Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tuberkulosis paru (TBC) merupakan masalah kesehatan yang besar

didunia. Dalam 20 tahun World Health Organitation (WHO) dengan Negara-

negara yang tergabung didalamnya mengupayakan untuk mengurangi TB

paru. TB paru adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh

bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Sumber penularanya itu pasien TB paru

BTA (Bakteri Tahan Asam) positif melalui percik renek dahak yang

dikeluarkannya. Penyakit ini apabila tidak segera diobati atau pengobatannya

tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian

(Kemenkes RI, 2015).

Menurut WHO TB paru merupakan penyakit yang menjadi

perhatian global. Dengan berbagai upaya pengendalian yang dilakukan,

insiden dan kematian akibat TB paru telah menurun, namun TB paru

diperkirakan masih menyerang 9,6 juta orang dan menyebabkan 1,2 juta

kematian pada tahun 2014, India, Indonesia, dan China merupakan Negara

dengan penderita TB paru terbanyak yaitu berturut-turut 23%, 10%, dan 10%

dari seluruh penderita didunia (WHO, 2019). Berdasarkan laporan WHO

dalam Global Tuberculosis Report 2019. Di Indonesia menempati posisi

kedua terbesar di dunia. penderita TB setelah negara India, Cina, Nigeria, dan

Pakistan. Tingkat risiko terkena penyakit TB di Indonesia berkisar antara

1
1,7% hingga 4,4%. Secara nasional, TB dapat membunuh sekitar 67.000 orang

setiap tahun, setiap hari 183 orang meninggal akibat penyakit TB di Indonesia

(Kemenkes RI, 2019).

Jumlah kasus baru TB paru di Indonesia sebanyak 420.994 kasus

pada tahun 2017 (data per 17 Mei 2019). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah

kasus baru TB paru tahun 2019 pada laki-laki 1,4 kali lebih besar

dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan survey prevalensi TB

paru pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan pada perempuan. Begitu

juga yang terjadi dinegara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan karena

laki-laki lebih terpapar pada faktor resiko TB paru misalnya merokok dan

kurangnya ketidakpatuhan minum obat. Survey ini menemukan bahwa dari

seluruh partisipan laki-laki yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,75

partisipan perempuan yang merokok (Badan Pusat Statistik, 2019). Menurut

profil kesehatan Provinsi Jawa Barat Pada tahun 2018 dilaporkan bahwa

jumlah seluruh pasien TB paru mencapai 5.828 orang, dan sebanyak 3.860

orang diantaranya merupakan kasus baru BTA+. Sedangkan untuk tahun

2019, jumlah seluruh pasien TBC adalah 6.644 orang, dengan 4,149 orang

merupakan kasus TB paru baru BTA+. Apabila dibandingkan dengan tahun

2018, maka kasus TB paru pada tahun 2019 mengalami peningkatan sebesar

14,04%. Dari hasil pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti bahwa jumlah

kunjungan kasus TB paru di UPTD Puskesmas Sindangkerta pada tahun 2022

sebanyak 42 kasus TB paru. Jumlah kunjungan kasus TB paru tahun 2022

untuk 3 bulan terakhir dengan jumlah 11 kasus TB paru. Total jumlah pasien

2
TB paru yang melakukan pengobatan dari tahun 2022 sampai dengan 3

bulan terakhir 2022 sebanyak 43 pasien mengalami TB paru.

Oleh karena itu, penelitian ini sangat penting dilakukan untuk

mengetahui kepatuhan minum obat pasien TB paru di UPTD Puskesmas

Sindangkerta.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana

Gambaran kepatuhan minum obat pasien Tuberkulosis paru di UPTD

Puskesmas Sindangkerta.

1.3. Tujuan

Mengetahui Gambaran kepatuhan minum obat pasien

Tuberkulosis paru di UPTD Puskesmas Sindangkerta

3
1.4. Manfaat

1. Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi kepada masyaarakat tentang

pentingnya tingkat kepatuhan minum obat pasien tuberkulosis paru

terhadap keberhasilan terapi.

2. Bagi Pelayanan Kesehatan/Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan sehingga

memberikan informasi dan bahan evaluasi bagi pelayanan

kesehatan/Puskesmas.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah studi perpustakaan dan diharapkan

dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai