Anda di halaman 1dari 17

PROGRAM KERJA DOTS

A. Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis (TB) menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah dahak yang
mengandung kuman TB. Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus-
menerus dan berdahak, selama 2-3 minggu atau lebih.

Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, yaitu pasien yang pada dahaknya
ditemukan kuman TB. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
TB yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah; di antaranya karena gizi buruk, HIV/AIDS atau penyakit lain, misalnya diabetes
melitus.

Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus kronis yang
tetap menular (WHO, 1996).

Penanggulangan Tuberkulosa merupakan kegiatan yang tidak dapat berdiri sendiri.


Pencegahan, pengobatan dan support (dukungan) sangat berkaitan erat dan harus
dilaksanakan secara komfrehensif. Melaksanakan pencegahan tanpa melaksanakan
pengobatan tidak akan efektif. Dalam kegiatan pengobatan diperlukan edukasi untuk
pencegahan terhadap semakin beratnya perjalanan penyakit, sebaliknya dalam
pelaksanaan pencegahan pun diperlukan bantuan praktisi pengobatan untuk mendeteksi
dini penyakit akibat tuberkulosa. Melaksanakan pencegahan tanpa mengetahui tata cara
pengobatan akan tidak efektif, ,sebaliknya pada saat melakukan pengobatan diperlukan
dukungan untuk pengetahuan edukasi tentang pola hidup, perilaku pendampingan dalam
menjalani pengobatan.

Diperkirakan sekitar sepertiga penduduk dunia telah terinfeksi oleh M.


Tuberkulosis. Seluruh dunia, pada tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan
3 juta kematian akibat TB. Di negara-negara berkembang kematian TB merupakan 25%
dari seluruh kematian, yang sebenarnya dapat dicegah. Diperkirakan 95% kasus TB dan
98% kematian akibat TB di dunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian

1
juga, kematian wanita karena TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial-stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:

1. Kemiskinan;
2. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan penyembuhan);
3. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat;
4. Dampak pandemi HIV.
Sementara itu, upaya penanggulangan TB, meskipun kuman TB telah ditemukan
pada tahun 1882 dan obat anti tuberkulosis telah ditemukan sejak tahun 1944, secara
umum dikatakan mengalami kegagalan. Sebab utama kegagalan tersebut, antara lain:

1. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan;


2. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,
penemuan kasus /diagnosis yang tidak terstandar, obat tidak terjamin penyediaannya,
tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang tidak terstandar, dsb.);
3. Tidak memadainya tatalaksana pasien (diagnosis dan paduan obat yang tidak
terstandar, gagal menyembuhkan pasien yang telah diobati);
4. Terlalu percaya dan tergantung (over-reliance) kepada kemampuan hasil vaksinasi
BCG. Beberapa studi menunjukkan vaksinasi BCG tidak dapat mencegah terjadinya
TB postprimer. Vaksinasi BCG tidak memberikan dampak terhadap transmisi TB.
Dengan demikian vaksinasi BCG tidak dapat menurunkan insidensi TB BTA positif.
Namun vaksinasi BCG dapat menurunkan kejadian (insidensi) TB tipe berat pada anak
(misalnya meningitis tuberkulosa).
Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebagian besar negara di dunia yang
dikategorikan sebagai high burden countries, jumlah pasien TB semakin tidak terkendali
dengan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan. Menyikapi hal tersebut,
pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).

Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB. Ko-


infeksi dengan HIV akan meningkatkan secara signifikan risiko berkembangnya TB.

2
Negara-negara dengan prevalensi HIV yang tinggi, terutama pada negara negara sub-
sahara Afrika telah menyaksikan peningkatan jumlah TB yang tajam dengan peningkatan
insidensi dua sampai tiga kali lipat pada tahun 1990 an.

Pada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR =
Multi Drug Resistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak negara di
dunia. Resistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan yang buruk,
karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made problem.

Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun 1995,


hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskular dan
penyakit saluran napas pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi.

