Anda di halaman 1dari 23

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata dapat terkena berbagai kondisi. beberapa diantaranya bersifat


primer sedang yang lain, sekunder akibat kelainan pada sistem organ tubuh
lain. kebanyakan kondisi tersebut dapat dicegah bila terdeteksi awal, dapat
dikontrol dan penglihatan dapat dipertahankan.(Brunner dan Suddarth, 2015).

Infeksi adalah invasi dan pembiakan mikroorganisme pada jaringan


tubuh, terutama yan menyebabkan cedera selular lokal akibat kompetisi
metabolisme, toksin, replikasi intraselular/respon antigen antibodi (dr. Difa
Danis, kamus istilah kedokteran, 2015).

Inflamasi dan inefksi dapat terjadi pada beberapa struktur mata dan
terhitung lebih dari setengah kelainan mata. kelainan-kelainan yang umum
terjadi pada mata oarng dewasa meliputi sebagai berikut :

1. Radang/inflamasi pada kelopak mata, konjungtira, kornea, koroid


badan ciriary dan iris
2. Katarak, kekeruhan lensa
3. Glaukoma, peningkatan tekanan dalam bola mata (IOP)
4. Retina robek/lepas

B. Tujuan penulisan

1. Tujuan Umum

Untuk mendapat gambaran umum tentang asuhan keperawatan pada


pasien dengan Konjungtivitis.

2. Tujuan Khusus

Dengan pembuatan makalah mahasiswa mampu :

1. Mengerti dan memahami konsep dasar Konjungtivitis


2. Melakukan pengkajian pada pasien dengan Konjungtivitis

1
3. Menentukan diagnosa keperawatan dan merumuskan diagnosa
prioritas Konjungtivitis
4. Menyusun rencana keperawatan pada pasien dengan Konjungtivitis
5. Mengaplikasikan kedalam tindakan nyata apa yang telah di
intervensikan pada ps dengan Konjungtivitis
6. Melakukan evaluasi dari tindakan yang telah dilakukan.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Defenisi gonore, konjungtivitis difteri, konjungtivitis folikuler, konjungtivitis


kataral

Infeksi system penglihatan merupakan kelainan gangguan system


penglihatan, terutama konjungtivitis. Konjungtivitis adalah inflamasi
konjungtiva dan ditandai dengan pembengkakan dan eksudat. Pada
konjungtivitis mata tampak merah, sehingga sering disebut mata merah.
Konjungtivitis dapat menyerang pada semua tingkat usia.

2.2 Etiologi
Pembagian konjungtivitis berdasarkan penyebabnya :

1. Konjungtivitis akut bacterial, mis: konjungtivitis blenore, konjungtivitis.


2. Konjungtivitis akut viral, mis: keratokonjungtivitis epidemik, demam
faringokonjungtiva, keratokonjungtivitis herpetic
3. Konjungtivitis akut jamur
4. Konjungtivitis akut alergik
5. Konjungtivitis kronis, mis: trakoma.

Personal hygiene dan kesehatan lingkungan yang kurang, alergi,


nutrisi kurang vitamin A, iritatif (bahan kimia, suhu, listrik, radiasi
ultraviolet), juga merupakan etiologi dari konjungtivitis.

2.3 Pembagian / Klasifikasi Menurut Gambaran Klinik.

1. Konjungtivitis Katarak.

- Konjungtivitis Katarak Akut. Disebut juga konjungtivitis


mukopurulenta, konjungtivitis akut simplek, “pink eyes”

Penyebab:
Koch Weeks, stafilokok aureus, streptokok viridan, pneukok, dan lain-lain.

Tanda klinik:

3
Pada palpebra edema, konjungtiva palpebra merah kasar, seperti
beledru karena ada edema dan infiltrasi. Konjungtiva bulbi injeksi
konjungtival banyak, kemosis dapat ditemukan pseudomembran pada infeksi
pneumokok.

2. Konjungtivitis Katarak Sub Akut.

Penyebab:
Sebagai lanjutan konjungtivitis akut atau oleh virus hemofilus influenza.
Tanda klinik:

Palpebra edema. Konjungtiva palpebra hiperemi tak begitu infiltratif.


Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva positif, tak ada blefarospasme dan
secret cair. - Konjungtivitis Katarak Kronik.

