A. Pendahuluan
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB
(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberkulosis (TB) menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Sumber penularan adalah dahak yang
mengandung kuman TB. Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus-
menerus dan berdahak, selama 2-3 minggu atau lebih.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, yaitu pasien yang pada dahaknya
ditemukan kuman TB. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya kuman
TB yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak,
makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah; di antaranya karena gizi buruk, HIV/AIDS atau penyakit lain, misalnya diabetes
melitus.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus kronis yang
tetap menular (WHO, 1996).
1
juga, kematian wanita karena TB lebih banyak daripada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara
ekonomis (15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial-stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
1. Kemiskinan;
2. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan penyembuhan);
3. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat;
4. Dampak pandemi HIV.
Sementara itu, upaya penanggulangan TB, meskipun kuman TB telah ditemukan
pada tahun 1882 dan obat anti tuberkulosis telah ditemukan sejak tahun 1944, secara
umum dikatakan mengalami kegagalan. Sebab utama kegagalan tersebut, antara lain:
2
Negara-negara dengan prevalensi HIV yang tinggi, terutama pada negara negara sub-
sahara Afrika telah menyaksikan peningkatan jumlah TB yang tajam dengan peningkatan
insidensi dua sampai tiga kali lipat pada tahun 1990 an.
Pada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR =
Multi Drug Resistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak negara di
dunia. Resistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan yang buruk,
karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made problem.
Tahun 2006, di Indonesia ditemukan dan diobati sekitar 534.000 pasien baru untuk
semua pasien TB dengan kematian sekitar 88.000(Laporan WHO tahun 2008).Dari Survei
Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004 diperkirakan setiap 100.000 penduduk Indonesia
terdapat 110 pasien baru TB paru BTA positif.
B. Latar Belakang
Pelayanana pasien tuberkulosadi Rumah Sakit merupakan salah satu jejaring kerja
dalam rangka memberikan pelayanan dan perawatan holistik, komprehensif, dan
dukungan yang luas. Pasien tuberkulosa yang dihadapi harus dilihat secara holistik
sebagai manusia seutuhnya, mereka tidak hanya membutuhkan kualitas pengobatan yang
baik tetapi juga membutuhkan edukasi yang baik, pengetahuan yang benar, serta
dukungan psikologik. Penjelasan yang singkat dari dokter tentang perlunya minum obat
tetapi tidak difahami dengan baik oleh pasien kemungkinan besar obat tidak akan efektif.
Sebaliknya penjelasan dan dukungan keluarga tidak akan bermanfaat bila kualitas
pengobatan tidak berjalan baik.
4
bersamaan dengan peningkatan kualitas program penanggulangan TB di kabupaten/kota
dengan mempertahankan :
Tujuan khusus
a. Tercapainya Proporsi jumlah pasien TB Paru BTA (+) yang tercatat di Unit DOTS
Rumah Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dibandingakn dengan seluruh pasien TB
Paru BTA (+) yang berobat di rumah sakit diatas 60%.
b. Tercapainya kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) di Rumah Sakit Umum daerah
Palabuhanratu di atas 85%
c. Tercapainya angka default yaitu jumlah pasien TB BTA (+) yang default di Rumah
Sakit Umum Daerah Palabuhanratu dalam satu triwulan dibandingkan terhadap
jumlah pasin TB BTA (+) terhadap jumlah pasien TB dalam triwulan yang sama
dibawah 5%.
d. Tercapainya angka keberhasilan rujukan yaitu presentase pasien TB yang dirujuk dan
sampai di UPK rujukan diantara seluruh pasien yang dirujuk sebesar 100%.
5
D. Tatalaksana Pelayanan
Laboratorium
Poli Umum
UNIT DOTS
RS
Rekam Medis
PKMRS
*Polidalam, paru,
anak, bedah, dll.
a) Tersangka TB atau pasien TB dapat datang ke Poli Umum , UGD atau ke poli
spesialis (Penyakit Dalam, Paru, Obgyn, Anak, Bedah, Syaraf dan lain-
lain)ataulangsungkepoli DOTS.
b) Tersangka TB dari poli maupun rawat inap dikirim untuk dilakukan
pemeriksaan penunjang (Laboratorium Mikrobiologi, PK, PA dan Radiologi).
c) Hasil pemeriksaan penunjang dikirim ke dokter yang bersangkutan. Diagnosis
dan klasifikasi dilakukan oleh dokter poliklinik/rawat inap atau unit
DOTSpengirim.
