses yang berlangsung.

5) Pada saat melakukan evaluasi, perawat harus benar-benar memperhatikan

pencapaian tujuan dalam perencanaan dan tanggapan atau respon dari

keluarga sehingga pemberi asuhan keperawatan lebih optimal.


DAFTAR PUSTAKA

ADP, Salvari Gusti (2013) Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga. Jakarta: CV
Trans Info Media.

Alie, Yuliati & Rodiyah (2013) Pengaruh Batuk efektif Terhadap Pengeluaran
Sputum pada Pasien Tuberkulosis di Puskesmas Peterongan Kabupaten
Jombang. Jurnal Metabolisme Vol 2 No. 3.

Fahreza, E U (2012) Hubungan Antara Kualitas Fisik Rumah dan Kejadian TB Paru
dengan Hasil Bahan Asam Positif di Balai Kesehatan Paru Masyarakat
Semarang. 6.

Fitriaseh (2018) Asuhan Keperawatan Keluarga Pada Tn.S dan Ny.S yang
mengalami Tuberkulosis Paru dengan Masalah Keperawatan Ketidakefektifan
Bersihan Jalan Nafas di Wilayah Kerja Puskesmas Rogotrunan Lumajang
tahun 2018.

Faqih, dkk (2014) Buku Pintar Penanggulangan Tuberkulosis Kupasan Para Kyai.
Jakarta: Community Empowerment of People Against Tuberkulosis.

Friedman, Marilyn M, dkk. (2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga Riset, Teori,
dan Praktik. Jakarta: EGC

Hiswani (2004) Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi yang Menjadi Masalah


Kesehatan Masyarakat. e-U SU Repository, 5-6.

IPKKI (2017) Panduan Asuhan Keperawatan Individu, Keluarga, Kelompok, dan


Komunitas dengan Modifikasi Nanda, ICNP, NOC dan NIC di Puskesmas dan
Masyarakat. Jakarta: Universitas Indonesia

Kemenkes RI (2018) Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:
Kemenkes RI.

Kemenkes RI (2018) Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI. Jakarta:
Kemenkes RI.

112
113

Kunoli, Firdaus J (2012) Asuhan Keperawatan Penyakit Tropis. Jakarta: CV Trans


Info Media.

Mubarak, W I (2012) Asuhan Keperawatan Komunitas 2. Jakarta: Salemba Medika.

Nanda (2013) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Nanda (2015) Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis & Nanda
NIC-NOC. Yogyakarta: Media Action.

Notoatmojo,S (2012) Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nugroho, Kristiawan Prasetyo A, dkk (2018) PEngetahuan Keluarga Terkait Faktor


Penyebab Kekambuhan Pada Penderita TB MDR di Rumah Sakit Paru dr. Ario
Wirawan Salatiga. Jurnal Kesmadaska

Padilla (2013) Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha Medika.

PDPI (2006) Tuberkulosis Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia.


Jakarta: PDPI.

Rahayu, Rina Endang (2016) Profil KEsehatan Kota Samarinda Tahun 2016.
Samarinda: Dinkes.

Rahman, Ferry Fadzlul (2018) Mengapa Angka Penyakit TBC Tidak Pernah Turun?.
Kaltim Post. 14 November.

Soemantri, Irman (2008) Keperawatan Medikal Bedah: Asuhan Keperawatan Pasien


dengan Gangguan Sistem Pernapsan. Jakarta: Salemba Merdeka.

Trirahayu, Kastuti Endang, dkk (2016) Peningkatan Pelaksanaan Tugas Kesehatan


Keluarga dalam Prawatan TB Paru Melalui Paket Pendidikan Manajemen
Diri. Journal Ilmiah Keperawatan dan Kesehatan Edisi 2 No.I. ISSN (2502-
1524).
114

WHO (2017). Global Report Tuberculosis. Geneva: WHO

Yasmara, dkk (2016) Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah Diagnosis


Nanda-I 2015-2017. Jakarta: EGC.

Sitorus, Egeria Dorina, dkk (2018) Penerapan Batuk Efektif dan Fisioterapi Dada
pada Pasien TB Paru yang Mengalami Ketidakefektifan Bersihan Jalan Napas
Di RSUD Kota Jakarta Utara. JAKHKJ Vol. 4 No. 2.

Trasia, Regqi First dan Putu Aryani (2014) Gambaran Aspek Lingkungan dan
Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis Paru di Wilayah Kerja
Puskesmas Bebandem, Kabupaten Karangasem.E-Jurnal Medika Udayana Vol
3 No 9.

Nugroho, Ferry Andreas dan Erwin Puji Astuti (2010) Hubungan Tingkat
Pengetahuan dan Sikap dengan Perilaku Pencegahan Penularan Tuberkulosis
Paru pada Keluarga. Jurnal STIKES RS Baptis Vol 3Edisi 1.

Kusuma, Irawan Fajar dan Ragil Ismi Hartanti (2007) Intervensi Pendidikan
Kesehatan Komunitas Mengenai Tuberkulosis Paru pada Paguyuban Paru
Desa Plerean Sumberjambe Jember. Jurnal IKESMA Vol 3 No 2.

Priyantomo, Edo Putra, dkk (2014) Description of Body Mass Inde in Tuberculosis
Patient with Anti Tuberculosis Drugs Therapy in Unit Pengobatan Penyakit
Paru Paru (UP4) Pontianak. Jurnal Mahasiswa PSPD FK UNTAN Vol 1 No 1.

Sarmen, Refica Dewita, dkk (2017) Gambaran Pengetahuan dan Sikap Pasien TB
Paru terhadap Upaya Pengendalian TB Di Puskesmas Sidomulyo Kota
Pekanbaru. Jom FK Volume 4 No 1.

Susilowati & Dwi Kristiani (2011) Pengaruh Teknik Batuk Efektif terhadap
Pengeluaran Sekret pada Pasien TB Paru (Studi Eksperimental Di Poli Paru
RSUD Unit Swadana Pare Kabupaten Kediri Tahun 2008). Jurnal AKP Vol 2
No 1.
115

Nugroho, Yusuf Agung (2011) Batuk Efektif Dalam Pengeluaran Dahak Pada
Pasien Dengan Ketidakefektifan Bersihan Jalan Nafas Di Instalasi Rehabilitasi
Medik Rumah Sakit Baptis Kediri. Jurnal STIKES RS.Baptis Kediri Vol 4 No 2.

Nurfadillah, dkk (2014) Hubungan Pengetahuan dengan Tindakan Pencegahan


Penularan pada Keluarga Penderita Tuberkulosis Paru di Ruang Rawat Inap
Paru RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau. JOM FK Vol.1 No 2.

Djannah, Siti Nur, dkk (2009) Hubungan Tingkat Pengetahuan dan Sikap dengan
Perilaku Pencegahan Penularan TBC pada Mahasiswa di Asrama Manokwari
Sleman Yogyakarta. KES MAS Vol. 3 No. 3.

Salsabela, Farah Eka, dkk (2016) Gambaran Satus Nutrisi pada Pasien Tuberkulosis
di Rumah Sakit Umum Pusat Hasan Sadikin Bandung. JSK Vol 2 No 2.

