Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI...........................................................................................................................II
BAB I.......................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................................3
1. STRATEGI DOTS.........................................................................................................5
2. PERANAN RUMAH SAKIT DALAM STRATEGI DOTS........................................6
BAB II.....................................................................................................................................8
LAPORAN PROGRAM TRIWULAN I...............................................................................8
A. Data kunjungan pasien periode bulan April s/d juni 2021...............................................8
1. Jumlah Kunjungan Pasien Tb Dots Dipoli Tb Dots Tahun 2021......................................9
2. Jumlah Pasien Suspek Tbc Yang Periksa Dahaknya Di Laboratorium.............................9
3. Jumlah Pasien Suspek Tbc Yang Di Periksa Di Laboratorium Dengan Bta Positif........10
4. Jumlah Pasien Yang Positif TBC Yang Di Rujuk Ke Kelinik Kth/Pdp..........................10
6. Jumlah Pasien Yang Positif TBC yang mendapatkan perawatan dan pengobatan di RS 11
7. Jumlah Penderita BTA positif di temukan di RSUD di kirim ke puskesmas..................12
8. Jumlah Pasien Yang Ditemukan Dengan Rontigen Positif.............................................12
9. Jumlah Pasien TBC yang ditmukan dengan rontigen positif dirawat dan di obati di
RSUD Selong.........................................................................................................................13
10. Jumlah Penderita RO Positif BTA negatif di temukan di RSUD Selong di kirim/ dirujuk
balik ke puskesmas.................................................................................................................13
11. Jumlah pasien TBC ekstra paru dirawat dan diobati di RSUD
selong…………………………………………………………………………………………14

BAB III..................................................................................................................................15
KESIMPULAN.....................................................................................................................15

II
BAB I
PENDAHULUAN

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB


(Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman tuberculosis (TB) menyerang paru,
tetapi dapat juga mengenai organ tubuh ainnya. Sumber penularan adalah dahak yang
mengandung kumanTB. Gejala umum TB pada orang dewasa adalah batuk yang terus-
menerus dan berdahak selama 2-3 minggu atau lebih.
Sumber penularan adalah pasien TB BTA positif, yaitu pasien yang pada
dahaknya ditemukan kuman TB. Daya penularan seorang pasien ditentukan oleh banyaknya
kuman TB yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular pasien tersebut. Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh
konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut. Faktor yang
mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah daya tahan tubuh yang
rendah; di antaranya karena gizi buruk, HIV/AIDS atau penyakit lain, misalnya diabetes
melitus.
Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari pasien TB akan meninggal, 25%
akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi dan 25% sebagai kasus kronis yang
tetap menular (WHO, 1996), saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 2 di dunia setelah
India.

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3
sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya
sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar
15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial-stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:


1. Kemiskinan;
2. TB terlantar (karena tidak memadainya penemuan kasus, diagnosis dan
penyembuhan);
3. Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami krisis
ekonomi atau pergolakan masyarakat;

3
4. Dampak pandemi HIV.
Sementara itu, upaya penanggulangan TB, meskipun kuman TB telah ditemukan pada
tahun 1882 dan obat anti tuberkulosis telah ditemukan sejak tahun 1944, secara umum
dikatakan mengalami kegagalan. Sebab utama kegagalan tersebut, antara lain:
1. Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan;
2. Tidak memadainya organisasi pelayanan TB (kurang terakses oleh masyarakat,
penemuan kasus /diagnosis yang tidak terstandar, obat tidak terjamin penyediaannya,
tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan yang tidak terstandar, dsb.);
3. Tidak memadainya tatalaksana pasien (diagnosis dan paduan obat yang tidak
terstandar, gagal menyembuhkan pasien yang telah diobati);
4. Terlalu percaya dan tergantung (over-reliance) kepada kemampuan hasil vaksinasi
BCG. Beberapa studi menunjukkan vaksinasi BCG tidak dapat mencegah terjadinya
TB postprimer. Vaksinasi BCG tidak memberikan dampak terhadap transmisi TB.
Dengan demikian vaksinasi BCG tidak dapat menurunkan insidensi TB BTA positif.
Namun vaksinasi BCG dapat menurunkan kejadian (insidensi) TB tipe berat pada
anak (misalnya meningitis tuberkulosa).
Situasi TB di dunia semakin memburuk, sebagian besar negara di dunia yang
dikategorikan sebagai high burden countries, jumlah pasien TB semakin tidak terkendali
dengan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan.Menyikapi hal tersebut,
pada tahun 1993, WHO mencanangkan TB sebagai kedaruratan dunia (global emergency).
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB. Ko-
infeksi dengan HIV akan meningkatkan secara signifikan risiko berkembangnya TB.
Negara-negara dengan prevalensi HIV yang tinggi, terutama pada negara negara sub-
sahara Afrika telah menyaksikan peningkatan jumlah TB yang tajam dengan peningkatan
insidensi dua sampai tiga kali lipat pada tahun 1990 an.
Pada saat yang sama, resistensi ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR =
Multi Drug Resistance), semakin menjadi masalah yang serius pada banyak negara di
dunia. Resistensi kuman ini terutama disebabkan tatalaksana pengobatan yang buruk,
karena banyak diciptakan oleh petugas kesehatan, a man made problem.
Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Tahun 1995,
hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) menunjukkan bahwa penyakit TB
merupakan penyebab kematian nomor tiga (3) setelah penyakit kardiovaskular dan
penyakit saluran napas pada semua kelompok usia, dan nomor satu (1) dari golongan
penyakit infeksi.
4
Tahun 2006, di Indonesia ditemukan dan diobati sekitar 534.000 pasien baru
untuk semua pasien TB dengan kematian sekitar 88.000 (Laporan WHO tahun 2008). Dari
Survei Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004 diperkirakan setiap 100.000 penduduk
Indonesia terdapat 110 pasien baru TB paru BTA positif.
Program Nasional Penanggulangan TB dengan Strategi DOTS di Indonesia
dimulai pada tahun 1995. Sampai akhir 2007, program Penanggulangan TB dengan
Strategi DOTS telah menjangkau 98% dari jumlah Puskesmas yang ada, namun untuk
rumah sakit baru sekitar 38%, sedangkan BP4/BKPM/BBKPM sekitar 97%.