Untuk pasien rawat jalan, setelah diagnosis TB ditegakkan pasien dikirim
ke Unit DOTS untuk diregistrasi (bila pasien meneruskan pengobatan di
RS tersebut) disepakati PMO, diberipenyuluhan dan tatacarapengambilan
obatdan mengisi kartu TB.01. Bila pasien tidak menggunakan obat paket,
pencatatan dan pelaporan dilakukan di unit masing-masing dan kemudian
dilaporkan ke unit DOTS.
Untuk pasien rawat inap, petugas rawatinap menghubungi unit DOTS
untuk registrasi pasien (bila pasien meneruskan pengobatan di rumah sakit
tersebut), paket OAT dapat diambil di unit DOTS atau di farmasi.
6
d) Untuk pasien TB yang dirawat inap, saat akan keluar dari RS harus melaporke
unit DOTS untuk diberikan konseling dan penanganan pengobatan selanjutnya.
e) Rujukan (pindah) dari/ ke UPK lain berkoordinasi dengan Unit DOTS.
b. Struktur Organsasi
Bagan Struktur Organisasi Unit DOTS :
Direktur
Kabid Pelayanan
Tim perawatan Tim poli DOTS Tim Laboratorium Tim Pencatatan Laporan
Tim Farmasi
7
b) Menetapkan paduan OAT yang benar untuk setiap klasifikasi dan tipe pasien serta
bertanggung jawab dalam menetapkan PMO bersama pasien;
c) Memberikan penyuluhan pada pasien, keluarganya dan PMO;
d) Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pengobatan pasien TB (TB.01) dan
kartu identitas pasien (TB.02) secara lengkap dan benar;
e) Bertanggung jawab dalam pemantauan keteraturan pengobatan;
f) Menentukan jadwal pemeriksaan dahak ulang;
g) Menangani pasien mangkir;
h) Mendeteksi dan menangani komplikasi, efek samping dan merujuk ke RS
spesialistik lain bila diperlukan;
i) Menangani pasien TB pada beberapa keadaan khusus;
j) Menetapkanhasilpengobatan dan mencatat pada kartupengobatanpasien;
k) Bertanggung jawab dalam pengisian kartu pencatatan lain yang diperlukan
(formulir TB.09 dan TB.10).
F. Batasan Operasional
Kegiatan Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien
tuberkulosis di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga
meliputi konseling, penentuan klasifikasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT,
penentuan PMO, follow up hasil pengobatan dan pencatatanpelaporan.
8
Pengaturan tugas pelayanan di unit pelayanan DOTS dibagi dalam 1 shif sesuai
dengan jam kerja pelayanan instalasi rawat jalan. Setiap petugas pelayanan unit DOTS
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan Tuberkulosis dengan strategi DOTS,
sehingga dapat mengarahkan dan membimbing pasien untuk dapat mengikuti program
pengobatan dengan baik.
H. Sasaran
Kegiatan Unit DOTS berfungsi sebagai tempat penanganan seluruh pasien
tuberkulosis di rumah sakit dan pusat informasi tentang tuberkulosis. Kegiatannya juga
meliputi konseling, penentuan klasifiasi dan tipe, kategori pengobatan, pemberian OAT,
penentuan PMO, follow up hasil pengobatan dan pencatatanpelaporan.
Sasaran kegiatan program kerja Tim DOTS RSUDCiamis tahun 2017
adalahseluruhpetugas yang terlibatdalampelayananTuberkulosis di RSUDCiamis,
mulaidaripihakmanajemen, Klinisi, perawat, petugaspencatatanpelaporan,
ptugaslaboratorium, farmasi, rekam medis, dll.
NO Aktvitas Sasaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Konferensi 1. Komite Medik
Klinik TB 2. Bentuk kegiatan berupa
Konferensi Klinik yang
dapat dilakukan tiap bulan
2. On the Job 1.Perawat klinik DOTS
Training Maupun ruang ranap
RR TB 2.Petugas Administrasi
Klinik maupun Ruangan
3. Sosialisasi 1. Perawat klinik DOTS
PPI TB Maupun ruang ranap
2.Bentuk kegiatan Workshop
1 hari
3.Penanggung jawab TIM
PPI dan DOTS
4. Penyuluhan 1.PMO dan Pasien TB
TB 2.Bentuk Kegiatan
Penyuluhan Berkelompok
yang diadakan tiap bulan,
5 Rapat 1.Tim DOTS
Pembentukan RSUD Ciamis
Pokja 2.Tim HIV
TB-HIV RSUD CIAMIS
3.Bentuk Kegiatan:
Rapat yang dapat
diadakan tiap bulan
6 Workshop 1.Semua SMF
TB-HIV Di RSUD Ciamis
2.Bag. Keperawatan
3.Instalasi Rawat jalan
7 On the Job Perawat dan Petugas RR di
Training klinik DOTS/HIV dan rawat
TB HIV inap (Isolasi)
9
I. Skedul (Jadwal) Pelaksanaan Kegiatan DOTS 2016
KEGIATAN
a. Pengembangan SDM
Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petugas terkait
pelayanan/penanggulangan Tuberkulosa RSUD Kabupaten Ciamis, baik dokter,
perawat, analis, apoteker/asisten apoteker dan petugas non medis melalui pelatihan,
seminar/workshop.