Ernawati, Kholis, dkk (2018) Perbedaan Status Gizi Penderita Tuberkulosis Paru
antara Sebelum Pengobatan dan Saat Pengobatan Fase Lanjutan di Johar
Baru, Jakarta Pusat. Majalah Kedokteran Bandung Vol 50 No 2
Tabel 2.3 Intervensi
Data Diagnosis NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC

 Penurunan 00099 Ketidakefektifan Keluarga mampu mengenal Keluarga mampu mengenal


ketrampilan dalam pemeliharaan
memberikan masalah : masalah :
perawatan pada kesehatan
1847 Manajemen penyakit kronis 5510 Penkes proses penyakit yang
anggota keluarga
yang sakit 1803 Pengetahuan tentang proses dialaminya
 Tidak terpenuhi
kebutuhan dasar: penyakit
oksigenisasi
anggota keluarga Keluarga mampu Keluarga mampu
yang sakit
memutuskan: memutuskan:
 Perilaku kurang
adaptif terhadap 1606 Berpartispasi dalam 4700 Restrukturisasi kognitif
perubahan
lingkungan memutuskan perawatan 5250 Dukungan membuat
 Perilaku kurang
dalam mencari kesehatan. keputusan
bantuan kesehatan
5310 Membangun harapan
 Perilaku kurang
dalam melakukan Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat
upaya pencegahan
penularan anggota keluarga yang anggota keluarga yang
 TBC pada anggota
keluarga yang lain mengalami TBC: mengalami TBC:
 Kurang
0414 Status cardiopulmonary 3140 Manajemen jalan nafas
menunjukkan minat

35
pada perbaikan 0401 Status sirkulasi 3230 Fisioterapi dada
perilaku sehat
 Ketidakcukupan 0410 Status respirasi: kepatenan 3250 Latihan batuk
sumber daya
jalan nafas 3320 Terapi oksigen
(tenaga, sarana, dan
keuangan) 0402 Status respirasi:pertukaran 3350 Monitoring pernafasan
 Kurang kemampuan gas
dalam 5602 Mengajarkan proses penyakit
berkomunikasi 0802 Vital sign
 Tugas 6040 Terapi relaksasi
perkembangan tidak 1601 Perilaku kepatuhan
2380 Managemen pengobatan
tercapai
1602 Perilaku meningkatkan

kesehatan

1603 Perilaku

kepatuhan:penggunaan obat

1623 Perilaku mencari yankes

1844 Penampilan keluarga dalam

memberikan perawatan

langsung

36
Keluarga mampu Keluarga mampu memodifikasi
memodifikasi
lingkungan:
lingkungan:
6610 Identifikasi factor risiko
1902 pengendalian factor risiko
6550 Pencegahan infeksi
1910 Manajemen lingkungan :
Lingkungan rumah yang
aman keamanann

Keluarga mampu Keluarga mampu

memanfaatkan faslitas memanfaatkan faslitas

pelayanan kesehatan : pelayanan kesehatan :

3000 Kepuasan klien : akses 7910 Konsultasi

menuju sumber pelayanan 8100 Rujukan

Kepuasan klien : bantuan

3005 fungsional

37
Data Diagnosis NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC

 Keluarga membatasi 00072 Ketidakma Mampu mengenal masalah Mampu mengenal masalah
interaksi dengan :
pasien mpuan 5510 Pendidikan kesehatan
1803 Pengetahuan: Proses
 Pengabaian terhadap Koping 5602 Pengajaranproses penyakit
klien penyakit
Keluarga
 Keluarga 1855 Healhty life style
mengabaikan
perawatan dalam 1808 Pengobatan
memenuhi kebutuhan Fungsi seksual
1805
dasar manusia
1862 Managemen stres
 Perilaku keluarga
yang mengganggu Keluarga mampu Keluarga mampu
kesejahteraan mengambil mengambil
 Keluarga tidak keputusan : keputusan :
menghormati
kebutuhan klien Berpartisipasidalam Dukungan dalam membuat
1606 5250
membuat
 Ada penolakan oleh Keputusan
anggota kelurga lain keputusan tentang
terahadap klien
pemeliharaan kesehatan.

38
Keluarga mampu merawat Keluarga mampu merawat:
:
 Keluarga kurang 5230 Peningkatan koping
memperhatikan Membinahubungan dalam
penyakitnya 2204 5240 Konseling
perawatan pasien.
 Keluarga 5270 Dukungan emosional
mengungkapkan
kesulitan untuk 5430 Dukungan kelompok.
mendapatkan
regimen terapeutik Keluarga mampu Keluarga mampu
memodifikasi memodifikasi
 Keluarga tidak
mengetahui aktivitas lingkungan : lingkungan:
yang tepat untuk
memenuhi tujuan 1501 Menunjukkan peranannya. Dukungan terhadap
7040 pemberi
kesehatan
1502 Ketrampilan interaksi
 Status ekonomi soaial perawatan.
keluarga yang kurang 1902 7130
Kontrol resiko Pemeliharaan proses
 Pelayanan kesehatan keluarga
sulit terjangkau
7140 Dukungankeluarga

7150 Terapi keluarga

5370 Role and enhancement

6610 Identifikasi factor risiko

6487 Managemen lingkungan:

mencegah kekerasan

39
Keluarga mampu Keluarga mampu

memanfaatkan fasilitas memanfaatkan fasilitas

kesehatan: kesehatan:

Perilaku mencari sehat. Konsultasi

1603 Kepuasan klien: akses ke 7910 Rujukan

3000 sumber 8100 Pertukaran informasi

3003 Kepuasan kilen:perawatan 7960 pemeliharan kesehatan

berkelanjutan 7400 Pedoman sistem kesehatan

40
Data Diagnosis NOC NIC

Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi

Data pendukung masalah kesehatan keluarga : TBC

 Perubahan dalam tugas 00063 Gangguan Keluarga mampu mengenal Mengenal masalah :
yang telah ditetapkan
 Perubahan dalam proses masalah : 5520 Fasilitasi proses belajar
ketersediaan untuk keluarga 2606 Keluarga sejahtera 5250 Dukungan membuat
dukungan emosi
 Perubahan dalam pola keputusan
komunikasi
 Perubahan ketersediaan membangun harapan
untuk menunjukkan
respons kasihsayang
 Mengurangi kontak Keluarga mampu mengambil Mengambil keputusan :
fisik
keputusan : 5540 Learning readiness

1606 Berpartisipasi dalam enhancement


memutuskan perawatan
kesehatan. 5250 Dukungan membuat

keputusan

5310 Membangun harapan

Kemampuan merawat : Kemampuan merawat :

2602 Fungsi keluarga 4360 Modifikasi perilaku

2603 Integritas keluarga 7100 Peningkatan integritas

41
2609 Dukungan keluarga selama keluarga

perawatan 7130 Mempertahankan proses

keluarga

7140 Dukungan keluarga

7150 Terapi keluarga

5370 Peningkatan peran

Kemampuan memodifikasi Kemampuan Modifikasi

lingkungan : lingkungan :

2009 Status kenyamanan : 4350 Managemen perilaku

lingkungan

1501 Menunjukkan peranannya

Kemampuan memanfaatkan Kemampuan Pemanfaatan

fasilitas pelayanan kesehatan pelayanan kesehatan :


:
4480 Memfasilitasi tanggung
Kepuasan klien : akses jawab
3000
menuju sumber pelayanan diri

42
34
Tabel. 4.10 Implementasi dan evaluasi subjek 1

No Diagnosa keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi


implementasi
1 Ketidakefektifan Rabu, 10 april 2019 1.1.1 Jelaskan pada keluarga S: - Keluarga dan klien mengatakan belum mengetahui cara
bersihan jalan napas tentang arti batuk efektif. batuk efektif
pada keluarga Tn. S 1.1.1. Evaluasi penjelasan yang telah O: - keluarga dan klien sering bertanya tentang bagaimana cara batuk
khususnya Tn. S diberikan efektif.
1.1.2. Berikan kesempatan kepada - Keluarga dan klien mampu menjelaskan pengertian batuk efektif
keluarga untuk bertanya tentang A: Masalah belum teratasi
materi yang disampaikan P: Lanjutkan intervensi
1.1.3. Berikan penjelasan ulang terhadap 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
materi yang belum dimengerti 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
1.1.4. Motivasi keluarga untuk dan penggunaan otot bantu pernapasan).
mengulang materi yang telah 3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
dijelaskan 2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
1.1.5. Beri reinforcement positif atas ( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
jawaban yang tepat.