1. STRATEGI DOTS
Strategi penanggulangan yang direkomendasikan oleh WHO adalah Strategi
DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse Chemotherapy). Strategi DOTS
telah dibuktikan dengan berbagai uji coba lapangan dapat memberikan angka
kesembuhan yang tinggi. Bank Dunia menyatakan Strategi DOTS merupakan strategi
kesehatan yang paling cost effective. Satu studi cost benefit yang dilakukan oleh
WHO di Indonesia menggambarkan bahwa setiap satu dolar yang digunakan untuk
membiayai program penanggulangan TB, akan menghemat sebesar 55 dolar selama
20 tahun.

Strategi DOTS terdiri dari lima komponen, yaitu:


1. Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk dukungan dana;
2. Diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung;
3. Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh
Pengawas Menelan Obat (PMO);
4. Kesinambungan persediaan Obat Anti Tuberkulosis (OAT) jangka pendek untuk
pasien;
5. Pencatatan dan pelaporan yang baku untuk memudahkan pemantauan dan evaluasi
program TB.
Untuk menjamin keberhasilan penanggulangan TB, kelima komponen
tersebut di atas harus dilaksanakan secara bersamaan.
Pada tahun 1994 Indonesia menguji-cobakan implementasi Strategi DOTS
dengan demonstration area di Provinsi Jambi (Kabupaten Bungo Tebo) dan Jawa
Timur (Kabupaten Sidoarjo). Hasil uji coba lapangan ini memberi angka kesembuhan
yang tinggi lebih dari 85%. Angka kesembuhan yang tinggi ini penting untuk

5
memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya kekebalan obat ganda atau
Multi Drug Resistance (MDR) yang merupakan ancaman besar bagi masyarakat.
Sejak tahun 1995, program penanggulangan TB nasional mengadopsi
Strategi DOTS dan menerapkannya pada Puskesmas secara bertahap. Sampai tahun
2000 hampir seluruh Puskesmas telah berkomitmen dan mengadopsi Strategi DOTS
yang diintegrasikan dalam pelayanan primernya.
Pada kenyataannya, pasien TB bukan hanya datang ke Puskesmas, melainkan
juga ke BP4/BKPM/BBKPM, Rumah Sakit, klinik, DPS dan dokter perusahaan. Dari
hasil Survei Prevalensi Tuberkulosis pada tahun 2004:
 untuk kawasan Sumatera: pasien TB datang ke RS dan BP4/BKPM/BBKPM:
44%, Puskesmas 43% dan DPS 12%,
 untuk kawasan Indonesia Timur: pasien TB datang ke RS dan
BP4/BKPM/BBKPM 31%, Puskesmas 53% dan DPS 16%,
 untuk kawasan Jawa-Bali: pasien TB datang ke RS dan BP4/BKPM/BBKPM:
49%, Puskesmas 21% dan DPS 29%.
Karena itu perlu ekspansi Strategi DOTS ke UPK terutama RS dan
BP4/BKPM/BBKPM di regional Sumatera dan Jawa-Bali.