Tahun 2006, di Indonesia ditemukan dan diobati sekitar 534.000 pasien baru untuk
semua pasien TB dengan kematian sekitar 88.000(Laporan WHO tahun 2008).Dari Survei
Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004 diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 110 pasien baru TB paru BTA positif.

Program Nasional Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS di Indonesia


dimulai pada tahun 1995. Sampai akhir 2007, program Penanggulangan TB dengan
Strategi DOTS telah menjangkau 98% dari jumlah Puskesmas yang ada, namun untuk
rumah sakit baru sekitar 38%, sedangkan BP4/BKPM/BBKPM sekitar 97%

B. Latar Belakang
Pelayanana pasien tuberkulosadi Rumah Sakit merupakan salah satu jejaring kerja
dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, komprehensif, dan
dukungan yang luas. Pasien tuberkulosa yang dihadapi harus dilihat secara holistik
sebagai manusia seutuhnya, mereka tidak hanya membutuhkan kualitas pengobatan yang
baik tetapi juga membutuhkan edukasi yang baik, pengetahuan yang benar, serta
dukungan psikologik. Penjelasan yang singkat dari dokter tentang perlunya minum obat
tetapi tidak difahami dengan baik oleh pasien kemungkinan besar obat tidak akan efektif.
Sebaliknya penjelasan dan dukungan keluarga tidak akan bermanfaat bila kualitas
pengobatan tidak berjalan baik.

Dalam upaya meningkatkan kualitas pelayananterhadap pasien tuberkulosa di


Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis, perlu didukung berbagai aspek seperti sumber daya
manusia (SDM) yang memadai baik kuantitas maupun kualitas, sarana prasarana sesuai
standar, serta aspek regulasi (kebijakan/ pedoman/ panduan/SPO) dan program,serta
3
monitoring dan evaluasi. Berdasarkan hal tersebut disusun program kerja unit Pelayanan
Hospital DOTS/Pelayanan /Penanggulangan Tuberkulosa Rumah Sakit Umum Daerah
Ciamis.

Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh WHO adalah Strategi


DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS telah
dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikan angka kesembuhan yang
tinggi. Bank Dunia menyatakan Strategi DOTS merupakan strategi kesehatan yang paling
cost effective. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh WHO di Indonesia
menggambarkan bahwa setiap satu dolar yang digunakan untuk membiayai program
penanggulangan TB, akan menghematsebesar 55 dolar selama 20 tahun.

Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:

1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana;


2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung;
3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO);
4. Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk
pasien;
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program TB.
Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen tersebut di
atas harus dilaksanakan secara bersamaan.Angka kesembuhan yang tinggi penting untuk
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya kekebalan obat ganda atau Multi
Drug Resistance (MDR) yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat.

Sejak tahun 1995, program penanggulangan TB nasional mengadopsi Strategi


DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun 2000 hampir
seluruh Puskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi Strategi DOTS yang
diintegrasikan dalam pelayanan primernya.Pada kenyataannya, pasien TB bukan hanya
datang ke Puskesmas, melainkan juga ke Rumah Sakit. Karena itu perlu dilaksanan
Strategi DOTS ke UPK terutama RS.

C. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus


Meningkatkan kualitas Pelayanan Penanggulangan Tuberkulosissehingga dapat
meningkatkan kualitas pelayanan Rumah Sakit Umum DaerahKabupaten Ciamis.
Pengembangan Strategi DOTS diRumah SakitUmum Daerah KabupatenCiamisdilakukan

4
bersamaan dengan peningkatan kualitas program penanggulangan TB di kabupaten/kota
dengan mempertahankan :

a. Angka Konversi > 80% dan


b. Angka Kesembuhan Penderita > 85%.
TujuanUmum
a. Memberikan gambaran pelaksanaan kegiatan penanggulangan TB dengan strategi
DOTS di unit DOTS RSUD ciamis tahun 2015 dalam upaya peningkatan Angka
Konversi dan Angka Kesembuhan.
b. Mengetahui hasil kinerja Unit DOTS RSUDCiamis tahun 2015, sebagai bahan kajian
untuk memperbaiki pencapaian target kegiatan yang mengacu pada SPM Rumah
Sakait tipe C.
c. Menjadi pedoman perencanaan kegiatan Unit DOTS RSU Ciamis tahun 2016
d. Sebagai dokumen kegiatan unit DOTS RSU Ciamis
e. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas, sarana dan prasarana terkait
pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD Kabupaten Ciamis.
f. Meningkatkan manajemen pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD
Kabupaten Ciamis.
g. Meningkatkan kualitas pelayanandan perawatanpasienTuberkolosis secara
holistikdankomprehensif dengan dukungan yang luas bagi pasien Tuberkulosis.

Tujuan khusus
a. Tercapainya Proporsi jumlah pasien TB Paru BTA (+) yang tercatat di Unit DOTS
Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dibandingakn dengan seluruh pasien TB
Paru BTA (+) yang berobat di rumah sakit diatas 60%.
b. Tercapainya kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di Rumah Sakit Umum daerah
Palabuhanratu di atas 85%
c. Tercapainya angka default yaitu jumlah pasien TB BTA (+) yang default di Rumah
Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dalam satu triwulan dibandingkan terhadap
jumlah pasin TB BTA (+) terhadap jumlah pasien TB dalam triwulan yang sama
dibawah 5%.
d. Tercapainya angka keberhasilan rujukan yaitu presentase pasien TB yang dirujuk dan
sampai di UPK rujukan diantara seluruh pasien yang dirujuk sebesar 100%.

5
D. Tatalaksana Pelayanan

a. STRUKTUR DAN TATA KERJA DOTS


Alur penatalaksanaan pasien tuberkulosis di RSUD CIAMIS

Laboratorium
Poli Umum

Pasien Umum (Rawat Jalan) Radiologi


Poli Spesialis*

Rawat Inap Patologi Anatomi/


UGD
Patologi Klinik

UNIT DOTS
RS

UPK lain Farmasi

Rekam Medis

PKMRS
*Polidalam, paru,
anak, bedah, dll.

PenjelasanAlur penatalaksanaan pasien tuberkulosis di rumah sakit:

a) Tersangka TB atau pasien TB dapat datang ke Poli Umum , UGD atau ke poli
spesialis (Penyakit Dalam, Paru, Obgyn, Anak, Bedah, Syaraf dan lain-
lain)ataulangsungkepoli DOTS.
b) Tersangka TB dari poli maupun rawat inap dikirim untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang (Laboratorium Mikrobiologi, PK, PA dan Radiologi).
c) Hasil pemeriksaan penunjang dikirim ke dokter yang bersangkutan. Diagnosis
dan klasifikasi dilakukan oleh dokter poliklinik/rawat inap atau unit
DOTSpengirim.
 Untuk pasien rawat jalan, setelah diagnosis TB ditegakkan pasien dikirim
ke Unit DOTS untuk diregistrasi (bila pasien meneruskan pengobatan di
RS tersebut) disepakati PMO, diberipenyuluhan dan tatacarapengambilan
obatdan mengisi kartu TB.01. Bila pasien tidak menggunakan obat paket,
pencatatan dan pelaporan dilakukan di unit masing-masing dan kemudian
dilaporkan ke unit DOTS.
 Untuk pasien rawat inap, petugas rawatinap menghubungi unit DOTS
untuk registrasi pasien (bila pasien meneruskan pengobatan di rumah sakit
tersebut), paket OAT dapat diambil di unit DOTS atau di farmasi.

