TOKSOPLASMOSIS OKULAR
Dessy Ariyeni 1), Weni Helvinda2)
1
FakultasKedokteran, Universitas Andalas, Dinas Kesehatan Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau
email: dr.dessy.ariyeni@gmail.com
2Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas, Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Andalas
email: helvindawenispm@gmail.com
Abstract
Tujuan: Toksoplasmosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh Toksoplasma gondii yang
merupakan protozoa obligat intraselular. Parasit ini mempunyai 3 bentuk morfologi yang berbeda,
yaitu: tachizoites, bradizoites dan ookista. Transmisi parasit ke manusia dapat terjadi dengan cara
termakan makanan yang mengandung ookista atau kista jaringan yang terdapat di dalam daging yang
dimasak tidak sempurna.
Metode: Pada laporan kasus ini dilaporkan kasus dengan diagnosis toksoplasmosis okular pada 5
pasien yang datang ke RS Dr. M. Djamil Padang antara bulan Februari – Mei 2015. Lima pasien
datang dengan keluhan penglihatan kabur dengan onset yang berbeda-beda.
Hasil: Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan penurunan visus unilateral dan terdapatnya lesi di
polus posterior dengan pinggir hiperpigmentasi pada pemeriksaan funduskopi. Semua pasien
diberikan terapi trimethoprim / sulfamethoxazole selama 6 minggu.
Kesimpulan: Perbaikan visus pada pasien toksoplasmosis okular terjadi setelah pemberian terapi
selama 6 minggu dengan terapi trimethoprim / sulfamethoxazole walaupun tidak terlalu signifikan
karena terdapatnya lesi didaerah makula.
Kata kunci: toksoplasmosis okular, lesi hiperpigmentasi, trimethoprim / sulfamethoxazole
414
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
415
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
416
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
keluhan mata kiri kabur sejak 3 bulan kanan 5/7 ph (-) dan mata kiri 5/5. Pasien
sebelum ke rumah sakit. Riwayat keempat didapatkan visus mata kanan 2 ½
memelihara binatang peliharaan disagkal /60 cc S-3.00C-2.25 (180)→5/6 dan visus
oleh pasien. mata kiri 5/7 cc C-0.75 (180)→5/5. Pasien
kelima didapatkan visus mata kanan 5/5 dan
Anamnesis kelima pasien visus mata kiri 5/15 f ph (-). Semua pasien
mengeluhkan pandangan kabur pada satu didapatkan penurunan visus unilateral.
mata. Menurut teori, gejala pada 90% pasien
akan mengeluhkan pandangan kabur, Menurunnya visus pada
menurunnya visus dan adanya floater karena toksoplasmosis okular terjadi karena
adanya sel inflamasi yang dapat ditemukan beberapa alasan. Seperti sudah dijelaskan
pada vitreus yang berada di dekat lesi yang sebelumnya inflamasi vitreus yang banyak
aktif. Hal ini merupakan gejala yang paling dapat secara signifikan menurunkan visus.
sering pada toksoplasmosis okular yang Juga karena lesi yang berada pada polus
disebabkan oleh lesi aktif yang disertai oleh posterior dengan edema retina dan reaksi
reaksi inflamasi pada vitreus yang akan inflamasi yang berpengaruh pada visus. Lesi
terlihat gambaran klasik “headlight in the pada toksoplasmosis okular dapat terjadi
fog” yang menyebabkan pandangan kabur didaerah manapun dari fundus. 10 Karena
(gambar 1).8 Pada laporan kasus ini, dari Toxoplasma mempunyai kecendrungan
kelima pasien tidak ditemukan adanya untuk jaringan saraf, sangat penting untuk
kekeruhan vitreus yang menyebabkan memikirkan lesi berawal pada retina yang
pandangan kabur tetapi pandangan kabur dapat menyebabkan inflamasi tidak hanya
