Anda di halaman 1dari 5

OUTLINE PENGAJUAN JUDUL SKRIPSI

“Hubungan Kepatuhan Minum OAT Dengan Kualitas Hidup Pada Pasien Tuberculosis”

Di susun oleh :
Riki Hanafi
KHGC18043
4A/S1 Keperawatan

STIKes Karsa Husada Garut


TA 2021/2022
1.1 Latar Belakang

Tuberculosis merupakan suatu penyakit infeksi menular yang di sebabkan oleh infeksi
bakteri Mycobacterium Tuberculosis yang menyerang parenkim (jaringan ) paru. (Fauzi
& Indriyani, 2019) tuberculosis menular melalui droplet atau dahak yang di buang
sembarangan dan bercampur dengan udara sehingga masuk kedalam saluran pernafasan
dan menginfeksi paru-paru. Penyakit ini jika tidak segera di obati beresiko menular
kepada orang lain dan beresiko menemibulkan komplikasi hingga kematian bagi
penderitanya. Menurut World Health Organization (WHO), Indonesia berada pada
peringkat ke-2 dengan penderita TB tertinggi di Dunia setelah India. Secara global,
diperkirakan 10 juta orang menderita TB pada tahun 2019. Meskipun terjadi penurunan
kasus baru TB, tetapi tidak cukup cepat untuk mencapai target Strategi END TB tahun
2020, yaitu pengurangan kasus TB sebesar 20% antara tahun 2015 – 2020. Pada tahun
2015 – 2019 penurunan kumulatif kasus TB hanya sebesar 9% (WHO, Global
Tuberculosis Report, 2020) dalam (Kementerian kesehatan RI, 2020)

Pada tahun 2020 jumlah kasus tuberkulosis yang ditemukan sebanyak 351.936 kasus,
menurun bila dibandingkan semua kasus tuberkulosis yang ditemukan pada tahun 2019
yaitu sebesar 568.987 kasus. Jumlah kasus tertinggi dilaporkan dari provinsi dengan
jumlah penduduk yang besar yaitu Jawa Barat, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. Kasus
tuberkulosis di ketiga provinsi tersebut hampir mencapai setengah dari jumlah seluruh
kasus tuberkulosis di Indonesia (46%) (Kementerian kesehatan RI, 2020) jawa barat
termasuk 3 provinsi jumlah kasus tuberculosis tertinggi di Indonesia dan kasus
tuberculosis di kota Garut pada tahun 2019 yaitu sebanyak 1,611 dari 42 kecamatan di
garut . sebagai salah satu kota dari provinsi jawa barat sehingga menjadikan pemerintah
dan petugas kesehatan jawa barat untuk menanggulanginya yang harus di dukung oleh
kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan,( Dinas Kesehatan jabar ,2019 )

Walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly Observed Treatment


Shortcourse (DOTS) telah diterapkan di banyak negara sejak tahun 1995 namun TB tetap
menjadi masalah terbesar bagi dunia (Fauzi & Indriyani, 2019) di karenakan ketidak
pengetahuan masyarakat, dan menjadikan stigma negative dari masyarakat terhadap
penyakit ini menimbulkan depresi pada pasien, (Endria & Yona, 2019) stigma ini akan
sangat berpengaruh terhadap proses pengobatan Tuberkulosis, terdapat masalah utama
pada proses pengobatan Tuberkulosis yaitu keterlambatan dalam pengobatan dan
putusnya obat. Adapun pengobatan tb yaitu paduan Obat Anti Tb (OAT) yang digunakan
di Indonesia mengikuti rekomendasi World Health Organization (WHO) dan
International Standard for TB Care (ISTC). Paduan obat Program Nasional Pengendalian
TB di Indonesia meliputi: 1) Fixed Dose Combination (FDC) atau kombinasi dosis tetap
(KDT) yaitu paket obat untuk satu periode pengobatan; 2) Kombipak yaitu paket obat
lepas yang terdiri dari Isoniasid (H), Rifampisin (R), Pirazinamid (Z) dan Etambutol (E)
yang dikemas dalam bentuk blister dan dikatagorikan sebagai obat lepasan; dan 3) Obat
Lepasan yaitu Sediaan obat tunggal/bukan paket, diberikan oleh tenaga kesehatan dalam
bentuk terpisah dengan dosis berdasarkan keputusan klinis.(Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Jawa Barat, 2019)
Pengobatan TB mengharuskan pasien meminum obat selama 6 bulan dan pengobatan
yang cukup lama tersebut memiliki faktor keberhasilan dan faktor kegagalan, (Febri et al.,
2019) faktor-faktor yang mempengaruhi pengobatan TB secara umum, kepatuhan minum
obat, dukungan keluarga, kehilangan pekerjaan, kesulitan ekonomi, kurangnya akses ke
layanan kesehatan, stigma masyarakat, efek samping pengobatan, masa pengobatan yang
lama, kurang nafsu makan dan komunikasi yang buruk dengan penyedia layanan
kesehatan (Gebreweld et al., 2018) dalam (Faisal, Rini Rachmawaty, 2021)

