DIAGNOSIS DAN PENATALAKSANAAN KONJUNGTIVITIS PURULENTA
Konjungtivitis purulen merupakan radang konjungtiva akut dan hebat yang disertai dengan sekret purulen.
Epidemiologi Konjungtivitis purulen adalah infeksi yang paling umum terjadi pada bulan pertama kehidupan yang mempengaruhi 2% - 8% bayi yang lahir.
Etiologi Infeksi dari bakteri Neisseria gonorrhoeae . Pada bayi terjadi oleh karena infeksi melalui jalan lahir dari ibu yang menderita uretritis gonore. Pada orang dewasa, infeksi terjadi akibat "self inoculation" secara aksidental (tidak disengaja) dari infeksi genital dan juga dapat terjadi karena penularan alat-alat yang terkontaminasi.
Klasifikasi 1. Oftalmia neonatorum : pada bayu berusia 1-3 hari 2. Konjungtivitis gonore infantum : pada usia lebih dari 10 hari 3. Konjungtivitis gonore adultorum : pada orang dewasa Patofisiologi Konjungtiva adalah lapisan mukosa yang membentuk lapisan terluar mata. Iritasi apapun pada mata dapat menyebabkan pembuluh darah dikonjungtiva berdilatasi. Iritasi yang terjadi ketika mata terinfeksi menyebabkan mata memproduksi lebih banyak air mata. Sel darah putih dan mukus yang tampak di konjungtiva ini terlihat sebagai discharge yang tebal kuning kehijauan.
Manifestasi klinis Pada bayi dan anak Ditemukan kelainan bilateral dengan sekret kuning kental, sekret dapat bersifat serous tetapi kemudian menjadi kuning kental dan purulen. Kelopak mata membengkak, sukar dibuka dan terdapat pseudomembran pada konjungtiva tarsal. Konjungtiva bulbi merah, kemotik dan tebal.
Pada orang dewasa Gambaran klinik meskipun mirip dengan oftalmia nenatorum tetapi mempunyai beberapa perbedaan, yaitu sekret purulen yang tidak begitu kental. Selaput konjungtiva terkena lebih berat dan menjadi lebih menonjol, tampak berupa hipertrofi papiler yang besar. Terdapat juga rasa nyeri pada mata dan dapat disertai dengan tanda-tanda infeksi umum. Biasanya terdapat pada satu mata. Lebih sering terdapat pada laki-laki dan biasanya mengenai mata kanan. Pada orang dewasa infeksi ini dapat berlangsung berminggu-minggu. Klinis dibagi 3 stadium: 1. Stadium Infiltrasi 2. Stadium Sekresi Purulen 3. Stadium Penyembuhan / Pembengkakan bentuk papel
Pemeriksaan Penunjang 1. Sediaan langsung dengan Gram : ditemukan bakteri diplokokus gram negatif intra dan ekstraseluler 2. Kultur 3. Tes oksidasi dan fermentasi 4. Tes beta laktamase
Diagnosis banding - Konjungtivitis inklusi : memberikan gambaran konjungtivitis purulen sedang dengan masa inkubasi 5-10 hari Penatalaksanaan Isolasi penderita Irigasi mata tiap jam dengan : - Lar. KMnO4 1/10.000 atau - Lar. Sublimat 1/600 atau - Lar. NaCl Fisiologis Sulfasetamid tetes mata tiap kali setelah irigasi Pada neonatus Antibiotik eyedrops - Penisillin tetes mata dapat diberikan dalam bentuk larutan penisillin (caranya : 10.000 20.000 unit/ml) setiap 1 menit dalam 30 menit, lalu setiap 5 menit dalam 30 menit, lalu per jam sampai membaik Antibiotik sistemik - Penisilin prokain 50.000 U/kgBB intramuskuler selama 5 hari. - Jika resisten terhadap penisilin diberikan cefotaksim 100 mg/kg BB intramuskuler Antibiotik topikal Tetrasiklin 1% per saat penyakit masih berat, lalu 3 kali sehari selama 14 hari
Pada dewasa Antibiotik sistemik: - Penisilin prokain G intramuskuler 4,8 juta unit dibagi dalam 2 dosis (2,4 juta unit per dosis) dan diinjeksi pada lokasi berbeda dalam satu kunjungan. Sebelum injeksi penisilin diberikan 1 gram probenesid per oral. - Ampisilin 3,5 gram dosis tunggal per oral ditambah probenesid 1 gram per oral - Spectinomisin 3 gram dosis tunggal intramuskuler - Jika resisten dengan penisilin dan spectinomisin diberikan tetrasiklin 1,5 gram per oral, dilanjutkan 3 kali 500 mg selama 4 hari Antibiotik topikal - Tetrasiklin setiap 2 jam untuk 2 hari pertama lalu 5 kali sehari sampai membaik
Pencegahan untuk mengatasi oftalmia neonatorum, yaitu 1. mencegah timbulnya penyakit melalui perawatan antenatal pada orangtua yang terinfeksi 2. tindakan profilaksis sewaktu bayi lahir (Metode Crede) 3. pengobatan terhadap bayi yang telah lahir.
Komplikasi Ulkus kornea yang dapat cepat menimbulkan perforasi, endofthalmitis, panofthalmitis dan dapat berakhir dengan ptisis bulbi.