Anda di halaman 1dari 21

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah atas karunia rahmat dan hidayahNya, kami dapat


menyelesaikan Pedoman Pengendalian Dokumen dan RekamanUPTD
Puskesmas Getasan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.Pedoman ini
kami susun sebagai salah satu upaya memberikan acuan dan kemudahan
dalam pelaksanaan pengendalian dokumen dan rekaman di UPTD
Puskesmas Getasan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang.
Pengendalian penyakit tuberculosis ,merupakan salah satu kegiatan
wajib di UPTD Puskesmas Getasan yang mempunyai peran dalam
penanggulangan tuberkulosis rekaman sehingga mendukung visi misi
pemerintah daerah jawa tengah bebasTBC tahun 2028 di UPTD Puskesmas
Getasan, yang diharapkan bisa berdampak pada peningkatan kinerja
puskesmas.
Akhirnya perkenankanlah kami menyampaikan ucapan terimakasih
atas bimbingan, bantuan, kerjasama dan partisipasinya kepada semua
pihak yang terlibat dalam proses penyusunan Pedoman Pengendalian
Penyakit TuberkulosisUPTD Puskesmas Getasan Dinas Kesehatan
Kabupaten Semarang.

Getasan,
Kepala UPTD Puskesmas Getasan
Kabupaten Semarang

Dr.Steven Budi Setiawan


NIP. 198302182011011004

i
DAFTAR ISI

PEDOMAN PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN................................

UPTD PUSKESMAS GETASAN...........................................................................

KATA PENGANTAR..........................................................................................

DAFTAR ISI....................................................................................................

PEDOMAN........................................................................................................

PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN.................................................

UPTD PUSKESMAS GETASAN...........................................................................

A.PENDAHULUAN............................................................................................

B.TUJUAN........................................................................................................

C.RUANG LINGKUP.........................................................................................

D.DEFINISI......................................................................................................

E.PROSEDUR / KEBIJAKAN...........................................................................

F.PENUTUP....................................................................................................18

ii
PEDOMAN

PENGENDALIAN DOKUMEN DAN REKAMAN

PUSKESMAS GETASAN

A. PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program
dibanyak negara. Padatahun 2005 strategi DOTS diperluas menjadi
“Strategi Stop TB”, yaitu:

1. Mencapai, mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS


2. Merespon masalah TB-HIV, MDR-TB dan tantangan lainnya
3. Berkontribusi dalam penguatan system kesehatan
4. Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah
maupun swasta.
5. Memberdayakan pasien dan masyarakat
6. Melaksanakan dan mengembangkan penelitian

Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang
mengusulkanadanya strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu
menahan laju infeksi baru,mencegah kematian akibat TB, mengurangi
dampak ekonomi akibat TB dan mampumeletakkan landasan ke arah
eliminasi TB.Eliminasi TB akan tercapai bila angka insidensi TB berhasil
diturunkan mencapai 1 kasusTB per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi
yang memungkinkan pencapaian eliminasi TB(pra eliminasi) adalah bila
angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per 100.000penduduk.
Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
pendudukdan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka TB
akan memasuki kondisi praeliminasi pada tahun 2160. Untuk itu perlu
ditetapkan strategi baru yang lebih komprehensifbagi pengendalian TB
secara global

Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi


pengendalian TBglobal pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan
epidemi global TB pada tahun 2035yang ditandai dengan:

1. Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun


2015.

1
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000
penduduk)

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
drajat kesehatan masyarakat.

2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TCM +
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
c. Mengurangi angka kejadian TBC di masyarakat melalui penemuan
kasus secara dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus baru
TBC
e. Membentuk patisipan aktif ( Toam, Toga, Kader) untuk mendukung
penemuan kasus
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup programProgram Pengendalian Penyakit Tuberculosis
Puskesmas Getasan meliputi :

1. Tatalaksana Pasien Tuberculosis


2. Tatalaksana TB pada Anak
3. Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis Resistan Obat.
4. Kegiatan Kolaborasi TB-HIV
5. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tuberculosis
6. Public – Private Mix DOTS dalam Pengendalian Tuberculosis
7. Manajemen Laboratorium Tuberculosis
8. Pengelolaan Logistik Program Pengendalian Tuberculosis
9. Standar Ketenagaan dan Pengembangan Sumber daya manusia
Program Pengendalian Tuberculosis
10. Keterlibatan Masyarakat dan Organisasi kemasyarakatan dalam
Pengendalian Tuberculosis
11. Sistem Informasi Strategis Program Pengendalian Tuberculosis
12. Perencanaan dan Penganggaran Program Pengendalian
Tuberculosis

