Anda di halaman 1dari 64

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dokter keluarga adalah dokter yang memiliki keahlian dalam menangani masalah
kesehatan secara menyeluruh dan berkelanjutan terhadap individu serta keluarganya
berdasarkan budaya dan tingkatan sosial-ekonomi. Dokter keluarga memiliki peran dan
tanggung jawab dalam melayani individu,keluarga serta komunitas tanpa memandang
usia, jenis kelamin, ras, dan penyakit dalam mempromosikan pentingnya
kesehatan,memberikan edukasi dan pengobatan yang berguna bagi masyarakat terkait
penyakit serta memperhatikan keberhasilan dan penuntasan penyakit terhadap pasien
[World Organization of Family Doctors,2016].

Tuberkulosis multi-drug resistance adalah penyakit infeksi yang disebabkan M.


Tuberkulosis yang sudah mengalami kekebalan terhadap minimal 2 jenis obat anti
tuberkulosis terutama isoniazid dan rifampisin secara bersamaan dengan atau tanpa OAT
lainnya.Resistansi terhadap obat anti tuberkulosis dapat terjadi apabila pemberian terapi
yang tidak adekuat,pengetahuan terhadap tb-Mdr yang kurang, serta persediaan obat anti
tuberkulosis yang kurang. Komplikasi yang dapat timbul berupa efek samping obat yang
berat hingga kematian karena kerusakan dari paru [Centers For Disease Control And
Prevention,2017].Sekitar 75% pasien tuberkulosis adalah kelompok usia produktif
sekitar 15-50 tahun [Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,2011].

Pada tahun 2016,terdapat 490 ribu orang di dunia dengan Tb-Mdr ditambah dengan
110 ribu dengan resistansi OAT jenis rifampisin.Dengan 4,1% kasus Tb baru dan 19%
kasus tb lama disertai angka mortalitas sebanyak 240 ribu [WHO global TB
report,2016].Secara global,Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan
prevalensi tb-Mdr terbanyak di dunia dengan perkiraan di Indonesia sebanyak 5900 kasus
baru dan 1000 kasus pengobatan tb lama [WHO global report,2013]. Di
Bandung,berdasarkan hasil penelitian didapatkan 28,2% resisten rifampisin dan isoniazid
dan di Medan terdapat prevalensi terbesar 17,2% resisten terhadap rifampisin dan
etambutol dan 10,2% resisten terhadap rifampisin [Syahrini H et al,2008].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 1
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Angka prevalensi tuberkulosis paru resisten obat di Banten sebesar
0,4%[Riskesdas,2013].Di Puskesmas Cikupa secara keseluruhan angka prevalensi Tb
paru dengan pemeriksaan BTA + sebanyak 70 orang pada tahun 2017 dan meningkat
menjadi 150 orang di tahun 2018.Angka prevalensi Tb-Mdr di puskesmas Cikupa
sebanyak 5 orang di tahun 2017 dengan 3 orang dinyatakan sembuh dan 2 orang sedang
dalam pengobatan.Pada tahun 2018 terdapat 4 pasien dengan Tb-Mdr yang terdiagnosis
dan sedang menjalani pengobatan [Puskesmas Cikupa,2018].

Salah satu pasien yang kami lakukan kunjungan keluarga adalah Ny.L.Penulis
memilih Ny.L karena pasien memiliki riwayat putus obat disertai Tb relaps yang
menyebabkan Tb-Mdr.Ny.L juga memiliki efek samping obat anti tuberkulosis berupa
mual dan muntah hebat yang menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari pasien
serta pola hidup yang masih kurang baik untuk menghindari penularan kepada keluarga
pasien.Apabila tidak dilakukan kunjungan terhadap pasien ini penularan dapat terjadi dan
kualitas hidup serta fungsi keluarganya terganggu.

1.2 Perumusan Masalah

1.2.1 Pernyataan Masalah

 Terputusnya pengobatan sebelumnya dan terjadi kekambuhan pada Ny.L


sehingga menyebabkan resistensi terhadap obat antituberkulosis serta resiko
menularkan tb MDR ke keluarga

1.2.2 Pertanyaan Masalah

 Apakah yang menjadi sumber penularan pada tb MDR ?


 Apakah faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan resistensi obat
antituberkulosis pada tb-MDR menurut Mandala Of Health?
 Apakah alternatif jalan keluar atas permasalahan kesehatan yang dialami oleh
Ny.?
 Apakah hasil dari jalan keluar yang dilakukan kepada Ny.?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 2
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Tercapainya pengobatan yang adekuat dan mencegah kekambuhan sehingga
meningkatkan kualitas hidup Ny.L dan mencegah penularan tb MDR ke keluarga

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya sumber penularan tb MDR pada Ny.L


2. Diketahuinya faktor internal dan faktor eksternal yang menyebabkan resistensi
obat antituberkulosis pada tb-MDR menurut Mandala Of Health
3. Diketahuinya alternatif jalan keluar atas permasalahan kesehatan yang dialami
oleh Ny.L
4. Diketahuinya hasil dari jalan keluar yang dilakukan kepada Ny.L

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 3
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kedokteran Keluarga

Pelayanan dokter keluarga adalah pelayanan kedokteran yang menyeluruh yang


memusatkan pelayanan kepada keluarga sebagai suatu unit, dimana tanggung jawab
dokter terhadap pelayanan kesehatan tidak dibatasi oleh golongan umur atau jenis
kelamin pasien juga tidak boleh organ tubuh atau jenis penyakit tertentu.
Dokter keluarga adalah dokter yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
berorientasi komunitas dengan titik berat kepada keluarga, ia tidak hanya memandang
penderita sebagai individu yang sakit tetapi sebagai bagian dari unit keluarga dan tidak
hanya menanti secara pasif tetapi bila perlu aktif mengunjungi penderita atau keluarganya
[Asmah N, 2008].
llmu kedokteran keluarga adalah ilmu yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran
tingkat yang orientasinya adalah untuk memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama
yang berkesinambungan dan menyeluruh kepada satu kesatuan individu, keluarga dan
masyarakat dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya
[Asmah N, 2008].

2.2. Multi Drug Resistant Tuberculosis

2.2.1. Definisi

Tuberkulosis (TB) merupakan suatau penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis yang berasal dari kelompok Mycobacterium. Terdapat
beberapa spesies dari kelompok mycobacterium, yaitu M. tuberculosis, M. africanum, M.
bovis, M. leprae dsb. yang juga dikenal sebagai Bakteri Tahan Asam (BTA). Terdapat
juga kelompok Mycobacterium selain Mycobacterium tuberculosis yang dapat
menimbulkan gangguan saluran pernapasan yang dikenal sebagai MOTT
(Mycobacterium Othet Than Tuberculosis) [Kemenkes, 2013].

Orang yang positif menderita TB setelah dilakukan pemeriksaan penunjang, akan


diberikan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) yang terbagi dalam dua tahap yaitu tahap awal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 4
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
dan lanjutan untuk menurunkan jumlah kuman sampai dengan membunuh sisa kuman
yang masih tersisa di tubuh [Depkes, 2007].

Terdapat beberapa keadaan M. Tuberculosis sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat
anti TB (OAT) dimana keadaan ini disebut dengan Multi Drug Resistant Tuberculosis
(MDR-TB).

2.2.2 Epidemiologi

Pada tahun 2016,terdapat 490 ribu orang dengan Tb-Mdr ditambah dengan 110 ribu
dengan resistansi OAT jenis rifampisin.Dengan 4,1% kasus Tb baru dan 19% kasus tb
lama disertai angka mortalitas sebanyak 240 ribu [WHO global TB report,2016].Secara
global,Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan prevalensi tb-Mdr terbanyak
di dunia dengan perkiraan di Indonesia sebanyak 5900 kasus baru dan 1000 kasus
pengobatan tb lama [WHO global report,2013].Di Bandung,berdasarkan hasil penelitian
didapatkan 28,2% resisten rifampisin dan isoniazid dan di Medan terdapat prevalensi
terbesar 17,2% resisten terhadap rifampisin dan etambutol dan 10,2% resisten terhadap
rifampisin [WMA,2008].

2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko

Multi Drug Resistant Tuberculosis dapat diperoleh dari dua cara, yaitu resistensi primer
dan sekunder. Resistensi primer terjadi pada orang yang terinfeksi dengan kuman yang
sudah resisten terhadap OAT, sedangkan resistensi sekunder yaitu resistensi yang didapat
dan berkembang pada saat menjalani pengobatan OAT seperti dosis yang tidak adekuat,
ketidak patuhan meminum obat ataupun terdapat gangguan penyerapan obat [Novizar et
al, 2011]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 5
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Unit Pelayanan Kesehatan Obat Anti TB : kurangnya Pasien : Asupan OAT yang
(UPK) : paduan obat yang persediaan dan kualitas tidak tepat
tidak tepat yang tidak memadai
Tidak mengikuti pedoman Kualitas obat tidak memenuhi Tidak taat minum obat atau
pengobatan. syarat directly observed treatment
(DOT) yang kurang baik.
Pengobatan tidak adekuat Tidak tersedia obat (habis Kurangnya informasi/edukasi.
(paduan ataupun dosis obat). atau distribusi terhambat).
Kurangnya pemahaman Penyimpanan obat kurang Kurangnya dana (tidak
pengobatan TB. baik. tersedia pengobatan gratis)
Tidak mengenali kasus Transportasi yang tidak
resistensi atau kasus memadai
pengobatan ulang.
Tidak ada monitoring Efek samping.
pengobatan.
Pengorganisasian dan Kendala sosial.
pendanaan program
penanggulangan TB yang
Malabsorbsi
kurang baik.

Tabel 1. Faktor risiko terjadinya TB MDR [Kemenkes, 2013].

2.2.4. Patofisiologi

Multi Drug Resistant TB (MDR-TB) terjadi karena kuman telah resisten terhadap
OAT paling sensistif yaitu isoniazid dan rifampisin dimana obat tersebut menjadi pilihan
pertama untuk pengobatan TB. Keadaan tersebut dapat terjadi secara primer dan
sekunder. Penyebab secara primer didapatkan dari penyebaran secara langsung kuman
yang resisten terhadap OAT melalui udara, sedangkan penyebab sekunder berupa
perkembangan kuman TB menjadi resisten pada saat menjalani pengobatan yang
dipengaruhi oleh dosis OAT yang tidak adekuat, ketidak patuhan minum obat, dan
gangguan penyerapan obat. [Zhang Y, 2009]

2.2.5 Mekanisme Resistensi Terhadap OAT

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 6
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
2.2.5.1 Mekanisme resistensi terhadap INH (Isoniazide)

Isoniazid merupakan hidrasilasi dari asam isonikotinik, molekul larut air yang mudah
masuk ke dalam sel. Mekanisme kerja obat ini yaitu menghambat sintesis dinding sel
asam mikolik (struktur bahan yang sangat penting pada dinding sel mycobacterium)
melalui jalur yang tergantung dengan oksigen seperti reaksi katalase peroksdase.
Mekanisme resistensi isoniazid diperkirakan oleh adanya asam amino yang mengubah
gen katalase peroksidase (katG) atau promotor pada lokus-lokus gen yang dikenal sebagai
inhA. Mutasi missense atau delesi katG berkaitan dengan berkurangnya aktivitas katalase
dan peroksidase.

2.2.5.2 Mekanisme resistensi terhadap Rifampisin

Rifampisin merupakan turunan dari Streptomyces mediterranei yang bekerja sebagai


bakterisid intraseluler maupun ekstaseluler. Obat ini menghambat sintesis RNA dengan
mengikat atau menghambat secara khusus RNA polymerase yang tergantung pada DNA.
Rifampisin berperan aktif secara invitro pada kokus gram positif dan gram negative
seperti mycobacterium, chlamydia, dan poxvirus. Resistensi terhadap rifampisin ini
disebabkan oleh adanya permeabilitas barrier atau adanya mutasi RNA polymerase yang
tergantung DNA. Rifampisin menghambat RNA polymerase tergantung DNA dari
mycobacterium, dan menghambat sintesis RNA bakteri yaitu pada formasi rantai (chain
formation), tidak pada perpanjangan rantai (chain elongation). Resistensi rifampisin
berkembang karena terjadi mutasi pada gen untuk beta subunit dari RNA polymerase
akibat terjadinya perubahan pada tempat ikatan obat tersebut.