Tingkat kepatuhan kepatuhan minum obat yang rendah tetap menjadi slah satu
masalah terhadap pengendalian TB, Kepatuhan (ketaatan) (compliance atau adherence)
adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh
dokternya atau orang lain. Dalam menjalani pengobatan jangka panjang, kepatuhan
pasien sangat di tuntut untuk mengetahui sikap dan perilaku pasien terhadap program
pengobatan yang telah di berikan oleh petugas kesehatan. Kepatuhan yang buruk terhadap
pengobatan yang direkomendasikan dapat mengakibatkan efek samping yang merugikan,
Penderita TB yang tidak menjalani pengobatan atau tidak rutin minum obat beresiko
mengalami gagal pengobatan dan mengakibatkan resiko lebih tinggi terjadi penularan
kepada orang lain. hal tersebut dapat disebabkan akibat pengaturan diri pasien yang tidak
baik.(Fauzi & Indriyani, 2019) Tidak adanya kemauan dari diri sendiri sehingga
menimbulkan ketidakpatuhan minum obat serta stigma negatif terhadap penyakit
tuberkulosis ini akan semakin memperberat kondisi pasien, baik fisik dan psikis. Kondisi
fisik dan psikis ini akan sangat mempengaruhi kualitas hidup pasien, karena keduanya
merupakan domain dari kualitas hidup, sehingga tidak jarang pasien dengan penyakit
tuberkulosis mempunyai nilai kualitas hidup yang rendah dikarenakan depresi yang
dialami pasien, serta diperberat dengan stigma negatif terhadap penyakit (Davis, &
Juniarti, 2010). Kualitas hidup yang rendah akibat adanya depresi dan stigma tentunya
akan mempengaruhi bagaimana pasien tuberkulosis paru menjalani proses penyakitnya
serta proses pengobatannya yang secara keseluruhan akan berpengaruh terhadap berhasil
atau tidaknya pengobatan.(Fauzi & Indriyani, 2019)

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas ,maka permasalahan yang dapat di rumuskan adalah
Hubungan kepatuhan minum OAT dengan kualitas hidup pasien Tuberkulosis

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan kepatuhan minum OAT dengan kualitas hidup pasien
Tuberkulosis
1.3.2 Tujuan khusus
1. Mengetahui tingkat kepatuhan minum OAT pada pasien tuberculosis
2. Mengetahui kualitas hidup pada pasien tuberculosis
3. Mengetahui hubungan kepatuhan minum OAT dengan kualitas hidup pasien
Tuberkulosis
1.4 Manfaat penelitian
1. Manfaat Bagi Pasien TB
Dapat memberikan informasi kepada pasien TB mengenai pentingnya kepatuhan
meminum obat OAT
2. Bagi institusi Pendidikan
Sebagai bahan informasi bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai hubungan kepatuhan minum obat dengan kualitas hidup pasien tuberkulosis
3. Bagi peneliti lain
Hasil penelitian ini dapat di jadikan referensi untuk penelitian selanjutnya
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Jawa Barat. (2019). Laporan Riskesdas
Provinsi Jawa Barat. In Lembaga Penerbit Badan Litbang Kesehatan.
https://litbang.kemkes.go.id
Endria, V., & Yona, S. (2019). Depresi Dan Stigma Tb Dengan Kualitas Hidup Pasien
Tuberkulosis Paru. Jurnal Riset Kesehatan Nasional, 3(1), 21–28.
https://doi.org/10.37294/jrkn.v3i1.151
Faisal, Rini Rachmawaty, E. L. sjattar. (2021). No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者
における 健康関連指標に関する共分散構造分析 Title. Industry and Higher
Education, 3(1), 1689–1699.
http://journal.unilak.ac.id/index.php/JIEB/article/view/3845%0Ahttp://dspace.uc.ac.id/
handle/123456789/1288
Fauzi, Y. S., & Indriyani, R. (2019). Efikasi Diri pada Kepatuhan Minum Obat Anti
Tuberkulosis ( OAT ). 10(November), 405–412.
Febri, I., Sari, K., Majid, Y. A., & Balita, T. G. (2019). Volume 7, Nomor 2, Desember 2019.
7(6), 306–314.
Kementerian kesehatan RI, 2020. (2020). Health Information Systems. In IT - Information
Technology (Vol. 48, Issue 1). https://doi.org/10.1524/itit.2006.48.1.6

Anda mungkin juga menyukai