Perilaku kesehatan Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga S : - keluarga dan klien mengatakan tahu bahwa penyakit tuberkulosis
cenderung berisiko tentang cara penularan menular
terjadinya penularan Tuberkulosis Paru - Keluarga dan klien mengatakan tidak tau cara penularan
tuberculosis pada 1.1.2. Diskusikan dengan keluarga tuberkulosis
keluarga Tn. S tentang cara penularan O: - keuarga dan klien sering bertanya tentang cara penularan
khususnya Tn. S Tuberkulosis Paru Tuberkulosis Paru
1.1.3. Anjurkan keluarga untuk menjaga A : Masalah belum teratasi
lingkungan agar tetap bersih dan P : Lanjutkan Intervensi
tidak lembab 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara penularan Tuberkulosis Paru
1.1.4. Memotivasi keluarga untuk 3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
menghindari hal-hal yang dapat 3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru menularkan Tuberkulosis Paru

92
Kurangnya pengetahuan Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Dengan menggunakan lembar S :- Keluarga dan klien mengatakan paham tentang pengertian
pada keluarga Tn. S balik jelaskan pada keluarga tuberculosis, penyebab timbulnya penyakit tuberculosis, tanda
khususnya Tn. S tentang pengertian tuberkulosis. gejala, akibat jika tidak diobati dan akibat jika putus obat.
1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa - Keluarga dan klien mengatakan selalu tepat waktu ke puskesmas
yang diketahui keluarga mengenai untuk mengambil obat jika habis.
penyebab timbulnya masalah O : - Keluarga dan klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa
Tuberkulosis dengan benar .
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa - Keluarga dan klien mampu menjelaskan kembali tentang penyakit
yang diketahui keluarga mengenai tuberculosis paru.
tanda dan gejala Tuberkulosis.
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa
- Keluarga dan klien mampu memanfaatkan fasilitas kesehatan yang
ada.
yang diketahui keluarga mengenai
A : Masalah teratasi sebagian
akibat tuberkulosis jika tidak
P : Lanjutkan Intervensi
diobati
3.2.1 Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali.
yang diketahui keluarga mengenai
3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban yang tepat dan juga cara
akibat tuberkulosis jika putus
keluarga mendemonstrasikan.
pengobatan OAT
5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas
kesehatan terkait keluhan yang
ada.

Kesiapan meningkatkan Rabu, 10 april 2019 1.5.1. Diskusikan bersama keluarga apa S : - keluarga dan klien mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan
nutrisi pada Keluarga yang diketahui keluarga mengenai gizi yang baik untuk klien
Tn. S khususnya Tn. S pengertian gizi - Keluarga mengatakan bahwa Tn. S perlu meningkatkan gizi
1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa - Keluarga mengatakan akan meningkatkan nutrisi Tn. S agar daya
yang diketahui keluarga mengenai tahan tubuh semakin meningkat.
pengertian kurang gizi O :- keluarga mampu mengenal masalah gizi dan memutuskan untuk
1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa merawat anggota keluarga yang memerlukan peningkatan nutrisi.
yang diketahui keluarga mengenai A : Masalah teratasi sebagian
tanda dan gejala gizi kurang P : Lanjutkan intervensi
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
yang diketahui keluarga mengenai mengenai Triguna makanan
akibat gizi kurang 3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi klien

93
1.5.1. Mengidentifikasi anggota keluarga 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan makanan
yang membutuhkan peningkatan
nutrisi
2.2.2. Pengambilan keputusan untuk
mengatasi anggota keluarga yang
perlu meningkatkan nutrisi
2. Ketidakefektifan Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital S : - keluarga dan klien mengatakan sudah mengetahui cara batuk efektif
bersihan jalan napas 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan dan membuang dahak yang benar.
pada keluarga Tn. S klien (bunyi napas, kecepatan O: -keluarga dan klien dapat memperagakan batuk efektif dan cara
khususnya Tn. S irama dan penggunaan otot bantu membuang dahak yang benar.
pernapasan). - TD : 110/70 mmHg Nadi : 76x/menit RR : 20x/menit Suhu : 36C
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk - Ronkhi +/+ ,tidak ada otot bantu pernapasan
efektif. A : Masalah belum teratasi
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan P : Pertahankan intervensi
dahak yang berisi cairan 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
desinfektan ( sabun, detergen atau 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
bayclin ) untuk pembuangan dan penggunaan otot bantu pernapasan).
dahak. 3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
Perilaku kesehatan Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara S : - klien mengatakan tidak tau cara penularan tuberculosis.
cenderung berisiko penularan Tuberkulosis Paru - Klien mengatakan akan memakai masker jika keluar rumah
terjadinya penularan 3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri - Klien mengatakan akan selalu menutup mulut jika batuk
tuberculosis pada dan klien O: - klien mampu menjelaskan tentang cara penularan tuberculosis
keluarga Tn. S 3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara A : Masalah teratasi sebagian
khususnya Tn. S menghindari hal-hal yang dapat P : Lanjutkan intervensi
menularkan Tuberkulosis Paru 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara memodifikasi lingkungan
untuk penderita Tuberkulosis dengan menggunakan lembar balik
4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan kembali cara memodifikasi
lingkungan untuk penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang materi yang belum dimengerti.

94
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai materi yang belum dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
Kurangnya pengetahuan Kamis, 11 april 2019 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat S : - keluarga dan klien mengatakan memahami cara merawat anggota
pada keluarga Tn. S klien Tuberkulosis keluarga yang tuberculosis
khususnya Tn. S 3.2.2. Minta keluarga menjelaskan O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara merawat anggota keluarga
kembali. yang sakit tuberculosis
3.2.3. Beri reinforcement positif atas A : Masalah teratasi
jawaban yang tepat dan juga cara P : Lanjutkan Intervensi
keluarga mendemonstrasikan. 3.2.1. Demonstrasikan cara merawat tuberkulosis dengan menggunakan
masker
Kesiapan meningkatkan Kamis, 11 april 2019 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa S:- klien mengatakan paham tentang triguna makanan, cara
nutrisi pada Keluarga yang diketahui keluarga mengenai meningkatkan nutrisi,dan menyajikan makanan
Tn. S khususnya Tn. S triguna makanan O:- klien mengerti tentang triguna makanan, cara meningkatkan
3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi,dan menyajikan makanan
nutrisi klien A : Masalah teratasi
4.1.1 Diskusikan bersama keluarga P : pertahankan intervensi
bagaimana cara menyajikan 3.2.2 Meningkatkan nutrisi klien
makanan

3. Ketidakefektifan Jum’at, 12 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital S : - klien mengatakan lebih mudah mengeluarkan dahak menggunakan
bersihan jalan napas 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan batuk efektif
pada keluarga Tn. S klien (bunyi napas, kecepatan - Klien mengatakan lebih rileks dan nyaman
khususnya Tn. S irama dan penggunaan otot bantu O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara batuk efektif dengan baik
pernapasan). lalu membuang di tempat khusus membuang dahak
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk - Tekanan darah: 100/70 mmHg Nadi : 70x/menit RR: 20x/menit Suhu
efektif. : 36C
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
yang berisi cairan desinfektan
- Suara napas ronkhi berkurang, tidak ada otot bantu pernapasan
A : Masalah teratasi sebagian.
(sabun, detergen atau bayclin)
P : Lanjutkan intervensi
untuk pembuangan dahak.
3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien (bunyi napas, kecepatan irama
dan penggunaan otot bantu pernapasan).