2.2.5.3 Mekanisme resistensi terhadap Pyrazinamide

Pyrazinamid merupakan turunan asam nikotinik yang berperan penting sebagai bakterisid
jangka pendek terhadap TB. Obat ini bekerja efektif terhadap bakteri TB secara invitro
pada pH asam (pH 5,0-5,5). Pada keadaan pH netral pyrazinamide tidak berefek atau
hanya sedikit. Obat ini akan diubah oleh basil tuberkel menjadi bentuk yang aktif yaitu
asam pyrazinoat. Mekanisme resistensi pyrazinamide berkaitan dengan hilangnya
pyrazinamidase sehingga tidak banyak yang diubah menjadi pyrazinoat. Kebanyakan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 7
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
kasus resistensi pyrazinamide ini berkaitan dengan mutasi pada gen pncA yang berkaitan
dengan enzim pyrazinamidase.

2.2.5.4 Mekanisme resistensi terhadap Ethambutol

Ethambutol merupakan turunan ethylenediamine yang larut air dan hanya aktif terhadap
mycobacterium. Obat ini bekerja sebagai bakteriostatik pada dosis standar. Mekanisme
utamanya dengan menghambat enzim arabinosyltransferase yang memperantai
polimerisasi arabinose menjadi arabinogalactan yang berada di dalam dinding sel.
Resistensi obat ini paling sering berkaitan dengan mutase missense pada gen embB yang
menjadi sandi arabinosyltransferase [Zhang Y, 2009]

2.2.6 Diagnosis TB Resistan Obat

2.2.6.1 Kriteria Terduga TB Resistan Obat [Kemenkes, 2013]

Panduan OAT yang digunakan oleh Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis di


Indonesia adalah :

 Kategori 1 : 2(HRZE)/4(HR)3
 Kategori 2 : 2(HRZE)S/(HRZE)3E3
 Kategori Anak : 2(HRZ)/4(HR) atau 2HRZA(S)/4-10HR
 Obat yang digunakan dalam tatalaksana pasien TB resistan obat di
Indonesia terdiri dari OAT lini ke-2 yaitu Kanamisin, Kapreomisin,
Levofloksasin, Etionamide, Sikloserin, Moksifloksasin dan PAS, serta
OAT lini-1, yaitu pirazinamid dan etambutol.

Terduga TB resistan obat adalah semua orang yang mempunyai gejala TB yang
memenuhi salah satu atau lebih kriteria terduga/suspek di bawah ini :

1. Pasien TB gagal pengobatan kategori 2


2. Pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi setelah 3 bulan pengobatan
3. Pasien TB yang mempunyai riwayat pengobatan TB yang tidak standar serta
menggunakan kuinolon dan obat injeksi lini kedua minimal selama 1 bulan
4. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang gagal
5. Pasien TB pengobatan kategori 1 yang tetap positif setelah 3 pengobatan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 8
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
6. Pasien TB kasus kambuh (relaps), kategori 1 dan kategori 2
7. Pasien TB yang kembali setelah loss to follow-up (lalai berobat/default)
8.Terduga TB yang mempunyai riwayat kontak erat dengan pasien TB MDR
9. Pasien ko-infeksi TB-HIV yang tidak respon terhadap pemberian OAT

Alur diagnosis TB Resistan obat dapat ditegakan menggunakan pemeriksaan kepekaan


M. Tuberculosis dengan metode standar yang tersedia di Indonesia yaitu metode tes cepat
(rapid test) dan metode konvensional. Saat ini terdapat 2 metode tes cepat yaitu Gen
eXpert (uji kepekaan terhadap Rifampisin) dan LPA (uji kepekaan terhadap Rifampisin
dan isoniazid) sedangkan metode konvensional berupa Lowenstein Jensen/LJ dan MGIT.

Dengan adanya tes cepat untuk mendiagnosa TB resistan, maka alur diagnosis TB resistan
obat yang berlaku di Indonesia adalah sebagai berikut :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 9
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Gambar 1 Alur Diagnosis TB Resistan Obat [Kemenkes, 20013]

2.2.7. Pengobatan TB MDR

2.2.7.1 Prinsip Pengobatan TB MDR

Strategi pengobatan pasien TB MDR mengacu pada strategi DOTS [Kemenkes, 2013]

 Panduan OAT MDR untuk pasien TB MDR adaalah panduan standar yang
mengandung OAT lini pertama dan lini kedua.
 Panduan OAT MDR dpat disesuaikan dengan perubahan hasil uji kepekaan
M.tuberculosis dengan panduan baru yang ditetapkan oleh Tim Ahli Klinis (TAK)
 Penetapan untuk mulai pengobatan pada pasien TB MDR serta perubahan dosis
dan frekuensi pemberian OAT MDR diputuskan oleh TAK dengan masukan dari
tim terapeutik
 Semua pasien TB MDR harus mendapatkan pengobatan dengan
mempertimbangkan kondisi klinis awal

Ada beberapa kondisi khusus yang harus diperhatikan oleh Tim ahli klinis sebelum
memulai pengobatan TB MDR misalnya pasien dengan penyakit penyerta yang berat
seperti kelainan fungsi ginjal, kelainan fungsi hati, epilepsy, psikosis, dan ibu hamil.

2.2.7.2 Panduan OAT MDR di Indonesia

Panduan pengobatan TB MDR saat ini adalah panduan standar yang diberikan pada
permulaan pengobatan untuk pasien TB MDR [Kemnkes, 2013]

 Panduan standar OAT MDR yang diberikan :


Km – Lfx – Eto – Cs – Z – (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)

Alternatif pengobatan standar pada kondisi khusus adalah sebagai berikut:

1. Jika sejak awal terbukti resisten terhadap kanamisin, maka paduan standar

adalah sebagai berikut:

Capreomisin (Cm) - Lfx – Eto – Cs – Z - (E) / Lfx – Eto – Cs – Z – (E)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 10
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
2. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap fluorokuinolon maka paduan standar
adalah sebagai berikut:

Km- Moksifloksasi (Mfx) -Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)

3. Jika sejak awal terbukti resistan terhadap kanamisin dan fluorokuinolon (TB
XDR) maka paduan standar adalah sebagai berikut:

Cm-Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E) / Mfx-Eto-Cs-PAS-Z-(E)

 Paduan standar ini diberikan pada pasien yang sudah terkonfirmasi MDR secara

laboratoris;

 Paduan pengobatan ini diberikan dalam dua tahap yaitu tahap awal dan tahap
lanjutan. Tahap awal adalah tahap pemberian obat oral dan suntikan dengan lama
paling sedikit 6 bulan atau 4 bulan setelah terjadi konversi biakan. Tahap lanjutan
adalah pemberian paduan OAT oral tanpa suntikan;
 Lama pengobatan seluruhnya paling sedikit 18 bulan setelah terjadi konversi
biakan. Lama pengobatan berkisar 19-24 bulan [Kemenkes, 2013].

2.2.7.3 Pemantauan Kemajuan Pengobatan TB

Dalam pengobatan seorang pasien harus dipantau secara ketat untuk menilai respon
pengobatan dan efek samping sejak dini. Geajala TB seperti batuk, berdahak, demam
dan penurunan berat badan pada umumnya membaik dalam beberapa bulan pertama
pengobatan.

lama pengobatan meliputi pemantauan secara klinis dan pemantauan secara


labolatorium seperti pada table berikut.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 11
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Gambar 2 : Pemantauan pengobatan TB MDR [Kemenkes, 2013]

2.2.7.4. Evaluasi Akhir Pengobatan TB MDR [Kemenkes, 2016]

1. Sembuh

 Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB


MDR tanpa bukti terdapat kegagalan;
 Hasil biakan telah negatif minimal 3 kali berturut-turut dengan jarak pemeriksaan
minimal 30 hari selama fase lanjutan [Kemenkes, 2013].

2. Pengobatan Lengkap

 Pasien yang telah menyelesaikan pengobatan sesuai pedoman pengobatan TB


MDR tetapi tidak memenuhi definisi sembuh atau gagal [Kemenkes, 2013].

3. Meninggal

 Pasien meninggal karena sebab apapun selama masa pengobatan TB MDR


[Kemenkes, 2013].

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 12
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4. Gagal

 Pengobatan dihentikan atau membutuhkan perubahan paduan pengobatan TB


MDR yaitu ≥ 2 obat TB MDR yang disebabkan oleh salah satu dari beberapa
kondisi d bawah ini yaitu :

a. Tidak terjadi konversi sampai dengan akhir bulan ke-8 pengobatan;

b. Terjadi reversi pada fase lanjutan (setelah sebelumnya konversi);

c. Terbukti terjadi resistensi tambahan terhadap obat TB MDR

golongan kuinolon atau obat injeksi lini kedua;

d. Terjadi efek samping obat yang berat [Kemenkes, 2013].

5. Lost to follow-up

 Pasien terputus pengobatannya selama dua bulan berturut-turut atau lebih


[Kemenkes, 2013].

6. Tidak di evaluasi

 Pasien yang tidak mempunyai/tidak diketahui hasil akhir pengobatan TB MDR


termasuk pasien TB MDR yang pindah ke daerah lain dan hasil akhir pengobatan
TB MDR tidak diketahui [Kemenkes, 2013].

2.3 Underweight

2.3.1 Definisi

` Menurut WHO, underweight


Underweight merupakan status gizi yang menggambarkan gizi kurang yaitu saat
IMT (Indeks Massa Tubuh) kurang dari 18.5 kg/m2.
Status gizi dewasa ( >18 tahun) ditentukan menurut indeks masa tubuh (IMT).

Status gizi menurut IMT dinilai dengan rumus perhitungan IMT adalah sebagai
berikut: IMT = Berat Badan (kg) ÷ Tinggi Badan (cm2)

Batasan IMT yang digunakan untuk menilai status gizi penduduk dewasa adalah
sebagai berikut: Kategori kurus IMT < 18,5 Kategori normal IMT ≥18,5 - <24,9
Kategori BB lebih IMT ≥25,0 - <27,0 Kategori obesitas IMT ≥27,0. [Departemen
Kesehatan RI, 218]

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 13
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
2.3.2 Tatalaksana Underweight

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 14
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
2.3 Kerangka Teori

Resistensi
bakteri

Pengobatan
tidak adekuat Multi Drug
Tuberculosis Resistant
Tuberculosis
(TB)
(MDR TB)
Ketersediaan
obat

Terapi

Kontak dengan
MDR TB

Farmakologis Non - farmakologis

Efek samping Gizi Edukasi

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 15
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 3

DATA KLINIS

3.1 Identitas

Nama : Ny. L

Tempat, tanggal lahir : Cikupa , 08 Mei 1978

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 40 tahun

Alamat : Desa Talaga RT 03/03

Pendidikan Terakhir : SD

Pekerjaan : Karyawan pabrik

Agama : Islam

Status pernikahan : Menikah

Suku bangsa : Sunda

Kewarganegaraan : Indonesia

3.2 Anamnesis

Dilakukan autoanamnesis dengan pasien dan alloanamnesis kepada keluarga pasien saat
kunjungan keluarga pada hari Sabtu tanggal 13 Oktober 2018 pada pukul 11.00 WIB.
Kemudian dilakukan anamnesis lebih lanjut di puskesmas Cikupa pada hari Senin tanggal
15 Oktober 2018 pukul 09.00 WIB

3.2.1 Keluhan Utama

Keluhan utama : Batuk berdahak lama

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 16
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Keluhan tambahan : Sesak nafas , penurunan berat badan yang drastis , mual dan
muntah