Sebagai lanjutan konjungtivitis kataral akut atau disebabkan kuman koch


weeks, stafilokok aureus, morax axenfeld, E. Colli atau disebabkan juga
obstruksi duktus naso lakrimal

.
Tanda klinik:

Palpebra tak bengkak, margo palpebra bleparitis dengan segala


akibatnya. Konjungtiva palpebra sedikit merah, licin, kadang-kadang
hypertropis seperti beledru. Konjungtiva bulbi injeksi konjungtiva ringan.

3. Konjungtivitis Purulen.

Dapat Disebabkan :Gonorrhoe dan Nongonorrhoe akibat pneumokok,


streptokok, meningokok, stafilokok, dsb.

Tanda Klinik :

Konjungtivitis akut, disertai dengan sekret yang purulen

1. Pengertian :
Konjungtivitis yang hiperakut dengan sekret purulen yang disebabkan
oleh Neisseria Gonorrhoika.

4
2.4 Patofisiologi

Proses peradangan hiperakut konjungtiva dapat disebabkan oleh


Neisseria Gonorrhoika, yaitu kuman bukan yang berbentuk kokkus, gram
ngatif yang sering menjadi penyebab uretritis, pada pria dan vaginitis atau
bartolinitis pada wanita. Infeksi ini dapat terjadi karena adanya kontak
langsung antara Neisseria Gonorrhoika dengan konjungtiva.

Dibedakan Atas 3 Stadium, Yaitu :

1. Stadium Infiltrat.
Berlangsung selama 1-3 hari. Dimana palpebra bengkak, hiperemi,
tegang, bleparospasme. Konjungtiva palpebra hiperemi, bengkak, infiltrat
mungkin terdapat pseudomembran diatasnya. Pada Konjungtiva bulbi
terdapat injeksi konjungtiva yang hebat, kemotik, sekret sereus kadang-
kadang beradarah.
2. Stadium Supuratif atau Purulenta.

Berlangsung selama 2-3 minggu. Gejala-gejala tak begitu hebat


lagi. Palpebramasih bengkak, hiperemis, tetapi tak begitu tegang.
Bleparospasme masih ada. Sekret campur darah, keluar terus menerus
apabila palpebra dibuka yang khas adalah sekret akan keluar dengan
mendadak (memancar muncrat) oleh karena itu harus hati-hati bila
membuka palpebra, jangan sampai mengenai mata pemeriksa.

3. Stadium Konvalesen (Penyembuhan) Hypertropi Papil.


Berlangsung 2-3 minggu. Gejala tak begitu hebat lagi. Palpebra
sedikit bengkak, konjungtiva palpebra hiperemi, tidak infiltrat. Injeksi
konjungtiva bulbi, injeksi konjungtiva masih nyata, tidak kemotik, sekret
jauh berkurang.
Gejala / Gambaran Klinis :
Penyakit gonoblenore dapat terjadi secara mendadak. Masa inkubasi
dapat terjadi beberapa jam sampai 3 hari.
Keluhan utama : mata merah, bengkak dengan sekret seperti nanah
yang kadang-kadang bercampur darah.

5
Pemeriksaan Laboratorium :Kerokan konjungtiva atau getah mata yang
purulen dicat dengan pengecatan gram dan diperiksa dibawah mikroskop.
Didapatkan sel-sel polimorfonuklear dalam jumlah banyak sekali. Kokus
gram negatif yang berpasang-pasangan seperti biji kopi yang tersebar diluar
dan didalam sel.
a. Diagnosis :
Diagnosis ditegakkan berdasarkan pemeriksaan laboratorium dan
pemeriksaan klinik.

Pengobatan : Gonoblenore Tanpa Penyulit Pada Kornea.Topikal :

Salep mata Tetrasiklin HCl 1 % atau Basitrasin yang diberikan minimal


4 kali sehari pada neonatus dan diberikan sedikitnya tiap 2 jam pada penderita
dewasa, dilanjutkan sampai 5 kali sehari sampai terjadinya resolusi. Sebelum
memberikan salep mata, mata harus dibersihkan terlebih dahulu.
b. Sistemik :
Pada orang dewasa diberikan Penisillin G 4,8 juta IU intra muskuler
dalam dosis tunggal ditambah dengan Probenesid 1 gram per-oral, atau
Ampisillin dalam dosis tunggal 3,5 gram per-oral. Pada neonatus dan anak-
anak diberikan injeksi Penisillin dengan dosis 50.0000 – 100.0000 IU/Kg
BB. Gonoblenore Dengan Penyulit Pada Kornea.
c. Topikal :
Dapat dimulai dengan salep mata Basitrasin setiap jam atau
Sulbenisillin tetes mata, disamping itu diberikan juga Penisillin konjungtiva.
Sistemik :
Pengobatan sistemik diberikan seperti pada gonoblenore tanpa ulkus kornea.

