Epidemiologi
TB resisten obat sudah mulai dikenal sejak 1945-1955 Sampai akhir 1980 ditemukan beberapa kasus di
negara maju. 1970-1990 pemakaian rifampisin secara luas dan managemen kasus yg buruk
menyebabkan timbulnya kasus resisten. XDR mulai ditemukan. Dalam waktu 15 th terjadi peningkatan
MDR-TB sangat hebat Pada beberapa negara bahkan belum mencapai puncak kasus MDR-TB
TB MDR/TB RR 580.000 Kasus di dunia. hanya 125.000 yang berhasil ditemukan dan diobati. Terjadi
penurunan angka keberhasilan pengobatan, yaitu : 67,9% pada tahun 2010 menjadi 51,1% pada tahun
2013, Pengobatan yang memakan waktu Panjang minimal selama 20 bulan. Peningkatan angka loss to
follow up (LFU) dari : 10,7% (2009) menjadi 28,7% (2013).
Data epidemiologi oleh World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 menunjukkan
terdapat 600000 kasus baru Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) dan TB resisten
rifampicin. Sekitar 4.1% kasus TB MDR ini terjadi pada kasus baru sedangkan 19% kasus terjadi
pada infeksi tuberkulosis yang berulang.[2] Sekitar 22.2% kasus TB MDR ini terdapat di negera
berkembang.[1] Pada tahun 2008, kasus TB MDR ini paling banyak didapatkan di negara India
dan Cina.[7]
Etiologi dari Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) ini sama dengan etiologi infeksi
tuberkulosis yaitu Mycobacterium tuberculosis. Pada TB MDR, kuman Mycobacterium
tuberculosis menjadi resisten terhadap paling tidak dua dari pengobatan tuberkulosis yaitu
isoniazid dan rifampicin.[3,5,7]
Faktor Risiko
Kasus TB MDR ini lebih banyak terjadi pada pasien yang sebelumnya sudah mendapatkan
pengobatan TB. Berdasarkan data di Bombay didapatkan hanya 10% kasus TB MDR terjadi
pada pasien yang mendapatkan pengobatan anti tuberkulosis untuk pertama kali, sedangkan
hampir 50% kasus TB MDR ditemukan pada pasien yang sebelumnya sudah pernah
mendapatkan pengobatan anti tuberkulosis.[8]
B. OBAT - - - - - - ESO (+) PENGOBATAN TIDAK SELESAI. GANGGUAN PENYERAPAN OBAT (EX. R
SETELAH MAKAN) KUALITAS OBAT TIDAK BAIK. REGIMEN / DOSIS TIDAK TEPAT OBAT MAHAL OBAT
SERING TERPUTUS
C. PASIEN - - - - - - - PMO TIDAK ADA / TIDAK BERFUNGSI KURANG PENYULUHAN KURANG DANA UNTUK
BEROBAT. SARANA TRANSPORTASI SULIT. ESO MASALAH SOSIAL GANGGUAN PENYERAPAN OBAT
FAKTOR PROGRAM
TIDAK ADA FASILITAS BIAKAN PROGRAM DOTS BELUM BERJALAN BAIK MEMERLUKAN BIAYA BESAR
Tidak menelan obat TBC secara teratur atau seperti yang disarankan oleh petugas kesehatan
Sakit TBC berulang serta mempunyai riwayat mendapatkan pengobatan TBC sebelumnya
Datang dari wilayah yang mempunyai beban TBC Resistan obat yang tinggi
Kontak erat dengan seseorang yang sakit TBC Resistan Obat, TBC MDR, atau TBC XDR.
TB MDR:
rejimen perawatan
2. Kegagalan Kategori I
Kambuh
a. Umur
Di Negara berkembang, mayoritas yang terinfeksi TB adalah golongan usia
dibawah 50 tahun, namun dinegara maju prevalensi justru tinggi pada usia yang lebih
tua. Pada usia tua, TB mempunyai gejala dan tanda yang tidak spesifik sehingga sulit
terdiagnosis, sering terjadi reaktivasi fokus dorman, selain itu berkaitan dengan
dikaitkan dengan kematangan fisik dan psikis dari penderita TB paru. Pada usia tua
angka ketidakteraturan berobat lebih tinggi disebabkan karena lupa dan kepasrahan
mereka terhadap sakit yang diderita (Ratnawati, 2000). Akibat dari ketidakteraturan
berobat inilah yang menjadi pemicu terjadinya resistan terhadap obat TB. Sekitar
75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-50
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin laki-laki dan perempuan berbeda dalam hal prevalensi dari
jumlah penderita TB MDR. Menurut penelitian Nofizar (2010) bahwa laki-laki lebih
obat akan mempengaruhi konversi pasien TB. Sama halnya dengan penelitian
Simamora (2004) Terdapat perbedaan antara laki-laki dengan perempuan dalam hal
keteraturan menelan obat dimana 62,30% Perempuan dan 37,7% pada laki-laki.