95
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
( sabun, detergen atau bayclin ) untuk pembuangan dahak.
Perilaku kesehatan Jum’at, 12 april 2019 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi S : - Klien dan keluarga mengatakan akan memodifikasi lingkungan
cenderung berisiko lingkungan untuk penderita rumah untuk menhurangi terjadinya penularan
terjadinya penularan Tuberkulosis - Keluarga mengatakan akan membuka jendela untuk pencahayaan
tuberculosis pada 4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang rumah yang baik
keluarga Tn. S cara memodifikasi lingkungan - Keluarga dan klien mengatakan akan menjaga kebersihan
khususnya Tn. S untuk penderita Tuberkulosis lingkungan
dengan menggunakan lembar O : - klien mampu menjelaskan lingkungan yang baik untuk penderita
balik tuberkulosis
4.1.3. Motivasi keluarga untuk
menjelaskan kembali cara
- Klien mampu mendemonstrasikan kebersihan rumah
A : Masalah teratasi
memodifikasi lingkungan untuk
P : Pertahankan intervensi
penderita Tuberkulosis
4.1.3. Memodifikasi lingkungan untuk penderita Tuberkulosis
4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
materi yang belum dimengerti.
4.1.5. Jelaskan kepada keluarga
mengenai materi yang belum
dimengerti.
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
kemampuan yang dicapai oleh
keluarga
4. Ketidakefektifan Sabtu, 13 april 2019 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital S : - Klien mengatakan mudah mengeluarkan dahak menggunakan batuk
bersihan jalan napas 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan efektif
pada keluarga Tn. S klien (bunyi napas, kecepatan - Klien mengatakan lebih rileks dan nyaman
khususnya Tn. S irama dan penggunaan otot bantu - Klien mengatakan batuk-batuk sedikit berkurang
pernapasan). O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara batuk efektif dengan baik
3.1.1. Melatih pasien melakukan batuk lalu membuang di tempat khusus membuang dahak
efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
- Tekanan darah: 110/80 mmHg Nadi : 75x/menit RR: 20x/menit Suhu
yang berisi cairan desinfektan : 36C
(sabun, detergen atau bayclin) - Klien terlihat lebih rileks
untuk pembuangan dahak.

96
- Suara napas vesikuler, tidak ada otot bantu pernapasan
A : Masalah teratasi.
P : Pertahankan intervensi
3.1.1. Melakukan batuk efektif.
2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak yang berisi cairan desinfektan
(sabun, detergen atau bayclin) untuk pembuangan dahak.

97
Tabel. 4.11 Implementasi dan evaluasi subjek 2
No Diagnose keperawatan Tanggal Implementasi Evaluasi
implementasi
1 Perilaku kesehatan Rabu, 10 april 2019 1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga S :- Keluarga dan klien belum mengetahui cara penularan Tuberkulosis
cenderung berisiko tentang cara penularan Paru
terjadinya penularan Tuberkulosis Paru O:- Keluarga dan klien sering bertanya tentang cara penularan
tuberkulosis pada Tuberkulosis Paru
keluarga Tn. J A : Masalah belum teratasi
khususnya Ny. T P : Lanjutkan Intervensi
3.1.1. Diskusikan dengan Keluarga cara penularan Tuberkulosis Paru

Kurangnya Rabu, 10 april 2019 1.2. Dengan menggunakan lembar S : - keluarga dan klien mengatakan sudah mengenal tentang penyakit
pengetahuan pada balik jelaskan pada keluarga tuberkulosis namun belum mengerti tentang bagaimana
keluarga Tn. J tentang pengertian tuberkulosis. mendemonstrasikan cara merawat klien tuberkulosis.
khususnya Ny. T 1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa O :- keluarga dan klien mampu menjawab pertanyaan dari mahasiswa
yang diketahui keluarga mengenai dengan benar
penyebab timbulnya masalah A : masalah teratasi sebagaian
Tuberkulosis P : Lanjutkan Intervensi
1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
yang diketahui keluarga mengenai
tanda dan gejala Tuberkulosis.
2.1.2. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat Tuberkulosis jika tidak
diobati
2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa
yang diketahui keluarga mengenai
akibat Tuberkulosis jika putus
pengobatan OAT
5.1.2. Jelaskan manfaat fasilitas
kesehatan terkait keluhan yang
ada.

98
Kesiapan Rabu, 10 april 2019 1.5.1. Diskusikan bersama keluarga apa S : - keluarga dan klien mengatakan belum mengerti tentang kebutuhan
meningkatkan nutrisi yang diketahui keluarga mengenai gizi yang baik
pada Keluarga Tn. J pengertian gizi O : - keluarga dapat memahami tentang gizi yang baik
khususnya Ny. T 1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa A : Masalah belum teratasi
yang diketahui keluarga mengenai P : Lanjutkan intervensi
pengertian kurang gizi 1.3.2 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi kurang
2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai akibat gizi kurang

2. Perilaku kesehatan Kamis, 11 april 2019 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara S : - klien mengatakan memehami cara penularan tuberkulosis
cenderung berisiko penularan Tuberkulosis Paru O: -klien terlihat mengerti dan mampu mengulangi cara penularan
terjadinya penularan tuberkulosis
tuberculosis pada A : Masalah teratasi sebagian
keluarga Tn. J P : Lanjutkan intervensi
khususnya Ny. T 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi lingkungan untuk penderita
Tuberkulosis
Kurangnya Kamis, 11 april 2019 3.2.1 Demonstrasikan cara merawat S : - keluarga dan klien mengatakan memahami cara merawat anggota
pengetahuan pada Tuberkulosis keluarga yang tuberkulosis
keluarga Tn. S O : - Klien terlihat mampu mempraktikan cara merawat anggota keluarga
khususnya Ny. T yang sakit tuberkulosis
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan Intervensi
3.2.1. Demonstrasikan cara merawat Tuberkulosis
Kesiapan Kamis, 11 april 2019 1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa S : - klien mengatakan paham tentang tanda gejala gizi kurang dan akibat
meningkatkan nutrisi yang diketahui keluarga mengenai gizi kurang
pada Keluarga Tn. J tanda dan gejala gizi kurang O : - klien mampu menjelaskan tanda gejala gizi kurang dan akibat gizi
khususnya Ny. T 2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa kurang.
yang diketahui keluarga mengenai A : Masalah belum teratasi
akibat gizi kurang P : Lanjutkan intervensi
2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal dan menyadari adanya masalah gizi
kurang sesuai dengan materi yang telah diberikan

99
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang diketahui keluarga
mengenai Triguna makanan