6
1. Konjungtivitis Flikten.

Merupakan peradangan terbatas dari konjungtiva dengan


pembentukan satu atau lebih dari satu tonjolan kecil, berwarna kemerahan
yang disebut flikten. Penyebab : alergi terhadap

 Tuberkulo protein, pada penyakit TBC.


 Infeksi bakteri : koch weeks, pneumokok, stafilokok, streptokok.
 Virus : herpes simpleks
 Toksin dari moluskum kontagiosum yang terdapat pada margo
palpebra.
 Jamur pada kandida albikans
 Cacing : ascaris, tripanosomiasis.
 Infeksi fokal : gigi, hidung, telinga, tenggorokan dan traktus
urogenital.

Konjungtivitis 2 macam :

 Konjungtivitis Flikten.

Tanda radang tak jelas, hanya terbatas pada tempat flikten, sekret
hampir tak ada

 Konjungtivitis Kum Flikten.

Tanda radang jelas, sekret mukos, mukopurulen, biasanya karena


infeksi sekunder pada konjungtivitis flikten.

Keluhan :

Lakrimasi, fotofobia, bleparospasme. Oleh karena dasarnya alergi,


maka cepat sembuh tetapi cepat kambuh kembali, selama penyebabnya
masih ada di dalam tubuh.

7
2. Konjungtivitis Membran / Pseudo Membrane.

Ditandai dengan adanya masa putih atau kekuning-kuningan, yang


menutupi konjungtiva palpebra bahkan konjungtiva bulbi.

Didapat pada :

1. Difteri primer atau sekunder dari nasopharynx.


2. Streptokokus beta hemolitik eksogen maupun endogen.
3. Steven Johnson Syndrome.

Gejala klinik :

Palpebra bengkak. Konjungtiva palpebra : hiperemi dengan membrane


diatasnya. Konjungtiva bulbi : injeksi konjungtiva (+), mungkin ada
membrane. Kadang-kadang ada ulkus kornea. Konjungtivitis
pseudomembrane umumnya terdapat pada semua konjungtivitis yang
bersifat hiperakut atau purulen seperti konjungtivitis gonore, akibat
gonokok, epidemik keratokonjungtivitis, inclusion konjungtivitis.

3. Konjungtivitis Vernal.

Dinamakan psring catarh karena banyak ditemukan pada musim bunga


di daerah yang mempunyai empat musim.Keluhannya mata sangat gatal,
terutama berada pada lapangan terbuka yang panas terik. Sering
menunjukkan alergi terhadap tepung sari dan rumput-rumputan.
4. Konjungtivitis Folikularis Nontrakoma.
Dibagi lagi menjadi : Konjungtivitis folikularis akut, yang disebabkan
oleh virus termasuk golongan ini adalah :
 Inclusion konjungtivitis.
 Keratokonjungtivitis epidemika.
 Demam faringokonjungtiva.
 Keratokonjungtivitis herpetika.
 Konjungtivitis new castle.
 Konjungtivits hemoragik akut.

8
 Konjungtiva folikularis kronika.
 Konjungtiva folikularis toksika / alergika Folikulosis.
5. Konjungtivitis Folikularis Trakoma.
Penyebab virus dari golongan P.L.T (Psittacosis Lympogranuloma
Tracoma)

2.5 Pemeriksaan Laboratorium.

Pemeriksaan secara langsung dari kerokan atau getah mata setelah


bahan tersebut dibuat sediaan yang dicat dengan pengecatan gram atau
giemsa dapat dijumpai sel-sel radang polimorfonuklear. Pada konjungtivitis
yang disebabkan alergi pada pengecatan dengan giemsa akan didapatkan sel-
sel eosinofil.

2.6 Diagnosis

Ditegakkan berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan


laboratorium. Pada pemeriksasan klinik di dapat adanya hiperemia
konjungtiva, sekret atau getah mata dan edema konjungtiva.