c. Pendidikan
penyakitnya belum sembuh. Ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang apa
resisten terhadap obat TB. Faktor pendidikan erat kaitannya dengan kepatuhan
penderita TB berobat dan minum obat secara teratur (Wirdani, 2000). d. Pekerjaan
penularan dapat terjadi di mana saja dan ini juga menunjukkan bahwa informasi
didapatkan pekerjaan yang terbanyak adalah sebagai ibu rumah tangga sebanyak 6
orang (42,87%) dan sebagai petani 4 orang (28,57%). Wiraswasta sebanyak 2 orang
(14,28%), pegawai negeri sipil sebanyak 1 orang (7,14%), dan sebagai mahasiswa
e. Pengetahuan
Dengan tingkat pengetahuan yang baik terhadap suatu penyakit bisa mencegah
dengan teratur maka keberhasilan pengobatan akan lebih baik. Salah satu indikator
MDR, karena dalam paduan OAT MDR terdapat OAT lini kedua yang memiliki efek
samping yang lebih banyak dibandingkan dengan OAT lini pertama. Semua OAT
timbul efek samping baik ringan, sedang, maupun berat. Bila muncul efek samping
MDR. Penanganan efek samping yang adekuat merupakan salah satu upaya untuk
menjalani pengobatan TB MDR dengan efek samping yang berbeda dan lebih berat
dibandingkan pada pengobatan TB hal ini dikarenakan jenis obat yang diberikan pada
pengobatan TB MDR dosisnya lebih tinggi. Jenis efek samping pada pengobatan TB
2013).
g. Tipe Pasien
1) Pasien baru
Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan OAT atau pernah
2) Pengobatan Ulangan
yang dating kembali setelah putus berobat, kasus gagal pengobatan kategori 2,
3) Transfer In
4) Lain Lain
Pasien TB yang riwayat pengobatan sebelumnya tidak jelas atau tidak dapat
dipastikan.
h. Keteraturan berobat
Indikator respon pengobatan adalah konversi dahak dan biakan. i. Kepuasan Pasien
Kepuasan adalah perasaan senang, puas individu karena antara harapan dan
kebutuhan dan keinginan konsumen dalam hal ini pasien TB MDR adalah hal penting
yang mempengaruhi kepuasan pasien. Pasien yang puas merupakan aset yang sangat
berharga karena apabila pasien puas mereka akan terus melakukan pemakaian
terhadap jasa pilihannya dan tetap melanjutkan pengobatan sampai selesai, tetapi jika
pasien merasa tidak puas mereka akan memberitahukan dua kali lebih hebat kepada
a. Pendapatan Keluarga
murah, namun masih banyak diantara penduduk Indonesia terutama yang bermukim
di pedesaan tidak dapat menjangkau biaya tersebut. Biasanya mereka akan pergi ke
rumah sakit atau puskesmas kalau sudah dalam keadaan gawat. Mereka yang berobat
ke rumah sakit ini tidak jarang terjadi ketidaksanggupan menembus obat karena
penghasilan keluarga perbulan kurang dari l juta rupiah, 16% penghasilan l juta s/d 2
juta rupiah dan hanya l2% yang berpenghasilan >2 juta (Nofizar, 2010). b. Perilaku
Petugas Kesehatan
Salah satu komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka pendek
dengan pengawasan langsung. Pengawas Menelan Obat adalah salah satu faktor
kepatuhan minum obat sehingga penderita rajin dan termotivasi untuk meminum
obat. Seorang PMO harus dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas
kesehatan, maupun pasien, selain itu harus disegani dan dihormati oleh pasien,
seseorang yang tinggal dekat dengan pasien, bersedia membantu pasien dengan
1) Mengawasi pasien TB agar menelan obat secara teratur sampai selesai pengobatan.
4) Memberi penyuluhan pada anggota keluarga pasien TB yang mempunyai gejala gejala
(Kemenkes, 2013).