2
D. BATASAN OPERASIONAL

Pedoman ini berlaku untuk unit/kegiatan apa saja


1. Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis
Program Pengendalian Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu dari
enam program pokok Puskesmas di Indonesia. Pedoman ini menjadi
acuan dan arah dalam kegiatan Program Program Pengendalian Penyakit
Tuberkulosis tersebut di Puskesmas Getasan.
2. Pelayanan Pengobatan Penyakit Tuberkulosis Di Rawat Jalan, Rawat
Inap dan fasilitas pelayanan kesehatan jaringan dan jejaring
Puskesmas Getasan
Puskesmas Getasan sebagai Fasilitas Pelayanan Kesehatan Pertama
(FKTP) memberikan pelayanan pengobatan dan perawatan, di mana
salah satunya adalah pengobatan Tuberkulosis. Tatalaksana pengobatan
di dalam pedoman ini sebagai acuan di dalam tata laksana pengobatan
di Puskesmas Getasan, baik pengobatan yang dilakukan di unit rawat
jalan, rawat inap, maupun jaringan dan jejaring Puskesmas Getasan,
antara lain: Puskesmas Pembantu, PKD dan Dokter Praktek Swasta di
wilayah kerja Puskesmas Getasan.
2. Landasan Hukum
1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2013
Tentang Pedoman Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis
Resistan Obat
2. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/Menkes/Per/III/2011 tentang
Strategi Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Tahun 169);

3
E. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Program Pengendalian
Tuberkulosis adalah:

No. Nama Jabatan Kualifikasi Sertifikat/Credentialling

Formal/

Pendidikan

1 Dokter Umum Dokter Umum Pelatihan TB

Pelatihan TB-MDR

2 Penanggung D3 Keperawatan, D3 Pelatihan TB


Jawab Program Kebidanan
Pelatihan TB-MDR
Pengendalian
Tuberkulosis

3 Pelaksana D3 Keperawatan, D3 Pelatihan TB


Program Kebidanan
Pelatihan TB-MDR
Pengendalian
Tuberkulosis

4 Sanitarian D3 Sanitasi Pelatihan Sanitasi


Lingkungan
5 Ahli Gizi D3 Gizi Pelatihan Gizi

6 Analis D3 Analis Kesehatan Pelatihan TB


Laboratorium
Pelatihan Pemeriksaan TB

7 Penanggung D3 Kperawatan, D3 Pelatihan Imunisasi


Jawab Kebidanan
Imunisasi

4
B. Peran dan Tugas

No. Nama Jabatan Peran Tugas

1 Dokter Umum Bertanggung 1. Melakukan Pemeriksaan


jawab dalam TB
pemeriksaan 2. Penegakan Diagnosis TB
diagnostic TB, 3. Pengobatan TB
Pengobatan TB 4. Melakukan Upaya
dan Rujukan TB. Rujukan TB

5
2 Penanggung Jawab Bertanggung 1. Membuat perencanaan
Program jawab dalam pengendalian TBC
Pengendalian Pengendalian 2. Melaksanakan
Tuberkulosis Penyakit TBC Pengendalian TBC
3. Melaksanakan
Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
pengendalian TBC
4. Melaksanakan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian TBC
5. Melaksanakan
Koordinasi dengan
Lintas Sektor, Lintas
Program dan Dinas
Kesehatan
6. Melaksanakan
Koordinasi Pengadaan
dan Pemeliharaan
Logistik termasuk Obat
Anti Tuberkulosis
dengan Bagian Farmasi
Puskesmas dan Dinas
Kesehatan
7. Melaksanakan
Koordinasi pengobatan
dan perawatan Pasien
TBC dengan Fasyankes
lainnya.
8. Melaksanakan Sistem
Informasi Pengobatan
TBC termasuk Sistem
Informasi Terpadu
Pengobatan TBC (SITB)