3. Perilaku kesehatan Jum’at, 12 april 2019 4.1.1 Diskusikan cara memodifikasi S : - Klien dan keluarga mengatakan mengerti tentang lingkungan yang
cenderung berisiko lingkungan untuk penderita baik untuk mencegah penularan tuberculosis
terjadinya penularan Tuberkulosis - Klien dan keluarga mengatakan akan menjaga kebersihan rumah,
uberkulosis pada 4.1.2. Menjaga kebersihan rumah. membuka jendela dan akan menjemur kasur untuk mengurangi
keluarga Tn. J 4.1.3. Menjemur kasur dan bantal penularan kuman tuberculosis
khususnya Ny. T 1minggu sekali O : -Klien mampu menjelaskan tentang lingkungan yang baik bagi
penderita tuberkulosis
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan intervensi
4.1.1 Keluarga selalu membuka jendela agar sinar matahari bisa masuk ke
dalam rumah.
4.1.2. Menjaga kebersihan rumah.
4.1.3. Menjemur kasur dan bantal 1minggu sekali

Kesiapan Jum’at, 12 april 2019 2.2.1 Bantu keluarga untuk mengenal S : klien dan keluarga mengatakan paham tentang triguna makanan
meningkatkan nutrisi dan menyadari adanya masalah O : klien terlihat mengerti tentang triguna makanan
pada Keluarga Tn. J gizi kurang sesuai dengan materi A : Masalah teratasi sebagian
khususnya Ny. T yang telah diberikan P : Lanjutkan intervensi
3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa 3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan apa yang dilakukan untuk
yang diketahui keluarga meningkatkan nutrisi klien
mengenai Triguna makanan 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga bagaimana cara menyajikan makanan
4. Kesiapan Sabtu, 13 april 2019 3.2.1 Dorong keluarga untuk S : - klien dan keluarga mengatakan setiap hari makan sayur dan lauk pauk
meningkatkan nutrisi menceritakan apa yang dilakukan dan diolah dicuci terlebih dahulu.
pada Keluarga Tn. J untuk meningkatkan nutrisi klien O: -Klien terlihat paham tentang cara pengelolahan makanan dan
khususnya Ny. T 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga menyajikan makanan
bagaimana cara menyajikan A : Masalah teratasi
makanan P : Pertahankan intervensi
4.1.1 Menyajikan makanan yang bervariasi tiap harinya.

100
101
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA
Tabel 4.9 intervensi keperawatan subjek 1 dan 2
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi
No umum khusus Kriteria Standar
DX
1 Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan kunjungan keluarga
selama 6 hari selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga Tn. diharapkan keluarga
S dapat mampu mampu mengenal
membantu Tn. S dalam masalah Tuberkulosis
mempertahankan jalan dengan cara :
nafas yang efektif.
1.1. Menyebutkan pengertian Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan 1.1.1. Jelaskan pada keluarga tentang arti batuk
batuk efektif pengertian batuk efektif efektif.
1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah diberikan
1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
yang belum dimengerti
1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat.

2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat
anggota keluarga dengan
masalah kesehatan
Tuberkulosis, dengan :

72
2.1. Cara membuang dahak Respon afektif - Tn. S dan keluarga 2.1.1. Siapkan tempat pembuangan dahak
yang benar untuk klien diharapkan dapat yang berisi cairan desinfektan ( sabun,
Tuberkulosis paru mengambil keputusan detergen atau bayclin ) untuk
untuk tidak membuang pembuangan dahak.
dahak sembarangan.

3. Mampu merawat anggota


keluarga dengan masalah
Tuberkulosis dengan :

3.1. Memeriksa keadaan Respon verbal Mengetahui keadaan fisik klien 3.1.1. Memonitor tanda-tanda vital
fisik klien 3.1.2. Memantau fungsi pernapasan klien
(bunyi napas, kecepatan irama dan
penggunaan otot bantu pernapasan).

3.2. Cara batuk efektif Respon Afektif Tn. S dapat melakukan batuk 3.2.1. Melatih pasien melakukan batuk efektif.
untuk penderita efektif dengan baik dan benar.
Tuberkulosis paru.

4. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
yang sesuai untuk
Tuberkulosis dengan
mampu :

4.1. keluarga mampu Respon afektif Mengetahui lingkungan yang 4.1.1. keluarga selalu membuka jendela agar
menjelaskan baik untuk mengurangi sinar matahari bisa masuk ke dalam
lingkungan- penularan Tuberkulosis rumah.
lingkungan yang baik

73
bagi pasien penyakit 4.1.2. menjaga kebersihan rumah.
Tuberkulosis 4.1.3. menjemur kasur dan bantal 1
minggu sekali
4.1.4. Mempunyai tempat sampah yang
tertutup sehingga tidak menimbulkan
bau.
4.1.5. menjaga rumah agar bebas dari asap
rokok.

5. Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada dimasyarakat dengan :

5.1. Menyebutkan manfaat Respon verbal. Manfaat fasilitas kesehatan 5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan bagi penderita Tuberkulosis: terkait keluhan yang ada.
- Mendapatkan perawatan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
secara langsung. diberikan
- Memperoleh informasi 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban
tentang cara perawatan sesuai dengan standar
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.
2. Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan kunjungan keluarga
selama 6 hari selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga Tn. diharapkan keluarga
S dan Tn. J khususnya mampu mengenal
Ny. T dapat mengerti penularan Tuberkulosis
tentang penularan dengan cara :
penyakit Tuberkulosis
Paru dan tidak terjadi
penularan lebih lanjut.

74
1.1. Menjelaskan cara Respon verbal Keluarga dapat menyebutkan 1.1.1. Kaji tingkat pengetahuan keluarga
penularan Tuberkulosis cara penularan Tuberkulosis tentang cara penularan Tuberkulosis
Paru : Paru
- Membuang dahak 1.1.2. Diskusikan dengan keluarga tentang
disembarang tempat cara penularan Tuberkulosis Paru
- Melalui udara 1.1.3. Anjurkan keluarga untuk menjaga
- Sistem imun yang lemah lingkungan agar tetap bersih dan tidak
- Lingkungan yang lembab lembab
dan tidak terpapar sinar 1.1.4. Memotivasi keluarga untuk
maahari menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru

2. Keluarga mampu
mengambil keputusan
mengenai pengobatan
klien

- Keluarga dapat mengerti 2.1.1. Diskusikan dengan keluarga manfaat


2.1. Menjelaskan cara Respon verbal tentang pemberian obat pengobatan secara teratur
pengobatan pada
secara teratur 2.1.2. Beri pujian tentang keputusan yang
Tuberkulosis Paru
- Pemberian lama diambil
pengobatan selama 6 bulan 2.1.3. Motivasi keluarga untuk selalu
- Keluarga mampu mengingatkan klien minum obat.
memotivasi klien untuk
berobat

3. Keluarga mampu
merawat anggota
keluarga yang sakit
Tuberkulosis dengan:

75
3.1. Menjelaskan cara Respon Afektif - Keluarga mampu merawat 3.1.1. Diskusikan dengan keluarga cara
menghindari hal-hal klien penularan Tuberkulosis Paru
yang dapat menularkan - Dapat menghindari hal-hal 3.1.2. Ajarkan keluarga merawat diri dan klien
Tuberkulosis Paru yang dapat menularkan 3.1.3. Jelaskan pada keluarga cara
penyaki Tuberkulosis Paru menghindari hal-hal yang dapat
menularkan Tuberkulosis Paru

