Getasan,
Kepala UPTD Puskesmas Getasan
Kabupaten Semarang
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
PEDOMAN........................................................................................................
A.PENDAHULUAN............................................................................................
B.TUJUAN........................................................................................................
C.RUANG LINGKUP.........................................................................................
D.DEFINISI......................................................................................................
E.PROSEDUR / KEBIJAKAN...........................................................................
F.PENUTUP....................................................................................................18
ii
PEDOMAN
PUSKESMAS GETASAN
A. PENDAHULUAN
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi program
dibanyak negara. Padatahun 2005 strategi DOTS diperluas menjadi
“Strategi Stop TB”, yaitu:
Pada tahun 2013 muncul usulan dari beberapa negara anggota WHO yang
mengusulkanadanya strategi baru untuk mengendalikan TB yang mampu
menahan laju infeksi baru,mencegah kematian akibat TB, mengurangi
dampak ekonomi akibat TB dan mampumeletakkan landasan ke arah
eliminasi TB.Eliminasi TB akan tercapai bila angka insidensi TB berhasil
diturunkan mencapai 1 kasusTB per 1 juta penduduk, sedangkan kondisi
yang memungkinkan pencapaian eliminasi TB(pra eliminasi) adalah bila
angka insidensi mampu dikurangi menjadi 10 per 100.000penduduk.
Dengan angka insidensi global tahun 2012 mencapai 122 per 100.000
pendudukdan penurunan angka insidensi sebesar 1-2% setahun maka TB
akan memasuki kondisi praeliminasi pada tahun 2160. Untuk itu perlu
ditetapkan strategi baru yang lebih komprehensifbagi pengendalian TB
secara global
1
2. Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000
penduduk)
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat TB dalam rangka
pencapaian tujuan pembangunan kesehatan untuk meningkatkan
drajat kesehatan masyarakat.
2. Tujuan Khusus
a. Meningkatkan penjaringan suspek dan penemuan kasus baru TCM +
b. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit TBC
c. Mengurangi angka kejadian TBC di masyarakat melalui penemuan
kasus secara dini
d. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penemuan kasus baru
TBC
e. Membentuk patisipan aktif ( Toam, Toga, Kader) untuk mendukung
penemuan kasus
C. RUANG LINGKUP
Ruang lingkup programProgram Pengendalian Penyakit Tuberculosis
Puskesmas Getasan meliputi :
2
D. BATASAN OPERASIONAL
3
E. STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi SDM
Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM Program Pengendalian
Tuberkulosis adalah:
Formal/
Pendidikan
Pelatihan TB-MDR
4
B. Peran dan Tugas
5
2 Penanggung Jawab Bertanggung 1. Membuat perencanaan
Program jawab dalam pengendalian TBC
Pengendalian Pengendalian 2. Melaksanakan
Tuberkulosis Penyakit TBC Pengendalian TBC
3. Melaksanakan
Monitoring dan evaluasi
pelaksanaan
pengendalian TBC
4. Melaksanakan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian TBC
5. Melaksanakan
Koordinasi dengan
Lintas Sektor, Lintas
Program dan Dinas
Kesehatan
6. Melaksanakan
Koordinasi Pengadaan
dan Pemeliharaan
Logistik termasuk Obat
Anti Tuberkulosis
dengan Bagian Farmasi
Puskesmas dan Dinas
Kesehatan
7. Melaksanakan
Koordinasi pengobatan
dan perawatan Pasien
TBC dengan Fasyankes
lainnya.
8. Melaksanakan Sistem
Informasi Pengobatan
TBC termasuk Sistem
Informasi Terpadu
Pengobatan TBC (SITB)
6
3 Pelaksana Program Melaksanakan 1. Melaksanakan
Pengendalian pengendalian TBC Pengendalian TBC
Tuberkulosis 2. Melaksanakan
Penyuluhan TBC dan
pemberdayaan
masyarakat dalam
upaya pengendalian TBC
3. Melaksanakan
Koordinasi dengan
Lintas Sektor, Lintas
Program dan Dinas
Kesehatan
4 Sanitarian Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan menciptakan kondisi
Penyuluhan tempat tinggal yang
Sanitasi Terkait mendukung pengobatan
TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
menciptakan kondisi
tempat tinggal yang
mendukung dalam
pencegahan penularan
TBC
5 Ahli Gizi Bertanggung 1. Memberikan konsultasi
jawab dalam pada pasien TBC untuk
Konsultasi dan perbaikan gizi yang
Penyuluhan Gizi mendukung pengobatan
Terkait TBC TBC
2. Memberikan penyuluhan
dan konsultasi pada
masyarakat untuk
meningkatkan gizi yang
dapat mendukung
pencegahan TBC
7
6 Analis Laboratorium Bertanggung 1. Melaksanakan
jawab dalam pemeriksaan laboratoris
Pemeriksaan pemeriksaan sputum
Sputum BTA Basil Tahan asam (BTA)
2. Melaksanakan
koordinasi dengan
bagian pengadaan
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pengadaan alat
pemeriksaan sputum
Basil Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
3. Melaksanakan
koordinasi dengan
bagian pemelihara
barang Puskesmas
Maesan dalam rangka
pemeliharaan alat
pemeriksaan sputum
Basil Tahan asam (BTA)
termasuk reagen
7 Penanggung Jawab Mengelola Vaksin 1. Mengelola Vaksin BCG
Imunisasi BCG dan 2. Mengelola pemberian
Bertanggung imunisasi vaksin BCG
Jawab dalam
Imunisasi Vaksin
BCG
8
F. FASILITAS
Di dalam pengendalian penyakit TBC diperlukan upaya pengobatan. Agar
pengobatan dapat berjalan optimal, maka diperlukan standar fasilitas untuk
pengobatan. Pengobatan TBC di Puskesmas dilaksanakan di Ruang DOTS TB.
Untuk pengobatan pasien dalam kondisi yang membutuhkan rawat inap,
pengobatan dilakukan secara rawat inap untuk sementara di Unit Rawat Inap
sampai kondisi stabil untuk rawat jalan
Berikut fasilitas yang digunakan untuk pengobatan dan perawatan pasien TBC
beserta fungsinya dalam pengobatan TBC:
1. Poli Umum: Pemeriksaan TBC, Penegakan Diagnosis, memberikan Rujukan
untuk pemeriksaan lanjutan atau pengobatan lanjutan, Pengobatan pertama
kali setelah diagnosis. Unuk pengobatan selanjutnya, dilaksanakan di Poli
Jantung paru. Pembuatan Formulir TB 01 dan 02 dilaksanakan di Poli Umum
atau Poli jantung Paru.
2. Ruang DOTS TB: Pemeriksaan TBC, Penegakan diagnosis, Pengobatan TBC
termasuk Pengobatan kedua dan seterusnya hingga pengobatan selesai,
memberikan rujukan pengobatan selanjutnya. Pengisian sistem informasi baik
elektronik dan non elektronik dilakukan di Poli jantung Paru.
3. Unit Gawat Darurat: Pemeriksaan , Penjaringan pasien baru yang datang ke
Puskesmas Getasan dalam kondisi vital tidak baik atau emergency.
4. Unit Rawat Inap: Penjaringan pasien baru, dan rujukan bagi pasien dengan
tbc, dengan ttv yang buruk.
5. Puskesmas Pembantu dan PKD: Memberikan pengobatan TBC pada pasien
yang sulit dijangkau atau sulit transportasi. Catatan: Pasien TBC tetap
diwajibkan untuk periksa rutin minimal 1 kali dalam sebulan ke Poli Umum
Puskesmas Getasan agar dapat pemeriksaan dan pengobatan oleh dokter
umum. Memberikan rujukan ke Poli Umum Puskesmas Getasan apabila
menemui penderita terduga TBC.
6. Poli Sanitasi: Memberikan konsultasi perbaikan kondisi rumah agar
mendukung pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
7. Poli Gizi : Memberikan konsultasi perbaikan gizi penderita TBC agar
mendukung pengobatan TBC dan mencegah penularan TBC.
8. Laboratorium: Melaksanakan pemeriksaan Sputum BTA, pengiriman sampel
TCM.
9. Kamar Obat: Menerima resep pengobatan TBC dari Poli Umum, Poli Jantung
Paru, UGD dan Rawat Inap serta memberikan obat TBC pada pasien TBC.
9
10. Poli Imunisasi: Memberikan imunisasi BCG untuk pencegahan penyakit
TBC.
11. Ruang Vaksin: tempat menyimpan vaksin BCG.
12. Ambulance/Kendaraan Puskesmas Keliling: Kendaraan untuk merujuk
pasien TBC atau terduga TBC dengan kondisi vital tidak baik atau emergency.
G. SARANA
1. Komputer
2. Alat Pemeriksaan Laboratorium
10
lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang tidak mati
pada tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap
lanjutan berkisar antara 4 – 6 bulan
I. Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan
Dosis yang tepat, risiko penularan umumnya sudah berkurang setelah
dua minggu pertama tahap awal pengobatan. Tahap awal juga bertujuan
untuk memperkecil pengaruh sebagian kecil kuman TB yang mungkin
sudah resisten terhadap OAT sejak sebelum dimulai pengobatan. Durasi
pengobatan tahap awal pada pasien TB sensitif obat (TB-SO) adalah dua
bulan. Pengobatan dilanjutkan dengan tahap lanjutan. Pengobatan
tahap lanjutan bertujuan untuk membunuh sisa kuman TB yang tidak
mati
pada tahap awal sehingga dapat mencegah kekambuhan. Durasi tahap
lanjutan berkisar antara 4 – 6 bulan.
OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)
Regimen pengobatan TB-SO, Paduan OAT untuk pengobatan TB-SO di
Indonesia adalah:
2RHZE / 4 RH
11
4 Etambutol 15 (15-20) 30 /kg
(E)
5 Streptomisin 15 (12-18) 1500
12
Efek samping yang terjadi dapat ringan atau berat. Jika efek samping ringan
dan dapat diatasi dengan obat simtomatis, maka pemberian OAT dapat
dilanjutkan.
1. Isoniazid
Efek samping ringan dapat berupa tanda-tanda gangguan pada syaraf
tepi berupa kesemutan, rasa terbakar di kaki-tangan, dan nyeri otot.
Efek ini dapat dikurangi dengan pemberian piridoksin dengan dosis 100
mg perhari atau
dengan vitamin B kompleks. Pada keadaan tersebut pengobatan dapat
diteruskan. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah gejala defisiensi
piridoksin (sindrompellagra). Efek samping berat dapat berupa hepatitis
imbas obat yang
dapat timbul pada kurang lebih 0,5% pasien.
2. Rifampisin
Efek samping ringan yang dapat terjadi dan hanya memerlukan
pengobatan simptomatis adalah : Sindrom flu berupa demam, menggigil,
dan nyeri
tulang.Sindrom dispepsia berupa sakit perut, mual, penurunan nafsu
makan, muntah, diare.Efek samping yang berat tetapi jarang terjadi
adalah :
Hepatitis imbas obat dan ikterik, bila terjadi maka OAT, harus
diberhentikan sementara. Purpura, anemia hemolitik akut, syok, dan
gagal ginjal.
Bila salah satu dari gejala ini terjadi, rifampisin harus segera dihentikan
dan jangan diberikan lagi meskipun gejala telah menghilang. Sindrom
respirasi yang ditandai dengan sesak napas. Rifampisin dapat
menyebabkan warna kemerahan pada air seni, keringat, air mata, dan
air liur. Warna merah tersebut terjadi karena proses metabolisme obat
dan tidak berbahaya.
3. Pirazinamid
Efek samping berat yang dapat terjadi adlaah hepatitisimbas obat
(penatalaksanaan sesuai pedoman TB pada keadaan khusus). Nyeri
sendi juga dapat terjadi dan dapat diatasi dengan pemberian antinyeri,
misalnya aspirin.
Terkadang dapat terjadi serangan artritis Gout, hal ini kemungkinan
disebabkan penurunan ekskresi dan penimbunan asam urat. Terkadang
terjadi reaksi demam, mual, kemerahan, dan reaksi kulit yang lain.
13
4. Etambutol
Etambutol dapat menyebabkan gangguan penglihatan berupa
penurunan ketajaman penglihatan dan buta warnamerah dan hijau.
Namun gangguan penglihatan tersebut tergantung pada dosis yang
dipakai, sangat jarang terjadi
pada penggunaan dosis 15-25 mg/kg BB perhari atau 30mg/kg BB yang
diberikan 3 kali seminggu. Gangguanpenglihatan akan kembali normal
dalam beberapa minggu, setelah obat dihentikan. Sebaiknya etambutol
tidakdiberikan pada anak karena risiko kerusakan saraf okuler sulit
untuk dideteksi, terutama pada anak yang kurang kooperatif.
5. Streptomisin
Efek samping utama adalah kerusakan syaraf kedelapan yang berkaitan
dengan keseimbangan dan pendengaran. Risiko efek samping tersebut
akan meningkat seiring dengan peningkatan dosis yang digunakan dan
umur pasien.
Risiko tersebut akan meningkat pada pasien dengan gangguan fungsi
ekskresi ginjal. Gejala efek samping yang dapat dirasakan adalah telinga
berdenging (tinitus), pusing, dan kehilangan keseimbangan. Keadaan ini
dapat dipulihkan bila obat segera dihentikan atau dosisnya dikurangi.
Jika pengobatan diteruskan maka kerusakan dapat berlanjut dan
menetap (kehilangan keseimbangan dan
tuli).Reaksi hipersensitivitas kadang terjadi berupa demam yang timbul
tiba-tiba disertai sakit kepala, muntah, dan eritem pada kulit. Efek
samping sementara dan ringan (jarang terjadi) seperti kesemutan sekitar
mulut dan telinga berdenging dapat terjadi segera setelah suntikan. Bila
reaksi ini mengganggu maka dosis dapat dikurangi
0,25gram.Streptomisin dapat menembus sawar plasenta sehingga tidak
boleh diberikan pada perempuan hamil karena dapat
merusak fungsi pendengaran janin.
14
Pengobatan simptomatis. Apabila pasien mengalami efek
samping berat (mayor), OAT penyebab dapat dihentikan dan
pasien segera dirujuk ke pusat kesehatan yang lebih besar atau
dokter paru untuk mendapatkan tatalaksana selanjutnya.
15
6 Syok, gagal Streptomisin Hentikan streptomisin
ginjal akut
Minor Lanjutkan OAT, cek
dosis OAT
1 Anoreksia, Pirazinamid, Berikan obat dengan
mual, nyeri rifampisin, bantuan sedikit
perut isoniazid makanan atau menelan
OAT sebelumtidur, dan
sarankan untuk
menelanpil secara lambat
dengan sedikit air.
Bila gejala menetap atau
memburuk,atau muntah
berkepanjangan
atauterdapat tanda-tanda
perdarahan,pertimbangkan
kemungkinan ETD mayor
dan rujuk ke dokter ahli
segera
nyeri sendi isoniazid Aspirin atau obat
antiinlamasi
nonsteroid, atau
parasetamolPiridoksin 50-
75 mg/ hari
Rasa terbakar, isoniazid Piridoksin 50-75 mg/ hari
kebas atau
kesemutan
di tangan dan
kaki,
Rasa
mengantuk
Air kemih rifampisin pastikan pasien
berwarna diberitahukan
kemerahan sebelum mulai minum
obat dan bila, hal ini
terjadi adalah normal
Sindrom lu Pemberian Ubah pemberian rifampisin
16
(demam, rifampisin intermiten menjadi setiap
menggigil, intermiten hari
malaise, sakit
kepala, nyeri
tulang)
17
J. PENUTUP
Demikian Panduan Pengendalian Dokumen dan Rekaman UPTD
Puskesmas Getasan ini dibuat untuk membantu meningkatkan mutu dan
kinerja pelayanan di UPTD Puskesmas Getasan khususnya pengendalian
dokumen dan rekaman supaya setiap dokumen yang beredar adalah sah
dan terbaru serta terdistribusi sesuai pemegang dokumen.
18
19