3.2.2 Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengeluhkan batuk berdahak sejak tahun 2001. Batuk disertai dahak
kental berwarna putih kekuningan hingga lama kelamaan timbul dahak berwarna merah
seperti darah. Keluhan batuk dirasakan terus-menerus sepanjang hari, memberat saat
aktivitas dan membaik saat istirahat.Awalnya pasien hanya mengeluhkan batuk berdahak
yang terkadang disertai sesak nafas bila batuknya sedang kambuh.Pasien kemudian
berobat ke klinik citra sehat dan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan rontgen
paru.Kemudian hasil yang didapatkan dari rontgen tersebut bahwa Ny.L memiliki Tb
paru dan diberikan pengobatan obat anti tuberkulosis selama 1 tahun (2001-2002).
Selama pengobatan obat anti tuberkulosis dari tahun 2001 hingga tahun 2002
dengan obat yang diakui pasien memiliki efek samping kencing berwarna merah tidak
tampak perubahan. Pasien masih merasakan batuk berdahak yang terus menerus dan
sesak nafas yang muncul terkadang pada malam hari.Setelah satu tahun pengobatan
dengan pengetahuan pasien tentang tuberkulosis paru yang sangat kurang dan pasien
merasa tidak ada kemajuan pada pengobatan,Ny L menghentikan sendiri pengunaan obat
anti tuberkulosis tanpa instruksi dari dokter dan tanpa dinyatakan sembuh dari Tb paru.
Ny.L beranggapan batuknya adalah batuk biasa yang bisa disembuhkan dengan
menghindari makanan seperti gorengan dan es. Ny.L melakukan pengobatan alternatif
terkait dengan keluhan yang tidak membaik.Diakui pasien melakukan pengurutan pada
leher untuk mengurangi batuk selama 5 bulan. Pasien tidak mengkonsumsi jamu atau
minuman herbal terkait keluhan.Setelah dilakukan pengurutan selama 5 bulan,pasien
merasakan perbaikan pada keluhan.
Di tahun 2002,pasien tidak melanjutkan pengobatan tuberkulosis paru.Pada
jangka waktu 15 tahun (2002 – 2017) gejala pasien berupa batuk dan sesak nafas
dirasakan hilang timbul.Batuk muncul ketika pasien mengkonsumsi makanan berlemak
dan digoreng serta batuk menghilang bila pasien tidak mengkonsumsi makanan
tersebut.Pasien hanya mengobati keluhan yang hilang timbul dengan obat yang
didapatkan dari warung.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 17
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Pada September 2017,Ny L kembali mengeluhkan batuk berdahak sejak 1 bulan
lalu yang terjadi terus menerus.Pasien mengunjungi klinik rudal untuk dilakukan
pemeriksan rontgen paru dan hasilnya didapatkan positif Tb.Diberikan pengobatan obat
anti tuberkulosis namun tidak memiliki efek samping kencing merah diakui
pasien.Tanggal 21 November 2017 pasien memulai OAT bulan pertama.Selama
perjalanan pengobatan diakui pasien tidak tampak perubahan dan terjadi penurunan berat
badan secara drastis,diserta menggigil seluruh tubuh dan sesak nafas yang hilang
timbul.Pada Desember 2017 dirujuk pasien dari klinik ciputra ke puskesmas untuk
dilakukan pemeriksaan dahak dan didapatkan dahak positif .Selanjutnya selama 6 bulan
pengobatan tidak tampak perbaikan secara klinis dengan obat anti tuberkulosis jenis
kategori 1 FDC (fixed drug combination) ,dilakukan pemeriksaan kembali dahak dan
hasil yang didapatkan masih positif kuman tuberkulosis.
Pada bulan April dilakukan pemeriksaan tes cepat molekular di rumah sakit
daerah tangerang dan dinyatakan hasil tuberkulosis paru dengan resistensi obat medium
jenis rifampisin.Pada bulan Mei 2018 dilakukan pengobatan Tb-Mdr pertama kali dengan
obat kategori 2 ditambah obat suntik yang diberikan tiga kali dalam seminggu.Saat ini,Ny
L sudah melakukan pengobatan selama 6 bulan di Puskesmas cikupa.
Saat ini,pasien masih mengeluhkan sesak nafas yang hilang timbul terutama saat
batuk.Sesak juga terjadi bila berjalan jauh atau bila mengangkat berat sehingga
mengganggu aktivitasnya sehari-hari.Batuk dan sesak tidak dipicu oleh udara dingin dan
ruangan berdebu. Riwayat nafas berbunyi dan riwayat sering terbangun dimalam hari
karena sesak disangkal.
Pasien juga mengeluhkan berat badan yang turun drastis sehingga pasien
menjadi sangat lemas dan tidak bertenaga. Pasien mengaku berat badan awal sekitar 52
kg pada awal tahun 2018 dan turun terus menerus hingga 40 kg saat ditimbang pada awal
pengobatan. Awalnya pasien tidak menyadari penurunan berat badan ini namun sejak
awal 2018 orang-orang di sekitarnya sering berkata pasien semakin kurus, sedangkan
diakui pasien makanan sehari hari yang dikunsumsi tidak ada perubahan. Pasien merasa
menjadi cepat lelah setiap beraktifitas dan merasa keluhannya membaik saat beristirahat.
Keluhan menggigil dan keringat dingin dirasakan pada seluruh tubuh pasien
terutama saat keluhan muncul kembali pada tahun 2017.Pasien menjadi sulit tidur dan
beraktivitas.Setelah pengobatan keluhan berkurang namun keringat dingin masih sering

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 18
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
terjadi terutama saat malam hari dan setelah mengkonsumsi obat anti tuberkulosis.Pasien
juga mengeluhkan mual dan muntah hebat terutama sesaat setelah minum obat sejak
bulan Mei 2018 yang dirasakan hingga saat ini.Ny L merasakan tubuhnya menjadi lemas
dan hanya ingin tidur setelah minum obat rutin.Mual da muntah merupakan efek samping
obat yang terjadi pada Ny.L namun diakui pasien setiap muntah obat yang masih
berbentuk diminum kembali oleh pasien.
Keluhan kesemutan dan baal pada tubuh, buang air kecil(BAK) dan buang air
besar (BAB) dalam batas normal. Hasil pemeriksaan asam urat dan tekanan darah dalam
batas normal.
Selain Ny.L yang menderita Tb paru, Nenek pasien juga menderita batuk darah
yang tak kunjung sembuh dan tidak pernah dilakukan pengobatan.Diduga pasien tertular
dari nenek pasien yang tinggal serumah dengan pasien.Nenek Ny.L meninggal tahun
2004 karena batuk darah yang diduga merupakan Tb paru.

3.2.3 Riwayat Penyakit Dahulu

4 Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi : disangkal


5 Riwayat penyakit Kencing manis : disangkal
6 Riwayat penyakit Tb paru : didapatkan ( tahun 2001 )
7 Riwayat penyakit Kolesterol : disangkal
8 Riwayat penyakit Asam urat : disangkal
9 Riwayat penyakit Asma : disangkal
10 Riwayat penyakit Jantung : disangkal
11 Riwayat penyakit Stroke : disangkal
12 Riwayat penyakit Ginjal : disangkal
13 Riwayat penyakit Saluran kemih : disangkal
14 Riwayat Alergi (makanan dan obat-obatan) : disangkal
15 Riwayat penyakit Keganasan : disangkal

3.2.4 Riwayat Penyakit Keluarga

16 Riwayat penyakit Tekanan darah tinggi : disangkal

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 19
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
17 Riwayat penyakit Kencing manis : disangkal
18 Riwayat penyakit Tb paru : didapatkan (nenek pasien yang
meninggal karena TB paru tahun 2004 )
19 Riwayat penyakit Kolesterol : disangkal
20 Riwayat penyakit Asam urat : disangkal
21 Riwayat penyakit Jantung : disangkal
22 Riwayat penyakit Stroke : disangkal
23 Riwayat penyakit Ginjal : disangkal
24 Riwayat penyakit Saluran kemih : disangkal
25 Riwayat Alergi (makanan dan obat-obatan) : disangkal
26 Riwayat penyakit Keganasan : disangkal

3.2.5 Riwayat Makan dan Minum

Dalam sehari, pasien makan sebanyak 3 kali sehari dan diselingi oleh makanan
cemilan berupa bakso tanpa kuah atau makanan instan . Makanan sehari-hari berupa nasi
putih,sayur dan lauk pauk yang terdiri dari ayam, ikan, tempe, tahu ,sayur katuk dan
labu.Diakui pasien tidak menyukai banyak jenis makanan sehingga jenis makanan tidak
bervariasi.Pasien jarang mengonsumsi buah. Pasien terbiasa mengonsumsi air minum
sebanyak 2 botol sedang atau 2 liter sehari yang dalam jumlah sangat sedikit. Air minum
yang digunakan berasal dari air galon yang diisi ulang. Kesan riwayat makan dan minum
pasien kurang baik karena tidak bervariasi dan tidak mencukupi dengan prinsip terapi gizi
untuk penyakit pasien.Anggota keluarga pasien yang tinggal serumah saat ini juga
memiliki pola makan yang sama dengan pasien.Pasien juga tidak pernah berolahraga.

3.2.6 Riwayat Sosial Ekonomi

Pasien berprofesi sebagai karyawan pabrik benang di bagian pengepakan.Pasien


bekerja dari jam 4 sore hingga jam 11 malam.Sumber pendapatan pasien didapatkan dari
hasil kerja Ny L dan suaminya yang bekerja sebagai karyawan pabrik tiner.Pasien
memiliki hubungan baik dengan suami dan keluarganya.Pasien tinggal dirumah miliknya
bersama dengan suami,anak pertama,anak kedua yang saat ini duduk di bangku SMP,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 20
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
menantunya, cucunya yang masih berusia 4 bulan.Kesan riwayat sosisal ekonomi pasien
adalah kelompok ekonomi menengah kebawah.

3.2.7 Riwayat Imunisasi

Pasien tidak mengetahui riwayat imunisasinya.

3.3 Pemeriksaan Fisik

Tanggal : Sabtu , 13 Oktober 2018

Pukul : 11.00 WIB

Tempat : Kediaman pasien

3.3.1 Pemeriksaan Umum

 Keadaan umum : Baik


 Kesadaran : Compos mentis, E4 V5 M6 atau GCS 15
 BB : 40 kg
 TB : 152 cm
 IMT : 17,83 kg/m2
 Status gizi : Berat badan kurang (underweight)

3.3.2 Status Generalis

Tanda-Tanda Vital :

 Tekanan darah : 130/90 mmHg


 Frekuensi nadi : 85 kali/ menit, regular, isi cukup
 Frekuensi nafas : 18 kali/ menit, regular, abdominal thoracal
 Suhu : 36.7 ˚C (Afebris)

3.3.3 Pemeriksaan Sistem

5. Kepala: Bentuk dan ukuran normal, rambut berwarna hitam dan terdistribusi
merata, kulit kepala tidak tampak kelainan, tidak teraba benjolan.
6. Mata: Palpebra superior et inferior, dextra et sinistra tidak tampak edem dan tidak
cekung, tidak terdapat enopthalmus dan eksoftalmus; konjungiva tidak pucat,

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 21
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
injeksi konjungtiva (-/-); sklera tidak ikterik; kornea jernih; pupil bulat, isokor,
diameter 3 mm; reflex cahaya langsung (+/+), reflex cahaya tidak langsung (+/+).
7. Telinga: Bentuk telinga normal; nyeri tekan tragus (-/-); nyeri tarik aurikula (-/-);
nyeri tekan mastoid (-/-); liang telinga dextra et sinistra lapang, sekret (-), serumen
(-); KGB pre aurikuler dan retro aurikuler dextra et sinistra tidak teraba membesar.
8. Hidung: Bentuk normal, tidak ada deviasi septum, pernafasan cuping hidung (-),
ragaden (-), frognose (-), mukosa hidung tidak hiperemis, sekret (-), nyeri tekan
sinus paranasal (-).
9. Mulut: Tidak tampak sianosi perioral, mukosa mulut tidak hiperemis, tidak
tampak stomatitis; lidah tampak simetris, atrofi papil lidah (-), tremor (-); tonsil
T1-T1 tenang, mukosa faring tidak hiperemis.
10. Leher: Trakea ditengah; kelenjar tiroid tidak teraba membesar; KGB
submandibula, servikal, supra clavicula dan infra clavicula tidak teraba
membesar.
11. Thorax:
 Paru :
 Inspeksi : Bentuk toraks normal, barrel chest (-); dinding dada simetris
saat diam dan pergerakan napas, jenis pernafasan abdominal-torakal, tidak
tampak retraksi otot-otot pernapasan dan sela iga, jejas trauma (-),
benjolan (-).
 Palpasi : Nyeri tekan (-), stem fremitus kiri-kanan depan-belakang
sama kuat
 Perkusi : Sonor di seluruh lapang paru
 Auskultasi : suara pernafasan vesikuler, wheezing (-/-), ronkhi (+/+)
 Jantung :
 Inspeksi : pulsasi iktus cordis tidak nampak
 Palpasi : pulsasi iktus cordis teraba di ICS V Midclavicula line sinistra
 Perkusi : redup, batas jantung kesan tidak membesar
o Batas jantung kanan : midsternum
o Batas jantung atas : ICS III Parasternal line sinistra
o Batas jantung bawah : ICS V Midclavicula line sinistra
 Auskultasi : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 22
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Abdomen :
 Inspeksi : Abdomen tampak datar dan simetris, tidak tampak
benjolan, tidak tampak luka, umblikus tidak tampak inflamasi.
a. Auskultasi : Bising usus (+)
b. Perkusi : Timpani, shifting dullnes (-).
c. Palpasi : Supel, tidak teraba massa, nyeri tekan (-), hepar dan lien
tidak teraba membesar.
12. Anus dan genitalia : tidak dilakukan pemeriksaan
13. Kulit : tidak tampak kelainan, ruam (-), turgor kulit baik.
14. Ekstremitas : Ekstremitas superior et inferior dextra et sinistra tidak tampak
deformitas, tidak tampak edema, akral teraba hangat, pulsasi nadi dan perfusi
perifer baik dan sama kuat kiri-kanan.
15. Kelenjar getah bening : tidak teraba membesar
16. Pemeriksaan neurologis
a. Rangsal meningeal : kaku kuduk (-), brudzinski I-IV (-), laseq (-),
kernig (-)
b. Nervus cranialis : kesan tidak ada kelainan
c. Sensorik : tidak ada kelainan
d. Motorik : tidak ada kelainan
e. Refleks fisiologis : ++/++/++/++ (kesan tidak ada kelainan)
f. Refleks patologis : -/-
g. Refleks primitif :-/-
h. Kesan : pemeriksaan status neurologis dalam batas normal

3.4 Pemeriksaan Penunjang

Pada tanggal 13 April 2018 dilakukan pemeriksaan tes cepat molekular dengan hasil
resistensi medium terhadap obat anti tuberculosis jenis rifampicin.

3.5 Diagnosis

 Diagnosis utama : TB-MDR/RR


 Diagnosis tambahan : Underweight

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 23
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
3.6 Terapi yang Telah Diterima

Farmakologis
Ny. N telah mengkonsumsi obat untuk Tb-Mdr sejak bulan Mei 2018 dengan
pirazinamid 1000 mg (dua tablet) , Etambutol 800 mg (dua tablet),Isoniazid 600
mg(dua tablet),Clofazimin 100mg (satu tablet),Moxifloxacin 600mg (satu setengah
tablet),suntik Kanamisin 3cc yang dilakukan tiga kali dalam seminggu.Pasien sudah
mengkonsumsi obat tersebut dengan rutin selama 6 bulan saat pemeriksaan.

Non Farmakologis
Dokter di Puskesmas Cikupa memberikan edukasi terkait penyakit yang diderita
pasien dan mengenai tata cara pengunaan obat-obatan serta efek samping yang dapat
timbul dari pengobatan tersebut.Serta para tenaga kesehatan di Puskesmas Cikupa
juga mengajarkan untuk memperbaiki anjuran pola makan yang bergizi dan aktivitas
fisik yang baik.

BAB 4
DATA KELUARGA DAN LINGKUNGAN

4. Struktur Keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 24
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Ny. L adalah seorang perempuan berusia 40 tahun. Pasien merupakan anak pertama dari
delapan bersaudara. Pasien tinggal di rumah bersama suaminya Tn. M yang berusia 44
tahun. Ny. l menikah dengan suaminya Tn. M pada tahun 1998 dan dikarunia dua orang
anak perempuan.Anak pertama Ny.S yang berusia 20 tahun sudah menikah dengan Tn.Sa
yang berusia 28 tahun pada tahun 2017 dan dikarunia anak perempuan yang saat ini
berusia 4 bulan.Anak kedua pasien Nn.R berusia 13 tahun.Pasien tinggal bersama 5 orang
keluarganya.

Umur Pendidikan
No. Nama L/P Pekerjaan Pokok Keterangan
(tahun) Terakhir
1. Ny. L P 40 Karyawan pabrik SD Pasien

2. Tn. M L 44 Karyawan pabrik SD Suami Pasien

3. Ny. S P 20 Ibu rumah tangga SMA Anak Pasien

4. Nn.R P 13 Pelajar SMP Anak Pasien

5. Tn.S L 28 Karyawan serabutan SMA Menantu Pasien

6. An.S P 4 bln - - Cucu Pasien

Tabel 2. Daftar anggota keluarga Ny. L yang Tinggal Serumah


Sumber : hasil wawancara dengan pasien dan keluarga

4.2 Genogram

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 25
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Gambar 3 : Genogram keluarga Ny.L
sumber : Wawancara dengan pasien dan keluarga

4.3 Riwayat Imunisasi dan Kesehatan Keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 26
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
L/ Umur Vaksinasi
No. Nama
P (tahun) Campak BCG DPT Polio Hep B
1. Ny. L P 40 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa

2. Tn. M L 44 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa

3. Ny.S L 20 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa

4. Nn.R P 13 + + + + +
5. Tn. S P 28 Lupa Lupa Lupa Lupa Lupa

6. An.S P 4 bln - + + + +

Tabel 3 Riwayat Imunisasi Keluarga Ny. L


Sumber : Hasil wawancara dengan pasien

Keterangan
L : Laki-laki
P : Perempuan
BCG : Bacille Calmette Guerin
DPT : Diphteria Pertussis Tetanus
Hep B : Hepatitis B

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 27
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.3 Kondisi Ekonomi
Penghasilan keluarga berasal dari pasien dan suami pasien yang pekerjaan nya sebagai
karyawan pabrik benang dan pabrik tinner dengan penghasilan bersama sekitar Rp
5.000.000 ,-.

Rincian Pemasukan (Rp.) Pengeluaran (Rp.)


Penghasilan Ny.L dan Tn.M 5.000.000-
Kebutuhan
Listrik + air 500.000,-
Makan 2.000.000,-
Kesehatan 200.000,-
Transportasi 300.000,-
Kebutuhan rumah tangga 1.000.000,-
Sekolah anak 200.000,-
Biaya lain-lain 200.000,-
TOTAL 5.000.000,- 4.400.000,-

Tabel 4 Pemasukan dan pengeluaran keluarga Ny. L per bulan


Sumber : hasil wawancara dengan pasien dan keluarga
Kesimpulan: Pemasukan keluarga pasien lebih besar dibandingkan pengeluaran nya. Ny.
L dan suaminya dapat menyimpan uang yang tersisa ke dalam tabungan sebanyak kurang
lebih Rp 600.000,-setiap bulannya.

4.4 Pola Berobat


Ny. L dan keluarganya ketika sakit datang berobat ke puskesmas Cikupa karena dekat
dengan tempat tinggal pasien. Biaya pengobatan ditanggung oleh Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Penerima Bantuan Iuran (BPJS PBI) .

4.5 Pola Makan Sehari-hari


4.5.1 Pola Makan Keluarga
Sehari-hari pasien makan sebanyak 3 kali makan utama dengan 1 kali selingan. Setiap
pagi pasien selalu makan nasi putih dengan lauk dan sayur, untuk siang dan sore hari
pasien mengkonsumsi nasi putih sekitar satu centong sekali makan dan lauk yakni

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 28
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
tempe,tahu,telur,dan sayur sop setiap kali makan. Setiap pagi pasien selalu minum the
hangat tawar ukuran satu gelas belimbing. Untuk selingan, pasien biasa mengkonsumsi
bakso tanpa kuah atau makan instan.Pola makan keluarga pasien tidak jauh berbeda
dengan Ny. L.Antara pola makan di hari biasa dan akhir pekan tidak banyak perbedaan
yang bermakna.

4.6.2 Dietary Recall Ny. L


Menu makan pagi: Nasi putih , telur dadar , sayur katuk sop , the hangat

Tabel 5 Dietary recall makan pagi Ny.L

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidra


URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) t (g)

Nasi putih 1 centong 100 174,5 3,4 0,35 39,45

Telur dadar 1 buah 50 79 6,4 5,75 0,35

Minyak
1 sdt 5 45 0 5 0
goreng

Sayur katuk 1 mangkok 100 72 4,8 1,0 11

SUBTOTAL 370,5 14,6 12,1 50,8

Menu selingan siang: bakso tanpa kuah


Tabel 6 Dietary recall selingan 1 Ny. L

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidra


URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) t (g)

Bakso sapi 5 bj sedang 100 201 18,8 14 0

SUBTOTAL 201 18,8 14 0

Menu makan siang: nasi putih, tempe , sop sayur katuk dan labu

Tabel 7 Dietary recall makan siang Ny. L

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 29
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)

Nasi putih 1 centong nasi 100 174,5 3,4 0,35 39,45


tempe 2 buah 70 112 12,81 2,8 8,89
Minyak
1,5sdt 7,5 67,5 0 7,5 0
Kelapa
Sayur katuk 1 mangkok 100 72 4,8 1,0 11
labu 1 /2 potong 80 23,3 0,48 0,08 5,2
SUBTOTAL 449,4 21,49 11,73 64,54

Menu makan malam: Nasi putih , kacang panjang , telur bulat


Tabel 8 Dietary recall makan malam Ny. L
Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat
URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) (g)

Nasi putih 1centong 100 174,5 3,4 0,35 39,45

Kacang panjang 1 mangkok 100 45 2,7 0,3 7,8

Telur ayam 1 buah 50 79 6,4 5,75 0,35

Minyak 1 sdt 5 45 0 5 0

SUBTOTAL 343,5 12,5 11,4 47,6

Menu selingan malam: mie instan 1 bungkus

Tabel 9 Dietary recall selingan malam Ny. L

Bahan Berat Energi Protein Lemak Karbohidra


URT
Makanan (g) (kkal) (g) (g) t (g)

Mie instan 1 bungkus 85 418 8 17 59

SUBTOTAL 418 8 17 59

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 30
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Tabel 10 Total Asupan Nutrisi Ny.L dalam sehari
Energi Protein Lemak Karbohidrat
Menu
(kkal) (g) (g) (g)

Makan Pagi 370,5 14,6 12,1 50,8


Selingan Siang 201 18,8 14 0
Makan Siang 449,4 21,49 11,73 64,54
Makan Malam 343,5 12,5 11,4 47,6
Selingan Malam 418 8 17 59
Total 1782,4 75,39 66,23 221,94

 Status Gizi Ny.L

IMT = 40 / (1,52 × 1,52) = 40 / 2,310 = 17,31 kg/m2 (status gizi underweight)

BB Normal = 152 − 100 = 52 kg

 BMR (Harris Benedict)

BMR (♀) = 665 + (9,6 × BB) + (1,8 × TB) – (4,7 × Umur)

= 665 + (9,6 x 40) + (1,8 x 152) – (4,7 x 40)

=655 + 384 + 273,6 - 188

= 1124,6 kkal / 24 jam = 46,8 kkal/jam

 BMR dari tabel: 40 x 29,5 = 1180 kkal / 24 jam = 49,16 kkal / jam

 Energy Expenditure

Tabel 11 Energy expenditure Ny.L

Jenis Aktivitas Lama (jam) Perhitungan Total (kkal)