diakibatkan oleh lesi yang berada di daerah pada lapisan retina tetapi juga koroid. Lesi
makula. Selain itu pasien juga dapat diluar daerah makula membedakan lesi
mengeluhkan metamorphopsia akibat lesi toksoplasmosis yang terjadi pada pasien
retina yan berada dekat dengan makula. 9 merupakan toksoplasmosis yang didapat
atau toksoplasmosis kongenital, dimana
biasanya pada toksoplasmosis kongenital
lesi berada didaerah makula dan terdapat
pada kedua mata.11
417
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
fovea (-), pada pasien ketiga didapatkan: tanpa adanya bukti sikatrik retinochoroidal
makula: tampak lesi batas kabur, reflek sebelumnya. Berbeda dengan
fovea (+), pada pasien keempat didapatkan: toksoplasmosis kongenital dimana lesi
makula: tampak lesi batas kabur, biasanya bilateral dan biasanya lesi aktif
hiperpigmentasi (+), reflek fovea (+), dan terdapat pada pinggir sikatrik
pada pasien kelima didapatkan: makula: retinochoroidal sebelumnya. Tetapi pada
tampak lesi (+), batas kabur, kasus dimana sumber infeksi dapat
hiperpigmentasi (+), reflek fovea (-). ditentukan, penyebab infeksi yang didapat
lebih sering menyebabkan toksoplasmosis
Pada sebagian besar kasus okular dibandingkan toksoplasmosis
retinochoroiditis toksoplasma merupakan kongenital. 17
self-limitted disease. Lesi yang tidak diterapi
akan sembuh sendiri setelah 1 atau 2 bulan, Selain pemeriksaan fisik juga
walaupun pada beberapa kasus lesi dapat dilakukan pemeriksaan penunjang berupa
bertahan dalam beberapa bulan. Pada pasien pemeriksaan serologi IgG dan IgM anti
imunokompeten, setelah beberapa bulan toksoplasma dan didapatkan hasil yang
pada pinggir lesi akan menjadi berbeda pada tiap pasien. Pasien pertama
hiperpigmentasi dengan bagian tengah yang dan kedua melakukan beberapa kali
atropik.14 Sedangkan pada pasien pemeriksaan serologi yang dilakukan
imunosupresi, seperti pasien HIV atau sebelum mendapatkan terapi dan saat sedang
pasien kanker lesi akan terlihat tunggal atau mendapatkan terapi. Pada pasien ketiga
multifokal pada 1 atau kedua mata dengan tidak sempat dilakukan pemeriksaan
area retina nekrosis yang luas. Pada serologi karena pasien tidak datang kembali
sebagian besar kasus tidak memiliki sikatrik untuk kontrol. Sedangkan pasien keempat
dari lesi sebelumnya. 15 dan kelima hanya melakukan 1 kali
pemeriksaan saat sebelum diberikan terapi
Lesi pada retinochoroiditis dan pasien tidak datang kembali untuk
toksoplasma mempunyai predileksi pada melanjutkan terapi. Hasil pemeriksaan
polus posterior terutama didaerah makula, serologi pasien pertama sebelum diberikan
berdasarkan perbandingan dari total area terapi, yaitu: anti Toksoplasma IgG = 259
retina yang terkena, lesi makula lebih sering IU/ml dan Anti Toksoplasma IgM = negatif.
terjadi pada 76% pasien. Retinochoroiditis Dilakukan pemeriksaan serologi ulang pada
pada toksoplasmosis okular ditemukan minggu keempat setelah pasien
sebagai retinitis yang melibatkan inner layer mendapatkan terapi dengan hasil: anti
retina dengan gambaran lesi berwarna putih, Toksoplasma IgG = 185 IU/ml dan Anti
yang dikelilingi retina yang edema. Retina Toksoplasma IgM = negatif. Dilakukan
merupakan tempat infeksi primer tetapi pemeriksaan kembali pada minggu
sklera dan choroid dapat terlibat sekunder kedelapan dengan hasil: anti Toksoplasma
akibat respon inflamasi. 16 IgG = 175 IU/ml dan Anti Toksoplasma
IgM = negatif.