b. Peningkatan Sarana dan Prasarana
c. Pembangunan gedung/poliklinik DOTS, pengadaan alat-alat kedokteran, alat tenun,
mebeler, sarana cuci tangan, sarana penyuluhan dan konseling seperti alat peraga,
leaflet, tempat mengeluarkan dahak,pemindahan ruang tungguninfeksiusdan non
infesius, pembuatan sputum booth dll.
d. Penyempurnaan/review Kebijakan/Pedoman/Panduan/SPO pelaksanaan Poliklinik
DOTS RSUD Ciamis.
e. Pengembangan pelayanan
f. Pencegahan dan penanggulangan Tuberkulosa.
g. Sosialisasi pelatihan DOTS ke unit kerja terk
NO Aktvitas SASARAN Anggaran Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nov Des
1. Pengembangan Perawat klinik 500 ribu/
SDM denqan DOTS, Ruang pertemuan
Pelatihan/ Ranap dan Petugas
workshop Farmasi
2. On the Job 1.Perawat poli 1 juta/
Training Maupun kegiatan
RR TB Ruangan
2.Petugas
Administrasi
klinik DOTS,
Ruang Ranap
10
4. Penyuluhan 1.PMO dan 500 ribu/
TB Pasien TB pertemuan
2.Bentuk
Kegiatan
Penyuluhan
Berkelompok
Yang
Diadakan
Tiap bulan.
5. Pusat studi 1.Kasus TB 500 ribu/
TB dan Dan TB HIV pertemuan
TB HIV
6. Rapat 1.Tim DOTS 200 ribu/
Pembentukan RSUD Ciamis Pertemuan
Pokja 2.Tim HIV
TB-HIV RSUD Ciamis
3.Bentuk
Kegiatan:
Rapat yang
Dapat
Diadakan
Minimal tiap bulan
Pelaksanaan kegiatan ponek di RSUD Ciamis dilaporkan kepada Direktur RSUD Ciamis
dan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis melalui Kepala Bidang Pelayanan
11
12
MONITORING DAN EVALUASI KEGIATAN DOTS 2015
13
14
Di Rumah Sakit Umum Daerah Ciamis sampai dengan bulan Desember tahun
2015 terdapat 131 kunjungan kasus Tuberkulosis yang menggunakan staregi DOTS
dalam pengobatannya.
Untuk penemuan kasus baru pada tahun 2015 , terdapat sebanyak 81penderita TB
Paru kasus BTA (+), sementara yang diobatisembuh di poliklinik DOTS hanya sekitar 54
penderita.Angka kesembuhan penderita TB Paru BTA (+) pada tahun 2015 adalah
sebesar ......%, masih dibawah target yang ditetapkan oleh program nasional yaitu sebesar
85%.
Di samping itu, angka drop out pengobatan (default) di RSUD Ciamis pada tahun
2015 terutama untuk kasus BTA (+) sebesar 7 orang, menjadi permasalahan tersendiri
yang membutuhkan perhatian khusus dari pihak –pihak yang terkait dalam
penatalaksanaan Tuberkulosis di RSUD Ciamis.
Untuk itu diperlukan penyusunan rencana kerja Tim DOTS pada tahun 2017 agar
dapat mencapai angka-angka cakupan indikator yang mendekati target ideal.
15
BAB IX
ANALISA MASALAH, PEMBAHASAN DAN TINDAK LANJUT
IdentifikasiMasalah
Mengusulkanikut pelatihan
yang diadakan oleh dinas
kesehatan
Menunggu jadwal
Perawatyang dari dinas
bertugas di unit kesehatan
DOTS dan di Seharusnyaadapenjadwalanev
ruang perawatan aluasi.
khusus TB belum
mengikuti
pelatihan DOTS.
Penjadwalanulang
tahun 2015
Evaluasi
/pembinaan SDM
melaluipertemuan
berkalatidakadake
terangandanjadwa
l
16
2 Saranapra Pencuciantangan
sarana - Melengkapisarana / prasarana Diajukanpadapere
Wastafelbelumad ncanaan 2015
a
Area cucitangan
di ruang rawat
khusus pasien
tuberkulosa
- Di
ruangdenganlebih
dari 1
tempattidur,
jaraktempattidur
masihkurang 6
meter
dariwastafel
3 Pelaksana
ankegiata
npelayana
n
17