6
3 Pelaksana Program Melaksanakan 1. Melaksanakan
Pengendalian pengendalian TBC Pengendalian TBC
Tuberkulosis 2. Melaksanakan
Penyuluhan TBC dan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian TBC
3. Melaksanakan
Koordinasi dengan
Lintas Sektor, Lintas
Program dan Dinas
Kesehatan
4 Sanitarian Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan menciptakan kondisi
Penyuluhan tempat tinggal yang
Sanitasi Terkait mendukung pengobatan
TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
menciptakan kondisi
tempat tinggal yang
mendukung dalam
pencegahan penularan
TBC
5 Ahli Gizi Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan perbaikan gizi yang
Penyuluhan Gizi mendukung pengobatan
Terkait TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
meningkatkan gizi yang
dapat mendukung
pencegahan TBC

7
6 Analis Laboratorium Bertanggung 1. Melaksanakan
jawab dalam pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan pemeriksaan sputum
Sputum BTA Basil Tahan asam (BTA)
2. Melaksanakan
koordinasi dengan
bagian pengadaan
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pengadaan alat
pemeriksaan sputum
Basil Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
3. Melaksanakan
koordinasi dengan
bagian pemelihara
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pemeliharaan alat
pemeriksaan sputum
Basil Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
7 Penanggung Jawab Mengelola Vaksin 1. Mengelola Vaksin BCG
Imunisasi BCG dan 2. Mengelola pemberian
Bertanggung imunisasi vaksin BCG
Jawab dalam
Imunisasi Vaksin
BCG

8
F. FASILITAS
Di dalam pengendalian penyakit TBC diperlukan upaya pengobatan. Agar
pengobatan dapat berjalan optimal, maka diperlukan standar fasilitas untuk
pengobatan. Pengobatan TBC di Puskesmas dilaksanakan di Ruang DOTS TB.
Untuk pengobatan pasien dalam kondisi yang membutuhkan rawat inap,
pengobatan dilakukan secara rawat inap untuk sementara di Unit Rawat Inap
sampai kondisi stabil untuk rawat jalan
Berikut fasilitas yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien TBC
beserta fungsinya dalam pengobatan TBC:
1. Poli Umum: Pemeriksaan TBC, Penegakan Diagnosis, memberikan Rujukan
untuk pemeriksaan lanjutan atau pengobatan lanjutan, Pengobatan pertama
kali setelah diagnosis. Unuk pengobatan selanjutnya, dilaksanakan di Poli
Jantung paru. Pembuatan Formulir TB 01 dan 02 dilaksanakan di Poli Umum
atau Poli jantung Paru.
2. Ruang DOTS TB: Pemeriksaan TBC, Penegakan diagnosis, Pengobatan TBC
termasuk Pengobatan kedua dan seterusnya hingga pengobatan selesai,
memberikan rujukan pengobatan selanjutnya. Pengisian sistem informasi baik
elektronik dan non elektronik dilakukan di Poli jantung Paru.
3. Unit Gawat Darurat: Pemeriksaan , Penjaringan pasien baru yang datang ke
Puskesmas Getasan dalam kondisi vital tidak baik atau emergency.
4. Unit Rawat Inap: Penjaringan pasien baru, dan rujukan bagi pasien dengan
tbc, dengan ttv yang buruk.
5. Puskesmas Pembantu dan PKD: Memberikan pengobatan TBC pada pasien
yang sulit dijangkau atau sulit transportasi. Catatan: Pasien TBC tetap
diwajibkan untuk periksa rutin minimal 1 kali dalam sebulan ke Poli Umum
Puskesmas Getasan agar dapat pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
umum. Memberikan rujukan ke Poli Umum Puskesmas Getasan apabila
menemui penderita terduga TBC.
6. Poli Sanitasi: Memberikan konsultasi perbaikan kondisi rumah agar
mendukung pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
7. Poli Gizi : Memberikan konsultasi perbaikan gizi penderita TBC agar
mendukung pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
8. Laboratorium: Melaksanakan pemeriksaan Sputum BTA, pengiriman sampel
TCM.
9. Kamar Obat: Menerima resep pengobatan TBC dari Poli Umum, Poli Jantung
Paru, UGD dan Rawat Inap serta memberikan obat TBC pada pasien TBC.