Lesi aktif yang rekuren berada
didekat sikatrik yang lama atau sikatrik Hasil pemeriksaan serologi pasien
inaktif yang disebut lesi satelit. Lesi juga kedua sebelum diberikan terapi, yaitu: anti
dapat berada pada daerah yang jauh dari lesi Toksoplasma IgG = 323 IU/ml dan Anti
primer. Secara kontras, pasien dengan Toksoplasma IgM = negatif. Dilakukan
toksoplasmosis okular yang didapat pemeriksaan serologi ulang pada minggu
biasanya unilateral, soliter, dan lesi aktif keempat setelah pasien mendapatkan terapi
418
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
419
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
Dan keempat pasien tersebut mendapatkan samping yang pernah dilaporkan adalah
terapi yang sama, yaitu: Bactrim F 2x960 gangguan gastrointestinal dan reaksi alergi
mg (dewasa), Bactrim 2x480 mg (anak), kulit. Selain antimikroba juga digunakan
ranitidin 2x150 mg dan prednison 1 mg/kg prednison untuk mengurangi reaksi
BB/hari. Sedangkan 1 pasien tidak diberikan inflamasi dan digunakan terutama untuk lesi
terapi karena pasien tidak datang kembali yang berada di makula. 20
untuk kontrol. Tujuan pemberian terapi pada
toksoplasmosis adalah untuk memperpendek Penelitian yang dilakukan oleh Felix
atau menghentikan replikasi organisme Fernandes pada tahun 2012 bahwa dengan
sehingga mempercepat terbentuknya sikatrik pemberian trimethoprim/sulfamethoxazole
dan membatasi sikatrik chorioretinal dan setiap 2 hari dengan dosis 960 mg selama 12
progresifitas, mengurangi reaksi inflamasi bulan terbukti 100% menurunkan rekurensi
dan meminimalkan komplikasi. 20 retinochoroiditis Toksoplasma gondii.
Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh
Berbagai terapi dapat digunakan Arantes mengemukakan bahwa pemberian
untuk toksoplasmosis okular dan tidak ada terapi yang lebih awal terhadap infeksi
konsensus yang menetapkan terapi mana sistemik dapat mengurangi resiko
yang harus digunakan sebagai lini pertama keterlibatan okular, secara spesifik mereka
karena tidak ada perbedaan yang signifikan menunjukkan 182 dari 261 (69%) pasien
pemberian terapi menggunakan IgM positif memiliki gejala sistemik, 105
pyrimethamine dan sulfadiazine, dari 182 (58%) tanpa ketelibatan okular dan
trimethoprim / sulfamethoxazole, setelah lebih dari 10 tahun (> 60%) baru
azithromycin dan clindamycin dan berkembang menjadi keterlibatan okular. 20
atovaquone. Beberapa obat-obatan yang
dapat digunakan untuk terapi toksoplasmosis
okular diantaranya: Pyrimethamine 75-100
SIMPULAN
mg loading yang diberikan selama 24 jam
dan diikuti 25-50 mg setiap hari selama 4-6 Pada laporan kasus ini dari kelima
minggu. Sulfadiazine 2-4 gram loading dose pasien ditegakkan diagnosis toksoplasmosis
diikuti dengan 1 gram diberikan 4 kali sehari okular berdasarkan anamnesa dan
selama 4-6 minggu. Prednison 40-60 mg pemeriksaan fisik. Hal ini sesuai dengan
sehari selama 2-6 minggu, pemberian teori pada toksoplasmosis okular akan
prednison harus di tappering off sebelum dikeluhkan pandangan kabur biasanya pada
penghentian pemberian 1 mata yang diakibatkan oleh vitritis dan
pyrimethamine/sulfadiazine. Asam folat 5.0 dapat juga dengan reaksi inflamasi pada
mg tablet atau 3.0 mg diberikan secara intra segmen anterior. Riwayat memelihara
vena 2-3 kali seminggu selama penggunaan binatang peliharaan terutama kucing juga
terapi pyrimethamine. 20 menjadi penting karena kucing merupakan
host definitive sedangkan manusia dan
Pada keempat pasien laporan kasus hewan lainnya merupakan host intermediate.
ini diberikan terapi menggunakan
trimethoprim / sulfamethoxazole. Karena Terapi trimethoprim /
trimethoprim / sulfamethoxazole merupakan sulfamethoxazole dapat digunakan untuk
modalitas terapi yang efektif dan relatif manajemen toksoplasmosis okular karena
aman untuk terapi toksoplasmosis okular. tidak ada perbedaan yang signifikan dari
Selain karena harga yang murah dan efek berbagai terapi sistemik yang ada. Prognosis
samping yang sedikit. Kejadian efek pada pasien toksoplasmosis ocular tidak
420
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
421
e-ISSN:2528-66510;Volume 5;No.2(May, 2020): 413-422 Jurnal Human Care
422