Anda di halaman 1dari 2

Cairan dan elektrolit

Komponen utama dalam tubuh manusia adalah air. Persentase cairan tubuh total terhadap berat
badan bervariasi yaitu :

- Janin prematur lebih dari 75 %


- Janin 75 % bila cukup bulan
- Usia 1 tahun hingga usia pubertas sebesar 60 %
- Setelah pubertas, kandungannya berbeda karena adanya kandungan lemak yang berbeda
- Pada laki laki dengan massa otot yang besar maka kandungan air sebesar 60 %, namun
- Wanita sebesar 50 %

No. Cairan ekstraseluler Cairan intraseluler


1. Terdiri dari cairan intravascular dan cairan Tidak ada pembagian
intersitial
2. Pada janin dan neonates lebih besar Pada anak 1 bulan dan dewasa lebih besar
3. Dipengaruhi berat badan dan ukuran Dipengaruhi massa otot
4. Pada cairan intravascular terdapat darah dan
plasma.
Pada cairan intersitial
5. Dipengaruhi oleh dehidrasi, anemia,
polisitemia, gagal jantung dan gangguan
osmolalitas.

Intersitial dipengaruhi oleh edema seperti


gagal jantung, enteropati kehilangan protein,
gagal hati, sindrom nefrotik ( berkaitan
dengan adanya protein )
6. Komposisi utama Komposisi utama
Kation : natrium Kation : Kalium
Anion : Chlorida Anion : Protein, anion organic, dan fosfat

Fungsi sel dipengaruhi oleh osmolalitas plasma dan volume intravascular yang normal. Osmolalitas
merupakan hasil pengaturan balans cairan sementara volume cairan normal terjadi melalui
pengaturan natrium tubuh. Osmolalitas plasma yaitu 285 – 295 mOsm/kg. Osmolalitas plasma
dipertahankan melalui perubahan asupan dan ekskresi air.

Peran tubuh sendiri yaitu mengatur asupan air dan produksi urine. Bila ada peningkatan osmolalitas
plasma sedikit saja memicu rasa haus melalui kerja hormone ADH ( anti diuretic hormone ). Hormon
ADH ini akan bekerja dengan cara peningkatan reabsorpsi cairan di tubulus renalis. Ketika terjadi
kehilangan volume yang bermakna akan terjadi sekresi ADH disertai dengan stimulasi rasa haus.

Natrium sendiri untuk pengaturannya berasal dari ginjal. Dimana ada kerja dari system renin
(dihasilkan oleh apparatus justaglomerular)- angiotensin yang merupakan regulator untuk dilakukan
reabsorpsi dan ekskresi natrium ginjal. Dimana melalui system ini dihasilkan angiotensin II yang
dimana memiliki peran stimulasi langsung dari tubulus proksimal yang dimana untuk meningkatkan
reabsorpsi natrium dan stimulasi kelenjar adrenal untuk meningkatkan hormone aldosterone yang
meningkatkan reabsorpsi natrium di nefron distal.
Pada atrium sendiri ada juga sintesis atrial natriuretic peptide yang dimana bila terjadi kelebihan
cairan maka akan memicu pengeluaran nya melalui ginjal dan sekaligus mencegah reabsorpsi
natrium dan memfasilitasi peningkatan ekskresi natrium melalui urine.

Cairan rumatan

Cairan rumatan sendiri digunakan untuk anak yang tidak dapat memperoleh asupan melalui saluran
cerna. Selain itu ada juga yang Namanya cairan pengganti (pada kehilangan cairan massif) dan cairan
rehidrasi pada kasus dehidrasi.

Cairan rumatan sendiri berisi air, glukosa, natrium, kalium dan klorida. Tempat keluar cairan tubuh
itu melalui urine dan tinja (terukur), kulit dan paru (tidak terukur). Cairan rumatan berisi 20 %
merupakan glukosa dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan tubuh minimal dengan tujuan
mencegah terjadinya : ketoasidosis akibat kelaparan (starvasi) dan menghindari degradasi protein
yang akan terjadi bila kalorinya kurang. Karena hal itu maka anak dengan cairan rumatan ini
mengalami risiko terjadinya kehilangan berat badan sebesar 0,5 – 1 % setiap hari. Oleh karena itu
diperlukan adanya nutrisi parenteral yang harus diberikan pada anak yang tidak dapat memperoleh
asupan melalui saluran cerna selama beberapa hari.

Dehidrasi dan Terapi Pengganti

Komponen Cairan Rumatan terdiri dari urine sebesar pada 60 %, insensible loss (kulit dan paru)
sebesar 35 %, dan tinja sebesar 5 %. Kehilangan cairan dapat terjadi dari

1. Dari kulit, melalui evaporasi saat berada dibawah radiant warmer, fototerapi
2. Demam ( 10- 15 % disetiap peningkatan 1 C diatas suhu 38 C
3. Takipneu dan trakeostomi meningkatkan kehilangan melalui evaporasi dari paru
4. Saluran cerna melalui diare, muntah ataupun penggunaan suction OGT.
5. Urine adanya urine yang sedikit (adanya gagal ginjal atau sindrom gangguan hormone
antidiuretic (SIADH). Urine yang banyak pada kasus fase polyuria pada nekrosis tubular akut,
diabetes melitus dan diabetes insipidus.

Pada kasus polyuria (kecuali anak dengan diabetes melitus) harus mendapat cairan pengganti
insensible loss ditambah jumlah urine yang keluar. Apabila produksi urine berlebihan maka harus
dicari tahu konsentrasi natrium dan kalium urine untuk ditentukan komponen posisi elektrolit.

Anda mungkin juga menyukai