Tidur 5 5× 1 × 49,16 245,80

Kegiatan dasar 2 2 × 1,4 × 49,16 137,64

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 31
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Kegiatan pekerjaan sedang 6 6 × 2,2 × 49,16 648,91

Berdiri 2 2 × 1,5 × 49,16 147,48

Berjalan 2 2 × 3,4 × 49,16 334,28

Tugas Rumah Tangga 3 3 × 2,0 × 49,16 294,96

Duduk 2 2 × 1,4 × 49,16 137,64

Lain-lain 2 2 × 1,4 × 49,16 137,64

TOTAL 2084,35

 Aktivitas : 86,84 kkal / 49.16 kkal = 1,76 Gaya Hidup Sedang)

 Kebutuhan Nutrien :

17. Energi : 2084,35 kkal


18. Protein : 1 g / kgBB = 40 x 1g = 40 g
P/E Ratio = (40 g × 4) / 2084,35 kkal × 100% = 7,67 %
19. Lemak : 25% = 25 / 100 × 2084,35 kkal = 521,08 kkal / 9 = 57,89 g
20. Karbohidrat : 100% − (7,67% + 25%) = 100% - 32,67% = 67,33%
 67,33/ 100× 2084,35 = 1403.39 kkal --> 1403,39 kkal/ 4 = 350,84 g
 Evaluasi

Tabel12 Evaluasi Dietary Recall Makanan Ny. L

Energi (kkal) Protein(g) Lemak(g) Karbohidrat(g)

Asupan 1782,4 75,39 66,23 221,94

Kebutuhan 2084,35 40 57,89 350,84

Selisih -301,95 +35,39 +8,34 -128,9

Evaluasi: Asupan pasien dan keluarga dalam sehari-hari tidak mencukupi kebutuhan yang
diperlukan.Dalam asupan sehari-hari jumlah protein dan lemak lebih tinggi daripada
kebutuhan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 32
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.7. Kondisi Rumah

4.7.1. Perdesaan

o Status rumah : Milik Tn. M (suami Ny.L).


o Luas tanah : 100 m 2 .
o Luas bangunan : 92,75 m 2 .
o Rumah terdiri dari : 1 lantai
- Teras : 2 m x 4 m.
- Ruang tamu : 2 m x 3 m.
- Ruang keluarga : 5 m x 4 m.
- Kamar 1 : 4 m x 4 m.
- Kamar 2 : 3 m x 4 m.
- Kamar 3 : 3 m x 4 m.
- Kamar mandi : 1,5 m x 2,5 m.
- Dapur : 4 m x 3 m.
- Ruang ibadah : 2 m x 1,5 m.

Kesimpulan: Berdasarkan Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah pada


tahun 2002 mengenai kebutuhan luas minimum bangunan dan lahan untuk rumah
sederhana sehat, luas rumah Ny. L telah memenuhi kriteria rumah ideal namun dari segi
luas lahan nya rumah Ny. L belum memenuhi kriteria ideal. Untuk mengetahui kriteria
tersebut diperlukan data jumlah penghuni rumah dan luas lahan.

4.7.2 Kondisi Bangunan

 Kebersihan rumah cukup bersih


 Terdapat 8 ruangan, terdiri dari : 3 kamar tidur, ruang tamu dan ruang
keluarga, dapur, kamar mandi, serta ruang ibadah.
 Dinding rumah seluruhnya terbuat dari batu bata dilapisi semen.
 Atap rumah seluruhnya terpasang genteng dan memiliki plafon.
 Lantai di rumah seluruh bagian dilapisi keramik
 Jumlah orang dalam rumah 6 orang.
 Jumlah keluarga dalam rumah 2 keluarga.

Kesimpulan: Kondisi rumah Ny. L tergolong cukup baik dengan jumlah ruangan yang
tersedia cukup menampung seluruh keluarga.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 33
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.7.3 Lokasi

Rumah berjarak ± 2 kilo meter meter dari puskesmas, terletak sedikit jauh dari jalan raya
(±400 meter) yaitu di Desa , Kecamatan Kronjo RT 05/RW 02. Jalan di depanrumah dapat
dilalui 1 kendaraan roda 4. Letak rumah menyatu dengan rumah lain (rumah nenek) dan
saling berdekatan dengan rumah tetangga.

4.7.4 Ventilasi

Ventilasi rumah terdiri dari :

- Ventilasi Insidentil :

Pintu dengan ruang tamu = 1,8 m x 0,9 m = 1,62 m 2 .

Pintu belakang rumah = 1,8 m x 0,9 m = 1,62 m 2 .

Jendela kamar tidur 1 = 1 m x 0,5 m = 0,5 m 2 .

Jendela kamar tidur 2 = 1 m x 0,5 m = 0,5 m 2 .

Jendela kamar tidur 3 = 1 m x 0,5 m = 0,5 m 2 .

Jendela depan ruang tamu = 1,2 m x 1 m = 1,2 m 2 .

Jendela samping ruang keluarga = 1,2 m x 1 m = 1,68 m 2 .

Total ventilasi insidentil = (luas / luas bangunan) x 100%

= 7,62 m 2 / 92,75 m 2 x 100% = 8,21 %.

- Ventilasi Permanen :

Lubang angin diatas pintu depan ruang tamu = 0,4 m x 0,8 m = 0,32 m 2 .

Lubang angin diatas pintu belakang rumah = 0,4 m x 0,8 m = 0,32 m 2 .

Lubang angin diatas jendela ruang tamu = 0,2 m x 0,6 m = 0,12 m 2 .

Lubang angin diatas jendela ruang keluarga = 0,2 m x 0,6 m = 0,12 m 2 .

Lubang angin diatas jendela kamar 1 = 0,3 m x 0,3 m = 0,09 m 2 .

Lubang angin diatas jendela kamar 2 = 0,3 m x 0,3 m = 0,09 m 2 .

Lubang angin diatas jendela kamar 3 = 0,3 m x 0,3 m = 0,09 m 2 .

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 34
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Lubang angin disamping dapur = 0.3 m x 1 m = 0,3 m 2 .

Total ventilasi permanen = 1,45 m 2 / 92,75 m 2 x 100% =1,56%.

Total ventilasi = (8,21 m 2 + 1,56 m 2 ) / 92,75 m 2 x 100 = 10,53%.

Kesimpulan :

 Total ventilasi insidentil 5% dan ventilasi permanen 5-10 % sudah cukup ideal
karena sudah memenuhi jumlah minimal yang dianjurkan berdasarkan Keputusan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 829/MENKES/SK/VI/1999
tentang Persyaratan Kesehatan Perumahan.
 Ventilasi secara fisik tidak ideal dan juga dari segi fungsional ventilasi belum
berfungsi secara maksimal dikarenakan beberapa jendela jarang dibuka

4.7.5 Pencahayaan

Pencahayaan di rumah sudah menggunakan listrik dan pada siang hari sinar matahari
masuk ke dalam rumah. Pencahayaan listrik hanya digunakan pada sore dan malam hari.
Lampu yang digunakan berwarna putih berdaya 18 watt. Terdapat 1 lampu di setiap
ruangan.

4.7.6 Sumber Air


Sumber air yang digunakan untuk melakukan kegiatan sehari-hari seperti mandi, mencuci
pakaian, dan mencuci perabotan rumah tangga diperoleh dari air galian tanah. Air galian
tersebut dipompa menggunakan mesin pompa listrik untuk dialirkan menuju ke kamar
mandi. Air yang berasal dari galian tersebut berwarna bening dan tidak menimbulkan
bau. Untuk keperluan minum sehari-hari, pasien menggunakan galon yang dibeli di
sekitar rumah pasien.
Kesimpulan: Sumber air yang dipakai untuk melakukan kegiatan sehari-hari
berasal dari air galian sumur di belakang rumah pasien dengan kemungkinan besar
tercemar dikarenakan jarak antara sumber air dan septic tank dibawah jarak ideal yakni
<10 meter.

4.7.7 Limbah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 35
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Air bekas pakai yang berasal dari kamar mandi dan dapur dialirkan melalui lubang
pembuangan secara langsung ke kali atau waduk yang berada dibelakang rumah yang
berjarak kurang lebih 10 mdari rumah pasien.
Kesimpulan: Air bekas pakai tersebut secara langsung mencemari tanah

4.7.8 Sampah
Sampah rumah tangga dikumpulkan disebuah tong sampah di depan rumah, kemudian
dibuang ke sungai di belakang rumah atau di tanah kosong di depan rumah yang jaraknya
kira-kira 300 meter dari rumah pasien. Sampah-sampah tersebut dibakar setiap hari di
belakang rumah Ny.L.
Kesimpulan: Rumah Ny. L masuk ke dalam kategori rumah kurang sehat
dikarenakan jarak tempat pembakaran sampah yang sangat dekat dengan rumah Ny. L.

4.7.9 Pembuangan tinja


Tempat pembuangan tinja berupa jamban milik pribadi, terletak di bagian belakang
rumah,dekat dengan dapur dan mudah dijangkau. Air yang terdapat di dalam bak kamar
mandi berasal dari air kran. Jamban terdiri dari kloset jongkok leher angsa yang terbuat
dari keramik berwarna putih. Jarak antara septic tank dengan sumber air kurang lebih 5
meter.
Kesimpulan: jarak antara septic tank dengan sumber air tidak memenuhi kriteria
rumah sehat karena < 10 meter.

4.7.10 Alat kesejahteraan


Keluarga pasien memiliki 1 unit televisi tabung ukuran 20 inch, 1unit setrika,2 unit
pendingin ruangan, 1 unit kompor gas,1 unit kulkas kecil 1 pintu,2 unit sepeda motor.

4.7.11 Lingkungan

Tempat tinggal menyambung dengan rumah lain disebelahnya.Dengan pintu sambung


terdapat di bagian dapur. Lingkungan sekitar rumah cukup bersih.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 36
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.8 Denah lokasi

Lokasi

Jl. Raya Serang, Talagasari, Cikupa

PKM Cikupa

Gambar 4 : Denah lokasi


Sumber : analisis penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 37
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.9 Denah rumah

3m 2,5 m

Dapur

4m

Kamar mandi 1,5


m

3m Kamar 3
Ruang ibadahang 2m
tamu

Kamar 2 RuangKamar 2
keluargaRuang 5m
3m tamu

luarga
Ruang tamu Kamar 1
2m 4m

Ruang Kam
keluarga ar 1
2
Teras rumah
mKa
mar 1 Rua
2 ng
ibad
ah
4m 4m
Gambar 5 : Denah rumah
Sumber : analisis penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 38
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
4.10 Mandala of Health
 Body
 Ny. L berusia 40 tahun dengan Tb-Mdr (Multidrug resistance) dengan
keluhan batuk berdahak lama, sesak nafas bila batu, penurunan berat badan
drastis, mual dan muntah karena efek samping obat.
 Pasien memiliki riwayat Tb paru putus obat dan Tb relaps ( kambuh)
 Ny.L memiliki indeks massa tubuh kurang dari angka normal
 Mind
 Ny. L sangat mengetahui bahwa dirinya sakit Tb dan tahu bahwa penyakit
yang dideritanya adalah penyakit menular
 Spirit
 Ny. L memiliki motivasi yang baik untuk sembuh dengan mulai menjalani
pemeriksaan hingga pengobatan secara rutin, menjalani pola hidup sehat,serta
menjaga kesehatan dirinya dan keluarganya.