Jarak rumah penderita yang jauh dengan fasilitas pelayanan kesehatan sering menjadi
berjalan menuju ke tempat pelayanan. Jarak tempat tinggal yang jauh dengan fasilitas
pelayanan kesehatan berhubungan dengan biaya yang dikeluarkan untuk ongkos dan
waktu yang digunakan, hal ini akan mempengaruhi ketidakteraturan berobat penderita
(Darmawan, 2002).
Klasifikasi
Resistensi Primer : Resistensi yang terjadi pada pasien yang sebelumnya tidak pernah mendapatkan OAT
atau kurang dari 1 bulan.
Resistensi Inisial: Resistensi yang terjadi pada pasien yang tidak tahu pasti apakah pasien sudah ada
riwayat pengobatan OAT sebelumnya atau belum pernah
Resistensi Sekunder Resistensi yang terjadi pada pasien yang sudah ada riwayat pengobatan OAT
minimal 1 bulan.
1. Paru
Bila dijumpai kelainan di paru maupun di luar paru maka pasien di registrasi
Tipe Pasien
Keterangan
Monoterapi
Gambaran Klinis
(H)
streptomisin (RES)
HR, HRE,
HRES
a. Pasien TB kronik
Pedoman Nasional
1) Kasus Kronik
TB sebelumnya.
pengobatan.
- Pasien baru TB BTA Negatif, foto toraks
awal.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaa Laboratorium
-- Digunakan untuk uji kepekaan terhadap OAT lini pertama dan OAT
lini kedua
Pemeriksaan laboratorium
dilaksanakan untuk:
2) Biakan M. tuberculosis
dilakukan.
M.tuberculosis
mutu eksternal.
kebijakan PMDT.
MDRTB plus.
MDR.
b. Gene Xpert
tersedia di Indonesia:
a. Metode konvensional
menderita TB MDR.
OAT.
Penatalaksanaan Komprehensif
Pengobatan Pasien TB MDR
dll.
b. Pemeriksaan kejiwaan
pasien selesai.
c. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan dahak mikroskopis, biakan dan uji
kepekaan M.tuberculosis
8) Pemeriksaan EKG
1. Tahap awal
konversi biakan.
fasyankes tujuan.
rujukan. Pasien
yang diperlukan.
keadaan/kejadian khusus.
2. Tahap lanjutan
1) Tahap lanjutan adalah tahap pengobatan setelah
suntikan dihentikan.
Terapi Farmakologi
Pengobatan TB RO
• Moksiflosasin (Nfx)
• Gatifloksasin (Gfx)
• Kapreomisin (Cm)
• Streptomisin (S)**
D
• Isoniazid (H) dosis
tinggi
O
• Delamanid (Dlm)*
A
T (Ipm)*
S
• Meropenem (Mpm)*
- Rejimen Standar
Rejimen TB RO standar (20-26 bulan)
- Rejimen Individual
TB MDR adalah komplikasi dari penyakit TB yang tidak diobati dengan tepat.
Sementara itu, komplikasi TB MDR mungkin terjadi akibat efek samping obat
fluoroquinolone yang meliputi:
Sinusitis
Bronkitis
Infeksi saluran kemih
Prognosis Multi drug resistant tuberculosis (TB MDR) adalah kurang baik karena tingginya
risiko komplikasi, relaps, dan kematian.
Prognosis
Kasus TB MDR ini merupakan kasus yang dapat mengancam nyawa karena dapat
menurunkan fungsi sistem pernapasan. Berdasarkan sebuah studi, dikatakan bahwa angka
kesembuhan tanpa relaps hanya mencapai 31%.
atau
Jika hanya 1 kultur positif selama waktu itu dan tidak ada perburukan klinik , pantau kultur
negatif minimal 3 X berturut-turutàdari sampel yang diambil minimal 30 hari sebelum 12 bulan
akhir pengobatan
atau
Pindah ; pasien kat IV yang pindah ke unit pencatatan dan pelaporan lain dan hasil
akhir pengobatan belum diketahui
Angka keberhasilan pengobatan tergantung kepada seberapa cepat kasus TB resistan obat ini teridentifikasi
dan ketersediaan pengobatan yang efektif. TBC resitan obat dan TBC MDR dapat disembuhkan, meskipun
membutuhkan waktu sekitar 18-24 bulan. Harga obat TBC lini kedua jauh lebih mahal (± 100 kali lipat
dibandingkan pengobatan TBC biasa) dan penanganannya lebih sulit. Selain paduan pengobatannya yang
rumit, jumlah obatnya lebih banyak dan efek samping yang disebabkan juga lebih berat.