4. Keluarga mampu
memodifikasi lingkungan
rumah

4.1. Menyebutkan cara Respon verbal Keluarga dapat 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi
memodifikasi lingkungan menyebutkan lingkungan untuk penderita
untuk penderita memodifikasi lingkungan Tuberkulosis
Tuberkulosis. yang sesuai untuk 4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
penderita Tuberkulosis, memodifikasi lingkungan untuk
yaitu modifikasi perilaku penderita Tuberkulosis dengan
dengan: menggunakan lembar balik
- Menutup mulut dan 4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
hidung saat batuk dan kembali cara memodifikasi lingkungan
bersin untuk penderita Tuberkulosis
- Membuka jendela dan 4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
pintu agar sinar matahari materi yang belum dimengerti.
dapat masuk 4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai
materi yang belum dimengerti.
- Menjemur kasur tiap
4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
minggu
kemampuan yang dicapai oleh keluarga
- Membuang dahak pada
tempat yang telah
ditentukan

76
5. Keluarga mampu
memanfaatkan fasilitas
pelayanan kesehatan yang
ada

3.2. Menyebutkan manfaat Respon Afektif Manfaat fasilitas kesehatan 5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan bagi penderita Tuberkulosis: terkait keluhan yang ada.
- Mendapatkan perawatan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
secara langsung. diberikan
- Memperoleh informasi 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban
tentang cara perawatan sesuai dengan standar
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.
3. Setelah dilakukan 1. Setelah dilakukan
tindakan keperawatan kunjungan keluarga
selama 6 hari selama 5 x 30 menit
diharapkan keluarga Tn. diharapkan keluarga
S dan Tn. J khususnya mampu mengenal
Ny. T dapat mengerti masalah Tuberkulosis
dan memahami atas dengan cara :
informasi yang sudah
diberikan tentang Respon verbal
1.1. Menyebutkan pengertian Keluarga mampu menyebutkan 1.1.1. Dengan menggunakan lembar balik
penyakit Tuberkulosis
Tuberkulosis pengertian Tuberkulosis adalah jelaskan pada keluarga tentang
Paru.
salah satu penyakit menular pengertian tuberkulosis, yaitu: salah
yang disebabkan oleh kuman satu penyakit menular yang disebabkan
yaitu kuman mycobacterium oleh kuman yang paling banyak
tuberculosis yang palig banyak menyerang di daerah paru-paru
menyerang di daerah paru-paru 1.1.2. Evaluasi penjelasan yang telah
diberikan
1.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang

77
disampaikan
1.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.6. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat.

1.2. Menyebutkan penyebab Respon verbal Keluarga mampu menyebutkan 1.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
Tuberkulosis penyebab TBC adalah kuman diketahui keluarga mengenai penyebab
mycobacterium tuberculosis timbulnya masalah Tuberkulosis
1.2.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
pemahaman keluarga yang benar.
1.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
tentang penyebab Tuberkulosis dengan
menggunakan lembar balik, yaitu
kuman mycobacterium tuberculosis
1.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.2.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.2.6. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

1.3. Menyebutkan Respon Verbal Keluarga mampu 1.3.1. Diskusikan bersama keluarga
penyebaran penyakit menyebutkan penyebaran bagaimana penyebaran Tuberkulosis
Tuberkulosis Tuberkulosis yaitu melalui 1.3.2. Berikan informasi penyebaran
percikan dahak/bersin yang Tuberkulosis dengan menggunakan
terhirup oleh orang lain lembar balik yaitu lewat percikan
dahak/bersin
1.3.3. Berikan kesempatan kepada keluarga

78
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.3.4. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.3.5. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

1.4. Menyebutkan tanda- Respon Verbal Minimal 3 dari 6 tanda-tanda 1.4.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
tanda awal penyakit Tuberkulosis : diketahui keluarga mengenai tanda dan
Tuberkulosis - Batuk yang tidak kunjung gejala Tuberkulosis.
sembuh selama lebih dari 3 1.4.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
minggu pemahaman keluarga mengenai tanda
- Demam/meriang lebih dari yang benar
sebulan 1.4.3. Berikan informasi kepada keluarga
- Nafsu dan BB menurun mengenai tanda gejala Tuberkulosis
- Mudah lelah dengan menggunakan media lembar
- Nyeri dada dan Sesak nafas balik
- Batuk berdahak disertai 1.4.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
darah untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.4.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.4.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

1.5. Mengidentifikasi Respon verbal Keluarga mengatakan Tn. S 1.5.1. Tanyakan kepada keluarga, adakah
anggota keluarga yang menderita penyakit anggota keluarga yang mempunyai
menderita Tuberkulosis Tuberkulosis Paru. tanda dan gejala Tuberkulosis
1.5.2. Bantu keluarga jika kesulitan
mengidentifikasi

79
1.5.3. Berikan reinforcement positif atas apa
yang telah dikemukan keluarga yang
tepat dan benar

2. Mampu mengambil
keputusan dalam merawat
anggota keluarga dengan
masalah kesehatan TBC,
dengan :
2.1. Menyebutkan akibat Respon Afektif Keluarga mampu menyebutkan 2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
Tuberkulosis jika tidak minimal 2 dari 3 akibat TBC diketahui keluarga mengenai akibat
diobati jika tidak diobati: Tuberkulosis jika tidak diobati
- kematian 2.1.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
- tidak dapat sembuh pemahaman akibat yang benar
- menular pada orang lain 2.1.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai akibat Tuberkulosis jika tidak
diobati dengan menggunakan media
lembar balik
2.1.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.1.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.1.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

2.2. Menyebutkan akibat Respon Verbal Keluarga mampu menyebutkan 2.2.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
Tuberkulosis jika putus minimal 2 dari 4 akbiat putus diketahui keluarga mengenai akibat
obat antituberkulosis obat antituberculosis: Tuberkulosis jika putus pengobatan
- penyakit lebih sukar OAT
sembuh 2.2.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
- kuman tumbuh dan pemahaman akibat putus OAT yang

80
berkembang lebih banyak benar
- butuh biaya lebih besar 2.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
- waktu pengobatan menjadi mengenai akibat putus obat
lebih lama Tuberkulosis dengan menggunakan
media lembar balik
2.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.2.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.2.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.2.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

2.3. Mengambil keputusan Respon Verbal Keluarga mengatakan akan 2.3.1. Bantu keluarga untuk mengenal dan
untuk mengatasi mengatasi penyakit menyadari akan adanya masalah sesuai
masalah kesehatan Tuberkulosis pada klien dengan materi yang telah diberikan
Tuberkulosis yang 2.3.2. Bantu keluarga untuk memutuskan
dialami anggota merawat anggota keluarga yang sakit
keluarga Tuberkulosis
2.3.3. Berikan reinforcement atas keputusan
yang telah diambil

3. Mampu merawat anggota


keluarga dengan masalah
kesehatan Tuberkulosis,
dengan:

81
3.1. Menjelaskan cara Respon Verbal Keluarga mengatakan 3 dari 3.1.1. Dorong keluarga untuk menceritakan apa
merawat anggota cara perawatan anggota yang dilakukan saat klien sakit
keluarga dengan keluarga dengan penyakit TBC tuberkulosis dan bagaimana hasilnya
penyakit Tuberkulosis - pengobatan tuberkulosis 3.1.2. Diskusikan cara perawatan tuberkulosis
tuntas minimal 6 bulan dengan menggunakan lembar balik
- melakukan batuk efektif 3.1.3. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk mengeluarkan dahak untuk bertanya tentang materi yang
- istirahat cukup (6-8 jam disampaikan
sehari) 3.1.4. Berikan penjelasan ulang terhadap materi
- senam pernapasan yang belum dimengerti
3.1.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
3.1.6. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