4.10.1 Level Pertama


 Human Biology
 Ada sumber penularan yang mengakibatkan munculnya keluhan
 Family
 Ny. L tinggal serumah dengan suami nya yakni Tn. M dan kedua anaknya
serta menantu dan cucunya.
 Pengetahuan keluarga mengenai penyakit yang diderita Ny. L masih sangat
kurang sehingga dikhawatirkan akan mempengaruhi lingkungan dan
pengobatan.
 Ny. L memiliki motivasi yang kurang dari keluarga terkait dengan penyakit
yang diderita pasien.
 Personal Behaviour
 Pola makan Ny.L baik namun kurang dalam jumlah asupan kebutuhan harian
dan variasi makanan.
 Ny. L memiliki ketidaksukaan terhadap banyak makanan dan hanya ingin
makan makanan tertentu.
 Pasien memiliki riwayat Tb paru putus obat

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 39
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Sehari-harinya Ny. L lebih banyak tertidur terutama sesaat setelah
mengkonsumsi obat di pagi hari namun kembali aktif saat bekerja di sore hari.
 Physical environment
 Rumah Ny. L memiliki cukup ventilasi namun tidak dimanfaatkan dengan
baik.
 Kondisi di dalam rumah Ny. L cukup bersih dan luas. Kondisi di luar depan
rumah Ny. L berdebu dan tampak bekas robohan rumah sehingga banyak
sampah dan tanah.Kondisi di belakang rumah Ny.L tampak sungai dengan air
yang tidak mengalir dengan baik.
 Barang di dalam rumah Ny. L tersusun rapi. Terdapat lemari dan meja yang
cukup untuk tempat penyimpanan.Dengan dapur yang tertutup namun rapi.
 Akses alat transportasi di sekitar tempat tinggal pasien kurang terjangkau.
 Psycho-socio-economic environment
 Ny. L awalnya cukup merasa tidak nyaman dengan penyakit tuberkulosis
yang dideritanya terutama setelah kambuh kembali di tahun 2017
 Hubungan Ny. L dengan keluarga dan rekan kerja cukup baik.
 Ny. L biasa pergi ke Puskesmas Cikupa diantar oleh suaminya Tn. M
menggunakan sepeda motor setiap jam 9 pagi untuk mengambil obat.
 Ekonomi keluarga Ny. L termasuk dalam kategori cukup stabil.

4.10.2 Level Kedua


 Sick care system
 Terdapat 1 dokter umum dan 1 dokter gigi, tidak ada dokter spesialis di
Puskesmas Cikupa.
 Puskesmas masih kurang dalam hal usaha kunjungan keluarga kepada pasien
Tb Mdr.
 Kurangnya sumber media informasi karena hanya tersedia poster mengenai
Tb namun tidak ada poster mengenai Tb Mdr.
 Kurangnya sumber daya manusia di Puskesmas Cikupa
 Work

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 40
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Ny. L bekerja sebagai karyawan pabrik sejak 5 tahun yang lalu dan masih
bekerja hingga saat ini di bagian pengepakkan di pabrik benang yang tidak
jauh dari rumah pasien
 Lifestyle
 Selama muda Ny. L memiliki kebiasaan mengkonsumsi makanan yang asin
seperti ikan asin yang merupakan makanan favorit pasien.
 Selama muda Ny.L tidak pernah memperhatikan kebersihan sekitar dengan
riwayat tinggal serumah dengan nenek yang diduga menjadi sumber
penularan Tb
 Pasien tidak pernah merokok.

4.10.3 Level Ketiga


 The Community
 Ny. L berada di dalam lingkungan masyarakat yang mayoritas pekerja
pabrik
 Ny.L tinggal di daerah padat penduduk.
 Hubungan Ny. L dengan orang-orang sekitarnya baik rekan kerja maupun
tetangga cukup baik dan mudah bergaul
 The Human made environment
 Lingkungan di sekitar rumah Ny. L terlihat tidak bersih dan tidak teratur.
 Ny. E tinggal di lingkungan yang padat penduduk.
 Culture
 Mayoritas penduduk Cikupa yang melingkupi 10 desa hanya datang ke
puskesmas saat keluhan memberat dan tidak bisa ditangani dengan obat
yang biasa dikonsumsi.
 Mayoritas masyarakat hanya mengkonsumsi obat-obatan dan pengobatan
alternatif bila gejala dirasakan memberat dan berhenti menggunakan bila
tidak ada keluhan.
 Biosphere
 Kelembaban udara cukup tinggi. Saat ini cuaca dan iklim tidak
menentu.Di sekitar rumah pasien banyak serapan air dan pohon.

Gambar 4.4 Mandala of Health An. S


Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 41
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Gambar 6 : Mandala of Health Ny.L
Sumber : Wawancara dengan pasien dan analisis penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 42
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 5

DIAGNOSIS HOLISTIK

5.1 Resume

Telah diperiksa seorang perempuan yang berusia 40 tahun dengan keluhan batuk
berdahak lama,sesak nafas,penurunan berat badan secara drastis, dan mual muntah.Pada
tahun 2001 hingga 2002,pasien memiliki Tb paru putus obat dikarenakan pasien merasa
tidak ada kemajuan dalam pengobatan dan ketidaknyamanan efek samping obat.Selama
15 tahun pasien hanya mengkonsumsi obat warung untuk mengurangi keluhan batuk dan
sesak nafas.Pada tahun 2017,pasien mengalami batuk berdahak selama 1 bulan yang
semakin memberat dan menganggu aktivitas sehari-hari disertai dengan sesak nafas yang
terjadi hilang timbul.Pasien mengalami penurunan berat badan secara drastis. Keluhan
menggigil dan keringat dingin juga dirasakan pada seluruh tubuh pasien.Pasien
melakukan pemeriksaan terkait dengan keluhan dan didapatkan hasil pemeriksaan Tb
paru resisten obat sehingga menjalani pengobatan rutin di puskesmas.Pasien rutin ke
puskesmas dan mendapatkan pengobatan berupa pirazinamid,
Etambutol,Isoniazid,Clofazimin,Moxifloxacin,suntik Kanamisin 3cc yang dilakukan tiga
kali dalam seminggu.Pasien sudah mengkonsumsi obat tersebut dengan rutin selama 6
bulan saat dilakukan pemeriksaan. Efek samping dari pengobatan berupa mual disertai
dengan muntah terutama sesaat setelah mengkonsumsi obat-obatan sehingga pasien
merasakan tubuhnya menjadi lemas dan hanya ingin tidur setelah minum obat.Pasien
hanya mengkonsumsi makanan tertentu, jarang minum air putih,dan jarang melakukan
aktivitas fisik.Pemeriksaan fisik umum ditemukan tanda-tanda vital dalam batas normal
dan antropometri didapatkan Ny.L memiliki status gizi underweight.

Hasil pemeriksaan fisik ditemukan:

Pada pemeriksaan auskultasi thorax ditemukan ronki pada kedua lapang paru

Pemeriksaan penunjang :

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 43
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Pada tanggal 13 April 2018 dilakukan pemeriksaan tes cepat molekular di RSUD
Tangerang dan didapatkan hasil Tb-resisten medium terhadap obat jenis rifampisin.

Tatalaksana yang sudah diberikan oleh Puskesmas Cikupa

 Farmakologis
Pengobatan rutin dengan pirazinamid 1000 mg (dua tablet) , Etambutol
800 mg (dua tablet),Isoniazid 600 mg(dua tablet),Clofazimin 100mg (satu
tablet),Moxifloxacin 600mg (satu setengah tablet),suntik Kanamisin 3cc yang
dilakukan tiga kali dalam seminggu.

 Non Farmakologis
Edukasi mengenai jadwal dan jenis pengobatan,efek samping obat-obatan
yang dikonsumsi, pola hidup sehat meliputi makanan bergizi dan aktivitas fisik
secara rutin,dan pentingnya dukungan dari keluarga dan rang sekitar pasien terkait
dengan penyakit yang diderita

5.2 Diagnosis Holistik

5.2.1 Axis I (Aspek Personal)

Keluhan batuk berdahak lama disertai sesak nafas yang muncul bersamaan dengan
batuk,penurunan berat badan secara drastis, mual dan muntah yang dirasakan
setelah mengkonsumsi obat-obatan rutin.

5.2.2 Axis II (Aspek Klinis)

 Diagnosis Kerja : Tuberkulosis – Multidrug resistance


 Diagnosis tambahan : Underweight
 Diagnosis banding :-

5.2.3 Axis III (Aspek Internal)

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 44
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Kurangnya pengetahuan Ny.L mengenai bahaya penularan penyakit yang
dideritanya dan pengobatan rutin yang harus dilakukan.
 Ny.L memiliki efek samping obat berupa mual dan muntah yang hebat sehingga
menganggu aktivitas
 Ny.L memiliki pola makan yang baik namun dengan jumlah asupan dan variasi
makananyang kurang

5.2.4 Axis IV (Aspek Eksternal)

 Kurangnya pengetahuan keluarga dan masyarakat berkaitan tentang penyakit


yang diderita Ny.L
 Ventilasi Ny.L tidak digunakan dengan baik
 Kurangnya edukasi dari pelayanan kesehatan sebelumnya
 Kurangnya dukungan keluarga terhadap pasien

5.2.5 Axis V (Status Fungsional)

Status fungsional Ny.L adalah 5 ,yaitu mampu melakukan tugas sehari-hari


tanpa hambatan.

5.3 Diagnosis Keluarga

Bentuk keluarga : partilinier


Perkawinan : monogami
Pemukiman : matrilokal
Jenis keluarga : keluarga inti
Kekuasaan : patriakal

5.4 Fungsi Keluarga

5.4.1 Holistik

 Biologis : tidak ditemukan gangguan pada keadaan biologis di keluarga inti


 Psikologis : tidak ada gangguan pada keadaan psikologis pada keluarga inti
 Sosial Ekonomi: Pendapatan keluarga yang didapatkan dari Ny.L dan Tn.M
mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari di keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 45
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
5.4.2 Fisiologis (APGAR Score)

Fungsi Keluarga Score


Adaptation 2 ( sering/selalu )
 Kemampuan Ny.L dalam
beradaptasi dengan anggota
keluarga lain serta
penerimaan, dukungan dan
saran dari anggota keluarga
lainnya.
Partnership 2 ( sering/selalu )
 Komunikasi saling bagi, saling isi
antar anggota keluarga dalam
segala masalah yang dialami
keluarga
Growth 1 ( kadang-kadang )
o Dukungan keluarga terhadap hal-
hal baru yang dilakukan oleh
anggota keluarga lain
Affection 2 ( sering/selalu )
- Hubungan kasih sayang dan
interaksi antar anggota
keluarga
Resolve 2 ( sering/selalu )
 Kepuasan anggota keluarga tentang
kebersamaan dan waktu yang
dihabiskan bersama anggota
keluarga yang lain
SUBTOTAL 9
Kesimpulan : Fungsi Keluarga baik

Tabel 13 Penilaian Fisiologis Keluarga (APGAR Score)


Sumber : Analisis penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 46
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
5.4.3 Patologis (SCREEM)

 Social : Ny.L bersosialisasi dan memiliki hubungan yang baik dengan


masyarakat sekitar
 Culture: Ny.L dan keluarga memahami dan menerapkan budaya.sopan santun,
dan tata krama terhadap sesama di lingkungan tempat tinggal
 Religious : Ny.L dan keluarga taat dalam menjalani ibadah
 Economic : Ny.L dan keluarga memiliki status ekonomi yang cukup baik
dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari
 Educational : Ny.L memiliki pendidikan terakhir SD
 Medical : Ny.L dan keluarga menggunakan BPJS dalam pengobatan

5.4.4 Hubungan Antar Manusia

 Hubungan pasien dengan keluarga inti sangat baik


 Hubungan pasien terhadap sesama di tempat tinggal dan tempat kerja baik

5.4.5 Perilaku (Pengetahuan, Sikap, dan Tindakan)

 Kurangnya pengetahuan Ny.L terhadap penyakit yang dideritanya saat ini


 Kurangnya pengetahuan keluarga Ny.L terkait dengan penularan yang mudah
terjadi dan pengobatan terhadap pasien yang dilakukan secara rutin
 Pasien memiliki pola hidup yang kurang baik dengan jarang berolahraga dan
jarang mengkonsumsi air putih.
 Pasien memiliki riwayat penghentian obat sendiri tanpa pemantauan lanjut dari
fasilitas kesehatan terkait