6
d) Untuk pasien TB yang dirawat inap, saat akan keluar dari RS harus melaporke
unit DOTS untuk diberikan konseling dan penanganan pengobatan selanjutnya.
e) Rujukan (pindah) dari/ ke UPK lain berkoordinasi dengan Unit DOTS.
b. Struktur Organsasi
Bagan Struktur Organisasi Unit DOTS :

Direktur

Kabid Pelayanan

Kasi Pelayanan Pelayanan

Dokter Konsulen Ketua Tim


DOTS RS

Tim perawatan Tim poli DOTS Tim Laboratorium Tim Pencatatan Laporan
Tim Farmasi

E. Ruang Lingkup Pelayanan


Pada dasarnya tugas UNIT DOTS Rumah Sakit dalam penanggulangan TB adalah
melayani pasien yang datang mencari pengobatan dengan:

a. Melakukan penemuan (diagnosis) kasus TB


a) Mengidentifikasi suspek dan mengisi buku daftar suspek TB (TB.06);
b) Mengisi formulir untuk Pemeriksaan Dahak (TB.05);
c) Mendiagnosis TB pada orang dewasa dan anak sesuai dengan Program Nasional
Penanggulangan TB;
d) Menentukan klasifikasi penyakit dan tipe pasien;
e) Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB.01) dan
kartu identitas pasien (TB.02) secara lengkap dan benar.
b. Melakukan pengobatan pasien TB
a) Membantu pasien dalam penentuan pilihan tempat pengobatan selanjutnya;

7
b) Menetapkan paduan OAT yang benar untuk setiap klasifikasi dan tipe pasien serta
bertanggung jawab dalam menetapkan PMO bersama pasien;
c) Memberikan penyuluhan pada pasien, keluarganya dan PMO;
d) Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB.01) dan
kartu identitas pasien (TB.02) secara lengkap dan benar;
e) Bertanggung jawab dalam pemantauan keteraturan pengobatan;
f) Menentukan jadwal pemeriksaan dahak ulang;
g) Menangani pasien mangkir;
h) Mendeteksi dan menangani komplikasi, efek samping dan merujuk ke RS
spesialistik lain bila diperlukan;
i) Menangani pasien TB pada beberapa keadaan khusus;
j) Menetapkanhasilpengobatan dan mencatat pada kartupengobatanpasien;
k) Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pencatatan lain yang diperlukan
(formulir TB.09 dan TB.10).

c. Melakukan pemantauan dan evaluasi hasil pengobatan


a) Melakukan analisis hasil pengobatan pasien sesuai dengan indikator;
b) Merencanakantindaklanjutuntukpenyelesaianmasalah.

d. Memfasilitasi rujukan, mengevaluasi dan melacak pasien mangkir


Memfasilitasi rujukan antar UPK dan antar provinsi/kabupaten/kota;
a) Memastikan pasien yang dirujuk melanjutkan pengobatan ke RS/UPK yang dituju
dan menyelesaikan pengobatannya;
b) Memastikan setiap pasien mangkir dilacak dan ditindak lanjuti.

F. Batasan Operasional
Kegiatan Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien
tuberkulosis di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga
meliputi konseling, penentuan klasifikasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT,
penentuan PMO, follow up hasil pengobatan dan pencatatanpelaporan.

G. Cara Melaksanaan Kegiatan


Pengaturan pelayanan unit DOTS Sistem pelayanan di unit DOTS mengikuti
aturan alur pelayanan instalasi rawat jalan dengan satu orang dokter umum terlatih yang
dibantu oleh perawat terlatih untuk melayani pasen yang berobat kepoliklinik rawat
jalan/rawat inap/IGD dan mendapatkan pengobatan dengan strategi DOTS.

8
Pengaturan tugas pelayanan di unit pelayanan DOTS dibagi dalam 1 shif sesuai
dengan jam kerja pelayanan instalasi rawat jalan. Setiap petugas pelayanan unit DOTS
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan Tuberkulosis dengan strategi DOTS,
sehingga dapat mengarahkan dan membimbing pasien untuk dapat mengikuti program
pengobatan dengan baik.

H. Sasaran
Kegiatan Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien
tuberkulosis di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga
meliputi konseling, penentuan klasifiasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT,
penentuan PMO, follow up hasil pengobatan dan pencatatanpelaporan.
Sasaran kegiatan program kerja Tim DOTS RSUDCiamis tahun 2017
adalahseluruhpetugas yang terlibatdalampelayananTuberkulosis di RSUDCiamis,
mulaidaripihakmanajemen, Klinisi, perawat, petugaspencatatanpelaporan,
ptugaslaboratorium, farmasi, rekam medis, dll.