2.7 Pengobatan

Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi penyebab. Konjungtivitis


karena bakteri dapat diobati dengan sulfonamide (sulfacetamide 15 %) atau
antibiotika (Gentamycine 0,3 %; chlorampenicol 0,5 %). Konjungtivitis
karena jamur sangat jarang sedangkan konjungtivitis karena virus pengobatan
terutama ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder,
konjungtivitis karena alergi di obati dengan antihistamin (antazidine 0,5 %,
rapazoline 0,05 %) atau kortikosteroid misalnya (dexametazone 0,1 %).

2.8 Penatalaksanaan

Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi tergantung pada


penyebabnya, terapi dapat meliputi antibiotika sistemik atau topical, bahan
antiinflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak mata, atau kompres
hangat.Bila konjugtivits disebabkan oleh mikroorganisme, pasien harus diajari

9
bagaimana cara menghindari kontaminasi mata yang sehat atau mata orang
lain.

Perawat dapat memberikan instruksipada pasien untuk tidak menggosok


mata yang sakit kemudian menyentuh mata yangs ehat, untuk mencuci tangan
setelah setiap kali memegang mata yang sakit, dan menggunakan kain lap,
handuk, dan sapu tangan baru yang terpisah

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

3.1.Biodata

Tanggal wawancara, tanggal MRS, No. RMK. Nama, umur, jenis


kelamin, suku / bangsa, agama, pendidikan, pekerjaan, status perkawinana,
alamat, penanggung jawab.

3.2 Riwayat Kesehatan

1. Riwayat Kesehatan Sekarang.

Keluhan Utama : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata), gatal,
panas dan kemerahan disekitar mata, epipora mata dan sekret, banyak keluar
terutama pada konjungtiva, purulen / Gonoblenorroe. Sifat Keluhan :Keluhan
terus menerus; hal yang dapat memperberat keluhan, nyeri daerah meradang
menjalar ke daerah mana, waktu keluhan timbul pada siang malam, tidur
tentu keluhan timbul.

2. Riwayat Kesehatan Yang Lalu.

Klien pernah menderita penyakit yang sama, trauma mata, alergi obat,
riwayat operasi mata.

3. Riwayat Kesehatan Keluarga.

Dalam keluarga terdapat penderita penyakit menular (konjungtivitis).

3.3. Pemeriksaan Fisik

Data Fokus :

Objektif : VOS dan VOD kurang dari 6/6. Mata merah, edema
konjungtiva, epipora, sekret banyak keluar terutama pada konjungtivitis
purulen (Gonoblenorroe).

11
Subjektif : Nyeri, rasa ngeres (seperti ada pasir dalam mata) gatal, panas.

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Perubahan kenyamanan (nyeri) berhubungan dengan peradangan


konjungtiva, ditandai dengan :

- Klien mengatakan ketidaknyamanan (nyeri) yang dirasakan.

- Raut muka /wajah klien terlihat kesakitan (ekspresi nyeri).

Kriteria hasil :

-Nyeri berkurang atau terkontrol.

3.5 Intervensi

- Kaji tingkat nyeri yang dialami oleh klien.


- Ajarkan kepada klien metode distraksi selama nyeri, seperti nafas
dalam dan teratur.
- Berikan kompres hangat pada mata yang nyeri.
- Ciptakan lingkungan tidur yang nyaman,Ä aman dan tenang.
- Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgesic.

Rasionalisasi :

- Dengan penjelasan maka klien diharapkan akan mengerti.


Berguna dalam intervensi selanjutnya.
- Merupakan suatu cara pemenuhan rasa nyaman kepada klien dengan
mengurangi stressor yang berupa kebisingan.
- Menghilangkan nyeri, karena memblokir syaraf penghantar nyeri.
Evaluasi :
- Mendemonstrasikan pengetahuan akan penilaian pengontrolan nyeri.
- Mengalami dan mendemonstrasikan periode tidur yang tidak
terganggu.
- Menunjukkan perasaan rileks

12
2. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya, ditandai dengan :

- Klien mengatakan tentang kecemasannya.

- Klien terlihat cemas dan gelisah.

Kriteria hasil :

Klien mengatakan pemahaman tentang proses penyakitnya dan tenang.

Intervensi :

- Kaji tingkat ansietas / kecemasan.


- Beri penjelasan tentang proses penyakitnya.
- Beri dukungan moril berupa do’a untuk klien.

Rasionalisasi :

- Bermanfaat dalam penentuan intervensi.


- Meningkatkan pemahaman klien tentang proses penyakitnya
- Memberikan perasaan tenang kepada klien.

3.6 Evaluasi

- Mendemonstrasikan penilaian penanganan adaptif untuk


mengurangi ansietas.
- Mendemonstrasikan pemahamaan proses penyakit.

3. Resiko terjadi penyebaran infeksi berhubungan dengan


proses peradangan.

Kriteria hasil :

Penyebaran infeksi tidak terjadi :

Intervensi :

- Bersihkan kelopak mata dari dalam ke arah luar (k/p lakukan


irigasi).

13
- Berikan antibiotika sesuai dosis dan umur.
- Pertahankan tindakan septik dan aseptik.

Rasionalisasi :

- Dengan membersihkan mata dan irigasi mata, maka mata menjadi


bersih.
- Pemberian antibiotik diharapkan penyebaran infeksi tidak
terjadi.
- Diharapkan tidak terjadi penularan baik dari pasien ke perawat
atau perawat ke pasien.

Evaluasi :

Tidak terdapat tanda-tanda dini dari penyebaran penyakit.

4. Gangguan konsep diri (body image menurun) berhubungan dengan


adanya perubahan pada kelopak mata (bengkak / edema).

Intervensi :

- Kaji tingkat penerimaan klien.


- Ajak klien mendiskusikan keadaan.
- Catat jika ada tingkah laku yang menyimpang.
- Jelaskan perubahan yang terjadi.
- Berikan kesempatan klien untuk menentukan keputusan tindakan yang
dilakukan.

Evaluasi :

- Mendemonstrasikan respon adaptif perubahan konsep diri.

- Mengekspresikan kesadaran tentang perubahan dan perkembangan ke


arah penerimaan.

14
5. Resiko tinggi cedera berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.

Kriteria hasil :

Cedera tidak terjadi.

Intervensi :

- Batasi aktivitas seperti menggerakkan kepala tiba-tiba, menggaruk


mata, membungkuk.
- Orientasikan pasien terhadap lingkungan, dekatkan alat yang
dibutuhkan pasien ke tubuhnya.
- Atur lingkungan sekitar pasien, jauhkan benda-benda yang dapat
menimbulkan kecelakaan.
- Awasi / temani pasien saat melakukan aktivitas.

Rasionalisasi :

- Menurunkan resiko jatuh (cedera).


- Mencegah cedera, meningkatkan kemandirian.
- Meminimalkan resiko cedera, memberikan perasaan aman bagi pasien.
- Mengontrol kegiatan pasien dan menurunkan bahaya keamanan.

Evaluasi :

- Menyatakan pemahaman faktor yang terlibat dalam kemungkinan


cedera.
- Menunjukkan perubahan prilaku, pola hidup untuk menurunkan faktor
resiko dan melindungi diri dari cedera.
- Mengubah lingkungan sesuai indikasi untuk meningkatkan keamanan.

15
BAB IV

KAJIAN ISLAMI

4.1 Air Seni (Urine) Sebagai Obat Sakit Mata

Biasanya obat sakit mata dapat diperoleh toko-toko obat atau Apotik.
Bentuknya bisa berupa cairan atau salep. Namun dari pengalaman yang saya
alami penggunan obat-obatan tersebut memakan waktu yang cukup lama.
Syukurlah saya sudah mendapatkan obat yang sangat mujarab untuk
mengobati sakit mata yang berat sekalipun.

Ada bebera obat tradisional yang cukup banyak dikenal salah satunya
adalah daun sirih. Rebus kira-kira 3-5 lembar daun sirih dengan air kira-kira 1
liter hingga mendidih dan warna berubah kecoklatan. Kemudian dinginkan
setelah dinging basuhkan ke mata yang sakit. Pengobatan dapat diulang
beberapa kali hingga dirasa cukup. Perlu diingat dikarenakan rasa pedih yang
luar biasa, tidak dianjurkan untuk anak-anak.

Pengobatan lainnya yang paling mujarab adalah dengan menggunakan


Air Seni sendiri. Cara ini mingkin agak menjijikan untuk sebagian orang,
namun justru pengobatan ini memiliki berbagai kelebihan yang tidak dimiliki
oleh obat lainnya. Anda sendiri yang akan mencoba. Hasilnya, selang dua
hari sakit mata anda langsung hilang.

1. Cara pengobatan :

Tampunglah air seni kedalam cawan/gayung secukupnya di pagi hari


sehabis bangun tidur. Disaat inilah kandungan dalam air seni di yakini
memiliki kualitas yang paling baik untuk pengobatan. Biasanya ditandai
dengan aroma sedikit kuat dan warna yang lebih pekat.

- Teteskan ke kedua mata yang sakit @ sekitar 2-3 tetes.

- Diamkan sekitar 10-15 menit. Lalu basuh dengan air hangat bersih.

- Ulangi lagi pada saat buang air kecil di siang dan malam hari.

16
Pada saat pengobatan pertama akan terasa sedikit perih namun hanya
terasa sebentar saja. Biasanya dalam 2 hari pengobatan sakit pada mata sudah
berkurang jauh atau sembuh sama sekali. Teruskan pengobatan apabila masih
dirasa perlu.

Dosis terapi urin tidak terbatas, artinya makin banyak urin yang
diminum makin cepat sembuhnya. Tidak bisa keracunan dan overdosis. Tidak
ada efek samping , tetapi reaksi yang ditimbulkanya adalah disebut reaksi
Koten ( Bhs Jepang ) atau Meigen ( bhs Cina ) yang artinya jika terjadi
gejala-gejala seperti gatal, mencret, ngilu, batuk-batuk, kembung, sembelit,
gigi dan gusi ngilu dan nyeri, kepala pening dsb, ini berarti bahwa
penyakitnya akan sembuh.

4.2 Hukum Berobat Dengan Air Seni (Urine)

Setelah kita mengetahui bahwa air seni (Urine) manusia adalah najis
berdasarkan dalil-dalil di atas, maka hukum berobat dengan air kencing
manusia sama dengan hukum berobat dengan barang najis, boleh atau tidak?
Para ulama berbeda pendapat :

Pendapat Pertama : Berobat dengan barang najis, termasuk di dalamnya


air seni (Urine) manusia haram. Ini pendapat sebagian ulama Syafi’iyah.

Dalil-dalilnya sebagai berikut :

Pertama : Hadist Abu Darda’ , bahwasanya Rosulullah shallallahu


a’laihi wasallam bersabda :

‫إَّن َهَّللا َأْنَز َل الَّد اَء َو الَّد َو اَء َو َجَعَل ِلُك ِّل َداٍء َد َو اًء َفَتَداَو ْو ا َو اَل َتَداَو ْو ا ِبَحَر اٍم‬

“Sesungguhnya Allah subhanahu wata’ala telah menurunkan penyakit


dan menurunkan obat, serta menyediakan obat bagi setiap penyakit, maka
berobatlah, dan jangan berobat dengan sesuatu yang haram. “ (HR. Abu
Daud)

17
Kedua : Hadist Abu Hurairah radiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata :

‫َنَهى َر ُسوُل ِهَّللا َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َع ْن الَّد َو اِء اْلَخ ِبيِث‬
“ Rosulullah saw melarang untuk berobat dengan barang yang haram ". (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Ketiga : Atsar Ibnu Mas’ud radiyallahu anhu, bahwasanya ia berkata :

‫ِإَّن َهَّللا َلْم َيْج َع ْل ِش َفاَء ُك ْم ِفيَم ا َح َّر َم َع َلْيُك ْم‬


“Sesungguhnya Allah tidaklah menjadikan kesembuhan kamu di dalam
sesuatu yang diharamkan.” (HR. Bukhari)

Pendapat Kedua : Dibolehkan berobat dengan air seni (Urine) manusia,


jika hal itu memang bisa menyembuhkan dan tidak ada obat mubah yang
lainnya, serta dianjurkan oleh dokter muslim. Ini adalah pendapat sebagian
ulama Hanafiyah, dan sebagian ulama Syafi’iyah.