9
10. Poli Imunisasi: Memberikan imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit
TBC.
11. Ruang Vaksin: tempat menyimpan vaksin BCG.
12. Ambulance/Kendaraan Puskesmas Keliling: Kendaraan untuk merujuk
pasien TBC atau terduga TBC dengan kondisi vital tidak baik atau emergency.

G. SARANA
1. Komputer
2. Alat Pemeriksaan Laboratorium

H. TATA LAKSANA PROGRAM


Pemberian OAT adalah komponen terpenting dalam penanganan
tuberkulosis dan merupakan cara yang paling efisien dalam mencegah
transmisi TB. Prinsip pengobatan TB yang adekuat meliputi:
a. Pengobatan diberikan dalam bentuk paduan obat yang meliputi
minimal empat macam obat untuk mencegah terjadinya resistensi
terhadap OAT.
b. OAT diberikan dalam dosis yang tepat.
c. OAT ditelan secara teratur dan diawasi oleh pengawas menelan
obat (PMO) hingga masa pengobatan selesai.
d. OAT harus diberikan dalam jangka waktu yang cukup, meliputi
tahap awal/ fase intensif dan tahap lanjutan. Pada umumnya lama
pengobatan TB paru tanpa komplikasi dan komorbid adalah 6
bulan. Pada TB ekstraparu dan TB dengan komorbid, pengobatan
dapat membutuhkan waktu lebih dari 6 bulan.
e. Pada tahap awal/fase intensif, OAT diberikan setiap hari. Pemberian
OAT pada tahap awal bertujuan untuk menurunkan secara cepat
jumlah
kuman TB yang terdapat dalam tubuh pasien dan meminimalisasi risiko
penularan. Jika pada tahap awal OAT ditelan secara teratur dengan
f. dosis yang tepat, risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah
dua minggu pertama tahap awal pengobatan. Tahap awal juga bertujuan
untuk memperkecil pengaruh sebagian kecil kuman TB yang mungkin
sudah resisten terhadap OAT sejak sebelum dimulai pengobatan.
Durasi pengobatan tahap awal pada pasien TB sensitif obat (TB-SO)
adalah dua bulan.
Pengobatan dilanjutkan dengan tahap lanjutan. Pengobatan tahap

10
lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang tidak mati
pada tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap
lanjutan berkisar antara 4 – 6 bulan
I. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dosis yang tepat, risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah
dua minggu pertama tahap awal pengobatan. Tahap awal juga bertujuan
untuk memperkecil pengaruh sebagian kecil kuman TB yang mungkin
sudah resisten terhadap OAT sejak sebelum dimulai pengobatan. Durasi
pengobatan tahap awal pada pasien TB sensitif obat (TB-SO) adalah dua
bulan. Pengobatan dilanjutkan dengan tahap lanjutan. Pengobatan
tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang tidak
mati
pada tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap
lanjutan berkisar antara 4 – 6 bulan.
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Regimen pengobatan TB-SO, Paduan OAT untuk pengobatan TB-SO di
Indonesia adalah:
2RHZE / 4 RH

Pada fase intensif pasien diberikan kombinasi 4 obat berupa, Rifampisin


(R), Isoniazid (H), Pirazinamid (Z), dan Etambutol (E) selama 2 bulan
dilanjutkan dengan pemberian Isoniazid (H) dan Rifampisin (R) selama 4
bulan pada fase lanjutan. Pemberian
obat fase lanjutan diberikan sebagai dosis harian (RH) sesuai dengan
rekomendasi WHO. 15
Pasien dengan TB-SO diobati menggunakan OAT lini pertama.
Dosis OAT lini pertama yang digunakan dapat dilihat pada table 1.

Tabel 1. Dosis OAT lepasan lini pertama untuk pengobatan


TB-SO

No. Nama obat Dosis Dosis


(mg/kgBB) maksimum
(mg)
1 Rifampicin 0 (8-12) 600
(R)
2 Isoniazid (H) 5 (4-6) 300
3 Pirazinamid 25 (20-30) 2000
(Z)

11
4 Etambutol 15 (15-20) 30 /kg
(E)
5 Streptomisin 15 (12-18) 1500

PADUAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS


Pengobatan tuberkulosis standar dibagi menjadi:
Pasien baru. Paduan obat yang dianjurkan 2HRZE/4HR dengan pemberian
dosis setiap hari.
Pada pasien dengan riwayat pengobatan TB lini pertama

Pengobatan sebaiknya berdasarkan hasil uji, kepekaan secara individual.