2. PERANAN RUMAH SAKIT DALAM STRATEGI DOTS


Pengembangan Strategi DOTS rumah sakit dilakukan bersamaan dengan
peningkatan kualitas program penanggulangan TB di kabupaten/kota dengan
penguatan monitoring dan evaluasi secara berjenjang kepusat dengan indikator:
 Angka penemuan kasus TB lebih dari 90 % dan angka
keberhasilan pengobatan lebih dari 90 %
 Minimal 90% kasus TB dilakukan investigasi kontak.
Berikut ini adalah langkah-langkah keterlibatan rumah sakit dalam program
penanggulangan TB dengan Strategi DOTS :
1) Melakukan asesmen dan analisa situasi untuk mendapatkan gambaran kesiapan
rumah sakit dandinas kesehatan setempat.
2) Komitmen yang kuat dari pihak pemilik, manajemen rumah sakit (direktur rumah
sakit) dan tenaga medis (dokter umum dan spesialis) serta nonmedis, yang
dituangkan dalam bentuk nota kesepahaman (Memorandum of Understanding)
antara rumah sakit dan dinas kesehatan provinsi/kabupaten/kota.

6
3) Menyiapkan tenaga medis, nonmedis (perawat, analis kesehatan, rekam medik,
tenaga kefarmasian dan lain-lain) yang terlatih DOTS.
4) Membentuk tim DOTS di rumah sakit yang meliputi Gugus tugas-Gugus tugas
terkait dalam pelaksanaan jejaring DOTS di rumah sakit (Hospital DOTS Linkage
= HDL).
5) Menyediakan ruangan untuk Gugus tugas DOTS di dalam rumah sakit, sebagai
tempat koordinasi dan pelayanan terhadap penderita TB secara komprehensif
(melibatkan semua Gugus tugas di rumah sakit yang menangani pasien TB).
6) Menyediakan tempat / rak penyimpanan paket-paket OAT.

7) Menyiapkan laboratorium untuk pemeriksaan mikrobiologis dahak sesuai standar


dan ruang/tempat untuk mengeluarkan dahak.
8) Menggunakan format pencatatan sesuai dengan Program Nasional
Penanggulangan TB untuk memantau penatalaksanaan pasien.
9) Dana operasional.

7
BAB II
LAPORAN PROGRAM TRIWULAN I

A. Data kunjungan pasien periode bulan April s/d juni 2021


APRIL MEI JUNI
NO JENIS PELAYANAN
ANAK DEWASA ANAK DEWASA ANAK DEWASA

Jumlah sespek yang


1 5 50 2 39 12 65
berkunjung ke poli TB dots
jumlah pasien suspek TBC yang di
2 1 42 - 26 2 55
periksa dahaknya di laboratorium
jumlah pasien suspek TBC yang

3 diperiksa - 6 - 2 - 8
di laboratoriun dengan BTA positif
jumlah pasien yang positif TBC
4 di rujuk ke klinik KTH / PDP - 14 - 18 - 25

jumlah pasien YTBC yang di rujuk


5 - - - 1 - -
ke klinik KTH positif HIV- AIDS
jumlah pasien positif TBC yang

6 mendapatkan - 4 - 5 1 10
perawatan dan pengobatan di RS
jumlah penderita BTA positif yang

7 di temukan RSUD dikirim ke - 3 - 1 - 6


Puskesmas
jumlah pasien TBC yang di temukan
8 - 7 - 14 3 12
dengan rontegen Positif
jumlah pasien TBC yang di temukan

9 dengan rontegen Positif dirawat dan - 3 - - 1 6


di obati di RSUD selong
jumlah penderita RO positif BTA

10 negatif ditemukan di RSUD selong - 4 - 14 2 6


dikirim / dirujuk di puskesmas
jumlah pasien extra paru di rawat
11 - - - 1 - -
dan diobati di RSUD Selong
jumlah penderita ekstra paru di

12 temukan di RSUD dikirim/ rujukan - 1 3 - - 1


balik ke puskesmas

8
jumlah suspek MDR ditemukan
13 di RSUD Selong di rujuk ke provensi - - - - - -

14 jumlah pasien TBC dirawat dan


diobati kemudian meninggal - - - - - -
di RSUD selong

Jika dilihat dalam bentuk grafik dan dibuat data dalam setiap bulan akan tampak sebagai
berikut;

1. Jumlah Kunjungan Pasien Tb Dots Dipoli Tb Dots Tahun 2021

Jumlah sespek yang berkunjung di poli TB DOTS pada triwulan II berjumlah 173
orang pasien, pada bulan april terdapat 5 pasien anak – anak dan 50 pasien dewasa, pada
bulan mei terdapat 2 pasien anak – anak dan 39 pasien dewasa, dan pada bulan juni terdapat
12 pasien anak – anak dan 65 pasien dewasa.