5.4.6 Non Perilaku (Lingkungan, Pelayanan Kesehatan, Keturunan)

 Kurangnya pengetahuan masyarakat sekitar terkait keluhan Ny.L


 Jarak dari rumah pasien ke puskesmas Cikupa yang cukup jauh

5.4.7 Lingkungan Dalam Rumah

 Rumah tampak rapi dengan kebersihan yang cukup baik


 Ventilasi rumah yang tidak berfungsi dengan baik

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 47
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Pencahayaan di dalam rumah kurang baik

5.4.8 Lingkungan Luar Rumah

 Lingkungan sekitar tempat tinggal pasien bersih


 Pasien tinggal di sebuah gang kecil yang cukup jauh dan sempit dijangkau oleh
kendaraan dan jalan utama
 Akses angkutan umum cukup jauh dari tempat tinggal Ny.L
 Keluarga pasien tinggal dalam satu komplek tempat tinggal sehingga saling
membantu dan berkomunikasi satu sama lain
5.5 Siklus Kehidupan Keluarga (Duvall)

Siklus kehidupan keluarga menurut Duvall, terdiri atas:

1. Tahap awal perkawinan


2. Tahap keluarga dengan bayi
3. Tahap keluarga dengan anak usia pra-sekolah
4. Tahap keluarga dengan anak usia sekolah
5. Tahap keluarga dengan anak usia remaja
6. Tahap keluarga dengan anak-anak meninggalkan keluarganya
7. Tahap orang tua usia menengah
8. Tahap keluarga jompo

Keluarga Ny.N masuk dalam tahap 2,5 dan 6, yaitu tahap keluarga dengan bayi,tahap
keluarga dengan anak-anak usia remaja serta tahap keluarga dengan anak anak
meninggalkan keluarganya

Gambar 7 : Siklus Kehidupan Keluarga (Duvall)


Sumber : Analisis penulis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 48
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
5.6 Coping Score

Coping score untuk keluarga Ny. L adalah 4 (mengetahui masalah, solusi, sebagian
sudah dilakukan namun masih perlu pendampingan) karena keluarga tahu masalah
yang ada, sudah melakukan pengobatan untuk solusinya namun masih perlu
edukasi untuk mengubah pola hidup dan pola makan sehari-hariberkaitan dengan
efek samping obat.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 49
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 6

RENCANA PELAKSANAAN HOLISTIK DAN KOMPREHENSIF

6.1 Aksis I (Personal)

Keluhan batuk berdahak lama disertai sesak nafas yang muncul bersamaan dengan
batuk,penurunan berat badan secara drastis, mual dan muntah yang dirasakan
setelah mengkonsumsi obat-obatan rutin.
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Memberikan obat sekreolitik berupa ambroxol tablet 30 mg 2 x
sehari 1 tablet untuk mengencerkan dahak dan meringankan sesak nafas yang
disebabkan karena batuk. Tablet vitamin B kompleks dan vitamin C 2 x sehari 1
tablet untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan,
sirup domperidone 60 ml diberikan jika mual dan muntah berat untuk mengurangi
rasa mual dan muntah.
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi mengenai bahaya penularan, edukasi
untuk memakai masker, menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak dan
rontgen paru untuk menegakkan diagnosis.

6.2 Aksis II (Klinis)

Diagnosis Kerja : Tuberkulosis – Multidrug resistance


Diagnosis tambahan : Underweight
Diagnosis banding :-
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Memberikan obat Pirazinamid 1000 mg (dua tablet) , Etambutol
800 mg (dua tablet),Isoniazid 600 mg(dua tablet),Clofazimin 100mg (satu
tablet),Moxifloxacin 600mg (satu setengah tablet),suntik Kanamisin 3cc yang
dilakukan tiga kali dalam seminggu. Pasien sudah mengkonsumsi obat tersebut
dengan rutin selama 6 bulan.
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa leaflet mengenai penyebab
penyakit yang diderita pasien , pentingnya kepatuhan obat untuk kesembuhan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 50
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
pasien dan mencegah penularan lebih lanjut, mengkonsumsi makanan yang dapat
mengurangi efek samping yang muncul , memberikan support secara mental
kepada pasien terkait dengan penyakit,pengobatan dan efek samping obat
,mengedukasi pasien berkaitan dengan pola hidup berupa pola makan dengan
porsi sedikit namun sering , tingkatkan makanan bergizi seperti sayuran dan buah
kaya vitamin serta asupan tinggi energi tinggi protein ,mengedukasi pasien
mengenai penggunaan masker berkaitan untuk mencegah penularan kepada orang
lain.

6.3 Aksis III (Internal)

Kurangnya pengetahuan Ny.L mengenai penularan penyakit yang dideritanya dan


pengobatan rutin yang harus dilakukan
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada perencanaan farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa poster etika batuk dan bersin
yang baik untuk mencegah penularan kepada orang sekitar bahwa penyakit yang
diderita pasien terjadi akibat kontak erat dengan pasien yang memiliki penyakit
serupa serta memberikan edukasi berupa leaflet yang berisi tentang tuberkulosis
resisten obat secara umum. Mengedukasi pasien tentang pengobatan rutin sampai
tuntas dan menghindari terputusnya pengobatan yang harus dilakukan untuk
mencegah kekambuhan.

Ny.L memilik efek samping obat berupa mual dan muntah yang hebat sehingga
menganggu aktivitas
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada perencanaan farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi terkait makanan yang dikonsumsi
dengan porsi sedikit tapi sering dan jenis makanan yang dapat mengurangi mual
dan muntah

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 51
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Ny.L memiliki pola makan yang baik namun kurang dalam jumlah asupan dan
variasi makanan
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa poster tentang jenis dan jumlah
makanan bergizi yang dibutuhkan pasien untuk mencapai berat badan ideal serta
meningkatkan daya tahan tubuh.

6.4 Aksis IV (Eksternal)

Kurangnya pengetahuan Ny.L mengenai penularan penyakit yang dideritanya dan


pengobatan rutin yang harus dilakukan
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi kepada keluarga dan orang terdekat
mengenai definisi, penyebab dan penularan terkait kuman tuberkulosis , tanda dan
gejala, penatalaksanaan termasuk aturan dan kepatuhan minum obat , serta
perburukan yang dapat terjadi dari Tb-Mdr bila tidak ditangani sampai
tuntas.Melakukan skrining pemeriksaan dahak dan tes mantoux pada keluarga
inti.

Ventilasi Ny.L tidak digunakan dengan baik


Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga yang
tinggal serumah untuk membuka jendela dan pintu saat berada di rumah terutama
pagi hari yang berfungsi untuk memperbaiki sirkulasi udara dan masuknya
cahaya matahari sehingga kuman Tb tersebut tidak berkembang

Kurangnya edukasi dari pelayanan kesehatan sebelumnya


Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 52
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Non-farmakologis: Memberikan edukasi kepada pelayanan kesehatan terkait
dengan diadakannya kunjungan rutin kepada pasien untuk memantau kepatuhan
pengobatan, menilai perkembangan penyakit , dan mencegah komplikasi.

Kurangnya dukungan keluarga terhadap pasien


Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis: Memberikan edukasi terkait dengan penyakit pasien serta
pemahaman kepada keluarga terdekat terkait dengan efek samping obat yang
dapat mempengaruhi keadaan fisik dan emosional Ny.L sehingga membutuhkan
perhatian dan dukungan untuk meningkatkan kesembuhan pasien

6.5 Aksis V (Status Fungsional)

Status fungsional Ny.L adalah 5 ,yaitu mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa
hambatan.
Rencana penatalaksanaan: Memberikan motivasi kepada pasien dalam menjalani
pengobatan secara rutin sesuai diagnosis dan menerapkan pola hidup sehat terkait
dengan efek samping obat yang dikonsumsi dan mencegah munculnya komplikasi
yang menurunkan kualitas hidup pasien

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 53
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 7

INTERVENSI, HASIL INTERVENSI, DAN PROGNOSIS

7.1 Hasil Intervensi

Kegiatan kunjungan ke rumah Ny. L dilakukan pada tanggal 13 Oktober 2018, 20 Oktober
2018, 27 Oktober 2018, 3 November 2018. Setiap kunjungan dilakukan anamnesis,
pemeriksaan fisik, pengamatan keadaaan rumah, perkembangan pengobatan. Intervensi
mulai dilakukan sejak tanggal 20 Oktober 2018.

7.1.1 Aksis I (Personal)

Keluhan batuk berdahak lama disertai sesak nafas yang muncul bersamaan dengan
batuk,penurunan berat badan secara drastis, mual dan muntah yang dirasakan
setelah mengkonsumsi obat-obatan rutin.
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Memberikan obat sekreolitik berupa ambroxol tablet 30 mg 2 x
sehari 1 tablet untuk mengencerkan dahak dan meringankan sesak nafas yang
disebabkan karena batuk. Tablet vitamin B kompleks dan vitamin C 2 x sehari 1
tablet untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan nafsu makan,
sirup domperidone 60 ml diberikan jika mual dan muntah berat untuk mengurangi
rasa mual dan muntah.
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi mengenai kemungkinan penyebab
penyakitnya, edukasi untuk memakai masker untuk mencegah
penularan,menganjurkan untuk melakukan pemeriksaan dahak dan rontgen paru
untuk menegakkan diagnosis.
Hasil intervensi:
 Keluhan batuk berdahak belum berkurang,namun sesak nafas yang muncul
bersamaan dengan batuk berkurang.
 Keluhan penurunan berat badan secara drastis terjadi perbaikan dan peningkatan
berat badan 2 kilogram dalam 3 minggu pemantauan.
 Keluhan mual dan muntah yang didapatkan dari efek samping obat mengalami
perbaikan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 54
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Pasien menggunakan masker secara rutin untuk mencegah penularan.
 Hasil pemeriksaan dahak terbaru pada bulan November 2018 didapatkan hasil
negatif.
 Hasil pemeriksaan rontgen paru setelah 6 bulan pengobatan didapatkan hasil
menunjukkan perbaikan.

7.1.2 Aksis II (Klinis)

Diagnosis Kerja : Tuberkulosis – Multidrug resistance


Diagnosis tambahan : Underweight
Diagnosis banding :-
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis :Memberikan obat Pirazinamid 1000 mg (dua tablet) , Etambutol
800 mg (dua tablet),Isoniazid 600 mg(dua tablet),Clofazimin 100mg (satu
tablet),Moxifloxacin 600mg (satu setengah tablet),suntik Kanamisin 3cc yang
dilakukan tiga kali dalam seminggu. Pasien sudah mengkonsumsi obat tersebut
dengan rutin selama 6 bulan.
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa leaflet mengenai penyebab
penyakit yang diderita pasien , pentingnya kepatuhan obat untuk kesembuhan
pasien dan mencegah penularan lebih lanjut, mengkonsumsi makanan yang dapat
mengurangi efek samping yang muncul, memberikan support secara mental
kepada pasien terkait dengan penyakit, pengobatan dan efek samping obat,
mengedukasi pasien berkaitan dengan pola hidup berupa pola makan dengan porsi
sedikit namun sering, tingkatkan makanan bergizi seperti sayuran dan buah kaya
vitamin serta asupan tinggi energi tinggi protein, mengedukasi pasien mengenai
penggunaan masker berkaitan untuk mencegah penularan kepada orang lain.
Hasil intervensi:
 Pemahaman pasien tentang penyebab penyakitnya, serta terkait dengan sumber
penularan semakin bertambah dengan diberikannya leaflet sehingga pasien dapat
membantu mencegah penularan lebih lanjut.
 Terjadi pengurangan obat-obatan berupa penghentian obat suntik kanamisin
karena telah menunjukkan perbaikan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 55
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Pasien semakin termotivasi dalam mencapai kesembuhan.
 Pasien rutin ke puskesmas untuk mengkonsumsi obat dengan bantuan petugas
menelan obat dari puskesmas.
 Pasien sudah mengkonsumsi makanan yang disarankan terkait dalam mengurangi
keluhan mual muntah karena efek samping obat.
 Pasien sudah mengubah pola makan berupa jumlah dan variasi makanan yang
disarankan.
 Pasien menggunakan masker selama berada di rumah atau tempat kerja.