Berkata : Ibnu Nujaim al-Hanafi :

‫َو َهَذ ا َأِلَّن اْلُحْر َم ُة َس اِقَطٌة ِع ْنَد ااِل ْس ِتْش َفاِء َأاَل َتَر ى َأَّن اْلَع ْطَش اَن َيُجوُز له ُش ْر اْلَخ ْم ِر‬
‫َو اْلَج اِئُع َيِح ُّل له َأْك ُل اْلَم ْيَتة‬

“Dan ini, karena keharaman menjadi gugur ketika seseorang berobat


(dalam keadaan darurat), bukankah orang yang sangat haus dibolehkan
minum khomr dan orang yang kelaparan dibolehkan untuk makan bangkai
(dalam keadaan darurat). “

Ibnu Rusydi di dalam kitab al Bayan wa at Tahshil memberikan rincian,


jika air seni (Urine) itu diminum, maka hal itu tidak dibolehkan, karena najis,
tetapi jika dipakai untuk mengobati luka atau sakit luar (untuk obat luar),
maka dibolehkan, beliau juga mengatakan bahwa hukum berobat dengan air
seni (Urine) ini lebih ringan daripada berobat dengan khomr, karena Allah
menyebutkan di dalam Al Qur’an secara tegas dan jelas agar kita menjauhi

18
khomr. Adapun kencing tidak disebutkan di dalam Al Qur’an, jadi hukumnya
lebih ringan.

Berkata Imam Nawawi :

‫َو َأَّم ا الَّتَد اِوى ِبالَّنَج اَس اِت َغْيَر اْلَخ ْم ِر َفُهَو َج اِئٌز َس َو اٌء ِفْيِه َج ِم ْيُع الَّنَج اَس اِت‬
‫َغْيَر الُم ْس ِكِر َهَذ ا ُهَو اْلَم ْذ َهُب َو اْلَم ْنُصْو ُص َو ِبِه َقَطَع اْلُج ْم ُهْو ُر‬
“Adapun berobat dengan sesuatu yang najis selain khomr, maka hal itu
dibolehkan, dan berlaku bagi semua yang najis yang tidak memabukkan. Ini
adalah pendapat yang dipilih madzhab (syafi’I) dan sudah tertulis serta
diyakini oleh mayoritas (ulama syafi’iyah). “

Imam Mawardi menjelaskan bahwa jika seseorang kehausan dan takut


mati, tidak mendapatkan apa-apa kecuali air najis atau air seni (Urine) , maka
dibolehkan baginya untuk meminumnya, tetapi minum air najis lebih ringan
dibanding minum air seni (Urine), karena najisnya air itu berasal dari luar,
sedangkan najisnya air seni (Urine), berasal dari dalam air seni (Urine) itu
sendiri ( najis lidzatihi ) . Oleh karena itu dibolehkan juga berobat dengan air
kencing, jika tidak ada obat yang suci.

Adapun dalil-dalil yang diungkapkan ulama Syafi’iyah adalah


sebagai berikut :

Pertama : Firman Allah swt :

‫َفَمِن اْض ُطَّر َغْيَر َباٍغ َو َال َعاٍد َفال ِإْثَم َع َلْيِه ِإَّن َهّللا َغ ُفوٌر َّر ِح يٌم‬

“ Maka, barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia


tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada
dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
( Qs Al Baqarah : 173 )

19
Kedua : bahwa berobat itu dalam keadaan darurat, maka hukum
berobat dengan air seni (Urine) manusia seperti hukum orang yang terpaksa
makan bangkai, sehingga dibolehkan.

Ketiga : bahwa makan racun hukum haram, tetapi berobat dengan racun
sudah menjadi kebiasaan masyarakat, artinya obat yang diminum oleh
masyarakat sebenarnya adalah racun, tetapi masyarakat biasa-biasa saja, tidak
ada ulama yang mengingkarinya. Makanya, kalau minum obat banyak-
banyak dan over dosis bisa menyebabkan kematian. Kalau berobat dengan
racun ini saja boleh, tentunya dengan air seni (Urine) pun dibolehkan.

Keempat : Kaidah Fiqh yang berbunyi:

‫الَح اَج ُة ُتنزُل َم نزلة الّضُروَر ة‬

“ Kebutuhan itu dianggap sebagai sesuatu yang darurat “

Dalam kasus berobat dengan air seni (Urine) manusia, barangkali dia
sudah berobat kemana-mana tapi belum juga sembuh, jika berobat dengan air
seni (Urine) manusia ini bisa dijadikan alternatif, maka hal itu dibolehkan.

"Sesungguhnya Allah tidak menurunkan suatu penyakit kecuali Dia


menurunkan obatnya juga. Yang diketahui oleh orang yang
mengetahui(mempelajari)-nya, dan yang tidak diketahui oleh orang yang
tidak mengetahuinya". (H.R. Ahmad).

Dari keterangan tersebut, terdapat jaminan bahwa segala penyakit ada


obatnya.