NO Aktvitas Sasaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Konferensi 1. Komite Medik
Klinik TB 2. Bentuk kegiatan berupa
Konferensi Klinik yang
dapat dilakukan tiap bulan
2. On the Job 1.Perawat klinik DOTS
Training Maupun ruang ranap
RR TB 2.Petugas Administrasi
Klinik maupun Ruangan
3. Sosialisasi 1. Perawat klinik DOTS
PPI TB Maupun ruang ranap
2.Bentuk kegiatan Workshop
1 hari
3.Penanggung jawab TIM
PPI dan DOTS
4. Penyuluhan 1.PMO dan Pasien TB
TB 2.Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Berkelompok
yang diadakan tiap bulan,
5 Rapat 1.Tim DOTS
Pembentukan RSUD Ciamis
Pokja 2.Tim HIV
TB-HIV RSUD CIAMIS
3.Bentuk Kegiatan:
Rapat yang dapat
diadakan tiap bulan
6 Workshop 1.Semua SMF
TB-HIV Di RSUD Ciamis
2.Bag. Keperawatan
3.Instalasi Rawat jalan
7 On the Job Perawat dan Petugas RR di
Training klinik DOTS/HIV dan rawat
TB HIV inap (Isolasi)

9
I. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Kegiatan DOTS 2016

KEGIATAN
a. Pengembangan SDM
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas terkait
pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD Kabupaten Ciamis, baik dokter,
perawat, analis, apoteker/asisten apoteker dan petugas non medis melalui pelatihan,
seminar/workshop.
b. Peningkatan Sarana dan Prasarana
c. Pembangunan gedung/poliklinik DOTS, pengadaan alat-alat kedokteran, alat tenun,
mebeler, sarana cuci tangan, sarana penyuluhan dan konseling seperti alat peraga,
leaflet, tempat mengeluarkan dahak,pemindahan ruang tungguninfeksiusdan non
infesius, pembuatan sputum booth dll.
d. Penyempurnaan/review Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO pelaksanaan Poliklinik
DOTS RSUD Ciamis.
e. Pengembangan pelayanan
f. Pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosa.
g. Sosialisasi pelatihan DOTS ke unit kerja terk

NO Aktvitas SASARAN Anggaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Pengembangan Perawat klinik 500 ribu/
SDM denqan DOTS, Ruang pertemuan
Pelatihan/ Ranap dan Petugas
workshop Farmasi
2. On the Job 1.Perawat poli 1 juta/
Training Maupun kegiatan
RR TB Ruangan
2.Petugas
Administrasi
klinik DOTS,
Ruang Ranap

3. Sosialisasi 1. Perawat klinik 500 ribu/


PPI TB DOTS dan Ruang pertemuan
Ranap
2. Bentuk
Kegiatan:
Workshop
1 hari
3. Penanggung
Jawab Tim PPI
dan DOTS

10
4. Penyuluhan 1.PMO dan 500 ribu/
TB Pasien TB pertemuan
2.Bentuk
Kegiatan
Penyuluhan
Berkelompok
Yang
Diadakan
Tiap bulan.
5. Pusat studi 1.Kasus TB 500 ribu/
TB dan Dan TB HIV pertemuan
TB HIV
6. Rapat 1.Tim DOTS 200 ribu/
Pembentukan RSUD Ciamis Pertemuan
Pokja 2.Tim HIV
TB-HIV RSUD Ciamis
3.Bentuk
Kegiatan:
Rapat yang
Dapat
Diadakan
Minimal tiap bulan

7. Workshop 1.Semua SMF 500 ribu/


TB-HIV Di RSUD CIAMIS Pertemuan
2.Bag
Keperawatan
3.Instalasi
Rawat jalan
8. On the Job 1.Perawat dan 200 ribu/
Training Petugas RR pertemuan
TB HIV Di klinik DOTS
atau ruang ranap
(R. Teratai)

