Anda di halaman 1dari 4

EVALUASI KEPATUHAN MEDIS TERHADAP

PPK TUBERKULOSIS
TRIWULAN II TAHUN 2022
I. PENDAHULUAN
Rumah sakit mempunyai potensi yang besar dalam kemampuan penemuan
pasien TB (case finding) , namun mempunyai keterbatasan dalam menjaga ketentuan
pengobatan (case holding), hal ini berakibat angka kesembuhan di RS kurang dari 85
% dengan angka putus. Dan angka putus obat tidak boleh lebih dari 5 %. Keadaan
tersebut beresiko menciptakan masalah yang lebih besar yaitu munculnya kasus TB
dengan resisten ganda terhadap OAT (MDR-TB) dan mencegah munculnya kasus
baru yaitu ko-infeksi TB-HIV.
Pemantauan terkait penanganan dan juga pengobatan perlu dilakukan agar
standar pelayanan yang diberikan sesuai dengan pedoman nasional pelayanan
kesehatan Tuberkulosis (PNPK) tahun 2020 maka diperlukan evaluasi dari
pemantauan kinerja dokter terhadap penanganan Tuberkulosis di RS Mardi Waluyo
Metro.

II. HASIL EVALUASI PEMANTAUAN


Beberapa item yang digunakan untuk evaluasi pemantauan terhadap PPK yaitu
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan sputum pagi (SP) dengan pengecatan Ziehl Nielsen atau tes cepat
molekuler (TCM)
3. Pemeriksaan darah rutin
4. Pemeriksaan Foto thorax
5. Pengobatan terhadap pasien

Berikut bukti kepatuhan staf Medis terhadap PPK Tuberkulosis di RS Mardi Waluyo

Bulan
No. Kepatuhan
April Mei Juni
1. Anamnesis 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %)
2. Pemeriksaan sputum (SP)
1 kasus (33,3 %) 2 kasus (66,6 %) 1 kasus (33,3 %)
atau tes cepat molekuler
3. Pemeriksaan darah rutin 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %)
4. Pemeriksaan Foto thorax 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %)
5. Pengobatan terhadap
3 kasus (100 %) 3 kasus (100 %) 2 kasus (66,6 %)
pasien
Berdasarkan data tersebut didapatkan bahwa terdapat beberapa hal yang perlu
dievaluasi terkait dengan pemeriksaan sputum yang terkadang tidak 100 % ini terjadi
karena hanya ada 1 kali pemeriksaan

Berdasarkan data yang diperoleh terdapat 5 kasus pasien yang tidak dilakukan
pemeriksaan BTA yang sesuai standar dimana dilakukan pemeriksaan BTA sebanyak
2 kali yaitu pagi dan sewaktu atau bisa digantikan dengan pemeriksaan TCM (pada
tempat yang fasilitas yang cukup). Pada kasus ini setelah ditanyakan langsung kepada
dokter dan perawat ruangan tempat pasien dirawat masalah yang dialami yaitu

1. Pasien tidak mengeluarkan dahak kembali 2 kasus (40%)


2. Dahak yang dikeluarkan berupa lendir sebanyak 3 kasus (60 %)

Sementara itu terkait dengan pengobatan pasien sendiri dilihat dari data yang ada,
terdapat 1 kasus dimana terdapat pengobatan yang tidak sesuai dimana pada kasus ini
dokter memberikan pengobatan yang diluar rekomendasi untuk pasien baru berupa
pemberian obat levofloxacin yang merupakan obat kategori 2.

III. REKOMENDASI
1. Pemeriksaan BTA wajib dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pagi dan sewaktu
2. Pemeriksaan TCM mungkin lebih ditingkatkan dengan tujuan agar hasil
pemeriksaan cukup dengan 1 kali pemeriksaan saja
3. Pengobatan yang diberikan sebaiknya cukup dengan kategori 1
4. Kerjasama dengan tim dokter umum, tim TB DOTS dan dokter spesialis
penanggung jawab untuk memberikan penanganan terbaik terhadap pasien
tuberkulosis

Demikian bentuk evaluasi dari kepatuhan staf medis ini dilakukan, semoga dengan
rekomendasi yang diberikan dapat memberikan pelayanan terbaik terhadap pelayanan
TB DOTS di RS Mardi Waluyo Metro

Mengetahui, Metro, 22 Juli 2022


Ketua Tim TB – DOTS Direktur RS Mardi Waluyo Metro

dr. Patrick Ramos Pakpahan drg. Budiono, MARS

Anda mungkin juga menyukai