Dalam hadits riwayat Baihaqi dalam Sunan Baihaqi Kubra dari Abi
Darda, Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya Allah SWT menurunkan penyakit dan obatnya, dan


menjadikan bagi setiap penyakit obatnya tersendiri. Maka berobatlah kalian,
dan janganlah kalian berobat dengan barang yang haram".

20
Ada pula riwayat yang menceritakan bahwa seorang sahabat pernah
meminum air seni Rasulullah Saw, yang didiamkan oleh Rasulullah Saw
tanpa guran, juga riwayat yang menceritakan bahwa seorang sahabat pernah
meminum darah beliau, setelah membekam (menyedot dengan alat untuk
mengeluarkan darah kotor) beliau, yang kemudian juga didiamkan oleh
Rasulullah Saw. Dua riwayat ini oleh ulama dikategorikan sebagai bagian
dari kekhususan beliau, yang tidak berlaku bagi orang lain. Sehingga tidak
masuk sebagai dasar istinbath hukum.

Imam Nawawi, dalam kitab Majmu' menjelaskan bahwa ulama-ulama


madzhab Syafi'i, setelah mengkaji hadits-hadits diatas, menarik kesimpulan
bahwa: "berobat dengan sesuatu yang najis baru dibolehkan jika tidak ada
obat yang suci yang dapat menyembuhkan penyakit tersebut. Sedangkan jika
obat yang suci itu ada, maka sesuatu yang najis itu haram, tanpa
diperselisihkan lagi. Dari sini, hadits yang berbunyi: "Sesungguhnya Allah
tidak menjadikan kesembuhan kalian pada barang yang diharamkan bagi
kalian", dimengertikan (dihamalkan) bahwa hal itu haram jika ada obat lain
yang suci yang dapat mengobati penyakit tersebut, dan tidak haram jika tidak
ada obat lainnya."

Ulama madzhab Syafi'i memberikan catatan untuk pengobatan dengan


barang yang najis tersebut: "hal itu boleh jika orang yang mengobati itu
adalah ahli dalam pengobatan (dokter ahli), yang mengetahui bahwa tidak ada
alternatif lain untuk pengobatan penyakit itu".

Demikian juga seperti dijelaskan dalam kitab An Nihayah dan at


Tahdzib, seperti dikutip oleh pengarang Hasyiah ibnu 'Abidin, bahwa: Orang
yang sakit boleh berobat dengan air seni, darah, atau bangkai jika telah
diberitahukan oleh dokter muslim bahwa hal itu berkhasiat untuk
menyembuhkan penyakitnya, dan tidak ada barang lain yang suci yang dapat

21
menggantikan fungsinya. Sedangkan jika dokter mengatakan bahwa cara itu
menjanjikan kesembuhan yang lebih cepat, maka dalam hal ini ada dua
pendapat: ada yang membolehkan dan ada yang tidak .

BAB IV

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Mata merupakan bagian yang sangat peka. mata dapat terjadi infeksi
mata/radang mata yang disebabkan oleh virus, bakteri, trauma, penyakit
sistemik, ataupun sensitivitas terhadap suatu zat. seperti halnya
konjungstivitis (peradangan pada konjungtiva), keratitis (peradangan pada
kornea) dan uveitis (peradangan pada uvea yaitu iris, badan siliar, karoid).
tanda dan gejala pada infeksi mata biasanya gatal-gatal, nyeri (ringan–berat) ,
lakrimasi dan fotofobia. Bila infeksi mata ini tidak segera diobati bisa
menyebabkan kerusakan pada mata dan menimbulkan beberapa komplikasi,
pada konjungstivitis komplikasinya dapat berupa ulkus kornea dan
meninggalkan jaringan perut, komplikasi keratitis dapat berupa hipopion,
perforasi kornea, prognosis sedangkan komplikasi pada uveitis dapat berupa
katarak, ablasi retina maupun katarak. therapi medik untuk infeksi mata dapat
diberikan antibiotik topikal, obat tetes steroid, sulfat atropin, douridin dan
kompres basah kortikosteroid.

22
DAFTAR PUSTAKA

Wijana, Nana. 1990. Ilmu Penyakit mata. Cetakan V. Jakarta.

Pedoman Diagnosis dan Terapi, Lab / UPF Ilmu Penyakit Mata. RSU
Sutomo. 1994. Surabaya.

Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8.


Penerbit: EGC, Jakarta.

23

Anda mungkin juga menyukai