9 Sarana/ 1.Pembuatan 7 juta


Prasara sputum Booth
2.Pemilahan
Ruang tunggu
infeksius dan
Non infeksius

J. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan


Pelaksanan kegiatan di lakukan evaluasi apakah sesuai jadwal atau tidak . jika
program tidak terlaksana sesuai jadwal yang sudah di tetapkan maka di lakukan evaluasi
penyebab ketidaksesuaian pelaksanaan serta menentukan tindak lanjut untuk pelaksaan
program atau kegiatan pada periode berikut nya .

Tim DOTS memonitoring proses pelaksanaan kegiatan dan mengevaluasi efektifitas


kegiatan setiap triwulan.

Pelaksanaan kegiatan ponek di RSUD Ciamis dilaporkan kepada Direktur RSUD Ciamis
dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis melalui Kepala Bidang Pelayanan

K. Pencatatan, Pelaporan dan Evaluasi Kegiatan


Terlampir

11
12
MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN DOTS 2015

13
14
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis sampai dengan bulan Desember tahun
2015 terdapat 131 kunjungan kasus Tuberkulosis yang menggunakan staregi DOTS
dalam pengobatannya.
Untuk penemuan kasus baru pada tahun 2015 , terdapat sebanyak 81penderita TB
Paru kasus BTA (+), sementara yang diobatisembuh di poliklinik DOTS hanya sekitar 54
penderita.Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2015 adalah
sebesar ......%, masih dibawah target yang ditetapkan oleh program nasional yaitu sebesar
85%.
Di samping itu, angka drop out pengobatan (default) di RSUD Ciamis pada tahun
2015 terutama untuk kasus BTA (+) sebesar 7 orang, menjadi permasalahan tersendiri
yang membutuhkan perhatian khusus dari pihak –pihak yang terkait dalam
penatalaksanaan Tuberkulosis di RSUD Ciamis.
Untuk itu diperlukan penyusunan rencana kerja Tim DOTS pada tahun 2017 agar
dapat mencapai angka-angka cakupan indikator yang mendekati target ideal.

15
BAB IX
ANALISA MASALAH, PEMBAHASAN DAN TINDAK LANJUT

IdentifikasiMasalah

No Substansi Masalah Pembahasan Tindaklanjut


1 SDM dokterterlatih Sudahdikondisikandanmenun Diajukanpadapere
DOTS ggu jadwalpelatihanDOTS, ncanaan 2015
masih kurang dari dinas kesehatan. Dan
diusulkan untuk ikut
pelatihan mandiri dengan
biaya dari Rumah Sakit

Mengusulkanikut pelatihan
yang diadakan oleh dinas
kesehatan

Menunggu jadwal
Perawatyang dari dinas
bertugas di unit kesehatan
DOTS dan di Seharusnyaadapenjadwalanev
ruang perawatan aluasi.
khusus TB belum
mengikuti
pelatihan DOTS.

Penjadwalanulang
tahun 2015
Evaluasi
/pembinaan SDM
melaluipertemuan
berkalatidakadake
terangandanjadwa
l

16
2 Saranapra Pencuciantangan
sarana - Melengkapisarana / prasarana Diajukanpadapere
Wastafelbelumad ncanaan 2015
a

Area cucitangan
di ruang rawat
khusus pasien
tuberkulosa

- Di
ruangdenganlebih
dari 1
tempattidur,
jaraktempattidur
masihkurang 6
meter
dariwastafel
3 Pelaksana
ankegiata
npelayana
n

MENGETAHUI KETUA DOTS


DIREKTUR RSUD CIAMIS

dr. H. Aceng Solahudin. A, M.Kes dr. Abu Bakar El Bahar, Sp.P


Pembina , IV /a NIP.
NIP.19680612 200112 1 005

17

Anda mungkin juga menyukai