7.1.3 Aksis III (Internal)

Kurangnya pengetahuan Ny.L mengenai penularan penyakit yang dideritanya dan


pengobatan rutin yang harus dilakukan
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada perencanaan farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa poster etika batuk dan bersin
yang baik untuk mencegah penularan kepada orang sekitar bahwa penyakit yang
diderita pasien terjadi akibat kontak erat dengan pasien yang memiliki penyakit
serupa serta memberikan edukasi berupa leaflet yang berisi tentang tuberkulosis
resisten obat secara umum.Mengedukasi pasien tentang pengobatan rutin sampai
tuntas dan menghindari terputusnya pengobatan yang harus dilakukan untuk
mencegah kekambuhan.
Hasil Intervensi :
 Pemahaman dan pengetahuan Ny.L terkait dengan penyakitnya dan pengobatan
bertambah

Ny.L memilik efek samping obat berupa mual dan muntah yang hebat sehingga
menganggu aktivitas
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada perencanaan farmakologis

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 56
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi terkait makanan yang dikonsumsi
dengan porsi sedikit tapi sering dan jenis makanan yang dapat mengurangi mual
dan muntah
Hasil Intervensi :
 Pemahaman pasien terkait dengan efek samping obat rutin yang dikonsumsi
bertambah
 Pengetahuan pasien terkait dengan jenis makanan yang dapat mengurangi mual
dan muntah bertambah

Ny.L memiliki pola makan yang baik namun kurang dalam jumlah asupan dan
variasi makanan
Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi berupa poster tentang jenis dan jumlah
makanan bergizi yang dibutuhkan pasien untuk mencapai berat badan ideal serta
mencegah perkembangan penyakit.
Hasil Intervensi :
 Pemahaman pasien mengenai jumlah dan variasi makanan sehari-hari bertambah
 Pasien sudah mulai menerapkan menu anjuran makanan yang diberikan

7.1.4 Aksis IV (Eksternal)

Kurangnya pengetahuan Ny.L mengenai penularan penyakit yang dideritanya dan


pengobatan rutin yang harus dilakukan
Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi kepada keluarga dan orang terdekat
mengenai definisi, penyebab dan penularan terkait kuman tuberkulosis , tanda dan
gejala, penatalaksanaan termasuk aturan dan kepatuhan minum obat , serta
perburukan yang dapat terjadi dari Tb-Mdr bila tidak ditangani sampai
tuntas.Melakukan skrining pemeriksaan dahak dan tes mantoux pada keluarga
inti.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 57
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
Hasil Intervensi :
 Pemahaman keluarga dan orang terdekat mengenai tuberkulosis bertambah
 Hasil pemeriksaan dahak dan tes mantoux didapatkan negatif pada seluruh
keluarga inti Ny.L

Ventilasi Ny.L tidak digunakan dengan baik


Rencana penatalaksanaan :
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis : Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga yang
tinggal serumah untuk membuka jendela dan pintu saat berada di rumah terutama
pagi hari yang berfungsi untuk memperbaiki sirkulasi udara dan masuknya cahaya
matahari sehingga kuman Tb tersebut tidak berkembang
Hasil Intervensi :
 Ny.L dan keluarga sudah menerapkan ventilasi yang baik dengan membuka
jendela saat berada di rumah.

Kurangnya edukasi dari pelayanan kesehatan sebelumnya


Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis: Memberikan edukasi kepada pelayanan kesehatan terkait
dengan diadakannya kunjungan rutin kepada pasien untuk memantau kepatuhan
pengobatan, menilai perkembangan penyakit , dan mencegah komplikasi.
Hasil Intervensi :
 Pelayanan kesehatan yang menangani Ny.L sudah melakukan kunjungan
langsung kepada pasien dan memotivasi pasien dalam kepatuhan pengobatan

Kurangnya dukungan keluarga terhadap pasien


Rencana penatalaksanaan:
 Farmakologis : Tidak ada rencana farmakologis
 Non-farmakologis: Memberikan edukasi terkait dengan penyakit pasien serta
pemahaman kepada keluarga terdekat terkait dengan efek samping obat yang

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 58
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
dapat mempengaruhi keadaan fisik dan emosional Ny.L sehingga membutuhkan
perhatian dan dukungan untuk meningkatkan kesembuhan pasien
Hasil Intervensi :
 Pemahaman keluarga pasien mengenai keadaan emosional dan fisik pasien terkait
penyakitnya bertambah
 Keluarga Ny.L memberikan motivasi dan dukungan kepada pasien

7.1.5 Aksis V (Status Fungsional)

Status fungsional Ny.L adalah 5 ,yaitu mampu melakukan tugas sehari-hari tanpa
hambatan.
Rencana penatalaksanaan:
 Memberikan motivasi kepada pasien dalam menjalani pengobatan secara rutin
sesuai diagnosis dan menerapkan pola hidup sehat terkait dengan efek samping
obat yang dikonsumsi dan mencegah munculnya komplikasi yang menurunkan
kualitas hidup pasien.
Hasil intervensi:
 Pasien menjalani pengobatan dengan rutin dan sudah melakukan pola hidup sehat
dengan makanan yg sudah dianjurkan dan aktivitas fisik yang baik

7.2 Prognosis

Ad Vitam : dubia ad bonam

Ad Sanationam : dubia ad malam

Ad Functionam : dubia ad bonam

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 59
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
BAB 8

KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Terjadinya penyakit Tb multidrug resistance ini sebagian besar dikarenakan riwayat


putus obat dan kekambuhan Tb disertai dengan status underweight pada pasien
disebabkan oleh efek samping obat rutin yang menyebabkan mual dan muntah dan
kurangnya asupan dan variasi makanan yang dikonsumsi.
Faktor internal yang menyebabkan Tb multidrug resistance dengan underweight pada
pasien menurut mandala of health :
 Ny.L memiliki riwayat Tb paru putus obat
 Ny.L mengalami kekambuhan Tb pada tahun 2017
 Ny.L memiliki efek samping obat berupa mual dan muntah
 Ny.L memiliki pola makan dengan asupan yang kurang dan tidak bervariasinya
makanan yang dikonsumsi
Faktor eksternal yang menyebabkan Tb multidrug resistance dengan underweight
pada pasien menurut mandala of health :
 Kurangnya pengetahuan keluarga dan orang sekitar pasien terkait dengan
penyakit Tb Mdr
 Kurangnya perhatian puskesmas terkait dengan kunjungan keluarga untuk melihat
perkembangan pengobatan rutin
 Kurangnya media informasi yang menjelaskan tentang Tb Mdr

Alternatif jalan keluar untuk penyakit Tb multidrug resistance dengan underweight


pada Ny.L :
 Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakit Tb Mdr serta sumber
penularan.
 Pengobatan rutin dengan Pirazinamid 1000 mg (dua tablet) , Etambutol 800 mg
(dua tablet),Isoniazid 600 mg(dua tablet),Clofazimin 100mg (satu
tablet),Moxifloxacin 600mg (satu setengah tablet),suntik Kanamisin 3cc yang
dilakukan tiga kali dalam seminggu.
 Pemeriksaan dahak rutin kepada pasien untuk melihat perkembangan pengobatan.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 60
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Memberikan edukasi mengenai pentingnya kepatuhan pengobatan selama kurang
lebih 9-12 bulan.
 Memberikan edukasi kepada Ny.L untuk selalu menggunakan masker untuk
mencegah penularan kepada keluarga.
 Melakukan pemeriksaan dahak dan tes mantoux kepada keluarga inti Ny.L.
 Memberikan edukasi berupa poster mengenai gizi yang baik dan makanan yang
dapat mengurangi mual dan muntah karena efek samping obat.
 Memberikan contoh menu harian yang dapat diterapkan pasien sebagai gizi
seimbang.
 Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai jendela dan pintu
yang perlu dibuka terutama pagi hari sebagai syarat sirkulasi udara yang baik.
 Memberikan edukasi mengenai pola makan dengan asupan yang baik dan
makanan yang bervariasi untuk peningkatan berat badan.
 Memberikan dukungan secara emosional kepada pasien untuk meningkatkan
motivasi Ny.L dalam pengobatan.
 Memotivasi keluarga pasien agar senantiasa memberikan dukungan kepada
pasien.

Hasil dari jalan keluar yang dilakukan kepada Ny.L:


 Keluhan batuk berdahak berkurang, sesak nafas berkurang, berat badan Ny.L naik
sebanyak 2 kg.
 Mual masih terjadi namun muntah sudah berkurang setelah mengkonsumsi obat-
obatan rutin.
 Hasil dahak Ny.L negatif dan terjadi pengurangan dalam jumlah obat-obatan.
 Ny.L dan keluarga mengerti tentang Tb Mdr dan cara mencegah penularan.
 Ny.L dan keluarga datang ke puskesmas setiap hari untuk mengambil dan
mengkonsumsi obat (kepatuhan pengobatan pasien bertambah)
 Ny.L selalu menggunakan masker bila berada di rumah dan di tempat kerja.
 Pemeriksaan dahak dan tes mantoux pada keluarga inti didapatkan hasil negatif.
 Jendela dan pintu pasien terbuka setiap pagi untuk masuknya cahaya matahari.
 Pasien termotivasi untuk kesembuhan penyakit yang dialami.

8.2 Saran untuk Ny.L dan Keluarga

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 61
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
 Memotivasi Ny.L dan keluarga dalam meningkatkan kesembuhan pasien.
 Sebaiknya tidak hanya Ny.L yang menggunakan masker namun orang sekitar
terutama yang memiliki kontak erat dengan pasien menggunakan alat pelindung
diri berupa masker.
 Apabila efek samping obat memberat segera datang ke fasilitas kesehatan terdekat
 Rutin dalam pengobatan dan datang ke puskesmas.
 Menkonsumsi makanan yang disarankan dan tetap memperhatikan jumlah asupan
dan variasi makanan.

8.3 Saran untuk Tim Selanjutnya

 Mengunjungi Ny.L secara berkala untuk mengevaluasi hasil intervensi yang telah
dilakukan.
 Memastikan kepatuhan pengobatan Ny.L dan tetap memotivasi pasien dalam
menyelesaikan pengobatan sampai dinyatakan sembuh.
 Memantau berat badan pasien.
 Tetap memotivasi pasien mengenai pola hidup sehat.

8.4 Saran untuk Puskesmas

 Melakukan evaluasi dan pemantauan rutin mengenai pengobatan rutin Ny.L dan
pasien Tb Mdr lainnya.
 Melakukan edukasi bukan hanya tentang Tb namun ditingkatkan edukasi tentang
Tb Mdr juga.
 Melakukan kunjungan keluarga rutin kepada pasien Tb Mdr.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 62
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
DAFTAR PUSTAKA

Asmah, Nur. 2008. Implementasi Pelayanan Kesehatan Model Dokter


Keluarga Di Kota Bontang. [Tesis]. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada.

Departemen Kesehatan RI. Petunjuk Teknis Pemantauan Status Gizi Orang


Dewasa dengan Indeks Massa Tubuh (IMT), Jakarta; [internet] 2003. [cited 7
November 2018] Available from: http://www.depkes.go.id/index.php.
vw=2&id=A-137

Depkes, 2007, Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis,


Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes, 2013, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


13 Tentang Pedoman Manajemen Terpadu pengendalian Tuberkulosis
Resisten Obat, Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 21-37,
Jakarta.

Novizar, D., Nawas, A., & Burhan, E., 2010, Identifikasi Faktor Risiko
Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB-MDR), Majalah Kedokteran
Indonesia, 60 (12), 539-540.

WHO (2014). Global tuberculosis report. www.who.org. Diakses pada


tanggal 3 Oktober 2015

WMA, 2008, Course on Multidrug-Resistant Tuberculosis MDR TB, World


Medical Association, 55, France

Zhang Y, Yew W W (2009). Mechanisms of drug resistance in


Mycobacterium tuberculosis. The International Journal of Tuberculosis and
Lung Disease; 13(11):132030.

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 63
Periode 6 Oktober – 24 November 2018
LAMPIRAN

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat


Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara 64
Periode 6 Oktober – 24 November 2018

Anda mungkin juga menyukai