2. Jumlah Pasien Suspek Tbc Yang Periksa Dahaknya Di Laboratorium

9
Jumlah pasien suspek TBC yang periksa dahaknya di laboratorium berjumlah 126, Pada
bulan april trdapat 1 pasien anak – anak dan 42 pasien dewasa, pada bulan mei terdapat 26
pasien dewasa, pada bulan juni terdapat 2 pasien anak – anak dan 55 pasien dewasa.

3. Jumlah Pasien Suspek Tbc Yang Di Periksa Di Laboratorium Dengan Bta Positif

Jumlah suspek TBC yang periksa di laboratorium dengan BTA positif berjumlah 16
orang pasien dengan rincian , pada bulan April terdapat 6 pasien dewasa, pada bulan mei
terdapat 2 pasien dewasa , pada bulan juni 8 pasien dewasa.

4. Jumlah Pasien Yang Positif TBC Yang Di Rujuk Ke Kelinik Kth/Pdp

Jika dilihat dari grafik diatas jumlah pasien yang positif TBC yang di rujuk ke klinik
sebanyak 57 pasien , pada bulan April terdapat 14 pasien dewasa, bulan mei 18 pasien
dewasa, pada bulan juni terdapat 25 pasien dewasa.

10
5. Jumlah Pasien YTBC yang dirujuk ke klinik KTH positif HIV-AIDS

Pada triwulan II ini pasien yang positi YTBC yang dirujuk ke klinik KTH positif HIV-
AIDS berjumlah 1 pasien pada bulan mei.

6. Jumlah Pasien Yang Positif TBC yang mendapatkan perawatan dan pengobatan di RS

pada bulan April terdapat 4 pasien dewasa, dan pada bulan mei terdapat 5 pasien
dewasa, dan pada bulan juni terdapat 1 pasien anak dan 10 pasien dewasa, dengan total
jumlah pasien yang di rawat di RS pada triwulan II ini berjumlah 20 orang pasien.

11
7. Jumlah Penderita BTA positif di temukan di RSUD di kirim ke puskesmas

Jumlah pasien TBC yang di temukan dengan Rontigen positif yaitu pada bulan April
terdapat 3 pasien, pada bulan mei terdapat 1 pasien dan pada bulan juni terdapat 6 pasien,
sehingga jumlah pasien penderita BTA positif di temukan di RSUD berjumlah 10 orang
pasien.

8. Jumlah Pasien Yang Ditemukan Dengan Rontigen Positif

Pasien yang di temukan dengan rontigen positif berjumlah 36 pasien yang diantaranya
7 pasien pada bulan april, 14 pasien pada bulan mei, dan 15 pasien pada bulan juni.

12
9. Jumlah Pasien TBC yang ditmukan dengan rontigen positif dirawat dan di obati di
RSUD Selong

Jumlah pasien TBC yang di temukan dengan rontigen positif dirawat dan di obati di
RSUD Selong berjumlah 10 pasien.

10. Jumlah Penderita RO Positif BTA negatif di temukan di RSUD Selong di kirim/ dirujuk
balik ke puskesmas

Jumlah penderita RO positif BTA negative di temukan di RSUD Selong dikirim / dirujuk
balik ke puskesmas berjumlah 26 pasien dengan rincian pada bulan April terdapaat 4 pasien ,
pada bulan mei terdapat 14 pasien, dan pada bulan juni terdapat 8 pasien.

13
11. jumlah pasien TBC ekstra paru dirawat dan diobati di RSUD selong

Jumlah pasien ekstra paru yang dirawat dan diobati di RSUD selong pada triwulan 2
ini berjumalah 5 orang dengan kategori pasien dewasa.

12. Jumlah penderita ekstra paru ditemukan di RSUD dikirim / rujukan balik ke
puskesmas

Jumlah penderita ekstra paru yang di temukan dan di kirim / dirujuk balik ke
puskesmas berjumlah 5 pasien dengan rincian, pada bulan April terdapat 1 pasien, bulan
mei 3 pasien dan pada bulan juni terdapat 1 orang pasien.

14
BAB III
KESIMPULAN

Pada triwulan II ini jumlah pasien yang berkunjung berjumlah 481 pasien dengan rincian,
pada bulan april jumlah pasien yang berkunjung berjumlah 140 orang pasien, pada bulan mei
berjumlah 123 pasien, dan pada bulan juni terdapat 218 pasien, jumlah kunjungan pada
triwulan II ini mengalami penurunan di bandingkan dengan triwulan I yang berjumlah 581
kunjungan.

Selong, 15 juli 2021

Mengetahui,
Ketua Tim Prognas
Direktur RSUD DR R Soedjono Selong RSUD DR R Soedjono Selong ,

dr. Muhammad Tantowi Jauhari, Sp.B dr. Hj. Wikan Tyasning, Sp. PD. FINASIM
NIP.19820902 200604 1 006 NIP.19690321 199803 2 007

15

Anda mungkin juga menyukai