Fasilitas kesehatan perlu melakukan uji kepekaan obat, pasien dapat
diberikan OAT kategori 1 selama menunggu hasil uji kepekaan. Pengobatan
selanjutnya disesuaikan dengan hasil uji kepekaan.
Pengobatan pasien TB resisten obat (TB-RO) di luar
cakupan pedoman ini.

Tuberkulosis paru kasus gagal pengobatan dirujuk ke dokter spesialis paru


sedangkan kasus TB-RO dirujuk ke pusat
rujukan TB-RO

Tuberkulosis paru dan ekstraparu diobati dengan regimen


pengobatan yang sama dan lama pengobatan berbeda yaitu:
 Meningitis TB, lama pengobatan 9 – 12 bulan karena
berisiko kecacatan dan mortalitas. Etambutol sebaiknya digantikan dengan
Streptomisin.
 TB tulang belakang, lama pengobatan 9 – 12 bulan.
 Kortikosteroid diberikan pada meningitis TB, TB milier
berat, dan perikarditis TB.
 Limfadenitis TB lama pengobatan 6 bulan dan dapat
diperpanjang hingga 12 bulan. Perubahan ukuran kelenjar

(membesar atau mengecil) tidak dapat menjadi acuan dalam


menentukan durasi pengobatan.

EFEK SAMPING OAT


Sebagian besar pasien TB dapat menyelesaikan pengobatan tanpa efek
samping. Namun sebagian kecil dapat mengalami efek samping sehingga
pemantauan kemungkinan terjadinya efek samping sangat penting dilakukan
selama pengobatan.

12
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat. Jika efek samping ringan
dan dapat diatasi dengan obat simtomatis, maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.

1. Isoniazid
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda gangguan pada syaraf
tepi berupa kesemutan, rasa terbakar di kaki-tangan, dan nyeri otot.
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100
mg perhari atau
dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat
diteruskan. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah gejala defisiensi
piridoksin (sindrompellagra). Efek samping berat dapat berupa hepatitis
imbas obat yang
dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien.
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simptomatis adalah : Sindrom flu berupa demam, menggigil,
dan nyeri
tulang.Sindrom dispepsia berupa sakit perut, mual, penurunan nafsu
makan, muntah, diare.Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi
adalah :
Hepatitis imbas obat dan ikterik, bila terjadi maka OAT, harus
diberhentikan sementara. Purpura, anemia hemolitik akut, syok, dan
gagal ginjal.
Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan
dan jangan diberikan lagi meskipun gejala telah menghilang. Sindrom
respirasi yang ditandai dengan sesak napas. Rifampisin dapat
menyebabkan warna kemerahan pada air seni, keringat, air mata, dan
air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat
dan tidak berbahaya.
3. Pirazinamid
Efek samping berat yang dapat terjadi adlaah hepatitisimbas obat
(penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri
sendi juga dapat terjadi dan dapat diatasi dengan pemberian antinyeri,
misalnya aspirin.
Terkadang dapat terjadi serangan artritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan penurunan ekskresi dan penimbunan asam urat. Terkadang
terjadi reaksi demam, mual, kemerahan, dan reaksi kulit yang lain.

13
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
penurunan ketajaman penglihatan dan buta warnamerah dan hijau.
Namun gangguan penglihatan tersebut tergantung pada dosis yang
dipakai, sangat jarang terjadi
pada penggunaan dosis 15-25 mg/kg BB perhari atau 30mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguanpenglihatan akan kembali normal
dalam beberapa minggu, setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol
tidakdiberikan pada anak karena risiko kerusakan saraf okuler sulit
untuk dideteksi, terutama pada anak yang kurang kooperatif.
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut
akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan
umur pasien.
Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi
ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang dapat dirasakan adalah telinga
berdenging (tinitus), pusing, dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini
dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi.
Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan dapat berlanjut dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan
tuli).Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah, dan eritem pada kulit. Efek
samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar
mulut dan telinga berdenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila
reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gram.Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak
boleh diberikan pada perempuan hamil karena dapat
merusak fungsi pendengaran janin.

Pendekatan berdasarkan gejala untuk penatalaksanaan efek


samping OAT
Pendekatan berdasarkan gejala digunakan untuk penatalaksanaan
efek samping umum, yaitu efek samping mayor dan minor. Pada
umumnya, pasien yang mengalami efek samping minor
sebaiknya tetap melanjutkan pengobatan TB dan diberikan

14
Pengobatan simptomatis. Apabila pasien mengalami efek
samping berat (mayor), OAT penyebab dapat dihentikan dan
pasien segera dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih besar atau
dokter paru untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya.

Tabel 3. Pendekatan berdasarkan masalah untuk penatalaksanaan


OAT

No Efek tidak Obat Penyebab Tatalaksana


. diinginkan
(ETD)
Mayor Hentikan obat penyebab
dan rujuk kepada dokter
ahli segera
1 kemerahan Sterptomisin, Hentikan OAT
kulit isoniazid,
dengan atau rifampisin,
tanpa gatal pirazinamid

2 Tuli (bukan Streptomisin Hentikan streptomisin


disebabkan
oleh kotoran)
3 Pusing Streptomisin,Isoniazid, Hentikan OAT
( vertigo dan pirazinamid,
nistagmus) rifampisin
4 Kuning StreptomisinIsoniazid, Hentikan streptomisin
(setelah pirazinamid, Hentikan OAT
penyebab lain rifampisin
disingkirkan),
hepatitis
5 bingung Sebagian besar OAT, Hentikan OAT,
(diduga Etambutamol Hentikan etambutamol
gangguan
hepar berat
bila
bersamaan
dengan
kuning)

15
6 Syok, gagal Streptomisin Hentikan streptomisin
ginjal akut
Minor Lanjutkan OAT, cek
dosis OAT
1 Anoreksia, Pirazinamid, Berikan obat dengan
mual, nyeri rifampisin, bantuan sedikit
perut isoniazid makanan atau menelan
OAT sebelumtidur, dan
sarankan untuk
menelanpil secara lambat
dengan sedikit air.
Bila gejala menetap atau
memburuk,atau muntah
berkepanjangan
atauterdapat tanda-tanda
perdarahan,pertimbangkan
kemungkinan ETD mayor
dan rujuk ke dokter ahli
segera
nyeri sendi isoniazid Aspirin atau obat
antiinlamasi
nonsteroid, atau
parasetamolPiridoksin 50-
75 mg/ hari
Rasa terbakar, isoniazid Piridoksin 50-75 mg/ hari
kebas atau
kesemutan
di tangan dan
kaki,
Rasa
mengantuk
Air kemih rifampisin pastikan pasien
berwarna diberitahukan
kemerahan sebelum mulai minum
obat dan bila, hal ini
terjadi adalah normal
Sindrom lu Pemberian Ubah pemberian rifampisin

16
(demam, rifampisin intermiten menjadi setiap
menggigil, intermiten hari
malaise, sakit
kepala, nyeri
tulang)

a. Setelah mendapat pengesahan / persetujuan, dokumen diterbitkan


dan diperbanyak oleh Tim SOP kepada semua pihak yang
berkepentingan.
b. Unit / Bagian yang menerima distribusi salinan dokumen harus
menandatangani formulir tanda bukti penerimaan dokumen.
Dokumen asli disimpan dalam arsip khusus oleh Tim Admen
(Administrasi dan Manajemen)
c. Wakil Manajemen mengisi daftar induk dokumen. Daftar Induk
dokumen ini selalu diperbaharui jika ada perubahan.

17
J. PENUTUP
Demikian Panduan Pengendalian Dokumen dan Rekaman UPTD
Puskesmas Getasan ini dibuat untuk membantu meningkatkan mutu dan
kinerja pelayanan di UPTD Puskesmas Getasan khususnya pengendalian
dokumen dan rekaman supaya setiap dokumen yang beredar adalah sah
dan terbaru serta terdistribusi sesuai pemegang dokumen.

Kepala UPTD Puskesmas Getasan

Dr.Steven Budi Setiawan


NIP. 198302182011011004

18
19

Anda mungkin juga menyukai