3.2. Mendemontrasikan Respon Afektif Keluarga dapat 3.2.1. Demonstrasikan cara merawat
cara sederhana mendemonstrasikan 3 cara Tuberkulosis yaitu dengan menggunakan
mengatasi Tuberkulosis sederhana menangani masker untuk dipakai sehari-hari, ajarkan
Tuberkulosis yaitu: keluarga untuk melakukan latihan senam
- memakai masker untuk pernapasan, menjelaskan jenis
penderita yang terinfeksi pengobatan, fungsi obat masing- masing
Tuberkulosis dan menjelaskan efek samping serta cara
- senam pernapasan pemberian obat kepada keluarga yang
- melakukan pengobatan menderita penyakit Tuberkulosis;
Tuberkulosis tuntas menjelaskan pentingnya istirahat yang
- istirahat cukup 6-8 jam per cukup, waktu minimal istirahat 6- 8 jam,
hari apa saja yang bisa dilakukan sebelum
tidur
3.2.2. Minta keluarga menjelaskan kembali.
3.2.3. Beri reinforcement positif atas jawaban
yang tepat dan juga cara keluarga
mendemonstrasikan.

82
4. Mampu memodifikasi
lingkungan yang sesuai
untuk penderita
Tuberkulosis, dengan
mampu:

4.1. Menyebutkan cara Respon Verbal Keluarga dapat menyebutkan 4.1.1. Diskusikan cara memodifikasi
memodifikasi lingkungan memodifikasi lingkungan yang lingkungan untuk penderita Tuberkulosi
untuk penderita TBC sesuai untuk penderita TBC, 4.1.2. Jelaskan kepada keluarga tentang cara
yaitu modifikasi perilaku memodifikasi lingkungan untuk
dengan: penderita Tuberkulosis dengan
- Menutup mulut dan hidung menggunakan lembar balik
saat batuk dan bersin 4.1.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
- Membuka jendela dan kembali cara memodifikasi lingkungan
pintu agar sinar matahari untuk penderita Tuberkulosis
dapat masuk 4.1.4. Tanyakan kepada keluarga tentang
- Menjemur kasur tiap materi yang belum dimengerti.
minggu 4.1.5. Jelaskan kepada keluarga mengenai
- Membuang dahak pada materi yang belum dimengerti.
tempat yang telah 4.1.6. Berikan reinforcement terhadap
ditentukan kemampuan yang dicapai oleh keluarga

5. Mampu memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang
ada dimasyarakat,
dengan:

5.1. Menyebutkan manfaat Respon Verbal Manfaat fasilitas kesehatan 5.1.1. Jelaskan manfaat fasilitas kesehatan
fasilitas kesehatan bagi penderita Tuberkulosis: terkait keluhan yang ada.
- Mendapatkan perawatan 5.1.2. Evaluasi kembali hasil penjelasan yang
secara langsung. diberikan
- Memperoleh informasi 5.1.3. Beri reinforcement positif bila jawaban

83
tentang cara perawatan sesuai dengan standar
dirumah.
- Mendapatkan terapi
pengobatan.

4. Setelah dilakukan 1. Setelah 5 x 30 menit


tindakan keperawatan pertemuan, keluarga
selama 6 hari mampu mengenal
diharapkan keluarga Tn. masalah gizi kurang,
S dan Tn. J khususnya dengan mampu:
Ny. T dapat
meningktkan nutrisi 1.1. Menyebutkan definisi Respon verbal Keluarga menyebutkan gizi 1.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
pada klien gizi yaitu zat-zat yang ada di dalam diketahui keluarga mengenai pengertian
makanan yang diperlukan gizi
tubuh untuk kelangsungan 1.1.2. Berikan pujian kepada keluarga tentang
kehidupan. pemahaman keluarga mengenai
pengertian gizi yang benar
1.1.3. Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi dengan
menggunakan media leaflet dan lembar
balik
1.1.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.1.5. Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.1.6. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.1.7. Berikan reinforcement positif atas usaha
keluarga

84
1.2. Menyebutkan definisi Respon Afektif Keluarga menyebutkan gizi 1.2.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
gizi kurang kurang adalah suatu keadaan diketahui keluarga mengenai
dimana tubuh tidak pengertian kurang gizi
mendapatkan zat- zat tubuh 1.2.2 Berikan pujian kepada keluarga
tertentu dari makanan tentang pemahaman keluarga
mengenai pengertian gizi kurang yang
benar
1.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai pengertian gizi kurang
dengan menggunakan media leaflet
dan lembar balik
1.2.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.2.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.2.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.2.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

1.3. Menyebutkan tanda dan Respon Verbal Anggota keluarga mampu 1.3.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
gejala masalah gizi menyebutkan 3 dari 6 tanda diketahui keluarga mengenai tanda dan
kurang dan gejala gizi kurang, yaitu: gejala gizi kurang
- BB kurang dari 20% dari 1.3.2 Berikan pujian kepada keluarga
BB ideal tentang pemahaman keluarga
- Badan kurus mengenai tanda dan gejala gizi kurang
- Rambut merah
(Pirang), tipis dan mudah
1.3.3 Berikan informasi kepada keluarga
mengenai tanda dan gejala gizi kurang
dicabut
dengan menggunakan media lembar
- Lemah dan pucat
balik dan leaflet
- Kulit kering dan kusam
- Kaki,tangan dan sekitar 1.3.4 Berikan kesempatan kepada keluarga

85
mata bengkak untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.3.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.3.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.3.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

1.4. Menyebutkan penyebab Respon psikomotor Anggota keluarga mampu 1.4.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
timbulnya masalah gizi dan respon verbal menyebutkan 3 dari 5 diketahui keluarga mengenai penyebab
kurang. penyebab gizi kurang, yaitu: gizi kurang
- Makanan yang masuk ke 1.4.2 Berikan pujian kepada keluarga
dalam tubuh kurang dari tentang pemahaman keluarga
kebutuhan tubuh mengenai penyebab gizi kurang yang
- Makanan yang masuk ke benar
dalam tubuh tidak 1.4.3 Berikan informasi kepada keluarga
seimbang mengenai penyebab timbulnya gizi
- Makan tidak teratur kurang dengan menggunakan media
- Adanya penyakit tertentu lembar balik dan leaflet
1.4.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
1.4.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
1.4.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
1.4.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

86
1.5. Mengidentifikasi Respon Afektif Keluarga mengatakan klien 1.5.1 Tanyakan kepada keluarga, adakah
anggota keluarga yang perlu meningkatkan anggota keluarga yang mempunyai
membutuhkan nutrisinya tanda dan gejala tubuh kekurangan gizi
peningkatan nutrisi. 1.5.2 Berikan reinforcement positif atas apa
yang telah dikemukan keluarga yang
tepat dan benar

2. Mampu mengambil
keputusan dalam
merawat anggota
keluarga yang perlu
meningkatkan nutrisi,
dengan mampu:

2.1. Menyebutkan akibat gizi Respon Verbal Anggota keluarga mampu 2.1.1. Diskusikan bersama keluarga apa yang
kurang menyebutkan 2 dari 4 akibat diketahui keluarga mengenai akibat
gizi kurang, yaitu: gizi kurang
- Gangguan pertumbuhan 2.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
dan perkembangan tentang pemahaman keluarga
- Mudah terserang penyakit mengenai akibat gizi kurang
- Menurunkan daya pikir/ 2.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
kecerdasan mengenai gizi kurang dengan
- Tonus otot buruk menggunakan media lembar balik dan
leaflet
2.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
2.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
2.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
2.1.7 Berikan reinforcement positif atas

