PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
Muhammad Haykal Abdi Hidayatullah
NIM 182210101163
2.1.3 Patogenesis
Penularan Tuberkulosis diawali ketika penderita TB batuk yang
menyebabkan kuman Mycrobacterium Tuberculosis dalam percik renik (droplet
nuclei) patogen dapat masuk menuju paru melalui udara dan bertempat tinggal
dalam bentuk aerosol yang mengandung kuman TB. Kuman TB ini akan segera
diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan
menfagosit kuman TB. Fokus Primer GOHN merupakan tempat dimana koloni
kuman TB diparu pasien. Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran
limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai
saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran ini menyebabkan terjadinya
inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar limfe (limfadenitis) yang
terkena. Jika fokus primer terletak di lobus paru bawah atau tengah, kelenjar limfe
yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus, sedangkan jika focus primer
terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah kelenjar paratrakeal. Kompleks
primer merupakan gabungan antara focus primer, kelenjar limfe regional yang
membesar (limfadenitis) dan saluran limfe yang meradang (limfangitis
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis TB MDR dengan cara sebagai berikut;
1. Anamnesis (Riwayat Pentakit)
Mendiagnosis penyakit TB MDR dengan mengetahui gejala umum dan riwayat
penyakit penderita TB MDR seperti batuk pasien selama 2 minggu atau lebih
dan diikut debgan gejala demam, sesak nafas, batuk berdarah.
2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik pasien dilihat dari keadaan umum pasien seperti berat badan
yang menurun, kurus, suhu badan yang panas, dan sesak napas.
3. Pemeriksaan Laboratorium
1) Secara konvensional
Metode konvensional dengan menggunakan data LJ (Lowestein Jensen)
atau disebut dengan media cair MGTT dengan menguji resistensi terhadap
obat TB yaitu isoniazid, levofloksasin, kanamisin, kapreomisin, dan
moksifloksasin.
2) Metode genotype
a. Pemeriksaan uji tes cepat molekuler menggunakan Xpert MTB/ RIF
untuk mengetahui asam nukleat deteksi TB serta uji kepekaan obat
rifampisin.
b. LPA (Line Probe Assay) dengan menggunakan Hain Test/Genotyoe
MTB DR plus digunakan dalam uji kepekaan rifampisin dan isoniazid.
2.1.7 Pengobatan
Pengobatan TB-MDR sesuai dengan DOT (Directly Observed Treatment)
diberikan dalam 2 tahap yaitu tahap awal dan tahap lanjutan. Dalam fase intensif
pengobatannya dengan cara menggunakan obat injeksi seperti kanamisin atau
kapreomisin digunakan selama kurang lebih 4 atau 6 bulan setelah terjadi biakan
sementara fase lanjutan yaitu fase dimana obat injeksi dihentikan selama 18 bulan
setelah konversi biakan. Obat panduan terstandart untuk pengobnatan TB MDR
saat ini yang sering digunakan yakni Obat Km - Eto - Lfx - Cs - Z-(E) / Eto - Lfx -
Cs - Z-(E). Pasien yang mendapatkan panduan OAT terstandart untuk fase awal
yang diberikan minimal 6 bulan penderita yang tidak memiliki kontraindikasi
diberikan obat kanamisin 1x750 mg, Levofloksasin 1x750 mg, Sikloserin 1x500
mg, Etionamid 1x500 mg, Pirazinamid 1x1500 mg, Etambutol 1x1200 mg, serta
Piridoksin 1x100 mg. Pada pasien fase lanjutan diberikan pada bulan ke 8 selama
6 hari (senin-sabtu) dengan dosis komposisi obat Levofloksasin 1x750 mg,
Sikloserin 1x500 mg, Etionamid 1x500 mg, Pirazinamid 1x1500 mg, Etambutol
1x1200 mg, Pirikdoksin 1x100 mg. Obat tuberculosis harus diminum rutin
selamat 6 bulan tanpa henti dan harus diawasi oleh anggota keluarga. Jika
pengobatan pasien terputus kurang dari 6 bulan, maka terjadi resisten obat
tuberkulosis pada pasien yang memengaruhi proses keberhasilan pengobatan.
Pengobatan tuberkulosis yang terputus dapat mengakibatkan munculnya kasus
kekebalan multi terhadap obat anti TB yang lebih kuat disebut dengan Multi Drug
Resistant (TB-MDR) (Mansur dkk., 2021). Menurut panduan penatalaksaan TB-
MDR reversi terjadi jika pasien yang sudah memasui fase lanjutan tetapi hasil
dinyatakan positif maka evaluasi pasien dilakukan setiap 2 bulan. Dalam
pengobtan TB-MDR keberhasilan pengobatan dapat dipantau dengan pemeriksaan
bakteriologis untuk memonitori pasien setiap bulan selama tahap intesif dan setiap
2 bulan tahan lanjutan. Pasien dinyatakan gagal pengobatan jika terjadi
pemeriksaan tahap lanjutan kedua dinyatakan positif disebut dengan reversi. (Crti
and Emerg,2016)
Paduan pengobatan jangka pendek diberikan pada pasien TB MDR sesuai
dengan kriteria :
1. Tidak ada bukti resistan terhadap fluorokuinolon / obat injeksi lini kedua
2. Tidak ada kontak dengan pasien TB pre/XDR
3. Tidak pernah mendapat OAT lini kedua selama ≥ 1 bulan
4. Tidak terdapat intoleransi terhadap obat-obat pada paduan standar jangka
pendek
5. Tidak hamil
6. Bukan kasus TB ekstra paru berat (meningitis TB, tuberkuloma otak,
spondilitis TB
Mengambil data rekam medis pasien dewasa kasus TB-MDR regimen jangka pendek di
RSD dr. Soebandi Jember pada tahun 2019-2021
Mendapatkan data rekam medis pasien TB-MDR regimen jangka pendek di RSD dr.
Soebandi Jember
Stop
Pembahasan
Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA