Anda di halaman 1dari 5

PEMERINTAH KOTA DENPASAR

DINAS KESEHATAN KOTA DENPASAR


UPTD PUSKESMAS I DINAS KESEHATAN
KECAMATAN DENPASAR SELATAN
Jl. Gurita No. 8 Denpasar Kode Pos 80223
Tlp. (0361) 721351, email : Puskesmas1densel@yahoo.co.id

KERANGKA ACUAN KERJA


PROGRAM TB

I. PENDAHULUAN
Tuberkulosis sampai dengan saat ini masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat di dunia, walaupun upaya pengendalian dengan strategi DOTS telah di
terapkan di banyak negara sejak tahun 1995. Penyebab utama meningkat beban masalah
Tuberkulosis antara lain adalah kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti
pada negara-negara yang sedang berkembang, pertumbuhan ekonomi yang tingi tetapi
dengan disparitas yang terlalu lebar, sehingga masyarakat masih mengalami masalah
dengan kondisi sanitasi, papan, sandang dan pangan yang buruk, beban determinan sosial
yang masih berat seperti angka pengangguran, tingkat pendidikan yang pendapatan per
kapita yang masih rendah yang berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap
Tuberkulosis, kegagalan program TB selama ini, hal ini diakibatkan oleh: tidak
memadainya komitmen politik dan pendanaan, tidak memadainya organisasi pelayanan
TB (kurang terakses oleh masyarakat, penemuan kasus atau diagnosa yang tidak standar,
obat tidak terjamin penyediaannya, tidak dilakukan pemantauan, pencatatan dan pelaporan
yang standar dan sebagainya), tidak memadainya tatalaksana kasus (diagnosis dan paduan
obat yang tidak standar, gagal menyembuhkan kasus yang telah didiagnosis), salah
persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG, infrastruktur kesehatan yang buruk pada
negara-negara yang mengalami krisis ekomoni atau pergolakan masyarakat, belum adanya
sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat luas secara merata (Pedoman
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2014).

II. LATAR BELAKANG


TB merupakan satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius.
Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara
orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang,
266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus
TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per 100.000
penduduk.
Pada tahun 2012 diperkirakan proporsi kasus TB anak diantara seluruh kasus TB
secara global mencapai 6% (530.000 pasien TB anak/tahun). Sedangkan kematian anak
(dengan status HIV negatif) yang menderita TB mencapai 74.000 kematian/tahun, atau
sekitar 8% dari total kematian yang disebabkan TB. Meskipun jumlah kasus TB dan
jumlah kematian TB tetap tinggi untuk penyakit yang sebenarnya bisa dicegah dan
disembuhkan tetap fakta juga menunjukan keberhasilan dalam pengendalian TB.
Peningkatan angka insidensi TB secara global telah berhasil dihentikan dan telah
meunjukan tren penurunan (turun 2% per tahun pada tahun 2012), angka kematian juga
sudah berhasil diturunkan 45% bila dibandingkan tahun 1990.
Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis
(15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan kehilangan rata-rata waktu
kerjanya 3-4 bulan. Hal tersebut berakibat pada kehilangan pendapatan tahunan rumah
tangganya sekitar 20-30%. Jika ia meninggal akibat TB, maka akan kehilangan
pendapatannya sekitar 15 tahun. Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan
dampak buruk lainnya secara sosial, seperti stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat
(Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2014).

III. TUJUAN UMUM:


 Menurunkan angka kesakitan dan angka kematian penyakit TB dengan cara
memutuskan rantai penularan, sehingga penyakit TB tidak lagi merupakan masalah
kesehatan masyarakat Indonesia.

TUJUAN KHUSUS:
 Tercapainya angka kesembuhan minimal 90% dari semua penderita baru BTA positif
yang di temukan.
 Penemuan secara aktif dapat dilakukan tehadap :
a. Kelompok khusus yang rentan atau beresiko tinggi sakit TB seperti pada pasien
dengan HIV (orang dengan HIV dan AIDS).
b. Kelompok yang rentan tertular TB seperti dirumah tahanan, lembaga
permasyarakatan (para narapidana), mereka yang hidup pada daerah kumuh, serta
keluarga atau kontak pasien TB, terutama mereka yang dengan TB BTA positif.
c. Pemeriksaan terhadap anak dibawah 5 tahun pada keluarga TB harus dilakukan
untuk menentukan tindak lanjut apakah diperlukan pengobatan TB atau pengobatan
pencegahan.
d. Kontak dengan pasien TB resistan obat.

IV. KEGIATAN POKOK & RINCIAN KEGIATAN


1. Melaksanakan kunjungan kontak serumah untuk menemukan suspek TB
2. Memberikan pengobatan pada penderita TB yang sudah ditemukan
3. Memberikan penyuluhan pada individu,dan keluarga/PMO tentang TB
4. Melakukan kolaborasi TB-HIV-DM
5. Menemukan suspek TB MDR (Multi Drug Resisten)

V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN


No Kegiatan Pokok Rencana Kegiatan Sasaran Cara Melaksanakan
. Kegiatan
1. Tatalaksana  Penemuan  Masyarakat  Sesuai SOP
Tuberkulosis Suspek TB
 Pengobatan TB  Penderita  Sesuai SOP
dengan
pemeriksaan
BTA (+) &
RO (+)
 Penyuluhan Penderita, keluarga 
individu dan dan PMO
keluarga/PMO
 Kolaborasi TB-  Semua  Konseling HIV
HIV-DM penderita TB memeriksakan
darah penderita
TB
 Penemuan  Seluruh  Sesuai SOP
suspek TB MDR penderita
dengan 10
kategori
 Bekerjasama  Praktisi swasta  Sesuai SOP
dengan praktisi
swasta di
wilayah
Puskesmas

VI. SASARAN
 Penderita dan keluarga yang rawan TB
 Semua kelompok masyarakat

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN


Kegiatan Jan Feb Ma Apr Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des
r
Penemuan X X X X X X X X X X X X
suspek dan
penderitaTB
Pengobatan X X X X X X X X X X X X
PenderitaTB
Penyuluhan X X X X X X X X X X X X
individu /dan
keluarga/PMO
Penemuan X X X X X X X X X X X X
penderita TB-
HIV-DM
Penemuan X X X X X X X X X X X X
penderita TB
MDR
VII. PENCATATAN, PELAPORAN
 Pecatatan dilakukan setiap ada penderita baru.
 Pelaporan dilakukan setiap bulan dan Triwulan untuk SITB

VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN


 Evaluasi pelaksanaan dilakukan setiap bulan
 Follow up dahak dilakukan setelah 2 bulan minum obat, 5 bulan minum obat dan akhir
pengobatan untuk pengobatan OAT Kategori 1.
 Follow up dahak dilakukan setelah 3 bulan minum obat, 7 bulan minum obat dan akhir
pengobatan untuk pengobatan OAT Kategori 2

IX. BIAYA
Untuk pembiayaan kegiatan berasal dari BOK dengan rincian biayanya sebagai berikut:

No Kegiatan Volume Kegiatan Biaya ( Rp)


Kunjungan Rumah 4 kl/bln x 2org x 11 bln x
1. Rp.2.200.000,-
Pasien TB Rp.25.000
TOTAL Rp.2.200.000,-

Denpasar, 06 Januari 2020


Penanggung jawab UKM Esensial Pelaksana Program P2 TB

dr. Made Ani Yuli Susanti Ni Wayan Somawati Purnamasari


NIP 197507082010012011 NIP.198809262019032018
Mengetahui
Kepala UPTD Puskesmas I Dinas Kesehatan
Kecamatan Denpasar Selatan

dr. A.A.Ngr.Gd.Dharmayuda, M.Kes


NIP.197705092006041009

Anda mungkin juga menyukai