87
usaha keluarga

2.2. Pengambilan keputusan Respon verbal Keluarga memutuskan untuk 2.2.1. Bantu keluarga untuk mengenal dan
untuk mengatasi anggota merawat klien yang perlu menyadari adanya masalah gizi kurang
keluarga yang perlu meningkatkan nutrisi. sesuai dengan materi yang telah
meningkatkan nutrisi diberikan
2.2.2 Bantu keluarga untuk memutuskan
merawat anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang
2.2.3 Berikan reinforcement atas keputusan
yang telah diambil keluarga

3. Mampu merawat
anggota keluarga yang
mengalami gizi kurang,
dengan mampu:

3.1. Menjelaskan Triguna Respon Verbal Keluarga menyebutkan 3.1.1 Diskusikan bersama keluarga apa yang
makanan komponen Triguna makanan diketahui keluarga mengenai Triguna
beserta 2 contohnya: makanan
- Zat tenaga, sebagai sumber 3.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
tenaga untuk beraktivitas tentang pemahaman keluarga
dan sumber makanan mengenai Triguna makanan yang
pokok (karbohidrat), benar
seperti: nasi, roti, gula, 3.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
singkong, ubi, dll mengenai Triguna makanan dengan
- Zat pembangun, sebagai menggunakan media lembar balik dan
pupuk untuk proses leaflet
berpikir, terdapat dalam
lauk pauk (protein dan 3.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
lemak), seperti: ikan, telur, untuk bertanya tentang materi yang
tempe, daging, susu, dll disampaikan
- Zat pengatur, sebagai 3.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap

88
pengatur lalu lintas (polisi) materi yang belum dimengerti
makanan, terdapat dalam 3.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
buah dan sayur (vitamin materi yang telah dijelaskan
dan mineral), seperti: 3.1.7 Berikan reinforcement positif atas
wortel, jeruk, nanas, usaha keluarga
bayam, kangkung, dll

3.2. Menjelaskan cara Respon verbal Anggota keluarga mampu 3.2.1 Dorong keluarga untuk menceritakan
meningkatkan nutrisi menyebutkan 3 apa yang dilakukan untuk
dari 5 cara meningkatkan meningkatkan nutrisi klien
nutrisi, yaitu: 3.2.2 Diskusikan cara meningkatkan nutrisi
- Makan makanan yang klien
seimbang (Triguna 3.2.3 Berikan informasi kepada keluarga
makanan), menyusun menu mengenai cara meningkatkan nutrisi
makanan dengan gizi klien dengan menggunakan media
seimbang lembar balik dan leaflet
- Makanan sesuai dengan
kebutuhan/ porsi makan 3.2.4 Motivasi keluarga untuk menjelaskan
anak kembali materi yang telah disampaikan
- Cara mengolah makanan 3.2.5 Berikan reinforcement terhadap
yang benar kemampuan yang dicapai oleh
- Pengaturan jadwal makan keluarga
yang teratur
- Cemilan/makanan selingan
sehat untuk anak

3.3. Menjelaskan cara Respon verbal Anggota keluarga mampu 3.3.1. Dorong keluarga untuk menceritakan
mengolah makanan menyebutkan 3 dari 4 cara cara mengolah makanan
mengolah makanan, yaitu: 3.3.2. Berikan informasi kepada keluarga
- Sayuran dan buah dicuci di mengenai cara mengolah makanan
air yang mengalir terlebih dengan menggunakan media lembar
dahulu baru dipotong- balik dan leaflet

89
potong 3.3.3. Motivasi keluarga untuk menjelaskan
- Sayuran dimasak jangan kembali materi yang telah disampaikan
terlalu lama 3.3.4. Berikan reinforcement terhadap
- Alat-alat masak dan makan kemampuan yang dicapai oleh keluarga
dicuci bersih
- Cuci tangan sebelum masak
dan makan

4. Mampu memodifikasi
lingkungan untuk
merawat anggota
keluarga dengan gizi
kurang, dengan mampu:

4.1. Menjelaskan cara Respon Verbal Anggota keluarga mampu 4.1.1 Diskusikan bersama keluarga
penyajian makanan menyebutkan 3 dari 4 cara bagaimana cara menyajikan makanan
menyajikan makanan, yaitu: 4.1.2 Berikan pujian kepada keluarga
- Jenis makanan bervariasi tentang pemahaman keluarga yang
setiap harinya benar
- Mengkombinasikan jenis 4.1.3 Berikan informasi kepada keluarga
makanan hewani dan nabati mengenai cara menyajikan makanan
- Perhatikan jadwal menu dengan menggunakan media lembar
makanan balik dan leaflet
- Jumlah makanan sesuai 4.1.4 Berikan kesempatan kepada keluarga
dengan kebutuhan. untuk bertanya tentang materi yang
disampaikan
4.1.5 Berikan penjelasan ulang terhadap
materi yang belum dimengerti
4.1.6 Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dijelaskan
4.1.7 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

90
4.2. Memodifikasi Respon verbal Anggota keluarga mampu 4.2.1. Diskusikan bersama keluarga tentang
lingkungan yang menyebutkan 3 dari 4 modifikasi lingkungan untuk
mendukung untuk lingkungan yang mendukung meningkatkan status gizi klien
meningkatkan status gizi untuk meningkatkan status gizi 4.2.2. Berikan pujian kepada keluarga
dewasa klien, yaitu: tentang pemahaman keluarga yang
- Makan bersama anggota benar
keluarga yang lain 4.2.3. Berikan informasi kepada keluarga
- Makan sambil bercerita mengenai modifikasi lingkungan untuk
- Jenis makanan bervariasi meningkatkan status gizi klien dengan
dan menarik. menggunakan media lembar balik dan
leaflet
4.2.4. Berikan kesempatan kepada keluarga
untuk bertanya mengenai materi yang
dibahas
4.2.5. Motivasi keluarga untuk mengulang
materi yang telah dibahas
4.2.6. Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

5. Mampu menggunakan
fasilitas kesehatan yang
ada untuk meningkatkan
gizi dewasa, dengan
mampu:

5.1. Menyebutkan fasilitas Respon Afektif Keluarga dapat menyebutkan 3 5.1.1 Diskusikan bersama keluarga
pelayanan kesehatan dari 4 fasilitas kesehatan yang mengenai fasilitas kesehatan yang ada
yang terdapat disekitar dapat dikunjungi: disekitar tempat tinggal
lingkungan tempat - Posyandu
tinggal terkait dengan 5.1.2 Motivasi keluarga untuk mengulang
- Puskesmas fasilitas kesehatan yang dapat
peningkatan status gizi - Rumah Sakit
dewasa dikunjungi
- Klinik Dokter
5.1.3 Berikan reinforcement positif atas
usaha keluarga

91
92
FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
POLTEKKES KEMENKES KALTIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA

Dokumentasi Subjek 1 Keluarga Tn. S


FOTO DOKUMENTASI PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH MAHASISWA
POLTEKKES KEMENKES KALTIM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SEMPAJA
SAMARINDA

Dokumentasi Subjek 2 Keluarga Tn. J

Anda mungkin juga menyukai